Laporan Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Penyuluhan "Pentingnya Imunisasi Measles-Rubella (MR) "
Laporan Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Penyuluhan "Pentingnya Imunisasi Measles-Rubella (MR) "
Laporan Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Penyuluhan "Pentingnya Imunisasi Measles-Rubella (MR) "
OLEH:
dr. Galuh Ajeng Parandhini
PENDAMPING:
dr. Hawa Masfufah
C. Manfaat
Diharapkan dengan adanya kampanye imunisasi MR. orang tua tidak takut memvaksin
anaknya sehingga diharapkan cakupan imunisasi MR dapat memenuhi target. Suksesnya
imunisasi MR diharapkan dapat mengurangi kejadian campak dan rubella, serta menurunkan
risiko sindrom rubella kongenital.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. UPAYA PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku
beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau paling tidak beresiko
rendah. Program Promosi Kesehatan tidak di rancang ”di belakang meja”. Supaya efektif,
program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat sasaran
setempat. (Notoatmodjo, 2005).
Program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”. Maksudnya adalah (i) bersama
dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat
untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan, (ii) bersama dengan
masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko
misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman
serta (iii) bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan
memantau dampaknya secara terus-menerus. (Depkes RI, 2008).
- Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini karena
menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti
tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.
- Gambar, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan.
- Gambar alat optik, seperti photo, slide, film, dll
C. PENYERAPAN MATERI DALAM PROMOSI KESEHATAN
Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera ternyata berbeda pengaruhnya
terhadap hasil belajar seseorang. Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan
baik apabila ia menggunakan lebih dari satu indera
D. METODE PENYULUHAN
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah
(Notoatmodjo, 2002):
1. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah
ditunjuk.
3. Metode Curah Pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan
evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang
sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.
Dari gambaran diatas menunjukkan Indonesia merupakan salah satu dari negara-
negara dengan kasus campak terbanyak di dunia.Penyebab rubella adalah togavirus jenis
rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultra violet,
bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta
sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan abortus atau congenital rubella
syndrome (CRS).
Penyakit rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin.
Virusdapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan viremia
terjadi pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7
hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 – 21 hari.
Gejala dan tanda rubella ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash
makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub
occipital. Konfirmasi laboratorium dilakukan untuk diagnosis pasti rubella dengan melakukan
pemeriksaan serologis atau virologis. IgM rubella biasanya mulai muncul pada 4 hari setelah
rash dan setelah 8 minggu akan menurun dan tidak terdeteksi lagi, dan IgG mulai muncul
dalam 14-18 hari setelah infeksi dan puncaknya pada 4 minggu kemudian dan umumnya
menetap seumur hidup. Virus rubella dapat diisolasi dari sampel darah, mukosahidung, swab
tenggorok, urin atau cairan serebrospinal. Virus di faring dapat diisolasi mulai1 minggu
sebelum hingga 2 minggu setelah rash. Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala
demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubella
pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil
terutama pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan
CRS.
Bentuk kelainan pada CRS:
1. Kelainan jantung:
- Patent ductus arteriosus
- Defek septum atrial
- Defek septum ventrikel
- Stenosis katup pulmonal
2. Kelainan pada mata :
- Katarak kongenital
- Glaukoma kongenital
- Pigmentary Retinopati
3. Kelainan pendengaran
4. Kelainan pada sistim saraf pusat:
- Retardasi mental
- Mikrocephalia
- Meningoensefalitis
5. Kelainan lain :
- Purpura
- Splenomegali
Pada tahun 2015-2016, 13 RS sentinel CRS melaporkan 226 kasus CRS yang terdiri dari
83 kasus pasti dan 143 kasus klinis. Dari 83 kasus pasti (lab confirmed) yang
dilaporkan, 77% menderita kelainan jantung, 67,5% menderita katarak dan dan 47 % menderita
ketulian.
BAB III
PERSIAPAN KAMPANYE IMUNISASI MR
A. TUJUAN KAMPANYE IMUNISASI MR
1. Tujuan pelaksanaan kampanye imunisasi MR ini adalah untuk mencapai eliminasi
campak dan pengendalian rubella/CRS tahun 2020.
2. Tujuan khusus :
- Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat
- Memutuskan transmisi virus campak dan rubella.
- Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella.
- Menurunkan angka kejadian CRS
B. SASARAN KEGIATAN
Sasaran pelaksanaan kegiatan kampanye imunisasi MR adalah seluruh anak usia 9 bulan
sampai dengan <15 tahun yang totalnya berjumlah sekitar 66.859.112 anak diseluruh
Indonesia. Imunisasi MR diberikan tanpa melihat status imunisasi maupun riwayat penyakit
campak dan rubella sebelumnya.
C. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
1. Tempat Pelaksanaan
Kampanye imunisasi MR dilaksanakan di seluruh wilayah Puskesmas Bumiayu.
Pelayanan imunisasi dilakukan di pos-pos pelayanan imunisasi yang telah ditentukan
yaitudi sekolah-sekolah yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak
(TK),SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat, Posyandu, Polindes, Poskesdes,
Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
2. Waktu dan Periode Pelaksanaan Kampanye
Pelaksanaan kampanye imunisasi MR dibagi ke dalam 2 fase. Fase pertama dilaksanakan
pada bulan Agustus untuk anak SD-SMP, dan bulan September untuk anak PAUD dan
lainnya. Kampanye imunisasi MR dilaksanakan dalam waktu dua bulan penuh di masing-
masing daerah termasuk sweeping. Kegiatan sweeping dilakukan untuk menjangkau
sasaran yang belum diberikan imunisasi karena sakit, sedang bepergian, orang tua
sibuk,tidak mengetahui mengenai adanya kampanye imunisasi MR maupun alasan
lainnya.
3. Strategi Pelaksanaan
Target cakupan kampanye imunisasi MR adalah minimal 95%. Untuk itu
diperlukanstrategi agar berhasil mencapai target yang diharapkan.Pelaksanaan kampanye
imunisasi MR dibagi menjadi 2 tahap :
a. Tahap pertama pemberian imunisasi MR di seluruh sekolah yang terdiri dari sekolah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak, SD/MI/sederajat, SDLB
danSMP/MTs/sederajat dan SMPLB. Sebelum pelaksanaan kampanye imunisasi MR
dilaksanakan, perlu melibatkan Tim Pembina UKS (Dinas Kesehatan, Dinas
Pendidikan, Kanwil Kemenag, Pemda) untuk koordinasi pelaksanaan kegiatan
imunisasi MR di sekolah.
b. Tahap kedua pemberian imunisasi untuk anak-anak di luar sekolah usia 9 bulan –
<15tahun di pos-pos pelayanan imunisasi seperti Posyandu, Polindes,
Poskesdes,Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
BAB IV
PELAKSANAAN KAMPANYE IMUNISASI MR
Pelaksanaan atau implementasi kampanye imunisasi MR merujuk pada mekanisme kerja atau
alur pelayanan, persiapan vaksin dan logistik, peran petugas kesehatan, guru dan kader,
penyuntikan yang aman, pengelolaan limbah dan pencatatan serta pelaporan.
A. Mekanisme Kerja
Pelayanan imunisasi dilakukan di pos-pos pelayanan imunisasi yang telah
ditentukanyaitu di Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah
Sakit,di sekolah-sekolah yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak
(TK),SD/sederajat dan SLTP/sederajat.Berikut ini adalah contoh mekanisme kerja pelayanan
imunisasi di posyandu ataupos pelayanan imunisasi
B. Persiapan Vaksin dan Logistik
1. Distribusi Vaksin dan Logistik
Vaksin dan logistik didistribusikan secara berjenjang dari pusat ke dinas kesehatan
provinsi, dinas kesehatan provinsi ke dinas kesehatan kabupaten/kota, dan dinas
kesehatan kabupaten/kota ke puskesmas kemudian ke pos-pos pelayanan imunisasi
lainnya. Tenaga kesehatan atau tim imunisasi akan menerima vaksin MR dan pelarutnya
dari puskesmas terdekat yang telah memiliki vaksin refrigerator ADS 0,5 ml,
ADS 5 ml, safety box, kapas, formulir pencatatan, anafilatik kit, penmarker, kantong
plastik untuk limbah tidak tajam dan logistik lainnya yang tidak memerlukan cold chain
dapat didistribusikan ke petugas sebelum pelaksanaan kampanye berdasarkan
mikroplanning yang telah dibuat.
Vaksin MR dan pelarut didistribusikan ke pos pelayanan pada hari yang sama dengan
pelayanan menggunakan vaksin carrier standar. Sehari sebelum pelayanan, pelarut harus
disimpan dalam lemari es pada suhu 2 sd 8 C. Pelarut juga harus dimasukan ke dalam
vaksin carrier agar memiliki suhu yang sama dengan vaksin yaitu berkisar 2 sd 8 derajat
celsius pada saat pelarutan. Petugas kesehatan atau vaksinator bertanggung jawab
membawa vaksin carrier ketempat pelayanan. Saat sesi pelayanan sudah selesai setiap
harinya, petugas bertanggung jawab mengembalikan vaksin carrier dan safety box yang
telah terisi ke puskesmas.
Selama pelaksanaan kampanye imunisasi MR, Puskesmas atau pos pelayanan
imunisasi lainnya akan menerima logistik sebagai berikut:
1. Vaksin MR dan pelarut sejumlah sasaran
2. ADS 0,5 ml dan ADS 5 ml
3. Safety Box
4. Satu set kapas
5. Formulir pencatatan dan pelaporan cakupan dan logistik
6. Formulir laporan KIPI 5 lembar
7. Formulir investigasi KIPI 1 paket
8. KIPI kit
9. Kantong limbah medis untuk vial vaksin kosong
10. Pen marker
11. Kantong atau tempat sampah untuk limbah non medis lainnya
2. Pelarutan Vaksin
Dalam melarutkan vaksin harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pelarutan vaksin hanya boleh dilakukan ketika sasaran sudah datang untuk imunisasi.
b. Pelarut harus berasal dari produsen yang sama dengan vaksin yang digunakan.
c. Pastikan vaksin dan pelarutnya belum kadaluarsa dan VVM masih dalam kondisi
A atau B.
d. Vaksin dan pelarut harus mempunyai suhu yang sama (2 sd 8 C) dan tidak
pernahbeku.
e. Melarutkan vaksin dengan dengan menggunakan ADS 5 ml. Satu ADS 5
ml digunakan untuk melarutkan satu vial vaksin. Jangan menyentuh jarum ADS
dengan jari.
f. Memastikan 5 ml cairan pelarut vaksin terhisap dalam ADS kemudian
baru melakukan pencampuran dengan vaksin kering campak.
g. Masukan pelarut secara perlahan ke dalam botol vaksin agar tidak
terjadigelembung/busa.
h. Kocok campuran vaksin dengan pelarut secara perlahan sampai tercampur rata, hal ini
untuk mencegah terjadinya abses dengin.
i. Vaksin yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan dalam waktu 6 jam. Oleh karen
aitu hanya boleh melarutkan satu vial vaksin dan baru boleh melarutkan vaksin lagi
bila vaksin pada vial sebelumnya sudah habis serta masih ada sasaran.
j. Catat jampelarutan vaksin pada label vaksin.
k. Memperhatikan prosedur aseptik
3. Cara Pemberian Vaksin MR
Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun tanpa melihat
status imunisasi dan riwayat penyakit campak atau rubella sebelumnya. Berikut adalah
langkah-langkah dalam melakukan penyuntikan vaksin MR:
a. Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai (auto disable
syringe / ADS) 0,5 ml.
b. Penggunaan alat suntik tersebut dimaksudkan untuk menghindari pemakaian berulang
jarum sehingga dapat mencegah penularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B dan C.
c. Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dilakukan dengan cara memasukkan jarum
ke dalam vial vaksin dan pastikan ujung jarum selalu berada di bawah permukaan
larutan vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.
d. Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan
udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai
pada skala 0,5 cc, kemudian cabut jarum dari vial.
e. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas kering sekali pakai ataukapa
s yang dibasahi dengan air matang, tunggu hingga kering. Apabila lengan anaktampak
kotor diminta untuk dibersihkan terlebih dahulu.
f. Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri atas.
g. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan (sudut kemiringan
penyuntikan 45.
h. Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian ambil kapas kering baru la
luditekan pada bekas suntikan, jika ada perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi
suntikan hingga darah berhenti
4. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kampanye imunisasi MR harus akurat, lengkap dan tepatwaktu.
Pencatatan kegiatan dilakukan terpisah dari kegiatan rutin, dan dilaporkan setiap hari.
Pelaporan dilakukan berjenjang dan bertahap dari pos pelayanan hingga ke Pusat.
Pencatatan dan pelaporan pada kegiatan ini adalah hasil cakupan dihitung berdasarkan
data pusdatin maupun data pendataan sasaran, dan pemakaian logistik menggunakan
formulir.
BAB V
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI
Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional termasuk vaksin MR untuk
kampanye imunisasi MR sangat aman dan efektif, namun demikian seiring dengan meningkatnya
jumlah vaksin yang diberikan, menurut Chen dkk akan muncul Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI). KIPI merupakan kejadian medik yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Kejadian
ini dapat berupa reaksi vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan,atau hubungan
kausal yang tidak dapat ditentukan. Pada saat imunisasi massal (kampanye) di mana dilakukan
pemberian imunisasi dalam jumlah banyak pada kurun waktu tertentu, akan muncul jumlah
laporan KIPI yang meningkat. Untuk itu persiapan kegiatan yang sistematik dan terencana baik
harus dilakukan. Kejadian ikutan pasca imunisasi diklasifikasikan serius menurut Uppsala
Monitoring Centre (UMC) apabila kejadian medis akibat setiap dosis imunisasi yang
diberikan,menimbulkan kematian, kebutuhan untuk rawat inap dan gejala sisa yang menetap
serta mengancam jiwa. Klasifikasi serius KIPI tidak berhubungan dengan tingkat keparahan
(beratatau ringan) dari reaksi KIPI yang terjadi.
A. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Pada Kampanye MR yang Mungkin Terjadi dan
Antisipasinya
1. Vaksin MR adalah vaksin yang sangat amat aman, namun seperti sifat setiap obat
memiliki reaksi simpang. Reaksi simpang yang mungkin terjadi adalah reaksi lokal
seperti nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi suntikan dan reaksi sistemik berupa
ruam atau rash, demam, dan malaise dan reaksi simpang tersebut akan sembuh dengan
sendirinya. Reaksi alergi berat seperti reaksi anafilaksis dapat terjadi pada setiap orang
terhadap setiap obat, kemungkinan tersebut dapat juga terjadi pada pemberian vaksin
MR.
2. KIPI yang terkait kesalahan prosedur dapat terjadi, untuk itu persiapan sistem
pelaksana imunisasi yang terdiri dari petugas pelaksana yang kompeten (memiliki
pengetahuan cukup, trampil dalam melaksanakan imunisasi dan memiliki sikap
profesional cukup sebagai tenaga kesehatan), peralatan yang lengkap dan petunjuk
teknis yang jelas, harus disiapkan dengan maksinal. Kepada semua jajaran yang masuk
dalam sistem ini harus memahami petunjuk teknis yang diberikan.
3. KIPI terkait reaksi kecemasan mungkin terjadi. Reaksi kecemasan sering terjadi padaan
ak, dan kejadian dapat timbul karena target usia pada kampanye MR sampai dengan
usia 15 tahun. Reaksi kecemasan yang mungkin timbul adalah pingsan yang gejalanya
mirip reaksi anafilaksis, perbedaan yang harus diketahui petugas adalahtanda vital yang
normal pada pingsan akibat reaksi kecemasan terhadap tindakan imunisasi/ suntikan.
4. KIPI yang tidak terkait dengan vaksin atau koinsiden harus diwaspadai. Untuk itu
penapisan status kesehatan anak yang akan diimunisasi harus dilakukan seoptimal
mungkin. Apabila diperlukan catat data anak yang status kesehatannya
meragukan,untuk digunakan sebagai kelengkapan data apabila kemungkinan terjadi
KIPI.
B. Mekanisme Pemantauan dan Penanggulangan KIPI
Pemantauan kasus KIPI dimulai langsung setelah imunisasi. Selanjutnya Puskesmas
menerima laporan KIPI dari masyarakat/orangtua/kader. Apabila ditemukan dugaan KIPI
serius agar segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk dilakukan
pelacakan. Hasil pelacakan dilaporkan ke Pokja/Komda PP-KIPI dilakukan analisis
kejadian,tindak lanjut kasus, seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Untuk
keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
42/Menkes/SK//2014tentang Pedoman Penyelenggaraan imunisasi.
1. KESIMPULAN
a) Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemui di daerah tropis
b) Dampak campak dan rubella sangat besar bila tidak dicegah. Kerugian yang ditimbulkan
sindrom rubella kongenital sangat membebani anggaran baik orang tua maupun negara.
c) Pencegahan dengan imunisasi diharapkan mampu melindungi anak Indonesia dari campak
dan rubella, serta mencegah kelahiran dengan CSR.
d) Komunikasi dan perencanaan yang baik antar tenaga kesehatan dan masyarakat turut
mensukseskan cakupan imunisasi.
2. SARAN
a) Perlu komunikasi dengan warga yang menolak imunisasi agar cakupan imunisasi mencapai
target.
b) Pengaruh tokoh agama dan tokoh adat serta para kader harus dimaksimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmodjo, 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Kemenkes, 2017. Petunjuk Teknis Imunisasi Campak dan Rubella. Direktorat Kementerian
Kesehatan. Indonesia.
LAMPIRAN