Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Yang Digunakan Pedagang Daerah Salatiga
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Yang Digunakan Pedagang Daerah Salatiga
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Yang Digunakan Pedagang Daerah Salatiga
Oleh:
SALATIGA
2018
Nama/NIM : Teresa Febriyanti (652016001)
I. JUDUL
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas, Bilangan Peroksida dan Bilangan Asam
(Konduktometri) pada Minyak Goreng Habis Pakai yang Digunakan Pedagang Daerah
Salatiga.
II. TUJUAN
1. Menentukan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida pada minyak goreng
yang digunakan pedagang daerah Salatiga.
2. Menentukan titik akhir titrasi pada uji bilangan asam berdasarkan metode
konduktometri.
3. Menentukan nilai bilangan asam dengan metode konduktometri.
Asam lemak bebas dalam minyak goreng adalah asam lemak berantai panjang
yang tidak teresterifikasi dan mengandung asam lemak jenuh berantai panjang.
Semakin banyak asam lemak bebas yang dikonsumsi maka akan meningkatkan kadar
Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah atau sering disebut sebagai kolesterol
jahat (Adrian, 2005). Rukmini (2007) menyatakan bahwa minyak goreng yang
memiliki kandungan asam lemak bebas lebih dari standar mutu yang ditetapkan, jika
dikonsumsi terus menerus dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan
atheroskelerosis, bertambahnya berat organ ginjal dan hati serta menimbulkan berbagai
macam penyakit yang cukup membahayakan. Kandungan asam lemak bebas (free fatty
acid, FFA) dalam minyak merupakan ukuran kualitas minyak, FFA dinyakan dengan
bilangan asam atau angka asam (Subiyantoro, 2003).
Untuk mengetahui kualitas dari suatu minyak, ada beberapa cara pengujian
yaitu penetapan bilangan peroksida, bilangan asam, bilangan iod, dan bilangan
penyabunan (Ketaren, 1986). Pada minyak jelantah terdapat material yang tidak
berguna yaitu senyawa peroksida, senyawa peroksida dapat menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap beberapa penyakit seperti kasinoma (Rifqi dan Nabila,
2011). Nilai rujukan yang dipakai di Indonesia untuk minyak goreng adalah nilai dari
Standar Nasional Indonesi (SNI) seperti pada Tabel 1.
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan
dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan
parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan
banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada
minyak terutama pada saat pengolahan . Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar
untuk kebanyakan bahan lipid. Bilangan asam adalah ukuran jumlah asam bebas yang
dihitung berdasar bobot molekul asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam
dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang dibutuhkan untuk menetralkan
asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak. Bilangan asam ini menyatakan
jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak, dan biasanya dihubungkan
dengan telah terjadinya hidrolisis minyak berkaitan dengan mutu minyak.
Prinsip kerja dari konduktometri ini adalah sel hantaran dicelupkan kedalam larutan
ion positif dan negative yang ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan sinyal
listrik berupa hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan oleh alat menjadi
hantaran listrik larutan. Konduktometri adalah suatu metoda analisi yang berdasarkan
kepada pengukuran daya hantar listrik yang dihasilkan oleh sepasang elektroda inert yang
mempunyai luas penampang (A) dan jarak tertentu (d). Daya hantar listrik tersebut
merupakan fungsi konsentrasi dari larutan elektrolit yang di ukur. Daya hantar listrik
berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak
mempunyai daya hantar listrik yang besar.
ALAT
Alat yang digunakan pada uji asam lemak bebas dan bilangan peroksida adalah
neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg (Ohaus pionneer, PA 2214), spatula, buret,
statif + klem, labu ukur, gelas beaker, erlenmeyer, , pipet volume, pipet ukur, dan pipet
tetes.
Lalu alat yang digunakan pada titrasi konduktometri adalah neraca analitik
dengan ketelitian 0,1 mg (Ohaus pionneer, PA 2214), spatula, buret, statif + klem, labu
ukur, gelas beaker, erlenmeyer, , pipet volume, pipet ukur, pipet tetes, pH meter, dan
magnetic stirer.
BAHAN
Bahan yang digunakan pada uji asam lemak bebas dan titrasi konduktometri
adalah minyak dari beberapa pedagang di daerah Salatiga, etanol teknis, KOH p.a,
asam oksalat teknis, indikator PP, dan akuades.
Bahan yang digunakan pada uji kadar peroksida adalah minyak dari beberapa
pedagang di daerah Salatiga, asam asetat glacial, MC, KI 10% dan jenuh, K2Cr2O7,
indikator PP, indikator amilum, dan akuades.
METODE PENELITIAN
Standarisasi KOH
Standarisasi Na2S2O3
V. HASIL
FFA
Standarisasi KOH
MKOH = 0,0642 M
MKOH = NKOH = 0,0642 N
Sampel A
VKOH (mL) I II III Blanko
Vawal 0 0,3 0,6 0,2
Vakhir 0,3 0,6 0,9 0,2
Vditambahkan 0,3 0,3 0,3 0,2
Vrata-rata 0,3 0,2
Sampel B
VKOH (mL) I II III Blanko
Vawal 4 4,5 5 0,2
Vakhir 4,5 5 5,6 0,2
Vditambahkan 0,5 0,5 0,6 0,2
Vrata-rata 0,53 0,2
Sampel C
VKOH (mL) I II III Blanko
Vawal 2,2 2,7 3,3 0,2
Vakhir 2,7 3,3 3,8 0,2
Vditambahkan 0,5 0,6 0,5 0,2
Vrata-rata 0,53 0,2
Sampel E
VKOH (mL) I II III Blanko
Vawal 0 1,8 3,5 0,2
Vakhir 1,8 3,5 5,2 0,2
Vditambahkan 1,8 1,7 1,7 0,2
Vrata-rata 1,73 0,2
Sampel F
VKOH (mL) I II III Blanko
Vawal 0 0 0 0,2
Vakhir 3,8 3,9 3,8 0,2
Vditambahkan 3,8 3,9 3,8 0,2
Vrata-rata 3,83 0,20,2
Standarisasi Na2S2O3
V Na2S2O3 (mL) I II III
Vawal 0 8 0
Vakhir 8 15 7,9
Vditambahkan 8 7 7,9
Vrata-rata 7,95
M Na2S2O3 = 0,0189 M
Sampel A
VKOH (mL) I II III Blanko
Vawal 4,8 4,9 5 0
Vakhir 4,9 5 5,1 0
Vditambahkan 0,1 0,1 0,1 0
Vrata-rata 0,1 0
= 0,754 meq/kg
Sampel C
VKOH (mL) I II III Blanko
Vawal 0 1,6 2,8 0
Vakhir 1,6 3,3 4,5 0
Vditambahkan 1,6 1,7 1,7 0
Vrata-rata 1,67 0
= 12,59 meq/kg
Sampel D
VKOH (mL) I II III Blanko
Vawal 5,9 6,1 6,3 0
Vakhir 6,1 6,3 6,5 0
Vditambahkan 0,2 0,2 0,2 0
Vrata-rata 0,2 0
= 1,508 meq/kg
BILANGAN ASAM
BM KOH
Bilangan Asam = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝐹𝐴 𝑥 BMasam lemak∶10
Sample A
Volume(I) mV (dE/dV)2 Volume(II) mV (dE/dV)2 Volume(III) mV (dE/dV)2
1 0 0 7 0 0 14 0 0
2 0 0 8 0 0 15 0 0
3 0,01 0,01 9 0,01 0,01 16 0,01 0,01
4 0,02 0 10 0,02 0 17 0,02 0
5 0,03 0 11 0,03 0 18 0,03 0
6 0,04 0 12 0,03 -0,01 19 0,04 0
13 0,04 0,01
Titrasi Titik Ujung
Konduktometri Sample
A
I 4
II 10
III 17
Rata-rata 10,33
V blanko 0,4
N KOH 0,00713
BM asam lemak 256,42
% FFA 0,36
Bilangan Asam 0,79
(dE/dV)2 A1
0.02
Axis Title
0.01 (dE/dV)2
y = -0.0003x +
0 0.0027
R²0 = 0.0171 5 Linear
10
-0.01 ((dE/dV)2)
Axis Title
(dE/dV)2 A2
0.05 (dE/dV)2
Axis Title
0 y = 0.0014
R² = 0
-0.05 0 5 10 15 Linear
Axis Title
((dE/dV)2)
(dE/dV)2 A3
0.02
Axis Title
0.01 (dE/dV)2
y = -0.0003x +
0 0.0064
R² =100.0171 20 Linear
0
-0.01 ((dE/dV)2)
Axis Title
SAMPLE C
Vol (I) mV (dE/dV)2 Vol (II) (dE/dV)2 Vol (III) mV (dE/dV)2
1 0 0 1 0 0 1 0 0
2 0 0 2 0 0 2 0 0
3 0 0 3 0 0 3 0 0
4 0,01 0,01 4 0,01 0,01 4 0,01 0,01
5 0,01 -0,01 5 0,02 0 5 0,01 -0,01
6 0,02 0,01 6 0,02 -0,01 6 0,02 0,01
7 0,03 0 7 0,03 0,01 7 0,03 0
8 0,03 -0,01 8 0,03 -0,01 8 0,04 0
9 0,04 0,01 9 0,04 0,01 9 0,04 -0,01
(dE/dV)2 C1 (dE/dV)2 C2
0.05 0.05
Axis Title
Axis Title
y= y=
0 0.0002x (dE/dV)2 0 0.0002x (dE/dV)2
0 +…5 10 0 +…5 10
-0.05 -0.05
Axis Title Axis Title
(dE/dV)2 C3
0.02
0 (dE/dV)2
0 5 10
-0.02
SAMPLE D
Vol (I) mV (dE/dV)2 Vol (II) mV (dE/dV)2 Vol (III) mV (dE/dV)2
1 0 0 15 0 0 29 0 0
2 0 0 16 0 0 30 0 0
3 0 0 17 0 0 31 0 0
4 0,01 0,01 18 0,01 0,01 32 0 0
5 0,02 0 19 0,02 0 33 0,01 0,01
6 0,02 -0,01 20 0,02 -0,01 34 0,01 -0,01
7 0,03 0,01 21 0,03 0,01 35 0,02 0,01
8 0,03 -0,01 22 0,03 -0,01 36 0,02 -0,01
9 0,03 0 23 0,03 0 37 0,03 0,01
10 0,04 0,01 24 0,04 0,01 38 0,03 -0,01
11 0,04 -0,01 25 0,04 -0,01 39 0,04 0,01
12 0,05 0,01 26 0,05 0,01 40 0,04 -0,01
13 0,05 -0,01 27 0,05 -0,01 41 0,05 0,01
14 0,06 0,01 28 0,05 0 42 0,05 -0,01
(dE/dV)2 D1 (dE/dV)2 D2
0.05 0.05
Axis Title
Axis Title
y = 7E-05x y=-
0+ 0.0002 (dE/dV)2 0 (dE/dV)2
0.0002x +
R²0 =… 10 20 0
0.0016… 10 20
-0.05 -0.05
Axis Title Axis Title
(dE/dV)2 D3
0.02
0 (dE/dV)2
0 10 20
-0.02
Sample E
Vol (I) mV (dE/dV)2 Vol (II) mV (dE/dV)2 Vol (III) Mv (dE/dV)2
1 0 0 7 0 0 13 0 0
2 0 0 8 0 0 14 0 0
3 0,01 0,01 9 0 0 15 0 0
4 0,02 0 10 0,01 0,01 16 0,01 0,01
5 0,02 -0,01 11 0,02 0 17 0,02 0
6 0,03 0,01 12 0,03 0 18 0,03 0
(dE/dV)2 E1 (dE/dV)2 E2
0.05 0.02
Axis Title
(dE/dV)2
Axis Title
(dE/dV)2 E3
0.02
Axis Title
y = 0.0003x - (dE/dV)2
0 0.0028
0 = 0.0171
R² 10 20 Linear
-0.02 ((dE/dV)2)
Axis Title
SAMPLE F
Volume mV (dE/dV)2 Volume mV (dE/dV)2 Volume mV (dE/dV)2
1 0 0 2 0 0 1 0 0
2 0,01 0,01 2 0,01 0,01 2 0,01 0,01
3 0,01 -0,01 3 0,01 -0,01 3 0,01 -0,01
4 0,02 0,01 4 0,02 0,01 4 0,02 0,01
5 0,02 -0,01 5 0,02 -0,01 5 0,02 -0,01
6 0,02 0 6 0,02 0 6 0,03 0,01
7 0,03 0,01 7 0,03 0,01 7 0,03 -0,01
8 0,03 -0,01 8 0,03 -0,01 8 0,03 0
9 0,03 0 9 0,03 0 9 0,03 0
10 0,03 0 10 0,03 0 10 0,04 0,01
11 0,03 0 11 0,04 0,01 11 0,04 -0,01
(dE/dV)2 F1 (dE/dV)2 F2
0.02 0.02
0.01 y0.01
= 0.0002x -
Axis Title
Axis Title
(dE/dV)2 F3
0.02
0.01
Axis Title
y = -0.0004x (dE/dV)2
+00.0022
0
R² = 0.0182
-0.01 10 20 Linear
-0.02 ((dE/dV)2)
Axis Title
VI. PEMBAHASAN
Analisis kualitas minyak secara kimiawi dilakukan dengan menguji kadar asam
lemak bebas, bilangan peroksida dan bilangan asam. minyak merupakan trigliserida
jika terurai menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Kadar asam lemak bebas adalah
presentase jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak yang dinetralkan
dengan KOH. Penentu tingkat kerusakan minyak selanjutnya adalah bilangan peroksida.
Sebagian besar kerusakan minyak disebabkan oleh proses hidrolisis (secara enzimatik
maupun non-enzimatik) dan oksidasi. Pada proses oksidasi, akan terbentuk senyawa
peroksida yang mudah bereaksi lebih lanjut dan bersifat labil. Kemudian akan terbentuk
senyawa keton dan aldehid yang menyebabkan bau dan tengik pada minyak yang
menjadi pertanda bahwa minyak tersebut sudah rusak (Ketaren, 1986).
Pada penelitian ini digunakan metode alkalimetri untuk penetapan kadar asam
lemak bebas, prinsip metode alkalimetri adalah terjadinya reaksi netralisasi dikarenakan
adanya reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam yang terdapat dalam minyak
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa yang digunakan sebagai pentiter.
Penelitian ini dilakukan secara triplo untuk setiap sampel, hal ini bertujuan untuk
memperoleh data yang akurat dan memperkecil kesalahan dalam proses titrasi. Asam
lemak bebas pada minyak ditetapkan kadarnya menggunakan titrasi dengan pereaksi
basa KOH. sebelum dilakukan uji kadar asam lemak bebas, larutan KOH yang akan
digunakan untuk mentitrasi sampel, harus distandarisasi terlebih dahulu. Hal tersebut
bertujuan untuk menentukan konsentrasi larutan KOH yang akurat, dikarenakan KOH
merupakan larutan baku sekunder dimana konsentrasinya tidak dapat ditentukan secara
akurat dengan menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan dengan tepat,
melainkan harus ditentukan dengan metode titrasi terhadap larutan baku primer.
Larutan baku primer merupakan larutan baku yang konsentrasinya dapat ditentukan
dengan menghitung berat zat terlarut yang dilarutkan dengan tepat. Bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan standar primer harus benar-benar
dalam keadaan murni, stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat
higroskopis, serta memiliki berat ekivalen besar sehingga meminimalkan kesalahan
akibat penimbangan. Pada percobaan ini larutan yang digunakan sebagai baku primer
yaitu asam oksalat.
Setelah dilakukan prosedur standarisasi, diperoleh hasil konsentrasi KOH
sebesar 0,0642 M. Hasil tersebut cukup berbeda dengan perhitungan awal yaitu 0,1 M,
hal tersebut dimungkinkan disebabkan oleh pembuatan larutan baku primer yang
kurang tepat dan kurangnya ketelitian saat menimbang padatan asam oksalat yang
dilakukan pada neraca analit dengan ketelitian 2 dijit dibelakang koma.
Hasil analisa asam lemak bebas dapat dilihat pada tabel hasil diatas. Pada
minyak A, B dan C memiliki nilai kadar FFA < 0,3% sehingga dapat dikatakam bahwa
minyak A, B dan C masih memenuhi standar mutu SNI dan memiliki kadar asam lemak
bebas yang rendah. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari warna minyak yang masih
berwana orange kekuningan. Sedangkan pada minyak D, E, F memiliki nilai kadar
FFA > 0,3% sehingga dapat dikatakan minyak D, E, dan F tidak lagi memenuhi standar
mutu SNI dan memiliki kadar asam lemak bebas yang tinggi. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dari warna minyak yang sudah berubah warna menjadi cokelat atau bahkan
hitam.
Kadar asam lemak yang tinggi berarti terdapat banyak trigliserida yang terurai
menjadi asam lemak bebasnya. Rusaknya trigliserida disebabkan oleh pemanasan yang
tinggi secara berulang (Pakpahan et al, 2013). Karena minyak jelantah banyak
mengandung air maka trigliserida yang terdapat dalam minyak akan terhidrolisis
menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi trigliserida akan dipercepat karena
adanya beberapa faktor seperti panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama
reaksi tersebut berlangsung, makan akan semakin banyak pula kadar asam lemak bebas
yang terbentuk (Tim Penulis, 2001). Lamanya penyimpanan juga dapat menaikan kadar
asam lemak bebas. Penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan ikatan trigliserida pecah lau membentuk gliserol dan asam lemak bebas
(Sutiah et al, 2008). Reaksi hidrolisis Trigliserida dapat dilihat pada Gambar 1.
’
Bilangan Peroksida
Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya
sehingga akan terbentuk senyawa peroksida seperti pada Gambar 2.
Bilangan Asam
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa titik ekuivalen dari konduktometri
dengan titik ekuivalen konvensional memiliki perbedaan yang signifikan. Adanya
perbedaan titik akhir titrasi pada metode konfuktometri dengan metode konvensional
disebabkan karena beberapa hal :
Dapat dilihat dari data sampel diatas, diperoleh semua sampel berada di bawah standar
mutu dari SNI, yaitu berada di bawah 0,6 mg KOH/g. Rendahnya bilangan asam ini dapat
diartikan setara dengan rendahnya kadar asam lemak bebas
VII. KESIMPULAN
- Kadar asam lemak bebas pada sampel minyak A, B, C, D, E, dan F berturut-turut
adalah 0,03%; 0,11%; 0,11%; 0,25%; 0,5%; 1,19%. Sedangkan untuk bilangan
peroksida pada sampel A, C dan D berturut-turut adalah 0,754 meq/kg, 12,59 meq/kg
dan 1,508 meq/kg.
- Rendahnya bilangan asam pada sampel mengakibatkan semua sampel berada di
bawah standar mutu dari SNI 0,6 mg KOH/g.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, S. 2005. Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Yang
Beredar Di Kota Medan Tahun 2005. Skripsi yang Tidak Dipublikasikan. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Kumala, M. 2003. Peran Asam Lemak Tak Jenuh Jamak Dalam Respon Imun. Jurnal
Indonesia Media Assosiasi. 2: 11-2.
Pakpahan JF, Tambunan T, Ritonga MY. 2013. Pengaruh Free Fatty Acid dan warna dari
minyak jelantah dengan adsorben serabut kelapa dan jerami. Jurnal Teknik Kimia
USU. 2(1): 31-36.
Rifqi T dan Nabila YA. 2011. Banana peels: An economical refining agent for carcinogenic
substance in waste cooking oil. APEC Youth Scientist Journal. 4(1): 62-73.
Rukmini, A. 2007. Regenerasi Minyak Goreng Bekas dengan Arang Sekam Menekan
Kerusakan Organ Tubuh. Seminar Nasional Teknologi 2007. ISSN: 1978-9777.
Siti N.W., Dewanti, Tri W., Kuntanti. 2001. Studi tingkat kerusakan dan keamanan pangan
minyak goreng bekas (Kajian dari perbedaan jenis minyak goreng dan bahan pangan
yang digoreng). Laporan Penelitian. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya.
Subiyantoro. 2003. Kajian pemucatan minyak goreng bekas dengan metode adsorbsi dan
pengkelatannya. Tugas Akhir. Fakultas Teknologi Pangan IPB.
Sutiah, K., Sofjan, F & Budi, W.S. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter
Viskositas dan Indeks Bias. Berkala Fisika Vol 11. (2): 53-58.
Tim Penulis PS. 2001. Kelapa Sawit Usaha Budidaya: Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran Cetakan Ketiga Belas. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Yustinah. 2011. Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari Sabut
Kelapa. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia.