Makalah Briket Batubara

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA

‘’BATUBARA DALAM INDUSTRI BRIKET’’

Disusun Oleh :

Safrudin Hasan (0001.07.16.2017)

Mata Kuliah : Teknologi Batubara Dan Energi Terbarukan

Dosen Pengasuh Mata Kuliah : Dr.Ir.H.Syamsuddin Yani, ST.MT.IPM ASEAN Eng

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia memiliki cadangan batubara yang cukup besar yaitu lebih dari 36
milliar ton yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi
(Mangunwidjaja, 1999). Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar belum terlalu luas
jika dibandingkan dengan bahan bakar lain, seperti minyak tanah, gas alam, kayu bakar
dan sebagainya. Namun bila dibandingkan dengan bahan bakar padat yang lain,
batubara mampu menyala lebih lama karena kandungan karbon yang tinggi.
Dengan adanya kenaikan BBM khususnya Minyak Tanah dan Solar, tentunya
penggunaan Briket Batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri
kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, untuk itu diperlukan
sosialisasi dalam penggunaan Briket Batubara di setiap daerah. Batubara dipasarkan
dalam bentuk briket untuk keperluan rumah tangga. Kesulitan penyalaan briket batubara
dibandingkan bahan bakar yang lain menyebabkan batubara kurang diminati sebagai
bahan bakar rumah tangga (Saptoadi, 1999).
Teknologi pembuatan Briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan
oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia
telah mengembangkan Briket Batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat
berkembang dengan baik mengingat Minyak Tanah masih disubsidi sehingga harganya
masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih memilih minyak tanah untuk bahan
bakar sehari-hari. Namun dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak
mau masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah seperti
Briket Batubara.
Walaupun cadangan batubara di Indonesia relatif besar, sebagian besar sumber
daya batubara tersebut merupakan batubara berperingkat rendah yang berkadar air
tinggi. Batubara berperingkat rendah akan cocok untuk berbagai kebutuhan rumah
tangga dan industri kecil, misalnya memasak. Oleh karena itu, bentuk briket merupakan
bentuk paling cocok sebagai sumber energi alternatif memasak di kegiatan rumah
tangga.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Apa itu briket, jenis dan bentuk dari briket batubara?
2. Bagaimana cara membuat briket batubara?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan pemakaian briket batubara?
4. Bagaimana dan dimana aplikasi penggunaan briket batubara?

1.3. MANFAAT DAN TUJUAN


Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian briket, jenis dan bentuk dari briket batubara.
2. Mengetahui cara membuat briket batubara.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan pemakaian briket batubara.
4. Mengetahui cara penggunaan briket batubara dan aplikasi dalam industri dan rumah
tangga.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN BRIKET, JENIS – JENIS DAN BENTUK BRIKET BATUBARA

2.1.1. Pengertian Briket Batubara


Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu,
yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan
dengan daya tekan tertentu dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka, agar
bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam
pemanfaatannya.
Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah
sepeti untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Bahan baku
utama Briket Batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan
mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Produsen terbesar Briket
Batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
Sifat briket yang baik adalah sebagai berikut.
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.
2. Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu diangkat dan
dipindah-pindah.
3. Mempunyai suhu pembakaran yang tetap (± 3500C) dalam jangka waktu yang
cukup panjang (8-10 jam).
4. Setelah pembakaran masih mempunyai kekuatan tertentu sehingga mudah untuk
dikeluarkan dari dalam tungku masak.
5. Gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang tinggi

2.1.2. Jenis – Jenis Briket Batubara


Beberapa jenis briket batubara yang umum digunakan adalah sebagai berikut.

1. Jenis Berkarbonisasi (super)


Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi Briket.
Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam Briket Batubara
tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau dan
berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada Batubara tersebut
terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan
rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya.

2. Jenis Non Karbonisasi (biasa)


Jenis yang ini tidak mengalami dikarbonisasi sebelum diproses menjadi Briket dan
harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalam Briket
Batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor)
sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang
yang muncul dari Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku.
Campuran jenis ini berupa batubara mentah dan zat perekat (biasanya lempung).
Sangat sederhana dan biasanya berkualitas rendah. Briket ini umumnya digunakan
untuk industri kecil.

3. Jenis briket bio-batu bara


Atau dikenal dengan bio-briket, selain kapur dan zat perekat, ke dalam campuran
ditambahkan bio-masa sebagai substansi untuk mengurangi emisi dan mempercepat
pembakaran. Bio-masa yang biasanya digunakan berasal dari ampas industri agro
(seperti bagas tebu, ampas kelapa sawit, sekam padi, dan lain-lain) atau serbuk
gergaji.

2.1.3. Bentuk Briket Batubara


Bentuk dan ukuran briket batubara hasil cetakan (kemasan) dibuat sesuai
untuk keperluan sektor pengguna. Saat ini telah dikembangkan dua bentuk briket
batu bara, yaitu tipe bantal (telor) yang padat dan kompak dan tipe yontan
(berongga). Kedua bentuk dibuat untuk memudahkan pemakaian dan memperoleh
efisiensi pembakaran.
Dikenal 2 bentuk briket yaitu :
1. Type yontan (silinder) untuk keperluan rumah tangga
Type ini lebih dikenal dan popular, disebut dengan yontan, suatu nama local
berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg
dan mempunyai lubang-lubang sebanyak 22 lubang. Tipe yontan juga
dirancang untuk industri dan memerlukan “kompor” atau tungku yang khusus.
2. Type egg (telor/bantal) untuk keperluan industri dan rumah tangga
Tipe bantal berukuran kecil cocok digunakan untuk rumah tangga (memasak),
dan yang berukuran lebih besar baik untuk industri. Type ini juga
dipergunakan untuk bahan bakar industri kecil seperti untuk pembakaran
kapur, bata, genteng, gerabah, pandai besi dan sebagainya, tetapi juga untuk
keperluan rumah tangga. Jenis ini mempunyai lebar 32-39 mm panjang 46-58
mm dan tebal 20-24 mm

2.2. PEMBUATAN BRIKET BATUBARA


Tujuan utama pembriketan batu bara adalah untuk membuat bahan bakar padat
serbaguna dari batu bara dengan kemasan dan komposisi yang lebih baik agar mudah dan
nyaman digunakan jika dibandingkan dengan menggunakan batu bara secara langsung. Untuk
memperoleh briket batu bara yang baik diperlukan batu bara yang “baik”, terutama yang
memiliki kandungan sulfur dan abu rendah. Bahan imbuhan juga harus dipilih dari kualitas
yang baik agar dapat berfungsi optimal sebagai perekat, mempercepat nyala, serta menyerap
emisi dan zat-zat berbahaya lainnya. Batubara dan bahan imbuhan (pencampur) ini
dihaluskan secara sendiri-sendiri sampai ukuran tertentu, dicampurkan dengan memakai
pencampur (mixer) mekanis, untuk kemudian “dicetak” (dibriket) ke dalam bentuk kemasan.

Bahan Baku Pembuatan Briket Batubara dan Fungsinya


A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.
Tabel 1. Spesifikasi Batubara Sebagai Bahan Baku Briket Batubara

 Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi
 Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang
mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit
 Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan semakin
panas dan semakin lama
 Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile matternya
akan semakin sedikit
 Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin berkurang dan
lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga
mengandung banyak air sehingga menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas
yang berkurang. Solusinya dengan cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan
dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar kalori batubara)

B. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan memudahkan
proses pembakaran
 Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah terbakar dan
pencapaian suhu maksimalnya akan semakin cepat
 Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama pembakaran menjadi
semakin berkurang
 Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan bakar
dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari
 Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO dan polusi
HC akan semakin berkurang

C. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat


 Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur yang
mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan
 Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras
 Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin sedikit
 Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang terbaik
untuk tanah liat adalah 10%

D. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama


 Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat
yang kuat dan tidak mudah hancur
 Pembuatan "adonan perekat" dari tepung tapioka dengan air juga harus diperhatikan
sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi sebaiknya didinginkan
terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-benar kental dan rekat

E. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun dan
mengurangi bau belerang
 Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%
 Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak akan
membuat panas pembakaran briket menjadi berkurang

2.2.1. Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa)


2.2.2. Proses Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi (Tipe Super)
2.2.3. Proses Pembuatan Briket Bio-Batubara
Pada awal proses produksi, digunakan bahan baku batu bara (76%), bagas (19%)
dan kapur (5%). Dalam perkembangannya untuk meningkatkan sifat fisik produk,
ditambahkan molases sebagai bahan pengikat (8%) dan pengurangan bagas menjadi 10%,
sehingga komposisi briket bio batu bara menjadi : batu bara (85%), bagas (10%) dan
kapur (5%). Molases ditambahkan 8% dari total campuran tersebut. Pembuatan briket
tersebut dilakukan pada mesin briket 2 roller dengan kuat tekan 2 – 3 ton/cm2. Briket
yang pecah dialirkan kembali secara otomatis untuk dipres kembali.
Bagan alir pembuatan briket bio batu bara

Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai di
antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang,
tembakau, padi, ikan,dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan
industri lain yang membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan
dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan briket batubara ini yaitu :


- Mesin Briket Batubara kapasitas 10 ton/hari

Produksi Briket

Mesin Briket Batubara kapasitas produksi 200 kg/hari


Mesin Penggerus Mesin Pencampur Mesin Pencetak

2.3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BRIKET BATUBARA

2.3.1. Keunggulan Briket Batubara


Keunggulan Briket Batubara antara lain :
 Lebih murah
 Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran yang lama
 Tidak beresiko meledak/terbakar
 Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga
 Sumber Batubara berlimpah
 Tidak berasap dan berbau sehingga rasa dan aroma makanan tidak berubah
 Nyala bara lebih bersih sehingga perabotan dan dapur tetap bersih
 Abu sisa pembakaran dapat dimanfaatkan untuk abu gosok dan campuran bahan
bangunan, pupuk tanaman.
 Tidak beracun (tidak berbahaya bagi manusia & binatang peliharaan)

2.3.2. Kekurangan Briket Batubara


Kekurangan Briket batubara antara lain :
 Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan waktu 5 – 10
menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan awal,
 Briket Batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu di atas 2 jam.
2.4. CARA PENGGUNAAN BRIKET BATUBARA DAN APLIKASINYA DALAM
INDUSTRI DAN RUMAH TANGGA
Untuk pembakaran awal dapat dilakukan dengan bahan penyulut yang sudah terbakar
seperti tatalan kayu atau merendam beberapa buah briket di dalam minyak tanah.
1. Briket Tipe Telur
Pemakaian briket tipe telur hampir sama dengan arang kayu, tetapi setelah menyala,
suhunya lebih tinggi dan pembakarannya lebih lama, sehingga lebih hemat. Susun satu
lapisan briket di atas saringan, pada lapisan tersebut bakar bahan penyulut secukupnya.
Setelah membara, tambahkan lagi briket, disesuaikan dengan lamanya waktu
memasak yang dibutuhkan, lakukan pengisapan secara terus-menerus sampai bara briket
yang dihasilkan dirasa suhunya cukup untuk. dipergunakan. Anglo harus diletakkan di
temapat yang agak tinggi dan pintu/jendela udara yang terletak di bawah anglo harus
terbuka lebar, agar sirkulasi udara berjalan lancar.
2. Briket Tipe Sarang Lebah
Ambil briket sarang tawon dengan penjepit atau jari kelingking yang dimasukkan pada
salah satu lubang briket, letakan pada ruangan pembakaran dengan posisi penyulut
menghadap ke atas. Nyalakan dengan korek api bagian penyulut tersebut.
Secara spontan nyala akan merambah ke seluruh bagian penyulut dan selanjutnya secara
perlahan. Nyala akan merambat ke bagian inti briketnya dari atas ke bawah. Anglo dapat
digunakan untuk memasak setelah bahan penyulut terbakar sempurna dan sebagian besar
inti briketnya terbakar. Untuk briket tipe telur anglo perlu dikipasi, setelah kurang lebih
10 menit, anglo dapat digunakan untuk memasak.

Untuk mengatur panas/nyala, gunakan jendela/pintu udara : dibuka lebar untuk pemanasan
yang maksimum dan disempitkan untuk pemanasan minimum.

Untuk penghematan, gunakan briket sesuai kebutuhan. Pemadaman nyala dapat dilakukan
dengan menutup rapat/jendela dan bagian atas anglo (dengan penutupan) atau mengambil
satu persatu briket (khususnya yang tipe telur) yang menyala dengan penjepit kemudian
dibenamkan ke dalam pasir atau abu briket batubara.

2.4.1. Pengembangan Produksi Briket Batubara Dan Kompor/Tungku


Sampai saat ini pihak BPP Teknologi melalui Balai Besar Teknologi
Energi (B2TE) telah lama mengembangkan dan mendesain mesin untuk
memproduksi Briket Batubara skala kecil/menengah dengan kapsitas produksi
sebesar 2 s/d 8 ton/hari. Dengan demikian industri briket sakala kecil/menengah
ini diharapkan bisa tersebar di sentra-sentra pengguna Briket Batubara sehingga
mudah dalam penyediaan briket secara kontinyu. Disamping itu pula BPP
Teknologi telah mengembangkan jenis-jenis Kompor/Tungku Briket untuk
keperluan rumah tangga, rumah makan serta industri kecil/menengah.

2.4.2. Kompor/Tungku Briket Batubara


Penggunaan Briket Batubara harus dibarengi serta disiapkan Kompor atau
Tungku, jenis dan ukuran Kompor harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada
prinsipnya Kompor/Tungku terdidri atas 2 jenis :
1. Tungku/Kompor portabel, jenis ini pada umumnya memuat briket antara 1 s/d 8
kg serta dapat dipindah-pindahkan. Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah
tangga atau rumah makan.
2. Tungku/Kompor Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara
permanen. Jenis ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah.
Persyaratan Kompor/tungku harus memiliki :
 Ada ruang bakar untuk briket
 Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan
melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder
 Ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar
briket

Kompor/Tungku Briket

Kompor Industri
Kompor Rumah Kompor Industri Kecil/Menengah
Kecil/ Menengah
Tangga(Portabel) (Permanen)
(Portabel)
Kompor untuk jenis industri kecil/menengah seperti :
1. Industri Tahu-Tempe
2. Industri Pencelupan Batik
3. Industri Batubata/Genteng/Kramik
4. Industri Pemindangan Ikan
5. Industri Pengeringan Tembakau
6. Industri Jamu
7. Pengeringan Kayu/Meubel
8. Peternakan Ayam
9. Restoran
10. Warung Tegal
11. Kafe Malam/Tenda
12. Dapur Umum di Pondok Pesantren, dan lain – lain.

Harga Briket Batubara


 Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa) : Rp. 1.600/kg
 Briket Batubara Karbonisasi (Super) Rp. 2500/kg

Kisaran Harga Kompor


 Untuk Rumah Tangga Rp. 135.000,- /bh
 Untuk Restoran Rp. 200.000,- /bh
 Untuk Industri Kecil/Menengah Rp. 350.000,-/bh

2.5 Industri Briket Batubara


Briket batubara telah lama dikenal, terutama di Eropa yang mencapai puncaknya pada
saat sebelum dikenal pemakaian bahan bakar batubara serbuk (pulverized coal) pada
pembangkit listrik. Pabrik yang pertama kali memproduksi dan memasarkan briket batubara
dibangun di Saint Etiene–Perancis pada tahun 1842, beberapa tahun kemudian menyusul di
Inggris dan di Jerman serta negara-negara lainnya. Di Indonesia sendiri pernah tercatat
memiliki sebuah pabrik briket batubara yang beroperasi pada tahun 1930–an, namun
kemudian tidak terdengar lagi perkembangan selanjutnya. Kemudian pada awal tahun 1993,
Pemerintah RI telah mencanangkan program pemasyarakatan pemakaian briket batubara
sebagai pengganti bahan bakar minyak dan kayu konsumsi industri kecil maupun rumah
tangga dalam mengantisipasi keterbatasan penyediaan energi minyak dan menunjang
kebijakan konservasi hutan. Kampanye pemasyarakatan briket batubara telah dilakukan sejak
10 April 1993 sebagai riset pasar, dengan memberikan secara gratis briket batubara
karbonisasi tipe telor berikut tungku selama 3 (tiga) bulan kepada sekitar 1000 keluarga
rumah tangga di 5 (lima) desa wilayah P. Jawa, yaitu Palimanan Timur Jawa Barat, Ceper
Jawa Tengah, Argomulya Yogyakarta, Lebakjabung Jawa Timur dan Depok Jakarta. Dari
hasil kampanye tersebut, ternyata sejumlah penggunaan lampu minyak dan kayu berkurang,
sehingga menurunkan biaya bahan bakar per rumah tangga, bahkan setelah itu tercatat 50%
rumah tangga masih melanjutkan penggunaan briket batubara.

Sebagai tindak lanjut upaya ini, maka Direktorat Batubara Departemen Pertambangan
& Energi yang bekerjasama dengan NEDO Jepang telah mendirikan 3 pabrik briket batubara
masing–masing di Tanjung Enim PTBA pada tahun 1993 yang mulai beroperasi tahun 1996,
di Gresik Jawa Timur dan Natar Bandar Lampung. Kapasitas produksi di pabrik Tanjung
Enim sebesar 12.000 ton per tahun briket karbonisasi super tipe telur, tidak berasap & berbau,
digunakan untuk memasak keperluan rumah tangga maupun industri kecil menengah lainnya.
Pabrik briket batubara di Gresik Jawa Timur mempunyai kapasitas produksi sebesar 95.000
ton/tahun briket non karbonisasi tipe kubus 16 lubang yang digunakan untuk pemanasan
peternakan ayam dan industri kecil.

Sementara pabrik di Natar–Bandar Lampung memproduksi sebanyak 8000 ton/tahun


briket batubara non~karbonisasi tipe telur yang digunakan untuk pemanasan peternakan ayam
dan industri kecil. PTBA sendiri merencanakan untuk mengembangkan 5 pabrik briket
batubara di Serang, Cilacap, Semarang, Cirebon, dan Pasuruan, dengan total kapasitas
produksi sebesar 600,000 ton/tahun. Di samping itu direncanakan juga didirikan pabrik briket
batubara di 47 lokasi tersebar di seluruh Indonesia dengan 41 perusahaan yang telah
mengajukan aplikasinya ke Direktorat Batubara. Dengan demikian, produksi briket
diproyeksikan akan meningkat dari 2,5 juta ton (2004), menjadi 7 juta ton pada tahun 2014,
kemudian pada akhir tahun 2020 mencapai 9 juta ton, yang diiringi dengan kenaikan
konsumsi batubara hampir 2 kali lipat pada tahun yang sama. Briket batubara telah
dipromosikan secara intensif sebagai bahan bakar alternatif sektor rumah tangga dan industri
kecil sebagai pengganti minyak tanah.
BAB III
PENUTUP

3.1. SIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah dibuat dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka, agar bahan
bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam
pemanfaatannya.
 Jenis briket batubara adalah jenis berkarbonisasi (super), jenis non berkarbonisasi (biasa)
dan jenis briket bio-batubara.
 Bentuk briket batubara ada dua yaitu tipe yontan (silinder) dan tipe egg (telur).
 Proses pembuatan batubara adalah penggerusan dan pengayakan, pencampuran,
pencetakan, pengeringan, uji kualitas dan pengemasan penyimpanan pemasaran.
 Aplikasi penggunaan briket batubara terdapat dalam industry kecil / menengah dan rumah
tangga.

3.2. SARAN
Penggunaan briket batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri
kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, untuk itu diperlukan
sosialisasi dalam penggunaan Briket Batubara. Untuk pembahasan terperinci mengenai
teknologi pembuatan briket batubara harus dipelajari lebih lanjut dalam sumber –
sumber pemanfaatan batubara dalam bentuk briket.
Daftar Pustaka

Andi Aladin, 2010 Sumber Daya Alam Batu Bara, Lubuk Agung Bandung
Andi Sofyan, 2016 Pembuatan Briket Dari Sekam Padi Dengan Kombinasi Batu Bara, Jurnal
Rekayasa Pangan Dan Pertanian Medan
Bambang Suwando, Yeniati, 2007 Prospek Briket Batu Bara Lignit Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Rumah Tangga, Jurnal Sians Dan Teknologi Indonesia Jakarta
Mandasini, Aladin, 2010, Pembuatan Briket Dari Campuran Batu Bara, Sekam Padi Sebagai
Bahan Bakar Alternatif, Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses, Semarang
Mandasini, Sungkono , 2016 Analisa Kinerja Tungku Berbahan Bakar Biobriket, Journal Of
Chemical Process Engineering, Makassar

https://id.wikipedia.org/wiki/Briket Di Akses Tanggal 27 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai