PPK Tetanus

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS

RSU BINTANG
TETANUS
ICD X : A35
1. Pengertian Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan
karakteristik spasme tonik persisten dan eksaserbasi
singkat.
2. Anamnesis  Sulit membuka mulut.
 Perut terasa keras dan kaku
 Kejang tonik berulang dengan rangsangan berupa
suara, cahaya, dll.

3. Pemeriksaan Fisik  Trismus


 Perut papan
 Opistotonus

4. Kriteria diagnosis  Hipertoni dan spasme otot


o Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan
nyeri, opistotonus, dinding perut tegang, anggota
gerak spastik.
o Lain-lain: Kesukaran menelan, asfiksia dan
sianosis, nyeri pada otot-otot di sekitar luka.
 Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu/terganggu
 Umumnya ada luka/riwayat luka
 Retensi urine dan hiperpireksia
 Tetanus lokal

5. Diagnosis kerja Diagnosis ditegakkan dari anamnesa yaitu didapatkan


riwayat kejang rangsang tonik berulang dan juga dari
pemeriksaan fisik didapatkan hipertoni dan spasme otot,
fokal infeksi ( baik karnna trauma atau karna infeksi dari
retrofaringeal, gigi dan telinga)
6. Diagnosis banding  Kejang karena hipokalsemia
 Reaksi distonia
 Rabies
 Meningitis
 Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
 Sindrom hiperventilasi/reaksi histeria
 Epilepsi/kejang tonik klonik umum

7. Pemeriksaan  Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk


menemukan C. Tetani.
Penunjang  Pemeriksaan darah rutin, elektrolit, AGD.

1
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS

RSU BINTANG
 EKG serial bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
 Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
 Rontgen tulang jika ada trauma berat atau curiga
patah tulang.

8. Tata laksana TATALAKSANA


 IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam
 Kausal :
o Antitoksin tetanus:
a. Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan
dosis 100.000 IU//i.m. dengan dosis maksimal
40.000/hari. TES KULIT SEBELUMNYA,
atau
b. Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG).
Dosis 500-3.000 IU/i.m. Diberikan SINGLE
DOSE.
o Tetanus Toxoid diberikan pada pasien dengan
riwayat imunisasi booster terakhir lebih dari 10
tahun yang lalu atau riwayat imunisasi tidak
diketahui dengan dosis
a. Usia ≥ 7 tahun: 0,5 ml (5IU) i.m
b. Usia < 7 tahun: gunakan DTP atau Dtap
sebagai pengganti Tt. Jika kontraindikasi
terhadap pertusis, berikan DT, dosis 0,5
ml i.m, atau
o TIG (Tetanus Immune Globuline)diberikan jika
imunisasi lebih dari 10 tahun dengan dosis
a. Profilaksis dewasa: 250-500 U i.m pada
extremitas kontralateral lokasi
penyuntikan Tt.
b. Profilaksis anak: 250 U i.m pada
extremitas kontralateral lokasi
penyuntikan Tt.
o Antibiotik :
a. Metronidazole 500 mg/6 jam drips i.v.
b. Penisilin 2 mega unit i.v/6 jam
Bila alergi terhadap Penisilin dapat diberikan:
 Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. ATAU
 Tetrasiklin 500 mg/6 jam/oral.
o Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan
H2O2.
o Simtomatis dan supportif

2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS

RSU BINTANG
o Kekakuan otot dan rigiditas/ spasme otot
 Diazepam
Digunakan dengan dosis 0,5-10 mg/kgBB atau
dengan dosis
a. Spasme ringan: 5-20 mg p.o/8 jam
b. Spasme sedang: 5-10 mg i.v. Bila perlu, tidak
melebihi dosis 80-120 mg dalam 24 jam atau
dalam bentuk drip
c. Spasme berat: 50-100 mg dalam 500 ml larutan
dextrose 5% dan diinfuskan dengan kecepatan
10-15 mg/jam dalam 24 jam
 MgSO4 dengan dosis 70 mg/kgBB dalam bentuk
larutan dextrose 5% 100 ml i.v selama 30 menit.
Dilanjutkan dengan dosis rumatan 2 gr/jam (untuk
usia < 60 th) dan 1 gr/jam(untuk usia ≥ 60 th) dalam
larutan dextrose 5% 500 ml/6 jam.
o Kontrol disfungsi otonom
 Propanolol 5- 10 mg, dapat dinaikkan hingga 40 mg
tiga kali sehari.
 MgSO4 dengan dosis 70 mg/kgBB dalam bentuk
larutan dextrose 5% 100 ml i.v selama 30 menit.
Dilanjutkan dengan dosis rumatan 2 gr/jam (untuk
usia < 60 th) dan 1 gr/jam(untuk usia ≥ 60 th) dalam
larutan dextrose 5% 500 ml/6 jam.
o Oksigen, diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia,
distres pernapasan, sianosis.
o Gangguan Gastrointestinal
 Ranitidin 50 mg/8 jam
 Pemberian transfusi darah jika didapatkan
perdarahan masif saluran cerna
o Gangguan Renal dan elektrolit
 Hipokalemi diatasi dengan pemberian KCL 20-80
mEq diberikan dalm infus lambat dalam 24 jam.
 Hipernatremia diatasi dengan pemberian dextrose
5%.
 Hiponatremia dikoreksi dengan pemberian normal
saline.
o Nutrisi
Diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring, atau
cair. Bila perlu, diberikan melalui pipa nasogastrik.
o Menghindari tindakan/perbuatan yang bersifat
merangsang, termasuk rangsangan suara dan cahaya
yang intensitasnya bersifat intermitten.

3
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS

RSU BINTANG
o Mempertahankan/membebaskan jalan nafas:
pengisapan lendir oro/nasofaring secara berkala.
o Posisi/letak penderita diubah-ubah secara periodik.
Pemasangan kateter bila terjadi retensi urin.
9. Edukasi -
10. Prognosis  Angka kematian tinggi bila :
o Usia tua
o Masa inkubasi singkat
o Onset periode yang singkat
o Demam tinggi
o Spasme yang tidak cepat diatasi
o Disfungsi otonom

11. Tingkat Evidens Class I.


12. Tingkat Level A
Rekomendasi
13. Penelaah kritis 1.WHO
2.CDC
3.Perdossi: kelompok Studi Neuro Infeksi
14. Indikator o Anamnesis
 Kejang rangsang tonik berulang
 Fokal infeksi
o Pemeriksaan Fisik
 Trismus
 Perut papan
 Opistotonus
 Disfungsi otonom
o Pemeriksaan penunjang
 Biakan C. Tetani (+)
 Indikator infeksi meningkat.

15. Kepustakaan 1. Rhee P, Nunley M.K, Demetriades D, Velmahos G,


Doucet JJ. Tetanus and Trauma: A Review and
Recomendations. J Trauma. 2005: 58: 1082-88.
2. Sofiati D. Tetanus. Guideline Infeksi Pada Sistem
Saraf, Kelompok Studi Neuro Infeksi, Perdossi. 2011:
131-150.
arurat, diberitahukan bahwa : Serirsss

4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS

RSU BINTANG
1. Berkas Rekam Medis yang disediakan setelah pasien terdaftar
dan memiliki Nomor Rekam Medis adalah milik Rumah Sakit,
sedangkan isi dari Berkas Rekam Medis tersebut adalah m

Anda mungkin juga menyukai