RPP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 59

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 1
Materi Pokok : Mengenal Al-Qur`an
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.1 Meyakini kebenaran Al-Qur’an yang harus diterima dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari
2.1 Memiliki sikap sebagaimana yang terkandung dalam Al-Quran
3.1 Memahami pengertian Al-Qur’an
4.1. Mendeskripsi-kan pengertian Al-Qur’an
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian al-Qur’an menurut pendapat beberapa ulama
2. Membanding-kan pengertian al-Qur’an menurut para ulama
3. Menjelaskan isi kandungan al-Qur’an
4. Menganalisis bukti keotentikan al-Qur’an.
5. Menceritakan pengertian al-Qur’an
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanyakan, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan, diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian Al-Qur`an
2. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian Al-Qur`an
3. Siswa dapat menjelaskan kandungan Al-Qur`an
4. Siswa dapat menjelaskan bukti keotentikan (keaslian) Al-Qur`an
5. Siswa dapat menjelaskan bukti kebenaran al-Qur`an

-1-
E. Materi pembelajaran
1. Pengertian al-Qur`an secara etimologi
Secara etimologi, para ulama mempunyai beberapa pendapat yang berbeda tentang
pengertian al-Qur`an. Perbedaan tersebut terletak pada adanya ulama yang menyebutkan al-
Qur`an dengan hamzah (‫ )القُ ْرآن‬ataukah tidak (‫ )القُ َرن‬dan apakah Al-Qur`an itu musytaq (ism
yang dibentuk dari sebuah kata dan memiliki makna yang berbeda dari kata pembentuknya)
atau bukan musytaq.
2. Pengertian Terminologi (istilah) al-Qur`an
a. Menurut Mannā’ Al-Qaṭṭān :
‫سلَّ َم ا َ ْل ُمتَعَبَّد ُ بِتِ ََل َوتِ ِه‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫َك ََل ُم هللاِ الـ ُمن ََّز ُل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
Artinya : “kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan membacanya
adalah ibadah.”
b. Menurut Al-Jurjāni :
‫ف ا َ ْل َم ْنقُو ُل َع ْنهُ نَ ْق اَل ُمت َ َواتِ ارا بِ ََل‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ‫وب فِى ْال َم‬
ُ ُ ‫سو ِل المـ َ ْكت‬ َّ ‫ا َ ْل ُمن ََّز ُل َعلَى‬
ُ ‫الر‬
ُ
‫ش ْب َه ٍة‬
Artinya: “Yang diturunkan kepada Rasulullah saw., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan
secara mutawatir tanpa keraguan.”
c. Menurut kalangan pakar Uṣūl Fikih, Fikih, dan Bahasa Arab :
‫م ا َ ْل ُم ْع ِج ُز ا َ ْل ُمت َ َعبَّدُ ِبتِ ََل َوتِ ِه ا َ ْل َم ْنقُو ُل‬.‫َك ََل ُم هللاِ الـ ُمن ََّز ُل َعلَى نَ ِب ِي ِه ُم َح َّم ٍد ص‬
‫اس‬ ِ َّ‫ورةٍ الن‬ َ ‫س‬ ُ ‫س ْو َرةٍ ا َ ْلفَاتِ َح ِة اِلَى‬ ُ ‫ف ِم ْن ا َ َّو ِل‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ‫ب فِى ا َ ْل َم‬
ِ ‫ِبالت َّ َوات ُ ِر ا َ ْل َم ْكتُو‬
Artinya : “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. Lafadz-
lafadznya mengandung mukjizat, membacanya merupakan ibadah, diturunkan secara
mutawātir, dan ditulis pada muṣḥaf, mulai dari awal surat Al-Fātiḥah sampai pada surat An-
Nās.”
3. Kandungan Al-Qur`an
Al-Qur`an mengandung petunjuk yang menjamin kebahagiaan manusia baik lahir
maupun batin, di dunia maupun akhirat jika mampu mengamalkan apa-apa yang terkandung
di dalamnya secara ikhlas, konsisten, dan menyeluruh (kāffah). Kenapa para sahabat yang
dikatakan sebagai “generasi terbaik”? Di antara faktor penyebabnya adalah karena mereka
mengamalkan Al-Qur`an yang diantara kandungannya adalah nilai-nilai luhur pembentukan
mental dan karakter sesuai yang dituntunkan oleh Allah swt.
Kandungan Al-Qur`an mencakup banyak hal, dari hubungan manusia dengan Allah
swt., hubungan antar-manusia dan hubungan dengan alam semesta. Menurut Muhammad
Abduh dalam Tafsir al-Manār, kandungan Al-Qur`an adalah :
a. At-Tauhīd (Ajaran Ketauhidan)
b. Al-Wa’d wal Wa’īd (janji terhadap mereka yang taat dan peringatan bagi yang
membangkang)
c. Al-‘Ibādah (Ibadah)
d. Sabīlus Sa’ādah (Penjelasan tentang jalan menuju kebahagian dunia dan akhirat)
e. Al-Qaṣaṣ (kisah-kisah umat terdahulu)
Ulama lain menyebutkan bahwa kandungan Al-Qur`an adalah Akidah, Syari’ah, dan
Akhlak, sedang yang lain lagi ada yang mengatakan bahwa kandungan al-Qur`an adalah
Ketauhidan, Hukum dan Peringatan.
-2-
F. Pendekatan / metode pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Discovery Learning
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Gambar/ video/ multimedia interaktif
 Akses Internet yang sesuai kebutuhan
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (10 menit)
1. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan basmalah, dilanjutkan dengan
mengucapkan salam sapa.
2. Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kehadiran, kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk peserta didik.
3. Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang
berkaitan dengan materi pelajaran.
4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
5. Guru mengkondisikan peserta didik untuk membentuk kelompok-kelompok kecil
6. Guru membagikan kertas plano (bufallo) kepada masing-masing kelompok (terdiri 4-
5 siswa)
7. Guru menyampaikan tema pelajaran yang akan didiskusikan oleh masing-masing
kelompok
b. Kegiatan inti (75 menit)
Mengamati
 Mencermati pendapat ulama’ dalam mendefinisikan al-Qur’an.
 Membaca unsur-unsur definisi al-Qur’an
 Menyimak penjelasan tentang kandungan dan bukti keotentikan al-Qur’an.
Menanya
 Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan tentang identifikasi pendapat-
pendapat ulama.
 Mengajukan pertanyaan mengenai istilah-istilah, unsur-unsur
Eksperimen/explore(mencoba/mencari informasi)
 Secara berkelompok mencari contoh-contoh yang termasuk al-Qur’an dan yang tidak
termasuk al-Qur’an
 Diskusi membandingkan pendapat tentang pendapat-pendapat ulama dalam
mendefinisikan al-Qur’an.
 Secara berpasangan mendialogkan tentang pengertian, kandungan, dan bukti
keotentikan al-Qur’an.
Mengasosiasi / menalar
 Menganalisis, tentang kandungan dan bukti keotentikan Al-Qur’an.
 Melakukan analisis terhadap pendapat ulama tentang definisi al-Qur’an.

-3-
Mengkomunikasikan
 Menyajikan paparan hasil analisis pendapat ulama’ tentang pengertian al-Qur’an
 Menunjukkan / memaparkan hasil diskusi tentang kandungan, dan bukti keotentikan
al-Qur’an.
 Menanggapi paparan hasil diskusi tentang kandungan, dan bukti keotentikan al-
Qur’an.
 Menyusun kesimpulan materi tentang kandungan, dan bukti keotentikan al-Qur’an.
c. Penutup (5 menit)
a. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan;
b. Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
d. Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
e. Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. Penilaian
1. Penilaian sikap
a. Format Penilaian Individu
Aktifitas
Nama
Kepedulian Jml.
No. Peserta Kerjasam
Keaktifan dan Inisiatif Skor
Didik a
kesantunan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Ahmad

2. Rezqi
3. Dst

b. Rubrik penilaian:
No. Indikator Penilaian Skor
1 Kerja sama Belum memperlihatkan kerjasama dengan teman satu kelompok 1

Mulai memperlihatkan kerjasama dengan teman satu kelompok 2


Mulai berkembang kerjasama dengan teman satu kelompok 3
Mulai membudayakan kerjasama dengan teman satu kelompok 4
2 Keaktifan belum memperlihatkan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 1
proses melaksanakan tugas
Mulai memperlihatkan keaktifannya dalam berdiskusi dan selama proses 2
melakSanakan tugas
Mulai berkembang keaktifannya dalam berdiskusi dan selama proses 3
melaksanakan tugas
Mulai membudayakan keaktifannya dalam berdiskusi dan selama proses 4
melaksanakan tugas

-4-
3 Kepedulian Tidak mau menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan 1
dan pendapatnya dengan bahasa yang kurang santun
kesantunan Kurang dapat menghargai pendapat orang lain dan kurang santun 2

Menghargai orang lain namun kurang santun dalam menanggapi 3


pendapat
Menghargai orang lain dan menanggapi pendapat dengan santun 4

4 Inisiatif belum memperlihatkan Inisiatifnya 1

mulai memperlihatkan Inisiatifnya 2

mulai berkembang Inisiatifnya 3

mulai membudayakan Inisiatifnya 4

Total 16

c. Pedoman Pen-Skoran
Nilai = Jumlah Nilai Skor Yang diperoleh x 100
Jumlah Skor maksimal (16)
2. Format Penilaian “kembangkan pikiranmu” (Berdiskusi – Menemukan Peristiwa)
a. Format Penilaian
Aspek yang Tindak
Nama Peserta dinilai Skor Ketuntasan
No. Nilai Lanjut
Didik 1 2 3 Maks. T TT R P

1. Ahmad

2. Rezki

4. Dst

Keterangan:
T : Tuntas mencapai nilai 80 ( disesuaikan dengan nilai KKM )
TT : Tidak Tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM
R : Remedial
P : Pengayaan
Aspek yang dinilai:
1. Kelancaran > Skor 25
2. Artinya > Skor 25
3. Kosakata > Skor 25
4. Isi kandungan > Skor 25
Nilai Maksimal 100
Aspek dan rubrik penilaian:
- Kejelasan dan kedalaman informasi
1) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
lengkap dan sempurna, skor 30.

-5-
2) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
lengkap dan kurang sempurna, skor 20.
3) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
kurang lengkap, skor 10.
- Keaktifan dalam diskusi
1) Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam diskusi, skor 30.
2) Jika kelompok tersebut berperan aktif dalam diskusi, skor 20.
3) Jika kelompok tersebut kurang aktif dalam diskusi, skor 10.
- Kejelasan dan kerapian presentasi
1. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan rapi, skor 40
2. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan jelas dan rapi, skor 30.
3. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan kurang rapi,
skor 20.
4. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan kurang jelas dan tidak rapi,
skor 10.
c. Pedoman Pen-Skoran
Nilai = Jumlah Nilai Skor Yang diperoleh x 100
Jumlah Skor maksimal
3. - Pada kolom “Ayo Berlatih”
1. Kolom penerapan: Defenisi Al-Quran secara lughat dan istilah sesuai dengan pendapat para
ulama
Nama Defenisi Al-Quran secara lughat dan istilah Kriteria*
No Siswa sesuai dengan pendapat para ulama 1 2 3 4 5
1
2
*Catatan kriteria:
a) Sangat lancar : Apabila peserta didik dapat membaca surah an-Nūr (24): 54; dan
QS An-Nisā (4): 80 lancar dan tartil, skor 5.
b) Lancar : Apabila peserta didik dapat membaca surah an-Nūr (24): 54; dan QS An-
Nisā (4): 80 lancar dan tartil, tapi masih ada kesalahan kurang dari 2, skor 4.
c) Sedang : Apabila peserta didik dapat membaca surah an-Nūr (24): 54; dan QS An-
Nisā (4): 80 lancar dan tartil, tapi masih ada kesalahan kurang dari 5, skor 3.
d) Kurang lancar : Apabila peserta didik dapat membaca surah an-Nūr (24): 54; dan
QS An-Nisā (4): 80 kurang lancar, skor 3.
e) Tidak lancar : Apabila peserta didik tidak dapat membaca surah an-Nūr (24): 54; dan
QS An-Nisā (4): 80 skor 1.
Ayo berlatih
1. Dari segi bahasa, ulama mempunyai pendapat yang berbeda tentang pengertian Al-Qur`an,
yaitu dalam hal :
A. Cara menyebutkannya dengan ‫ القَ ْرآن‬B. Cara menyebutkannya dengan ‫ال ِق َرن‬
C. Al-Qur`an itu musytaq D. Al-Qur`an itu kata sifat
E. Cara menyebutkannya, apakah memakai hamzah (‫ )القُ ْرآن‬atau tidak (‫)القُ َرن‬.
2. al-Liḥyānī mengatakan bahwa Al-Qur`an musytaq dari kata dasar qara’a (َ ‫ــرأ‬ َ َ‫ )ق‬sebagai
mana kata :

-6-
A. Rujḥān B. Fulān C. Ru’yā D. Luqmān E. Gulām
3. Kata dasar yang menjadi dasar perbedaan bagi ulama yang membaca Al-Qur`an tanpa
hamzah (‫ )القُ َرن‬adalah ....
A. َ‫ قَ َرن‬dan ‫ قَ ْرائِن‬B. َ‫ قَ ْرن‬dan ‫ قَ َرائِن‬C. َ‫ قَ َرن‬dan ‫قَ َرائِن‬ D. َ‫ قَ َرن‬dan ‫ قَ َرائ َن‬E. ‫ قَ َر ْن‬dan ‫قَ َرائِن‬
4. Kata di bawah ini adalah kata yang sama dengan pendapat yang mengatakan bahwa
pengertian Al-Qur`an merupakan nama personal (al-‘alam as-syakhsyi) :
A. Gufrān B. Kufrān C. Zabȗr D. Subhān E. Fu’lān
5. Pengertian Al-Qur`an secara istilah menurut pendapat al-Jurjāni adalah
ُ ‫ف اَ ْل َم ْنقُو ُل َع ْنهُ َن ْق اَل ُمت ََواتِ ارا بِ ََل‬
‫ش ْب َه ٍة‬ ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ‫سو ِل المـ َ ْكتُوبُ فِى ْال َم‬ َّ ‫ا َ ْل ُمن ََّز ُل َعلَى‬, unsur-unsur pengertian Al-
ُ ‫الر‬
Qur`an yang terdapat pada pengertian tersebut adalah ....
A. Al-Qur`an adalah firman Allah B. Al-Qur`an adalah mukjizat C. Melalui Malaikat Jibril
D. Periwayatannya secara mutawatir E. Diturunkan secara berangsur-angsur
6. Di antara kandungan Al-Qur`an adalah ....
A. Astronomi B. Biologi C. Psikologi D. al-Qaṣaṣ E. Kesehatan
7. Al-Qur`an surah Al-Ḥijr [15] ayat 9 : َ‫ظون‬ ُ ِ‫ إِنَّا نَحْ نُ ن ََّز ْلنَا ال ِذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحاف‬menjelaskan tentang :
A. Keotentikan (Keaslian) Al-Qur`an B. Keutamaan Al-Qur`an
C. Kebenaran Al-Qur`an D. Kesucian Al-Qur`an E. Kekuatan Al-Qur`an
8. Dasar Rasyad Khalifah menentukan angka 19 sebagai dasar mengukur keotentikan Al-
Qur`an dari segi jumlah huruf-hurufnya berasal dari kalimat ....
A. Taḥmīd B. Tahlīl C. Hauqalah D. Basmalah E. Syahādah
9. Kitab yang menjadi rujukan Quraish Shihab dalam membuktikan kebenaran Al-Qur`an dari
segi kata-kata maupun kalimat-kalimatnya adalah ....
A. Al-Burhān fī ‘Ulȗm al-Qur’ān B. Al-Ῑjāz Al-Adabiy li Al-Qur'ān Al-Karīm
C. Al-Ῑjāz al-‘ilmy fī Al-Qur'ān was Sunnah D. I’jāz al-Qur’ān al-Karīm fī al-‘ilmi al-Jayyid
E. Mabāhiṡ fī Ulȗm al-Qur’ān
10. Isyarat ilmiah yang terdapat pada surat Yunus [10] ayat 5
‫ضيَا اء َو ْالقَ َم َر نُ ا‬
‫ورا‬ ِ ‫س‬ َ ‫ش ْم‬َّ ‫ه َُو الَّذِي َج َع َل ال‬.... adalah ....
A. Matahari adalah energi yang tidak dapat habis
B. Matahai dan bulan bergerak pada porosnya
C. Rotasi matahari dan bulan dapat menyebabkan gerhana
D. Matahari mengeluarkan cahaya sendiri sedang bulan hanya memantulkan cahaya
E. Matahari dan bulan dapat dijadikan penunjuk waktu

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MAS
Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I) ( Dwi Ayu Khairil Barkiyah )


NIY. 078. 007. 402 NIY. 094.019.862

-7-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 1
Materi Pokok : Pengertian Ilmu Tafsir, tafsir, Ta’wil, dan Terjamah al-
Qur’an
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan
rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.2 Menghayati tafsir, ta’wil, terjemah dan ilmu tafsir
2.2 Memiliki sikap sebagaimana seorang mufassir pada masa Nabi Muhammad Saw.,
sahabat, tabiin, dan masa tadwrn dalam menafsirkan Al-Quran
3.2 Memahami pengertian ilmu tafsir,tafsir, ta’wrl dan terjamah Al-Qur’an
4.2 Menunjukkan contoh ilmu tafsir, tafsir, ta’wil dan tarjamah Al-Qur’an
C. Indikator
1. Mengidentifikasi ilmu tafsir, tafsir, ta’wil dan tarjamah.
2. Membandingkan pengertian ilmu tafsir, tafsir, ta’wil dan tarjamah al Qur’an.
3. Menyimpulkan ilmu tafsir, tafsir, ta’wil, dan tarjamah
4. Menyimpulkan pengertian ilmu tafsir, tafsir, ta’wil dan tarjamah al Qur’an.
5. Menyajikan contoh ilmu tafsir, tafsir, ta’wil, dan tarjamah
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran siswa diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian tafsir
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian takwil
3. Siswa dapat menjelaskan pengertian terjemah Al-Qur`an
4. Siswa dapat menjelaskan pengertian ilmu tafsir
5. Siswa dapat membedakan antara tafsir, takwil, terjemah Al-Qur`an dan ilmu tafsir.
6. Siswa dapat menunjukkan contoh dari tafsir
7. Siswa dapat menunjukkan contoh dari takwil
-8-
8. Siswa dapat menunjukkan contoh dari terjemah Al-Qur`an
9. Siswa dapat menunjukkan contoh ilmu tafsir
E. Materi pembelajaran
1.Tafsir
Pengertian tafsir secara bahasa menurut Az-Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhān fi
‘ulūmil Qur`ān, berasal dari kata ‫ يُفَ ِس ُر ت َ ْف ِسي اْرا‬-‫ فَس ََّر‬yang mengandung makna : ُ‫ضا ُح َو ْال َبيَان‬ ِْ
َ ‫اْل ْي‬
(penjelasan), ‫ف‬ ُ ‫( ْال َك ْش‬pengungkapan) dan ‫ف ْال ُم َرا ِد َع ْن اللَّ ْف ِظ ْال ُم ْش ِك ِل‬ ُ ‫( َك ْش‬menjabarkan kata yang
samar, menyingkap sesuatu yang tertutup atau menyingkapkan maksud sesuatu lafaz yang
sulit dipahami)
2. Takwil
Takwil secara bahasa adalah ‫الرجْ ُع‬ َّ (kembali atau mengembalikan), ‫سة‬ َ ‫السيَا‬
ِ (menyiasati)
ُ َ ْ
dan ‫( اْل ْيل‬memalingkan). Secara istilah, takwil mempunyai beberapa definisi diantaranya
adalah : ‫سنَّ ِة‬ ِ ‫ى يَحْ ت َِملُهُ ِإَذَا كَانَ ِل ْل ُمحْ ت َ َم ِل الَّذِي يَ َراهُ ُم َوافِقاا ِل ْل ِكتَا‬
ُّ ‫ب و ال‬ َّ ‫ف اللَّ ْف ِظ َع ْن َم ْعنَاهُ ال‬
‫ظاه ُِر ِإلَى َم ْعن ا‬ ُ ‫ص ْر‬ َ
Artinya : “Memalingkan kalimat dari maknanya yang ẓahir (makna tersurat) kepada makna
lain (makna bāṭin atau makna tersirat) yang juga dipunyai lafaz itu, jika makna lain yang
dilihat sesuai dengan Al-Qur`an dan sunnah.”
Pendapat lain mengatakan bahwa takwil adalah : ُ‫ي َب َيانُ َما َي َراد ُ ِم ْنه‬ ْ َ ‫ش ْي ِء ِإلَى نَ َما َي ِت ِه أ‬
َّ ‫ت َْر ِج ْي ُع ال‬
Artinya : “Mengembalikan sesuatu pada maksud yang sebenarnya, yakni menjelaskan apa
yang dimaksud dari sesuatu.”
3. Terjemah
Pengertian terjemah secara bahasa adalah suatu teks dalam suatu bahasa “teks sumber”
dan hasil teks yang merupakan padanan, dalam bahasa lain, yang mengkomunikasikan pesan
serupa. Sedang pengertian terjemah secara istilah adalah mengungkapkan perkataan atau
kalimat dengan menggunakan bahasa lain atau memindahkan suatu perkataan ke dalam
bahasa lain, dengan tidak merubah semua kandungan makna dan maksud awal. Jadi, makna
terjemah adalah menjelaskan makna suatu perkataan ke dalam bahasa yang lainnya, dengan
tidak merubah semua kandungan makna dan maksud awal.
Terjemahan Al-Qur`an ada dua macam, yaitu :
F. Metode pembelajaran
 Metode ceramah, tanya jawab,diskusi dan demontrasi.
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (5 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa gambar atau
menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya
b. Kegiatan inti (75 menit)
Mengamati
-9-
1. Guru mengajak peserta didik mencermati 1 gambar
2. Guru meminta peserta didik mengangkat tangan Sebelum mengeluarkan
pendapatnya

Banyak manusia yang dengan kepercayaan


dirinya yang kuat, sehingga beramai-ramai
mempercayai agama yang diyakini dan dapat
menenangkan hatinya dalam menghadapi hari
depan yang belum jelas. Sesungguhnya hanya
Allahlah yang mengetahui hal yang ghaib

3. Peserta didik mengemukakan hasil pengamatan tentang gambarnya. Dan peserta


lain mendengarkan.
4. Guru mengajarkan bagaimana menghargai orang berbicara.
5. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukaan peserta
didik tentang haSil pengamatannya, dan mengaitkannya dengan tema “Tafsir,
Ta’wil dan Terjemah”
Menanya
 Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan tentang pengertian ilmu tafsir,
tafsir, ta’wil, dan terjamah al-Qur’an
 Mengajukan pertanyaan mengenai unsur definisi, perbedaan, persamaan ilmu tafsir,
tafsir, ta’wil, dan terjamah al-Qur’an.
Mengeksperimen/Mengeksplorasi
 Secara berkelompok mencari membahas tentang ilmu tafsir, tafsir, ta’wil, dan
terjamah.
 Diskusi tentang perbedaan antara tafsir, ilmu tafsir, ta’wil, dan terjamah al-Qur’an
 Secara berpasangan tanya jawab tentang tafsir, ilmu tafsir, ta’wil, dan terjamah al-
Qur’an
Mengasosiasi/menalar
 Melakukan koreksi secara berkelompok terhadap hasil diskusi
 Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan antara tafsir, ilmu tafsir, ta’wil, dan
terjamah al-Qur’an
Mengkomunikasikan
 Menyajikan paparan hasil diskusi tentang tafsir, ilmu tafsir, ta’wil dan tarjamah al-
Qur’an
 Menanggapi pemaparan tentang tafsir, ilmu tafsir, ta’wil, dan terjamah al-Qur’an.
 Menyusun kesimpulan tentang tafsir, ilmu tafsir, ta’wil, dan terjamah al-Qur’an.
c. Penutup (10 menit)
a. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan;
b. Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
d. Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya

- 10 -
e. Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. Penilaian
1. Penilaian sikap
Nama Aktifitas
Jml.
No. Peserta
Kerjasama Keaktifan Kepedulian dan kesantunan Inisiatif Skor
Didik
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Ahmad

2. Rezqi

2. Pada Aspek Psycomotor


Contoh kolom penerapan menghafal surah al-Baqarah : 267-268, surah al-Ma’aarij : 19-25.
No Nama Hafalan surah al-Baqarah : 267- Kriteria *
Siswa 268, surah al-Ma’aarij : 19-25 1 2 3 4 5
1
2
*Catatan kriteria: menghafal al-Baqarah (2): 267-268, surah al-Ma’aarij (70): 19-25.
A Sangat lancar Apabila peserta didik dapat menghafal surah di atas lancar dan tartil,
skor 5.
B Lancar Apabila peserta didik dapat membaca surah di atas. lancar dan tartil, tapi
masih ada kesalahan kurang dari 2, skor 4
C Sedang Apabila peserta didik dapat membaca surah di atas lancar dan tartil, tapi
masih ada kesalahan kurang dari 5, skor 3
D Kurang lancar Apabila peserta didik dapat membaca surah di atas kurang lancar,
skor 3
E Tidak lancar Apabila peserta didik tidak dapat membaca surah di atas, skor 1

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MAS Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I) (Dwi Ayu Khairil Barkiyah)


NIY. 078. 007. 402 NIY. 094.019.862

- 11 -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 1
Materi Pokok : Sejarah Tafsir pada masa Nabi, Sahabat, Tabiin dan
masa Tadwin.
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan
rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menghayati sejarah penafsiran Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad Saw.,
sahabat, tabiin dan periode pembukuan tafsir (tadwrn) 2.3 TerbiaSa beribadah
Sebagai penerapan iSi kandungan hadiS tentang ibadah yang diterima Allah
2.3 Meneladani prilaku seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Quran
3.3 Mengetahui sejarah tafsir pada periode Nabi Muhammad Saw. dan sahabat, tabiin,
dan periode pembukuan (tadwrn)
4.3 Menceritakan sejarah penafsiran Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad
SAW,Sahabat, Tabi’in dan tadwrn
C. Indikator
1. Mendeskrip-sikan sejarah tafsir pada masa Nabi Muhammad
2. Menguraikan sejarah tafsir pada masa sahabat
3. Mendeskrip-sikan sejarah tafsir pada masa tabiin.
4. Menguraikan sejarah tafsir pada masa pembukuan
5. Menceritakan sejarah penafsiran Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad
SAW,Sahabat, Tabi’in dan tadwrn.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan, diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan sejarah tafsir pada periode Nabi Muhammad SAW

- 12 -
2. Siswa dapat menjelaskan sejarah tafsir pada periode Sahabat
3. Siswa dapat menjelaskan sejarah tafsir pada periode Tābi’īn
4. Siswa dapat menjelaskan sejarah tafsir pada periode pembukuan (tadwīn)
5. Siswa dapat menunjukkan sejarah tafsir pada periode Nabi Muhammad SAW
6. Siswa dapat menunjukkan sejarah tafsir pada periode Sahabat
7. Siswa dapat menunjukkan sejarah tafsir pada periode Tābi’īn
8. Siswa dapat menunjukkan sejarah tafsir pada periode pembukuan (Tadwīn)
E. Materi pembelajaran
1. Penafsiran Al-Qur`an pada masa Nabi Muhammad saw.
a. Kondisi Penafsiran
Pada masa Nabi saw., beliau berfungsi sebagai mubayyin atau mufassir (pemberi
penjelasan) kepada para sahabat-sahabatnya tentang kandungan dari Al-Qur`an khususnya
tentang ayat-ayat belum dipahami. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur`an surat an-Naḥl [16] ayat
44: َ‫اس َما نُ ِز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَعَلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُرون‬ ِ َّ‫الذ ْك َر ِلتُبَيِنَ ِللن‬ ِ َ‫ َوأَنزَ ْلنَا إِلَيَْك‬....
Artinya: “Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur`an agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah di turunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”
Misalnya dalam sebuah hadis riwayat Muslim, Rasulullah menjelaskan bahwa maksud ‫ قُ َّو ٍة‬dari
al-Qur`an surah al-Anfāl [8] ayat 60 : .... ‫ط ْعت ُ ْم ِم ْن قُ َّو ٍة‬ َ َ ‫َوأ َ ِعدُّوا لَ ُه ْم َما ا ْست‬
Artinya : “Persiapkanlah untuk mereka semampumu dari kekuatan”.
adalah memanah dengan sabda beliau ُ‫ُُالر ْمي‬ َّ ‫أال ُ ِإنَّ ُا ْلق َّوة‬, yang artinya “Ketahuilah bahwa
kekuatan itu adalah memanah”.
b. Karakteristik Penafsiran Pada Masa Nabi
1) Menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an
Nabi menjelaskan kata ‫ظ ْل ٍم‬ ُ pada al-Qur`an surat Al-An’ām [6] ayat 82 :
َ‫ظ ْل ٍم أُولَئَِكَ لَ ُه ُم اْل ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَد ُون‬ ُ ‫سوا ِإي َمانَ ُه ْم ِب‬ ُ ‫الَّذِينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْل ِب‬
Artinya : “orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.”
dengan َ‫ال ِش ْرك‬, berdasarkan al-Qur`an surat Luqmān [31] ayat 13 : ‫ظ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬ ُ َ‫ِإ َّن ال ِش ْركَ ل‬
Juga, ketika beliau ditanya tentang siapakah “orang-orang yang diberi nikmat?” sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur`an surat Al-Fātiḥah [1] ayat 6-7?
)٧( َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َوْل الضَّا ِلين‬ِ ‫ط الَّذِينَ أَ ْنعَ ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغ ْي ِر ْال َم ْغضُو‬ َ ‫ص َرا‬ِ )٦( ‫يم‬ َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬ َ ‫الص َرا‬
ِ ‫ا ْه ِدنَا‬
Artinya : “Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat”
beliau menjelaskan dengan Al-Qur`an surah An-Nisā’ [4] ayat 69:
‫صا ِل ِحينَ َو َحسُنَ أُولَئَِكَ َرفِيقاا‬
َّ ‫اء َوال‬
ِ َ‫ش َهد‬ َّ ‫سو َل فَأُولَئَِكَ َم َع الَّذِينَ أَ ْنعَ َم‬
ِ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه ْم ِمنَ النَّبِيِينَ َو‬
ُّ ‫الص ِديقِينَ َوال‬ ُ ‫الر‬َّ ‫َّللاَ َو‬ َّ ِ‫َو َم ْن ي ُِطع‬
Artinya : “Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-
Nabi, para Shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya”.
2) Menafsirkan Al-Qur`an Ilmu Beliau
Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah swt. Seluruh perbuatan dan perkataan beliau
dijaga dan selalu dalam bimbingan Allah swt. Hal ini dipertegas oleh Allah swt. dalam al-
Qur`an surah an-Najm [53] ayat 3-4 : )٤( ‫ي يُو َحى‬ ٌ ْ‫) إِ ْن ه َُو إِْل َوح‬٣( ‫َو َما يَ ْن ِط ُق َع ِن ْال َه َوى‬

- 13 -
Artinya : Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Hal ini juga menjadi dasar bahwa walaupun penjelasan yang berasal dari beliau sendiri
juga mendapat petunjuk dari Allah swt. Beberapa contoh dari penafsiran beliau adalah
penjelasan beliau tentang tata cara ṣalāt sebagaimana diperintahkan Allah swt. dalam al-
Qur`an surah Al-Baqarah [2] ayat 43 : َّ ‫ار َكعُوا َم َع‬
َ‫الرا ِكعِين‬ َّ ‫صَلة َ َوآتُوا‬
ْ ‫الزكَاةَ َو‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
Artinya : “dan dirikanlah ṣalāt, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'.”
Perintah mendirikan ṣalāt tersebut masih berbentuk umum yang memerlukan
penjelasan, seperti tentang bagaimana tata cara ṣalāt, bagaimana bacaan-bacaannya dan lain-
lain. Maka untuk menjelaskannya Rasulullah naik ke atas bukit kemudian melakukan ṣalāt
hingga sempurna, lalu bersabda : “ṣalāt-lah kamu, sebagaimana kamu telah melihat aku ṣalāt”
(HR Bukhari).
2. Penafsiran Al-Qur`an pada masa Sahabat
a. Kondisi Penafsiran pada masa Sahabat
Sahabat adalah generasi terbaik. Mereka bertemu langsung dengan Nabi, menyaksikan
peristiwa yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat dan keterkaitan turunnya sebuah ayat
dengan ayat yang lain. Mereka mempunyai kedalaman pengetahuan dari segi bahasa yang
digunakan saat itu, kejernihan pemahaman, kuatnya keyakinan apalagi ketika mereka telah
melakukan ijmā’ dalam suatu penafsiran.
Para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan Al-Qur`an adalah khalīfah yang
empat, Ibn Mas’ūd, Ibn ‘Abbās, Ubai ibn Ka’b, Zaid ibn Ṡābit, Abū Mūsā Al-‘Asy’arī,
‘Abdullah ibn Zubair, Anas ibn Mālik, Abdullāh ibn ‘Umar, Jābir ibn Abdullāh, Abdullāh ibn
‘Amr ibn ‘Āṣ dan ‘Aisyah.
Ibn ‘Abbās adalah sahabat yang paling banyak dan paling dalam pengetahuannya
mengenai penafsiran al-Qur`an. Beliau digelari Turjumān al-Qur’ān (penafsir al-Qur`an)
Rasulullah pernah mendoakan beliau dengan : ‫الدي ِْن َو َع ِل ْمهُ الت َّأ ِو ْي ِل‬
ِ ‫اللـ ُه َّم فَ ِق ْههُ فِى‬
Artinya : “Ya Allah, berikanlah pemahaman keagamaan kepadanya (Ibn ‘Abbās) dan
ajarkanlah tafsir kepadanya.”
b. Ciri-ciri penafsiran pada masa Sahabat
Penafsiran pada masa sahabat mempunyai ciri-ciri seperti berikut:
1. Tidak semua ditafsirkan karena mereka paham Bahasa Arab.
2. Jarangnya perselisihan dalam memahami makna.
3. Sering merasa cukup dengan makna umum, tidak diperinci lagi.
4. Menerangkan dengan bahasa yang sepadan.
5. Jarang mengambil kesimpulan dari fiqih.
6. Kitab tafsir belum dibukukan, penafsiran ayat-ayat Al-Qur`an terdapat dalam kitab
Hadis.
c. Sebab Terjadinya Perbedaan Pemahaman Al-Qur`an di Kalangan Sahabat
Di samping perbedaan tingkatan pengetahuan serta kecerdasan para sahabat, perbedaan
pemahaman ayat-ayat Al-Qur`an para sahabat dipengaruhi oleh :
1) Pengetahuan berbahasa Arab mereka, seperti pengetahuan tentang sastra Arab, gaya
bahasa, adat istiadat dan sastra Arab Jahiliyah.
2) Sering tidaknya mendampingi Nabi Muhammad SAW.

- 14 -
3) Perbedaan pengetahuan mereka tentang bagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani
di Jazirah Arab pada saat ayat Al-Qur`an diturunkan. Sebab turunnya ayat ada yang
berhubungan dengan penolakan atau sanggahan terhadap mereka.
d. Sumber Penafsiran Sahabat
1) Periwayatan Rasulullah (Hadis)
Semasa hidup Rasulullah saw., beliau langsung menjelaskan dan menjadi referensi
sahabat-sahabat tentang arti dan kandungan Al-Qur`an. Penjelasan Rasul tersebut terus
dijadikan pedoman untuk menafsirkan Al-Qur`an, baik penjelasan beliau yang bersumber dari
Al-Qur`an itu sendiri maupun dari pendapat beliau sendiri.
2) Ijtihad Sahabat
Rujukan penafsiran sahabat adalah bahasa Arab dan syair-syairnya. Diantara contohnya
adalah ketika ‘Umar ibn Al-Khaṭṭāb bertanya tentang arti ٍ‫ تَخ َُّوف‬dalam al-Qur`an Surah an-
Naḥl [16] ayat 47 : ٌ ‫أ َ ْو يَأ ْ ُخذَ ُه ْم َعلَى تَخ َُّوفٍ فَإِ َّن َربَّ ُك ْم لَ َر ُء‬
‫وف َر ِحي ٌم‬
Artinya : “Atau Allah meng-ażab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka
Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Pertanyaan ‘Umar dijawab oleh seseorang dari kabilah Hużail. Ia menjelaskan bahwa
artinya adalah "pengurangan". Arti ini berdasarkan penggunaan bahasa yang dibuktikan
dengan syair pra-Islam. Umar ketika itu puas dan menganjurkan untuk mempelajari syair-
syair pra-Islam guna memahami Al-Qur`an.
3) Isrā’īliyyāt
Kata Isrā’īliyyāt merupakan bentuk jama’ dari kata tunggal “Isrā’īliyat” yang
merupakan kata yang dinisbahkan pada kata isra’il berasal dari bahasa Ibrani. Secara
terminologi “Isrā’īliyyāt” merupakan semua cerita yang bersumber dari para ahli kitab
Yahudi dan Nasrani yang masuk ke dalam penafsiran. Setelah beberapa ilmuwan Yahudi
memeluk Islam kisah-kisah dari kitab-kitab Bani Israil mulai menyebar di kalangan kaum
muslimin. Diantara mereka adalah Abdullāh ibn Salām, Ka’bul Aḥbār, Wahab ibn Munabbih,
‘Abdul Mālik ibn ’Abdul ‘Azis ibn Juraij. Sebagian mufassirīn mengutip isrā’īliyāt ini ke
dalam kitab tafsir mereka.
Secara garis besar berita isrā’īliyyāt terbagi menjadi tiga yaitu:
a). Berita yang sesuai dengan syariat Islam, maka bisa diterima.
Contohnya: apa yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan juga perawi yang lainnya dari Ibnu
Mas’ud ra. dia berkata: “telah datang seorang pendeta kepada Rasulullah saw., kemudian dia
berkata: “ya Muhammad sesungguhnya kami mendapati bahwa Allah menjadikan langit
dengan satu jari, menjadikan bumi dengan satu jari, menjadikan pohon dengan satu jari,
menjadikan air dan kekayaan dengan satu jari dan menjadikan seluruh makhluk dengan satu
jari, kemudian Dia berkata: “aku adalah penguasa (Raja). Maka Rasulullah saw. tertawa
sampai terlihat gigi geraham beliau membenarkan perkataan pendeta itu”.
b) Berita yang bertentangan dengan syariat Islam, maka harus ditolak.
Contohnya: Diriwayatkan dari Bukhāri dari Jābir ra, dia berkata: “Seorang Yahudi
berkata: “Apabila menggauli wanita dari belakangnya, maka akan melahirkan anak yang
juling matanya”. Berkenaan dengan berita itu maka turunlah ayat:
َ َّ ‫ث لَ ُك ْم فَأْتُوا َح ْرثَ ُك ْم أ َ َّنى ِشئْت ُ ْم َوقَ ِد ُموا ْل ْنفُ ِس ُك ْم َواتَّقُوا‬
َ‫َّللا َوا ْعلَ ُموا أَنَّ ُك ْم ُمَلقُوهُ َوبَ ِش ِر ْال ُمؤْ ِمنِين‬ ٌ ‫سا ُؤ ُك ْم َح ْر‬
َ ِ‫ن‬
Artinya “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”. (QS. al-Baqarah [2] : 223)

- 15 -
c) Berita yang didiamkan, tidak diterima dan tidak ditolak, hanya dijadikan wacana.
Berdasarkan apa yang diriwatkan oleh imam Bukhari dari Abu Hurairah RA, dia berkata:
“Ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan mereka menafsirkannya dengan
Bahasa Arab kepada pemeluk Islam, maka Rasulullah saw. bersabda: “janganlah kamu
membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka.”
3. Penafsiran Al-Qur`an pada masa Tābi’īn
a. Kondisi Penafsiran
Periode pertama berakhir ditandai dengan berakhirnya generasi sahabat. Lalu dimulailah
periode ke dua tafsir, yaitu periode tābi’īn yang belajar langsung dari para sahabat. Sumber
penafsiran pada masa tābi’īn ini adalah :
1) Al-Qur`an
2) Hadis Nabi saw.
3) Pendapat sahabat
4) Informasi Ahli Kitab yang bersumber dari kitab-kitab suci mereka (isrā’īliyāt)
5) Ijtihad
Di masa tābi’īn, kebutuhan akan tafsir jauh lebih meningkat, dikarenakan semakin
luasnya daerah kekuasaan Islam serta banyaknya orang non Arab yang berbondong-bondong
memeluk agama Islam. Maka, pada saat itulah berdiri madrasah-madrasah tafsir yang
terkenal, dimana gurunya adalah para sahabat dan muridnya adalah para tābi’īn. Muncullah
tiga madrasah tafsir termashur di Mekah, Madinah dan di Irak
Madrasah tafsir di Mekah dipelopori oleh Ibn ‘Abbās. Diantara murid-muridnya yang
terkenal adalah Sa’id ibn Jubair, Mujāhid, ‘Ikrimah Maula Ibn ‘Abbās, Ṭāwūs ibn Kissān al-
Yamanī, dan ‘Aṭā’ ibn Rabaḥ.
Madrasah tafsir di Madinah dipelopori oleh Ubai ibn Ka’b. Diantara muridnya dari
kalangan tābi’īn adalah Zaid ibn Aslam, Abu ‘Āliyah, dan Muḥammad ibn Ka’b al-Qaraẓi
Di Kufah atau Irak, Madrasah tafsir dipelopori oleh Abdullah ibn Mas’ūd. Diantara muridnya
yang termashur dari kalangan tābi’īn adalah ‘Alqamah ibn Qais, Masrūq, Aswad ibn Yazīd,
Murrah al-Ḥamadanī, ‘Amir asy-Sya’bī, Ḥasan al-Baṣri, Qatādah ibn Di’amah as-Sadusī.
b. Karakteristik Penafsiran Pada Masa Tābi’īn
Tafsir pada masa tābi’īn mempunyai karakter sebagai berikut:
1) Banyak mengambil sumber dari kisah isrā’īliyāt. Hal ini karena banyak ahli kitab
yang masuk Islam, dan pikiran mereka masih melekat ajaran kitab suci mereka,
khususnya pada hal-hal yang tdak berhubungan dengan hukum syariat, seperti awal
penciptaan dan lain-lain.
2) Mulai muncul banyaknya perbedaan dalam penafiran, jika dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya.
3) Munculnya benih-benih perbedaan mazhab.
4. Penafsiran Al-Qur`an Pada Masa Tadwīn (Pembukuan Kitab Tafsir)
Periode kodifikasi tafsir dimulai sejak munculnya pembukuan, yaitu pada akhir kekhalifahan
Bani Umayah dan awal kekhalifahan Bani ‘Ābbāsiyah. Dalam periode ini tafsir memasuki
beberapa tahap:
a. Tahap pertama
Pada tahap ini proses penyebaran tafsir adalah melalui periwayatan. Sahabat
meriwayatkan dari Rasulullah, sebagaimana sebagian sahabat meriwayatkan dari sebagian

- 16 -
yang lain; lalu tābi’īn meriwayatkan dari sahabat, seperti halnya sebagian dari tābi’īn
meriwayatkan dari sebagian yang lain.
b. Tahap Kedua
Setelah masa sahabat dan tābi’īn, tafsir memasuki tahap kedua, yaitu ketika hadis
Rasulullah saw mulai dibukukan. Kitab-kitab hadis memuat banyak bab, dan tafsir dijadikan
satu bab tersendiri dalam kitab-kitab hadis. Pada waktu itu, belum ada buku khusus tentang
tafsir. Para penulis tafsir pada tahap ini diantaranya adalah Yazīd ibn Hārūn as-Sulamī (wafat
117 H), Syu’bah ibn al-Ḥajjāj (wafat 160 H), Waki’ ibn Jarrah (wafat 197 H), Sufyan ibn
‘Uyainah (wafat 198 H), Rauh ibn Ubadah al-basri (wafat 205 H), Abdurrazaq ibn Hammam
(wafat 211 H), Adam ibn Abu ‘Iyas (wafat 220 H), dan Abdullah ibn Humaid (wafat 249 H),
yang kesemuanya pada dasarnya adalah imam dan tokoh-tokoh ilmu hadis.
c. Tahap Ketiga
Setelah itu tafsir mulai dipisahkan dari Hadis, sehingga ia menjadi ilmu tersendiri.
Setiap ayat dalam al-Qur`an diberi penafsiran, dan disusun sesuai susunan muṣḥaf. Pekerjaan
ini dilakukan oleh beberapa ulama’, diantaranya adalah Ibn Mājah, Ibn Jarīr aṭ-Ṭabārī, Abu
Bakar ibn Munzir an-Nisaburī dan lain-lain.
d. Tahap Keempat
Pada tahap ini para penulis tafsir berpegang pada metode periwayatan dari Rasul,
Sahabat dan Tābi’īn. Namun pada tahap ini mulai ada perubahan dari segi sanad. Penulis
tafsir meringkas penulisan sanad dan menulis berbagai pendapat yang diriwayatkan dari para
mufassir pendahulu mereka tanpa menyandarkan pendapat tersebut kepada orang yang
mengemukakannya. Maka, terjadilah banyak pemalsuan dalam tafsir, riwayat yang ṣaḥīḥ
bercampur dengan riwayat yang cacat dan mencantumkan isrā’īliyāt.
e. Tahap Kelima
Terjadinya penulisan tafsir yang mencampur adukkan antara pemahaman rasional dan
tafsir metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tābi’īn. Hal ini berlangsung sejak masa
Abbasiyah hingga sekarang.
F. Metode pembelajaran
 Metode ceramah, tanya jawab,diskusi dan demontrasi.
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Gambar
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa gambar atau
menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya

- 17 -
b. Kegiatan inti (75 menit)
Mengamati
 Mencermati gambar ilustrasi penafsiran pada masa Nabi, Sahabat, Tabiin dan masa
tadwin

 Menyimak, mengamati dan menjelaskan pendapat teman tentang tentang sejarah


penafsiran pada masa Nabi, Sahabat, Tabiin dan masa tadwin
Menanya
 Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan tentang sejarah penafsiran pada
masa Nabi, Sahabat, Tabiin dan masa tadwin
 Mengajukan pertanyaan mengenai ciri-ciri penafsiran pada masa Nabi, sahabat, tabiin
dan masa tadwin.
Mengeksperimen/Mengeksplorasi
 Secara berkelompok mencari kelengkapan sejarah penafsiran pada masa Nabi,
Sahabat, Tabiin dan masa tadwin
 Diskusi tentang perbedaan penafsiran pada masa Nabi, Sahabat, Tabiin dan masa
tadwin
 Secara berpasangan tanya jawab tentang sejarah penafsiran pada masa Nabi, Sahabat,
Tabiin dan masa tadwin
Mengasosiasi/menalar
 Melakukan koreksi secara berkelompok terhadap hasil pencarian kelengkapan sejarah
penafsiran pada masa Nabi, Sahabat, Tabiin dan masa tadwin
 Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan penafsiran pada masa Nabi, Sahabat,
Tabiin dan masa tadwin
Mengkomunikasikan
 Mendemonstrasikan contoh penafsiran pada masa Nabi, Sahabat, Tabiin dan masa
tadwin
 Menyajikan paparan hasil pencarian kelengkapan sejarah penafsiran pada masa Nabi,
Sahabat, Tabiin dan masa tadwin
 Menunjukkan / memaparkan hasil diskusi tentang sejarah penafsiran pada masa Nabi,
Sahabat, Tabiin dan masa tadwin
 Menanggapi paparan hasil diskusi
 Menyusun kesimpulan tentang ciri-ciri penafsiran pada masa Nabi, Sahabat, Tabiin
dan masa tadwin
c. Penutup (5 menit)
 Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan;
 Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
- 18 -
 Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
 Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
 Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. Penilaian
1. Penilaian sikap
a. Format Penilaian Individu
Aktifitas

Nama Kepedulian Jml.


No. Peserta Kerjasama Keaktifan dan Inisiatif Skor
Didik kesantunan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Ahmad

2. Rezqi

3. Dst

b. Rubrik penilaian:
No. Indikator Penilaian Skor
1 Kerja Sama Belum memperlihatkan kerjasama dengan temannya 1

Mulai memperlihatkan kerjasama dengan temannya 2


Mulai berkembang kerjasama dengan temannya 3
Mulai membudayakan kerjasama dengan temannya 4
2 Keaktifan belum memperlihatkan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 1
proses melaksanakan tugas
Mulai memperlihatkan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 2
proses melaksanakan tugas
Mulai berkembang keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama proses 3
melaksanakan tugas
Mulai membudayakan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 4
proses melakSanakan tugas
3 Kepedulian Tidak mau menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan 1
dan pendapatnya dengan bahasa yang kurang santun
kesantunan Kurang dapat menghargai pendapat orang lain dan kurang santun 2

Menghargai orang lain namun kurang santun dalam menanggapi 3


pendapat
Menghargai orang lain dan menanggapi pendapat dengan santun 4

4 Inisiatif belum memperlihatkan Inisiatifnya 1

mulai memperlihatkan Inisiatifnya 2

- 19 -
mulai berkembang Inisiatifnya 3

mulai membudayakan Inisiatifnya 4

Total 16

c. Pedoman Penskoran
Nilai = Jumlah Nilai Skor Yang diperoleh x 100
Jumlah Skor maksimal (16)
SOAL UJI KOMPETENSI
a. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1. Bagaimanakah kondisi penafsiran pada masa Nabi Muhammad saw.? Jelaskan dan
berikan contoh!
2. Apakah penyebab perbedaan pemahaman al-qur`an di kalangan para sahabat?
3. Apakah Isra`iliyyat itu? Kapan Isra`iliyyat mulai masuk ke dalam penafsiran al-
Qur`an?
4. Bagaimanakah karakteristik penafsiran pada masa Tābi’īn?
5. Jelaskan secara singkat tahap-tahap dalam penafsiran pada masa Tadwīn!
b. Pengamatan Perilaku
Amatilah perilaku-perilaku masyarakat sebagaimana yang terdapat pada kolom
berikut ini dan berikan tanggapan ananda
No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Ananda
1. Seseorang tidak mengerti sejarah penafsiran
2. Seseorang tidak memahami adanya perkembangan
penafsiran
3. Seseorang tidak memahami karakteristik
penafsiran tiap fase sejarah penafsiran
4. Seseorang menafsirkan al-Qur`an dengan metode
baru yang tidak pernah ada pada sejarah
penafsiran

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MAS Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I) (Dwi Ayu Khairil Barkiyah)


NIY. 078. 007. 402 NIY. 094.019.862

- 20 -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 1
Materi Pokok : Asbabun-Nuzul al-Qur’an
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.4 Menyakini nilai-nilai asbabun-nuzul Al-Qur’an
2.4 Menunjukkan sikap yang menunjukkan diri berpedoman terhadap asbabun-nuzul
3.4 Memahami asbabun-nuzul dalam menafsirkan Al-Qur’an.
4.4 Menunjukkan contoh beberapa asbabun-nuzul dalam menafsirkan Al-Qur’an
C. Indikator
1.Menjelaskan pengertian asbabun-nuzul dalam menafsirkan al-Qur’an
2.Membandingkan fungsi, faedah, dan bentuk redaksi asbabun-nuzul dalam
menafsirkan al-Qur’an.
3. Menjelaskan pendapat ulama’ tentang asbabun-nuzul al qur’an.
4. Menjelaskan hikmah adanya asbabun-nuzul al Qur’an
5. Menyajikan contoh asbabun-nuzul al-Qur’an
6. Mempresenta-sikan fungsi asbabun-nuzul dalam menafsirkan al-Qur’an
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan, diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian asbābun nuzūl al-Qur`an
2. Siswa dapat menjelaskan faedah mengetahui asbābun nuzūl ayat
3. Siswa dapat menjelaskan pendapat para ulama’ tentang asbābun nuzūl

- 21 -
4. Siswa dapat menjelaskan susunan atau bentuk redaksi asbābun nuzūl
5. Siswa dapat menunjukkan contoh asbābun nuzūl ayat
E. Materi pembelajaran
1. Pengertian Asbābun nuzūl
Ungkapan asbābun nuzūl merupakan bentuk iḍāfah dari kata “asbāb” berbentuk jama’,
mufrad-nya adalah sabab artinya “sebab” dan nuzūl yang artinya adalah “turun”. Secara
etimologi, asbābun nuzūl adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
Ayat-ayat al-Qur`an turun ada yang tanpa sabab dan ada yang didahului sabab.
Para Mufassir merumuskan pengertian asbābun nuzūl secara terminologi diantaranya:
َ ‫ما نزلت اآلية أو اآليات ُمتَ َح ِد ثَةا َع ْنهُ أو ُمبَيِنَةا ِل ُح ْك ِم ِه أَي‬
a. Menurut Az-Zarqānī: ‫َّام ُوقُ ْو ِع ِه‬
Artinya: “sesuatu yang turun (berupa) satu ayat atau beberapa ayat yang berbicara
tentangnya (sesuatu itu) atau menjelaskan ketentuan-ketentun hukum yang terjadi pada waktu
terjadinya peristiwa tersebut.”
b. Menurut Mannā’ al-Qaṭṭān : ‫س َؤا ٍل‬ ُ ‫آن بِشَأْنِ ِه َو ْقتَ ُوقُ ْو ِع ِه َك َحا ِدث َ ٍة ْأو‬
ٌ ‫ما نُ ِز َل قُ ْر‬
Artinya: “sesuatu yang menyebabkan diturunkannya al-Qur`an berkenaan dengan keadaan
al-Qur`an ketika ia turun, seperti (karena disebabkan) adanya sebuah peristiwa atau adanya
pertanyaan”.
Berbagai pendapat ulama lainnya tidak terlepas dari istilah-istilah yang terdapat pada
dua definisi di atas.
2. Susunan atau Bentuk Redaksi Asbābun nuzūl
Ayat yang ber-asbābun nuzūl ada yang secara tegas tergambar dalam ayat, dan ada pula
yang tidak dinyatakan secara jelas dalam ayat yang bersangkutan. Ayat yang secara tegas
menyatakan asbābun nuzūl, antara lain tergambar dalam ayat yang memuat kata-kata ‫يسألونَك‬
(mereka bertanya kepadamu) atau ‫( يستفتونَك‬mereka meminta fatwa kepadamu). Sedang ayat
yang tidak memuat secara tegas asbābun nuzūl-nya, dipelajari melalui hadis.
Bentuk redaksi dari hadis tentang asbābun nuzūl adalah :
a. Bentuk redaksi yang tegas berbunyi .... ‫سبب نزول اْلية كذا‬
b. Adanya huruf fā as-sababiyah yang masuk pada riwayat yang dikaitkan dengan
turunnya ayat. Misalnya, ... ‫فنزلت اآلية‬
c. Adanya keterangan yang menjelaskan, bahwa rasul ditanya sesuatu kemudian diikuti
dengan turunnya ayat sebagai jawabannya.
3. Sikap Para Mufassir Terhadap Riwayat Asbābun nuzūl
Al-Wāḥidī berpendapat bahwa untuk mengetahui tafsir sesuatu ayat Al-Qur`an, tidak
mungkin tanpa mengetahui, latar belakang peristiwa dan kejadian tentang penurunannya. Ibn
Daqīqul ’īd berpendapat bahwa keterangan tentang kejadian turunnya ayat merupakan cara
yang kuat untuk memahami makna ayat Al-Qur`an. Juga, Ibnu Taimiyyah
berpendapat bahwa mengetahui asbābun nuzūl ayat, menolong kita memahami makna ayat,
karena mengetahui kejadian turunnya itu memberikan dasar untuk mengetahui penyebabnya.
4. Faedah Mengetahui Asbābun nuzūl
a. Memberi petunjuk tentang hikmah yang dikehendaki Allah atas apa yang telah
ditetapkan hukumnya.
b. Memberi petunjuk tentang adanya ayat-ayat tertentu yang memiliki kekhususan
hukum tertentu.

- 22 -
c. Merupakan cara yang efisien untuk memahami makna yang terkandung dalam al-
Qur`an.
d. Menghindari keraguan tentang ketentuan pembatasan (al-Hasyr) yang terdapat dalam
al-Qur`an. Misal;
‫س أَ ْو فِ ْسقاا‬
ٌ ْ‫ير فَإِنَّهُ ِرج‬ ٍ ‫طعَ ُمهُ إِْل أ َ ْن يَ ُكونَ َم ْيت َةا أَ ْو دَ اما َم ْسفُو احا أ َ ْو لَحْ َم ِخ ْن ِز‬ ْ َ‫طا ِع ٍم ي‬ َ ‫ي ُم َح َّر اما َعلَى‬ َّ َ‫ي إِل‬ ِ ُ ‫قُ ْل ْل أ َ ِجد ُ فِي َما أ‬
َ ‫وح‬
َّ ‫أ ُ ِه َّل ِلغَي ِْر‬
.... ‫َّللاِ ِب ِه‬
Ayat ini turun saat orang-orang kafir mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan
sebaliknya menghalalkan yang diharamkan Allah. Dan ayat ini tidak dimaksudkan sebagai
pernyataan bahwa selain yang disebutkan itu halal semua karena penekanan ayat terletak pada
pengharaman bukan penghalalan
e. Menghilangkan kemusykilan memahami ayat, sebagaimana yang kebingungan yang
dialami Marwan bin Al-Hakam yang diriwayatkan oleh Bukhāri, ketika memahami
QS Ali ‘Imrān [3] : 188
‫ب َولَ ُه ْم َعذَابٌ أَ ِلي ٌم‬ِ ‫س َب َّن ُه ْم ِب َمفَازَ ٍة ِمنَ ْال َعذَا‬
َ ْ‫س َب َّن الَّذِينَ َي ْف َرحُونَ ِب َما أَت َْوا َوي ُِحبُّونَ أَ ْن يُحْ َمد ُوا ِب َما لَ ْم َي ْف َعلُوا فََل تَح‬
َ ْ‫ْل تَح‬
Artinya: “janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan
apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang
belum mereka kerjakan janganlah ananda menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan
bagi mereka siksa yang pedih.”
f. Membantu memudahkan penghafalan ayat dan pengungkapan makna yang
terkandung di dalamnya.
F. Metode pembelajaran
 Metode ceramah, tanya jawab,diskusi dan demontrasi.
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (5 menit)
 Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
 Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan inti (80 menit)
Mengamati
 Mencermati pengertian asbabun-Nuzul
 Menyimak dan mengamati faedah, bentuk redaksi asbabun-nuzul al-Qur’an
 Menyimak penjelasan tentang faedah, bentuk redaksi asbabun-nuzul al-Qur’an
Menanya
 Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan tentang faedah, bentuk redaksi
asbabun-nuzul al-Qur’an
 Mengajukan pertanyaan mengenai pendapat ulama’ tentang asbabun-nuzul al-Qur’an.
Mengeksperimen/Mengeksplorasi

- 23 -
 Secara berkelompok mencari kelengkapan pengetahuan tentang faedah, bentuk redaksi
asbabun-nuzul al-Qur’an
 Diskusi tentang pendapat-pendapat ulama tentang asbabun-nuzul al-Qur’an
 Secara berpasangan tanya jawab tentang faedah, bentuk redaksi, dan pendapat ulama
tentang asbabun-nuzul al-Qur’an
Mengasosiasi/menalar
 Melakukan koreksi secara berkelompok terhadap hasil pencarian kelengkapan
pengetahuan tentang faedah, bentuk redaksi asbabun-nuzul al-Qur’an
 Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan pendapat ulama tentang asbabun-nuzul
al-Qur’an
Mengkomunikasikan
 Mendemonstrasikan contoh-contoh asbabun-nuzul dalam menafsirkan al-Qur’an
 Menyajikan paparan hasil pencarian kelengkapan pengetahuan tentang faedah, bentuk
redaksi, dan pendapat ulama tentang asbabun-nuzul al-Qur’an
 Menunjukkan / memaparkan hasil diskusi tentang faedah, bentuk redaksi, dan
pendapat ulama’ tentang asbabun-nuzul al-Qur’an
 Menanggapi paparan hasil diskusi
 Menyusun kesimpulan tentang hasil diskusi
c. Penutup (5 menit)
 Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan;
 Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
 Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
 Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
 Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. AYO BERLATIH
I. Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Secara etimologi, asbābun nuzūl artinya …
A. Sebab-sebab yang menjelaskan terjadinya sesuatu
B. Sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya peristiwa di masa Nabi saw.
C. Sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu
D. Sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sebuah dalil
E. Sebab-sebab yang menjelaskan ayat
َ ‫ما نزلت اآلية أو اآليات ُمت َ َح ِد ثَةا َع ْنهُ أو ُمبَ ِينَةا ِل ُح ْك ِم ِه أَي‬
2. ‫َّام ُوقُ ْو ِع ِه‬
Arti dari pengertian asbābun nuzūl di atas adalah ....
A. Sesuatu yang turun satu ayat atau beberapa ayat yang berbicara tentangnya (sesuatu itu)
atau menjelaskan ketentuan-ketentun hukum yang terjadi pada waktu terjadinya peristiwa
tersebut.
B. sesuatu yang menyebabkan diturunkannya al-Qur`an berkenaan dengan keadaan al-Qur`an
ketika ia turun, seperti (karena disebabkan) adanya sebuah peristiwa atau adanya pertanyaan.
C. Sesuatu yang turun yang berbicara tentang ketentuan-ketentun hukum al-Qur`an yang
terjadi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
D. Sesuatu peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-Qur`an berkenaan dengan peristiwa
yang terjadi atau soal-soal
E. Peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-Qur`an berkenaan dengan peristiwa yang
akan terjadi atau karena adanya pertanyaan kepada Rasulullah

- 24 -
ُ ‫آن بِشَأْنِ ِه َو ْقتَ ُوقُ ْو ِع ِه َك َحا ِدثَ ٍة ْأو‬
3. ‫س َؤا ٍل‬ ٌ ‫ما نُ ِز َل قُ ْر‬
Arti dari pengertian asbābun nuzūl di atas adalah ....
A. Sesuatu yang turun satu ayat atau beberapa ayat yang berbicara tentangnya (sesuatu itu)
atau menjelaskan ketentuan-ketentun hukum yang terjadi pada waktu terjadinya peristiwa
tersebut.
B. Sesuatu yang menyebabkan diturunkannya al-Qur`an berkenaan dengan keadaan al-Qur`an
ketika ia turun, seperti (karena disebabkan) adanya sebuah peristiwa atau adanya pertanyaan.
C. Sesuatu yang turun yang berbicara tentang ketentuan-ketentun hukum al-Qur`an yang
terjadi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
D. Sesuatu peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-Qur`an berkenaan dengan peristiwa
yang terjadi atau soal-soal
E. Peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-Qur`an berkenaan dengan peristiwa yang
akan terjadi atau karena adanya pertanyaan kepada Rasulullah
4. “Sesuatu yang turun satu ayat atau beberapa ayat yang berbicara tentangnya (sesuatu itu)
atau menjelaskan ketentuan-ketentun hukum yang terjadi pada waktu terjadinya peristiwa
tersebut.” Definisi asbābun nuzūl berikut merupakan pendapat dari…
A. Ali As-Sābūnī B. Dr. Shubhi Shalih C. Az-Zarqānī D. Mannā’ Khalīl Qatṭṭān E. Al-Maliki
5. Definisi asbābun nuzūl di bawah ini adalah pendapat dari ....
“Sesuatu yang menyebabkan diturunkannya al-Qur`an berkenaan dengan keadaan al-Qur`an
ketika ia turun, seperti (karena disebabkan) adanya sebuah peristiwa atau adanya
pertanyaan.”
A. Ali As-Sābūnī B. Dr. Shubhi Shalih
C. Az-Zarqānī D. Mannā’ Khalīl Qatṭṭān E. Al-Maliki
6. “Untuk mengetahui tafsir suatu ayat Al-Qur`an tidak mungkin tanpa mengetaui latar
belakang peristiwa dan kejadian tentang penurunannya”.
Pernyataan di atas adalah pendapat dari..
A. Imam Al-Wahidi B. Imam Al-Maliki
C. Imam Hambali D. Ibnu Daqiqul ‘id E. Ibnu Taimiyah
7. “Keterangan tentang kejadian turunnya ayat merupakan cara yang kuat untuk memahami
makna ayat Al-Qur`an”
Pernyataan di atas adalah pendapat dari..
A. Imam Al-Wahidi B. Imam Al-Maliki
C. Imam Hambali D. Ibn Daqīqul ’īd E. Ibnu Taimiyah
8. “Mengetahui Asbābun nuzūl ayat, menolong kita memahami makna ayat, karena
mengetahui kejadian turunnya itu memberikan dasar untuk mengetahui penyebabnya”.
Pernyataan diatas adalah pendapat dari..
A. Imam Al-Wahidi B. Imam Al-Maliki
C. Imam Hambali D. Ibn Daqīqul ’īd E. Ibnu Taimiyah
9. Berikut yang bukan merupakan faedah dari mengetahui asbābun nuzūl adalah ....
A. Memberi petunjuk tentang hikmah yang dikehendaki Allah atas apa yang telah ditetapkan
hukumnya.
B. Memberi petunjuk tentang adanya ayat-ayat yang memiliki kekhususan hukum tertentu.
C. Merupakan cara yang efisien untuk memahami makna yang terkandung dalam al-Qur`an.
D. Menghindari keraguan tentang ketentuan pembatasan yang terdapat dalam al-Qur`an.
E. Memudahkan menafsirkan kalimat-kalimat yang muhkamat
10. Berikut ini bukanlah redaksi asbābun nuzūl....
A. Tergambar dalam ayat yang memuat kata-kata ‫( يسألونَك‬mereka bertanya kepadamu)
- 25 -
B. Kata-kata, “Redaksi ayat ini berhubungan dengan...”
C. Bentuk redaksi yang tegas berbunyi .... ‫سبب نزول اْلية كذا‬
D. Adanya huruf fā` as-sababiyah yang masuk pada riwayat yang dikaitkan dengan turunnya
ayat. Misalnya, ... ‫فنزلت اآلية‬
E. Adanya keterangan yang menjelaskan, bahwa rasul ditanya sesuatu kemudian diikuti
dengan turunnya ayat sebagai jawabannya.
II. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1. Apakah pengertian asbābun nuzūl secara etimologi dan terminologi?
2. Apakah pengertian asbābun nuzūl menurut Az-Zarqānī? Sebutkan pengertian yang
berbahasa Arab dan terjemahkan!
3. Apakah semua ayat ada asbābun nuzūl–nya? Bagaimanakah cara kita mengetahui asbābun
nuzūl dari suatu ayat? Jelaskan!
4. Bagaimanakah bentuk redaksi dari hadis tentang asbābun nuzūl ?
5. Apakah faedah dari mempelajari asbābun nuzūl?
III. Pengamatan Perilaku
No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Anda
Seseorang mendapatkan perintah dengan tanpa bertanya sebab dari
1. adanya perintah tersebut
2. Seseorang beranggapan bahwa setiap ayat ada asbābun nuzūl-nya
3. Seseorang beranggapan bahwa asbābun nuzūl itu tidak penting
dalam penafsiran al-Qur`an
4. Seorang penceramah menerangkan al-Qur`an tanpa memperhatikan
asbābun nuzūl ayat
5. Seorang penceramah menerangkan al-Qur`an dengan selalu
berpegangan dengan asbābun nuzūl ayat
IV. Tugas PMT (Penugasan Mandiri Tersetruktur) :
1. Carilah ayat yang ada asbābun nuzūl-nya dan dengan mengisi kolom di bawah ini :
Redaksi asbābun nuzūl-
Redaksi Ayat Konteks asbābun nuzūl
No. nya

1.

2.

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MAS Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I) (Dwi Ayu Khairil Barkiyah)


NIY. 078. 007. 402 NIY. 094.019.862

- 26 -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 1
Materi Pokok : Munasabah dalam al-Qur’an
Alokasi Waktu : 2 TM (4x 45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.5 Menyadari pentingnya nilai-nilai munwsabah dalam menafsirkan Al-Qur’an
2.5 Meneladani adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al
3.5 Memahami munwsabah dalam menafsirkan Al-Qur’an.
4.5 Menunjukkan contoh munwsabah dalam menafsirkan Al-Qur’an
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian munasabah dalam menafsirkan al-Qur’an
2. Menjelaskan bentuk munasabah al-Qur’an.
3. Menjelaskan contoh-contoh munasabah dalam al qur’an.
4. Menyajikan contoh munasabah dalam al-Qur’an
5. Mempresenta-sikan fungsi munasabah dalam menafsirkan al-Qur’an
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan, diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian munāsabah
2. Siswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk munāsabah
3. Siswa dapat menjelaskan hikmah dari munāsabah
4. Siswa dapat menunjukkan contoh dari bentuk-bentuk munāsabah
E. Materi pembelajaran
1. Pengertian Munāsabah

- 27 -
Secara etimologi, kata munāsabah sering dipakai dalam tiga pengertian. Kata ini
dipakai dengan makna musyākalah atau muqārabah (dekat). Kata munāsabah juga diartikan
dengan an-nasīb (kerabat atau sanak keluarga).
Pengertian munāsabah secara terminologis menurut beberapa ulama adalah sebagai
berikut :
a. Menurut Ibn ‘Arabiy adalah koherensi atau hubungan ayat-ayat Al-Qur`an antara
suatu bagian dengan lainnya, sehingga bagaikan satu kalimat yang maknanya
harmonis dan strukturnya yang rapi.
b. Menurut Az-Zarkasyi adalah merupakan usaha pemikiran manusia untuk menggali
rahasia hubungan antar ayat atau surat yang dapat diterima oleh akal.
2. Bentuk-Bentuk dan Contoh Munāsabah
Menurut Quraish Shihab, paling tidak, ada enam tempat munāsabah yang bisa
ditemukan dalam Al-Qur`an, yakni pada:
a. Hubungan kata demi kata dalam satu ayat
Munāsabah ini terjadi karena antara bagian-bagian Al-Qur`an tidak ada kesesuaian, sehingga
tidak tampak adanya hubungan di antara keduanya, bahkan tampak masing-masing ayat
berdiri sendiri, baik karena ayat yang dihubungkan dengan ayat lain maupun karena yang satu
bertentangan dengan yang lain. Hal tersebut baru tampak ada hubungan yang ditandai dengan
huruf ‘aṭf, sebagai contoh, terdapat dalam al-Qur`an Surah al-Gāsyiyah [88] ayat 17-20:
‫ض‬ ْ ‫) َو ِإلَى‬١٩( ‫ت‬
ِ ‫اْلر‬ ْ ‫ص َب‬ ِ ُ‫ْف ن‬ َ ‫) َو ِإلَى ْال ِج َبا ِل َكي‬١٨( ‫ت‬ ْ ‫ْف ُرفِ َع‬
َ ‫اء َكي‬ َّ ‫) َو ِإلَى ال‬١٧( ‫ت‬
ِ ‫س َم‬ ْ َ‫ْف ُخ ِلق‬ َ ‫ظ ُرونَ ِإلَى اإل ِب ِل َكي‬ ُ ‫أَفََل َي ْن‬
)٢٠( ‫ت‬ ْ ‫س ِط َح‬
ُ ‫ْف‬ َ ‫َكي‬
Artinya : 17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
b. Hubungan antara kandungan ayat dengan fāṣilah (penutup ayat)
Dalam satu surat terdapat korelasi antara awal surat dan akhirannya. Misalnya, dalam
surat al-Qaṣaṣ dimulai dengan kisah nabi Musa dan Fir’aun serta pasukannya, sedangkan
penutup surat tersebut menggambarkan pernyataan Allah agar umat Islam jangan menjadi
penolong bagi orang-orang kafir, sebab Allah lebih mengetahui tentang hidayah.
c. Hubungan ayat dengan ayat berikutnya
Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surat. Contoh dalam
masalah ini misalnya dalam surat Al-Mu’minūn, ayat 1 yang berbunyi “qad aflaḥa al-
mu’minūn” lalu di bagian akhir surat tersebut berbunyi “innahu la yufliḥu al-kāfirūn”. Ayat
pertama menginformasikan keberuntungan dalam orang-orang mu’min, sedangkan ayat kedua
tentang ketidakberuntungan orang-orang kafir.
Munāsabah antar ayat ini juga dijumpai dalam contoh pada al-Qur`an Surah Al Baqarah
[2] : 45 terdapat kata Al Khāsyi’īn yang kemudian di jelaskan pada ayat berikutnya yang
memberi informasi tentang maksud dari kata Al Khāsyi’īn tersebut :
)٤٦( َ‫اجعُون‬ ُ َ‫) الَّذِينَ ي‬٤٥( َ‫يرة ٌ إِْل َعلَى ْالخَا ِشعِين‬
ِ ‫ظنُّونَ أَنَّ ُه ْم ُمَلقُو َر ِب ِه ْم َوأَنَّ ُه ْم إِلَ ْي ِه َر‬ َ ِ‫صَلةِ َوإِنَّ َها لَ َكب‬ َّ ‫َوا ْست َ ِعينُوا بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬
Artinya : 45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', 46. (yaitu) orang-
orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya.
d. Hubungan mukadimah satu surat dengan surat berikutnya

- 28 -
Misalnya antara surat al-Fātiḥah dan surat Al-Baqarah. Dimana dalam surat al-Fātiḥah
berisi tema global tentang aqidah, muamalah, kisah, janji, dan ancaman. Sedangkan dalam
surat Al Baqarah menjadikan penjelas yang lebih rinci dari isi surat Al-Fātiḥah.
e. Hubungan penutup satu surat dengan mukaddimah surat berikutnya
Misalnya permulaan surat Al-Ḥadīd [57]: 1 dengan penutupan surat Al Wāqi’ah [56]:
96 memiliki relevansi yang jelas, yakni keserasian dan hubungan dengan tasbih.
)٩٦( ‫سبِحْ بِاس ِْم َربَِكَ ْالعَ ِظ ِيم‬
َ َ‫ف‬
Artinya: “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.”
Dengan, )١( ‫يز ْال َح ِكي ُم‬
ُ ‫ض َوه َُو ْالعَ ِز‬
ِ ‫اْلر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫َسبَّ َح ِ َّّلِلِ َما فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
Artinya : “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
f. Hubungan kandungan surat dengan surat berikutnya
Al-Qur`an sebagai satu kesatuan yang bagian-bagian strukturnya terkait secara utuh.
Pembahasan tentang munāsabah antar surat dimulai dengan memposisikan surat Al-Fātiḥah
sebagai Ummul Kitab (induk Al-Qur`an), sehingga penempatan surat tersebut sebagai surat
pembuka (Al-Fātiḥah) adalah sesuai dengan posisinya yang merangkum keseluruhan isi Al-
Qur`an
Surat Al-Fātiḥah menjadi ummul kitab, sebab di dalamnya terkandung masalah tauhid,
peringatan dan hukum-hukum, yang dari masalah pokok itu berkembang sistem ajaran Islam
yang sempurna melalui penjelasan ayat-ayat dalam surat-surat setelah surat Al-Fātiḥah. Ayat
1-3 surat Al-Fātiḥah mengandung isi tentang tauhid, pujian hanya untuk Allah karena Dia-lah
penguasa alam semesta dan Hari Akhir, yang penjelasan rincinya dapat dijumpai secara
tersebar di berbagai surat Al-Qur`an. Salah satunya adalah surat Al Ikhlas yang dikatakan
sepadan dengan sepertiga Al-Qur`an. Ayat 5 surat Al-Fātiḥah )٥( ُ‫إِيَّاكَ نَ ْعبُد ُ َوإِيَّاكَ نَ ْستَ ِعين‬
dijelaskan secara rinci tentang apa itu jalan yang lurus, di permulaan surat Al-Baqarah )١( ‫الم‬
)٢( َ‫ْب ِفي ِه ُهداى ِل ْل ُمتَّقِين‬
َ ‫َذَلَِكَ ْال ِكتَابُ ْل َري‬. Atas dasar itu dapat disimpulkan bahwa teks dalam surat Al-
Fātiḥah dan teks dalam surat Al-Baqarah berkesesuaian (ada munāsabah).
3. Manfaat Mempelajari Ilmu Munāsabah
Di antara manfaat mempelajari ilmu munāsabah ialah sebagai berikut:
a. Dapat mengembangkan anggapan orang yang menganggap bahwa tema-tema al-
Quran tidak mempunyai hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.
b. Mengetahui hubungan antara bagian al-Quran, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-
ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih
memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al-Quran dan memperkuat
keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
c. Dapat mengetahui ketinggian (keindahan) bahasa al-Quran dan konteks kalimat-
kalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta penyesuaian antara ayat atau surat
yang satu dari yang lain.
d. Dapat membantu menafsirkan ayat-ayat al-Quran setelah diketahui hubungan suatu
kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.
F. Metode pembelajaran
 Metode ceramah, tanya jawab,diskusi dan demontrasi.
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
- 29 -
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Gambar
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (5 menit)
 Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
 Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru mempersiapkan media/alat bantu bisa berupa gambar atau menggunakan
multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
b. Kegiatan inti (80 menit)
Mengamati
Perhatikan ayat-ayat berikut dan kaitkan dengan tema kita !
‫يز ْال َح ِكي ُم‬
ُ ‫ض َوه َُو ْال َع ِز‬
ِ ‫اْلر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫س َّب َح ِ َّّلِلِ َما ِفي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ
Artinya : semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS.
Al-Ḥadīd [57] : 1)
Dan ayat berikut : ‫س ِب ْح ِباس ِْم َر ِبَكَ ْال َع ِظ ِيم‬
َ َ‫ف‬
Artinya : Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar. (QS. Al-
Wāqi’ah [56]: 96)
Al-Qur`an surah Al-Ḥadīd [57] ayat 1 dan Al-Qur`an surah Al-Wāqi’ah [56] ayat 96
mempunyai kesamaan yaitu pada kata ‫سبَّ َح‬ َ (bertasbih) dan ‫س ِب ْح‬ َ (bertasbihlah). Kesamaan-
kesamaan ini jika dicermati akan menjelaskan suatu hal yang menarik untuk dibahas.
Menanya
 Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan tentang bentuk-bentuk dan
contoh munasabah al-Qur’an
Mengeksperimen/Mengeksplorasi
 Secara berkelompok mencari kelengkapan pengetahuan tentang bentuk-bentuk dan
contoh munasabah al-Qur’an
 Secara berpasangan tanya jawab tentang bentuk-bentuk dan contoh munasabah al-
Qur’an
Mengasosiasi/menalar
 Melakukan koreksi secara berkelompok terhadap hasil pencarian kelengkapan
pengetahuan tentang bentuk-bentuk dan contoh munasabah al-Qur’an
 Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan bentuk yang munasabah yang satu
dengan yang lainnya
Mengkomunikasikan
 Mendemonstrasikan contoh-contoh munasabah dalam menafsirkan al-Qur’an
 Menyajikan paparan hasil pencarian kelengkapan pengetahuan bentuk-bentuk dan
contoh munasabah al-Qur’an
 Menunjukkan / memaparkan hasil diskusi tentang bentuk-bentuk dan contoh
munasabah al-Qur’an
- 30 -
 Menanggapi paparan hasil diskusi
 Menyusun kesimpulan tentang hasil diskusi
c. Penutup (5 menit)
 Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan;
 Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
 Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
 Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
 Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. Penilaian
1. Penilaian sikap
a. Format Penilaian Individu
Aktifitas

Nama Kepedulian Jml.


No. Peserta Kerjasama Keaktifan dan Inisiatif Skor
Didik kesantunan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Ahmad

2. Annisa fitri
3. Dst

2. Format Penilaian “kembangkan pikiranmu” (Berdiskusi – Menemukan Peristiwa)


Format Penilaian
Aspek yang Tindak
Skor Ketuntasan
No. Nama Peserta Didik dinilai Nilai Lanjut
1 2 3 Maks. T TT R P

1. Ahmad

2. Rezki

3. Dst

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MAS Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I) (Dwi Ayu Khairil Barkiyah)


NIY. 078. 007. 402 NIY. 094.019.862

- 31 -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 2
Materi Pokok : Nāsikh dan Mansūkh
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati hikmah nwsikh dan mansykh Al-Qur’an
2.1 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan naskh Al Al-Qur’an
3.1 Memahami naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an.
4.1 Menunjukkan contoh naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
2. Mendiskripsikan contoh naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
3. Menerangkan bentuk-bentuk naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
4. Menerangkan manfaat naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
5. Mempresenta-sikan contoh naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan nāsikh dalam Al-Qur`an
2. Siswa dapat menjelaskan mansūkh dalam Al-Qur`an
3. Siswa dapat menunjukkan nāsikh dalam Al-Qur`an
4. Siswa dapat menunjukkan mansūkh dalam Al-Qur`an
E. Materi pembelajaran
1. Pengertian naskh secara etimologi (bahasa)

- 32 -
Nāsikh adalah ism fā’il (bentuk subyek) dari kata kerja naskha (‫س َخ‬ َ َ‫ )ن‬dan maṣdar-nya
adalah naskh (‫) َن ْس ٌخ‬. Terdapat beberapa arti kata naskh, diantaranya adalah al-izālah (ُ‫اإلزَ الَة‬ ِْ )
artinya “menghapus” Dalam Al-Qur`an disebutkan:
َّ ‫طانُ ث ُ َّم يُحْ ِك ُم‬
َّ ‫َّللاُ آيَاتِ ِه َو‬
‫َّللاُ َع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬ َ ‫ش ْي‬ َّ ‫َّللاُ َما ي ُْل ِقي ال‬
َّ ‫س ُخ‬ َ ‫ فَيَ ْن‬....
Artinya : Allah (menghapus) menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah
menguatkan ayat-ayat- Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Ḥajj
[22] : 52)
Diartikan juga at-tabdīl (‫ )الت َّ ْب ِد ْي ُل‬artinya “menukar”. Sebagaimana disebutkan dalam al-
Qur`an Surah al-Naḥl ayat 101 َ‫َّللاُ أَ ْعلَ ُم بِ َما يُنَ ِز ُل قَالُوا إِنَّ َما أَ ْنتَ ُم ْفت ٍَر بَ ْل أ َ ْكَث َ ُر ُه ْم ْل يَ ْعلَ ُمون‬ َّ ‫َوإَِذَا بَد َّْلنَا آيَةا َم َكانَ آيَ ٍة َو‬
Artinya: Dan apabila kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai
penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata:
"Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja". bahkan kebanyakan mereka
tiada Mengetahui.
Selain itu, naskh juga dapat berarti al-Taḥwīl (‫ )التَّحْ ِويْل‬artinya “mengubah”, selain itu
juga dapat diartikan al-Naql (‫ )النَّ ْق ُل‬artinya “memindahkan”.
2. Pengertian naskh secara terminologi (istilah)
Secara terminologi naskh adalah mengangkat (menghapuskan) dalil hukum syar‘i
dengan dalil hukum syar’i yang lain. Nāsikh adalah dalil syara’ yang menghapus suatu
hukum, dan mansūkh ialah hukum syara’ yang telah dihapus. Sebagaimana hadis Nabi:
‫ار ِة ْالقُب ُْو ِر أ َ َْل فَ ُز ْو ُر ْوهَا‬َ ‫ُك ْنتُ نَه ْيت ُ ُك ْم َع ْن ِز َي‬
Artinya : Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah. (HR. at-
Tirmidzi)
Hukum syara’ larangan ziarah kubur kini telah mansūkh (telah dihapus) dengan kebolehan
berziarah kubur, berdasarkan hadis ini.
3. Macam-macam naskh
Karena sumber atau dalil-dalil syara’ ada dua yaitu Al-Qur`an dan Sunnah Nabi saw., maka
ada empat jenis naskh, yaitu :
a. Naskh sunnah dengan sunnah (‫سنَّ ِة‬ ُّ ‫)نَ ْس ُخ ال‬
ُّ ‫سنَ ِة ِبال‬
Suatu hukum yang dasarnya sunnah kemudian di-naskh dengan dalil syara’’ dari
sunnah juga. Contohnya: larangan ziarah kubur yang di-naskh menjadi boleh, seperti pada
hadis di atas.
b. Naskh sunnah dengan Al-Qur`an (‫آن‬ ِ ‫سنَ ِة بِ ْالقُ ْر‬ ُّ ‫)نَ ْس ُخ ال‬
Suatu hukum yang telah ditetapkan dengan dalil sunnah kemudian di-naskh atau dihapus
dengan dalil Al-Qur`an, seperti ayat tentang ṣalat yang semula menghadap Baitul Maqdis
diganti dengan menghadap ke Kiblat setelah turun Al-Qur`an Surah al-Baqarah [2] ayat 144 :
.... ‫َط َر ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام‬ْ ‫ضاهَا فَ َو ِل َوجْ َهَكَ ش‬ َ ‫اء فَلَنُ َو ِليَنََّكَ قِ ْبلَةا ت َ ْر‬
ِ ‫س َم‬ َّ ‫ب َوجْ ِهَكَ فِي ال‬ َ ُّ‫قَدْ ن ََرى تَقَل‬
Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram....
c. Naskh Al-Qur`an dengan Al-Qur`an (‫آن‬ ِ ‫آن ِب ْالقُ ْر‬ ِ ‫)نَ ْس ُخ ْالقُ ْر‬
Ada beberapa pendapat ulama tentang naskh Al-Qur`an dengan Al-Qur`an ada yang
mengatakan tidak ada naskh dan mansūkh dalam ayat-ayat Al-Qur`an karena tidak ada yang
batil dari Al-Qur`an, diantaranya adalah Abu Muslim al-Isfahani, berdasarkan firman Allah :
‫اط ُل ِم ْن َبي ِْن َيدَ ْي ِه َوْل ِم ْن خ َْل ِف ِه تَ ْن ِزي ٌل ِم ْن َح ِك ٍيم َح ِمي ٍد‬ ِ ‫ْل َيأ ْ ِتي ِه ْال َب‬
Artinya : yang tidak datang kepadanya (Al-Qur`an) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS.
fuṣṣilat [41] : 42 )
- 33 -
Pendapat kedua mengatakan bahwa ada nāsikh dan mansūkh dalam ayat-ayat Al-Qur`an
tetapi bukan menghapus atau membatalkan hukum, yang berarti hanya merubah atau
mengganti dan keduanya masih berlaku. Contoh al-Qur`an surah al-Anfāl ayat 65 yang
menjelaskan satu orang muslim harus bisa menghadapi 10 orang kafir, di-naskh dengan al-
Qur`an surah ayat 66 yang menjelaskan bahwa satu orang muslim harus dapat menghadapi
dua orang kafir. Ayat 66 me-naskh ayat sebelumnya akan tetapi bukan menghapus kandungan
ayat 65. Kedua ayat ini masih berlaku menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Demikian
menurut beberapa ulama’.
d. Naskh Al-Qur`an dengan sunnah (‫سنَّ ِة‬ ِ ‫) َن ْس ُخ ْالقُ ْر‬
ُّ ‫آن بِال‬
Hukum yang didasarkan pada dalil Al-Qur`an di-naskh dengan dalil sunnah. Untuk hal ini
para ulama’ sepakat tidak ada karena Al-Qur`an posisinya lebih tinggi dari sunnah.
4. Bentuk-bentuk naskh dalam Al-Qur`an
Dilihat dari segi bacaan dan hukumnya, mayoritas ulama membagi naskh menjadi tiga macam
yaitu:
a. Penghapusan terhadap hukum (ḥukm) dan bacaan (tilāwah) secara bersamaan. ( ‫نَ ْس ُخ‬
‫)ال ُح ْك ِم والتِ ََل َوة‬
Ayat-ayat yang terbilang kategori ini tidak dibenarkan dibaca dan diamalkan lagi. Misal,
sebuah riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah:
‫ت َفت ََوفي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ٍ ‫ت يَحْ ُر ْمنَ فنسخن بخمس َم ْعلُ ْو َما‬ ٍ ‫ت َم ْعلُ ْو َما‬ٍ ‫ضعَا‬ َ ‫آن َع ْش َر َر‬ ِ ‫َكانَ فِ ْي َما أ ُ ْن ِز َل ِمنَ ْالقُ ْر‬
)‫(وه َُّن يقرأ من القران‬
Artinya : “Dahulu termasuk yang diturunkan (ayat Al-Qur`an) adalah sepuluh kali susuan
yang diketahui, kemudian di-naskh dengan lima susuan yang diketahui. Setelah Rasulullah
wafat, hukum yang terakhir tetap dibaca sebagai bagian Al-Qur`an”
b. Penghapusan terhadap hukumnya saja sedangkan bacaanya tetap ada. ِ‫نَ ْس ُخ ْال ُح ْك ِم َْل التِ ََل َوة‬
Misalnya, ayat tentang mendahulukan sedekah pada QS. Mujādilah [58] ayat 12 :
ٌ ُ‫َّللاَ َغف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ َّ ‫ط َه ُر فَإ ِ ْن لَ ْم ت َِجد ُوا فَإ ِ َّن‬ْ َ‫صدَقَةا َذَلَِكَ َخي ٌْر لَ ُك ْم َوأ‬ َ ‫ي نَجْ َوا ُك ْم‬ ْ َ‫سو َل فَقَ ِد ُموا َبيْنَ َيد‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإَذَا نَا َج ْيت ُ ُم‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus
dengan Rasul, hendaknya kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum
pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih, jika kamu
tiada memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
Lagi Maha Penyayang“
Ayat ini di-naskh oleh ayat selanjutnya (ayat 13) :
ُ‫سولَه‬ َّ ‫الزكَاةَ َوأ َ ِطيعُوا‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬ َّ ‫صَلة َ َوآتُوا‬ َّ ‫َّللاُ َعلَ ْي ُك ْم فَأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫َاب‬ َ ‫ت فَإَِذْ لَ ْم ت َ ْف َعلُوا َوت‬ َ ‫ي نَجْ َوا ُك ْم‬
ٍ ‫صدَقَا‬ ْ َ‫أَأ َ ْشفَ ْقت ُ ْم أَ ْن تُقَ ِد ُموا َبيْنَ َيد‬
َ‫ير ِب َما تَ ْع َملُون‬ َّ ‫َو‬
ٌ ‫َّللاُ َخ ِب‬
Artinya : “Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah
sebelum pembicaraan dengan Rasul? maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah
memberi tobat kepadamu, maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Allah
dan Rasul-Nya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang ananda kerjakan.”
c. Penghapusan terhadap bacaan saja, sedangkan hukumnya tetap berlaku.( ‫نَ ْس ُخ التِ ََل َوةِ َْل‬
ْ
‫)ال ُح ْكم‬.
Contoh kategori ini adalah ayat rajam. Mula-mula ayat rajam ini termasuk ayat Al-
Qur`an. Ayat ini dinyatakan mansūkh bacaanya, sementara hukumnya tetap berlaku itu adalah
‫ار ُج ُم ْو ُه َما‬ْ َ‫ش ْيخَةُ ف‬ َّ ‫ش ْي ُخ َوال‬َّ ‫إَِذَا زَ نَاال‬
Artinya : “Jika seorang pria tua dan wanita tua berzina, maka rajamlah keduanya”.
Cerita tentang ayat orang tua yang berzina dan kemudian di-naskh di atas diriwayatkan oleh
Ubay ibn Ka’ab ibn Abu Umamah ibn Sahl.
- 34 -
5. Ciri-ciri naṣ yang tidak dapat di-naskh
Tidak semua naṣ (dalil) dalam Al-Qur`an maupun hadis dapat di-naskh, diantara yang tidak
dapat di-naskh antara lain yaitu :
a. Naṣ yang berisi hukum-hukum yang tidak berubah oleh perubahan keadaan manusia,
baik atau buruk, atau dalam situasi apapun. Misalnya kepercayaan kepada Allah,
Rasul, kitab suci, hari akhirat, dan yang menyangkut pada pokok-pokok akidah dan
ibadah lainnya, termasuk juga pada pokok-pokok keutamaan, seperti menghormati
orang tua, jujur, adil dan lain-lain. Demikian pula dengan naṣ pokok-pokok
keburukan atau dosa, seperti syirik, membunuh orang tanpa dasar, durhaka kepada
orang tua, dan lain-lain.
b. Naṣ yang mencakup hukum-hukum dalam bentuk yang dikuatkan atau ditentukan
berlaku selamanya. Seperti tidak diterimanya persaksian penuduh zina (kasus li'an)
untuk selamanya (Q.S. an-Nūr [24] : 4).
c. Naṣ yang menunjukkan kejadian atau berita yang telah terjadi pada masa lampau.
Seperti kisah kaum ‘ād, kaum Ṡamūd, dan lain-lain. Me-naskh-kan yang demikian
berarti mendustakan berita tersebut.
6. Syarat naṣ yang dapat di-naskh
Jika dilihat dari segi syarat-syarat naṣ-naṣ yang dapat di-naskh menurut Abu Zahrat seperti
yang dikutip oleh Nasiruddin Baidan, ada beberapa kriteria, yaitu :
a. Hukum yang mansūkh (dihapus) tidak menunjukkan berlaku abadi
b. Hukum yang mansūkh bukan suatu hukum yang disepakati oleh akal sehat tentang
baik dan buruknya.
c. Ayat nāsikh (yang menghapus) datang setelah yang di-mansūkh (dihapus) dan
keadaan kedua naṣ tersebut sangat bertentangan dan tidak dapat dikompromikan.
7. Hikmah adanya nāsikh dan mansūkh
Diantara hikmah adanya nāsikh dan mansūkh adalah :
a. Meneguhkan keyakinan bahwa Allah tidak akan terikat dengan ketentuan-ketentuan
yang sesuai dengan logika manusia. Sehingga jalan pikiran manusia takkan pernah
bisa mengikat Allah SWT. Allah mampu melakukan apa saja, sekalipun menurut
manusia hal tersebut tidak logis. Tetapi Allah akan menunjukkan, bahwa kehendak-
Nya lah yang akan terjadi, bukan kehendak kita. Sehingga diharapkan dari
keberadaan naskh dan mansūkh ini akan mampu meningkatkan keimanan kita kepada
Allah SWT, bahwa Dia-lah yang Maha Menentukan.
b. Kita semakin yakin bahwa Allah Maha Bijak, Maha Kasih, Maha Sayang, karena
memang pada kenyataannya hukum-hukum nsikh dan mansūkh tersebut semuanya
demi untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia.
c. Mengetahui proses tasyri’ (penetapan dan penerapan hukum) Islam dan untuk
menelusuri tujuan ajaran, serta ‘illatul ḥukmi (alasan ditetapkannya suatu hukum).
e. Mengetahui perkembangan tasyri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan
perkembangan dakwah dan kondisi umat Islam.
f. Cobaan dan ujian bagi seorang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak.
g. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika naskh itu beralih ke
hal yang lebih berat maka di dalamnya terdapat tambahan pahala, dan jika beralih
ke hal yang lebih ringan maka ia mengandung kemudahan dan keringanan.

- 35 -
F. Metode pembelajaran
 Metode ceramah, tanya jawab,diskusi dan demontrasi.
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Gambar
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (5 menit)
 Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
 Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa gambar atau
menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya
 Untuk menguasai kompetensi ini salah satu model pembelajaran yang cocok di
antaranya model direct instruction (model pengajaran langsung) yang termasuk ke
dalam rumpun model sistem perilaku.
b. Kegiatan inti (80 menit)
Mengamati
 Membaca salah satu ayat naskh Al-Qur’an.
 Mengamati teks naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an.
 Mendengar,uraian guru tentang naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an.
Menanya
 Menanyakan unsur pokok pengertian naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
 Memberi tanggapan atas pertanyaan yang diajukan guru atau teman sejawat
 Mengungkapkan pendapat atau komentar atas penjelasan guru tentang naskh Al-
Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
Mengeksperimen/Mengeksplorasi
Menentukan sumber informasi berkaitan dengan pengertian naskh Al-Qur’an dalam
menafsirkan Al-Qur’an
Mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan elektronik
tentang pengertian naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
Mengasosiasi/menalar
 Mencari hubungan antara pengertian naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
dengan aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat
 Menganalisis hasil temuannya berkaitan dengan pengertian naskh Al-Qur’an dalam
menafsirkan Al-Qur’an
Mengkomunikasikan
 Mempresentasikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan atau wawancara di lapangan
 Menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang hikmah naskh Al-Qur’an
dalam menafsirkan Al-Qur’an
c. Penutup (5 menit)
- 36 -
 Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan;
 Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
 Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
 Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
 Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. Latihan
SOAL UJI KOMPETENSI
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Berikut ini adalah persamaan pengertian naskh secara etimologi yaitu :
A. al-Tabdīl B. At-Tafsīr C. At-Taṣrīf D. Al-Taqrīb E. At-Targīb
2. Pengertian naskh secara terminologi adalah ....
A. Memperbaiki hukum syar’i dengan dalil hukum syar’i yang lebih baik
B. Menambah hukum syar’i yang telah ada dengan dalil hukum syar’i yang lebih baik
C. Mengangkat hukum syar‘i dengan dalil hukum syar‘i yang lain
D. Mencontoh hukum syar’i yang tidak sesuai dengan masanya dengan dalil hukum syar’i
yang lebih baik
E. Memberikan hukum syar’i yang ada dengan dalil hukum syar’i yang lebih baik
3. Sumber dalil syar’i yang masuk aspek pembahasan naskh dan mansūkh adalah ....
A. Al-Qur`an dan Ijtihad B. Sunnah dan Qaul Sahabat
C. Ijma’ dan Ijtihad D. Al-Qur`an dan Sunnah E. Ijma’ dan Sunnah
4. Berikut adalah diantara macam-macam naskh, yaitu ....
A. ‫سنَّ ِة‬ ُّ ‫نَ ْس ُخ القُ ْرآن ِبال‬ B. ‫سنَ ِة ِباْلِجْ َماع‬ ُّ ‫نَ ْس ُخ ال‬ C. ‫سنَ ِة ِبال ِق َياس‬ ُّ ‫نَ ْس ُخ ال‬
D. ‫ص َحابَة‬ َّ ‫قو ِل ال‬ ْ ‫سنَ ِة ِب‬ ُّ ‫نَ ْس ُخ ال‬ E. ‫سنَ ِة ِباْلِجْ تِ َها ِد‬ ُّ ‫نَ ْس ُخ ال‬
5. Berikut adalah contoh ‫سنَّ ِة‬ ُّ ‫سنَ ِة ِبال‬ ُّ ‫ نَ ْس ُخ ال‬....
A. ‫ارةِ ْالقُبُ ْو ِر أَ َْل فَ ُز ْو ُر ْوهَا‬ َ َ‫ُك ْنتُ نَه ْيت ُ ُك ْم َع ْن ِزي‬
ْ ْ ْ
B. ‫ضاهَا فَ َو ِل َوجْ َهَكَ شَط َر ال َمس ِْج ِد ال َح َر ِام‬ َ ‫اء فَلَنُ َو ِليَنََّكَ قِ ْبلَةا ت َْر‬
ِ ‫س َم‬ َّ ‫ب َوجْ ِهَكَ فِي ال‬ َ ُّ‫قَدْ ن ََرى تَقَل‬
ْ
C. ‫اط ُل ِم ْن بَي ِْن يَدَ ْي ِه َوْل ِم ْن خَل ِف ِه تَ ْن ِزي ٌل ِم ْن َح ِك ٍيم َح ِمي ٍد‬ ْ ْ
ِ َ‫ْل يَأتِي ِه الب‬
D. ‫ور‬ ٌ ُ‫َّللاَ َغف‬ ْ
َّ ‫صدَقَةا َذَلَِكَ َخي ٌْر لَ ُك ْم َوأط َه ُر فَإ ِ ْن لَ ْم ت َِجد ُوا فَإِ َّن‬
َ َ ‫ي نَجْ َوا ُك ْم‬ ْ َ‫سو َل فَقَ ِد ُموا بَيْنَ يَد‬ ُ ‫الر‬َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإَذَا نَا َج ْيت ُ ُم‬
‫َر ِحي ٌم‬
E. ‫ور‬ َّ ‫ط َه ُر فَإ ِ ْن لَ ْم ت َِجدُوا فَإ ِ َّن‬
ٌ ُ‫َّللاَ َغف‬ ْ َ ‫صدَقَةا َذَلَِكَ َخي ٌْر لَ ُك ْم َوأ‬ َ ‫ي نَجْ َوا ُك ْم‬ ْ َ‫سو َل فَقَ ِد ُموا بَيْنَ يَد‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إَِذَا نَا َج ْيت ُ ُم‬
ُ ‫الر‬
‫َر ِحي ٌم‬
6. Al-Qur`an Surah al-Baqarah [2] ayat 144: ‫ضاهَا فَ َو ِل‬ َ ‫اء فَلَنُ َو ِليَنََّكَ قِ ْبلَةا ت َ ْر‬ِ ‫س َم‬َّ ‫ب َوجْ ِهَكَ فِي ال‬ َ ُّ‫قَدْ ن ََرى تَقَل‬
‫َط َر ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام‬ْ ‫وجْ َهَكَ ش‬....adalah
َ contoh dari ....
A. Naskh sunnah dengan sunnah
B. Naskh Al-Qur`an dengan sunnah
C. Naskh sunnah dengan Al-Qur`an
D. Naskh sunnah dengan ijma’
E. Naskh Al-Qur`an dengan sunnah
7. Berikut ini adalah bentuk-bentuk naskh dalam Al-Qur`an ....
A. Penghapusan terhadap hukum (ḥukm) dan bacaan (tilāwah) secara bersamaan
B. Penetapan terhadap hukumnya saja sedangkan bacaanya tetap ada
C. Perbaikan terhadap bacaan saja, sedangkan hukumnya tetap berlaku
D. Perubahan terhadap hukum (ḥukm) dan bacaan (tilāwah) secara bersamaan

- 37 -
E. Perubahan terhadap bacaan saja, sedangkan hukumnya tetap berlaku
8. Berikut adalah ciri-ciri dari naṣ yang tidak dapat di naskh....
A. Naṣ yang berisi hukum-hukum yang tidak berubah oleh perubahan keadaan manusia, baik
atau buruk, atau dalam stuasi apapun
B. Naṣ yang mencakup hukum-hukum kehidupan manusia
C. Naṣ yang mencakup hukum-hukum aktifitas sehari
D. Naṣ yang mencakup hukum-hukum masa yang sedang terjadi
E. Naṣ yang mencakup hukum-hukum umat beragama
9. Bukan termasuk syarat Naṣ-naṣ yang dapat di-naskh....
A. Hukum yang mansukh tidak menunjukkan berlaku abadi
B. Hukum yang mansukh bukan suatu hukum yang disepakati oleh akal sehat tentang baik
dan buruknya
C. Haruslah ayat nāsikh yang datang kemudian dari mansūkh
D. Keadaan kedua naṣ tersebut sangat bertentangan dan tidak dapat dikompromikan
E. Naṣ yang menunjukkan kejadian atau berita yang telah terjadi pada masa lampau.
10. Diantara ciri ayat yang tidak dapat di-naskh ....
A. Hukum yang mansukh tidak menunjukkan berlaku abadi,
B. Hukum yang mansukh bukan suatu hukum yang disepakati oleh akal sehat tentang baik
dan buruknya.
C. Haruslah ayat nāsikh yang datang kemudian dari mansūkh keadaan kedua Naṣ tersebut
sangat bertentangan dan tidak dapat dikompromikan.
D. Ayat-ayat yang menjelaskan tentang kepercayaan kepada Allah, Rasul, kitab suci, hari
akhirat, dan yang menyangkut pada pokok-pokok akidah dan ibadah lainnya.
E. Ayat-ayat tentang kemaslahatan masyarakat secara umum.

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MA Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

( Dwi Ayu Khairil Barkiyah )


(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I)
NIY. 094.019.862
NIY. 078. 007. 402

- 38 -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 2
Materi Pokok : Qirā`āt
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.2 Menghayati nilai-nilai qira’at Al-Qur’an
2.2 Menunjukan prilaku yang membenarkan adanya macam-macam cara membaca al-Qur’an
3.2 Memahami qira’at Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
4.2 Menunjukkan contoh qira’at Al-Qur’an yang sahih
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian qira’at Al-Qur’an
2. Menyebutkan unsur-unsur qira’at Al-Qur’an
3. Mendiskripsikan jenis-jenis qira’at Al-Qur’an
4. Membandingkan jenis-jenis qira’at Al-Qur’an
5. Mempresentasikan contoh qira’at Al-Qur’an
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan, diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan qirā’āt Al-Qur`an
2. Siswa dapat menjelaskan Ulama qirā’āt
3. Siswa dapat menjelaskan macam-macam qirā’āt
4. Siswa dapat menjelaskan faktor tumbuhnya qirā’āt
5. Siswa dapat menjelaskan pengaruh qirā’āt dalam penetapan hukum
6. Siswa dapat menunjukkan contoh dari qirā’āt Al-Qur`an

- 39 -
E. Materi pembelajaran
1. Pengertian Qirā’āt
Beberapa ulama mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian qirā’āt :
a. Menurut al-Zarqāny (penulis Manāḥilul ‘Irfān fī Ulūmil Al-Qur`ān) qirā’āt adalah
mażhab yang dianut oleh seorang imam qira’āt yang berbeda dengan lainnya dalam
pengucapan Al-Qur`an serta kesepakatan riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik
perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf ataupun bentuk-bentuk lainnya.
b. Menurut Ibnu Al-Jazairi (penulis kitab Taḥbir At-Taysīr Fī Al-Qirā'āt Al-'Asyr).
qirā’āt adalah ilmu membahas cara-cara mengucapkan kata-kata Al-Qur`an dan
perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada penukilnya.
c. Menurut Al-Qastalany (penulis kitab Irsyad al-Syāry) qirā’āt adalah suatu ilmu yang
mempelajari hal-hal yang disepakati atau diperselisihkan ulama yang menyangkut
persoalan lughat, hażf, i’rāb, iṡbāt, faṣl, dan waṣl yang kesemuanya diperoleh secara
periwayatan.
d. Menurut Az-Zarkasy, qirā’āt adalah perbedaan cara mengucapkan lafadz-lafadz Al-
Qur`an, baik menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf
tersebut, seperti takhfīf (meringankan), taṡqīl (memberatkan), dan atau yang lainnya
F. Pendekatan / metode pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Discovery Learning
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Gambar/ video/ multimedia interaktif
 Akses Internet yang sesuai kebutuhan
 Sumber lain yang menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa gambar atau
menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
5. Untuk menguasai kompetensi ini salah satu model pembelajaran yang cocok di
antaranya model direct instruction (model pengajaran langsung) yang termasuk ke
dalam rumpun model sistem perilaku.
b. Kegiatan inti (75 menit)
Mengamati
Amatilah perbedaan berikut :
ْ َ‫ َه ُؤْلَ ِء بَنَاتِ ْي ه َُّن ا‬Ada
1. Firman Allah swt. pada al-Qur`an Surah Hūd [11] ayat 78: ‫ط َه ُر لَ ُك ْم‬
yang membaca dengan ‫ط َه َر‬ ْ َ‫ ا‬.

- 40 -
2. Firman Allah swt. pada al-Qur`an Surah Saba` [37] ayat 17: ‫ي إْلَّ ْال َكفُ ْو َر‬ ِ ‫ ه َْل نُ َج‬Ada
ْ ‫از‬
yang membaca dengan ‫نُ َجازَ ي‬.
c. Firman Allah swt. pada al-Qur`an Surah an-Nisā’ [4] ayat 27 dan al-Qur`an Surah al-
Ḥadīd [57] ayat 24: ‫اس بِ ْالب ُْخ ِل‬
َ َّ‫ َويَا ْ ُم ُر ْونَ الن‬Ada yang membaca dengan ‫بِ ْالبَ ْخ ِل‬.
Menanya
 Menanyakan beberapa jenis qira’at Al-Qur’an
 Memberi tanggapan atas pertanyaan yang diajukan guru atau teman sejawat
 Mengungkapkan pendapat atau komentar atas penjelasan guru tentang qira’at Al-
Qur’an
Mengeksplorasi
 Menentukan sumber informasi berkaitan dengan qira’at Al-Qur’an
 Mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan elektronik
tentang qira’at Al-Qur’an
Mengasosiasikan
 Mencari hubungan antara qira’at Al-Qur’an dengan aspek sosial budaya dalam
kehidupan masyarakat
 Menganalisis hasil temuannya berkaitan dengan qira’at Al-Qur’an
Mengkomunikasikan
 Mempresentasikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan atau wawancara di lapangan
 Menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang qira’at Al-Qur’an
c. Penutup (5 menit)
f. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan;
g. Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
h. Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
i. Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
j. Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. Penilaian
1. Penilaian sikap
Guru melakukan penilaian pada:
- Kolom “Membaca Al-Qur’an”
Rubrik Pengamatannya sebagai berikut:
Aspek Yang Dinilai Ketentasan Tindak Lanjut
No. Nama Siswa Jumlah Skor Nilai
T TT R P

1
2
Dst

Aspek yang dinilai: Keterangan:


1. Tajwid : Skor 25 T : Tuntas mencapai nilai memahami ayat bergizi dan bahaya minuman keras
2. Kelancaran : Skor 25 ( disesuaikan dengan nilai KKM )
- 41 -
3. Artinya : Skor 25 TT : Tidak Tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM
4. mufrodat : Skor 25 R : Remedial
Nilai Maksimal : 100 P : Pengayaan

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MA Ittihadul Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Muballighin

( Dwi Ayu Khairil Barkiyah )


(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I)
NIY. 094.019.862
NIY. 078. 007. 402

- 42 -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 2
Materi Pokok : Kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Qur`an
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan
rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menyadari nilai-nilai kaidah tafsir dalam menafsirkan Al-Qur’an
2.3 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran dalam memahami Al-Qur’an
3.3 Memahami kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an; jama’, mufrad, mukakkar,
mu’annaf, iamrr, nakirah, ma’rifah, sual wal jawab
4.3. Menunjukkan contoh kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an
C. Indikator
1. Menjelaskan kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an;
2. Menjelaskan pengertian jama’, mufrad, mukakkar, mu’annaf, iamrr, nakirah,
ma’rifah, sual wal jawab
3. Mendiskripsikan contoh jama’, mufrad, mukakkar, mu’annaf, iamrr, nakirah,
ma’rifah, sual wal jawab
4. Membedakan jama’, mufrad, mukakkar, mu’annaf, iamrr, nakirah, ma’rifah, sual
wal jawab
5. Mempresentasikan contoh kaidah dalam menafsirkan al-Qur’an
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran siswa diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan kaidah-kaidah dalam menafsirkan
2. Siswa dapat menunjukkan contoh-contoh dari kaidah-kaidah dalam menafsirkan
E. Materi pembelajaran

- 43 -
Diantara kaidah-kaidah penafsiran yang sangat penting untuk dikuasai sebelum
menafsirkan al-Qur`an adalah :
1. DĀMĪR (KATA GANTI)
2. TA’RĪF DAN TANKĪR (DEFINITE DAN INDEFINITE)
3. Mużakkar dan Mu`annaṡ
4. as-Su`āl wal-Jawāb (Pertanyaan dan Jawaban )
5. Pengulangan kata benda (ism)
6. Mufrad (singular) dan Jama’ (plural)
7. Kata-kata yang dianggap Mutarādif (sinonim)
F. Metode pembelajaran
 Metode ceramah, tanya jawab,diskusi dan demontrasi.
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Gambar/
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (5 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa gambar atau
menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya
5. Untuk menguasai kompetensi ini salah satu model pembelajaran yang cocok di
antaranya model direct instruction (model pengajaran langsung) yang termasuk ke
dalam rumpun model sistem perilaku.
b. Kegiatan inti (75 menit)
Mengamati
1. Guru mengajak peserta didik mengamati Surah al-Aḥzāb [33] ayat 35
2. Guru meminta peserta didik mengangkat tangan Sebelum mengeluarkan pendapatnya
Perhatikan al-Qur`an Surah al-Aḥzāb [33] ayat 35 berikut:
‫ت‬ِ ‫صا ِب َرا‬
َّ ‫صا ِب ِرينَ َوال‬َّ ‫ت َوال‬ ِ ‫صا ِدقَا‬َّ ‫صا ِدقِينَ َوال‬ َّ ‫ت َوال‬ ِ ‫ت َو ْالقَانِتِينَ َو ْالقَانِت َا‬ِ ‫ت َو ْال ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬ ِ ‫ِإ َّن ْال ُم ْس ِل ِمينَ َو ْال ُم ْس ِل َما‬
َّ َ‫ت َوالذَّا ِك ِرين‬
َ‫َّللا‬ ِ ‫ظا‬ َ ِ‫ت َو ْال َحافِ ِظينَ فُ ُرو َج ُه ْم َو ْال َحاف‬ِ ‫صائِ َما‬
َّ ‫صائِ ِمينَ َوال‬ َّ ‫ت َوال‬ ِ ‫ص ِدقَا‬ َ َ‫ص ِدقِينَ َو ْال ُمت‬
َ َ ‫ت َو ْال ُمت‬ ِ ‫َو ْالخَا ِشعِينَ َو ْالخَا ِش َعا‬
‫َّللاُ له ُْم َم ْغ ِف َرةا َوأَجْ ارا َع ِظي اما‬
َّ َّ‫ت أ َ َعد‬ ِ ‫يرا َوالذَّا ِك َرا‬ ‫َكَثِ ا‬
Artinya : Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki
dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.
Ḍamīr ‫( ُه ْم‬mereka) pada ayat ini menggantikan dua puluh ism yang telah disebutkan
sebelumnya. Bayangkan, jika ḍamīr ‫ ُه ْم‬tersebut itu tidak ada maka akan terjadi pengulangan
- 44 -
yang sangat membosankan, tidak efektif dan tidak efisien. Demikianlah diantara kaidah-
kaidah kebahasaan yang harus dikuasai oleh mufassir atau pemerhati al-Qur`an.
Menanya
 Menanyakan beberapa macam-macam kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an; jama’,
mufrad, mukakkar, mu’annaf, iamrr, nakirah, ma’rifah, suwl wal jawwb.
 Memberi tanggapan atas pertanyaan yang diajukan guru atau teman sejawat
 Mengungkapkan pendapat atau komentar atas penjelasan guru tentang kaidah-kaidah
dalam menafsirkan Al-Qur’an; jama’, mufrad, mukakkar, mu’annaf, iamrr, nakirah,
ma’rifah, suwl wal jawwb.
Mengeksplorasi
 Menentukan sumber informasi berkaitan dengan tema
 Mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan elektronik
tentang tema
Mengasosiasikan
 Mencari hubungan antara kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an; dengan aspek
sosial budaya dalam kehidupan masyarakat
 Menganalisis hasil temuannya berkaitan dengan kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-
Qur’an; jama’, mufrad, mukakkar, mu’annaf, iamrr, nakirah, ma’rifah, suwl wal
jawwb.
Mengkomunikasikan
 Mempresentasikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan atau wawancara di lapangan
 Menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang kaidah-kaidah dalam
menafsirkan Al-Qur’an.
c. Penutup (10 menit)
a. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan;
b. Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
d. Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
e. Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
SOAL UJI KOMPETENSI
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Fungsi ḍamīr sangatlah penting, diantaranya adalah ....
A. Meringkas suatu pembicaraan B. Menunjukkan makna suatu kata
C. Menghilangkan kata-kata yang menjadikan bosan para pembaca
D. Menunjukkan keunggulan bahasa Arab diantara bahasa yang lain
E. Penuh dengan i’jaz dalam al-Qur`an
2. Ḍamīr ‫ ُه ْم‬pada QS al-Aḥzāb [33] : 35 berikut berfungsi untuk ....
A. Menunjukkan akan kayanya kosakata dalam bahasa Arab
B. Menunjukkan praktisnya kosakata dalam bahasa Arab
C. Menggantikan dua puluh ism yang disebutkan sebelumnya
D. Mengurangi pemborosan dalam penulisan kosakata
E. Menunjukkan keunggulan bahasa Arab
3. Marji’ ḍamīr ُ‫ ه‬pada QS Hud [11] : 42: ُ‫ َونَادَى نُو ٌح ا ْبنَه‬adalah ....
A. ‫ نَادَى‬B. ‫ نُو ٌح‬C. َ‫ ابْن‬D. َ‫ نُو ٌح و ابْن‬E. ‫ابْنَ نُو ٌح‬
- 45 -
4. Marji’ ḍamīr ‫ هُو‬pada QS al-Mā’idah [5] : 8
َّ ‫ْط َوْل يَجْ ِر َم َّن ُك ْم َشنَآنُ قَ ْو ٍم َعلَى أ َْل تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا هوُ أ َ ْق َربُ ِللت َّ ْق َوى َواتَّقُوا‬
َ‫َّللا‬ ِ ‫ش َهدَا َء بِ ْال ِقس‬
ُ ِ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ َّو ِامينَ ِ َّّلِل‬
َ‫ير ِب َما تَ ْع َملُون‬ َّ ‫ِإ َّن‬
ٌ ‫َّللاَ َخ ِب‬
adalah ....
A. ‫ الَّذِينَ آ َمنُوا‬B. ِ‫ قَ َّو ِامينَ ِ َّّلِل‬C. ‫ْط‬ ِ ‫ش َهدَا َء بِ ْال ِقس‬
ُ D. ‫ قَ ْو ٍم‬E. ‫ا ْع ِدلُوا‬
5. Contoh dari Marji’yang disebutkan sesudah ḍamīr adalah ....
A. QS Taha [20] ayat 67: ‫سى‬ َ ‫س فِي نَ ْف ِس ِه ِخيفَةا ُمو‬ َ ‫فَأ َ ْو َج‬
B. QS al-Fīl [105] ayat 2: ‫ض ِلي ٍل‬ ْ َ‫أَلَ ْم يَجْ عَ ْل َك ْيدَ ُه ْم فِي ت‬
C. QS al-Qadr [97] ayat 1 : ‫إِنَّا أ َ ْنزَ ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَد ِْر‬
D. QS Al-Baqarah [2] ayat 2 : َ‫ْب فِي ِه ُهداى ِل ْل ُمتَّقِين‬ َ ‫َذَلَِكَ ْال ِكتَابُ ْل َري‬
E. QS al-Baqarah [4] ayat 4 : َ‫اآلخ َرةِ ُه ْم يُو ِقنُون‬ ِ ِ‫قَ ْبلَِكَ َوب‬
6. Ta’rīf dengan ism ‘ālam pada QS al-Fath [48] : 29 ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ ُم َح َّمد ٌ َر‬maksudnya adalah ....
A. ‫ إهانة‬B. ‫ لبيان حاله فى القرب‬C. ‫ لقصد تحقيره بالقرب‬D. ‫ لتعظيمه‬E. ‫لبيان حاله فى البُ ْعد‬
7. Ta’rīf dengan ism ‘ālam pada َّ‫ب َوتَب‬ ٍ ‫َّت َيدَا أ َ ِبي لَ َه‬
ْ ‫( تَب‬QS al-Lahab [111]:1) bertujuan untuk....
A. ‫ إهانة‬B. ‫ لبيان حاله فى القرب‬C. ‫ لقصد تحقيره بالقرب‬D. ‫ لتعظيمه‬E. ‫لبيان حاله فى البُ ْعد‬
8. Penggunaan ism nakirah pada seperti ‫علَى َح َيا ٍة‬ َ ‫اس‬ ِ َّ‫ص الن‬ َ ‫ َولَت َِجدَنَّ ُه ْم أَحْ َر‬QS al-Baqarah [2]: 96,
mempunyai fungsi untuk menunjukkan:
A. Satu B. Macam C. Satu dan macam sekaligus D. Besar, mulia atau dahsyat
E. Merendahkan, menghinakan atau meremehkan
9. Maksud pengulangan kata ‫ط‬ َ ‫الص َرا‬ِ pada ‫ط الَّذِينَ أ َ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ص َرا‬ ِ )٦( ‫يم‬ َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬ َ ‫الص َرا‬
ِ ‫( ا ْه ِدنَا‬QS al-
Fātiḥah [1]:6-7) adalah ....
A. Pada umumnya menunjuk pada satu objek, konotasi yang sama yaitu kata yang pertama
B. Kata kedua berbeda objek atau konotasi dengan yang pertama, meskipun ada kesamaan
C. Kata yang kedua adalah hakikat yang pertama
D. Tergantung pada qarīnah, terkadang qarīnah menunjukkan bahwa keduanya berbeda
E. Tergantung pada qarīnah, terkadang qarīnah menunjukkan bahwa keduanya sama
10. Di bawah ini kata yang selalu digunakan dalam bentuk jama’ kecuali....
A. ‫ القلب‬B. ‫ الكوب‬C. ‫ الخوف‬D. ‫ الوجه‬E. ‫اللب‬

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MA Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I) (Dwi Ayu Khairil Barkiyah)


NIY. 094.019.862
NIY. 078. 007. 402

- 46 -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM SAKATIGA
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 2
Materi Pokok : At-Tafsīr bil Ma`ṡūr dan At-Tafsīr bir Ra`yi
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.4 Menghayati nilai-nilai metode tafsir Al-Qur’an bil ma’fur dan tafsir Al-Qur’an bir ra’yi
2.4 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan metode penafsiran Al-Qur’an bil ma’fur dan bir ra’yi
3.4 Memahami metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi serta mengenal contoh-
contohnya
4.4 Menunjukkan contoh kitab tafsir yang menggunakan metode bil ma’sur dan bir-ra’yi
C. Indikator
1. Menjelaskan metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur
2. Menjelaskan metode tafsir Al-Qur’an bir ra’yi
3. Membedakan metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi,
4. Membandingkan contoh metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi
5. Mempresentasikan contoh kitab tafsir metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan, diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian metode tafsīr bil-ma`ṡūr
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian metode tafsīr bil-ra’yi
3. Siswa dapat menjelaskan langkah-langkah metode tafsīr bil-ma`ṡūr
4. Siswa dapat menjelaskan langkah-langkah metode tafsīr bir-ra’yi

- 47 -
5. Siswa dapat menunjukkan kitab-kitab tafsīr bil-ma`ṡūr
6. Siswa dapat menunjukkan kitab-kitab tafsir bil-ra’yi
E. Materi pembelajaran
1. Memahami metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi serta mengenal contoh-
contohnya
2. Menunjukkan contoh kitab tafsir yang menggunakan metode bil ma’sur dan bir-
ra’yi
F. Metode pembelajaran
 Metode ceramah, tanya jawab,diskusi dan demontrasi.
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa gambar atau
menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya
5. Untuk menguasai kompetensi ini salah satu model pembelajaran yang cocok di
antaranya model direct instruction (model pengajaran langsung) yang termasuk ke
dalam rumpun model sistem. Model ini dipadukan dengan model artikulasi
(membuat/mencari pasangan yang bertujuan untuk mengetahui daya serap peserta
didik).
b. Kegiatan inti (75 menit)
Mengamati
Dari masa Rasulullah, sahabat, tābi’īn dan atba’ tābi’īn masalah-masalah umat semakin
berkembang dan bertambah banyak. Hal ini seiring dengan perkembangan daerah dan
bertambahnya pemeluk Islam. Sehingga sangat wajar jika terjadi pengembangan dari bentuk
dan model penafsiran al-Qur`an dari masa Rasulullah sahabat dan tābi’īn. Tafsir yang pada
masa Nabi dan Sahabat berbentuk bil-ma’ṡūr berkembang menjadi bir-ra’yi pada masa-masa
berikutnya. Walaupun tetap ada yang berbentuk bil-ma’ṡūr akan tetapi bentuk bir ra`yi juga
semakin berkembang, hingga ada yang terlalu jauh dari aturan-aturan penafsiran.
Menanya
 Menanyakan keutamaan metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi
 Memberi tanggapan atas pertanyaan yang diajukan guru atau teman sejawat
 Mengungkapkan pendapat atau komentar atas penjelasan guru tentang metode tafsir
Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi
Mengeksplorasi
 Menentukan sumber informasi berkaitan dengan metode tafsir bil ma’sur dan bir ra’yi

- 48 -
 Mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan elektronik
tentang metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi
Mengasosiasikan
 Mencari hubungan antara metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur dan bir ra’yi dengan
aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat
 Menganalisis hasil temuannya berkaitan dengan metode tafsir Al-Qur’an bil ma’sur
dan bir ra’yi
Mengkomunikasikan
 Mempresentasikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan atau wawancara di lapangan
 Menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang metode tafsir Al-Qur’an bil
ma’sur dan bir ra’yi
c. Penutup (5 menit)
 Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan;
 Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
 Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
 Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
 Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. Penilaian
Rubrik penilaian:
No. Indikator Penilaian Skor
1 Kerja Sama Belum memperlihatkan kerjasama dengan temannya 1
Mulai memperlihatkan kerjasama dengan temannya 2
Mulai berkembang kerjasama dengan temannya 3
Mulai membudayakan kerjasama dengan temannya 4
2 Keaktifan belum memperlihatkan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 1
proses melaksanakan tugas
Mulai memperlihatkan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 2
proses melaksanakan tugas
Mulai berkembang keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 3
proses melaksanakan tugas
Mulai membudayakan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 4
proses melaksanakan tugas
3 Kepedulian dan Tidak mau menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan 1
kesantunan pendapatnya dengan bahasa yang kurang santun
Kurang dapat menghargai pendapat orang lain dan kurang santun 2
Menghargai orang lain namun kurang santun dalam menanggapi 3
pendapat
Menghargai orang lain dan menanggapi pendapat dengan santun 4
4 Inisiatif belum memperlihatkan Inisiatifnya 1
mulai memperlihatkan Inisiatifnya 2
mulai berkembang Inisiatifnya 3

- 49 -
No. Indikator Penilaian Skor
1 Kerja Sama Belum memperlihatkan kerjasama dengan temannya 1
Mulai memperlihatkan kerjasama dengan temannya 2
Mulai berkembang kerjasama dengan temannya 3
Mulai membudayakan kerjasama dengan temannya 4
2 Keaktifan belum memperlihatkan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 1
proses melaksanakan tugas
Mulai memperlihatkan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 2
proses melaksanakan tugas
Mulai berkembang keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 3
proses melaksanakan tugas
Mulai membudayakan keaktifannya dalam berdiskusi dan Selama 4
proses melaksanakan tugas
3 Kepedulian dan Tidak mau menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan 1
kesantunan pendapatnya dengan bahasa yang kurang santun
Kurang dapat menghargai pendapat orang lain dan kurang santun 2
Menghargai orang lain namun kurang santun dalam menanggapi 3
pendapat
Menghargai orang lain dan menanggapi pendapat dengan santun 4
4 Inisiatif belum memperlihatkan Inisiatifnya 1
mulai memperlihatkan Inisiatifnya 2
mulai berkembang Inisiatifnya 3
mulai membudayakan Inisiatifnya 4
Total 16
c. Pedoman Penskoran
Nilai = Jumlah Nilai Skor Yang diperoleh x 100
Jumlah Skor maksimal (16)
SOAL UJI KOMPETENSI
a. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1. Apakah pengertian Tafsir bil Ma’ṡūr secara bahasa dan istilah!
2. Sebutkan macam dan bentuk tafsīr bil-ma’ṡūr!
3. Apakah pengertian tafsir bi al-ra’yi secara bahasa dan istilah?
4. Apa sajakah syarat diterimanya tafsir bi al-ra’yi?
5. Sebutkan contoh Kitab-kitab yang tergolong Tafsir bil-Ma’ṡūr dan Tafsir bil - Ra’yi!
b. Pengamatan Perilaku
Amatilah perilaku-perilaku masyarakat sebagaimana yang terdapat pada kolom
berikut ini dan berikan tanggapan ananda
No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Ananda
1. Seseorang tidak mengerti sejarah penafsiran
2. Seseorang tidak memahami adanya
perkembangan penafsiran
3. Seseorang tidak memahami karakteristik

- 50 -
penafsiran tiap fase sejarah penafsiran
4. Seseorang menafsirkan al-Qur`an dengan
metode baru yang tidak pernah ada pada
sejarah penafsiran
5. Seseorang menganggap bahwa penafsiran
bisa dikembangkan tanpa batas

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MA Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I) (Dwi Ayu Khairil Barkiyah)


NIY. 078. 007. 402 NIY. 094.019.862

- 51 -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MAS RAUDHATUL ULUM
Mata Pelajaran : Tafsir Ilmu Tafsir
Tahun Ajaran : 2018/2019
Kelas / Semester : X (sepuluh) / 2
Materi Pokok : Tafsīr Taḥlīlī, Mauḍū’ī, Ijmālī dan Muqāran
Alokasi Waktu : 2 TM (4 x 45 menit)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan baksat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.5 Menghayati hikmah corak tafsir Al-Qur’an; taplrli (analitis), maudu‘i (tematik),
ijmwli (global) dan muqarrin (perbandingan)
2.5 Menunjukkan sikap yang menunjukkan diri berpedoman terhadap asbabun
3.5 Memahami corak tafsir Al-Qur’an; taplrli (analitis), maudu‘i (tematik),
ijmwli (global) dan muqarrin (perbandingan)
4.5 Menunjukkan contoh kitab tafsir bercorak Al-Qur’an; taplrli (analitis),
maudu‘i (tematik), ijmwli (global) dan muqarrin (perbandingan)
C. Indikator
1. Menjelaskan contoh kitab tafsir Al-Qur’an bercorak; tahlili (analitis),
2. Menjelaskan contoh kitab tafsir Al-Qur’an, bercorak, maudu‘i (tematik),
3. Mendiskripsikan contoh kitab tafsir Al-Qur’an bercorak ijmali (global)
4. Menerangkan contoh kitab tafsir Al-Qur’an, bercorak muqarrin (perbandingan)
5.Mepresentasikan contoh kitab tafsir bercorak Al-Qur’an; tahlili (analitis),
maudu‘i (tematik), ijmali (global) dan muqarrin (perbandingan)
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan, diharapkan :
1. Siswa dapat memahami Tafsīr Taḥlīlī (analitis), dan Mauḍū’ī (tematik), Ijmālī
(global), Muqāran (perbandingan)
- 52 -
2. Siswa dapat menjelaskan Tafsīr Taḥlīlī (analitis), dan Mauḍū’ī (tematik), Ijmālī
(global), Muqāran (perbandingan)
3. Siswa dapat mencontohkan Tafsīr Taḥlīlī (analitis), dan Mauḍū’ī (tematik), Ijmālī
(global), Muqāran (perbandingan)
E. Materi pembelajaran
1. Tafsir Taḥlīlī
a. Pengertian Tafsir taḥlīlī
Metode Tafsir taḥlīlī adalah cara menafsirkan Al-Qur`an dengan mengurai dan
menganalisa ayat-ayat Al-Qur`an secara berurutan, sesuai tertib muṣḥaf dengan membahas
segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya. Pola penafsiran yang diterapkan para
mufassir yang menggunakan metode taḥlīlī berusaha menjelaskan makna yang terkandung di
dalam ayat-ayat Al-Qur’an secara menyeluruh, baik yang berbentuk al-ma’ṡūr maupun ar-
ra’yi.
b. Kelebihan Tafsir Taḥlīlī
Beberapa kelebihan dari tafsir metode ini adalah :
1) Dapat mengetahui dengan mudah tafsir suatu surat atau ayat, karena susunan tertib
ayat atau surat mengikuti susunan sebagaimana terdapat dalam muṣḥaf
2) Mudah mengetahui munāsabah (korelasi) antara suatu surat atau ayat dengan surat
atau ayat lainnya
3) Memungkinkan untuk dapat memberikan penafsiran pada semua ayat, meskipun inti
penafsiran ayat yang satu merupakan pengulangan dari ayat yang lain, jika ayat-ayat
yang ditafsirkan sama atau hampir sama
4) Mengandung banyak aspek pengetahuan, meliputi hukum, sejarah, sains, dan lainnya
c. KelemahanTafsir Taḥlīlī
Beberapa kelemahan dari tafsir metode ini adalah :
1) Menghasilkan penafsiran yang parsial.
2) Subjektivitas mufassir tidak mudah dihindari. Misalnya, adanya ayat yang ditafsirkan
dalam rangka membenarkan pendapatnya.
3) Terkesan adanya penafsiran berulang-ulang, terutama terhadap ayat-ayat yang mempunyai
tema yang sama.
4) Masuknya pemikiran isrā`iliyyat
d. Tokoh dan Karya
Penafsiran yang mengikuti metode ini dapat mengambil bentuk ma’ṡūr (riwayat)
atau ra’y (pemikiran). Di antara kitab taḥlīlī yang mengambil bentuk ma’ṡūr adalah:
1) Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl al-Qur’ān al-Karīm, karangan Ibn Jarīr aṭ-Ṭabari (w. 310
H) dan terkenal dengan Tafsir aṭ-Ṭabari.
2) Ma’ālim al-Tanzīl, karangan al-Bagāwi (wafat 516 H)
3) Tafsīr al-Qur’ān al-‘Ażīm, karangan Ibn Kaṡīr; dan
4) Ad- Durr al-Manṡūr fi at-Tafsīr bi al-Ma’ṡūr, karangan al-Suyūṭī (wafat 911 H)
Adapun tafsīr taḥlīlī yang mengambil bentuk ra’yi banyak sekali, antara lain :
1) Tafsīr al-Khāzin, karangan al-Khāzin (wafat 741 H)
2) Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl, karangan al-Baiḍāwī (wafat 691 H)
3) Al-Kasysyāf, karangan al-Zamakhsyari (wafat 538 H)
4) ‘Arais al-Bayan fi Haqāiq al-Qur`ān karangan as-Sairazi (wafat 606 H)

- 53 -
5) At-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātih al-Gaib, karangan al-Fakhr al-Rāzi (wafat 606 H)
6) Al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’ān, karangan Ṭanṭāwī Jauhārī
7) Tafsīr al-Manār, karangan Muḥammad Rāsyid Riḍā (wafat 1935 M); dan lain-lain
2. Tafsir Mauḍū’ī
a. Pengertian Tafsir Mauḍū’ī
Metode tafsir Mauḍū’ī disebut juga dengan metode tematik yaitu menghimpun ayat-
ayat Al-Qur`an yang mempunyai maksud yang sama, sama-sama membicarakan satu topik
masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat (asbābun nuzūl)
tersebut. Kemudian penafsir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil
kesimpulan.
Menurut Prof. Dr. Abdul Ḥay Al-Farmāwī seorang guru besar pada Fakultas
Ushuluddin Al-Azhar dalam kitab Al Bidāyah fīt Tafsīr Al-Mauḍū’ī mengemukakan cara
menyusun tafsir mauḍū’ī adalah :
1) Memilih atau menetapkan masalah Al-Qur`an yang akan dikaji secara tematik
2) Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah
ditetapkan, ayat Makkiyyah dan Madaniyyah
3) Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya, disertai
pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat atau asbāb an-nuzûl.
4) Mengetahui korelasi (munāsabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing-masing
suratnya.
5) Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh.
6) Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadis, bila dipandang perlu, sehingga
pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.
7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara
menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan
antara pengertian ‘ām dan khaṣ, antara yang muṭlaq dan yang muqayyad,
menyinkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan ayat
nāsikh dan mansūkh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada satu hal, tanpa
perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada
makna yang kurang tepat.
8) Menyusun kesimpulan yang menggambarkan jawaban Al-Qur`an terhadap masalah
yang dibahas
b. Corak Tafsir Mauḍū’ī
Tafsir Mauḍū’ī mempunyai dua bentuk, yaitu:
1) Tafsir yang membahas satu surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan
maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai
masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-
betul utuh dan cermat.
Kandungan pesan suatu surah pada umumnya diisyaratkan oleh nama surah tersebut,
selama nama tersebut bersumber dari informasi Rasulullah Saw. Contoh, surah Al-
Kahfi, yang secara bahasa berarti gua. Gua itu dijadikan tempat berlindung oleh
sekelompok pemuda untuk menghindar dari kekejaman penguasa zamannya. Dari ayat
tersebut dapat diketahui bahwa surah itu dapat memberi perlindungan bagi yang
menghayati dan mengamalkan pesan-pesannya. Itulah pesan umum surah tersebut. Ayat

- 54 -
atau kelompok ayat yang terdapat di dalam surah itu kemudian diupayakan untuk
dikaitkan dengan makna perlindungan itu.
2) Tafsir yang menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-sama
membicarakan satu masalah tertentu; ayat-ayat tersebut disusun sedemikian rupa dan
diletakkan di bawah satu tema bahasan, dan selanjutnya ditafsirkan secara Mauḍū’ī.
Bentuk kedua inilah yang lazim terbayang di benak kita ketika mendengar istilah tafsir
Mauḍū’ī itu diucapkan.
Upaya mengaitkan antara satu ayat dengan ayat yang lainnya itu pada akhirnya akan
mengantarkan mufassir kepada kesimpulan yang menyeluruh tentang masalah tertentu
menurut pandangan Al-Qur`an. Bahkan melalui metode ini, mufassir dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di dalam benaknya dan menjadikannya sebagai
tema-tema yang akan dibahas dengan tujuan menemukan pandangan Al-Qur`an
mengenai hal tersebut.Contoh: ayat-ayat khusus mengenai harta anak yatim diantara
terdapat pada ayat-ayat QS Al-An’ām [6] : 152 dan QS An-Nisa` [4] : 2.
c. KelebihanTafsir Mauḍū’ī
1) Hasil tafsir Mauḍū’ī memberikan pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan
hidup praktis, sekaligus memberikan jawaban terhadap dugaan sementara orang yang
mengatakan bahwa Al-Qur`an hanya mengandung teori-teori yang tidak menyentuh
kehidupan nyata.
2) Sebagai jawaban terhadap tuntutan kehidupan yang selalu berubah dan berkembang
dan menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap Al-Qur`an.
3) Studi terhadap ayat-ayat terkumpul dalam satu topik tertentu juga merupakan jalan
terbaik dalam merasakan faṣāḥah dan balāgah Al-Qur`an.
4) Kemungkinan untuk mengetahui satu permasalahan secara lebih mendalam dan lebih
terbuka.
5) Tafsir Mauḍū’ī lebih tuntas dalam membahas masalah.
d. Kelemahan Tafsir Maudhū’ī
1) Terbuka kemungkinan melibatkan pemikiran dalam penafsiran.
2) Tidak menafsirkan segala aspek yang dikandung satu ayat, tetapi hanya salah satu
aspek yang menjadi topik pembahasan saja
e. Tokoh dan Karya
Diantara kitab tafsir yang menggunakan metode Mauḍū’īy ini adalah: Al Mar’ah fī Al-
Qur`ān dan Al Insān fīl Qurān al Karīm karya ‘Abbās Maḥmūd al-‘Aqqād, Al Washāyā al-
‘Asyr karya Syaikh Maḥmūd Syalṭūt; Tema-tema Pokok Al-Qur`an karya Fazlur Rahman dan
Wawasan Al-Qur`an: Tafsir Mauḍū’ī atas Pelbagai Persoalan Umat karya M. Quraish
Shihab.
3. Tafsir Muqāran
a. Pengertian Tafsir Muqāran
Tafsir muqāran antar-ayat merupakan upaya membandingkan (komparasi) ayat-ayat Al-
Qur`an antara sebagian dengan sebagian lainnya. Al-Farmāwī mendefinisikan tafsir muqāran
antar-ayat dengan upaya membandingkan ayat dengan ayat yang berbicara masalah yang
sama.
Lebih lengkap dari itu, Nasruddin Baidan menyatakan bahwa para ahli ilmu tafsir tidak
berbeda pendapat dalam mendefinisikan tafsir muqāran. Metode komparatif antar-ayat ialah

- 55 -
membandingkan teks (naṣ) ayat-ayat Al-Qur`an yang memiliki persamaan atau kemiripan
redaksi dalam dua kasus atau lebih dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus
yang sama.
b. Ruang Lingkup
Secara umum, tafsir muqāran antarayat dapat diaplikasikan pada ayat-ayat Al-Qur`an
yang memiliki dua kecenderungan:
1) Ayat-ayat yang memiliki kesamaan redaksi.
2) Ayat-ayat yang memiliki perbedaan ungkapan, tetapi tetap dalam satu maksud.
Wilayah kajian perbandingan ayat dengan ayat tidak hanya terbatas pada analisis
redaksional (mabāḥiṡ lafẓiyat) saja, melainkan mencakup perbedaan kandungan makna
masing-masing ayat yang diperbandingkan. Disamping itu, juga dibahas perbedaan kasus
yang dibicarakan oleh ayat-ayat tersebut, termasuk juga sebab turunnya ayat serta kondisi
masyarakat pada waktu itu.
c. Kelebihan dan Kelemahan tafsir muqāran
1) Diantara kelebihan metode ini secara umum ialah sebagai berikut:
a) Memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas kepada para pembaca bila
dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Didalam penafsiran itu, terlihat
bahwa satu ayat Al-Qur`an dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan
sesuai dengan keahlian mufassir-nya. Dengan demikian, terasa bahwa Al-Qur`an itu
tidak sempit, melainkan amat luas dan dapat menampung berbagai ide dan pendapat.
b) Membuka pintu untuk bersikap toleran terhadap pendapat orang lain. Dengan
demikian, hal itu dapat mengurangi fanatisme yang berlebihan kepada suatu
madzhab atau aliran tertentu. Pembaca tafsir muqāran akan terhindar dari sikap
fanatik yang dapat merusak persatuan dan kesatuan umat.
c) Berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat.
Sesuai untuk mereka yang ingin memperluas dan mendalami penafsiran Al-Qur`an
bukan bagi para pemula.
d) Dengan menggunakan metode komparatif, mufassir didorong untuk mengkaji
berbagai ayat dan hadis-hadis serta pendapat-pendapat para mufassir yang lain.
Dengan pola serupa ini akan membuatnya lebih berhati-hati dalam proses penafsiran
suatu ayat.
2) Diantara kelemahan metode ini secara umum ialah sebagai berikut:
a) Tidak dapat diberikan kepada para pemula. Hal itu disebabkan pembahasan yang
dikemukakan di dalamnya terlalu luas.
b) Kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di
tengah masyarakat. Hal itu disebabkan metode ini lebih mengutamakan
perbandingan dari pada pemecahan masalah. Untuk pemecahan masalah yang tepat
adalah menggunakan metode tematik.
c) Terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah diberikan oleh
para ulama daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran baru.
4. Tafsir Ijmālī
a. Pengertian Tafsir Ijmālī
Metode Tafsir Ijmālī ialah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara
mengemukakan makna global. Menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi

- 56 -
mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dipahami dan mudah dibaca. Sistematika
penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam muṣḥaf. Penyajiannya tidak terlalu jauh
dari gaya bahasa Al-Qur’an sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap
mendengar Al-Qur’an padahal yang didengarnya itu tafsirnya.
b. Ciri-Ciri Metode Tafsir Ijmālī
Ciri-ciri dari metode ini adalah mufassir menafsirkan Al-Qur`an dari awal sampai akhir
tanpa perbandingan (muqāran) dan penetapan judul (mauḍū’ī). Dalam metode ijmālī tidak ada
ruang untuk mengemukakan pendapat sendiri. Itulah sebabnya, kitab-kitab tafsir ijmālī tidak
memberikan penafsiran secara rinci, tapi ringkas dan umum, sehingga seakan-akan kita masih
membaca Al-Qur`an padahal yang dibaca adalah tafsirnya. Namun pada ayat-ayat tertentu
diberikan juga penafsiran yang agak luas, tapi tidak seluas pembahasan pada tafsir taḥlīlī.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode ijmālī
Dalam kaitan ini metode ijmālī dalam penafsiran Al-Qur`an memiliki kelebihan. Di
antaranya adalah sebagi berikut :
a. Praktis dan Mudah dipahami praktis tanpa berbelit-belit. Sesuai bagi yang ingin
memperoleh pemahaman ayat-ayat Al-Qur`an dalam waktu yang relatif singkat.
b. Bebas dari Penafsiran Isrā`iliyyāt, dikarenakan ringkasnya penafsiran.
c. Menggunakan bahasa yang singkat dan dekat dengan bahasa al-Qur`an. Karena
mufassir langsung menjelaskan pengertian kata atau ayat dengan sinonimnya dan
tidak mengemukakan ide-ide atau pendapatnya secara pribadi.
d. Kelemahan Metode ijmālī
Kelemahan metode ini antara lain sebagai berikut :
a. Kurang diperhatikan kaitan antara satu ayat dengan ayat-ayat yang lain.
b. Ruangan penafsiran terbatas untuk penjelasan yang memadai.
e. Contoh Kitab Tafsir Ijmālī
Contoh : Kitab Tafsir ijmālī adalah Al-Qur`ān al-Karīm karya Muḥammad Farīd Wajdi,
At-Tafsīr al-Wasīṭ terbitan Majma’ al-Buḥūṡ al-Islāmiyyah, dan Tafsir al-Jalālain serta Tāj
al-Tafāsir karangan Muhammad ‘Uṡmān al-Mirgani.
F. Metode pembelajaran
 Metode ceramah, tanya jawab,diskusi dan demontrasi.
G. Media, alat, sumber belajar
 Mushaf Al- quran dan terjemahanya
 Buku pegangan siswa Kemenag
 Buku Pedoman Guru, Kemenag
 Sumber lain yg menunjang
H. Langkah-langkah pembelajaran
a. Pendahuluan (5 menit)
 Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
 Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan inti (80 menit)
Mengamati
 Membaca contoh kitab tafsir Al-Qur’an,bercorak taplrli (analitis),

- 57 -
 Mengamati contoh kitab tafsir Al-Qur’an,bercorak maudu‘i, (tematik),
 Mendengar uraian guru tentang Contoh kitab tafsir Al-Qur’an,taplrli (analitis),
maudu‘i (tematik), ijmwli, (global) dan muqarrin (perbandingan).
Menanya
 Menanyakan hal-hal yang terkait dengan Contoh kitab tafsir Al-
Qur’an,taplrli (analitis), maudu‘i (tematik), ijmali, (global) dan muqarrin
(perbandingan)
 Memberi tanggapan atas pertanyaan yang diajukan guru atau teman sejawat tentang
contoh kitab tafsir Al-Qur’an,taplrli (analitis), maudu‘i (tematik), ijmali, (global) dan
muqarrin (perbandingan)
 Mengungkapkan pendapat atau komentar atas penjelasan guru tentang contoh kitab
tafsir Al-Qur’an,taplrli (analitis), maudu‘i (tematik), ijmali, (global) dan muqarrin
(perbandingan)
Mengeksplorasi
 Menentukan sumber informasi berkaitan dengan contoh kitab tafsir Al-
Qur’an,taplrli (analitis), maudu‘i (tematik), ijmali, (global) dan muqarrin
(perbandingan)
 Mengumpulkan data dari berbagai sumber termasuk media cetak dan elektronik
tentang contoh kitab tafsir Al-Qur’an,taplrli (analitis), maudu‘i (tematik), ijmali,
(global) dan muqarrin (perbandingan)
Mengasosiasikan
 Mencari hubungan antara contoh kitab tafsir Al-Qur’an, dengan aspek sosial budaya
dalam kehidupan masyarakat
 Menganalisis hasil temuannya berkaitan dengan contoh kitab tafsir Al-
Qur’an,taplrli (analitis), maudu‘i (tematik), ijmali, (global) dan muqarrin
(perbandingan)
Mengkomunikasikan
 Mempresentasikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan atau wawancara di lapangan
 Menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang contoh kitab tafsir Al-
Qur’an,taplrli (analitis), maudu‘i (tematik), ijmali, (global) dan muqarrin
(perbandingan)
c. Penutup (5 menit)
 Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan;
 Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini;
 Merencanakan kegiatan tindak lanjut;
 Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran berikutnya
 Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
I. Penilaian
1. Penilaian sikap
Guru melakukan penilaian pada:
- Kolom “Membaca Al-Qur’an”
Rubrik Pengamatannya sebagai berikut:
Aspek Yang Dinilai Ketentasan Tindak Lanjut

- 58 -
No. Nama Siswa 1 2 3 4 Jumlah Skor Nilai T TT R P

1
2
Dst
Keterangan:
T : Tuntas mencapai nilai 80 ( disesuaikan dengan nilai KKM )
TT : Tidak Tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM
R : Remedial P : Pengayaan
Aspek yang dinilai:
1. Kelancaran > Skor 25
2. Artinya > Skor 25
3. Kosakata > Skor 25
4. Isi kandungan > Skor 25
Nilai Maksimal 100
Aspek dan rubrik penilaian:
- Kejelasan dan kedalaman informasi
1) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
lengkap dan sempurna, skor 30.
2) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
lengkap dan kurang sempurna, skor 20.
3) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
kurang lengkap, skor 10.
- Kejelasan dan kerapian presentasi
1. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan rapi, skor 40
2. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan jelas dan rapi, skor 30.
3. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan kurang rapi,
skor 20.
4. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan kurang jelas dan tidak rapi,
skor 10.

Mengetahui Sakatiga, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah MA Guru Mapel Tafsir Ilmu Tafsir
Raudhatul Ulum

(Feri Adnin, S. Th. I, M. S. I) ( Dwi Ayu Khairil Barkiyah )


NIY. 078. 007. 402 NIY. 094.019.862

- 59 -

Anda mungkin juga menyukai