01f43 01pedum P3TGAI 2018

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN UMUM

PROGRAM PERCEPATAN
PENINGKATAN
TATA GUNA AIR IRIGASI
(P3-TGAI)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24/PRT/M/2017
DAFTAR ISI:
BAB I KETENTUAN UMUM (Pasal 1,Pasal 2,Pasal 3)
BAB II JENIS KEGIATAN DAN URUTAN PRIORITAS PELAKSANAAN
P3-TGAI (Pasal 4,Pasal 5,Pasal 6,Pasal 7)
BAB III PENERIMA P3-TGAI (Pasal 8)
BAB IV ORGANISASI DAN TUGAS PELAKSANA P3-TGAI
(Pasal 9,Pasal 10,Pasal 11,Pasal 12)
BAB V TAHAPAN PELAKSANAAN P3-TGAI (Pasal 13)
BAB VI PEMBIAYAAN (Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16)
BAB VII PEMANTAUAN DAN PELAPORAN (Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19)
BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN (Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22)
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN (Pasal 23)
BAB X KETENTUAN PENUTUP (Pasal 24, Pasal 25)
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 , Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

Program Percepatan Peningkatan Tata Guna


Air Irigasi selanjutnya disingkat P3-TGAI
adalah program perbaikan, rehabilitasi atau
peningkatan jaringan irigasi dengan
berbasis peran serta masyarakat petani yang
dilaksanakan oleh Perkumpulan Petani
Pemakai Air, Gabungan Perkumpulan Petani
Pemakai Air atau Induk Perkumpulan
Petani Pemakai Air.
 Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya
disingkat P3A adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang
menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah
layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara
demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal
pengelola irigasi.

 Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air yang


selanjutnya disingkat GP3A adalah kelembagaan sejumlah
P3A yang bersepakat bekerja sama memanfaatkan air irigasi
dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder,
gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.

 Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air yang


selanjutnya disingkat IP3A adalah kelembagaan sejumlah
GP3A yang bersepakat bekerja sama untuk memanfaatkan air
irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer,
gabungan beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi.
 Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya
disingkat PPK adalah Pejabat yang diberi
kewenangan oleh Pengguna Anggaran/Kusasa
Pengguna Anggaran untuk mengambil keputusan
dan/atau tindakan dalam rangka pelaksanaan P3-
TGAI di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

 Kepala Satuan Kerja yang selanjutnya disebut


Kasatker adalah Pejabat yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab atas penggunaan anggaran dan
diberi penugasan untuk melaksanakan P3-TGAI di
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Tim Teknis Pusat yang selanjutnya
disingkat TTP adalah tim yang dibentuk dan
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Konsultan Manajemen Pusat yang


selanjutnya disingkat KMP adalah konsultan
yang bertugas membantu TTP dalam
pelaksanaan P3-TGAI.
Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai yang
selanjutnya disebut BBWS/BWS adalah unit pelaksana teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air
di wilayah sungai.

Tim Pelaksana Balai yang selanjutnya disingkat TPB adalah


tim yang dibentuk dan ditetapkan berdasarkan Keputusan
Kepala BBWS/BWS.

Konsultan Manajemen Balai yang selanjutnya disingkat


KMB adalah konsultan yang bertugas membantu TPB dalam
pelaksanaan P3-TGAI.
Rencana Kerja Perkumpulan Petani Pemakai Air, Gabungan
Petani Pemakai Air atau Induk Petani Pemakai Air yang
selanjutnya disingkat RKP3A/GP3A/IP3A adalah rencana kerja
yang disusun oleh P3A/GP3A/IP3A dalam pelaksanaan P3-
TGAI.

Perjanjian Kerja Sama yang selanjutnya disingkat PKS


adalah kesepakatan yang mengatur mengenai hak dan
kewajiban P3A/GP3A/IP3A dan PPK sebagai para pihak yang
saling mengikatkan diri dalam pelaksanaan kegiatan P3-TGAI.

Tenaga Pendamping Masyarakat yang selanjutnya disingkat


TPM adalah tenaga yang mempunyai tugas melakukan
pendampingan secara teknis dan administrasi kepada
P3A/GP3A/IP3A pelaksana P3-TGAI.
Pasal 2

 Peraturan Menteri ini dimaksudkan


sebagai acuan bagi BBWS/BWS dan
penerima P3-TGAI dalam melaksanakan
P3-TGAI.

 Peraturan Menteri ini bertujuan agar P3-


TGAI dapat dilaksanakan secara efektif,
efisien, transparan, akuntabel, dan
partisipatif sehingga terjadi peningkatan
terhadap kinerja layanan irigasi kecil, irigasi
desa, dan irigasi tersier.
Pasal 3
Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri
ini meliputi:

 jenis kegiatan dan urutan prioritas


pelaksanaan P3-TGAI;
 penerima P3-TGAI;
 organisasi dan tugas pelaksana P3-TGAI;
 tahapan pelaksanaan P3-TGAI;
 pembiayaan; dan
 pemantauan dan pelaporan.
BAB II
JENIS KEGIATAN DAN URUTAN PRIORITAS
PELAKSANAAN P3-TGAI

Pasal 4
Jenis kegiatan P3-TGAI terdiri atas:

 perbaikan jaringan irigasi;


 rehabilitasi jaringan irigasi; dan
 peningkatan jaringan irigasi.
 Perbaikan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a merupakan usaha untuk mengembalikan kondisi
dan fungsi saluran dan/atau bangunan irigasi seperti semula
secara parsial.

 Rehabilitasi jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b merupakan kegiatan perbaikan jaringan
irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi
seperti semula.

 Peningkatan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c merupakan kegiatan meningkatkan fungsi dan
kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan
menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi yang
sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi
lingkungan daerah irigasi.
Pasal 5
Pelaksanaan perbaikan jaringan irigasi, rehabilitasi jaringan
irigasi, dan peningkatan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1), meliputi kegiatan:

 pengerukan sedimen tanpa menggunakan alat berat pada


saluran pembawa dan/atau saluran pembuang;
 perbaikan, rehabilitasi atau peningkatan berupa lining beton,
pasangan batu pada saluran pembawa dan/atau saluran
pembuang;
 perbaikan, rehabilitasi atau peningkatan tanggul pada saluran
pembawa dan/atau saluran pembuang;
 perbaikan, rehabilitasi atau peningkatan bangunan air,
bangunan bagi/sadap, box tersier, atau box kuarter; dan
 perbaikan, rehabilitasi atau peningkatan bangunan pelengkap
antara lain berupa gorong-gorong, bangunan terjun, jembatan
layanan, tangga cuci, tempat mandi hewan, dan jalan inspeksi.
Pasal 6
Pelaksanaan jenis kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dilakukan
pada:

 daerah irigasi kecil dengan luas kurang


dari 150 (seratus lima puluh) ha dan/atau
irigasi desa; atau

 jaringan irigasi tersier pada daerah irigasi


kewenangan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/kota.
Pasal 7
Dalam hal pada desa calon penerima P3-TGAI terdapat
beberapa jenis jaringan irigasi, P3-TGAI diberikan
berdasarkan urutan prioritas:
irigasi permukaan;
irigasi rawa pasang surut dan
irigasi rawa lebak;
irigasi air tanah;
irigasi pompa; dan
irigasi tambak.

Urutan prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


diberikan sesuai dengan kondisi pada masing-masing
desa calon penerima P3-TGAI.
BAB III PENERIMA P3-TGAI
Pasal 8
 P3-TGAI diberikan kepada P3A/GP3A/IP3A berdasarkan
jenis kegiatan dan urutan prioritas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 dan Pasal 7.

 Penerima P3-TGAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


diberikan dengan syarat:
 P3A/GP3A/IP3A yang telah berbadan hukum;
 P3A/GP3A/IP3A yang telah disahkan dengan
Keputusan Kepala Daerah;
 P3A/GP3A/IP3A yang telah disahkan dengan Akta
Notaris; atau
 P3A yang disahkan dengan Keputusan Kepala Desa.
BAB IV, ORGANISASI DAN TUGAS PELAKSANA P3-TGAI
Pasal 9
Organisasi pelaksana P3-TGAI terdiri atas:
 tingkat pusat;
 tingkat BBWS/BWS; dan
 tingkat penerima P3-TGAI.

Pasal 10
Pelaksana P3-TGAI pada tingkat pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf a, terdiri atas:
 TTP; dan
 KMP.

 TTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri.


 Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam pelaksanaannya dapat
mendelegasikan penandatanganan pembentukan TTP kepada Direktur
Jenderal Sumber Daya Air.
Pasal 11
Pelaksana P3-TGAI pada tingkat BBWS/BWS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, terdiri atas:
TPB;
Kasatker;
PPK; dan
KMB.

TPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh


Kepala BBWS/BWS.

Pasal 12
Pelaksana P3-TGAI pada tingkat penerima P3-TGAI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, terdiri atas:
P3A/GP3A/IP3A; dan
TPM.
BAB V TAHAPAN PELAKSANAAN P3-TGAI

Pasal 13
Tahapan pelaksanaan P3-TGAI terdiri atas
tahap:
a. persiapan;
b. perencanaan;
c. pelaksanaan; dan
d. penyelesaian kegiatan.
Tahap persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:

a. pembentukan TTP;
b. penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan P3-TGAI;
c. pembentukan TPB;
d. pengadaan KMP, KMB, dan TPM;
e. penjaringan usulan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI;
f. validasi lokasi daerah irigasi calon penerima P3-TGAI;
g. penetapan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI, dilakukan oleh
Menteri berdasarkan usulan dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air;
h. sosialisasi kegiatan P3-TGAI di tingkat pusat;
i. training of trainer kepada TPB dan/atau KMB;
j. pelatihan kepada TPM;
k. sosialisasi P3-TGAI di tingkat BBWS/BWS;
l. sosialisasi P3-TGAI di tingkat penerima P3-TGAI;
m. musyawarah desa I;
n. verifikasi calon P3A/GP3A/IP3A penerima P3-TGAI; dan
o. penetapan dan pengesahan P3A/GP3A/IP3A.
Tahap perencanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, terdiri atas:

a. survai perbaikan jaringan irigasi,


rehabilitasi jaringan irigasi atau
peningkatan jaringan irigasi;
b. musyawarah desa II untuk menentukan
prioritas kegiatan;
c. penyusunan RKP3A/RKGP3A/RKIP3A;
d. usulan RKP3A/RKGP3A/RKIP3A;
e. verifikasi RKP3A/RKGP3A/RKIP3A; dan
f. persetujuan RKP3A/RKGP3A/RKIP3A.
Tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:

a. penandatanganan pakta integritas dan


PKS;
b. penyaluran atau pencairan dana P3-
TGAI;
c. pelaksanaan perbaikan jaringan irigasi,
rehabilitasi jaringan irigasi atau
peningkatan jaringan irigasi;
d. pelaporan dan dokumentasi; dan
e. pengawasan dan evaluasi.
Tahap penyelesaian kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas:

a. musyawarah desa III;


b. laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan
P3-TGAI;
c. surat pernyataan penyelesaian pelaksanaan
kegiatan P3-TGAI;
d. penyerahan hasil pekerjaan dari
P3A/GP3A/IP3A;
e. pemeliharaan pekerjaan;
f. tindak lanjut penyelesaian pekerjaan yang
belum selesai;
g. penyerahan hasil pekerjaan dari PPK; dan
h. penyerahan hasil P3-TGAI.
BAB VI PEMBIAYAAN
Pasal 14
1. Pembiayaan P3-TGAI bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
Negara dalam:
a. daftar isian pelaksanaan anggaran satuan kerja Direktorat Bina Operasi dan
Pemeliharaan untuk di tingkat pusat; dan
b. daftar isian pelaksanaan anggaran satuan kerja yang diberi penugasan untuk
melaksanakan P3-TGAI di tingkat BBWS/BWS

2. Proses pencairan dana P3-TGAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilakukan secara bertahap, dengan ketentuan:
a. tahap I, sebesar 70% (tujuh puluh persen); dan
b. tahap II, sebesar 30% (tiga puluh persen);
dari nilai yang tercantum dalam PKS.

3. Pencairan dana tahap II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,


dilakukan setelah pelaksanaan P3-TGAI telah mencapai 50% (lima puluh
persen).

4. Dalam hal terdapat penyimpangan terhadap penggunaan dana sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), PPK dapat melakukan penangguhan pencairan dana
P3-TGAI.
Pasal 15
Dalam hal penerima P3-TGAI merupakan P3A yang
disahkan dengan Keputusan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf d, P3A penerima P3-
TGAI harus membuktikan keabsahannya paling sedikit
dengan akta notaris sebelum pencairan dana tahap I.

Pasal 16
Penerima P3-TGAI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
tidak boleh mengalihkan atau memindahtangankan
sebagian atau seluruh pekerjaan perbaikan jaringan
irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi, dan peningkatan
jaringan irigasi kepada pihak lain.
BAB VII PEMANTAUAN DAN PELAPORAN
Pasal 17

1. Pemantauan atas pelaksanaan P3-TGAI dilakukan secara berjenjang pada:


a. tingkat penerima P3-TGAI;
b. tingkat BBWS/BWS; dan
c. tingkat pusat.

2. Pemantauan pelaksanaan P3-TGAI pada tingkat penerima P3-TGAI


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan secara
bersama-sama oleh seluruh anggota P3A/GP3A/IP3A dan kepala desa
yang bersangkutan.

3. Pemantauan pelaksanaan P3-TGAI pada tingkat BBWS/BWS sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilaksanakan secara bersama-sama oleh
Kasatker/ PPK, TPB, dan KMB.

4.Pemantauan pelaksanaan P3-TGAI pada tingkat pusat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilaksanakan secara bersama-sama oleh TTP
dan KMP.
Pasal 18
Laporan pelaksanaan P3-TGAI dilakukan secara berjenjang
dengan ketentuan sebagai berikut:

a. P3A/GP3A/IP3A menyusun dan menyampaikan laporan


pelaksanaan kegiatan P3-TGAI kepada PPK;
b. PPK menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan
kegiatan P3-TGAI kepada Kasatker;
c. Kasatker menyusun dan menyampaikan laporan
pelaksanaan P3-TGAI kepada Kepala BBWS/BWS dengan
tembusan kepada TTP; dan
d. TTP meyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan
P3-TGAI di tingkat pusat kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal Sumber Daya Air paling sedikit 1 (satu) kali dalam
setahun.
Pasal 19
1. Rincian detail mengenai pelaksanaan P3-TGAI
sebagaimana dimaksud dalam BAB IV sampai
dengan BAB VI tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

2. Format surat keputusan penetapan P3A/GP3A/IP3A


penerima P3-TGAI, format pakta integritas, format
PKS, dan format surat peryataan tanggung jawab
mutlak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 20

1. Peran serta masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan


P3-TGAI dapat diwujudkan dalam bentuk pengaduan
kepada:
a. BBWS/BWS terkait; atau
b. TPM yang ada di lapangan

2. Penanganan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


dilakukan dengan prinsip:
a. rahasia;
b. transparan;
c. proporsional;
d. akuntabilitas; dan
e. obyektif.
Pasal 21
Penggunaan dana P3-TGAI dikecualikan untuk:
semua kegiatan yang dapat merusak jaringan irigasi;
kegiatan yang berbahaya dan/atau merusak lingkungan;
pembelian lahan, kendaraan, dan peralatan elektronika;
pembelian mesin pompa dan/atau pengeboran sumur air tanah;
dan kegiatan lainnya yang tidak sesuai dengan tujuan dan sasaran
P3-TGAI.

Pasal 22
Penjabaran teknis pelaksanaan P3-TGAI dilakukan
berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan P3-TGAI.
Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis
pelaksanaan P3-TGAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 23
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini:
pelaksanaan P3-TGAI yang masih dalam proses
penyelesaian, menyesuaikan dengan ketentuan yang
tercantum dalam Peraturan Menteri ini; dan
TTP dan TPB yang telah dibentuk sebelum
diundangkannya Peraturan Menteri ini, tetap
melaksanakan tugasnya sampai dengan
ditetapkannya daerah irigasi penerima P3-TGAI.
BAB X KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Surat Edaran
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Nomor 05/SE/D/2017 tentang
Pedoman Umum Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air
Irigasi Tahun Anggaran 2017, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 25
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Desember 2017

MENTERI PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

M. BASUKI HADIMULJONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal, 20 Desember 2017

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

Anda mungkin juga menyukai