123dok Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Mengenai Kejang Demam Pada Anak Di Kelurahan Tembung Tahun

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 72

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU

MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK


DI KELURAHAN TEMBUNG TAHUN 2010

Oleh:
INDAH TRIANA SARI POHAN
070100359

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU
MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK
DI KELURAHAN TEMBUNG TAHUN 2010

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:
INDAH TRIANA SARI POHAN
070100359

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai Kejang Demam pada


Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.

Nama : Indah Triana Sari Pohan


NIM : 070100359

Pembimbing Penguji I

dr. Rita Mawarni, Sp.F dr. Tapisari Tambunan, Sp.PK (K)


NIP: 19670925 200501 2 001 NIP : 19530608 198190 2 001
Penguji II

dr. H. Soekimin, Sp.PA


NIP : 19480801 198003 1 002

Medan, 15 Desember 2010


Dekan,
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH


NIP : 19540220 198110 1 001

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kejang Demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling


sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh berbagai pakar
didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam
sebelum mencapai usia 5 tahun. Untuk dapat mengantisipasi terjadinya kejang
demam, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku ibu pada saat anak
mengalami kejang demam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu mengenai kejang demam
pada anak di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung tahun 2010.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 90 orang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai November 2010 dan data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Adapun hasil penelitian ini
menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan baik (90%)
dengan sebagian besar berpendidikan SMA (54,4%). Didapatkan sikap yang
paling banyak dari responden termasuk kategori baik (72,2%) dan tindakan
responden terbanyak termasuk dalam kategori baik (46,7%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga baik.
Diharapkan dari hasil penelitian ini, puskesmas setempat dapat terus
meningkatkan perilaku masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih
efektif.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kejang Demam, Ibu

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACK

Febrile seizure is one of the most commonly seen neurological disorder in


infants and children. Various researches have found that 2,2%-2,5% children have
had episodes of febrile seizures before they reach the age of 5. To anticipate the
occurrence of febrile seizure, one influencing factor that should be considered is
the mother’s behaviors during the child’s febrile seizure episodes. The objective
of this research is to observe the knowledge, attitude, and behavior of the mothers
and children in Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung 2010 about
febrile seizure. This is a descriptive research with 90 samples. The research is
done from March to November 2010 and the data are collected with questioners.
The results show that the majority of respondents have a good knowledge (90%)
and most of the respondents in this group have graduated from senior high school
(54,4%). The most encountered attitude found in this research is good attitude
(72,2%) and the most encountered behavior is also included in the good category
(46,7%). The summary of this research is people have a good knowledge, attitude,
and behavior. From the result of this research, it is hoped that the health care
services to continue improving the community’s behavior through a more
effective method.
Key words: Knowledge, Attitude, Behavior, Febrile Seizure, Mother

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang merupakan salah satu tugas akhir
dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah
ini, memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2. Ibu dr. Rita Mawarni, Sp.F., selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,
motivasi dan semangat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan
3. Ibu dr. Tapisari Tambunan, sp.PK (K)., selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan
penulisan karya tulis ilmiah ini
4. Bapak dr. H. Soekimin, Sp.PA., selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan masukan-nasukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis
ilmiah ini
5. Bapak T.Iskandar Rizal selaku Kepala Tembung atas izin yang telah diberikan
untuk mengumpulkan data didaerah kerja beliau sehingga karya tulis ini bisa
selesai tepat pada waktunya
6. Seluruh staf pegawai di Kantor Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan
Tembung yang sangat kooperatif sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
lancar

Universitas Sumatera Utara


7. Ayahanda tercinta Ir.H. Sampurno Pohan, MT dan Ibunda tercinta H. Mahlina
Siregar atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak akan pernah
terbalas
8. Tidak lupa disampaikan kepada saudara-saudariku tercita Hamida Pohan,
Ahmad Fadil Pohan dan Anita Nuzula yang telah memberikan dukungan
selama saya mengerjakan penulisan karya ilmiah ini
9. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu penulis dalam
proses pembuatan karya tulis ilmiah ini
10. Responden yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu
Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, saya berharap semoga karya
tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang
menggunakannya.

Medan, 30 November 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................ ii
ABSTRACT ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... . viii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kejang Demam ….......................................................................... 4
2.1.1 Definisi..................................................................................... 4
2.1.2 Faktor risiko............................................................................. 4
2.1.3 Etiologi.................................................................................... 4
2.1.4 Klasifikasi............................................................................... 5
2.1.5 Patofisiologi ..................................................................... 5
2.5.6 Manifestasi Klinis ............................................................. 6
2.1.7 Diagnosa............................................................................... 7
2.1.8 Diagnosa banding................................................................... 8
2.1.9 Penatalaksanaan.................................................................... 8
2.2.Perilaku......................................................................................... 11

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Pengetahuan....................................................................... 13
2.2.2 Sikap................................................................................... 14
2.2.3 Tindakan............................................................................. 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL....... 17


3.1. Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 17
3.2. Defenisi Operasional .................................................................. 17
3.3. Cara Ukur..................................................................................... 18
3.3.1 Pengetahuan........................................................................ 18
3.3.2 Sikap................................................................................... 18
3.3.3 Tindakan............................................................................. 19
3.3.4. Perilaku............................................................................. 19

BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................. 20


4.1. Jenis Penelitian ............................................................... 20
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian............................................... 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian............................................ 20
4.3.1. Populasi Penelitian.......................................................... 20
4.3.2. Sampel Penelitian........................................................... 20
4.3.3 Besar Sampel................................................................... 21
4.4.Teknik Pengumpulan............................................................ 21
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 22
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 24


5.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 24
5.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................ 25
5.1.2 Karakteristik Dasar Responden ....................................... 26
5.1.3 Pengetahuan Responden ................................................ 26
5.1.4 Sikap Responden .......................................................... 28
5.1.5 Tindakan Responden ..................................................... 29

Universitas Sumatera Utara


5.2 Pembahasan ........................................................................... 30
5.2.1 Pengetahuan ................................................................. 30
5.2.2 Sikap ............................................................................ 31
5.2.3 Tindakan ...................................................................... 31
5.2.4. Perilaku........................................................................... ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 34


6.1. Kesimpulan .......................................................................... 34
6.2. Saran ................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 35

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 3.1 Definisi Operasional …………….……………...…………............. 17
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner .................................... 22
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................... 25
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
dan Pekerjaan .................................................................................... 25
Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak ........... 26
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden
Mengenai Kejang Demam ................................................................ 26
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap
Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam........................ 27
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai
Kejang Demam ................................................................................ 28
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai
Kejang Demam Berdasarkan Tiap Pertanyaan ................................ 28
Tabel 5.8 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Kejang Demam ............. 29
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Mengenai
Kejang Demam Berdasarkan Tiap Pertanyaan................................. 29

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian............................................ 17

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Responden

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas

Lampiran 7 Data Induk Penelitian

Lampiran 8 Output SPSS

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kejang Demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling


sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh berbagai pakar
didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam
sebelum mencapai usia 5 tahun. Untuk dapat mengantisipasi terjadinya kejang
demam, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku ibu pada saat anak
mengalami kejang demam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu mengenai kejang demam
pada anak di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung tahun 2010.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 90 orang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai November 2010 dan data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Adapun hasil penelitian ini
menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan baik (90%)
dengan sebagian besar berpendidikan SMA (54,4%). Didapatkan sikap yang
paling banyak dari responden termasuk kategori baik (72,2%) dan tindakan
responden terbanyak termasuk dalam kategori baik (46,7%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga baik.
Diharapkan dari hasil penelitian ini, puskesmas setempat dapat terus
meningkatkan perilaku masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih
efektif.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kejang Demam, Ibu

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACK

Febrile seizure is one of the most commonly seen neurological disorder in


infants and children. Various researches have found that 2,2%-2,5% children have
had episodes of febrile seizures before they reach the age of 5. To anticipate the
occurrence of febrile seizure, one influencing factor that should be considered is
the mother’s behaviors during the child’s febrile seizure episodes. The objective
of this research is to observe the knowledge, attitude, and behavior of the mothers
and children in Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung 2010 about
febrile seizure. This is a descriptive research with 90 samples. The research is
done from March to November 2010 and the data are collected with questioners.
The results show that the majority of respondents have a good knowledge (90%)
and most of the respondents in this group have graduated from senior high school
(54,4%). The most encountered attitude found in this research is good attitude
(72,2%) and the most encountered behavior is also included in the good category
(46,7%). The summary of this research is people have a good knowledge, attitude,
and behavior. From the result of this research, it is hoped that the health care
services to continue improving the community’s behavior through a more
effective method.
Key words: Knowledge, Attitude, Behavior, Febrile Seizure, Mother

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh berbagai pakar
didapatkan bahwa sekitar 2,2%- 5% anak pernah mengalami kejang demam
sebelum mereka mencapai usia 5 tahun (Lumbantobing, 2004). Insidensinya di
Amerika sekitar 2-4% dari seluruh kelainan neurologis pada anak (Offringa dalam
Kania, 2007).
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League
Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah
kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas
1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (IDAI, 2009). Demam
pada kejang demam umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada
anak-anak, seperti infeksi traktus respiratorius dan gastroenteritis
(Widodo,Manguatmadja dalam Sunarka, 2009).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam (ME.Sumijati, 2000). Kejang demam sangat
tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak
diantara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama
sebelum umur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah
berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi, walaupun pada beberapa pasien
masih dapat megalami sampai umur lebih dari 5-6 tahun (Soetomenggolo, 2000).
Studi epidemiologi membagi kejang demam menjadi 3 bagian yaitu:
kejang demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang demam berulang.
Kejang demam diperkirakan 2-5% di Amerika Serikat pada anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun. Diantara anak-anak yang mengalami kejang demam sekitar 70-

Universitas Sumatera Utara


75% mengalami kejang demam sederhana, lainnya 20-25% mengalami kejang
demam kompleks, dan sekitar 5% mengalami kejang demam berulang (Baumann,
2001).
Kecamatan Medan Tembung merupakan kecamatan yang mempunyai
kepadatan penduduk sangat tinggi yaitu sebesar 340 jiwa/ha (Penyusunan
Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Kota Medan Tahun
2008). Di daerah ini belum ada penelitian yang mengambarkan pengetahuan,
sikap, dan tindakan ibu pada Kecamatan Medan Tembung mengenai kejang
demam pada anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ini.

1.2. Perumusan Masalah


Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai
kejang demam pada anak di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung,
Medan tahun 2010?

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran prilaku ibu mengenai kejang demam pada anak di
Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai kejang demam
pada anak di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan
tahun 2010.
b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu mengenai kejang demam pada anak
di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan tahun 2010.
c. Untuk mengetahui gambaran tindakan ibu mengenai kejang demam pada
anak di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan tahun
2010.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Puskesmas Tembung untuk merumuskan suatu langkah strategis yang
dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian kejang demam.
b. Sebagai informasi kepada masyarakat untuk lebih dapat mengantisipasi
kejadian kejang demam pada anak.
c. Menambah wawasan dan sumber pustaka bagi orang lain.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Kejang Demam

2.1.1. Definisi
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League
Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah
kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas
1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009).

2.1.2. Faktor Risiko


Beberapa faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain
adalah demam, demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari
mikroorganisme, respon alergik atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi,
perubahan keseimbangan caira dan elektrolit (Dewanto dkk,2009) .
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (1) riwayat kejang
demam dalam keluarga; (2) usia kurang dari 18 bulan; (3) temperatur tubuh saat
kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang; dan (4)
lamanya demam. Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah
(1) adanya gangguan perkembangan neurologis; (2) kejang demam kompleks; (3)
riwayat epilepsi dalam keluarga; dan (4) lamanya demam (IDAI,2009)

2.1.3. Etiologi
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang
menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling
sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bronchitis, dan infeksi saluran kemih
( Soetomenggolo,2000).

Universitas Sumatera Utara


2.1.4. Klasifikasi
Umumnya kejang demam dibagi menjadi 2 golongan. Kriteria untuk
penggolongan tersebut dikemukakan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat
perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,
tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran
rekaman otak, dan lainnya (Lumbantobing, 2004).
Studi epidemiologi membagi kejang demam menjadi 3 bagian yaitu:
kejang demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang demam berulang
( Baumann, 2001). Kejang demam kompleks ialah kejang demam yang lebih
lama dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih dari 1 kali kejang per episode
demam). Kejang demam sederhana ialah kejang demam yang bukan kompleks.
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari satu
episode demam. Epilepsi ialah kejang tanpa demam yang terjadi lebih dari satu
kali (Soetomenggolo, 2000).

2.1.5. Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium
melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seeorang
anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan pada anak

Universitas Sumatera Utara


dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih.
Dari kenyataan inilah dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam
lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam
penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah
faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat
menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang
spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 2002).

2.1.6. Manifestasi Klinis


Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah
beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit
neurologis. Kejang demam diikuti hemiparesis sementara (Hemeparesis Tood)
yang berlangsung beberapa jam sampai hari. Kejang unilateral yang lama dapat
diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama

Universitas Sumatera Utara


lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. Kejang berulang dalam 24
jam ditemukan pada 16% paisen (Soetomenggolo, 2000).
Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh (dalam) mencapai 39°C atau lebih. Kejang khas yang
menyeluruh, tonik-klonik beberapa detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode
mengantuk singkat pasca-kejang. Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15
menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik yang
memerlukan pengamatan menyeluruh (Nelson, 2000).

2.1.7. Diagnosa
Beberapa hal dapat mengarahkan untuk dapat menentukan diagnosis
kejang demam antara lain:
1. Anamnesis, dibutuhkan beberapa informasi yang dapat mendukung diagnosis
ke arah kejang demam, seperti:

- Menentukan adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum
dan saat kejang, frekuensi, interval pasca kejang, penyebab demam diluar susunan
saraf pusat.

- Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kejang demam, seperti genetik,
menderita penyakit tertentu yang disertai demam tinggi, serangan kejang pertama
disertai suhu dibawah 39° C.

- Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kejang demam berulang adalah


usia< 15 bulan saat kejang demam pertama, riwayat kejang demam dalam
keluarga, kejang segera setelah demam atau saat suhu sudah relatif normal,
riwayat demam yang sering, kejang demam pertama berupa kejang demam
akomlpeks (Dewanto dkk,2009).

2. Gambaran Klinis, yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah:

- Suhu tubuh mencapai 39°C.

- Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang.

Universitas Sumatera Utara


- Kepala anak sering terlempar keatas, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai
kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang tergantung pada jenis
kejang.

- Kulit pucat dan mungkin menjadi biru.

- Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu sadar (Dewanto dkk,2009).

3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium


Pada kejang demam sederhana, tidak dijumpai kelainan fisik neurologi
maupun laboratorium. Pada kejang demam kompleks, dijumpai kelainan fisik
neurologi berupa hemiplegi. Pada pemeriksaan EEG didapatkan gelombang
abnormal berupa gelombang-gelombang lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan
aktivitas delta, relatif dengan gelombang tajam. Perlambatan aktivitas EEG
kurang mempunyai nilai prognostik, walaupun penderita kejang demam kompleks
lebih sering menunjukkan gambaran EEG abnormal. EEG juga tidak dapat
digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari
(Soetomenggolo, 2000).

2.1.8. Diagnosa Banding


Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis
dan cairan serebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang
diikuti hemiperesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses
intrakranial. Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan
dengan kejang demam. Anak dengan kejang demam tinggi dapat mengalami
delirium, menggigil, pucat, dan sianosis sehingga menyerupai kejang demam
(Soetomenggolo, 2000).

2.1.9. Penatalaksanaan
Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu:
1. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu pasien sedang kejang
semua pakaian yang ketat dibuka, dan pasien dimiringkan kepalanya apabila

Universitas Sumatera Utara


muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigenasi
terjamin. Pengisapan lendir dilakukan secra teratur, diberikan oksiegen, kalau
perlu dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital sperti kesadaran, suhu, tekanan
darah, pernapasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan
kompres air dingin dan pemberian antipiretik. Diazepam adalah pilihan utama
dengan pemberian secara intravena atau intrarektal (Soetomenggolo, 2000).

2. Mencari dan Mengobati Penyebab


Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai meningitis atau apabila kejang demam berlangsung lama.
Pada bayi kecil sering mengalami meningitis tidak jelas, sehingga pungsi lumbal
harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan pada
pasien berumur kurang dari 18 bulan. Pemeriksaan laboratorium lain perlu
dilakukan utuk mencari penyebab (Soetomenggolo, 2000).

3. Pengobatan Profilaksis
Kambuhnya kejang demam perlu dicegah, kerena serangan kejang
merupakan pengalaman yang menakutkan dan mencemaskan bagi keluarga. Bila
kejang demam berlangsung lama dan mengakibatkan kerusakan otak yang
menetap (cacat).
Ada 3 upaya yang dapat dilakukan:

- Profilaksis intermitten, pada waktu demam.

- Profilaksis terus-menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari

- Mengatasi segera bila terjadi kejang.

Profilaksis intermitten
Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan
ketentuan orangtua pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam
pada pasien. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak.

Universitas Sumatera Utara


Diazepam intermittent memberikan hasil lebih baik kerena penyerapannya lebih
cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk
pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan
berat badan lebih dari 10 kg, setiap pasien menunjukkan suhu 38,5°C atau lebih.
Diazepam dapat pula diberikan sacara oral dengan dosis 0,5 mg/kg BB/ hari
dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam. Efek samping diazepam adalah
ataksia, mengantuk, dan hipotonia (Soetomenggolo, 2000).

Profilaksis terus- menerus dengan antikonvulasan tiap hari


Pemberian fenobarbital 4-5 mg/kg BB/hari dengan kadar darah sebesar 16
mgug/ml dalam darh menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah
berulanggnya kejang demam. Obat lain yang dapat digunakan untuk profilaksis
kejang demam adalah asam valproat yang sama atau bahkan lebih baik
dibandingkan efek fenobarbital tetapi kadang-kadang menunjukkan efek samping
hepatotoksik. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg BB/hari. Profilaksis terus
menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat
menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjandinya epilepsi di
kemudian hari (Soetomenggolo, 2000).
Consensus Statement di Amerika Serikat mengemukakan kriteria yang
dapat dipakai untuk pemberian terapi rumat. Profilaksis tiap hari dapat diberi pada
keadaan berikut:
1. Bila terdapat kelainan perkembangan neurologi (misalnya cerebral palsy,
retardasi mental, mikrosefali).
2. Bila kejang demam berlangsung lama dari 15 menit, bersifat fokal, atau
diikuti kelainan neurologis sepintas atau menetap.

3. Terdapat riwayat kejang-tanpa-demam yang bersifat genetik pada orang


tua atau saudara kandung.

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang , hindarilah rasa
panik dan lakukanlah langkah-langkah pertolongan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Telungkupkan dan palingkan wajah ke samping

2. Ganjal perut dengan bantal agar tidak tersedak

3. Lepaskan seluruh pakaian dan basahi tubuhnya dengan air dingin.


Langkah ini diperlukan untuk membantu menurunkan suhu badanya.

4. Bila anak balita muntah, bersihkan mulutnya dengan jari.

5. Walupun anak telah pulih kondisinya, sebaiknya tetap dibawa ke dokter


agar dapat ditangani lebih lanjut (Widjaja, 2001).

2.2. Tinjauan Tentang Perilaku

2.2.1. Konsep Perilaku


Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia
adalah suatu aktifitas daripada manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan
yang luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain
sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi
dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Atau dapat juga dikatakan bahwa
perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati
secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan
penentu dari perilaku makhluk hidup, termasuk perilaku manusia (Notoatmodjo,
2003).
Saparinah Sadli (1982) dalam Notoatmodjo (2003) menggambarkan
hubungan individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi, yakni:
• Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan individu yang erat
kaitannya dengan lingkungan.
• Lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga
mengenai kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


• Lingkungan terbatas, tradisi, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan.
• Lingkungan umum, kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang
kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan,
dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Kosa dan Robertson menyatakan bahwa perilaku kesehatan individu
cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap
kondisi kesehatan yang diinginkan, dan kurang mendasarkan pada pengetahuan
biologi. Memang kenyataannya demikian, setiap individu mempunyai cara yang
berbeda didalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan, meskipun
gangguan kesehatannya sama ( Notoatmodjo, 2003).
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-
kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian
kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam suatu
tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain
perilaku tersebut, yang terdiri dari : a) ranah kognitif (cognitif domain), b) ranah
afektif (affective domain), dan c) ranah psikomotor (psychomotor domain)
(Notoatmodjo, 2003).
Dalam kepentingan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk
kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
(Notoatmodjo, 2003)
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge)

b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang


diberikan (attitude)

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan


dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).

Universitas Sumatera Utara


2.2.2. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan
Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior)
(Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), didalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek
tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yakni: (Notoatmodjo, 2003)

1. Tahu (Know)

2. Memahami (Comprehension)

3. Aplikasi (Application)

4. Analisis (Analysis)

Universitas Sumatera Utara


5. Sintesis (Synthesis)

6. Evaluasi (Evaluation)

2.2.3. Perilaku dalam Bentuk Sikap


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Adapula yang melihat sikap sebagai kesiapan
saraf sebelum memberikan respon (Notoatmodjo, 2003).
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, mengatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Notoatmodjo,
2003).
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai


tingkatan dimana saling berunut, yaitu: (Notoatmodjo, 2003)

1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Universitas Sumatera Utara


Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap yang sudah positif terhadap suatu objek, tidak selalu terwujud dalam
tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh: (Notoatmodjo, 2003)

a. Sikap, untuk terwujud didalam suatu tindakan bergantung pada situasi


pada saat itu.
b. Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian dikenakan pendapat
responden ( Notoatmodjo, 2003).

2.2.4. Perilaku dalam Bentuk Tindakan


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung
(support) dari pihak lain, misalnya orang tua, mertua, suami atau istri
(Notoatmodjo, 2003).
Tingkat-tingkat praktek: (Notoatmodjo, 2003)

• Persepsi (perception)
Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

Universitas Sumatera Utara


Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi
anak balitanya.

• Respon terpimpin (guided respon)


Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya,
seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci
dan memotong-motongnya, lama memasak, menutup pancinya, dan
sebagainya.

• Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah
mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain.

• Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak
makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan


wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
yakni dengan mengobsevasi tindakan atau kegiatan responden.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Sikap Kejang Demam

Tindakan

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian


3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan dan
perilaku mengenai kejang demam pada anak di Kelurahan Tembung.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner 1: Baik Ordinal
diketahui responden 2: Sedang
tentang kejang demam 3: Kurang
pada anak
2. Sikap Tanggapan atau reaksi Kuesioner 1: Baik Ordinal
responden tentang 2: Sedang
kejang demam pada 3: Kurang
anak
3. Tindakan Segala sesuatu yang Kuesioner 1: Baik Ordinal
telah dilakukan 2: Sedang
responden tentang 3: Kurang
kejang demam pada
anak

Universitas Sumatera Utara


4. Perilaku Hasil total dari Kuesioner 1: Baik Ordinal
pengetahuan,sikap,dan 2: Sedang
tindakan tentang 3: Kurang
kejang demam pada
anak

3.3. Cara Ukur


3.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan. Jika pertanyaan
dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah
maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi
sebagai berikut:
a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya
tentang Kejang Demam pada Anak (skor jawaban responden >75% dari
nilai tertinggi yaitu >7).
b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang Kejang Demam
pada Anak (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu
4-7).
c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang Kejang
Demam pada Anak (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi
yaitu <4).

3.3.2. Sikap
Sikap diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman
responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab
salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden
adalah 5.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi
sebagai berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4.

Universitas Sumatera Utara


b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
yaitu 2-4.
c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu
<2.

3.3.3. Tindakan
Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, responden yang menjawab benar
akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total
skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi
sebagai berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4.
b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
yaitu 2-4.
c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2

3.3.4. Perilaku
Merupakan total nilai dari pengetahuan, sikap, dan tindakan yang
dikategorikan atas baik, sedang, dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila total skor jawaban responden yang diperoleh 15-20.
b. Sedang, apabila total skor jawaban responden yang diperoleh 8-14.
c. Kurang, apabila total skor jawaban responden yang diperoleh 0-7.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yakni menggambarkan
pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai kejang demam pada anak di
Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan. Metode penelitian
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan
Tembung, Medan. Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret-November 2010,
sedangkan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Juni-
November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita di
Kelurahan Tembung, yang terdata di Kantor Lurah Tembung yang memenuhi
kriteria inklusi.

4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling.
Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
a. Ibu yang memiliki anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun dalam keadaan
sehat.
b. Telah tinggal di Kelurahan Tembung minimal selama satu tahun.
Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah tidak bersedia
diikutsertakan dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara


4.3.3 Besar Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak 6 bulan
sampai 5 tahun yang tinggal di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan
Tembung. Data yang diperoleh adalah ibu yang memiliki anak usia 6 bulan
sampai dengan 5 tahun yang terdapat di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan
Tembung, yang berjumlah 459 orang. Jumlah sampel diambil secara proporsional
dengan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random
sampling). Cara menetukan ukuran sampel adalah dengan formula sebagai
berikut:

N 459

n=  n=

1 + N (d2) 1 + 459 (0,1)2

(Notoatmodjo,2003)

n = 82,1

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = nilai estimasi (0,1)

Dengan metode perhitungan sampel tersebut, diperoleh jumlah sampel


untuk penelitian ini sebanyak 90 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data


Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum
populasi dan responden yang dapat diperoleh dari Kantor Kelurahan Tembung.
Selanjutnya dilakukan pemilihan responden, dan dikumpulkan data primer yakni
data diperoleh dari kuesioner penelitian yang telah disiapkan dan kemudian
disebarkan kepada responden yang terpilih. Terlebih dahulu kuesioner telah
dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan
menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid). Uji validitas dilakukan

Universitas Sumatera Utara


dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total
kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik
korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap
pertanyaan itu significant, maka dapat menggunakan SPSS versi 17.0 untuk
mengujinya. Untuk item-item pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau
tidak dipakai sebagai instrumen pertanyaan.

4.5 Uji Validitas dan Reabilitas


Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji
validitas dan reabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product
moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program
Statistic Package for Social Science (SPSS) 17.0.
Uji validitas dan reabilitas ini dilakukan dengan melibatkan 10 sampel
yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian tetapi dilakukan pada
wilayah yang berbeda dengan sampel penelitian. Hasil uji validitas dan reabilitas
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Variabel Nomor Total Status Alpha Status
Pertanyaan Pearson
Corelation

Pengetahuan 1 0,894 Valid 0,941 Reliabel

2 0,713 Valid Reliabel

3 0,769 Valid Reliabel

4 0,653 Valid Reliabel

5 0,894 Valid Reliabel

6 0,713 Valid Reliabel

7 0,831 Valid Reliabel

Universitas Sumatera Utara


8 0,744 Valid Reliabel

9 0,845 Valid Reliabel

10 0,894 Valid Reliabel

Sikap 1 0,655 Valid 0,828 Reliabel

2 0,869 Valid Reliabel

3 0,655 Valid Reliabel

4 0,786 Valid Reliabel

5 0,828 Valid Reliabel

Tindakan 1 0,706 Valid 0,826 Reliabel

2 0,706 Valid Reliabel

3 0,719 Valid Reliabel

4 0,840 Valid Reliabel

5 0,820 Valid Reliabel

4.6 Pengolahan dan Analisa Data


Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama
editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden
serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua
coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu
memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan
menggunakan program SPSS versi 17.0, tahap keempat adalah melakukan
cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada
kesalahan atau tidak. Untuk mendeskripsikan data demografi, perilaku keluarga
mengenai penyakit kejang demam dilakukan perhitungan frekuensi dan
persentase. Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu mengenai kejang demam pada anak di
Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung , dimana penelitian ini telah
dilaksanakan dari bulan Juni-November 2010. Penelitian ini diikuti 90 orang ibu
yang memiliki anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang telah bersedia mengikuti
penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan yang
tertuang di kuesioner.
Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan
tindakan ibu mengenai kejang demam pada anak, dalam bab ini juga dijabarkan
deskripsi karakteristik responden yang berada di Kelurahan Tembung, Kecamatan
Medan Tembung.

5.1 Hasil
5.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Tembung termasuk di dalam
Kecamatan Medan Tembung dengan luas wilayah ±156 Ha. Luas wilayah
kelurahan ini banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum
(kantor,sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi
oleh wilayah-wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Medan Estate, Kecamatan Percut
Sei Tuan, Kab. Deli Serdang.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bantan.
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bandar Selamat
d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Medan Estate, Kecamatan Percut
Sei Tuan, Kab. Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


5.1.2 Karakteristik Dasar Responden Penelitian
Dari tabel 5.1, dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak berusia
21-25 tahun (50%) sedangkan yang paling sedikit berusia 31-35 tahun (12%).
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Umur Frekuensi (n) Persen (%)
21-25 45 50
26-30 34 37,8
31-35 11 12
Total 90 100

Dari tabel 5.2, dapat dilihat mayoritas responden mempunyai pendidikan


terakhir dijenjang SMA yaitu 49 orang (54,4%) dan yang paling sedikit adalah
yang mempunyai pendidikan terakhir dijenjang SD sebanyak 2 orang (2,2%).
Pekerjaan terbanyak dari subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 75 orang (82,2%) dan yang paling sedikit adalah yang bekerja sebagai
PNS sebanyak 5 orang (5,6%).
Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan
Variabel Frekuensi (n) Persen (%)
Pendidikan terakhir
SD 2 2,2
SMP/ Sederajat 29 32,2
SMA/ Sederajat 49 54,4
PT/ Sederajat 10 11,1
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 75 82,2
Wiraswasta 11 12,2
PNS 5 5,6
Total 90 100

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5.3, dapat dilihat bahwa kelompok responden yang paling
banyak adalah kelompok yang memiliki anak berusia 2 tahun yaitu sebesar 24,4%
sedangkan yang paling sedikit adalah jumlah responden yang memiliki anak
berusia 9 bulan yaitu sebesar 2,2%.
Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak
Umur Frekuensi (n) Persen (%)
6 bulan 12 13,3
7 bulan 7 7,8
9 bulan 2 2,2
1 tahun 17 18.9
2 tahun 22 24,4
3 tahun 13 14,4
4 tahun 12 13,3
5 tahun 5 5,6
Total 90 100

5.1.3 Pengetahuan Responden


Dari tabel 5.4, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang baik
mengenai kejang demam pada anak memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu
90%, tingkat pengetahuan sedang 10% dan tidak ada yang memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden
Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Tembung Kecamatan
Medan Tembung
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 81 90
Sedang 9 10
Total 90 100

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5.5, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar
adalah pertanyaan nomor satu yaitu sebesar 100%. Sedangkan yang paling banyak
dijawab salah adalah pertanyaan nomor enam yaitu sebesar 58,9%.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap
Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam
No Item Pertanyaan Pengetahuan
Benar Salah
n (%) N (%)
1. Mengetahui penyebab kejang demam 90 100 0 0
2. Mengetahui bahwa kejang demam merupakan 86 95,6 4 4,4
kelainan yang hanya dialami bayi dan balita
3. Mengetahui bahwa kejang yang tanpa 64 71,1 26 28,9
didahului demam bukan suatu kejang demam
4. Mengetahui penyakit yang paling sering 62 68,9 28 31,1
menyebabkan kejang demam pada anak
5. Mengetahui bahwa kejang demam bukan suatu 64 71,1 26 28,9
penyakit keturunan
6. Mengetahui frekuensi serangan kejang demam 53 58,9 37 41,1
7. Mengetahui peningkatan resiko epilepsi pada 73 81,1 17 18,9
kejang demam berulang
8. Mengetahui prognosis kejang demam 74 82,2 16 17,8
9. Mengetahui penanganan awal kejang demam 81 90 9 10
10. Mengetahui bahwa kejang demam perlu 82 91,1 8 8,9
dicegah

5.1.4 Sikap Responden


Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sikap responden yang baik mengenai
kejang demam pada anak memiliki persentase yang cukup tinggi sebesar 72,2%,
sedangkan sikap yang sedang 24,4% dan sikap yang kurang 3,3 % .

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai Kejang
Demam pada Anak di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung
Sikap Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 65 72,2
Sedang 22 24,4
Kurang 3 3,3
Total 90 100

Dari tabel 5.7, pernyataan yang paling banyak dijawab dengan sikap
positif adalah pertanyaan nomor lima yaitu sebesar 86,7%. Pernyataan yang
paling sedikit dijawab dengan sikap positif adalah pernyataan nomor satu yaitu
sebesar 54,4%.
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai Kejang
Demam Berdasarkan Tiap Pernyataan
No Item Pertanyaan Pengetahuan
Sikap Sikap
Positif Negatif
n (%) N (%)
1. Setiap demam akan meyebabkan kejang 49 54,4 41 45,6
2. Demam diatas 38 °C dapat memicu terjadinya 61 67,8 29 32,3
kejang demam
3. Mengukur suhu badan anak saat demam adalah 74 82,2 16 17,8
cara yang tepat mengantisipasi kejang demam
4. Kejang Demam merupakan masalah serius 77 85,6 13 14,4
oleh karenanya membutuhkan penanganan
secepatnya
5. Anak yang mengalami kejang demam perlu 78 86,7 12 13,3
diberikan obat lain selain obat penurun panas

Universitas Sumatera Utara


5.1.5 Tindakan Responden
Dari tabel 5.8, dapat dilihat bahwa tindakan responden yang baik
mengenai kejang demam pada anak memiliki persentase yang cukup tinggi
sebesar 46,7, sedangkan sikap yang sedang 42,2 % dan sikap yang kurang 11,1%
Tabel 5.8
Distribusi Tindakan Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak di
Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung
Tindakan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 42 46,7
Sedang 38 42,2
Kurang 10 11,1
Total 90 100

Dari tabel 5.9, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar
adalah pada nomor lima yaitu sebesar 87,8%. Sedangkan yang paling banyak
menjawab salah pada nomor satu yaitu sebesar 52,2%.

Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Mengenai Kejang
Demam Pada Anak Berdasarkan Tiap Pertanyaan
No Item Pernyataan Tindakan
Benar Salah
N (%) N (%)
1. Melakukan penilaian anak demam 47 52,2 43 47,8
2. Melakukan penanganan awal saat anak 56 62,2 34 37,8
demam
3. Melakukan penanganan awal saat anak 52 57,8 38 42,2
kejang
4. Melakukan pencegahan kambuhnya kejang 60 66,7 30 33,3
saat anak demam

Universitas Sumatera Utara


5. Melakukan penanganan anak yang masih 79 87,8 11 12,2
kejang walaupun sudah diberikan obat
penurun panas dan obat anti kejang

5.2 Pembahasan
5.2.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Kejang Demam Pada Anak di
Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung
Dari hasil penelitian diketahui tingkat pengetahuan ibu Mengenai kejang
demam di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung sebagian besar
termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 90% dan sisanya
tergolong dalam kategori sedang 10%.Pengetahuan diperoleh setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Semakin
banyak orang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan
tetangga, dari petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang.
Dari tabel 5.5, terlihat sebanyak 100% dari responden menjawab
pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah mengenai penyebab kejang
demam. Hal ini menurut peneliti disebabkan bahwa responden telah mendapat
informasi baik dari lingkungan keluarga, tetangga, petugas kesehatan setempat
maupun karena pengalaman pribadi responden pada saat anak mengalami hal
tersebut. Sedangkan sebanyak 58,9% dari responden memilki jawaban yang salah
mengenai frekuensi serangan kejang, menurut peneliti hal ini mungkin disebabkan
berbedanya frekuensi kejadian serangan kejang yang terjadi di setiap anak,
sehingga responden sulit untuk menilai serangan kejang yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara


5.2.2 Sikap Ibu Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan
Tembung Kecamatan Medan Tembung
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sikap ibu mengenai kejang demam
pada anak di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung sebagian besar
termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 72,2% dan sisanya
tergolong dalam kategori sedang yaitu sebesar 24,4% dan kategori kurang sebesar
3,3%. Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau
perilaku (Notoadmojo,2003). Sikap ibu mengenai kejang demam dalam kategori
baik karena memiliki pengetahuan yang baik dan sedang, dengan pengetahuan
yang baik maka terbentuklah sikap yang baik pula.
Dari tabel 5.7, terlihat bahwa sebanyak 86,7% dari responden setuju
dengan pernyataan bahwa anak yang mengalami kejang demam perlu diberikan
obat selain obat penurun panas. Hal ini mungkin karena responden merasa
mengatasi demam saja belum cukup efektif dalam penanganan kejang demam,
sehingga diperlukan obat anti kejang untuk mengatasi serangan kejang.
Sedangkan sebanyak 54,4% tidak setuju dengan pernyataan bahwa setiap demam
akan menyebabkan kejang, tetapi dalam hal ini responden tidak mengetahui
seberapa tingginya suhu tubuh yang memicu timbulnya serangan kejang.

5.2.3 Tindakan Ibu Mengenai Kejang Demam pada Anak di Kelurahan


Tembung Kecamatan Medan Tembung
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tindakan ibu mengenai kejang
demam pada Anak di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung sebagian
besar dalam kategori baik dengan persentase sebesar 46,7% dan sisanya tergolong
dalam kategori sedang yaitu sebesar 42,2% dan kategori kurang sebesar 11,1%.
Suatu sikap yang dilaksanakan secara nyata disebut tindakan, namun suatu sikap
belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan (Notoadmojo,2003).

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan dan sikap yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam
terbentuknya tindakan yang baik pula. Tindakan merupakan realisasi dari
pengalaman dan sikap menjadi perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, tetapi tidak
selalu orang yang berpengetahuannya baik langsung melakukan tindakan yang
benar.
Dari tabel 5.9, terlihat bahwa sebanyak 87,8% dari responden menjawab
pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah mengenai akan melakukan
penanganan anak yang masih kejang walaupun telah diberikan obat penurun panas
dan obat anti kejang dengan membawa si anak segera ke rumah sakit/ dokter
terdekat. Hal ini mungkin karena responden merasa bahwa hal tersebut sangat
membahayakan nyawa anak maka perlu dilakukan tindakan medis segera.
Sedangkan sebanyak 52,2% dari responden memiliki jawaban yang salah
mengenai pengukuran suhu tubuh yang tepat bagi anak. Kebanyakan responden
hanya menilai suhu anak dengan meraba kening anak. Hal ini mungkin
disebabkan ketidaktahuan responden akan penggunaan termometer, dan
ketidaktersediaan alat tersebut dirumah.

5.2.4 Perilaku Ibu Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan


Tembung Kecamatan Medan Tembung
Perilaku manusia adalah suatu aktifitas dari pada manusia itu sendiri,
perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Benyamin Bloom (1980) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku itu ke dalam tiga domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam suatu tujuan
pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku
tersebut, yang terdiri dari: a) ranah kognitif (cognitif domain), b) ranah afektif
(affectif domain), dan c) ranah psikomotor (psychomotor domain)
(Notoadmojo,2003). Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki

Universitas Sumatera Utara


perilaku yang baik yaitu sebesar 73%, dan sisanya kategori sedang sebesar 24,4%
dan kategori kurang sebesar 2,2%. Berdasarkan teori, tingkat pengetahuan yang
baik akan menghasilkan sikap dan tindakan yang baik pula. Tetapi, pada
penelitian saya masih didapati sikap dan tindakan yang kurang padahal
pengetahuan responden dikategorikan baik, sehingga hal ini sedikit bertentangan
dengan teori yang ada.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat disimpulkan
yaitu:
1. Tingkat pengetahuan responden untuk kategori pengetahuan baik sebanyak
90%, dan kategori pengetahuan sedang sebanyak 10%, Hal ini menunjukkan
pengetahuan responden terhadap kejang demam pada anak sangat tinggi.
2. Kategori sikap responden kejang demam pada anak untuk sikap baik
sebesar 72,2%, sikap sedang sebanyak 24,4% dan sikap rendah terhadap kejang
demam pada anak sebanyak 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden
mengenai kejang demam pada anak cukup baik.
3. Tindakan responden tentang kejang demam pada anak yaitu dikategorikan
baik sebanyak 46,7%, kategori sedang sebanyak 42,2% dan kategori kurang
sebanyak 11,1%. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan responden mengenai
kejang demam berada dalam kategori sedang sampai baik.

6.2 Saran
Edukasi dan sosialisasi mengenai kejang demam pada anak diharapkan
terus dilakukan terhadap ibu, khususnya ibu yang memiliki anak balita di
lingkungan kelurahan melalui program posyandu maupun program sosialisasi
seperti penyuluhan kesehatan yang dilakukan puskesmas setempat, agar nantinya
terjadi peningkatan pengetahuan, terutama sikap,dan tindakan ibu mengenai
kejang demam pada anak dan dari hal ini diharapkan penurunan angka kejadian
kejang demam pada anak.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Baumann, 2001. Febrile Seizure.

Available From:

http://www.e-medicine.medscape.com/article//117620.htm [Accessed 5
march 2010].

Behrmann, Kliegman, Arvin, 2000. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan


Anak Nelson. Edisi 15, jilid III. Jakarta: EGC, 2059-2060.

Dewanto, Suwono, Riyanto, Turana, 2009. Kejang pada Anak. Dalam: Panduan
Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC,91-94.

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Kejang Demam Apakah Menakutkan?.

Available from :

http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?q=2009421101559 [Accessed 7 march


2010].

Kania Nia, 2007. Penatalaksanaan Demam pada Anak.

Available From :

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/penatalaksanaan
demam pada_anak.pdf. [Accessed 7 march 2010].

Lumbantobing SM, 2007. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta: Balai


Penerbit FK UI.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: prinsip-prinsip dasar.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 118, 124-133.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Rieneka Cipta, 87, 91.

Universitas Sumatera Utara


Penyusunan Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan
Tahun 2008.

Pusponegoro, Pasaat, Mangunatmadja, Soetomenggolo, Ismael, 1995. Kejang


Demam dan Penghentian Kejang. Dalam: Kelainan neurologis dalam
praktek sehari-hari. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 209-219.

Soetomenggolo, 2000. Kejang Demam. Dalam: Soetomenggo lo, Ismael, Buku


Ajar Neurologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 244-252.

Staf Pangajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002. Kejang Demam. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 847-855.

Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang
Lazim Terjadi Pada Anak.Surabaya: PERKANI.

Sunarka Nyoman, 2009, Karakteristik Penderita yang Dirawat di SMF Anak RSU
Bangli,Bali, Tahun 2007. Medicanus, 22(3): 110-112.

Widjaja MC, 2001. Kejang-Kejang Karena Demam. Dalam: Mencegah dan


Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indah Triana Sari Pohan


Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 25 September 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bersama no.116 Medan
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 066667 Medan
2. SMP Swasta Harapan 2 Medan
3. SMA Negeri 2 Medan
Riwayat Pelatihan : 1. LDK PEMA FK USU 2007
2. Workshop RJPO TBM FK USU 2007
Riwayat Organisasi : 1. TBM FK USU periode 2007-2008
2. Div. Pengabdian Masyarakat BEM PEMA FK
USU 2010

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

Kuesioner Penelitian
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Mengenai Kejang Demam
Pada Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010

Petunjuk :

1. Isilah identitas pribadi anda


2. Pilih dan isilah jawaban yang menurut Anda benar.
No. Responden :

Data Pribadi

Nama :
Umur : tahun
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Umur Anak : bulan/tahun
A. Pengetahuan

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Apakah demam tinggi dapat
menyebabkan kejang pada anak?
2. Apakah kejang demam hanya terjadi
pada bayi dan balita?
3. Apakah anak yang pernah kejang
tanpa demam termasuk penderita
kejang demam?
4. Apakah kejang demam sering
disebabkan oleh radang telinga,
radang tenggorokan?
5. Apakah kejang demam merupakan
penyakit keturunan?
6. Apakah serangan kejang dapat timbul
lebih dari satu kali selama anak
demam?

Universitas Sumatera Utara


7. Apakah penderita kejang demam
berulang dapat menjadi epilepsi
(ayan) di kemudian hari?

8. Apakah penderita kejang demam


dapat menjadi bodoh dan
mempunyai tingkah laku yang tidak
wajar?
9. Apakah anak yang mengalami kejang
akibat demam harus segera dibawa ke
rumah sakit?
10. Apakah kejang demam bisa dicegah
agar tidak kambuh kembali?

B. Sikap

No. Pertanyaan Setuju Tidak Setuju


1. Setujukah Anda setiap demam
akan menyebabkan kejang?
2. Setujukah Anda bahwa kejang
Demam timbul pada suhu lebih
dari 38°C?
3. Setujukah Anda untuk selalu
mengukur suhu badan anak saat
demam untuk mengantisipasi
kejang demam?
4. Setujukah Anda bahwa kejang
demam merupakan masalah serius
dan harus mendapatkan
penanganan secepatnya?

5. Setujukah Anda jika anak yang


mengalami kejang demam perlu
diberi obat lain selain obat
penurun panas?

Universitas Sumatera Utara


C. Tindakan

1. Bagaimana cara yang paling tepat menilai anak demam atau tidak?

a. Mengukur suhu tubuh anak dengan termometer

b. Meraba kening anak

c. Membandingkan suhu tubuh ibu dengan anak

2. Apa yang Ibu lakukan saat anak mengalami demam?

a. Memeberi obat penurun panas dan mengompres dengan air dingin

b. Memberi minum banyak air putih

c. Semua jawaban diatas benar

3. Apa yang Ibu lakukan saat anak mengalami kejang demam?

a. Memberi obat anti kejang

b. Membawa anak ke rumah sakit/dokter terdekat

c. Semua jawaban diatas benar

4. Apa yang Ibu lakukan untuk mencegah kambuhnya kejang pada saat anak
demam?

a. Menurunkan panas segera

b. Langsung memberi obat anti kejang

c. Mencari penyebab kejang

5. Apa yang Ibu lakukan apabila anak masih kejang walaupun telah diberi
obat penurun panas dan obat anti kejang?

a. Membiarkan kejang berhenti sendiri

b. Segera membawa ke Rumah Sakit/dokter terdekat

c. Semua jawaban diatas salah

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3
SURAT PERSETUJUAN
Kepada Ibu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas
kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan kuesioner
ini. Pertama-tama, ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Indah Triana
Sari Pohan. Saya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(FK-USU), stambuk tahun 2007. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian
guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun judul penelitian saya
adalah Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu Mengenai Kejang
Demam Pada Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010 . Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Ibu Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Tembung,
karena pada daerah ini belum ada penelitian ini sebelumnya.
Untuk itu saya mohon kesediaan Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini,
yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal seputar identitas
Ibu, pengetahuan, tindakan dan sikap ibu mengenai kejang demam.
Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Ibu saya ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Ibu dalam penelitian ini membawa
manfaat besar bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan
yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya.

Medan, 2010

( )

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

Uji Validitas Kuesioner Penelitian


p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 ptotal
p1 Pearson 1 .524 .535 .524 1.000 .524 .655* .524 .764* 1.000** .894**
**
Correlation
Sig. (2- .120 .111 .120 .000 .120 .040 .120 .010 .000 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** * *
p2 Pearson .524 1 .535 .524 .524 1.000 .655 .524 .764 .524 .713*
Correlation
Sig. (2- .120 .111 .120 .120 .000 .040 .120 .010 .120 .021
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
p3 Pearson .535 .535 1 .535 .535 .535 .816** .535 .408 .535 .769**
Correlation
Sig. (2- .111 .111 .111 .111 .111 .004 .111 .242 .111 .009
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
p4 Pearson .524 .524 .535 1 .524 .524 .218 .524 .764 .524 .653*
Correlation
Sig. (2- .120 .120 .111 .120 .120 .545 .120 .010 .120 .041
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** * *
p5 Pearson 1.000 .524 .535 .524 1 .524 .655 .524 .764 1.000 .894**
**

Correlation
Sig. (2- .000 .120 .111 .120 .120 .040 .120 .010 .000 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
p6 Pearson .524 1.000** .535 .524 .524 1 .655* .524 .764* .524 .713*
Correlation
Sig. (2- .120 .000 .111 .120 .120 .040 .120 .010 .120 .021
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * ** * *
p7 Pearson .655 .655 .816 .218 .655 .655 1 .655 .500 .655 .831**
*

*
Correlation
Sig. (2- .040 .040 .004 .545 .040 .040 .040 .141 .040 .003
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Universitas Sumatera Utara


Uji Validitas Sikap

p8 Pearson .524 .524 .535 .524 .524 .524 .655* 1 .764* .524 .774**
Correlation
Sig. (2- .120 .120 .111 .120 .120 .120 .040 .010 .120 .009
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * * * *
p9 Pearson .764 .764 .408 .764 .764 .764 .500 .764 1 .764 .845**
*

*
Correlation
Sig. (2- .010 .010 .242 .010 .010 .010 .141 .010 .010 .002
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** * *
p10 Pearson 1.000 .524 .535 .524 1.000 .524 .655 .524 .764 1 .894**
**
Correlation
Sig. (2- .000 .120 .111 .120 .000 .120 .040 .120 .010 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** * ** * ** * ** ** **
ptotal Pearson .894 .713 .769 .653 .894 .713 .831 .774 .845 .894 1
**
Correlation
Sig. (2- .000 .021 .009 .041 .000 .021 .003 .009 .002 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.941 10

Universitas Sumatera Utara


s1 s2 s3 s4 s5 stotal
s1 Pearson 1 .408 .600 .218 .500 .655*
Correlation
Sig. (2- .242 .067 .545 .141 .040
tailed)
N 10 10 10 10 10 10
**
s2 Pearson .408 1 .408 .802 .612 .869**
Correlation
Sig. (2- .242 .242 .005 .060 .001
tailed)
N 10 10 10 10 10 10
s3 Pearson .600 .408 1 .218 .500 .655*
Correlation
Sig. (2- .067 .242 .545 .141 .040
tailed)
N 10 10 10 10 10 10
** *
s4 Pearson .218 .802 .218 1 .764 .786**
Correlation
Sig. (2- .545 .005 .545 .010 .007
tailed)
N 10 10 10 10 10 10
*
s5 Pearson .500 .612 .500 .764 1 .873**
Correlation
Sig. (2- .141 .060 .141 .010 .001
tailed)
N 10 10 10 10 10 10
* ** * ** **
stotal Pearson .655 .869 .655 .786 .873 1
Correlation
Sig. (2- .040 .001 .040 .007 .001
tailed)
N 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics

Universitas Sumatera Utara


Cronbach's Alpha N of Items
.828 5

Universitas Sumatera Utara


Hasil Uji Validitas Tindakan
t1 t2 t3 t4 t5 ttotal
t1 Pearson 1 .167 .356 .802** .583 .706*
Correlation
Sig. (2-tailed) .645 .312 .005 .077 .022
N 10 10 10 10 10 10
t2 Pearson .167 1 .356 .356 .583 .706*
Correlation
Sig. (2-tailed) .645 .312 .312 .077 .022
N 10 10 10 10 10 10
t3 Pearson .356 .356 1 .524 .356 .719*
Correlation
Sig. (2-tailed) .312 .312 .120 .312 .019
N 10 10 10 10 10 10
t4 Pearson .802** .356 .524 1 .802** .840**
Correlation
Sig. (2-tailed) .005 .312 .120 .005 .002
N 10 10 10 10 10 10
t5 Pearson .583 .583 .356 .802** 1 .820**
Correlation
Sig. (2-tailed) .077 .077 .312 .005 .004
N 10 10 10 10 10 10
ttotal Pearson .706* .706* .719* .840** .820** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .022 .022 .019 .002 .004
N 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.826 5

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7
Data Induk Penelitian
Usia Usia
No Pekerjaan Pendidikan p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 ptot s1 s2 s3 s4 s5
Ibu Anak
1 26 IRT SMA 5 tahun 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 1 0 1 1 0
2 23 IRT SMA 4 tahun 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 0 1 0 1 1
3 27 IRT SMA 6 bulan 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 0 0 1 1 1
4 22 IRT SMA 2 tahun 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1
5 25 IRT SMP 4 tahun 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 0 1 1 1 1
6 22 IRT SMP 1 tahun 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 1 1 1 1 1
7 30 IRT SMP 6 bulan 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 0 1 1 1 1
8 26 IRT SMA 6 bulan 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1
9 31 IRT SMA 7 bulan 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1
10 30 IRT SMP 4 tahun 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1
11 26 IRT SMP 4 tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1
12 25 IRT SMA 7 bulan 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 0 1 0 0 1
13 24 IRT SMA 1 tahun 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 1 1 1 1 1
14 27 IRT SMA 1 tahun 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 1 0 1 1 1
15 28 IRT SMP 3 tahun 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 5 0 0 0 1 1
16 23 IRT SMA 6 bulan 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 9 0 1 1 1 1
17 29 IRT SMP 1 tahun 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 0 1 1 0 1
18 24 IRT SMA 2 tahun 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 1 0 1 1 1
19 29 IRT SMA 1 tahun 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1
20 25 IRT SMA 2 tahun 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1
21 28 IRT SMA 6 bulan 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 1 1
22 25 IRT SD 3 tahun 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 1 1 0 0 0
23 30 IRT SMP 1 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1
24 32 IRT SMA 1 tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 0 1 1 1 1
25 33 IRT SD 4 tahun 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5 0 1 0 1 0
26 33 IRT SMA 2 tahun 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1
27 23 IRT SMA 5 tahun 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 0 1 1 1 1
28 32 IRT SMA 7 bulan 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 0 1 1 1 1
28 22 IRT SMP 2 tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 1 1 0 1
30 31 IRT SMP 5 tahun 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 1 1 1 1 0
31 27 IRT SMA 3 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 0 1 1 1 1
32 30 IRT SMP 4 tahun 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 0 1 1 1 1
33 22 IRT SMA 3 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 0 1 1 1 1
34 25 IRT SMP 3 tahun 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 0 1 1 1 1
35 28 IRT SMA 6 bulan 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 0 0 1 1 1
36 33 PNS PT 2 tahun 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1
37 29 Wiraswasta SMA 6 bulan 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 7 1 1 1 1 1
38 25 IRT SMP 2 tahun 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 0 1 0 1 1
39 23 IRT SMP 1 tahun 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 0 1 0 1 1
40 33 IRT SMA 7 bulan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 1 1 1
41 32 IRT SMP 2 tahun 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7 1 0 0 1 0
42 22 IRT SMA 9 bulan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 1
43 25 IRT SMP 1 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 0 1 1

Universitas Sumatera Utara


44 24 Wiraswasta PT 6 bulan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1
45 29 IRT SMP 1 tahun 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 1 1 1 1 1
46 23 IRT SMA 6 bulan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1
47 25 IRT SMA 1 tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1
48 32 IRT SMP 2 tahun 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 1 1 1 1 1
49 27 IRT SMP 3 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 0 1 1 1 1
50 25 IRT SMA 2 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 0 0 1 1 1
51 24 IRT SMA 6 bulan 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 0 1 1 1 1
52 23 IRT SMP 2 tahun 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6 1 1 1 1 1
53 23 IRT SMA 7 bulan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1 1 1 1
54 23 IRT SMP 1 tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1
55 25 PNS PT 2 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1
56 26 IRT SMP 9 bulan 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1
57 30 PNS PT 4 tahun 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7 1 1 1 1 1
58 23 Wiraswasta SMA 2 tahun 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 0 0 0 1 1
59 25 Wiraswasta SMP 7 bulan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 0 1 1 1
60 25 IRT SMP 3 tahun 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 1
61 23 Wiraswasta PT 5 tahun 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 0 1 1 1 1
62 29 Wiraswasta PT 2 tahun 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1
63 30 PNS PT 3 tahun 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 0
64 28 IRT SMA 3 tahun 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 0 1 1 1 1
65 26 Wiraswasta SMA 2 tahun 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 1 0 1 1 1
66 25 IRT SMA 4 tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1
67 33 PNS PT 5 tahun 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1
68 30 IRT PT 6 bulan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 1 0 0 1 0
69 25 Wiraswasta SMA 4 tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1
70 27 IRT SMP 3 tahun 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1
71 27 IRT SMP 1 tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1
72 30 Wiraswasta PT 4 tahun 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 7 0 1 0 1 1
73 24 IRT SMA 1 tahun 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 1 0 1 1 1
74 29 IRT SMP 2 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 1 1 1
75 23 IRT SMP 1 tahun 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 0 1 1 0 0
76 25 IRT SMA 6 bulan 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 1 0 0 0 0
77 24 IRT SMA 2 tahun 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6 0 1 0 1 1
78 22 IRT SMA 3 tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1
79 25 IRT SMA 2 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 1 1 1
80 25 Wiraswasta SMA 1 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1 1 0 0
81 28 IRT SMA 2 tahun 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7 1 0 1 1 1
82 23 IRT SMA 3 tahun 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 5 0 1 1 1 1
83 27 IRT SMA 2 tahun 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1
84 26 IRT SMA 2 tahun 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6 1 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara


85 24 IRT SMP 4 tahun 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 1 0 1 0 0
86 28 IRT SMA 4 tahun 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0
87 25 IRT SMA 3 tahun 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 0 1 1 1 1
88 23 IRT SMA 2 tahun 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 1 0 1 1 1
89 24 IRT SMA 7 bulan 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 0 0 0 0 1
90 27 Wiraswasta SMA 1 tahun 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 0 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 8

Karakteristik Responden

Kelompok Umur Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 21-25 45 50.0 50.0 50.0

26-30 34 37.8 37.8 87.8

31-35 11 12.2 12.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ibu 74 82.2 82.2 82.2


Rumah
Tangga

PNS 5 5.6 5.6 87.8

Wirasasta 11 12.2 12.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 2 2.2 2.2 2.2

SMP 29 32.2 32.2 34.4

SMA 49 54.4 54.4 88.9

PT 10 11.1 11.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Umur Anak Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 tahun 17 18.9 18.9 18.9

2 tahun 22 24.4 24.4 43.3

3 tahun 13 14.4 14.4 57.8

4 tahun 12 13.3 13.3 71.1

5 tahun 5 5.6 5.6 76.7

6 bulan 12 13.3 13.3 90.0

7 bulan 7 7.8 7.8 97.8

9 bulan 2 2.2 2.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Hasil Uji Variabel Pengetahuan

Pengetahuan satu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Benar 90 100.0 100.0 100.0

Pengetahuan dua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 4 4.4 4.4 4.4

Benar 86 95.6 95.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan tiga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 26 28.9 28.9 28.9

Benar 64 71.1 71.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pengetahuan empat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 28 31.1 31.1 31.1

Benar 62 68.9 68.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pengetahuan lima

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 26 28.9 28.9 28.9

Benar 64 71.1 71.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pengetahuan enam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 37 41.1 41.1 41.1

Benar 53 58.9 58.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan tujuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 17 18.9 18.9 18.9

Benar 73 81.1 81.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pengetahuan delapan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 16 17.8 17.8 17.8

Benar 74 82.2 82.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pengetahuan sembilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 9 10.0 10.0 10.0

Benar 81 90.0 90.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pengetahuan sepuluh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 8 8.9 8.9 8.9

Benar 82 91.1 91.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Hasil Uji Variabel Sikap

Sikap satu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 41 45.6 45.6 45.6

Benar 49 54.4 54.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Sikap dua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 29 32.2 32.2 32.2

Benar 61 67.8 67.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

Sikap tiga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 16 17.8 17.8 17.8

Benar 74 82.2 82.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Sikap empat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 13 14.4 14.4 14.4

Benar 77 85.6 85.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Sikap lima

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 12 13.3 13.3 13.3

Benar 78 86.7 86.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

Hasil Uji Variabel Tindakan

Tindakan satu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 43 47.8 47.8 47.8

Benar 47 52.2 52.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Tindakan dua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 34 37.8 37.8 37.8

Benar 56 62.2 62.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Tindakan tiga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 38 42.2 42.2 42.2

Benar 52 57.8 57.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Tindakan empat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 30 33.3 33.3 33.3

Benar 60 66.7 66.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

Tindakan lima

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah 11 12.2 12.2 12.2

Benar 79 87.8 87.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

Kategori Sikap Responden

Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 81 90.0 90.0 90.0

Sedang 9 10.0 10.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Sikap

Tingkat Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 65 72.2 72.2 72.2

Kurang 3 3.3 3.3 75.6

Sedang 22 24.4 24.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Tindakan

Tingkat Tindakan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 42 46.7 46.7 46.7

Kurang 10 11.1 11.1 57.8

Sedang 38 42.2 42.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Perilaku

Total Pertanyaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 66 73.3 73.3 73.3

Kurang 2 2.2 2.2 75.6

Sedang 22 24.4 24.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai