Panduan Budaya Keselamatan Rumah Sakit RSI
Panduan Budaya Keselamatan Rumah Sakit RSI
Panduan Budaya Keselamatan Rumah Sakit RSI
2019
Daftar isi
BAB I. DEFINISI 3
BAB II. RUANG LINGKUP 4
BAB III. TATALAKSANA 8
BAB IV. DOKUMENTASI 13
BAB I. DEFINISI
Bagian yang paling mendasar dari organisasi dengan budaya keselamatan (culture
of safety ) adalah meyakinkan bahwa organisasi memiliki “keterbukaan dan adil” (being
open and fair ). Ini berarti bahwa (NSPA, 2004):
a. Staff yang terlibat dalam insiden merasa bebas untukmenceritakan insiden
tersebut atau terbuka tentang insiden tersebut;
b. Staff dan organisasi bertanggung jawab untuk tindakan yangdiambil;
c. Staff merasa bisa membicarakan semua insiden yang terjadi kepada teman
sejawat dan atasannya;
d. Organisasi kesehatan lebih terbuka dengan pasien-pasien. Jikaterjadi insiden,
staff dan masyarakat akan mengambil pelajaran dari insiden tersebut;
Untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan adil kita harus menyingkirkan
dua mitos utama:
a. Mitos kesempurnaan: jika seseorang berusaha cukup keras, mereka tidak akan
berbuat kesalahan
b. Mitos hukuman: jika kita menghukum seseorang yang melakukan kesalahan,
kesalahan yang terjadi akan berkurang; tindakan remedial dan disipliner akan
membawa perbaikan dengan meningkatnya motivasi.
Terbuka dan adil sangat penting diterapkan karena staff tidak akan membuat
laporan insiden jika mereka yakin kalau laporan tersebut akan menyebabkan mereka atau
koleganya kena hukuman atau tindakan disiplin. Lingkungan yang terbuka dan adil akan
membantu staff untuk yakin membuat laporan insiden yang bisa menjadi pelajaran untuk
perbaikan.
Survey ini juga mengandung dua pertanyaan kepada responden mengenai tingkat budaya
keselamatan di unit kerja masing-masing dan banyaknya jumlah insiden yang telah mereka
laporkan selama satu tahun terakhir. Sebagai tambahan, responden juga ditanyai mengenai latar
belakang responden (unit kerja, jabatan staf, apakah mereka berinteraksi langsung dengan pasien
atau tidak.
Tabel 2-2. Tingkat Maturitas Budaya Keselamatan Pasien (fleeming, M., 2008)
Untuk memulai kegiatan pelaporan ini, perlu dibuat suatu sistem pelaporan insiden
di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur
pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan. Insiden yang dilaporkan
adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi. Laporan
insiden ini dibuat oleh semua staf rumah sakit yang pertama menemukan kejadian dan staf
yang terlibat dalam suatu kejadian. Masalah yang sering muncul dalam pelaporan insiden,
diantaranya adalah laporan masih dipersepsikan sebagai “pekerjaan tambahan” perawat,
laporan sering disembunyikan/underreport karena takut disalahkan, terlambat dalam
pelaporan, dan laporan miskin data karena ada budaya blame culture .