Tata Kelola SDM Di Klinik
Tata Kelola SDM Di Klinik
Tata Kelola SDM Di Klinik
TESIS
Oleh
RATNA WULANDARI
NIM. 167032064
i
Universitas Sumatera Utara
ii
THESIS
By
RATNA WULANDARI
NIM. 167032064
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
TESIS
Oleh
RATNA WULANDARI
NIM. 167032064
iii
Universitas Sumatera Utara
i
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
Ketua Anggota
(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)
NIP. 196509011991032003 NIP. 196803201993082001
i
Universitas Sumatera Utara
ii
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Determinan
Lubuk Pakam” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Ratna Wulandari
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
Abstrak
Tata kelola klinik adalah suatu sistem yang menjamin organisasi pemberi
pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk terus menerus melakukan
perbaikan mutu pelayanannya dan menjamin memberikan pelayanan dengan
standar yang tinggi.Dalam peningkatan mutu pelayanan, pelaksanaan tata kelola
klinik pelayanan medik dirumah sakit merupakan komponen dari layanan yang
berfokus dan berorientasi pada keselamatan pasien, yang apabila tidak
dilaksanakan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan medik di
rumah sakit dipengaruhi oleh kompetensi dari staf medis yang melakukan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
determinan pelaksanaan tata kelola klinik pelayanan medis di RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam. Penelitian ini adalah penelitian jenis kualitatif dengan analisis
domain dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada
informan yang berkaitan dengan pelaksanaan tata kelola klinik di rumah
sakit.Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan tata kelola klinik di RSUD Deli
Serdang belum berjalan sesuai dengan Permenkes RI Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011. Hal ini disebabkan kurangnya koordinasi dan
interaksi antar anggota komite medik serta komite medik dengan pimpinan dan
manajemen rumah sakit menyebabkan tata kelola klinik tidak berjalan maksimal.
Unsur determinan yang sangat mempengaruhi pelaksanaan tata kelola klinik di
RSUD Deli Serdang belum berjalan dengan baik disebabkankarena faktor
kepemimpinan. Partisipasi dari seorang pemimpin sangat berpengaruh besar
terhadap keberhasilan dalam melaksanaan tata kelola klinik bisa berjalan dengan
baik. Oleh karena itu diperlukan peran dari seorang pimpinan yang dapat
mempengaruhi karyawannya dalam meningkatkan kinerjanya, sehingga
karyawannya dapat berperan aktif dalam melaksanakan tata kelola klinik yang
baik. Selain itu diperlukan adanya pembuatan pedoman pelaksanaan tata kelola
klinik dan monitoring pelaksanaannya.
iv
Universitas Sumatera Utara
v
Abstract
Clinical governance is a system that guarantees that the health service provider
organization is responsible for continuously improving the quality of its services
and ensuring providing services with high standards. In improving service
quality, the implementation of clinical management of medical services in
hospitals is a component of services that are focused and oriented to patient
safety, which if not implemented can reduce the quality of health services.
Medical services in hospitals are influenced by the competence of medical staff
who perform health services in hospitals. This study aims to determine the
determinants of the implementation of medical service clinical governance in Deli
Serdang Lubuk Pakam Hospital. This research is a qualitative research with
domain analysis by collecting data through in-depth interviews with informants
relating to the implementation of clinical governance in hospitals. The results
showed that the implementation of clinical governance in Deli Serdang District
Hospital did not proceed in accordance with the Republic of Indonesia Minister of
Health Regulation 755 / MENKES / PER / IV / 2011. This is due to the lack of
coordination and interaction between members of the medical committee and the
medical committee with the leadership and management of the hospital causing
the clinic management to not run optimally. The determinant element that strongly
influences the implementation of clinical governance in Deli Serdang District
Hospital has not gone well due to the leadership factor. The participation of a
leader is very influential on the success in implementing clinical governance can
work well. Therefore we need the role of a leader who can influence his
employees in improving their performance, so that their employees can play an
active role in implementing good clinical governance. In addition it is necessary
to make guidelines for the implementation of clinical governance and monitoring
of its implementation.
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
Lubuk Pakam”.
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
vi
Universitas Sumatera Utara
vii
5. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
6. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku anggota komisi pembimbing yang dengan
7. Dr. Juanita, S.E, M.Kes. selaku dosen penguji I yang telah bersedia menguji
tesis ini dan meluangkan waktunya untuk memberikan masukkan serta saran-
8. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku dosen penguji II yang telah
bersedia menguji tesis ini dan dengan penuh perhatian dan kesabaran
10. dr. Hanip Fahri, Sp.KJ. selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang Lubuk Pakam dan jajarannya yang telah berkenan memberikan izin
vii
Universitas Sumatera Utara
viii
Utara.
11. Ayahanda R. Oom Sukmawidjaja dan Ibunda R. Aan Hasanah, yang telah
membesarkan serta memberikan cinta dan kasih sayang serta doa yang tiada
12. Teristimewa untuk suami tercinta Mayor CKM dr. Victorio, M.Ked.
pendidikan ini.
semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satupersatu.
14. Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
Ratna Wulandari
viii
Universitas Sumatera Utara
ix
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak i
Abstract ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi vii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 12
Tujuan Penelitian 13
Manfaat Penelitian 13
Tinjauan Pustaka 14
Pelayanan Medis di Rumah Sakit 14
Staf Medis Fungsional 17
Tata Kelola Klinik di Rumah Sakit 18
Komite medik 20
Subkomite kredensial 22
Subkomite mutu profesi 27
Audit medis 28
Subkomite etika dan disiplin profesi 30
Determinan Pelaksanaan Tata Kelola Klinik 32
Landasan Teori 35
Kerangka Pikir 37
Metode Penelitian 39
Jenis Penelitian 39
Lokasi dan Waktu Penelitian 39
Informan 40
Definisi Konsep 40
Metode Pengumpulan Data 43
Metode Analisis Data 43
ix
Universitas Sumatera Utara
x
Bagan Organisasi 48
Sumber Daya Manusia 50
Karakteristik Informan 51
Pelaksanaan Tata Kelola Klinik Pelayanan Medik di RSUD Deli
SerdangLubuk Pakam 51
Tata laksana kredensial 52
Tata laksana mutu profesi 60
Tata laksana etika dan disiplin profesi 75
Determinan Pelaksanaan Tata Kelola Klinik 81
Anggaran pelaksanaan tata kelola klinik 82
Sumber daya manusia pelaksanaan tata kelola klinik 88
Perencanaan pelaksanaan tata kelola klinik 94
Kepemimpinan pelaksanaan tata kelola klinik 99
Implikasi Penelitian 104
Keterbatasan Penelitian 105
x
Universitas Sumatera Utara
xi
Daftar Tabel
No Judul Halaman
3 Karakteristik Informan 51
xi
Universitas Sumatera Utara
xii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka pikir 37
xii
Universitas Sumatera Utara
xiii
Daftar Lampiran
xiii
Universitas Sumatera Utara
xiv
Daftar Istilah
xiv
Universitas Sumatera Utara
xv
Riwayat Hidup
ketiga dari tiga orang bersaudara dari pasangan Ayahanda R. Oom Sukmawidjaja
SMP Negeri 30 Jakarta Utara, Selesai Tahun 1996, Sekolah Menengah Atas di
“Veteran” Jakarta dan selesai Tahun 2006. Selanjutnya pada tahun 2016 penulis
Ratna Wulandari
xv
Universitas Sumatera Utara
1
Pendahuluan
Latar Belakang
produktif. Semua orang mempunyai keinginan tubuh yang sehat, oleh karena itu
untuk mewujudkan suatu keadaan sehat tersebut, ada beberapa hal yang harus
rawat jalan dan rawat darurat. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit
selaku tingkat layanan lanjutan perlu melaksanan pelayanan yang lebih bagus dari
mutu pelayanan yang diterimanya di rumah sakit pasti lebih baik dan bermutu
dengan disokong prasarana, staf medis yang ada di rumah sakit dalam menangani
yang padat teknologi, padat modal dan padat karya. Hal ini dikarenakan dalam
rumah sakit memperkerjakan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan jumlah yang
1
Universitas Sumatera Utara
2
teknologi pada masa global saat ini, oleh karena itu perlu bersaing dengan baik
bersama rumah sakit lainnya demi mewujudkan kualitas pelayanan yang baik bagi
terjadi. Dalam mewujudkan kualitas pelayanan kesehatan yang baik pada institusi
mutu yang digunakan, yaitu akreditasi rumah sakit dari KARS (Indonesia), ACHS
2015).
dilematik antara misi sosial dan desakan pasar. Kondisi ini menuntut RS mampu
produk layanan jasa yang bermutu dan terjangkau. Secara umum pelayanan yang
yang baik, tidaklah satu hal yang ringan bagi pemimpin rumah sakit. Hal ini
seseorang, jadi apabila terdapat kekeliruan dalam tindakan medis bisa berakibat
tidak baik untuk pasien. Dampak dari kekeliruan itu bisa berbentuk keluhan dan
gejala yang dirasakan oleh pasien lebih gawat, disfungsi anggota tubuh bahkan
Riskesdas tahun 2013, mengungkapkan bahwa secara nasional 69,6 persen rumah
rumah sakit swasta. Pendayagunaan fasilitas jasa rumah sakit oleh rumah tangga
parameter utama untuk kemajuan rumah sakit. Baik dan buruknya sistem
pelaksanaan balai pengobatan di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kinerja staf
medis pada rumah sakit tersebut. Dalam peningkatan mutu pelayanan, good
pelayanan yang berfokus dan berorientasi pada patient safety (Menap, 2018).
menyebabkan kematian dan merugikan orang sakit serta merupakan salah satu
komponen utama dari kualitas pelayanan yang mengandung arti bahwa setiap
tindakan medik harus safe care yaitu tindakan yang berdasarkan dari fakta
keilmuan yang update dan benar serta dilakukan sesuai dengan etika yang paling
baik dan menjaga orang sakit terlepas dari efek akibat tindakan medik. Setiap
sistem kesehatan yang lebih aman”. Pernyataan itu memuat hasil riset di rumah
sakit pada beberapa kota di Amerika Serikat tentang ditemukannya kasus yang
tidak diharapkan (adverse event) sebesar 2,9 persen dimana 6,6 persen
adalah sebesar 3,7 persen dimana angka kematian 13,6 persen. Kasus meninggal
dunia yang disebabkan kejadian tidak diharapkan atas orang sakit yang sedang
dirawat pada rumah sakit di Negara Amerika Serikat sebesar 33,6 juta per tahun
rumah sakit di beberapa negara, yaitu: Australia, Amerika, Denmark dan Inggris.
Publikasi WHO tersebut memuat data kejadian tidak diharapkan (KTD) 3,2–16,6
pasien di rumah sakit tiap tahun secara lengkap. National Patient Safety Agency
pasien pada Januari–Desember sejumlah 2.769 kasus dan untuk negara Indonesia
(KKPRS) mengatakan ada 877 kasus terkait keselamatan pasien (Menap, 2018).
(2015) pada 57 tenaga medis di dua rumah sakit di Afrika Timur mungkin bisa
dijadikan pedoman dalam menemukan intervensi yang tepat untuk masalah ini.
Aveling et al. (2015) menemukan ada tiga faktor yang mempengaruhi sulitnya
menegakan keselamatan pasien pada dua rumah sakit tersebut yakni material yang
mencakup lingkungan fisik, peralatan dan medical supply; sumber daya manusia;
dan hubungan internal yang mencakup kerjasama tim dan struktur organisasi.
maju dan berkembang sesungguhnya hampir sama dan dipengaruhi oleh faktor
manusia, sumber daya, budaya kerja dan perilaku tenaga medis (Aveling, 2015).
dikarenakan banyaknya faktor risiko di rumah sakit yang ada. Indikator yang
dapat dijadikan dasar bahwa angka kejadian yang tidak diharapkan masih tinggi di
Indonesia adalah banyaknya rumah sakit yang belum terakreditasi penuh. Karena
jika suatu rumah sakit belum terakreditasi penuh maka terdapat banyak hal yang
bersangkutan terdapat banyak faktor risiko yang memicu terjadinya kejadian tidak
diharapkan.
berkisar tiga sampai 16 persen yang terjadi sejak beberapa tahun silam di sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Insiden terjadinya kejadian yang tidak diharapkan
dapat terindentifikasi karena beberapa faktor risiko, antara lain infrastruktur dan
dan kinerja petugas akibat system penggajian dan penghargaan yang tidak
kejadian tidak diharapkan ialah melalui memelihara standart kompetensi para staf
medis yang melaksanakan pelayanan medis kepada pasien dirumah sakit. Usaha
tersebut dilaksanakan melalui sistem dalam menata tiap pelayanan medik yang
diberikan kepada pasien dari staf medis yang berkompeten. Balai pengobatan
dirumah sakit dilakukan dalam bentuk pengobatan dan perawatan. Staf medis
pasien. Sesuai dengan hal di atas, manajemen rumah sakit diharapkan mendukung
tepat guna dari pelayanan medis yang diberikan, agar mutu pelayanan kesehatan
dasar untuk pengelolaan tata kelola klinik yang baik. Meningkatkan kualitas
organisasi, dan klinik bersama-sama. Dalam tata kelola klinik menegaskan bahwa
sudah ada metode untuk memantau mutu pelayanan medik yang sudah berjalan
baik. Pelayanan kesehatan tersebut kerap diperiksa dan hasilnya dipakai dalam
telah sesuai dengan nilai baku yang ada, sebagaimana yang dikeluarkan oleh
Pelaksanaan tata kelola klinik di rumah sakit agar staf medis terlindung
pelayanan medik yang baik, profesional, yang selalu mengacu kepada kepentingan
pasien, serta memperhatikan Kode Etik Kedokteran dan Kode Etik Rumah Sakit
cara melakukan kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika
Tata kelola klinik yang baik dapat diwujudkan melalui Medical Staff
Bylaws yang baik dan benar atau suatu sistem yang menunjukkan bahwa sistem
mutu klinik diuraikan dalam tugas dan tanggung jawab komite medik di rumah
sakit yang bertujuan menanamkan kode etik dan kualitas staf medis. Tujuan
komite medik melaksanakan tata kelola klinis yang baik dilakukan dengan cara
meningkat. Salah satu penyebab adanya kasus malpraktik ialah pelayanan medik
yang dilakukan oleh staf medis tidak aman. Kejadian tersebut dapat dicegah
apabila komite medik sanggup menguasai dan melakukan tugas serta fungsinya
dengan baik dalam pengendalian profesionalisme staf medis di rumah sakit (KKI,
2012).
kerja yang dilakukan oleh komite medik di rumah sakit berlangsung dengan bagus
dan serasi dengan kebijakan yang berlaku sehingga rumah sakit bisa memberikan
medik di rumah sakit. Menurut Permenkes ini, komite medik merupakan unit
rumah sakit dalam melaksanakan tata kelola klinik supaya dokter di rumah sakit
diwujudkan melalui tata laksana kredensial untuk semua dokter yang memberikan
pelayanan medik di rumah sakit, tata laksana penjagaan mutu dokter dan tata
laksana pemeliharaan disiplin, etika, dan perilaku profesistaf medis. Peran Komite
kualitas pelayanan kesehatan dan patient safety di rumah sakit lebih baik
(Kemenkes, 2011).
kabupaten dengan tipe kelas B dan merupakan teaching hospital untuk beberapa
oleh staf medis senantiasa memiliki setidaknya dua sisi pengaruh, yaitu
rumah sakit pendidikan nilai kesalahan tindakan medis yang bisa membuat terapi
tidak berhasil mencapai lebih dari 6.5 persen. Penelitian dengan melakukan
bahwa kesalahan tindakan medis dapat timbul sekitar 1.7 pasien per hari. Hal ini
berarti, dalam satu hari paling tidak orang yang sedang mendapatkan perawatan di
rumah sakit dapat terkena dampak karena kesalahan tindakan medis itu dua kali
setiap tindakan.
RSUD Deli Serdang telah terakreditasi utama bintang empat. RSUD Deli
Sakit (KARS) dikarenakan ada tiga bab dari 16 bab yang disurvei mendapatkan
nilai dibawah 80 persen, yaitu (1) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan
(TKP); (2) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK); (3) Pencegahan dan
berkaitan dengan pelaksanaan tata kelola klinik (Direktur Rumah Sakit, Komite
Medik dan staf medik) di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, mengatakan bahwa
: (1) Kredensial pada tenaga dokter yang mau memberikan tindakan dan
rekredensial pada tenaga dokter yang telah memberikan pelayanan di rumah sakit
tidak pernah dilakukan sehingga para tenaga medis yang memberikan pelayanan
di rumah sakit tidak memiliki Surat Penugasan Klinik (SPK) dan Rincian
dan audit medis untuk membahas kasus-kasus kematian atau kejadian yang tidak
Berdasarkan survei awal di atas, bahwa peran dari komite medik dalam
pelaksanaan tata kelola klinik di RSUD Deli Serdang belum berjalan dengan baik
sesuai peraturan yang ada. Pelaksanaan tata kelola klinik diharapkan akan
meningkatkan kualitas layanan medik dan patient safety di rumah sakit lebih
dampak kepada ketepatan layanan medis dalam perawatan akan tetapi ada perihal
Permenkes 755 tahun 2011, harus ada dukungan kepada komie medik dalam
membuat aturan clinical governance yang dilakukan oleh pihak tertentu dan
dasar clinical governance belum dilaksanakan secara utuh, bahkan baru sebagian
kecil yang sudah berjalan, lingkungan internal RSUD Praya yang mendukung
pelaksanaan konsep dasar adalah dari sisi organisasi telah cukup mendukung
dalamnya sehingga proses dan evaluasi mutu pelayanan klinik belum dapat
dilaksanakan dengan baik dan utuh. Strategi pelaksanaan telah disusun akan tetapi
bahwa aturan proses kredensialing oleh komite medck yang terdapat di RS Umum
Haji Medan belum berjalan serasi dengan aturan akan pelaksanaan komite medik
dana untuk pelaksanaan kegiatan terdapat di program lain, fasilitas ruangan yang
bagian lain, belum memahami perihal tugas dan fungsinya komite medik dalam
komite medik memiliki dwifungsi sebagai yang melakukan pelayanan medis bagi
pasien sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan program-
yang baik memberikan respon positif kepada keberhasilan layanan medis kepada
pasien di rumah sakit. Sedangkan etika bisnis lembaga rumah sakit tidak
Berdasarkan survei awal, teori dan pendapat para ahli yang mendukung,
kelola yang baik dalam pelayanan medis oleh komite medik di RSUD Deli
untuk tenaga dokter yang mau memberikan layanan medik dirumah sakit, tata
laksana penjagaan kualitas profesi staf medis dan tata laksana pemeliharaan
disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis belum dilaksanakan sesuai
Perumusan Masalah
mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis) dalam
Tujuan Penelitian
penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi
Manfaat Penelitian
Kebijakan Kesehatan.
2. Sebagai bahan masukan kepada RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dalam
sakit.
Tinjauan Pustaka
perawatan inap, pengobatan jalan, dan unit gawat darurat. Pelayanan kesehatan
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pada pasal 29 menjelaskan bahwa setiap
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit (UU RI Nomor 44 tahun
2009).
merupakan tanggungjawab dari rumah sakit. Hal tersebut telah tercantum dan
sehingga pelayanan medik yang dilakukan oleh staf medis terhadap pasien harus
yang aman dan telah sesuai dengan aturan dan kebijakan yang berlaku (Persi,
2013).
Perizinan Rumah Sakit, yang dimaksud dengan pelayanan medis ialah suatu
kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh staf medis terhadap pasien di
rumah sakit dengan standard dan ketentuan yang berlaku. Pelayanan medik di
14
rumah sakit yang diberikan kepada pasien diantaranya : pelayanan medik spesialis
ilmu bedah dan ilmu kesehatan anak; pelayanan medik spesialis penunjang
spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata,
telinga hidung tenggorokan, saraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan
kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik,
penyembuhan dari suatu gejala klinis yang dialami oleh pasien secara optimal.
Pelayanan medik yang dilakukan sebaiknya harus sudah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan juga harus bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar
sebaiknya sesuai dengan ilmu pengetahuan yang terbaru sesuai dengan bidang
pengawasan; (3) mengatur rekrutmen sumber daya manusia yang akan melakukan
pelayanan medik di rumah sakit, sesuai dengan aturan, yaitu: harus melakukan
kebutuhan SDM di rumah sakit dan harus memiliki rekomendasi dari profesi; (4)
sarana dan prasarana untuk pelayanan yang tersedia harus memadai sehingga
ruangan untuk pertemuan ilmiah bagi staf medis, sarana untuk komunikasi,
sumber daya manusia, pengelolaan dalam pendataan pelayanan medik; dan (5)
peraturan harus dibuat, baik yang bersifat klinis maupun non klinis dan sesuai
C dan D. Perbedaan tipe rumah sakit itu didapat dari tingkat kemampuan
pelayanan medik yang ada di rumah sakit tersebut. Jenis-jenis pelayanan medik
a. Pelayanan untuk dokter spesialistik dasar, yaitu : (1). Internis; (2). Bedah;
b. Pelayanan dokter spesialis lainnya, yaitu (1). Mata; (2). THT-KL; (3). Kulit
dan Kelamin; (4). Psikiatri; (5). Saraf; (6). Jantung; (7). Paru – paru; (8).
Bedah syaraf; (9). Ortopedi; (10). Bedah plastik; (11) Urologi dan (12).
subspesialisnya.
3. Pelayanan dokter penunjang, yaitu : (a). Radiologi; (b). Patologi klinik; (c)
Patologi anatomi; (d). Anesthesi dan reanimasi; (e). Gizi; (f). Farmakologi;
4. Pelayanan Perawatan terdiri dari : (a). Pelayanan perawatan umum dasar; (b).
Staf Medis Fungsional (SMF) adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis
dan dokter gigi spesialis yang melakukan pelayanan medik di rumah sakit (UU
dan keluhan klinis yang dialami oleh pasien, memberikan pengobatan sesuai
riset dan pengembangan keprofesiannya. Staf medis didalam melakukan tugas dan
suatu tim yang terdiri dari beberapa dokter sesuai bidang spesialisnya (Kemenkes,
2014).
medis;
c. Mendapatkan data yang menyeluruh dan kredibel dari keluarga pasien dan
pasiennya; dan
pasien;
spesialis lainnya yang memiliki keahlian yang lebih baik, jika merasa tidak
audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja,
Governance atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah tata kelola. Tata
fungsi pengarahan dan pengendalian pada suatu organisasi, bahkan suatu sistem
mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Tata kelola klinik adalah suatu metode yang
melakukan pelayanan medik sesuai dengan standar yang cukup tinggi dengan
(KARS, 2012).
Berbeda dengan lembaga rumah sakit yang memiliki tujuan berupa pelayanan
kesehatan yang aman bagi masyarakat. Tata kelola rumah sakit tentu berbeda
(tata kelola klinik) untuk melakukan suatu pelayanan kesehatan yang berkualitas
sangat baik, yaitu kinerja dari staf medis yang dilakukan secara profesional, kuota
sumber daya, pengelolaan risiko dan kepuasan pasien. Tata kelola klinik yang
baik merupakan manajemen di rumah sakit yang sesuai dengan standar klinik
pasien dimana tata kelola ini dinilai tepat pada pelaksanaanya. Adapun tujuan dari
pelayanan medis yang terbaik dan high quality; dan (2) Melindungi pasien dari
Di mulai dari dalam diri seorang staf medis, tentang kesadaran dan
pengakuan bahwa harus melaksanakan usaha pelayanan medik yang paling baik
terhadap pasien untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi kesinambungan dan
mutu hidup pasien, sehingga clinical governance dapat berjalan dengan baik.
Dalam memberikan pelayan medik juga harus dilihat resiko akibat penetapan
jenis upaya pelayanan medik. Pelayanan medik yang dipilih haruslah yang paling
minimal resikonya dan paling murah dari beberapa pelayanan medik yang ada.
Oleh karena itu harus ada rasa tanggungjawab yang penuh, selalu
dilakukan. Pasien juga perlu diikutsertakan secara aktif untuk menilai bahwa
pelayanan yang didapatnya adalah bagian dari sikap profesionalsisme staf medis
Komite medik. Komite medik adalah unit di rumah sakit yang paling
relevan dalam melaksanakan tata kelola klinik di rumah sakit agar staf medis
memperhatikan Kode Etik Kedokteran dan Kode Etik Rumah Sakit serta norma-
kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin
profesi medis dengan tiga subkomite, yaitu subkomite kredensial, subkomite mutu
Komite medik adalah salah satu elemen dari formasi rumah sakit yang
ini merupakan wadah dimana seluruh staf medis bisa berintergrasi di dalam suatu
dikelompokan sesuai dengan keahliannya oleh komite medik yang disebut dengan
Komite medik mengatur keprofesian staf medis dengan tata kelola klinik
demi menjaga keselamatan pasien, sehingga staf medis yang kredibel saja yang
dalam melakukan pelayanan medik kepada pasien diatur dalam medical staff
Dalam melakukan perannya terdapat tiga hal yang pokok dari komite
dilaksanakan oleh subkomite kredensial; (2) menjaga keahlian staf medis yang
sudah mendapatkan ijin, dilakukan oleh subkomite mutu profesi melalui audit
pelayanan medik yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku, dilakukan melalui
dari 3 (tiga) orang dokter spesialis yang berbeda dan telah memiliki surat
penugasan klinis dan rincian kewenangan klinik di rumah sakit tersebut. Anggota
Tujuan dari subkomite kredensial, yaitu : (1) Staf medis yang akan
keselamatan pasien; (2) Memperoleh dan menentukan staf medis yang melakukan
pelayanan medik di rumah sakit adalah seorang yang profesional dan akuntabel;
(3) Tertatanya beberapa jenis kewenang klinik bagi dokter spesialis yang
spesialis yang melaksanakan pelayanan medik di rumah sakit; (5) Menjaga nama
baik dan kredibilitas dari dokter/dokter spesialis serta rumah sakit terhadap
sakit. Usaha ini bertujuan agar pelayanan medik yang dilakukan kepada pasien
harus dilaksanakan oleh staf medis yang memiliki keahlian yang baik. Keahlian
ini dilihat dari dua aspek, yaitu keahlian keprofesian medisnya yang terdiri dari
keterampilan, kepandaian dan sikap profesional, serta keahlian dari mental dan
sesuai dengan spesialisasinya dari perhimpunannya, akan tetapi pihak rumah sakit
kewenang klinis agar dapat memberikan pelayanan medik di rumah sakit. Proses
Pelayanan medik yang dilakukan oleh staf medis harus sesuai dengan
kewenangan klinis yang diberikan pada staf medis, dilaksanakan melalui proses
kredensial. Kredensial ialah suatu proses dimana staf medis yang akan
tahapan, yaitu meninjau kembali, memeriksa berkas dan penilaian kepada hasil
Alasan dilakukan kredensial, yaitu (1) ada beberapa faktor yang dapat
keahliannya dari perhimpunan diantaranya ilmu kedokteran yang terus maju dan
berkembang pesat. Hal ini menyebabkan bahwa dokter spesialis dari perhimpunan
yang sama dapat mempunyai keahlian yang berbeda; (2) kondisi jasmani dan
walaupun spesialisnya sama. Hal ini berdasarkan kewenang klnis yang ditetapkan
oleh komite medik sesuai dengan hasil dari kredensial. Jika dalam memberikan
maka kewenangan klinis yang telah diberikan kepada dokter/dokter spsialis bisa
berpegang kepada peraturan internal staf medis (medical stff bylaws) (Kemenkes,
2011).
dukungnya.
dokter.
yang sama dengan kewenangan klinis yang diajukan sesuai dengan white
paper.
a. keahlian, yaitu (1). beberapa keahlian sesuai aturan yang disahkan oleh
b. jasmani;
c. rohani;
d. sikap etika.
8. Izin kewenangan klinis dari komite medik sesuai saran dari subkomite
kredensial.
10. Standard yang perlu diperhatikan dalam membuat ijin kewenangan klinis :
luar negeri yang telah teregistrasi; dan (2) telah mengikuti pendidikan
konsultan.
dan (2) mempunyai izin praktik dari dinkes yang masih dapat
dipergunakan.
d. kompetensi diri : (1) menjaga etika profesi; (2) terdaftar dalam anggota
perhimpunan; (3) tidak menggunakan obat terlarang dan alkohol; dan (4)
kewenangan klinik selesai jika surat penugasan klinis sudah selesai atau
staf medis dan keahliannya sudah berkurang. Jika keahliannya sudah kembali
dengan melakukan pembinaan keahlian semua staf medis dirumah sakit. Oleh
sebab itu komite medik dan peraturan internal staf medis sangat berperan krusial
terdiri dari 3 (tiga) orang dokter spesialis yang berbeda dan telah memiliki surat
penugasan klinis dan rincian kewenangan klinik di rumah sakit tersebut. Anggota
setiap pelayanan medik yang diberikan kepada pasien agar selalu dilakukan oleh
Pencegahan agar tidak terjadi kejadian yang buruk; (4) Memastikan mutu ajaran
asuhaan medis. Kualitas dari pelayanan mediis yang dilakukan bergantung kepada
keprofesian dengan cara : (1) melihat mutu, misalnya laporan pagi, kasus-kasus
tambahan.
governance di rumah sakit. Audit medis bukan digunakan untuk menduga ada
atau tidaknya kesalahann dari dokter/dokter spesialis pada kasus tertentu. Audit
medis dilaksanakan dengan melihat seluruh staf medis dengan cara tidak
menyebutkan nama, tidak menyalahkan, dan tidak membuat malu. Audit medis
yang dilakukan oleh rumah sakit ialah aksi pengevaluasian keprofesian secara
bersistem bekerja sama dengan pihak lain. Kegiatan yang dilakukan berupa ulasan
2011).
dokter/dokter spesialis dalam memberi layanan dirumah sakit; (2) sebagai awal
dalam memberikan wewenangan klinik sesuai keahlian yang ada; (3) sebagai
penaangguhan kewenangan klinik; dan (4) sebagai awal untuk komite medik
spesialis.
2. Pertemuan tersebut dapat pula berupa pembahasan kasus tersebut antara lain
meliputi kasus kematian (death case), kasus sulit, maupun kasus langka.
3. Setiap kali pertemuan ilmiah harus disertai notulensi, kesimpulan dan daftar
profesi.
profesi.
profesi yang melibatkan staf medis rumah sakit sebagai narasumber dan
peserta aktif.
6. Setiap kelompok staf medis wajib menentukan minimal satu kegiatan ilmiah
diikuti oleh masing-masing staf medis setiap tahun dan tidak mengurangi hari
cuti tahunannya.
Subkomite etika dan disiplin profesi. Anggota sub komite etika dan
disiplin proofesi terdiri dari 3 (tiga) orang dokter spesialis yang berbeda dan telah
memiliki surat penugasan klinis dan rincian kewenangan klinik di rumah sakit
tersebut. Anggota sub komite etika dan disiplin proofesi yang telah ditetapkan
Tujuan dari sub komite etika dan disiplin profesi, yaitu : (1) Menjaga
pasien dari pelayanan medik yang dilakukan dokter/dotker spesialis yang tidak
sesuai dengan persyaratan dan tidak memadai untuk melaksanakan ajaran klinis;
sakit.
staf medis yang baik maka pasien akan mendapatkan pelayanan yang terjamin dan
melakukan kegiatan pengawasan profesi dokter dan usaha pengaturan etika dan
asuhan medis bisa saja ditemui kesusahan untuk mengambil sebuah keputusan
hasil keputusan yang dibuat. Implementasi keputusan dari sub komite etika dan
disiplin profesi dirumah sakit adalah usaha pendisiplinan oleh komite medis
hukum.
disiplin kepegawaian yang diatur dalam aturan kepegawaian. Sub komite etika
dan disiplin profesi ini mempunyai semangat yang berlandaskan, antara lain: (1)
peraturan internal rumah sakit; (2) peraturan internal staf medis; (3) etika rumah
yaitu: (1) prinsip pelayanan kesehatan dirumah sakit; (2) dasar pekerjaan
pelayanan di rumah sakit; (3) rincian kewenangan klinik di rumah sakit; (4) dasar
kode etika kedokteran Indonesia; (6) dasar perilaku profesional kedokteran; (7)
penyelenggaraan dari pekerjaan sub komite disiplin dan etika profesi sesuai
dengan saran dari komite medik. Pimpinan rumah sakit juga bertanggungjawab
atas adanya segala sumber daya yang diperlukan agar program ini bisa berjalan.
oleh pimpinan subkomite etika dan disiplin profesi. Kelompok kerja terdiiri dari 3
(tiga) anggota atau lebih dengan jumlah ganjil yang susunannya, yaitu : (1) 1
(satu) orang dari sub komite etika dan disiplin profesi yang mempunyai aturan
keilmuan yang berlainan dari yang akan diperiksa; (2) 2 (dua) anggota atau lebih
dari aturan keilmuan yang sesuai dengan yang akan dipeiriksa dan bisa dari dalam
rumah sakit ataupun dari luar rumah sakit, baiik sesuai permintaan komite mediik
dilaksanakan oleh bagian terkait dirumah sakit, misalnya bagian pendidikan dan
SDM ialah anggaran dan sarana prasanan yang dibutuhkan dalam pembiayaan
mempengaruhi mutu pelayanan klinik yang perlu dilakukan untuk rakyat juga
kurang dan tidak optimal. Minimnya insentif yang diterima bisa mempengaruhi
maksimal. Berdasarkan hal itu maka agar paira pelaksana program mempunyai
rasa tanggung jawabnya yang tinggi dalam melakukan suatu program dibutuhkan
dipengaruhi dari SDM yang tersedia. SDM tersebut wajib dinilai dari kecukupan
jumlah SDMnya dan keahlian. SDM itu wajib mengerti apa yang harus
dikerjakannya. Oleh sebab itu, SDM tersebut memerlukan keterangan yang bukan
saja berhubungan dengan bagaimana caranya mejalankan suatu program, tapi juga
perlu tahu siapa saja yang terlibat untuk menyelenggarakan suatu program.
pelayanan tidak dapat berjalan optimal, dan aturan yang dipakai tidak dapat
dikembangkan.
perencanaan yang matang pada setiap kegiatan organisasi tersebut (misalnya: baik
dicapai. Hanya dengan perencanaan yang matang dan baik, suatu organisasi
menjadi terarah dan sejalan dengan tujuan dari organisasi. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian ini mencakup apakah makusud dan tujuan dari
dibentuknya komite medik, apakah ada rencana kerjanya, tugas dan tanggung
kemampuan dari dalam diri seseorang untuk memastikan dan mengaktifkan orang
maupun keahlian yang ada pada diri seseorang untuk menggerakkan atau
yang diinginkan.
perlu memiliki keahlian cara komunikasi yang benar dan baik sehingga dapat
memberikan informasi yang jelas. Karena dengan komunikasi yang baik dan
lancar serta informasi yang didapat diterima dengan jelas, dapat dengan mudah
diterima oleh anggotanya dalam melakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh
makna yang sangat tinggi bagi anggotanya; (3) Kemampuan memimpin. Semua
keahlian seorang dalam meminpin ialah tidak sama. Dapat dilihat dari cara
hasil akhir. Pimpinan perlu memiliki kemampuan dalam menentukan hasil akhir
sesuai dengan bukti dan aturan yang telah ditetapkan. Hasil akhir yang telah
Landasan Teori
oleh penampilan kerja dokter/dokter spesialis yang bekerja pada rumah sakit.
medik dirumah sakit merupakan komponen dari layanan yang berfokus dan
kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti,
mutu pelayananan kesehatan di rumah sakit, salah satunya adalah tata kelola
klinik. Tata kelola klinik ialah suatu pengelolaan yang mengharuskan institusi
disebabkan oleh faktor pengambilan keputusan klinis staf medis yang tidak baku,
birokrasi yang terlalu panjang dalam pemberian instruksi kepada staf medis, tidak
adanya reward kepada staf medis dari pimpinan, tidak adanya sarana dan
anggaran, catatan medik seorang pasien yang beragam, pemberian terapi yang
beragam.
Menurut para ahli (seperti Cahyono, 2013; Muninjaya, 2015; dan Menap,
2018) dapat dirumuskan bahwa cara yang dijalankan pada tata kelola klinik
mencakup beberapa program seperti audit klinik, pengelolaan efesien untuk staf
klinik yang kinerjanya tidak baik, pengelolaan resiko, praktik klinis berbasis pada
2013; Dewi, 2015; Lubis, 2015; Amrudin, 2016; Marlizaini, 2017) dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tata kelola klinik pelayanan medik di rumah sakit
belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum optimalnya program kerja
dari komite medik dalam melaksanakan good clinical governance di rumah sakit.
Hal ini disebabkan karena kurang pahamnya pihak rumah sakit akan pentingnya
keberadaan dan peran komite medik di rumah sakit dalam melaksanakan good
clinical governance, belum menerima jatah dana secara kehusus di rumah sakit
untuk program komite medik dalam menjalankan good clinical governance, tidak
adanya perencanaan yang matang dalam rencana kerja komite medik, dan belum
efiektifitas pelaksanaan program, selain SDM adalah buget dan sarana yang
insentif yang diberikan pada anggota bisa menyebabkan para pelaksana program
Kerangka Pikir
beberapa hasil penelitian terdahulu di atas serta hasil penelitian awal yang sudah
1. Pelaksanaan tata kelola klinik adalah upaya perbaikan mutu pelayanan klinis
aspek: (1). tata laksana kredensial; (2). tata laksana mutu profesi; serta (3).
Metodelogi Penelitian
Jenis Penelitian
gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang
situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Hasilnya berupa gambaran umum
tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam
situasi sosial terdapat ratusan atau ribuan kategori. Suatu domain adalah
merupakan kategori budaya yang terdiri atas tiga elemen : Cover terms (nama
suatu domain budaya), included terms (nama suatu kategori atau rincian
hubungan semantik ini merupakan hal yang penting untuk menemukan berbagai
Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum
Daerah Deli Serdang berdasarkan survey awal belum melaksanakan tata kelola
klinik pelayanan medis dengan baik dan Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan tata kelola klinik
pelayanan medis.
39
selesai.
Informan
Definisi Konsep
Konsep pelaksanaan tata kelola klinik meliputi aspek: (1) tata laksana
kredensial; (2) tata laksana mutu profesi; (3) tata laksana etika dan disiplin
1. Tata laksana kredensial adalah upaya perbaikan mutu pelayanan klinis dalam
pelayanan medis di rumah sakit oleh staf medis yang kredibel dengan
b. Proses rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah
2. Tata Laksana Mutu Profesi adalah upaya perbaikan mutu pelayanan klinis
melalui pemantauan dan pengendalian mutu profesi staf medis di rumah sakit,
pelayanan kesehatan.
workshop, lokakarya.
formal dan non formal, yaitu kursus, pendidikan dokter spesialis dan
3. Tata Laksana Etika dan Disiplin Profesi adalah upaya perbaikan mutu
yang tidak sesuai dengan standar pelayanan kedokteran di rumah sakit, dan
membahayakan pasien.
lokakarya, yang dilakukan oleh unit kerja rumah sakit terkait seperti unit
pelaksanaan tata kelola klinik oleh komite medik di rumah sakit dan
rumah sakit.
b. Sumber daya manusia adalah personil staf medis (dokter dan dokter
administrasi.
klinik pelayanan medis yang terdiri dari rencana kerja rumah sakit dan
komite medik.
direktur rumah sakit dan ketua komite medik dalam menggerakkan atau
memotivasi staf medis di lingkungan rumah sakit untuk mencapai tujuan dari
1. Data Primer
4. Data Sekunder
5. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan telaah dokumen, yaitu
Tenaga Medik RSUD Deli Serdang, struktur organisasi RSUD Deli Serdang,
data data sumber daya manusia di RSUD Deli Serdang, dan data-data
tata kelola klinik pelayanan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang.
2017) dapat diketahui bahwa analisis domain adalah analisis yang digunakan
Adapun tahapan yang dapat dilakukan terdiri dari 6 (enam) langkah, yaitu:
4. Mencari cover term dan included term yang sesuai dengan satu pola atau tipe
6. Membuat daftar semua domain yang tercakup dari hasil seluruh data yang ada.
Tabel 1
dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan tata kelola klinik berjalan dengan baik
atau tidak, yaitu: keberhasilan dari pelaksanaan tata kelola klinik pelayanan medis
tidak terlepas dari ketersediaannya anggaran. Tidak adanya anggaran (Rp. 0,-)
atau terbatasnya anggaran yang tersedia (hanya Rp. 5.000.000,- dari Rp.
RSUD Deli Serdang merupakan rumah sakit dengan kelas B yang terletak
di Kota Lubuk Pakam, ibukota kabupaten Deli Serdang. Dari ibukota provinsi
Saat ini RSUD Deli Serdang adalah satu-satunya Rumah Sakit Umum milik
kabupaten Deli Serdang dengan jumlah penduduk sebanyak 2.193.070 jiwa (Profil
dan ASRI (Apik Serasi Rapi dan Indah); (2). Aman dari berbagai gangguan
Tersedia mini market dan kantin untuk keperluan pasien, penjaga pasien,
penjenguk, dan lain-lain; (5). Pelayanan Apotik Pelengkap 24 jam; (6). Sarana
tempat ibadah bagi umat muslim (Mushola); (7). Merupakan rumah sakit
pemerintah kabupaten yang terdekat dengan Bandara Kuala Namu; (8). Mudah
dalam transportasi keluar dan masuk (Bis Kota, Angkot, dan Becak) baik dalam
46
Universitas Sumatera Utara
47
kota, luar kota kecamatan, maupun ke Ibukota Provinsi Medan; (9). Dekat dengan
sarana prasarana pelayanan umum lainnya (Pasar, Super Market dll); (10). Luas
Areal : ± 3,2 Ha; (11). Luas Bangunan : ± 15.898 M²; (12). Kapasitas Tempat
Visi dari RSUD Deli Serdang adalah, “Menjadi rumah sakit pendidikan
masyarakat.
dokter yang memiliki kompetensi medic, kepekaan social dan berguna bagi
“ABDIKU PELAYANANKU”
memiliki arti sebagai berikut : Cepat, Efisien, Ramah, Memuaskan, Aman dan
Terjangkau.
Bagan Organisasi
bidang usaha Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang adalah berbentuk garis
lurus atau lini.Dengan demikian terdapat wewenang langsung antara setiap atasan
pada bawahannya, yang melapor hanya pada manajer tersebut, atau aliran
Adapun bagan organisasi yang ada pada Rumah Sakit Umum Daerah Deli
DIREKTUR
KJF KJF
INSTALANSI INSTALANSI
oleh seorang direktur. Memiliki 16 jenis tenaga spesialis, empat jenis sub
spesialis, dokter umum, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya serta tenaga
tenaga non medis lainnya dengan total pegawai sebanyak 639 orang. PNS
Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari : (1)
satu informan Direktur RSUD Deli Serdang; (2) satu informan Ketua Komite
Medik; (3) satu informan Wakil Ketua Komite Medik; (4) satu informan
Sekretaris Komite Medik; (5) satu informan bendahara komite medik; (6) satu
informan wakil direktur pelayanan medik; (7) tiga informan anggota komite
medik RSUD Deli serdang; dan (8) satu informan Staf Medis Fungsional.
Tabel 3
Karakteristik Informan
bagian tata laksana yaitu (1) Tata laksana kredensial; (2) Tata laksana mutu
pelaksanaan tata kelola klinik ditinjau dari aspek : (1) Anggaran; (2) SDM; (3)
tersebut merupakan suatu kesatuan yang terhubung dan saling menguatkan satu
sama lain. Setiap aspek memiliki proporsi tingkat kepentingan yang tinggi untuk
tata laksana kredensial dapat diukur dari : (1) Proses kredensial; dan (2) Proses
kewenangan klinis.
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu
orang Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik,
satu orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu
orang Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, tiga orang
anggota sub komite medik, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh
hasil adalah
sebagai berikut:
terdiri dari : satu orang Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur
Pelayanan Medik, satu orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua
Komite Medik, satu orang Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara
Komite Medik, tiga orang anggota sub komite medik, dan satu orang staf medis
menyatakan proses pelaksanaan kredensial bagi staf medis di RSUD Deli Serdang
rumah sakit dan pencairan jasa medis oleh BPJS, sehingga daftar kewenangan
klinis yang ada dibuat tidak berdasarkan prosedur yang sebenarnya, yaitu melalui
tahap kredensialing. Staf medis yang bekerja memiliki daftar kewenangan klinis
yang dibuat tidak melalui proses kredensial yang seharusnya sesuai dengan aturan
yang ada. Selanjutnya pernyataan lain diperoleh dari (2 orang informan; 20%)
RSUD Deli Serdang yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 informan,
yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil
Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil
Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris Komite Medik, satu orang
Bendahara Komite Medik, tiga orang anggota sub komite medik, dan satu orang
Dari hasil wawancara di atas tentang proses rekredensial, seluruh informan (10
di RSUD Deli Serdang. Hal ini dikarenakan proses kredensial untuk staf medis
belum dilakukan. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang
daftar kewenangan klinis yang ditetapkan kepada staf medis pada periode
sebelumnya. Hal ini tentunya sangat penting karena berkaitan dengan keselamatan
laksana kredensial yang meliputi proses kredensial dan proses rekredensial dapat
tersebut pada pasal 11 ayat 1 disebutkan bahwa kredensial harus dilakukan kepada
staf medis yang akan memberikan pelayanan medis di rumah sakit. Kredensial
adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan diberikan
kredensialing dilakukan dengan 2 (dua) alasan utama, yaitu : (1) banyak faktor
bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien; (b) lingkup
waktu sehingga suatu tindakan yang semula tidak diajarkan pada penerima brevet
pada periode tertentu, dapat saja belakangan diajarkan pada periode selanjutnya,
(2) keadaan kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakit tertentu atau
medis tersebut oleh rumah sakit disebut sebagai mekanisme kredentialing, dan hal
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Hartati, 2014; Tyas,
2016; dan Marwiati, 2018;) yang menyatakan bahwa pelaksanaan kredensial oleh
komite medik belum dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada. Pada
dan pemberian sanksi mencerminkan kinerja komite medis yang lebih baik
dibandingkan dengan yang tidak melakukan hal-hal tersebut. Dampak dari tidak
sesuai dengan surat penugasan klinis akan menyebabkan komplain dari pasien
laksana kredensial untuk staf medis di RSUD Deli Serdang belum berjalan dengan
baik sesuai dengan peraturan yang ada. Dalam peraturan tersebut dinyatakan
bawah setiap rumah sakit harus melaksanakan proses kredensial bagi seluruh staf
medis yang akan memberikan pelayanan medik. Dari proses kredensial tersebut
akan menghasilkan daftar kewenangan klinis bagi staf medis yang akan
telah memiliki Peraturan Internal Tenaga Medik (Medical Staf Bylaws) yang
dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinik yang baik agar mutu
pelayanan medis lebih terjamin dan terlindungi, akan tetapi walaupun peraturan
telah dibuat sendiri, RSUD Deli Serdang tetap tidak menjalankan proses
kredensial.
Dengan dilakukannya proses kredensial bagi staf medis, maka staf medis
yang akan melakukan pelayanan medik di rumah sakit merupakan staf medis yang
professional dan kredibel. Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan pasien.
aspek tata laksana mutu profesi dapat ditinjau dari : (1) audit medis; (2)
Audit medis. Himpunan informasi tentang audit medis meliputi aspek : (1)
meningkatkan mutu profesi staf medis; dan (2) pelaksanaan audit medis.
Deli Serdang yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 informan, yang
terdiri dari : satu orang Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur
Pelayanan Medik, satu orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua
Komite Medik, satu orang Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara
Komite Medik, tiga orang anggota sub komite medik, dan satu orang staf medis
Selanjutnya untuk informasi tentang aspek audit medis yang ditinjau dari
bagaimana pelaksanaan aduit medis di RSUD Deli Serdang, diperoleh dari hasil
wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD
Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua
Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris
Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, tiga orang anggota sub
komite medik, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil adalah
sebagai berikut:
“Saya akui memang audit medis di rumah sakit ini masih jarang
dilakukan. Kedepannya nanti akan mulai dilaksanakan dengan
baik” (Direktur RSUD Deli Serdang).
biaya sendiri, bukan didapat dari manajemen rumah sakit. Selanjutnya ada dua
mutu profesi staf medis dilaksanakan melalui perbaikan sarana dan prasarana dan
menyatakan bahwa audit medis belum berjalan dengan baik. Audit medis bukan
digunakan untuk menduga ada atau tidaknya kesalahan dari staf medis pada kasus
tertentu. Tetapi audit medis ini dilakukan untuk mengetahui apakah pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien dilakukan sudah sesuai dengan standar yang
audit medis tidak pernah dilakukan di RSUD Deli Serdang. Bahkan menurut (1
pelaksanaan evidence based meliputi aspek : (1) kejadian COD; dan (2) tindak
diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang
Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu
orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang
Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, tiga orang
medik, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil adalah sebagai
berikut:
“COD ada tapi tidak sering, Dalam tahun ini terjadi 3 sampai 4
kali” (Ketua Komite Medik).
“COD di tiap rumah sakit menurut saya pasti ada. Apalagi ini
adalah rumah sakit sebagai teaching hospital”(Wakil Ketua
Komite Medik).
“Ada tergantung kasusnya. Disini setiap hari ada saja pasien yang
meninggal” (Sekretaris Komite Medik).
“COD pasti ada ya. Untuk jumlahnya saya tidak tahu” (Staf Medis
Fungsional).
“COD disini ada. Jumlahnya yang tidak tahu dan tidak ada tindak
lanjutnya.” (Ketua Sub Komite Kredensial).
“Untuk 2017, COD belum pernah di data dengan baik, tapi untuk
2018 baru kita rencanakan untuk membuat COD dengan laporan
kasusnya” (Wakil Direktur Pelayanan Medik).
yang ditinjau dari proses tindak lanjut Case of Death (COD) seperti kegiatan
morning report untuk mengetahui penyebab dari terjadinya COD diperoleh dari
hasil wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang Direktur
RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu orang
Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang
Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, tiga orang
anggota sub komite medik, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil
“Tidak ada pernah dilaksanakan tindak lanjut dari COD ini. Jadi
tidak diketahui penyebabnya secara pasti”(Wakil Ketua Komite
Medik).
“Morning report tidak pernah ada. COD ada tapi tidak pernah
diselesaikan atau dibahas” (Staf Medis Fungsional).
“Tidak pernah ada tindak lanjut dari COD. Kasus kematian setiap
hari disini pasti ada. tapi memang tidak pernah dibahas secara
khusus.” (Anggota Sub Komite Etika/Disiplin Profesi).
Dari hasil wawancara di atas, seluruh informan (10 orang; 100%) menyatakan
bahwa kejadian COD di RSUD Deli Serdang ada, namun jumlahnya tidak
diketahui secara pasti. Informasi yang didapat dari seluruh informan, tindakan
yang diambil oleh rumah sakit belum ada jika COD ini terjadi, seperti untuk
pelaksanaan morning report sampai saat ini belum pernah dilaksanakan. Sehingga
tindak lanjut dilakukan jika terdapat COD yang hanya untuk kasus-kasus tertentu
saja yang dinilai menarik dan penting untuk ditindaklanjuti. Pelaksanaan tindakan
jika COD terjadi pada dasarnya merupakan bagian dari implementasi pelaksanaan
pertemuan ilmiah di RSUD Deli Serdang yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD Deli Serdang,
satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua Komite Medik,
satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris Komite Medik, satu
orang Bendahara Komite Medik, tiga orang anggota sub komite medik, dan satu
“Idealnya kita lakukan setiap bulan. Saat rapat komite medis ada
penampilan presentasi yang kita lakukan dan ada juga
pembicara dari luar yang kita undang untuk poin tertentu sekitar
3 sampai 4 kali dalam setahun” (Ketua Komite Medik).
Dari hasil wawancara di atas, seluruh informan (10 orang; 100%) menyatakan
belum maksimal. Hal ini dikarenakan pertemuan tersebut belum sesuai sasaran
wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD
Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua
Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris
Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, tiga orang anggota sub
komite medic, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil adalah
sebagai berikut:
“Ada, tiap tahun pasti ada yang mengikuti kursus, pelatihan dan
pendidikan berkelanjutan ataupun fellowship” (Anggota Sub
Komite Etika/Disiplin Profesi).
Dari data di atas, diperoleh informasi dari seluruh informan (10 orang;
staf medis. Mulai tahun 2018, pihak rumah sakit sudah mulai menganggarkan
anggaran bagi staf medis yang akan mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk
dipertahankan oleh rumah sakit sehingga kompetensi staf medis dipercaya oleh
masyarakat dan pasien pada khususnya. Menurut satu informan, pelatihan atau
laksana mutu profesi yang dilihat dari aspek: (1) audit medis; (2) pelaksanaan
berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi manajemen
rumah sakit, komite medik dan staf medis dalam pelaksanaan pelatihan-pelatihan
yang ada. Sehingga dokter yang mengikuti pelatihan terkadang tidak sesuai
baik. Staf medis yang memberikan pelayanan medis, perlu dilakukan audit medis.
Hal ini untuk mengetahui apakah pelayanan yang sudah diberikan itu sudah sesuai
profesional terhadap mutu pelayan medis yang diberikan kepada pasien dengan
medik mutu profesi berperan dalam menjaga mutu profesi staf medis dengan
oleh staf medis yang bermutu, kompeten, etis dan professional; (2) memberikan
kompetensi dan kewenangan klinis; (3) mencegah terjadinya kejadian yang tidak
yang berfokus.
Peran komite medik sangat penting untuk memberikan fasilitas dan pengawasan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dwi, 2015;
segala tanggung jawab setiap tindakan serta keputusan yang telah dibuat serta
mutu profesi staf medis adalah dengan menyusun dan menetapkan standard
SOP yang telah disusun selama ini di RSUD Deli Serdang harus terus diperbaiki
dan dilengkapi untuk dijalankan oleh setiap staf medis. Pernyataan ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiharti (2017) di kota Semarang
yang menyatakan bahwa dokter selaku pelaksana dan pemberi pelayanan medis
penting untuk diperbaiki karena memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
kepuasan pasien serta kinerja yang diberikan oleh staf medis. Untuk memberikan
pemahaman atau pengetahuan yang baik kepada seluruh staf medis sebaiknya
dan tindaklanjut dalam case of death (COD). Pernyataan tersebut sejalan dengan
pengetahuan secara mendalam bagi staf medis terhadap prosedur COD, konsep
COD dan tujuan pelaksanaan tindaklanjut COD. Prosedur yang dimaksud dalam
hal ini terutama pada pengisian dokumen COD yang harus lengkap dan akurat.
Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi secara tepat terkait kausal
kematian pasien berdasarkan ICD-10 dan tabel MMDS di RSUD Kota Salatiga
adalah sebesar 27.59 persen (24 dokumen) kemudian yang tidak akurat sebesar
kematian tidak diisi dan dikode yaitu sebanyak 47.62 persen (30 dokumen).
Sehingga disarankan agar semua diagnosis yang ada di sertifikat kematian pasien
umum, rule 1,2 maupun 3 serta pengecekan ulang ke tabel MMDS sehingga dapat
Setiap kali pertemuan ilmiah harus disertai notulensi, kesimpulan dan daftar hadir
peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian disiplin profesi. Hal ini
berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
laksana mutu profesi terkait kebijakan dan prosedur mekanisme kerja komite
medik belum terlaksana dengan baik di RSUD Deli Serdang. Hal ini disebabkan
karena aktivitas atau agenda yang dilakukan oleh sub komite mutu profesi belum
disusun perencanaannya dengan baik terkait apa yang akan dilakukan, siapa
sasarannya dan apa output yang akan dihasilkannya, baik dalam pelaksanaan audit
penelitian ini, aspek tata laksana etika dan disiplin profesi dapat ditinjau dari : (1)
sebagai berikut:
pembinaan etika dan disiplin keprofesian dokter di RSUD Deli Serdang yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang
Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu
orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang
Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, tiga orang
anggota sub komite medik, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil
sebagai berikut:
“Aturan disini kita buat cenderung tegas, tahun 2018 awal salah
satu tenaga medis kita melakukan pemungutan liar ke pasien,
secara tegas kita bawa ke penegak hukum. Selain itu ada juga
terjadi pelecehan seksual yang juga kita keluarkan” (Wakil
Direktur Pelayanan Medik).
pembinaan etika untuk staf medis belum dilaksanakan dengan baik karena masih
dilakukan secara internal dan tidak dilaksanakan secara rutin. Bahkan ada 1
internal dengan menggunakan media whatsapp group. Hal ini diungkapkan karena
komite medik. Ada (1 orang informan; 10%) yang menyatakan bahwa pembinaan
etika dan disiplin profesi dokter di RSUD Deli Serdang belum pernah
dilaksanakan.
wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD
Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua
Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris
Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, tiga orang anggota sub
komite medik, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil sebagai
berikut:
dikarenakan pelaksanaannya belum dilakukan secara rutin dan tidak tepat sasaran.
Kegiatan yang dilakukan berupa symposium dan seminar. Ada 1 informan yang
Berdasarkan hasil penelitian di atas, tata laksana etika dan disiplin profesi
yang dilihat dari aspek: (1) Pembinaan etika dan disiplin keprofesian dokter, dan
berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan susahnya untuk mengatur jadwal
telah dilakukan dan dibedakan untuk masing-masing keahlian dokter yang ada di
rumah sakit, misalnya pelatihan untuk dokter IGD dan dokter-dokter yang lain.
lampiran permenkes tersebut, subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit
dibentuk dengan tujuan: (1) melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang
melakukan asuhan klinis (clinical care); dan (2) memelihara dan meningkatkan
pengambilan keputusan etis sehingga diperlukan adanya suatu unit kerja yang
merupakan upaya pendisiplinan oleh komite medik terhadap staf medis di rumah
sakit yang bersangkutan sehingga pelaksanaan dan keputusan ini tidak terkait atau
spesialis, yaitu: (1) prinsip pelayanan kesehatan dirumah sakit; (2) dasar
rumah sakit; (5) kode etika kedokteran Indonesia; (6) dasar perilaku profesional
Indonesia; (8) dasar layanan medis; dan (9) tolak ukur kebijakan operasional
profesionalisme dokter sangat perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan staf medis
yang bagus. Dengan kemampuan staf medis yang baik maka pasien akan
program komite medik yang disebabkan staf komite medik memiliki dwifungsi
sebagai yang melakukan pelayanan medis bagi pasien sehingga tidak memiliki
laksana etika dan disiplin profesi belum berjalan seluruhnya dengan baik. Hal ini
setiap anggota komite medik yang tidak sama mengakibatkan sulitnya untuk
melakukan pertemuan secara rutin. Selain daripada itu, kurangnya koordinasi dan
interaksi antar anggota komite medik serta komite medik dengan pimpinan dan
tata kelola klinik, merupakan upaya perbaikan mutu pelayanan klinik di rumah
sakit. Tata kelola klinis adalah suatu sistem yang menjamin organisasi pemberi
dari aspek: (1) Anggaran; (2) Sumber Daya Manusia (SDM); (3) Perencanaan;
dan (4) Kepemimpinan. Keempat aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang
sakit.
kelola klinik yang ditinjau dari anggaran dapat dilihat dari aspek: (1) anggaran
pelaksanaan tata kelola klinik yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 10
informan, yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang
Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua Komite Medik, satu orang
Wakil Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris Komite Medik, satu orang
Bendahara Komite Medik, tiga orang anggota sub komite medik, dan satu orang
“Ada tapi nominal pastinya tidak ada karena jika kita mengadakan
rapat pasti ada konsumsinya” (Sekretaris Komite Medik).
Dari data hasil wawancara di atas, seluruh informan (10 orang; 100%)
anggaran, namun jumlah anggaran yang disediakan tidak diketahui secara pasti
berapa jumlahnya. Ada enam orang informan yang menyatakan bahwa jumlah
anggaran yang disediakan oleh pihak rumah sakit bekisar antara Rp. 1.000.000,- -
Rp. 3.500.000,-. Jumlah anggaran yang disediakan untuk pelaksanaan tata kelola
klinik oleh komite medik tidak diketahui secara pasti berapa jumlahnya. Menurut
satu orang informan, bahwa anggaran yang tersedia untuk komite medik tersebut
tidak pernah terrealisasi seluruhnya. Hal ini disebabkan karena komite medik itu
masing staf medis yang berbeda satu sama lain antar anggota komite medik.
Selanjutnya aspek anggaran yang ditinjau dari jasa medis yang diberikan
kepada staf medis, hasil wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu
orang Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik,
satu orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu
orang Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, 3 orang
anggota sub komite medic, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil
sebagai berikut:
“Ada, terdapat dua insentif yaitu TPP dan jasa medis. TPP dari
pemerintah daerah dan jasa medis dari keuntungan rumah sakit
biasanya 40% dari total penerimaan rumah sakit. Pencairannya
tergantung BPJS juga jika dari sana lancar disini lancar
juga”(Direktur RSUD Deli Serdang).
“Pemberian insentif dari daerah sebenarnya ada, untuk jumlahnya
bervariasi antara dokter umum dan spesialis. Pemberian insentif
jasa medis terpisah berdasarkan kinerja dan berapa banyak
tindakan. Pencairannya tidak terlalu lancar, saya rasa sampai
saat ini masih tertunda 6 bulan keatas” (Ketua Komite Medik).
“Insentif disini tidak jelas. Antara ada dan tiada”(Wakil Ketua
Komite Medik).
“Insentif ada yaitu TPP dan jasa medis. Tapi pencairannya tidak
jelas dan pembagiannya juga tidak transparan” (Staf Medis
Fungsional).
“TPP dan jasa medis ada. pencairan TPP jelas tiap bulan ada.
pencairan jasa medis yang tidak jelas karena jaman BPJS ini.
Dan kalau insentif khusus seperti di tempat lain disini tidak ada”
(Ketua Sub Komite Kredensial).
Dari data di atas, seluruh informan (10 orang; 100%) menyatakan bahwa
pemberian insentif bagi staf medis di rumah sakit menurut pernyataan informan
adalah Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) dan jasa medis yang dari
keuntungan rumah sakit. TPP diberikan secara rutin setiap bulannya oleh
pemerintah daerah, namun untuk jasa medis harus menunggu pencairan dari pihak
BPJS. Pembagian jasa medis dari keuntungan rumah sakit ini yang pembagiannya
tidak transparan dari pihak manajemen keuangan rumah sakit. Sehingga staf
medis di RSUD Deli Serdang merasa tidak puas dan sakit hati.
kelola klinik di RSUD Deli Serdang tersedia anggaran. Namun untuk berapa
jumlah anggaran yang disediakan oleh pihak rumah sakit tidak diketahui secara
pasti. Hal ini disebabkan karena pihak rumah sakit tidak transparan dalam
yang akan dilakukan oleh komite medik, sehingga tidak diketahui secara pasti
berapa jumlah anggaran yang memang dibutuhkan dalam pelaksanaan tata kelola
klinik, sehingga informan tidak dapat menyebutkan jumlah anggarannya. Hal ini
diperkuat dari hasil wawancara, yaitu peneliti mendapatkan hasil jumlah yang
berbeda dari enam orang informan. Satu informan yang menyatakan 3,5 juta
perbulan selalu disediakan oleh rumah sakit. Lima orang infoman lainnya
menyatakan anggaran yang disediakan sekitar 3 juta dan ada juga yang
rumah sakit; dan (2) pelaksanaan kegiatan komite medik didanai dengan anggaran
pengeluaran jangka menengah (KPJM). Sampai pada saat ini RSUD Deli Serdang
seluruh anggota komite medik. Hal ini disebabkan karena perencanaan anggaran
seperti yang ditetapkan oleh peraturan diatas tidak dilaksanakan. Sehingga dana
anggaran yang dikeluarkan tidak tetap setiap bulannya dan hanya diketahui oleh
tugas dan fungsinya secara optimal. Tanpa adanya anggaran yang memadai maka
tidak dapat dipungkiri akan memberikan kendala tersendiri bagi komite medik
Tanpa adanya anggaran ini maka kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
komite medik tidak akan berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Tahir, 2013; dan Marliziani, 2017) yang menyatakan salah
daya finansial yang memadai. Kegiatan komite medik belum berjalan optimal
anggaran sudah disediakan oleh pihak rumah sakit untuk pelaksanaan tata kelola
klinik oleh komite medik dan jasa medis ada untuk staf medis. Namun untuk
jumlah anggarannya tidak diketahui dan pembagian jasa medis tidak transparan
dari manajemen. Hal ini disebabkan pihak manajemen rumah sakit tidak
jasa medis untuk staf medis serta penyebab pencairan jasa medis sering terlambat.
Dengan tersedianya anggaran, hal ini menunjukkan bahwa pihak rumah sakit
komite medik.
Anggaran atau biaya merupakan unsur penting yang harus ada di dalam
kebijakan. Tanpa adanya anggaran, program tidak akan berjalan dengan lancar.
informasi tentang sumber daya manusia (SDM) meliputi aspek : (1) jumlah SDM;
diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang
Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu
orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang
Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, 3 orang anggota
komite medic, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil sebagai
berikut:
“Total semuanya secara detail belum, tapi dari 700 tenaga kerja
yang terdiri dari sekitar 340 PNS dan sisanya non PNS
memenuhi semua kriteria untuk kelas B pendidikan, misalnya
jumlah dokter berbanding perawat atau pasien cukup”(Direktur
RSUD Deli Serdang).
“Jumlah SDM disini sangat cukup dan lengkap. Disini juga ada
sub spesialis”(Anggota Sub Komite Mutu Profesi).
Dari data di atas, seluruh informan (10 orang; 100%) memberikan pernyataannya
bahwa jumlah SDM (komite medik dan subkomite medik) di RSUD Deli Serdang
sudah cukup. Terdapat informan yang menyatakan bahwa jumlah SDM yang ada
juga berlebih namun untuk menjalankan komite medik mengalami kendala yang
masing dokter.
Selanjutnya aspek sumber daya manusia (SDM) yang ditinjau dari proses
informan, yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang
Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua Komite Medik, satu orang
Wakil Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris Komite Medik, satu orang
Bendahara Komite Medik; tiga orang anggota sub komite medik, dan satu orang
“Polanya sama, tetap dari manajemen. Jadi jika ada tenaga baru,
kredensialing kita sebagai komite medik yang melakukan. Setelah
selesai kami memberikan feedback ke manajemen” (Ketua
Komite Medik).
“Rekrutmen SDM yang baru disini mungkin dari pihak direksi dan
manajemen yang mengaturnya. Tapi memang tidak dilaksanakan
kredensial untuk melihat kompetensinya. Hanya tiba-tiba sudah
ada dokter yang baru bekerja disini”(Wakil Ketua Komite
Medik).
“Tidak jelas, terkadang kita tidak tahu menahu sudah ada dokter
baru yang seharusnya ada kredensialing tapi kenyataannya tidak.
Mungkin hanya pimpinan dan Wadir II yang lebih tahu”(Anggota
Sub Komite Mutu Profesi).
pelaksanaan rekrutmen staf medis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Sedang
ditangani oleh pimpinan dan manajemen rumah sakit yang bersangkutan, namun
setelah itu pihak rumah sakit tidak melakukan perkenalan untuk dokter yang baru,
sehingga dokter lama yang ada disana tidak mengetahui kalau ada dokter yang
baru untuk bekerja di RSUD Deli Serdang. Menurut (1 orang informan; 10%)
revitalisasi, sehingga penempatan tenaga kerja yang ada tepat pada kompetensi
yang masuk dilakukan kredensialing dan ini dilakukan untuk tenaga perawat.
instrumen yang unggul untuk memenangkan kompetisi, untuk itu SDM pada
rumah sakit harus lebih kompeten dan memiliki daya saing yang tinggi secara
cara: (1) melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan
pelayanan medis di rumah sakit; (2) memelihara mutu profesi staf medis; dan (3)
organisasi. Kegiatan dalam sebuah organisasi tidak akan berjalan jika tidak ada
sumber daya manusia nya. Menurut Megalia (2013) bahwa dalam sebuah
organisasi terdapat komponen dasar antara lain terdiri dari sumber daya manusia
Setiap sumber daya manusia yang terlibat diharapkan mampu memberikan kinerja
Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit pada pasal 32 ayat 2 diketahui bahwa
rumah sakit tipe B paling sedikit memiliki tenaga medis yang terdiri dari:
c. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar;
penunjang;
e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain;
dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi
mulut.
Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Sehingga
jumlah SDM yang terdapat di RSUD Deli Serdang tercukupi dengan baik.
Hal di atas juga sesuai dengan data SDM dari profil RSUD Deli Serdang
tahun 2017, yaitu jumlah SDM rumah sakit untuk dokter ahli/spesialis berjumlah
50 orang, dokter umum/gigi sebanyak 28 orang, part time sub spesialis 4 orang,
tenaga medis non keperawatan 6 orang, tenaga keperawatan 126 orang, tenaga
kesehatan lain sebanyak 90 orang dan tenaga non medis sebanyak 40 orang.
Jumlah SDM tersebut sudah mencukupi untuk rumah sakit dengan kelas B yang
Menteri Kesehatan RI Nomor 56 tahun 2014 dan profil RSUD Deli Serdang tahun
2017, bahwa sumber daya manusia berdasarkan jumlah dan keahliannya sudah
cukup di RSUD Deli Serdang. Namun untuk kualitas sumber daya manusianya
manusia (SDM) yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak
Hal ini sesuai yang disampaikan Rahayu (2012) bahwa untuk dapat
kualifikasi dari tenaga kesehatan. Dengan jumlah tenaga yang cukup tapi kurang
dengan baik karena pelayanan yang baik juga ditentukan oleh jumlah dan kualitas
ketersediaan SDM di RSUD Deli Serdang sudah cukup dari segi jumlah, namun
dari kualitas masih kurang. Hal ini ditandai dengan kurang berjalannya dengan
baik pelaksanaan tata kelola klinik yang dilakukan oleh komite medik. Hal ini
kurang berjalan baik bagi staf medis yang baru ataupun yang sudah lama,
rapat atau diskusi tidak berjalan secara rutin dan pemberian insentif jasa medis
tentang perencanaan dalam pelaksanaan tata kelola klinik meliputi aspek : (1)
di RSUD Deli Serdang yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 informan,
yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD Deli Serdang,) satu orang Wakil
Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil
Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara
Komite Medik, tiga orang anggota sub komite medik, dan satu orang staf medis
Dari hasil wawancara di atas, seluruh informan (10 orang; 100%) menyatakan
bahwa perencanaan untuk kegiatan dari komite medik di RSUD Deli Serdang
dalam pelaksanaan tata kelola klinik belum disusun secara baik. Hal ini
yang ditetapkan dan secara berkala narasumber baru dari luar diundang untuk
dibahas.
ditinjau dari prioritas kegiatan di RSUD Deli Serdang diperoleh dari hasil
wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang Direktur RSUD
Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu orang Ketua
Komite Medik,satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang Sekretaris
Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, 3 orang anggota komite
medik, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil sebagai berikut:
Dari data di atas, (7 orang; 70%) menyatakan bahwa prioritas komite medik dalam
pelayanan medis di RSUD Deli Serdang adalah peningkatan mutu. Hal ini
akreditasi rumah sakit dan untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada
pasien. Namun terdapat juga dua orang informan yang menyatakan bahwa
komite medik tidak aktif dan cenderung vakum. Kegiatan komite medik yang
tidak aktif ini dikarenakan staf medis di RSUD Deli Serdang tidak memiliki
pelaksanaan tata kelola klinik di RSUD Deli Serdang belum dilaksanakan dengan
baik, sehingga mereka tidak mengetahui kegiatan apa saja yang menjadi prioritas.
Hal ini menyebabkan kegiatan yang sudah berjalan juga tidak dilaksanakan sesuai
organisasi yang hendak dicapai. Sama halnya dengan komite medik, perencanaan
dibutuhkan dengan tujuan agar tugas dan tanggungjawab yang dibebankan dapat
Komite medik melalui tata kelola klinik merupakan salah satu alternatif
yang dapat dikembangkan oleh rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan
bahwa perencanaan pada komite medik sangat penting dengan tujuan untuk
terdiri dari empat (4) tahapan, yakni: (1).penyusunan rencana; (2) penetapan
lain dan sebagai tuntutan bagi pencapaian tujuan organisasi dengan lebih efisien
dan efektif.
akan ada artinya, karena tanpa ada perencanaan tidak ada pekerjaan
dilakukan secara efisisen dan efektif, sehingga dapat membantu pencapaian tujuan
pelaksanaan tata kelola klinik di RSUD Serdang belum dibuat sesuai peraturan
yang ada, yaitu Permenkes Nomor 48 tahun 2018, sehingga prioritas kegiatan juga
belum sesuai dengan tujuannya. Dengan tidak adanya perencanaan kerja dari
komite medik, maka pihak rumah sakit tidak dapat menganggarkan berapa
anggaran yang akan disediakan untuk melaksanakan program kerja komite medik
diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 informan, yang terdiri dari : satu orang
Direktur RSUD Deli Serdang, satu orang Wakil Direktur Pelayanan Medik, satu
orang Ketua Komite Medik, satu orang Wakil Ketua Komite Medik, satu orang
Sekretaris Komite Medik, satu orang Bendahara Komite Medik, tiga orang
anggota sub komite medik, dan satu orang staf medis fungsional, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Dari hasil wawancara di atas dengan seluruh informan (10 orang; 100%)
klinik di RSUD Deli Serdang, dapat diketahui bahwa kebijakan pimpinan lebih
melengkapi sarana dan prasarana di RSUD Deli Serdang. Hal ini dilakukan untuk
menjaga dan mengontrol kualitas layanan yang diberikan kepada pasien agar tetap
dengan pendapatan yang akan diperoleh rumah sakit. Jika sarana/prasarana dan
mutu rumah sakit baik maka pasien akan semakin percaya atau puas terhadap
pelayanan rumah sakit, sehingga pendapatan rumah sakit akan semakin tinggi.
yang dikeluarkan oleh pimpinan dinilai masih kurang jelas, hal ini dibuktikan
kepemimpinan dalam komite medik dinilai masih kurang baik. Informan tersebut
memiliki power dan ketersediaan waktu yang cukup di RSUD Deli Serdang. Hal
ini diungkapkan karena ditinjau dari kondisi yang sekarang, komite medik kurang
dan kepemimpinan yang kurang memotivasi setiap anggota komite medik yang
terlibat.
sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat
dalam pelaksanaan tata kelola klinik dinilai masih kurang baik. Hal ini disebabkan
yang kurang dari pimpinan rumah sakit dan ketua komite medik dalam
medik. Usaha pencapaian tujuan organisasi tidak terlepas dari bagaimana seorang
kelola klinik di RSUD Deli Serdang belum berjalan dengan baik sesuai dengan
aturan yang ada. Dari unsur determinan dalam penelitian ini yang sangat
mempengaruhi belum berjalan dengan baik tata kelola klinik di RSUD Deli
berjalannya dengan baik tata kelola klinik di RSUD Deli Serdang adalah
perencanaan. Dengan tidak adanya perencanaan program kerja atau kegiatan dari
komite medik dalam melaksanakan tata kelola klinik, maka pihak rumah sakit
melaksanakan program kerja komite medik dalam mencapai tata kelola klinik
yang baik. Jumlah sumber daya manusia yang cukup, namun kurang berkualitas
dan tidak sesuai kompetensinya serta kurang memahami pentingnya tata kelola
klinik di rumah sakit, dapat menyebabkan pelaksanaan tata kelola klinik tidak
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja dari komite medik yang
untuk setiap staf medis dalam memberikan partisipasi di setiap kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh komite medik. Partisipasi dari setiap anggota sub
mungkin agar komite medik di RSUD Deli Serdang dapat berjalan sesuai
Keterbatasan Penelitian
sangat tergantung dari kejujuran, sangat sulit untuk mendapatkan data yang
3) Penelitian ini karena bersifat kualitatif, maka apabila diadopsi di tempat lain
Kesimpulan
berikut :
Deli Serdang Lubuk Pakam sudah dilakukan tapi belum menyeluruh, karena
sakit. Hal ini disebabkan oleh kurangnya koordinasi dan interaksi antar anggota
komite medik serta komite medik dengan pimpinan dan manajemen rumah sakit
klinik di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam yang dilihat dari aspek: (1) Tata
laksana kredensial; (2) Tata laksana mutu profesi; dan (3) Tata laksana etika dan
1. Tata laksana kredensial di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam mulai dari dari
medik dan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
staf medis tidak memiliki surat kewenangan klinis yang sesuai dengan
106
Universitas Sumatera Utara
107
tujuan tertentu saja, yaitu untuk akreditasi rumah sakit dan pencairan dana
BPJS.
2. Tata laksana mutu profesi di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dalam
dilakukan untuk tujuan tertentu dan pelaksanaan evidence based belum pernah
3. Tata laksana etika dan disiplin profesi yang ada di RSUD Deli Serdang Lubuk
Pakam masih dilakukan secara internal, melalui media sosial dan pembinaan
tata kelola klinik merupakan suatu kesatuan yang dapat memberikan pengaruh
besar terhadap keberhasilan kinerja komite medik dalam melaksanakan tata kelola
klinik di rumah sakit. Determinan dalam penelitian ini dilihat dari aspek: (1)
berjalan dengan baik sesuai dengan aturan yang ada, secara rinci dapat
disediakan untuk pelaksanaan tata kelola klinik oleh komite medik. Secara
administratif anggaran untuk pelaksanaan tata kelola klinik dari komite medik
dibutuhkan. Untuk jasa medis pelayanan bagi staf medis juga tersedia
2. Jumlah Sumber daya manusia di RSUD Deli Serdang sudah cukup. Pelatihan
kredensial bagi staf medis di RSUD Deli Serdang belum dilakukan sesuai
peraturan yang ada, sehingga SDM tidak bisa melaksanakan fungsi kontroling
3. Perencanaan dalam melaksanakan tata kelola klinik oleh komite medik belum
sehingga kegiatan tata kelola klinik berjalan hanya seperlunya saja dan
Saran
agar pelaksanaan tata kelola klinik pelayanan medik di RSUD Deli Serdang dapat
untuk seluruh staf medis yang baru maupun yang telah bekerja di rumah
b. Disusun daftar kewenangan klinis untuk setiap staf medis yang melakukan
a. Sub komite mutu profesi melakukan tugas pokok dan fungsinya sesuai
medik yang dapat digunakan oleh seluruh staf medis dalam memberikan
pasien terjamin.
spesialis untuk melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak
kegiatan pelaksanaan tata kelola klinik yang dibuat komite medik. Dengan
adanya anggaran, sarana prasarana dan kegiatan pelaksanaan tata kelola klinik
merupakan langkah yang baik untuk membuat kegiatan komite medik semakin
kebutuhan dan tujuannya serta kompetensinya agar tata kelola klinik dapat
4. Kepemimpinan :
diri yang dimilikinya. Dengan adanya kesempatan atau kebebasan itu dapat
kegiatan tata kelola klinik yang dilaksanakan agar berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka
Aveling, E.-L., Kayonga, Y., Nega, A., & Dixon-Woods, M. (2015). Why is
patient safety so hard in low-income countries? A qualitative study of
healthcare workers’ views in two African Hospitals. Globalization and
health, 11(1), 6.
Hartati, K. (2013). Implementasi tata kelola klinis oleh komite medik di rumah
sakit umum daerah di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan, 17(1), 51-59.
112
Universitas Sumatera Utara
113
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Diakses
dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20
Riskesdas%202013.pdf
Lubis, A. (2015). Peran komite medik dalam upaya pencapaian mutu pelayanan
kesehatan pada Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015 (Tesis,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/66895
Prasetya, A. (2015). Analisis peran serta komite medik dalam proses akreditasi
rumah sakit di rumah sakit umum daerah Simo Kabupaten Boyolali (Tesis,
Universitas Diponegoro). Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/45965/
World Health Organization. (2015). World alliance for patient safety. Diakses
dari https://www.who.int/patientsafety/worldalliance/en/
Tanggal wawancara :
Waktu wawancara :
Tempat wawancara :
Nama pewawancara :
No. Informan :
Nama Informan :
Demografi
1. Umur :
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan :
4. Pendidikan :
5. Lama Bekerja :
Pertanyaan Wawancara:
I. Pelaksanaan Tata Kelola Klinik
1. Regulasi apa yang dimiliki oleh rumah sakit dalam pelaksanaan tata kelola
klinik pelayanan medis
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Bagaimana proses pelaksanaan kredensial bagi staf medis yang memberikan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Sedang
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Apakah dilakukan penyusunan daftar kewenangan klinis bagi staf medis yang
melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi staf medis
tersebut
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Apakah dilakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku
surat penugasan klinis
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Bagaimana pelaksanakan tugas memelihara dan meningkatkan mutu profesi
staf medis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Sedang
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
6. Apakah terdapat COD (Case of Death) di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Sedang
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
7. Apakah yang dilakukan jika terjadi COD (Case of Death) di Rumah Sakit
Umum Daerah Deli Sedang
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
8. Apakah dilakukan pertemuan ilmiah internal untuk staf medis
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
18. Program kerja apa saja yang menjadi prioritas komite medik dalam pelayanan
medis di RSUD Deli Serdang
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
19. Bagaimana kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan dalam pelaksanaan tata
kelola klinik pelayanan medis di rumah sakit
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
1. Regulasi apa yang dimiliki oleh rumah sakit dalam pelaksanaan tata
Informan Pernyataan
Informan 1 RSUD Deli Serdang berbasis kepada akreditasi, yang artinya
semua SOP akan menjadi penilaian dan review dalam akreditasi.
Pelaksanaan tata kelola klinik disini dilaksanakan oleh komite
medik. Ada 2 komite medik disini, yaitu komite medik untuk
dokter dan komite keperawatan. Masing-masing komite tersebut
terdapat Pokja. Masing-masing Pokja akan membuat SOP tentang
sistem tata kelola klinik di RSUD Deli Serdang. SOP tersebut
diambil dari hospital bylaws. Kalau medical staf bylaws kami
belum ada. Disini kami masuk ke clinical pathway sebagai
turunannya.
Informan 2 Jika pertanyaan mengarah kesitu saya jawabnya susah. Hospital
bylaws seharusnya ada, karena pada saat pengurusan akreditasi
pertama tahun 2010 sudah dibuat. Tapi sekarang saya tidak tahu
lagi apakah akreditasi yang tahun 2016 menggunakan hospital
bylaws atau tidak. Medical staf bylaws juga saya kurang tau
apakah ada atau tidak. Untuk masalah ini memang saya tidak tahu
secara pasti.
Informan 3 Seharusnya ada peraturan dari komite medik yang berhubungan
dengan Permenkes 755 tahun 2011. Saya rasa kami hanya
memiliki hospital bylaws saja. Dan itu pun tidak dijalankan sesuai
yang tercantum didalamnya.
Informan 4 Saya tidak mengetahui ada atau tidak peraturan yang mengatur
tentang komite medik di rumah sakit. Selama ini pelaksanaan
kegiatan komite medik berjalan begitu saja. Tidak ada regulasi
yang mengatur pelaksanaan kegiatan komite medik. Saya juga
tidak tahu ada Permenkes 755 tahun 2011 tentang komite medik.
Informan 5 Pada tahun 2017 kegiatannya berjalan, paling tidak sekali sebulan
ada rapat. Namun pada tahun 2018 mulai jarang dilakukan bahkan
sempat sampai 6 bulan tidak rapat. SK dan hasil notulen rapat ada
tapi saya simpan di rumah. Dan untuk tahun 2019 belum ada
dilakukan rapat. Hal ini bisa disebabkan karena kurang koordinasi.
Informan 6 Seharusnya ada SK untuk mengatur regulasi tentang komite medik yang
merupakan turunan dari Permenkes 755. Jika boleh jujur sebenarnya
tidak aktif. Kuncinya sebenanrya dalam komite medik ini ada pada
direktur dan ketua komite medik. Sikap direktur dan wakil direktur
kurang peduli serta ketua komite medik cenderung apatis menjadikan
komite medik tidak berjalan. Hospital bylaws dan medical staf bylaws
ada tapi itu semua hanya teori. Kalau pun ada barang itu entah dimana.
Informan 7 Seharusnya ada regulasinya. Tetapi saya tidak tahu regulasi apa
yang digunakan untuk pelaksanaan tata kelola klinik di rumah
sakit ini.
Informan 8 Belum ada regulasi yang mengatur tentang tata kelola klinik disini.
Saya kira rumah sakit ini tidak memiliki hospital bylaws dan
medical staf bylaws ataupun peraturan lainnya terkait dengan tata
kelola klinik.
Informan 9 Sesuai amanat dari permenkes harusnya tiap rumah sakit wajib
memiliki hospital bylaws dan medical staf bylaws yang mengatur
tentang apa saja yang boleh dilakukan di rumah sakit. Hospital
bylaws ini disusun dan disetujui oleh pemilik rumah sakit, dalam
hal ini adalah bupati sebagai pemilik saham rumah sakit ini.
Rumah sakit ini memiliki hospital bylaws dan medical staf bylaws.
Informan 10 Seharusnya rumah sakit ini memiliki hospital bylaws. Walaupun
regulasi itu dimiliki oleh rumah sakit ini, akan tetapi dalam
pelaksanaan segala kegiatan di rumah sakit tidak sesuai dengan isi
di dalam hospital bylaws itu. Dengan kata lain bahwa segala
kegiatan komite medik tidak berjalan dengan baik.
Informan Pernyataan
Informan 1 Kredensial untuk dokter disini belum berjalan, akan tetapi kalau
untuk perawat sudah berjalan.
Informan 2 Proses kredensialing dijalankan. Alur prosesnya SDM yang
melamar ke direksi, lalu direksi akan memberikan surat kepada
sub komite kredensial untuk melaksanakan proses kredensialing,
dan kita berikan surat balasan berupa rekomendasi dari komite
medik ke direksi. Tapi kenyataannya hal ini tidak berjalan secara
rutin. Terkadang SDM yang baru sudah ada di dalam pelayanan
tanpa diketahui oleh komite medik, yang artinya bahwa SDM
tersebut tidak melewati proses kredensial.
Informan 3 Proses kredensial untuk dokter yang bekerja disini belum
dijalankan secara rutin.
Informan 4 Saya kira belum pernah melaksanakan proses kredensial untuk
Informan Pernyataan
Informan 1 Untuk peningkatan mutu SDM banyak yang kami lakukan. Yang
pertama kami melengkapi sarana prasarana berupa alat-alat yang
dibutuhkan masing-masing SMF agar pelayanan bisa berjalan,
kedua kami memberikan pelatihan-pelatihan untuk SDM dengan
menyiapkan anggarannya. Baru tahun inilah kami menyiapkan
anggaran yang cukup besar untuk pelatihan. Tahun sebelumnya
belum ada.
Informan 2 Pihak manajemen menyediakan sarana dan prasarana untuk
kebutuhan masing-masing SMF. Dokternya juga diikutkan
pelatihan atau kursus singkat.
Informan 3 Peningkatan mutu dilakukan dengan ikut serta pelatihan dan
kursus singkat. Tapi menurut saya terkadang tidak efisien ya,
karena siapa yang berangkat ikut kursus tapi sampai di rumah sakit
yang mengaplikasikan alat-alat yang tersedia bukan yang orang
sama untuk berangkat kursus. Karena motivasinya mungkin hanya
untuk jalan-jalan.
Informan 4 Ada untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dalam rangka
peningkatan dan pemeliharaan mutu pelayanan. Sarana dan
prasarana juga dilengkapi oleh rumah sakit.
Informan 5 Untuk peningkatan mutu dari komite medik mengundang SMF
untuk melakukan edukasi atau seminar. Pelatihan dan kursus-
kursus juga ada dilakukan dan diikuti oleh dokter-dokter sini.
Informan 6 Untuk peningkatan mutu, ada pelatihan dan kursus yang diikuti
oleh dokter-dokter spesialis. Tapi itu lebih banyak mereka
menggunakan biaya sendiri. Ada juga yang dibiayai oleh pihak
rumah sakit kalau memang ada biayanya. Untuk tahun ini saya
dengar sudah dianggarkan untuk ikut pelatihan, tapi tidak tahu
benar atau tidak ya.
Informan 7 Dilaksanakan tapi tidak terlalu sering seperti pelatihan atau
seminar. Jika ada pelatihan, seminar ataupun kursus yang mau ikut
mengajukan ke pihak rumah sakit. Jika ada biaya dibiayai oleh
rumah sakit, tetapi jika tidak ada biaya maka biaya sendiri.
Informan 8 Untuk peningkatan mutu rumah sakit seperti biasanya
melaksanakan seminar, workshop dan pelatihan yang sesuai
dengan kebutuhan dokter.
Informan 9 Peningkatan mutu baru berjalan di tahun 2018, karena 2017 masih
dalam pembenahan rumah sakit. Jadi 2018 kami sudah mulai
meningkatkan mutu seperti melakukan pelatihan tahun 2018
terdapat 8 dokter untuk bidang tertentu. Pelatihan untuk perawat
lebih dominan, sekitar 400 perawat tahun lalu dilakukan pelatihan
BTCLS untuk trauma dan pelatihan ICU. Tahun 2018 memang
sebagai tahun peningkatan mutu, diharapkan tahun ini sebagai
pemantapan mutu.
Informan 10 Seperti biasanya disini juga ada dilakukan seperti pelatihan dan
seminar, namun secara kuantitas mungkin belum terlalu banyak.
Masih harus lagi ditingkatkan.
Informan 9 Aturan disini kita buat cenderung tegas, tahun 2018 awal salah satu
tenaga medis kita melakukan pemungutan liar ke pasien, secara tegas
kita bawa ke penegak hukum. Selain itu ada juga terjadi pelecehan
seksual yang juga kita keluarkan
Informan 10 Seperti biasanya ada dilakukan meskipun masih sangat jarang
Informan Pernyataan
Informan 1 Pembinaan profesionalisme dilakukan tapi memang masih belum
rutin. Kegiatan berupa symposium ataupun seminar.
Informan 2 Berjalan pembinaan profesionalisme, baik dari medis sendiri,
para medis dan juga ada struktur-struktur kegiatan pelatihan
seperti untuk dokter IGD, dokter ruangan atau dokter lain.
Pembinaan disesuaikan dengan spesialisasinya. Tetapi memang
belum maksimal.
Informan 3 Pembinaan profesionalisme tidak dilakukan dengan baik.
Terkadang mencari waktunya yang sulit
Informan 4 Kurang berjalan dengan baik dan tidak rutin, misalnya seminar-
seminar. Karena waktunya yang tidak ada.
Informan 5 Saya kurang tahu terkait hal itu.
Informan 6 Ya mungkin sudah dilakukan seperti symposium tapi memang
belum berjalan dengan baik. Masih harus ditingkatkan kembali.
Perlu kesadaran dari pihak direksi bahwa kegiatan-kegiatan yang
mendukung profesionalisme para dokter disini memang perlu
dilakukan.
Informan 7 Pelaksanaan pembinaan profesionalisme jarang sebenarnya
dilakukan
Informan 8 Ada dilaksanakan tapi tidak sering.
Informan 9 Disini dilakukan tapi memang mungkin masih dirasa belum
maksimal ya.
Informan 10 Berjalan dengan seadanya saja dan masih perlu untuk
diperhatikan dan ditingkatkan agar lebih tepat sasaran
medik:
Informan Pernyataan
Informan 1 Ada anggaran untuk komite medik. Anggaran yang disediakan
kurang lebih 3 juta per bulan untuk rapat, diskusi dan
pengembangan kasus. Anggaran ini disediakan oleh manajemen.
Tapi komite medik tidak mengusulkan secara pasti anggaran yang
dibutuhkan.
Informan 2 Anggarannya ada dan dianggarkan juga ke pemerintah daerah,
jadi dibuat schedule kegiatan, rekam kegiatan, absensi peserta,
notulen hasil rapat. Secara detail anggaran akan diberikan sesuai
dengan kegiatan yang akan dilakukan. Untuk secara detail berapa
besaran anggaran yang disediakan untuk komite medik saya tidak
tahu dan tidak mau mencampurinya. Sejak awal anggota komite
medik yang baru dibentuk, terdapat anggaran untuk
kesekretariatan. Anggaran ini disediakan oleh manajemen RS.
Tapi saya sampaikan bahwa karena ini berkaitan dengan uang,
mohon yang lebih paham tentang keuangan untuk mengelolanya.
Karena jika ada audit saya tidak paham. Lebih baik saya menjadi
fungsional. Anggaran setiap bulan ada sekitar 3,5 juta tiap bulan
dan selalu disediakan. Perencanaan anggaran kegiatan komite
medic memang belum kami nuat secara baik.
Informan 3 Anggaran ada, tahun 2018 2,5-3 juta perbulan ditentukan di rapat.
Informan 4 Ada tapi nominal pastinya tidak ada karena jika kita mengadakan
rapat pasti ada konsumsinya.
Informan 5 Pada tahun 2017 anggarannya 3 juta per bulan dipotong pajak
untuk beberapa kali kegiatan. Tahun 2018 berubah lagi jadi
sekitar 1 juta setiap rapat. Itu dilihat berdasarkan jam rapatnya,
misalnya jika pagi berarti diberikan snack tapi kalo jam makan
siang berarti ada nasi kotak. Tahun ini saya belum tahu berapa
jumlahnya. Karena kami belum mengadakan rapat. Kami belum
membuat perencaan anggaran yang dibutuhkan dalam kegiatan
komite medik.
Informan 6 Sepertinya ada anggaranyanya, tapi untuk jumlahnya saya kurang
tahu pasti. Mungkin sekitar terdapat 3 juta anggaran untuk komite
medik. Anggaran yang tersedia untuk apa saja juga kurang jelas.
Informan 7 Anggaran ada disediakan. Jika dilaksanakan rapat maka tesedia
konsumsi. Tapi untuk kegiatan lainnya saya tidak tahu.
Informan 8 Pastinya ada ya disediakan. Ketika kita sedang rapat konsumsi
berupa snack atau nasi kotak jika jam makan siang ada disiapkan.
Tapi untuk anggaran lainnya saya kurang tahu.
Informan 9 Anggaran tersedia. Jumlahnya sekitar 3 juta dan itu selalu tidak
habis digunakan. Realisasinya kurang.
Informan 10 Anggarannya ada. Jumlah tidak tahu. Mungkin pimpinan yang
lebih paham.
14. Apakah ada pemberian insentif bagi staf medis di rumah sakit:
Informan Pernyataan
Informan 1 Ada, terdapat dua insentif yaitu TPP dan jasa medis. TPP dari
pemerintah daerah dan jasa medis dari keuntungan rumah sakit
biasanya 40% dari total penerimaan rumah sakit. Pencairannya
tergantung BPJS juga jika dari sana lancar disini lancar juga.
Informan 2 Pemberian insentif dari daerah sebenarnya ada, untuk jumlahnya
bervariasi antara dokter umum dan spesialis. Pemberian insentif
jasa medis terpisah berdasarkan kinerja dan berapa banyak
tindakan. Pencairannya tidak terlalu lancar, saya rasa sampai saat
ini masih tertunda 6 bulan keatas.
Informan 3 Insentif disini tidak jelas. Antara ada dan tiada.
Informan 4 Insentif khusus tidak ada tapi tunjangan untuk pegawai ada.
Karena seluruh pegawai di provinsi ada, yang ada TPP dan jasa
medis.
Informan 5 Kalau tentang insentif saya kurang mengerti ya. Pencairannya
yang saya tahu tidak lancar. Tiap dokter berbeda jasa medis yang
diterimanya
Informan 6 Dokter-dokter disini sakit hati. Karena manajemen tidak
menghargai jasanya dokter spesialis. Sempat mau demo karena
jasa medis/insentif tidak cair dan tidak transparan. Pemberian
insentif tidak jelas dan dinilai kurang sesuai. Sehingga sempat
terjadi dokter merajuk karena jasa mediknya dibayar tidak sesuai
dengan yang seharusnya dan tidak mendapat kejelasan dari pihak
manejemen keuangan.
Informan 7 Insentif ada yaitu TPP dan jasa medis. Tapi pencairannya tidak
jelas dan pembagiannya juga tidak transparan.
Informan 8 TPP dan jasa medis ada. pencairan TPP jelas tiap bulan ada.
pencairan jasa medis yang tidak jelas karena jaman BPJS ini. Dan
kalau insentif khusus seperti di tempat lain disini tidak ada.
Informan 9 Ada, yaitu TPP (tambahan penghasilan pegawai) diberikan
masing-masing ke bagian. Jasa medis kita berikan kepada semua
yang melakukan pelayanan medis seperti rekam medik.
Pencairannya tergantung BPJS untuk jasa medis, tapi untuk TPP
setiap bulan dibayarkan.
Informan 10 Disini hanya mendaptkan TPP dan jasa medis. Di tempat lain
setahu saya bisa mendapatkan insentif lagi. Tapi disini tidak dapat
insentif.
15. Jumlah SDM (komite medik dan subkomite medik) di RSUD Deli
Serdang:
Informan Pernyataan
Informan 1 Total semuanya secara detail belum, tapi dari 700 tenaga kerja
yang terdiri dari sekitar 340 PNS dan sisanya non PNS memenuhi
semua kriteria untuk kelas B pendidikan, misalnya jumlah dokter
berbanding perawat atau pasien cukup.
Informan 2 Jumlah SDM cukup. Fungsionalnya cukup dan spesialisnya cukup.
Karena kesibukan masing-masing dokter sehingga tidak pernah
17. Pelaksanaan rekrutmen staf medis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Sedang:
Informan Pernyataan
Informan 1 Setiap tahun rekredensialing kita lakukan untuk perawat demikian
juga untuk tenaga kerja non perawat. Jadi mereka dibuat uji
kompetensi khusus perawat, dibuat SK untuk uji kompetensi
termasuk tenaga non medis.
Informan 2 Polanya sama, tetap dari manajemen. Jadi jika ada tenaga baru,
kredensialing kita sebagai komite medik yang melakukan. Setelah
selesai kami memberikan feedback ke manajemen.
Informan 3 Rekrutmen SDM yang baru disini mungkin dari pihak direksi dan
manajemen yang mengaturnya. Tapi memang tidak dilaksanakan
kredensial untuk melihat kompetensinya. Hanya tiba-tiba sudah
ada dokter yang baru bekerja disini.
Informan 4 Saya kurang paham mungkin pihak pimpinan dan manajemen
yang mengatur. Serba tidak jelas kalau disini.
Informan 5 Masih sama pada umumnnya dengan yang lain, rekrutmen
ditangani oleh pihak manajemen.
Informan 6 Tidak jelas, terkadang kita tidak tahu menahu sudah ada dokter
baru yang seharusnya ada kredensialing tapi kenyataannya tidak.
Mungkin hanya pimpinan dan Wadir II yang lebih tahu.
Informan 7 Pelaksanaan rekrutmen ditentukan oleh pimpinan dan manajemen
Informan 8 Tidak ada pemberitahuan kepada tenaga medis yang lain, tiba-tiba
sudah ada rekan kita yang baru.
Informan 9 Tahun 2017 Rekrutmen kita buat dalam bentuk revitalisasi, artinya
kita menetapkan tenaga kerja the right man in the right place.
Tahun 2018 kita lakukan kembali revitalisasi.
Informan 10 Manajemen dan persetujuan dari pimpinan rumah sakit. Mereka
yang mengatur semuanya.
18. Terdapat rencana kerja dari komite medik di RSUD Deli Serdang dalam
Informan Pernyataan
Informan 1 Rencana kerja dari komite medic saya rasa tidak direncanakan
secara baik, apa aja yang akan dilakukan dalam setahun itu.
Informan 2 Targetnya ada. Tetapi sepertinya perencanaan yang dibuat masih
belum terlalu jelas. Perencanaan hanya untuk rapat yang kita
lakukan setiap bulan. Akan tetapi pelaksanaanya juga tidak
berjalan. Komunikasi hanya via whatsapp. Terdapat juga
perencanaan untuk mengadakan pertemuan 3 bulan sekali dengan
mengundang narasumber dari luar untuk membahas tentang hal-
hal yang menarik.
Informan 3 Perencanaan yang dibuat mungkn ada tapi tidak jelas. Tidak
pernah ada perencanaan yang pasti dan benar-benar dilaksanakan.
Informan 4 Setahu saya perencanaan belum ada dibuat.
Informan 5 Perencanaan hanya untuk rapat-rapat saja tapi itu pun sampai saat
ini tahun ini belum pernah dilakukan.
Informan 6 Perencanaannya ada, akan tetapi yang merencanakan tidak jelas.
Bagian-bagiaan yang seharusnya datang pada saat rapat pun tidak
lengkap sehingga menghasilkan perencanaan yang seadanya saja.
Informan 7 Perencanaan ada tapi masih sebatas formalitas saja
Informan 8 Perencanaan belum ada dibuat. Hanya rapat-rapat saja itu pun
tidak rutin dilakukan.
Informan 9 Perencanaan seharusnya ada tapi tidak disusun oleh seluruh bagian
komite medik, karena pada saat rapat tidak semua yang bisa hadir.
Informan 10 Belum direncanakan dengan baik sehingga hasil kegiatan yang
kita rasakan sekarang ini belum terlihat banyak.
19. Program kerja yang menjadi prioritas komite medik dalam pelayanan
Informan Pernyataan
Informan 1 Meningkatkan mutu, setiap ada kegiatan ilmiah mereka cukup
respect.
Informan 2 Peningkatan mutu. Karena mutu ini pasti sejalan dengan
penghasilan, jadi mutu ini tidak boleh berkurang.
Informan 3 Mungkin menurut saya prioritasnya adalah peningkatan mutu
SDM.
Informan 4 Menurut saya mutu ya yang harus dijadikan prioritas. Karena hal
ini penting dalam melakukan pelayanan kepada pasien. Mutu baik,
pelayanan baik, pasien pun senang.
Informan 5 Karena pelatihan dan seminar-seminar banyak diikuti oleh dokter
sini, jadi prioritas kerja dari komite medik adalah peningkatan
mutu.
Informan 6 Tidak ada, hal ini dikarenakan kegiatan-kegiatannya tidak berjalan
dengan lancar misalnya rapat. Banyak bagian-bagian yang
cenderung tidak punya waktu dan tidak dapat hadir.
Informan 7 Lebih cenderung ke mutu jika ada, karena diperlukan untuk
akreditasi
Informan 8 Disini kita lebih fokus untuk membahas kesejahteraan, mungkin
karena insentif belum ada.
Informan 9 Prioritas komite medik harus sejalan dengan visi misi kabupaten,
yaitu harus memiliki daya saing cukup. Contohnya tahun ini akan
diadakan alat TCD, jadi penangananan nyeri kepala akan
tersentralisasi di rumah sakit ini. Dan juga untuk unit tumbuh
kembang anak belum ada di sekitar deli serdang, jadi rumah sakit
ini menjadi sentralisasi tumbuh kembang anak.
Informan 10 Prioritas komedi medik itu kalaupun ada untuk peningkatan mutu
karena diperlukan untuk akreditasi. Dalam waktu yang dekat ini
kita juga akan melakukan reakreditasi, pasti nantinya juga akan
sibuk mengumpulkan berkas-berkas dan komite medik juga ikut
berpartisiasi.
Informan Pernyataan
Informan 1 Kita melakukan positioning terlebih dahulu, yaitu
menginventarisasi seberapa kuat kekutan kita untuk menghandle
perubahan yang terjadi di luar dan seberapa kuat kita beradaptasi
dengan situasi di luar. Misalnya dengan membuat bagaimana