Bendungan Asi
Bendungan Asi
Bendungan Asi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah melalui proses persalinan, seorang ibu mempunyai tugas dan peran baru
terkait kehadiran sang bayi di tengah keluarga. Ibu diharapkan memberikan yang terbaik
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Hal ini tentu memerlukan dukungan dan
peran serta aktif dari semua anggota keluarga terkait. Faktor utama yang diharapkan terkait
kebutuhan utama sang bayi adalah pemberian ASI eksklusif yang bisa terpenuhi lewat
proses menyusui yang baik. Menyusui adalah salah satu proses alamiah yang dijalani
seorang ibu dalam masa nifas. Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting bagi ibu
maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat antara ibu dan
bayinya.
World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens Fund (UNICEF)
merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat satu jam pertama setelah melahirkan
dan melanjutkan hingga usia 6 bulan pertama kehidupan bayi. Pengenalan makanan
pelengkap dengan nutrisi yang memadai dan aman diberikan saat bayi memasuki usia 6
bulan dengan terus menyusui sampai 2 tahun atau lebih (WHO, 2016b).
Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi. Beberapa manfaat ASI
bagi bayi yaitu sebagai perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal, menurunkan risiko
kematian bayi akibat diare dan infeksi, sumber energi dan nutrisi bagi anak usia 6 sampai
23 bulan, serta mengurangi angka kematian di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi.
Sedangkan manfaat pemberian ASI bagi ibu yaitu mengurangi risiko kanker ovarium dan
payudara, membantu kelancaran produksi ASI, sebagai metode alami pencegahan
kehamilan dalam enam bulan pertama setelah kelahiran, dan membantu mengurangi berat
badan lebih dengan cepat setelah kehamilan (WHO, 2016a).
Saat menjalankan peran sebagai seorang ibu, terutama dalam peran aktifnya
menyusui, terkadang ibu akan menjumpai beberapa masalah saat menyusui bayi. Sangatlah
penting bagi seorang ibu untuk mengenal beberapa masalah yang umum terjadi seputar
menyusui, agar ibu bisa menanganinya dengan tepat, sehingga tidak mengganggu
kelancaran proses pemberian ASI. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh ibu
menyusui adalah bendungan ASI.
Menurut data WHO terbaru pada tahun 2013 di Amerika Serikat persentase
perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata mencapai 87,05% atau
sebanyak 8.242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada tahun 2014 ibu yang mengalami
bendungan ASI 7.198 orang dari 10.764 orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 6.543 orang dari 9.862 orang ( WHO, 2015 ).
Menurut data ASEAN pada tahun 2013 disimpulkan bahwa presentase cakupan
kasus bendungan ASI ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu
nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015 ibu
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena
kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah
(Depkes RI, 2014)
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014 menyebutkan
bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 35.958 atau (15,60%)
ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak
77.231atau (37,12%) ibu nifas (SDKI, 2015).
Dampak dari bendungan ASI menimbulkan statis pada pembuluh limfe yang akan
mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada
payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa
penuh, tegang dan nyeri (WHO). Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar
diisap oleh bayi. Pada saat terjadi bendungan ASI, ibu yang tidak mendapat informasi yang
tepat dan benar menjadi enggan untuk melanjutkan pemberian ASI eksklusif disebabkan
karena rasa nyeri yang timbul. Pada bayi hal ini tentu akan berdampak buruk karena
kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi sebagai akibat dari penundaan proses menyusui dari
ibu. Dan kadangkala menjadi penghambat dalam proses pemberian ASI eksklusif . Karena
terkadang ibu memilih alternatif pemberian susu formula untuk mengurangi nyeri pada saat
menyusui. Tanpa ibu sadari, jika payudara dengan bendungan ASI tidak disusukan secara
adekuat, pada akhirnya bisa menyebabkan mastitis.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah melakukan perawatan
payudara pada kehamilan dan melakukan health education melalui penyuluhan-penyuluhan
pada ibu post partum hari ke 3-6 yang disertai demonstrasi cara perawatan payudara setelah
melahirkan dengan benar, serta penyuluhan dan peragaan tentang perawatan payudara pada
kunjungan masa nifas, dimana penyuluhan tepat pada waktu ibu mengembangkan
kemampuan dalam melakukan perawatan payudara berdasarkan informasi yang sudah di
dapat sebelumnya. Upaya ini dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam perawatan
payudara secara baik dan benar sebagai upaya preventif terhadap masalah menyusui. Dan
yang paling penting adalah tetap menganjurkan ibu untuk melanjutkan menyusui sehingga
pemberian ASI eksklusif tetap berjalan dengan lancar sehingga upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan bayi dapat tercapai.
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2) Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3) Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4) Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. DEFENISI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Bendungan ASI adalah kejadian dimana aliran vena dan limfe tersumbat, aliran
susu jadi terhambat dan tertekan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat
(Wulandari dan Handayani, 2011).
2. ETIOLOGI
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), bendungan air susu ibu disebabkan oleh
a) Pengosongan mammae yang tidak sempurna
Selama masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI yang berlebihan. Apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka
masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan
dapat menimbulkan bendungan ASI.
b) Hisapan bayi tidak aktif
Pada masa laktasi, jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan
bendungan asi.
c) Posisi menyusui yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi
lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau
menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
d) Puting susu yang terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu, karena bayi
tidak dapat menghisap putting dan areola. Akibatnya bayi tidak mau menyusui dan
terjadi bendungan ASI.
e) Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
f) Pemakaian BH yang terlalu ketat
BH yang ketat mengakibatkan penekanan pada payudara dan bisa menyumbat
saluran ASI. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat
menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
g) Tekanan jari ibu pada tempat yang sama setiap menyusu
Setiap kali ibu melakukan penekanan di tempat yang sama saat menyusui dapat
mengakibatkan pembengkakan yang bisa meningkatkan aliran vena dan limfe,
sehingga ibu mengalami bendungan ASI.
h) Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan pencegahan bendungan ASI.
Kurangnya pengetahuan ibu akan cara perawatan payudara dan pencegahan
bendungan ASI bisa berakibat ibu mengalami bendungan ASI karena ibu tidak
mengerti cara pencegahan jika terjadi bendungan ASI dan cara perawatan payudara.
B. TINJAUAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Pengumpulan data:
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, bahasa, status
perkawinan,pekerjaan, pendidikan, tanggal MRS, no register, dan diagnosa
keperawatan
- Keluhan utama
Pada umumnya klien mengeluh payudara terasa tegang dan terasa nyeri.
- Riwayat kesehatan.
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
Hepatitis, penyakit kelamin atau abortus, riwayat lalu tidak pernah menderita.
Riwayat pada post partum didapatkan payudaranya terasa tegang dan nyeri karena
payudaranya belum ditetekan ke bayinya.
Pada klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang
semakin meningkat dan membuat harga dirinya rendah.
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang bendungan ASI dan cara pencegahan,
penanganan serta perawatannya dan kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena pengaruh dari
keinginan menyusui bayinya.
- Pola aktivitas
Klien dapat melakukan aktifitas seperti biasanya, terbatas apa aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, cepat lesu. Pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktifitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
- Pola eliminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan sering / sudah kencing
selama nifas yang ditimbulkan karena terjadinya oedema dari trigono yang
menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita
takut untuk melakukan BAB.
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
- Pola hubungan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain
Pola penanggulangan stress. Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas atas
bendungan ASInya dan cara menetek yang benar.
Pada pola sensori klien nifas merasakan nyeri pada perineum akibat luka jahitan dan
nyeri parut akibat involusi uteri.
Pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurang pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
Biasanya saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu
dalam hal ibadahnya karena harus bedrest total setelah partus sehingga aktifitas klien
dibantu oleh keluarganya.
c) Pemeriksaan Fisik
- Kepala
- Mata
- Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya adakah cairan
yang keluar dari telinga.
- Hidung
Ada polip atau tidak dan apabila pada post partum mengalami pernafasan cuping
hidung.
- Dada
- Abdomen
Pada klien nifas, abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri, fundus
uteri 3 jari bawah pusat.
- Genetalia
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture.
- Ekstrimitas
- Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak dan aktifitas karena
adanya luka episiotomi.
- Tanda-tanda vital
Apabila terjadi pendarahan pada post partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh menurun.
a) DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
Kriteria hasil :
NIC
Pain Management :
Analgesic Administration :
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang di perlukan atau kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih
dari satu
Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgetic pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping)
NOC
Kriteria Hasil :
Kemantapan pemberian ASI : Bayi : perlekatan bayi yang sesuai pada payudara ibu dan
proses menghisap untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian ASI
Kemantapan pemberian ASI : Ibu : kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat
dengan tepat dan menyusu dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3
minggu pertama pemberian ASI
Pemeliharaan pemberian ASI : keberlangsungan pemberian ASI untuk menyediakan
nutrisi bagi bayi / toddler
NIC
Breastfeding Assistance
Breast Examination
Lactation Supresion
Lactation Counseling
3. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan kebutuhan untuk segera menyapih bayi
NOC
Breastfeding ineffective
Breathing Pattern ineffective
Breastfeeding interupted
Kriteria hasil :
NIC
Lactation suppression
Lactation Counseling
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil :
Fever Treatment
Temperature Regulation
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,pengetahuan yang tidak cukup
untuk menghindari pemajanan pathogen
NOC
Immune status
Knowledge : infection control
Risk control
Kriteria hasil
NIC
3. DISCHARGE PLANNING
● Bila puting lecet berat, istirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan
dengan sendok
● Ajarkan kepada ibu untuk melakukan breast care jika payudara bengkak akibat bendungan
ASI