MAKALAH Gabungan KPSW

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Kajian Tentang Patofisiologi dan Predisposisi


(Letak Sungsang dan Oblig) Dan komplikasi Persalinan
Pada Persalinan Dengan KPSW

Disusun sebagai syarat memenuhi Tugas mata Kuliah Obstetri dan Ginekologi
Terkini

Dosen : Prof.Dr.Firman F.Wirakusumah,dr.,SpOG(K)

Disusun Oleh
Kelompok 1:

Leli Firrahmawati 131020130503


Lusi 131020130533
Dahlia Arief Rantauni 131020130538
Cucu Nurmala 131020130548
Herliana Riska 131020130549

PROGRAM PASCASARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wb.Wb

Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dari Allah SWT, dengan
anugrah dan

segala rahmat-NYA, alhamdullilah makalah dengan judul “Kajian

Tentang Patofisiologi dan Predisposisi (Letak Sungsang dan


Oblig) Dan komplikasi Persalinan Pada Persalinan Dengan
KPSW” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Obstetri dan Ginekologi terkini.

Pada kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu dan membimbing sehingga makalah ini dapat
disusun dengan baik, khususnya kepada :

1. Prof.DR.Johanes C.Mose.,dr.,SpOG(K),selaku Koordinator Pascasarjana


Fakultas Kedokteran.
2. Prof.Dr.Firman F Wirakusumah,dr.,SpOG(K),selaku dosen pengampu
mata kuliah Obstetri dan Ginekologi terkini.
Penyusun hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
dan semoga yang telah diberikan merupakan wujud amal ibadah dan mendapat
balasan dari Allah, SWT.

Akhir kata, dengan segala kekurangan, kerbatasan ilmu, serta kemampuan


yang penyusun miliki, semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat
memberikan ilmu yang bermanfaat.
Wassalamualaikum, Wr. Wb

Bandung, April 2014

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. PANDAHULUAN
Presentasi bokong adalah keadaan janin intrauterin yang pada pemeriksaan
didapatkan panggul janin atau ekstremitas bawah berada pada panggul ibu.
Definisi lain menyebutkan bahwa presentasi bokong adalah keadaan janin
yang menempati aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri dan bokong
pada segmen bawah kavum uteri atau jalan lahir
Presentasi bokong terjadi sekitar 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal
cukup bulan. Insidensinya meningkat pada kehamilan ganda dan kehamilan
muda. Sekitar 2-3% terjadi setelah usia kehamilan 36 minggu. Penyebab
presentasi bokong sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah multiparitas,
kehamilan kurang bulan, hidramnion, oligohidramnion, tali pusat pendek,
kehamilan ganda, hidrosefalus, anensefalus, kelainan uterus dan kelainan
panggul.
Perubahan patobiologis pada kejadian ketuban pecah dini (Premature
rupture of membrane/PROM) sampai saat ini masih belum jelas. Beberapa
penelitian patogenesis PROM yang telah dilaporkan antara lain menjelaskan
proses biokimia, termasuk extracelluler matrix remodeling lewat perubahan
enzimatik (tissue inhibitor matrix metalloproteinase/TIMP dan membrane
matrix metalloproteinase /MMP) pada jaringan selaput ketuban.
Kehamilan normal dengan umur kehamilan 37–42 minggu, dikenal
sebagai hamil cukup bulan. Pada hamil cukup bulan, proses persalinan yang
terjadi diawali dengan kontraksi otot uterus yang berulang kemudian diikuti
dengan penipisan serviks dan keluar cairan lalu diikuti dengan fase dilatasi
sebagai persiapan persalinan. Pada fase kritis awal proses persalinan
seringkali terjadi selaput ketuban mengalami perobekan (rupture) terlebih
dahulu sebelum adanya tanda persalinan (before start of labor), keseluruhan
proses ini dikenal sebagai ketuban pecah dini atau premature rupture of the
membrane (PROM). Pada kehamilan cukup bulan, kejadian PROM berkisar
10%.
Dari seluruh kehamilan, 5–10% mengalami ketuban pecah dini. Pada
persalinan kurang bulan, sepertiga diantaranya mengalami ketuban pecah
dini; sedangkan dari kasus ketuban pecah dini, 60% di antaranya terjadi pada
kehamilan cukup bulan. Pada kehamilan dengan ketuban pecah dini, sebagian
besar kasus ditemukan mulut 28 JBP Vol. 13, No. 1, Januari 2011: 27–
37rahim yang belum matang, 30–40% mengalami gagal induksi sehingga
diperlukan tindakan operasi, sedangkan sebagian lain mengalami hambatan
kemajuan persalinan dengan peningkatan resiko infeksi pada ibu dan janin.

B. TUJUAN
1. Dapat mengetahui patofisiologi dan predisposisi dengan letak
sungsang
2. Dapat mengetahui patofisiologi dan predisposisi dengan letak oblig
3. Dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada persalinan dengan
KPSW
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persalinan Sunsang


Definisi
Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur
dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau
kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya.

Prevalensi
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi
pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm.2,3 Sebagai contoh, 3,5
persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 di Parkland
Hospital merupakan letak sungsang.

Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.6
Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam
posisi sungsang.

Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:


• Presentasi bokong (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat
ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya
terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan
dalam hanya dapat diraba bokong.
• Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada presentasi
bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.
• Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or
footling ) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya
terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke
atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

Predisposisi
Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih
banyak dan kepala anak relatif besar
2. Hidramnion karena anak mudah bergerak.
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
4. Panggul sempit
5. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur
kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas,
multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis.
Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan
letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.6

Kajian jurnal

Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada


implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari
presentasi vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang
juga meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak
sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang
kuat antara letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit).1
Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di
bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala,
dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan
dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan
semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya
terasa lain daripada kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian
atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada
umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,
karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya
air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila
masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau M.R.I. ( Magnetic Resonance Imaging ).
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki,
maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada
tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan
lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka.

Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang
akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang
dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada
hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya
teraba satu kaki di samping bokong.

2.2 PATOFISIOLOGI DAN PREDISPOSISI LETAK OBLIGUE


Letak lintang adalah sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang
ibu secara tegak lurus mendekati 900. Jika sumbu yang dibentuk kedua sumbu ini
tajam disebut oblique lie terdiri dari deviated head presentation (letak kepala
mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak). Presentasi
paling rendah adalah bahu. Menurut letak kepala terbagi atas :

 Letak lintang I : kepala di kiri.


 Letak lintang II : kepala di kanan.
Menurut posisi punggung terdiri atas :
1. Dorso anterior (di depan).
2. Dorso posterior (di belakang).
3. Dorso superior (di atas).
4. Dorso inferior (di bawah).
Angka kejadian letak lintang 0,5-2% dari persalinan.

Patofisiologi
· Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan
uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang.
· Dalam persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan berpindahnya
kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.

2.3 KOMPLIKASI YANG TERJADI PADA PERSALINAN DENGAN


KPSW
a. Infeksi intrapartum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke
intrauterine.Pada ketuban pecah 6 jam, resiko infeksi meningkat 1 kali.
Ketuban pecah 24 jam, resiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat.
b. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
c. Prolapsus tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
Oligohidramnion, bahkan sering partus kering karena air ketuban habis.
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
1. Prognosis ibu
1).Infeksi intrapartal/dalam persalinan Jika terjadi infeksi dan kontraksi
ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya
dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
2). Infeksi puerperalis/ masa nifas
3). Dry labour/Partus lama
4). Perdarahan post partum
5). Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)
6). Morbiditas dan mortalitas maternal
2. Prognosis janin
1) Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur
diantaranyaadalah respiratory distress sindrome, hypothermia,
neonatal feeding problem, retinopathy of premturity,
intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain
disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia,
anemia, sepsis.
2) Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat
Hipoksia dan Asfiksia sekunder(kekurangan oksigen
pada bayi) Mengakibatkan kompresi tali pusat,prolaps uteri, dry
labour/pertus lama,apgar score rendah,ensefalopaty,cerebral
palsy,perdarahan intrakranial,renal failure,respiratory distress.
3) Sindrom deformitas janin Terjadi akibat oligohidramnion.
Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT)
4) Morbiditas dan mortalitas perinatal.
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu keadaan robeknya
selaput ketuban dalam kehamilan atau sebelum tanda persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan
langsung antara dunia luar dengan ruangan dalam rahim,
sehingga memudahkan terjadinya komplikasi pada janin baik
pada saat persalinan maupun setelah persalinan berupa asfiksia,
BBLR/IUGR, hiperbilirubinemia dan infeksi atau sepsis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh haryani tentang
Gambaran Hasil Luaran Janin Pada Persalinan Dengan Ketuban Pecah Dini
Di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung Tahun 2009 addalah sebagai berikut :
Hasil luaran bayi pada persalinan dengan ketuban pecah dini (Morbiditas dan
Mortalitas janin pada kasus KPD), setelah ketuban pecah dini biasanya segera
disusul dengan persalinan. Periode laten biasanya tergantung pada usia kehamilan.
Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada
kehamilan antara 28 – 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. Tanpa melihat usia
kehamilan jika ketuban pecah dini terjadi dapat menyebabkan berbagai
komplikasi sebagai berikut: asfiksia, dari hasil penelitian yang telah dilakukan
kejadian asfiksia pada persalinan dengan ketuba pecah dini masih cukup tinggi
yakni 28,67% atau 41 orang.

Asfiksia adalah suatu keadaan dimana terjadi sulitnya bernafas secara


spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 yang berakibat buruk dalam kehidupannya. Jika ketuban pecah
sebleum waktunya atau ketuban pecah dini maka dapa terjadi prolaps tali pusat
yang mengakibatkan terganggunya sirkulasi udara bagi bayi sehingga bayi akan
kesulitan untuk bernafas dan jika tidak segera dilakukan penanganan bias
mengakibatkan kematian pada bayi tersebut. Keadaan bayi yang dapat mengalami
asfiksia walaupun kadang-kadang tanpa didahului gawat janin berdasarkan gawat
janin berdasarkan faktor bayi, diantaranya adalah: bayi kurang bulan/prematur; air
ketuban bercampur mekonium, kelainan kongenital yang memberi dampak pada
pernafasanbayi.

Berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur sekitar 20% bayi yang
dilahirkan dengan ketuban pecah dini mempunyai berat kurang dari 2500 gram.
Merujuk kepada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 30,06% atau 43 orang
mengalami berat badan lahir rendah (BBLR). Dengan jumlah prematur sebanyak
29 orang. Pada persalinan prematur dapat dipastikan bayi tersebut mengalami
BBLR, akan tetapi pada bayi yang BBLR belum dapat dikatakan prematur karena
penolong harus melihat kembali berapa umur kehamilan dan berat saat bayi
tersebutdilahirkan.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa komplikasi bayi dengan
hiperbilirubinemia pada persalinan dengan ketuban pecah dini (KPD) sebesar
20,97%. Untuk mendiagnosis secara pasti kejadian hiperbilirubin pada seorang
neonates salah satunya dengan anamnesis yang cermat. Penyebab
hiperbilirubinemia diantaranya disebabkan karena riwayat ikterus pada anak
sebelumnya, riwayat penyakit anemia dengan pembesaran hati, limpa atau
pengangkatan limpa dalam keluarga, riwayat penggunaan obat selama ibu hamil,
riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini (KPD), riwayat trauma persalinan
(misalnya persalinan dengan tindakan).

Infeksi dan sepsis merupakan penyebab kematian dan kesakitan tersering


dan penting pada periode neonatal. Beberapa faktor umum berperan pada
frekuensi dan keparahan infeksi neonatal dan menekankan pentingnya arti
diagnosa dini dan tepat serta pengobatan yang sesuai. Infeksi pada bayi baru lahir
dapat terjadi in utero (antenatal), pada waktu persalinan (intranatal) atau setelah
lahir dan selama periode neonatal (pasca natal). Penyebaran transplasenta
merupakan jalan tersering masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh janin,
infeksi yang didapat saat persalinan terjadi akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi atau dari cairan vagina, tinja dan urin ibu. Faktor risiko terjadinya sepsis
neonatorum diantaranya adalah ketuban pecah dini dan BBLR.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi tentang


hubungan ketuban pecah dini dengan lama persalinan pada ibu inpartu di
RSUD Dr. R Koesma Tuban didapatkan hasil p = 0,006 <0,05 maka H1
diterima artinya terdapat hubungan ketuban pecah dini dengan lama persalinan
pada ibu inpartu di RSUD Dr. R.Koesma Tuban.Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori bahwa ketuban pecah dini sangat mempengaruhi lama persalinan. Pada kala
1 persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin memainkan peran untuk
membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah perubahan-
perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh
bagian terbawah janin. Sehingga kerja hidrostatik selaput ketuban janin untuk
menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah
bagian terbawah janin yang menempel ke serviks dan membentuk segmen bawah
uterus berfungsi sama hal ini akan mengakibatkan terjadinya proses persalinan
yang lama (Cunningham, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilalukan oleh Muntari tentang Hubungan


Antara Keruban Pecah Dini dengan Kejadian asfiksia pada bayi baru lahir
Di RSUD Sr. R Koesma Tuban tahun 2009 didapatkan hasil p = 0,064 dimana p
> 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara ketuban pecah dini
dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Kesimpulan dari panelitian ini
adalah bahwa tidak ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir. Maka disarankan bagi masyarakat lebih sadar
dalammengantisipasi kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini dengan rutin
memeriksakan kehamilannya, agar bidan dapat memantau kondisi ibu dan janin
untuk meminimalkan dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya ketuban pecah
dini beserta komplikasinya.
Daftar Pustaka

Peran Endonuclease-G sebagai Biomarker Penentu Apoptosis Sel Amnion


padaKehamilan dengan Ketuban Pecah Dini, Prajitno Prabowo**, Ni Made
Mertaniasih dkk, januari 2011

Amniopatch - possibility of successful treatment of spontaneous previable rupture


of membranes in the second trimester of pregnancy by transabdominal
intraamiotic application of platelets and cryoprecipitate. of Integrated
Sciences Country of Publication: Sweden NLM ID: 8008373 Publication 2011

Haryani Gambaran Hasil Luaran Janin Pada Persalinan Dengan Ketuban Pecah
Dini Di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung Tahun 2009

Muntari tentang Hubungan Antara Keruban Pecah Dini dengan Kejadian


asfiksia pada bayi baru lahir Di RSUD Sr. R Koesma Tuban tahun 2009

Nurhadi hubungan ketuban pecah dini dengan lama persalinan pada ibu inpartu
di RSUD Dr. R Koesma Tuban

Anda mungkin juga menyukai