CRS - Letak Sungsang
CRS - Letak Sungsang
CRS - Letak Sungsang
LETAK SUNGSANG
Oleh:
Meriza Rifani 1740312082
Mia Eka Putri 1210312042
Preseptor:
dr. Hj. Roza Sri Yanti, Sp.OG (K)
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi
bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang
tidak baik pada pintu atas panggul.4
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 31 tahun yang masuk kamar
bersalin dengan diagnosis G2P1A0H1 gravid preterm 32-33 minggu + PEB dalam
regiman MgSO4 dosis maintanance dari luar gagal medikamentosa + bekas Sectio
Caesaria 1 kali, yang selanjutnya ditatalaksana untuk persalinan secara sectio cecarea
transperitoneal profunda (SCTPP).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Presentasi bokong
1. Definisi
Letak sungsang merupakan suatu bentuk malpresentasi dimana bokong janin
atau ekstremitas bawah menempati atau berhubungan langsung dengan pelvic inlet ibu. 1
dapat juga didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan bagian kepala janin berada di fundus uteri dan bagian bokong janin berada di
bagian bawah kavum uteri.5
Tipe letak sungsang yaitu: Complete breech, Frank breech, Incomplete breech.
Complete breech/presentasi bokong sempurna (5-10%) adalah panggul dan lutut bayi
mengalami fleksi, dengan kaki berada di samping bokong. Frank breech/presentasi
bokong murni (50-70%) adalah dimana kedua tungkai lurus ke atas sampai ke
kepalanya. Incomplete breech (10-30%) terdiri dari footling breech/presentasi kaki
dimana satu atau kedua kaki di bawah bokong bayi dan kneeling breech/presentasi lutut
dimana lutut lutut turun ke bawah lebih rendah dari bokong.2,6,9
2. Insiden
Letak sungsang merupakan bentuk malpresentasi janin yang sering dijumpai,
terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Biasanya terjadi pada awal kehamilan dan
kejadiannya menurun dengan bertambahnya usia kehamilan yaitu 25% pada kehamilan
28 minggu, 15% pada kehamilan 32 minggu dan menjadi 2-4% pada saat aterm.1,2,7
3
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus
(malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher,
aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan
berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor
pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG
bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal.6
Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya letak
sungsang.8
a. Usia Kehamilan Dini
Waktu konversi janin telah diteliti dalam beberapa penelitian dengan memantau
perubahan posisi janin pada pemeriksaan ultrasound awal dan akhir kehamilan. Pada
awal kehamilan (15-22 minggu) lebih dari separuh janin memiliki posisi non-
verteks, termasuk presentasi sungsang, transversal dan variabel, sementara hanya
10% di antaranya memiliki posisi non-verteks pada kehamilan 31-35 minggu.
Menurut penelitian tersebut, janin non-verteks pada minggu gestasi ke-35 masih
memiliki probabilitas 45% untuk berkonversi secara spontan dan lahir pada posisi
verteks. Penelitian yang dilakukan oleh Fox (2006), menggambarkan risiko
presentasi sungsang janin yang dinilai dengan ultrasound. Pada 28-30 minggu,
21,4% janin digambarkan dalam posisi abnormal. Pada 38 minggu dan lebih, hanya
5,3% tetap dalam posisi sungsang atau posisi melintang. Menurut penelitian ini,
presentasi abnormal pada trimester awal memiliki kesempatan 78,8% untuk
konversi spontan menjadi presentasi vertex pada kehamilan cukup bulan,
kemungkinan konversi akan semakin berkurang seiring usia gestasi mendekati
aterm. Dapat dijelaskan bahwa persalinan prematur lebih sering dikaitkan dengan
presentasi sungsang saat lahir.3
b. Nuliparitas
Ada kemungkinan untuk berspekulasi bahwa dinding rahim yang dapat melebar,
karakteristik wanita multipara, mempermudah versi kepala spontan janin ke panggul
menjelang aterm. Posisi plasenta fundal dan volume cairan amnion yang berkurang
dapat mengganggu proses spontan ini. Selanjutnya, juga studi terkontrol acak baru-
baru ini dan sebuah meta-analisis mengkonfirmasi primiparitas menjadi prediktor
pra-prosedural yang signifikan terhadap kegagalan versi cephalic eksternal.
c. Berat Neonatus
4
Faktor risiko lain yang terkait dengan presentasi sungsang janin pada persalinan
adalah berat neonatal rendah saat lahir, dilakukan dengan cara memperbaiki berat
badan pada usia kehamilan saat melahirkan. Oleh karena itu, bobot neonatal rendah
sebagai faktor risiko tidak dapat dikaitkan dengan prevalensi tinggi IUGR yang bisa
menjadi penyebab kelahiran prematur spontan atau iatrogenik yang membiarkan
prevalensi sungsang tinggi pada saat persalinan, namun presentasi sungsang tampak
lebih dekat terkait dengan berat neonatal itu sendiri.
Penelitian lain mendokumentasikan hubungan antara presentasi sungsang dan
berat bayi baru lahir yang rendah, sebuah penelitian di Amerika
mendokumentasikan hubungan antara kejadian sungsang dan ukuran yang lebih
kecil untuk usia gestasi pada saat kehamilan, terutama untuk janin yang berat
lahirnya berada di bawah persentil ke-10 dan penelitian-penelitian menentukan
bahwa setiap penurunan berat badan sebesar 500g dikaitkan dengan perkiraan 1,3
kali lipat peningkatan risiko sungsang secara proporsional.
Oleh karena itu, mungkin untuk berspekulasi bahwa berat janin yang lebih tinggi,
yang didistribusikan secara proporsional terutama ke kepala janin, dapat membantu
versi verteks spontan melalui gaya gravitasi.
e. Usia Ibu
Pada kasus ini usia tua dikaitkan dengan presentasi sungsang janin saat melahirkan.
Dalam penelitian menggambarkan 37% peningkatan risiko penuaan pada wanita
>40 tahun, dibandingkan dengan yang berusia 18-34 tahun
f. Etnis
Mungkin, konformasi pelvis etnis tertentu dapat menyebabkan prevalensi yang
berbeda presentasi sungsang janin saat melahirkan. Hasil kami mirip dengan
penelitian lain, yang menggambarkan hubungan proteksi antara presentasi sungsang
dan hubungan antara Afrika-Etnis Amerika atau Sub-Sahara-Afrika, dengan insiden
yang lebih rendah pada populasi ini
g. Gender Neonatus
Dalam penelitian kami, jenis kelamin wanita neonatal menghasilkan faktor
risiko yang signifikan untuk presentasi sungsang saat melahirkan, secara independen
oleh faktor lain yang dipertimbangkan dalam analisis multivariat, seperti berat badan
dengan neonatal. Dalam kasus janin wanita dapat menyebabkan indeks plasenta yang
5
lebih tinggi. Ini karena pencetakan plasenta ayah bisa membatasipertumbuhan janin
wanita. Sebagai konsekuensinya, untuk mengatasi situasi ini untuk setiap volume janin
ada lebih banyak volume plasenta pada wanita daripada pada janin laki-laki, yang
menyebabkan gangguan gerakan bayi. Satu hipotesis lagi bisa jadi adanya pola
pergerakan janin yang berbedapada janin laki-laki dan perempuan.
4. Diagnosis
Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh ibu,
pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus, pemeriksaan
dalam, USG dan Foto sinar-X.1,6
6
Prosedur persalinan sungsang secara spontan :
1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.
2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk
PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dari
ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih
rendah sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari
pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).
Teknik persalinan
1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong
mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan
episiotomi.
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain
memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasi
anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan
dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten
melakukan ekspresi kristeller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat
sehingga fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi
fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin,
sehingga tidak teradi lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan,
dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.
Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
7
Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir
kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.
Cara klasik :
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang
berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan
depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan
depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke
arah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti
dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan
belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua
tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong
terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain
8
mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan
depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara Mueller
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi,
baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan
jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke
bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan
lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir.
Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.
Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi
minimal.
Cara Louvset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada
dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam
ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang
menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi
ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik
sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
9
anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang
kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin
dari arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang
asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika
suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih
tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan, sebagai
berikut : (2,3,8,9)
0 1 2
Paritas Primigravida Multigravida
10
Umur kehamilan >39 mgg 38 mgg < 37 mgg
Taksiran Berat Janin >3630 gr 3629 gr – 3176 gr < 3176 gr
Pernah letak sungsang Tidak 1x >2x
Pembukaan serviks <2 cm 3 cm >4 cm
Station <-3 <-2 -1 atau lebih
rendah
Arti nilai :
< 3 persalinan perabdomen
4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya tetap
maka dapat dilahirkan pervaginam
> 5 dilahirkan pervaginam
11
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. RA
Umur : 31 Tahun
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 22-01-2018
No. MR : 01.00.47.85
Seorang pasien wanita usia 31 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil
Padang tanggal 22 Januari 2018, pukul 19.40 WIB kiriman RSUD Pasaman Barat
dengan diagnosis G2P1A0H1 gravid preterm 32-33 minggu + PEB dalam regiman
MgSO4 dosis maintanance dari luar gagal medikamentosa + bekas SC 1x.
12
Riwayat menstruasi : menarche umur 13 tahun, siklus haid teratur satu
kali sebulan, lamanya 4-6 hari, 2-3´ ganti duk/hari, nyeri haid (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperative
Tekanan Darah : 200/110 mmHg
Nadi : 108 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,0 °C
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 68 Kg
13
Leher :
Inspeksi : JVP 5-2 cmH2O
Kelenjar tiroid tidak tampak membesar
Palpasi : Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
KGB tidak teraba membesar
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris Kanan = Kiri
Palpasi : Fremitus Normal Kiri = Kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Status Obstetrikus
Muka : Chloasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, tegang, areolla & papilla hiperpigmentasi,
colostrum (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak membuncit sesuai usia kehamilan, linea mediana
hiperpigmentasi, sikatrik (+), striae gravidarum (+)
Palpasi : L1 – FUT 3 jari dibawah processus xyphoideus
Teraba massa bulat, keras
L2 – Teraba tahanan besar di sebelah kiri
Teraba bagian kecil di sebelah kanan
L3 – Teraba massa besar, lunak, noduler
TFU = 32 cm TBJA: 2300-2400 gram HIS = (-)
Perkusi : Timpani
14
Auskultasi : BU (+) Normal,
DJJ bayi 136-148 x/menit
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang, Perdarahan pervaginam (-)
VT : Pembukaan Ø tidak ada, Ketuban (+), teraba bokong
USG
CTG
15
Variabilitas : 5-10x/menit Gerak anak : (+)
Akselerasi : (+) Kesan : Meragukan
Laboratorium
Hb : 11, 1 gr/dl PT : 9.5 detik
Ht : 35 % APTT : 31.1 detik
Leukosit : 10.420 /mm3 INR : 0,9
Trombosit : 195.000 /mm3 Na/K/Ca/Cl : 139 /4,2 / 8,5/ 108 mmol/l
Ur/Cr : 11 / 0,5 mg/dl Albumin : 3,0 g/dl
SGOT : 26 u/l Globulin : 2,1 g/dl
SGPT : 13 u/l
Urinalisa
Protein : ++ Bilirubin :-
Glukosa :- Urobilinogen : +
Diagnosa
G2P1A0H1 gravid preterm 34 – 35 minggu + Impending eclampsia dalam regimen
MgSO4 dosis meintanance dari luar + Letak sungsang + Bekas SC 1x
Janin hidup tunggal intra uterine presentasi bokong
Therapi :
IVFD RL 500 cc + regimen MgSO4 dosis maintanance
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Metildopa 3x500 mg
Rencana : SC Cito
16
Catatan Perkembangan Pasien
23/01/2018 (01.15) : Telah dilakukan SCTPP, lahir bayi laki-laki, BB: 2400 gram,
PB: 46 cm, A/S: 8/9.
Plasenta lahir lengkap dengan sedikit tarikan ringan, lahir 1
buah, berat ± 400 gram
A/ P2A0H2 post SCTPP ai impending eclampsia dalam regiman
MgSO4 dosis maintanance + bekas SC 1x + letak sungsang
Ibu dan bayi kondisi baik
P/ Kontrol KU,VS,PPV
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Pronalges supp
23/01/2018 (08.00) : S/ demam (-), nyeri bekas operasi (+), ASI +/+, urin (+)
terpasang kateter, BAB (-)
O/ KU: sedang Kes: CMC TD:140/90 Nd: 84x/i T:36º
Abd : luka operasi tertutup perban, rembesan darah (-),
TFU setinggi pusat, kontraksi baik, NT (+), NL(-)
Gen : V/U tenang, PPV (+) sedikit, urin 100cc/jam
A/ P2A0H2 post SCTPP ai impending eclampsia dalam
regiman MgSO4 dosis maintanance + bekas SC 1x + letak
sungsang NH1
Ibu dan bayi dalam perawatan
17
BAB 4
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang wanita usia 31 tahun yang didiagnosis dengan
G2P1A0H1 gravid preterm 34 – 35 minggu + Impending eclampsia dalam regimen
MgSO4 dosis meintanance dari luar + Letak sungsang + Bekas SC 1x Janin hidup
tunggal intra uterine presentasi bokong berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa HPHT ibu tanggal 15 Mei 2017, berdasarkan
perhitungan usia kehamilan ibu belum cukup bulan (preterm). Keluhan nyeri kepala,
nyeri ulu hati disertai muntah, dan penglihatan kabur sebelumnya. Hal ini menunjukkan
bahwa pada pasien sudah terjadi gangguan pada organ target akibat tekanan darah tinggi
yang diderita pasien. Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari, keluar lendir campur darah,
keluar air-air yang banyak ari kemaluan tidak dikeluhkan oleh pasien yang mana belum
adanya tanda-tanda persalinan pada pasien.
Kehamilan letak sungsang ari definisi merupakan kehamilan dimana keadaan
janin terletak memanjang dengan kepala berasa di fundus uteri dang bokong di bawah
kavum uteri. Dari anamnesis didapatkan ibu hamil akan merasakan perut yang terasa
penuh pada bagian atas, dan gerakan janin lebih terasa pada bagian bawah rahim. Letak
bokong pada kasus ini didapatkan dari pemeriksaan leopold yaitu pada bagian fundus
teraba massa bulat, keras, melenting yang menandakan massa tersebut adalah kepala
janin dan bagian terbawah teraba massa besar, lunak, nodular yang menandakan bokong
janin. Dari pemeriksaan dalam teraba bokong dengan sacrum yang melintang yang
memperkuat diagnosis letak bokong murni pada kasus ini. Denyut jantung janin pada
umumnya ditemukan setinggi pusat atau lebih sedikit tinggi dari umbilikus. Dalam hal
ini pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin sesuai dengan teori yang ada.
Pemeriksaan penunjang USG yang dilakukan mendukung diagnosis letak
sungsang, yaitu pada bagian fundus uteri didapatkan gambaran massa bulat memberi
kesan kepala, tulang punggung berada di bagian kiri ibu, dan bokong janin berada pada
bagian bawah uterus. Dari USG didapatkan juga usia gestasi sekirat 34-35 minggu dan
taksiran berat janin sekitar 2400 gram.
Berdasarkan teori faktor predisposisi terjadinya kehamilan letak sungsang yaitu
prematuritas, abnormal uterus, berat janin, multipara dengan berkurangnya kekuatan
otot uterus, overdistensi uterus (kehamilan ganda), usia ibu, adanya obstruksi pelvis
18
(plasenta previa, massa) dan dari penelitian 50% penyeabab letak sungsang tidang
ditemukan faktor penyebabnya. Pada kasus ini faktor predisposisi yang mungkin
menyebabkan terjadinya letak sungsang adalah kehamilan belum cukup bulan, berat
janin kurang, multipara pada ibu.
Tatalakasan yang diberikan pada kasus ini adalah IVFD RL 500 cc + regimen
MgSO4 dosis maintanance, Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv), Metildopa 3x500 mg, dan
pasien direncanakan dilakukan tindakan operatif sectio caesaria (SC). Untuk memilih
jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks
prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau
perabdominan. Pada kasus ini didapatkan nilai 6, artinya persalinan yang dapat
dilakukan adalah pervaginam. ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus
pervaginam yaitu jenis letak sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus
tidak hiperekstensi dan taksiran berat janin 2500-3600 gram serta tindakan augmentasi
dan induksi persalinan diperbolehkan pada janin letak sungsang. Namun pada kasus ini,
ada syarat lain yang tidak memenuhi tindakan persalinan pervaginam yaitu kondisi ibu.
Kondisi ibu dengan impending eclmpasia, belum adanya tanda inpartu, serta riwayat
bekas SC sebelumnya tidak memungkinkan dilakukannya persalinan secara
pervaginam, sehingga tindakan yang dipilih pada kasus ini adalah sectio caesaria.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Umoh A. V, Abah M. G, Umoiyoho A.J. Breech Presentation-An overview. Ibom
Medical Journal. 2017. Available on:
http://new.ibommedicaljournal.com/2016/02/03/breech-presentation-an-overview/.
Access: January, 24th 2018.
2. Catherine Cluver, G Justus Hofmeyr, Gillian ML Gyte, and Marlene Sinclair.
Interventions for helping to turn term breech babies to head first presentation when
using external cephalic version. Europe PMC. 2014. Available on:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4171393/pdf/emss-57063.pdf.
Access: January, 24th 2018.
3. Arrigo Fruscalzo, Ambrogio P Londero, Stefania Salvador et al. New and old
predictive factors for breech presentation: our experience in 14’433 singleton
pregnancies and a literature review. The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal
Medicine. Available on:
https://air.uniud.it/retrieve/handle/11390/1092225/91739/Fruscalzo2014_breech_pre
diction.pdf. Access: January, 24th 2018.
20