Laporan - Fix Sisa Daftar
Laporan - Fix Sisa Daftar
Laporan - Fix Sisa Daftar
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
dan mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang sifat kimia fisika dari zat
aktif bila dikombinasikan dengan zat atau bahan tambahan menjadi suatu bentuk
sediaan farmasi yang stabil, efektif, dan aman. Studi ini mengharuskan
kompaktibilitas dari suatu bahan yang satu dengan zat aktif. Paracetamol
terjangkau, juga memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi sistem saraf
pusat secara selektif dan relative aman dengan penggunaan dosis terapi.
Paracetamol yang ada di pasaran tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, antara
lain bentuk tablet, kaplet, maupun sirup. Ada pun dalam formulasi kali ini kami
Sediaan sirup menurut FI V adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain dengan kadar tinggi. Persyaratan sirup harus larutan yang homegen,
jernih, bebas dari partikel, larutan boleh berwarna. Sediaan sirup selain
untuk meningkatkan nilai estetika sediaan dan menutupi rasa dan bau obat yang
tidak enak.
1
Penggunaan sirup paracetamol hanya mengobati gejala, sehingga tidak
diminum hingga habis. Hal ini menyebabkan obat masih tersisa banyak dan
konsumen cenderung untuk menyimpan sisa dari obat tersebut. Sebagian tetap
Keberhasilan pengobatan tergantung pada kadar zat aktif yang dapat mencapai
tempat aksi. Kadar yang kurang dari dosis efektif akan mempersulit penyembuhan
penyakit. Hal ini bisa terjadi karena pemberian dosis yang kurang atau karena
terjadinya penurunan kualitas obat selama penyimpanan. Oleh karena itu perlunya
B. Rumusan Masalah
kadar paracetamol?
3. Bagaimana hasil IPC dan evaluasi produk jadi yang dilakukan pada sediaan
sirup paracetamol?
C. Tujuan
2. Mengetahui sifat fisika dan kimia bahan aktif parcetamol yang digunakan
3. Mengetahui hasil IPC dan evaluasi produk jadi yang dilakukan pada sediaan
sirup paracetamol
2
BAB II
TINAUAN PUSTAKA
A. Sirup
1. Definisi Sediaan
Sediaan sirup menurut FI V larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula
lain dengan kadar tinggi. Persyaratan sirup harus larutan yang homegen, jernih,
sukrosa kecuali dinyatakan lain, kadar sukrosa C12H22O24 tidak kurang dari 64,0%
dan tidak lebih dari 66%. Pembuatan kecuali dinyatakan lain sirup sebagai
berikut.
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula jika perlu didihkan hingga
2. Syarat Sediaan
b. Berasa manis
c. Mengandung satu jenis obat atau lebih. Dapat juga beruapa cairan berwarna
3
c. Lebih mudah diabsorbsi karena tidak melewati proses disolusi dan disintegrasi.
a. Beberapa bahan aktif tidak setabil bila dibuat dalam bentuk larutan.
b. Ada bahan yang memiliki rasa dan bau yang sukar di tutupi.
1. Rancangan formula
1. Paracetamol
4
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan :Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N, mudah larut
Kemurniaan : Paracetamol tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari
101% C8H9NO2.
2. Gliserin
5
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut
yang lebar dan kuat pada 2,7 μm, maksimum pada lebih
dan 8,3 μm, dan maksimum pada lebih kurang 7,1 μm, 7,6
μm dan 8,2 μm, dan serapan yang sangat kuat pada daerah
pita lebih kurang 9,0 μm, 9,6 μm, 10,1 μm, 10,9 μm, dan
μm.]
3. Sukrosa
6
Pemerian : Sukrosa tidak mengandung zat tambahan. Sukrosa muncul
Kelarutan : Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan
filtrasi.
viskositas.
7
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat
Alat yang digunakan adalah timbangan, pipet volume, labu takar, KCKT,
krus, melting point, cawan porselin, mortir dan stamper, glass beaker, pipet tetes,
B. Bahan
polietilen glikol 400, sukrosa, propilen glikol, perasa jeruk, DM water, aquabides,
C. Prosedur Penelitian
Dari larutan stok konsentrasi 200 µg/ml dibuat seri konsentrasi 8 µg/ml, 10
9
0,4 ml, 0,5 ml, 0,6 ml, 0,7 ml, 0,8 ml, dan 0,9 ml dari larutan stok, dimasukkan
kedalam labu takar 10 ml dan diencerkan dengan fase gerak hingga tanda.
Kondisi HPLC
Kolom 3,5 mm x 30 cm
amati respon pada panjang gelombang 243 nm dan hitung RSD dari hasil
perhitungan alat.
a. Spesifitas
Fase gerak
Larutan standar
Larutan sampel
10
Larutan fase gerak tidak boleh memberikan respon pada waktu yang
bersamaan dengan waktu retensi relative dari larutan standar dan larutan sampel
b. Presisi keberulangan
periksa larutan uji dengan KCKT pada panjang gelombang 243 nm.
c. Akurasi
paracetamol, dilarutkan dalam fase gerak air-metanol (3:1) hingga 100 ml, dari
dengan fase gerak hingga batas. Diketahui untuk kadar sampel sebesar 8,79 ppm.
kali, dilarutkan dalam fase gerak aquabides:metanol HPLC (3:1) hingga 100 ml,
dari larutan tersebut diambil 1 ml, dilakukan penambahan larutan standar dengan
konsentrasi 80%, 100%, dan 120% dari konsentrasi sampel yang diketahui yaitu
sebanyak 0,355; 0,440; dan 0,530 ml dari larutan stok 200 ppm ke dalam masing-
masing sampel akurasi dan di larutkan dengan fase gerak hingga 10 ml. Suntikkan
masing-masing sebanyak 3x , dan catat respon pada panjang gelombang 243 nm.
Metode I
11
1) Gerus senyawa uji hingga membentuk serbuk halus
2) Isi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup, dengan serbuk
4) Panaskan tangas hingga suhu lebih kurang 30 ͦ C dibawah suhu lebur yang
diperkirakan
6) Suhu pada saat kolom zat uji terlepas sempurna dari dinding kapiler
didefinisikan sebagai permulaan melebur, dan suhu pada saat zat uji
tersebut berada dalam batas jarak lebur (FI V hal. 1556, 2014).
1) Pijarkan krus (sebagai contoh silika, kuarsa, atau porselen) pada 600 ͦ C
seksama
panaskan hati-hati sampai tidak terbentuk asap putih, dan pijarkan pada
sisa
12
7) Jika jumlah yang diperoleh lebih dari batas yang ditetapkan masing-masng
berturut-turut tidak lebih dari 0,5 mg atau hingga persen dari sisa
1426).
b. Penetapan kadar
Larutan standar paracetamol konsentrasi 8, 10, 12, 14, 16, dan 18 µg/ml
Larutan uji
ukur 100 ml, larutkan dengan fase gerak aquabides-metanol HPLC (3:1) hingga
tanda, diambil 1 ml dari larutan tersebut dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan
diencerkan dengan fase gerak hingga tanda. Lakukan sebanyak 3 kali. Ukur
13
Tabel I. Formula sirup parasetamol (120 mg/5 ml)
A. Cara pembuatan
Bagian I
Bagian II
14
1) Tambahkan bagian I dan II secara perlahan sambil terus diaduk hingga
2) Cek pH, apabila tidak diantara 3,8 – 6,1 tambahkan asam sitrat untuk
menyesuaikan pH
Penafsiran hasil = sirup yang dihasilkan jernih dan tidak mengandung partikel
c. Organoleptis
Penafsiran hasil = sediaan sirup memiliki rasa manis, beraroma jeruk, berwarna
d. Bobot jenis
15
3) Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25 ͦC, buang kelebihan
4) Jika pada monografi tertera suhu yang berbeda dari 25 ͦC, piknometer yang
telah diisi harus diatur hingga mencapai suhu yang diinginkan sebelum
ditimbang
diisi
6) Bobot jenis diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam
e. Viskositas
putaran.
a. Volume terpindahkan
16
2) Tuangkan isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur, hindari
menit
3) Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran,
volume rata-rata dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun
volume wadah yang kurang dari 95% dari volume dalam etiket
4) Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada
etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%, tetapi
tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket
6) Volume rata-rata dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari
satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90%
dilarutkan dengan fase gerak aquabides-metanol HPLC (3:1) hingga tanda batas,
labu takar 10 ml dan diencerkan dengan fase gerak hingga batas. Lakukan
pengujian sebanyak 3 kali. Ukur larutan uji pada panjang gelombang ± 243 nm.
Syarat = larutan oral paracetamol mengandung paracetamol tidak kurang dari 90%
dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket (FI IV hal. 651,
1995).
17
BAB IV
hasil yang valid. Parameter yang harus dipenuhi diantaranya spesifitas, presisi,
dan akurasi.
Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem KCKT dapat
stabil dan konsisten apabila dilakukan pengujian secara berulang kali, parameter
yang digunakan adalah RSD < 2%. Uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada tabel
II.
menghasilkan waktu retensi dari paracetamol adalah 6,072 menit, dimana kriteria
keberterimaan adalah 2 – 2,5 menit. Sehingga sistem KCKT yang dipakai salah
18
KCKT sehingga perlu dilakukan pemilihan fase gerak yang sesuai. Nilai %RSD
sehingga jumlah yg disuntikkan ke dalam sistem KCKT harus sama dan tepat satu
2. Spesifitas
dituju secara spesifik dengan adanya pengotor. Hasil pengujian spesifitas dapat
Larutan standar
Larutan sampel
Fase gerak
dimana kromatogram larutan standar dan larutan sampel nampak pada waktu
retensi 6 menit dan tidak dipengaruhi adanya fase gerak dengan tidak memberikan
3. Presisi keberulangan
19
sebanyak 6 kali dengan parameter nilai RSD < 2%. Hasil uji presisi keberulangan
4. Akurasi
larutan standar dengan konsentrasi 80, 100, 120% dari konsentrasi larutan sampel
20
Tabel IV. Hasil uji akurasi
meliputi uji organoleptis, jarak lebur, sisa pemijaran dan penetapan kadar serbuk
paracetamol.
1. Uji organoleptis
indera manusia meliputi bentuk, warna, rasa, dan bau.Hasil uji organoleptis dapat
21
Tabel V. Uji organoleptis serbuk paracetamol
kesimpulan bahwa bahan baku yang kami dapatkan sesuai dengan persyaratan
2. Jarak lebur
karena apabila suatu zat padat tercampur oleh suatu pengotor, akan mempengaruhi
besarnya titik lebur zat murni tersebut. Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi
apabila jarak lebur ± 2 ͦ C dari yg tertera dalam monografi. Penentuan jarak lebur
digunakan alat melting point apparatus. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel VI.
diperoleh lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tertera dalam Farmakope
22
Indonesia. Dapat dipastikan bahwa serbuk paracetamol yang digunakan tidak
peleburan yang tidak nyata dan jarak lebur yang dihasilkan lebih tinggi dari jarak
3. Sisa pemijaran
dengan membuktikan bahwa bahan bebas dari senyawa asing dan cemaran.
dari 0,1%. Hasil sisa pemijaran dapat dilihat pada tabel VII.
Rata-rata 0,04899
SD 0,024
Persyaratan <0,1
Kesimpulan Memenuhi Pesyaratan
23
Penatapan kadar dilakukan untuk mengetahui jumlah zat aktif yang
linear antara konsentrasi larutan standar paracetamol dengan AUC sehingga dapat
digunakan untuk penetapan kadar paracetamol dalam serbuk. Hasil uji penetapan
dan tidak lebih dari 101% C8H9NO2 sehingga berdasarkan hasil tersebut,
sehingga kadar paracetamol yang dihasilkan lebih kecil, dan perlu dibandingkan
24
1. Formulasi sirup paracetamol
diterima dengan baik, dalam hal ini pada penggunaan untuk anak-anak dengan
Paracetamol memiliki rasa yang pahit sehingga perlu dibuat sediaan sirup untuk
menutupi rasa pahit dari paracetamol, dimana sirup menurut farmakope Indonesia
edisi V merupakan sediaan yang mengandung sukrosa tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66%. Selain itu, paracetamol sukar larut dalam air, sehingga perlu
Pharmacy And Life Science (Singh dkk, 2018) sedangkan komposisi dari formula
(Rowe dkk, 2009). Untuk formula, hanya berbeda pada penggunaan PEG, dimana
PEG yang kami gunakan adalah PEG 400 karena bentuknya yang cair dan dengan
pemanasan pada suhu 50 ͦ C. Paracetamol stabil pada suhu 45 ͦ C, tidak stabil pada
suhu lebih dari 100ͦ C sehingga perlu diperhatikan pada saat pemanasan agar
anak. Untuk setiap produksi kami buat untuk 5 botol, sedangkan total botol yang
kami buat adalah sebanyak 20 botol sirup paracetamol. Formula yang kami
25
Tabel IX. Formula sirup paracetamol
agar sediaan sirup yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan. Adapun IPC
yang dilakukan diantaranya uji kejernihan, uji pH sirup, uji organoleptis sirup,
a. Uji kejernihan
Pengujian kejernihan dilakukan untuk melihat ada tidaknya partikel dan zat
yang tidak terlarut dalam sedian sirup, dimana salah satu syarat sirup adalah
larutan jernih, tidak mengandung partikel. Pengujian dilakukan secara visual pada
sirup dalam gelas beaker dan jika perlu diberi cahaya. Uji kejernihan dapat dilihat
pada tabel X.
Syarat Kesimpulan
Hasil
Jernih, bebas partikerl Jernih, bebas partikel Memenuhi syarat
26
b. pH sirup paracetamol
aktif yang digunakan, dalam hal ini paracetamol. Paracetamol stabil pada pH 3,8-
6,1 dalam sediaan sirup. Hasil pengujian pH dapat dilihat pada tabel XI.
5,91
PH Sediaan sirup
5,92
paracetamol yang
dibuat didapatkan
5,92 5,91 ± 0,0058 3,8 –6,1 pH 5,91.
memenuhi
Rata-rata 5,91 persyaratan pH sirup
paracetamol
SD 5,8 x 10-3
pH meter dan diulang sebanyak 3 kali, diperoleh hasil rata-rata yaitu 5,91 ±
0,0058. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sediaan sirup
paracetamol yang kami buat memenuhi persyaratan. Pada pembuatan sirup tidak
pH 4-6 sehingga sirup yang diperolehpun pHnya berada dalam rentang tersebut.
c. Uji organoleptis
bentuk, warna, rasa, dan bau. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel XII.
27
Tabel XII. Uji organoleptis sirup paracetamol
kami buat memiliki rasa yang manis, hal ini dikarenakan pemanis yang kami
perasa jeruk sehingga aroma yang dihasilkan seperti jeruk dan berwarna orange,
penambahan perasa juga digunakan untuk menutupi rasa pahit dari bahan baku
d. Viskositas
Dalam bidang farmasi penentuan sifat alir menjadi penting, karena berkaitan
viskometer stormer. Karena tujuan penggunaan sirup ini untuk anak-anak, maka
kekentalan sirup harus dapat diterima dan memberikan kenyamanan pada anak-
28
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh tipe alir plastik dengan nilai
viskositas 19,25 cps pada kurva naik dan 21,96 cps pada kurva turun. pengujian
kurva turun dilakukan untuk melihat sifat alir ketika botol pada posisi semula
setelah proses penuangan. Semakin kental sirup yang dihasilkan maka nilai
viskositas akan semakin besar, kekentalan tersebut dipengaruhi oleh adanya 64%
sukrosa. Cairan dengan tipe alir plastik tidak akan mengalir sampai tekanan gesek
mencapai yield value. Dimana yield value adalah harga yang harus dipenuhi agar
cairan mulai mengalir, dan berdasarkan hasil, semakin lama pengadukan maka
viskositas semakin besar, sehingga perlu waktu untuk cairan dapat mengalir.
Selain itu, pada sirup sebelum digunakan wadah harus dikocok dahulu sehingga
sirup dapat homogen, dapat dituang dan mengalir dengan dosis yang seragam.
e. Bobot jenis
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air, volume
sama yang ditimbang pada suhu yang sama. Pengukuran bobot jenis (BJ)
menggunakan alat piknometer. Hasil uji BJ dapat dilihat pada tabel XIII.
29
Tabel XIII. Hasil uji bobot jenis
SD 3,05 x 10-3
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai signifikansi < 0,05 yang menunjukkan
bahwa hasil tidak sama dengan syarat sehingga dapat dikatakan bahwa pengujian
bobot jenis sirup tidak memenuhi persyaratan. Bobot jenis sirup Paracetamol tidak
sirup yang kami buat hanya mengandung sukrosa 64% sedangkan pada
30
Evaluasi adalah pengujian pada produk akhir sediaan sirup paracetamol, untuk
a. Volume terpindahkan
sirup yang terpindahkan dengan yang tertera pada etiket, dimana untuk 1 botol
kemudian larutan dipindahkan ke gelas ukur 100 ml dan diamati berapa ml larutan
2. 60
3. 60
4. 60 Memenuhi
5. 60 persyaratan.
Tidak ada wadah
Tidak ada
Tidak kurang dari yang volumenya
6. 60 wadah yang
100% volume pada kurang dari 95%
volumenya
7. 60 etiket volume pada
kurang dari
etiket
95% volume
8. 60
pada etiket
9. 60
10. 60
Volume
60
rata –rata
31
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sediaan larutan
paracetamol kami memiliki volume yang sesuai dengan yang tertera pada etiket.
terkandung dalam sirup paracetamol. Dari hasil pembacaan oleh KCKT diperoleh
untuk penetapan kadar paracetamol dalam sirup. Hasil uji penetapan kadar
32
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
persyaratan, namun pada pengujian hanya dilakukan terhadap beberapa botol yang
dilakukan pemilihan komposisi fase gerak yang tepat agar waktu retensi yang
dihasilkan diantara 2-2,5 menit dan pengulangan pada saat injeksi perlu dilakukan
dengan tepat dengan volume yang sama banyaknya agar nilai %RSD AUC < 2%.
Dari hasil verifikasi metode analisis, diketahui bahwa metode KCKT spesifik
metode KCKT tidak valid dalam menganalisis paracetamol. Pada verifikasi zat
aktif diperoleh secara organoleptis dan persentase sisa pemijaran memenuhi syarat
sesuai dengan spesifikasi, sedangkan untuk jarak lebur menghasilkan nilai yang
yang dihasilkan tidak murni karena mengandung pengotor yang tidak larut
Oleh karena itu, dalam formula tersebut perlu ditambahkan sukrosa sampai 66%
agar sirup yang dihasilkan dapat kental dan BJ memenuhi persyaratan. Kadar
5,58% menandakan kadar yang tidak homogen, sehingga perlu diperhatikan dan
33
dilakukan dengan tepat pada saat preparasi sampel sampai menginjeksikan sampel
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Uji identifikasi zat aktif paracetamol yaitu uji organoleptis dan sisa
3. In Process Control (IPC) sirup paracetamol uji kejernihan, uji pH dan uji
persyaratan.
B. Saran
gerak yang sesuai sehingga waktu retensi dapat menghasilkan waktu antara 2 –
2,5 menit. Perlu penambahan konsentrasi gula menjadi 66% untuk meningkatkan
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Validasi metode KCKT
Kromatogram standar
Kromatogram sampel
38
Lampiran 2. Perhitungan Akurasi
Sampel yang telah diketahui = 8,79 µg/ml (100%)
M1 x V1 = M2 x V2
Penambahan 80%
80
8,79 µg/ml x 100 = 7,03 µg/ml
V1 = 0,3515 ml ~ 0,355 ml
Penambahan 100%
V1 = 0,4395 ml ~ 0,440 ml
Penambahan 120%
120
8,79 µg/ml x = 10,55 µg/ml
100
V1 = 0,5275 ml ~ 0,530 ml
Data HPLC
Penambahan 80%
Replikasi 1
39
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi
X = 16,43 µg/ml
Relikasi 2
40
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi
X = 16,71 µg/ml
Relikasi 3
X = 16,75 µg/ml
Penambahan 100%
Replikasi 1
41
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi
X = 17,66 µg/ml
Replikasi 2
42
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi
X = 17,56 µg/ml
Replikasi 3
X = 18,05 µg/ml
Penambahan 120%
Replikasi 1
43
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi
X = 18,36 µg/ml
Replikasi 2
X = 18,85 µg/ml
44
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi
Replikasi 3
X = 18,35 µg/ml
Replikasi 1
45
46
Lampiran 3. Perhitungan kadar serbuk paracetamol
Replikasi 2
Replikasi 3
47
Lanjutan lampiran 3. Perhitungan kadar serbuk paracetamol
C (µg/ml) AUC
8 928008
10 1070207
12 1253293 r = 0,9875
14 1347752 a = 238426
16 1513112 b = 83201
18 1808193
Replikasi 1 1144731
Replikasi 2 1143180
Replikasi 3 1132200
a. replikasi 1 (1144731)
b. Replikasi 2 (1143180)
c. Replikasi 3 (1132200)
48
Lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol
a. Uji kejernihan
49
Lanjutan lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol
b. Uji pH
c. Bobot jenis
50
Lanjutan lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol
d. Viskositas sirup
Diketahui kv = 27,25
Kurva naik
KURVA RHEOGRAM
w-fk vs rpm
60
50 y = 1,4154x - 19,024
R² = 0,9995
40
Axis Title
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Axis Title
KURVA RHEOGRAM
log w-fk vs log rpm
1.8
1.75
y = 1.439x - 0.732
R² = 0.998
1.7
Axis Title
1.65
1.6
1.55
1.5
1.56 1.58 1.6 1.62 1.64 1.66 1.68 1.7 1.72 1.74
Axis Title
51
Lanjutan lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol
Penentuan viskositas
𝑘𝑣
b= 𝜂
27,25
η = 1,4154 = 19,25 cps
Kurva turun
KURVA RHEOGRAM
w-fk vs rpm
50
45 y = 1.2416x - 15.258
R² = 0.9974
40
35
30
Axis Title
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Axis Title
52
Lanjutan lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol
KURVA RHEOGRAM
log w-fk vs log rpm
1.7
1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
1.5 1.52 1.54 1.56 1.58 1.6 1.62 1.64 1.66 1.68 1.7
Axis Title
Penentuan viskositas
𝑘𝑣
b= 𝜂
27,25
η = 1,241 = 21,96 cps
53
Lampiran 5. Perhitungan penetapan kadar sirup paracetamol
130,78mg/5ml
130,78 mg/5ml
% kadar dalam etiket = x 100% = 108,98%
120 mg/5ml
Replikasi 2
mg/5ml
54
Lanjutan lampiran 5 Perhitungan penetapan kadar sirup paracetamol
117,21 mg/5ml
% kadar dalam etiket = x 100% = 97,67%
120 mg/5ml
Replikasi 3
122,03mg/5ml
122,03 mg/5ml
% kadar dalam etiket = x 100% = 101,69 %
120 mg/5ml
108,98%+97,67%+101,69%
Rata-rata = = 102,78%
3
55
Lampiran6. Data statistik bobot jenis
Explore
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
BJ .253 3 . .964 3 .637
a. Lilliefors Significance Correction
T-TEST
One-Sample Statistics
Std.
N Mean Deviation Std. Error Mean
BJ 3 1.25633 .003055 .001764
One-Sample Test
Test Value = 1.293
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean the Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
BJ -20.788 2 .002 -.036667 -.04426 -.02908
56