Laporan - Fix Sisa Daftar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI INDUSTRI

VALIDASI METODE KCKT DAN PRODUKSI SIRUP


PARACETAMOL

Wihasty Nur Istyqomah 1907062077

Rizki Dwi Mantoro 1907062083

Rana Bareta 1907062085

Fathul Kahar 1907062086

Kelas : A Profesi Apoteker XXXVIII

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FAMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Studi preformulasi adalah langkah awal dalam memformulasi yang mengkaji

dan mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang sifat kimia fisika dari zat

aktif bila dikombinasikan dengan zat atau bahan tambahan menjadi suatu bentuk

sediaan farmasi yang stabil, efektif, dan aman. Studi ini mengharuskan

kompaktibilitas dari suatu bahan yang satu dengan zat aktif. Paracetamol

merupakan salah satu obat golongan analgetik-antipiretik yang digunakan sangat

luas di kalangan masyarakat Indonesia, selain karena harganya yang cukup

terjangkau, juga memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi sistem saraf

pusat secara selektif dan relative aman dengan penggunaan dosis terapi.

Paracetamol yang ada di pasaran tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, antara

lain bentuk tablet, kaplet, maupun sirup. Ada pun dalam formulasi kali ini kami

akan membuat sediaan dalam bentuk sirup.

Sediaan sirup menurut FI V adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau

gula lain dengan kadar tinggi. Persyaratan sirup harus larutan yang homegen,

jernih, bebas dari partikel, larutan boleh berwarna. Sediaan sirup selain

mengandung bahan aktif juga mengandung eksipien seperti pemanis, pengawet,

kosolven, pendapar, essense dan pewarna. Penambahan eksipien ini bertujuan

untuk meningkatkan nilai estetika sediaan dan menutupi rasa dan bau obat yang

tidak enak.

1
Penggunaan sirup paracetamol hanya mengobati gejala, sehingga tidak

diminum hingga habis. Hal ini menyebabkan obat masih tersisa banyak dan

konsumen cenderung untuk menyimpan sisa dari obat tersebut. Sebagian tetap

menyimpan disuhu kamar sebagian lagi menyimpan didalam lemari pendingin.

Keberhasilan pengobatan tergantung pada kadar zat aktif yang dapat mencapai

tempat aksi. Kadar yang kurang dari dosis efektif akan mempersulit penyembuhan

penyakit. Hal ini bisa terjadi karena pemberian dosis yang kurang atau karena

terjadinya penurunan kualitas obat selama penyimpanan. Oleh karena itu perlunya

studi literatur dalam penentuan formula yang sesuai dengan mempertimbangkan

aspek farmakologis, farmaseika dan estetika dari sediaan sirup paracetamol.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode KCKT memenuhi parameter validasi metode untuk pengujian

kadar paracetamol?

2. Apakah verifikasi bahan aktif serbuk paracetamol memenuhi persyaratan?

3. Bagaimana hasil IPC dan evaluasi produk jadi yang dilakukan pada sediaan

sirup paracetamol?

C. Tujuan

1. Mengetahui validitas metode KCKT

2. Mengetahui sifat fisika dan kimia bahan aktif parcetamol yang digunakan

3. Mengetahui hasil IPC dan evaluasi produk jadi yang dilakukan pada sediaan

sirup paracetamol

2
BAB II

TINAUAN PUSTAKA

A. Sirup

1. Definisi Sediaan

Sediaan sirup menurut FI V larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula

lain dengan kadar tinggi. Persyaratan sirup harus larutan yang homegen, jernih,

bebas dari partikel, larutan boleh berwarna (Farmakope Indonesia Ed.V,2014).

Sediaan sirup merupakan sediaan cair berupa larutan yang mengandung

sukrosa kecuali dinyatakan lain, kadar sukrosa C12H22O24 tidak kurang dari 64,0%

dan tidak lebih dari 66%. Pembuatan kecuali dinyatakan lain sirup sebagai

berikut.

Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula jika perlu didihkan hingga

larut, tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang

dikehendaki. Buang basa yang terjadi, serkai (Farmakope Indonesia Ed.III,1979).

2. Syarat Sediaan

a. Larutan berwarna jernih

b. Berasa manis

c. Mengandung satu jenis obat atau lebih. Dapat juga beruapa cairan berwarna

(Farmakope Indonesia Ed.III,1979).

3. Keuntungan sediaan sirup

a. Merupakan cairan yang homogen.

b. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.

3
c. Lebih mudah diabsorbsi karena tidak melewati proses disolusi dan disintegrasi.

d. Memiliki aroma,warna dan rasa yang menarik.

e. Memudahkan penggunaan bagi pasien yang sulit menelan.

4. Kerugian sediaan sirup

a. Beberapa bahan aktif tidak setabil bila dibuat dalam bentuk larutan.

b. Ada bahan yang memiliki rasa dan bau yang sukar di tutupi.

c. Sulit dalam pendistribusian dikarenakan pengemasan yang relatif besar.

B. Formula Sirup Paracetamol

1. Rancangan formula

Tabel I. Formula sirup parasetamol (120 mg/5 ml)

Nama bahan Jumlah (60 ml) Fungsi Jumlah per batch =


5 botol (300 ml)
Paracetamol 60ml/5ml x 120 Zat aktif 7,2 gram
mg = 1,44 gram
PEG 400 10/100 x 60 ml = Solubilizer 30 gram
6 gram
Gliserin 10/100 x 60 ml = Pelarut dan 30 gram
6 gram pemanis
Sukrosa 64/100 x 60 ml Pemanis 192 gram
38,4 gram
Propilen glikol 15/100 x 60 ml = Pengawet 45 gram
9 gram
Asam sitrat 0,028 gram pH modifier 0,14 gram
monohidrat
Perasa jeruk q.s. Perasa q.s.
DM water ad 60 ml Pelarut ad 300 ml

C. Kualifikasi Bahan Baku Sirup Paracetamo

1. Paracetamol

Paracetamol (Zat Aktif) (FI V 2014 Hal. 984)

4
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan :Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N, mudah larut

dalam etanol (FI V 2014 Hal. 984).

Larut dalam 70 bagian air,dalam 7 bagian etanol (95%),

dalam13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan

dalam larutan-larutan alkali (FI III1995 Hal. 37).

Jarak lebur : Antara 168˚ dan 172˚.

Air : Tidak lebih dari 0,5%.

Sisa pemijaran : Tidak lebih dari 0,1%.

Logam berat : Tidak lebih dari 10 bpj

Bobot Jenis : 1.293

pH : 5.0-7.0 (pada suhu 25o C)

Kemurniaan : Paracetamol tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari

101% C8H9NO2.

2. Gliserin

Gliserin (Kosolven) (FI V 2014 Hal. 498)

Pemerian : Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis;

hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak).

Higroskopik; netral terhadap lakmus.

5
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut

dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan

dalam mimyak menguap.

Identifikasi : Spektrum serapan inframerah lapisan tipis menunjukkan pita

yang lebar dan kuat pada 2,7 μm, maksimum pada lebih

kurang 6,1 μm, daerah yang kuat serapannya antara 6,7 μm

dan 8,3 μm, dan maksimum pada lebih kurang 7,1 μm, 7,6

μm dan 8,2 μm, dan serapan yang sangat kuat pada daerah

pita lebih kurang 9,0 μm, 9,6 μm, 10,1 μm, 10,9 μm, dan

11,8 μm.[Catatan Gliserin yang mengandung kadar air

rendah tidak menunjukkan maksimum pada lebih kurang 6,1

μm.]

Bobot jenis : Tidak kurang dari 1,249

Kelarutan : Larut dalam air (HPE)

Titik Didih : 290oC

Titik Didih : 17.8 oC

3. Sukrosa

Sukrosa (Pemanis) (HOPE Hal.703)

6
Pemerian : Sukrosa tidak mengandung zat tambahan. Sukrosa muncul

sebagai kristal tidak berwarna, seperti massa kristal atau

blok, ataumenghasilkan kristal dalam bubuk; tidak berbau

dan memiliki rasa manis

Rumus Empiris : C12H22O1

Bobot Molekul : 342,30

Kelarutan : Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan

pada kelembaban relatif sedang. Ini menyerap hingga 1%

kelembaban, yang dilepaskan pada pemanasan 90oC.

Sukrosa dikaramelasikan ketika dipanaskan pada suhu di

atas 160oC. Larutan sukrosa encer dapat difermentasi oleh

mikroorganisme tetapi menahan dekomposisi pada

konsentrasi yang lebih tinggi, mis. di atas 60% konsentrasi b

/ b. Larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau

filtrasi.

Kegunaan : Basis gula-gula; agen pelapis; bantuan granulasi; agen

suspensi; zat pemanis; pengikat tablet; tablet dan pengencer

kapsul; pengisi tablet; agen terapi; agen penambah

viskositas.

2.4.5 Propilen Glikol

Propilen Glikol (Kosolven, Pengawet) (FI IV 1995 Hal.175)

7
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak

berbau; menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, da dengan

kloroform; larut dalam eter dan beberapa minyak

esensial;tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Bobot jenis : Antara 1,035 dan 1,037.

Konsentrasi untuk kosolven : 10% - 25%

2.4.6 Air Murni (Purified Water)

Air Murni (Purified Water) (Pelarut) (FI V 2014 Hal. 56)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau.

pH : Antara 5,0 sampai 7,0

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan, pipet volume, labu takar, KCKT,

krus, melting point, cawan porselin, mortir dan stamper, glass beaker, pipet tetes,

mikropipet, pipa kapiler, dan gelas ukur

B. Bahan

Bahan yang digunakan adalah standar paracetamol, paracetamol, gliserin,

polietilen glikol 400, sukrosa, propilen glikol, perasa jeruk, DM water, aquabides,

dan metanol HPLC.

C. Prosedur Penelitian

1. Identifikasi zat aktif paracetamol

a. Organoleptif serbuk paracetamol

Amati bentuk, warna, bau, dan rasa serbuk

2. Pembuatan fase gerak

Dibuat fase gerak aquabides-metanol HPLC dengan mengambil sebanyak

1200 ml aquabides dan dicampur dengan methanol sebanyak 400 ml.

3. Pembuatan larutan stok standar paracetamol 200 µg/ml

Menimbang dengan seksama 20 mg standar paracetamol dimasukkan kedalam

labu takar 100 ml diencerkan dengan fase gerak hingga tanda.

4. Pembuatan kurva baku

Dari larutan stok konsentrasi 200 µg/ml dibuat seri konsentrasi 8 µg/ml, 10

µg/ml, 12 µg/ml, 14 µg/ml, 16 µg/ml, dan 18 µg/ml dengan mengambil sebanyak

9
0,4 ml, 0,5 ml, 0,6 ml, 0,7 ml, 0,8 ml, dan 0,9 ml dari larutan stok, dimasukkan

kedalam labu takar 10 ml dan diencerkan dengan fase gerak hingga tanda.

Kondisi HPLC

Kolom 3,5 mm x 30 cm

Flow rate 1,5 ml/menit

Panjang gelombang 243 nm

Fase gerak air-metanol (3:1)

5. Uji kesesuaian sistem

Suntikkan larutan standar konsentrasi 12 µg/ml ke sistem KCKT sebanyak 6x,

amati respon pada panjang gelombang 243 nm dan hitung RSD dari hasil

perhitungan alat.

Kriteria keberterimaan: %RSD < 2 %

Hitung angka lempeng teoritis dari kolom

Kriteria keberterimaan: minimal 750

Amati waktu retensi

Kriteria keberterimaan antara 2 – 2,5 menit

Hitung tailing faktor

Kriteria keberterimaan maksimum 2 (CPOB hal 616, 2013).

6. Validasi metode KCKT

a. Spesifitas

Suntikkan ke sistem KCKT

Fase gerak

Larutan standar

Larutan sampel

10
Larutan fase gerak tidak boleh memberikan respon pada waktu yang

bersamaan dengan waktu retensi relative dari larutan standar dan larutan sampel

paracetamol (CPOB hal. 616, 2013).

b. Presisi keberulangan

Dari larutan standar konsentrasi 12 µg/ml diinjeksikan sebanyak 6 kali,

periksa larutan uji dengan KCKT pada panjang gelombang 243 nm.

Kriteria keberterimaan : %RSD < 2%

c. Akurasi

Dilakukan penetapan kadar sampel, dengan menimbang 12 mg serbuk

paracetamol, dilarutkan dalam fase gerak air-metanol (3:1) hingga 100 ml, dari

larutan tersebut diambil 1 ml kedalam labu takar 10 ml kemudian dilarutkan

dengan fase gerak hingga batas. Diketahui untuk kadar sampel sebesar 8,79 ppm.

Pengujian akurasi dilakukan dengan metode penambahan standar paracetamol

ke dalam sampel, yaitu dengan menimbang 12 mg serbuk paracetamol sebanyak 3

kali, dilarutkan dalam fase gerak aquabides:metanol HPLC (3:1) hingga 100 ml,

dari larutan tersebut diambil 1 ml, dilakukan penambahan larutan standar dengan

konsentrasi 80%, 100%, dan 120% dari konsentrasi sampel yang diketahui yaitu

sebanyak 0,355; 0,440; dan 0,530 ml dari larutan stok 200 ppm ke dalam masing-

masing sampel akurasi dan di larutkan dengan fase gerak hingga 10 ml. Suntikkan

masing-masing sebanyak 3x , dan catat respon pada panjang gelombang 243 nm.

Kriteria keberterimaan : 98 – 102% (CPOB hal. 616, 2013).

7. Verifikasi bahan aktif paracetamol

a. Penetapan jarak lebur

Metode I

11
1) Gerus senyawa uji hingga membentuk serbuk halus

2) Isi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup, dengan serbuk

kering secukupnya, diisi semampat mungkin

3) Operasikan alat sesuai dengan petunjuk

4) Panaskan tangas hingga suhu lebih kurang 30 ͦ C dibawah suhu lebur yang

diperkirakan

5) Masukkan pipa kapiler dan panaskan sampai melebur sempurna

6) Suhu pada saat kolom zat uji terlepas sempurna dari dinding kapiler

didefinisikan sebagai permulaan melebur, dan suhu pada saat zat uji

mencair seluruhnya didefinisikan sebagai akhir peleburan. Kedua suhu

tersebut berada dalam batas jarak lebur (FI V hal. 1556, 2014).

b. Penetapan sisa pemijaran

1) Pijarkan krus (sebagai contoh silika, kuarsa, atau porselen) pada 600 ͦ C

±50 ͦ C selama 30 menit, dinginkan krus pada deksikator dan timbang

seksama

2) Timbang seksama 1 g zat ke dalam krus

3) Basahkan dengan 1 ml asam sulfat P

4) Panaskan sampai mengarang sempurna, dinginkan

5) Basahkan residu dengan sejumlah kecil, umumnya 1 ml asam sulfat,

panaskan hati-hati sampai tidak terbentuk asap putih, dan pijarkan pada

pada 600 ͦ C ±50 ͦ C sampai residu habis terbakar

6) Dinginkan krus dalam deksikator, timbang seksama dan hitung presentase

sisa

12
7) Jika jumlah yang diperoleh lebih dari batas yang ditetapkan masing-masng

monografi. Basahkan kembali sisa dengan asam sulfat P, Pijarkan seperti

sebelumnya selama 30 menit,sehingga pebedaaan dua penimbangan

berturut-turut tidak lebih dari 0,5 mg atau hingga persen dari sisa

memenuhi batas pada masing-masing monografi.

8) Dapat menggunakan tanur, jika diinginkan untuk pemijaran akhir

direkomendasikan menggunakan suhu pada 600 ͦ C ±50 ͦ C. (FI V hal.

1426).

b. Penetapan kadar

Larutan standar paracetamol konsentrasi 8, 10, 12, 14, 16, dan 18 µg/ml

diinjeksikan kedalam KCKT, dibuat kurva hubungan antara konsentrasi larutan

standar paracetamol (x) terhadap AUC (y) sehingga didapat persamaan y = bx + a

Larutan uji

Menimbang dengan seksama lebih kurang 12 mg zat, masukkan dalam labu

ukur 100 ml, larutkan dengan fase gerak aquabides-metanol HPLC (3:1) hingga

tanda, diambil 1 ml dari larutan tersebut dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan

diencerkan dengan fase gerak hingga tanda. Lakukan sebanyak 3 kali. Ukur

larutan uji pada panjang gelombang ± 243 nm.

8. Pembuatan sirup parasetamol

Formula sirup paracetamol dapat dilihat pada tabel I.

13
Tabel I. Formula sirup parasetamol (120 mg/5 ml)

Nama bahan Jumlah (60 ml) Fungsi Jumlah per


batch = 5 botol
(300 ml)
Part I
Paracetamol 1,44 gram Zat aktif 7,2 gram
PEG 400 6 gram Solubilizer (10%) 30 gram
Gliserin 6 gram Pelarut dan 30 gram
pemanis (10%)
DM water 1,44 ml Pelarut 7,2 ml
Part II
Sukrosa 38,4 gram Pemanis (64%) 192 gram
DM water 9,6 ml Pelarut 48 ml
Propilen glikol 9 gram Pengawet (15%) 45 gram
Asam sitrat 0,028 gram pH modifier 0,14 gram
monohidrat
Perasa jeruk q.s. Perasa q.s.

A. Cara pembuatan

Bagian I

1) Panaskan PEG 400 pada suhu 50 ͦ C kemudian tambahkan parasetamol

aduk selama 30 menit

2) Panaskan gliserin pada suhu 50 ͦ C dan tambahkan campuran 1 sambil

terus diaduk selama 20 menit sampai larutan menjadi transparan

3) Panaskan air demineralisasi pada suhu 50 ͦ C

4) Tambahkan campuran 2 secara perlahan kedalam air suling aduk hingga

larut dan homogen

Bagian II

1) Panaskan air demineralisasi pada suhu 65 ͦ C kemudian tambahkan sukrosa

aduk hingga larut

2) Tambahkan propilen glikol sambil terus diaduk hingga larut

Campur bagian I dan II

14
1) Tambahkan bagian I dan II secara perlahan sambil terus diaduk hingga

diperoleh larutan bening

2) Cek pH, apabila tidak diantara 3,8 – 6,1 tambahkan asam sitrat untuk

menyesuaikan pH

3) Tambahkan perasa jeruk secukupnya sambil terus diaduk hingga homogen

4) Tambahkan air demineralisasi hingga volume campuran 60 ml

9. In Process Control sirup paracetamol

a. Uji kejernihan sirup paracetamol

Diamati secara visual sirup dalam gelas beker

Penafsiran hasil = sirup yang dihasilkan jernih dan tidak mengandung partikel

b. Uji pH sirup dengan pH meter

1) Kalibrasi pH meter dengan pH 7, pH 4, dan pH 10

2) Tuang sirup paracetamol kedalam beaker glass

3) Masukkan pH meter kedalam sirup, dan baca pH yang dihasilkan

Penafsiran hasil = sirup memiliki pH 3,8 – 6,1

c. Organoleptis

Amati bentuk, warna, rasa, dan bau dari sirup paracetamol

Penafsiran hasil = sediaan sirup memiliki rasa manis, beraroma jeruk, berwarna

kuning dan berbentuk cair

d. Bobot jenis

1) Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan

menetapkan bobot piknometer dan bobot air

2) Masukkan sirup kedalam piknometer

15
3) Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25 ͦC, buang kelebihan

zat uji dan timbang

4) Jika pada monografi tertera suhu yang berbeda dari 25 ͦC, piknometer yang

telah diisi harus diatur hingga mencapai suhu yang diinginkan sebelum

ditimbang

5) Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah

diisi

6) Bobot jenis diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam

piknometer (FI V hal. 1553, 1995).

e. Viskositas

1) Menyiapkan viskometer stormer

2) Masukkan cairan ke dalam cup

3) Mengarahkan spindle yang telah terpasang ke dalam cup secara tegak

lurus sampai tercelup cairan uji

4) Beri beban 5, 10, 15, 20, dan 25 gr secara bergantian

5) Arahkan jarum pada skala dalam viskometer hidupkan stopwatch

kemudian diamati waktu yang diperoleh untuk spindle berputar dalam 25

putaran.

6) Kemudian dihitung menggunakan rumus

10. Evaluasi sediaan sirup paracetamol

a. Volume terpindahkan

1) Kocok isi dari 10 wadah satu persatu

16
2) Tuangkan isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur, hindari

gelembung udara pada waktu penuangan, diamkan selama tidak lebih 30

menit

3) Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran,

volume rata-rata dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun

volume wadah yang kurang dari 95% dari volume dalam etiket

4) Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada

etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%, tetapi

tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket

5) Lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan

6) Volume rata-rata dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari

satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90%

seperti yang tertera dalam etiket (FI IV hal. 1089, 1995).

b. Penetapan kadar sirup paracetamol

Ukur seksama sejumlah volume sirup setara dengan lebih kurang 12 mg

paracetamol (0,5 ml sirup). Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan

dilarutkan dengan fase gerak aquabides-metanol HPLC (3:1) hingga tanda batas,

dari larutan tersebut kemudian diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam

labu takar 10 ml dan diencerkan dengan fase gerak hingga batas. Lakukan

pengujian sebanyak 3 kali. Ukur larutan uji pada panjang gelombang ± 243 nm.

Syarat = larutan oral paracetamol mengandung paracetamol tidak kurang dari 90%

dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket (FI IV hal. 651,

1995).

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Verifikasi Metode KCKT

Verifikasi metode analisis dilakukan untuk membuktikan bahwa laboratorium

yang digunakan mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan

hasil yang valid. Parameter yang harus dipenuhi diantaranya spesifitas, presisi,

dan akurasi.

1. Uji kesesuaian system

Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem KCKT dapat

stabil dan konsisten apabila dilakukan pengujian secara berulang kali, parameter

yang digunakan adalah RSD < 2%. Uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada tabel

II.

Tabel II. Uji kesesuaian sistem

No. injeksi AUC (mV) Waktu restensi Efesiensi Tailing


(menit) kolom/N factor
1 1361299 6,050 3779 1,276
2 1331697 6,204 3728 1,284
3 1323297 6,050 3782 1,276
4 1262760 6,050 3733 1,282
5 1306409 6,060 3837 1,273
6 1266777 6,018 3775 1,274
Rata-rata 1308706 6,072 3772 1,277
SD 38424 0,066 39,60 0,0046
RSD 2,94% 1,09% 1,05% 0,36%

Berdasarkan hasil, menunjukkan bahwa sistem KCKT yang dipakai

menghasilkan waktu retensi dari paracetamol adalah 6,072 menit, dimana kriteria

keberterimaan adalah 2 – 2,5 menit. Sehingga sistem KCKT yang dipakai salah

satu diantaranya komposisi fase gerak (aquabides-metanol HPLC 3 : 1) yang

digunakan tidak sesuai untuk melakukan pengujian paracetamol dengan alat

18
KCKT sehingga perlu dilakukan pemilihan fase gerak yang sesuai. Nilai %RSD

AUC yang dihasilkan adalah 2,94%, tidak memenuhi kriteria keberterimaan,

sehingga jumlah yg disuntikkan ke dalam sistem KCKT harus sama dan tepat satu

dengan yang lain agar RSD < 2%

2. Spesifitas

Spesifitas menunjukkan kemampuan metode dalam mengukur analit yang

dituju secara spesifik dengan adanya pengotor. Hasil pengujian spesifitas dapat

dilihat pada gambar 1.

Larutan standar

Larutan sampel

Fase gerak

Gambar 1. Hasil uji spesifitas

Berdasarkan hasil, menujukkan bahwa metode KCKT yang dipakai spesifik,

dimana kromatogram larutan standar dan larutan sampel nampak pada waktu

retensi 6 menit dan tidak dipengaruhi adanya fase gerak dengan tidak memberikan

tampilan kromatogram pada waktu retensi 6 menit.

3. Presisi keberulangan

Presisi keberulangan dilakukan untuk membuktikan keberulangan metode

yang digunakan untuk menguji larutan standar paracetamol konsentrasi 12 µg/ml

19
sebanyak 6 kali dengan parameter nilai RSD < 2%. Hasil uji presisi keberulangan

dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III.Hasil uji presisi keberulangan

No.injeksi AUC (mV) Syarat Kesimpulan


1 1253293
2 1257425
3 1200719
4 1250954
5 1228073 Memenuhi
RSD < 2%
6 1236907 syarat
Rata-rata 1237895
Standar 21300
deviasi
RSD 1,721%

Hasil menunjukkan bahwa presisi keberulangan metode KCKT baik, yaitu

dari hasil 6 kali pengujian didapatkan nilai RSD 1,721%.

4. Akurasi

Pengujian akurasi dilakukan untuk mengetahui kedekatan nilai terukur dengan

nilai sebenarnya. Dilakukan dengan metode penambahan standar ke dalam larutan

sampel yang sebelumnya telah diketahui konsentrasinya. Dilakukan penambahan

larutan standar dengan konsentrasi 80, 100, 120% dari konsentrasi larutan sampel

yang diketahui.Hasil uji akurasi dapat dilihat pada tabel IV.

20
Tabel IV. Hasil uji akurasi

Konsentrasi AUC (mV) % Syarat Kesimpulan


µg/ml % Recovery
7,03 80 1653980 108,68
7,03 80 1679281 112,66
7,03 80 1683196 113,30
8,79 100 1767604 100,91
%Recovery
8,79 100 1757994 99,77 Tidak
98-102%
8,79 100 1803815 105,35 memenuhi
10,55 120 1832192 90,71 syarat
RSD < 2%
10,55 120 1877333 95,35 %RSD
10,55 120 1830824 90,62
Rata-rata 101,93
SD 8,69
RSD 8,52%

Berdasarkan hasil pengujian tidak menggambarkan nilai recovery karena

penambahan standar dilakukan menggunakan standar yang telah dilarutkan, yang

seharusnya penambahan standar berupa serbuk standar paracetamol yang

dimasukkan kedalam sampel serbuk dan kemudian dilarutkan.

B. Verifikasi Bahan Aktif

Verifikasi bahan aktif dilakukan untuk memastikan bahwa serbuk paracetamol

yang digunakan memenuhi spesifikasi berdasarkan Farmakope Indonesia.

meliputi uji organoleptis, jarak lebur, sisa pemijaran dan penetapan kadar serbuk

paracetamol.

1. Uji organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan untuk mengidentifikasi bahan baku melalui

indera manusia meliputi bentuk, warna, rasa, dan bau.Hasil uji organoleptis dapat

dilihat pada tabel V.

21
Tabel V. Uji organoleptis serbuk paracetamol

Pengujian Hasil Spesifikasi Kesimpulan


Bentuk Serbuk Hablur Serbuk Hablur Memenuhi spesifikasi
Warna Putih Putih Memenuhi spesifikasi
Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Memenuhi spesifikasi
Rasa Pahit Rasa sedikit pahit Memenuhi spesifikasi

. Dari hasil pengamatan organoleptis yang telah kami lakukan didapatkan

kesimpulan bahwa bahan baku yang kami dapatkan sesuai dengan persyaratan

yang tertera di Farmakope Indonesia Edisi V yaitu berbentuk serbuk hablur,

berwarna putih, tidak berbau, dan memilki rasa yang pahit.

2. Jarak lebur

Pengujian jarak lebur digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat,

karena apabila suatu zat padat tercampur oleh suatu pengotor, akan mempengaruhi

besarnya titik lebur zat murni tersebut. Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi

V, paracetamol memiliki jarak lebur antara 168 ͦ C – 172 ͦ C , dikatakan murni

apabila jarak lebur ± 2 ͦ C dari yg tertera dalam monografi. Penentuan jarak lebur

digunakan alat melting point apparatus. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada

tabel VI.

Tabel VI. Hasil uji jarak lebur

Replikasi Jarak lebur Persyaratan Kesimpulan


I 171,0 ͦ C – 178,0 ͦ C 168,0 ͦC – Tidak memenuhi
II 176,0 ͦ C – 178,1 ͦ C 172,0 ͦ C syarat
III 172,0 ͦ C – 177,0 ͦ C
Rata-rata 173,0 ͦ C – 178,0 ͦ C

Berdasarkan hasil pengamatan, serbuk paracetamol memiliki jarak lebur

173,0 ͦ C – 178,0 ͦ C yang menunjukkan adanya perbedaan. Jarak lebur yang

diperoleh lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tertera dalam Farmakope

22
Indonesia. Dapat dipastikan bahwa serbuk paracetamol yang digunakan tidak

murni karena mengandung pengotor yang tidak larut sehingga menyebabkan

peleburan yang tidak nyata dan jarak lebur yang dihasilkan lebih tinggi dari jarak

lebur zat murni

3. Sisa pemijaran

Pengujian sisa pemijaran dilakukan sebagai syarat kemurnian bahan baku,

dengan membuktikan bahwa bahan bebas dari senyawa asing dan cemaran.

Dimana menurut farmakope Indonesia, sisa pemijaran paracetamol tidak lebih

dari 0,1%. Hasil sisa pemijaran dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII.Hasil sisa pemijaran

Krus setelah dipijar


Hari ke 1
Replika Krus Krus +
Zat
si kosong zat Sisa
Krus + sisa % sisa
pemijar
pemijaran pemijaran
an

1 13,30583 14,30584 1,00001 13,30641 0,00058 0,05799

Sampel 2 13,30583 14,30585 1,00002 13,30650 0,00067 0,06699

3 11,76575 12,76580 1,00005 11,76597 0,00022 0,02199

Rata-rata 0,04899

SD 0,024
Persyaratan <0,1
Kesimpulan Memenuhi Pesyaratan

Berdasarkan hasil tidak menggambarkan presentase sisa pemijaran karena

penimbangan bobot tidak dilakukan hingga diperoleh bobot yang konstan.

4. Penetapan kadar serbuk paracetamol

23
Penatapan kadar dilakukan untuk mengetahui jumlah zat aktif yang

terkandung dalam serbuk paracetamol. Dari hasil pembacaan oleh KCKT

diperoleh persamaan regresi linear y = 83201 x + 238476 dengan nilai koefisien

korelasi r = 0,9875, setelah dibandingkan dengan r tabel = 0,8114 dengan taraf

kepercayaan 95% diperoleh r hitung.> r tabel, menunjukkan adanya hubungan

linear antara konsentrasi larutan standar paracetamol dengan AUC sehingga dapat

digunakan untuk penetapan kadar paracetamol dalam serbuk. Hasil uji penetapan

kadar paracetamol dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel VIII. Hasil penetapan kadar

Replikasi Bobot AUC Kadar Kadar Syarat Kesimpulan


paracetamol (mV) paracetamol paracetamol
(mg) (µg/ml) (%)
1 11,87 1144731 10,89 91,74 98 – Tidak
2 11,68 1143180 10,87 93,06 101% memenuhi
3 11,38 1132200 10,74 94,38 persyaratan
Rata-rata 1140037 10,83 93,06
SD 6831 0,081 1,32
RSD 0,599% 0,74% 1,42%

Berdasarkan perhitungan didapatkan kadar paracetamol sebesar 93,06 ±

1,32% dengan RSD 1,42% menandakan kadar yang homogen. Berdasarkan

Farmakope Indonesia edisi V, paracetamol mengandung tidak kurang dari 98%

dan tidak lebih dari 101% C8H9NO2 sehingga berdasarkan hasil tersebut,

menunjukkan serbuk yang digunakan tidak memenuhi persyaratan untuk kadar

paracetamol perhitungan kadar dapat dilihat pada lampiran Dapat dipastikan

serbuk paracetamol yang digunakan tidak murni dan mengandung pengotor

sehingga kadar paracetamol yang dihasilkan lebih kecil, dan perlu dibandingkan

dengan CoA dari paracetamol yang digunakan tersebut.

C. Produksi Sirup Paracetamol

24
1. Formulasi sirup paracetamol

Paracetamol digunakan sebagai analgetik (pereda nyeri) dan antipiretik

(penurun demam). Pembuatan sirup dimaksudkan agar sediaan paracetamol dapat

diterima dengan baik, dalam hal ini pada penggunaan untuk anak-anak dengan

adanya sirup juga dapat dilakukan penyesuaian dosis untuk anak-anak .

Paracetamol memiliki rasa yang pahit sehingga perlu dibuat sediaan sirup untuk

menutupi rasa pahit dari paracetamol, dimana sirup menurut farmakope Indonesia

edisi V merupakan sediaan yang mengandung sukrosa tidak kurang dari 64% dan

tidak lebih dari 66%. Selain itu, paracetamol sukar larut dalam air, sehingga perlu

bahan tambahan untuk membantu kelarutan paracetamol.Formula yang kami

gunakan berdasarkan International Journal of Research and Development

Pharmacy And Life Science (Singh dkk, 2018) sedangkan komposisi dari formula

tersebut kami sesuaikan berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Exipient

(Rowe dkk, 2009). Untuk formula, hanya berbeda pada penggunaan PEG, dimana

PEG yang kami gunakan adalah PEG 400 karena bentuknya yang cair dan dengan

penggunaan PEG 400 sudah dapat melarutkan paracetamol dengan dibantu

pemanasan pada suhu 50 ͦ C. Paracetamol stabil pada suhu 45 ͦ C, tidak stabil pada

suhu lebih dari 100ͦ C sehingga perlu diperhatikan pada saat pemanasan agar

paracetamol tidak terdegradasi. Sirup yang kami buat mengandung 120 mg

paracetamol dalam 5 ml sirup untuk memudahkan pengaturan dosis pada anak-

anak. Untuk setiap produksi kami buat untuk 5 botol, sedangkan total botol yang

kami buat adalah sebanyak 20 botol sirup paracetamol. Formula yang kami

gunakan sesuai tabel IX.

25
Tabel IX. Formula sirup paracetamol

Nama bahan Jumlah (60 ml) Fungsi Jumlah per batch =


5 botol (300 ml)
Paracetamol 60ml/5ml x 120 Zat aktif 7,2 gram
mg = 1,44 gram
PEG 400 10/100 x 60 ml = Solubilizer 30 gram
6 gram
Gliserin 10/100 x 60 ml = Pelarut dan 30 gram
6 gram pemanis
Sukrosa 64/100 x 60 ml Pemanis 192 gram
38,4 gram
Propilen glikol 15/100 x 60 ml = Pengawet 45 gram
9 gram
Asam sitrat 0,028 gram pH modifier 0,14 gram
monohidrat
Perasa jeruk q.s. Perasa q.s.
DM water ad 60 ml Pelarut ad 300 ml

2. In Process Control (IPC) sirup paracetamol

In Process Control adalah pengujian yang dilakukan selama proses produksi

agar sediaan sirup yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan. Adapun IPC

yang dilakukan diantaranya uji kejernihan, uji pH sirup, uji organoleptis sirup,

bobot jenis, dan viskositas.

a. Uji kejernihan

Pengujian kejernihan dilakukan untuk melihat ada tidaknya partikel dan zat

yang tidak terlarut dalam sedian sirup, dimana salah satu syarat sirup adalah

larutan jernih, tidak mengandung partikel. Pengujian dilakukan secara visual pada

sirup dalam gelas beaker dan jika perlu diberi cahaya. Uji kejernihan dapat dilihat

pada tabel X.

Tabel X. Uji kejernihan

Syarat Kesimpulan
Hasil
Jernih, bebas partikerl Jernih, bebas partikel Memenuhi syarat

26
b. pH sirup paracetamol

Pengujian pH menjadi faktor penting karena berkaitan dengan stabilitas zat

aktif yang digunakan, dalam hal ini paracetamol. Paracetamol stabil pada pH 3,8-

6,1 dalam sediaan sirup. Hasil pengujian pH dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. pH sirup paracetamol

Hasil Hasil Persyaratan Kesimpulan

5,91
PH Sediaan sirup
5,92
paracetamol yang
dibuat didapatkan
5,92 5,91 ± 0,0058 3,8 –6,1 pH 5,91.
memenuhi
Rata-rata 5,91 persyaratan pH sirup
paracetamol
SD 5,8 x 10-3

Berdasarkan pengukuran pH yang telah dilakukan dengan menggunakan

pH meter dan diulang sebanyak 3 kali, diperoleh hasil rata-rata yaitu 5,91 ±

0,0058. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sediaan sirup

paracetamol yang kami buat memenuhi persyaratan. Pada pembuatan sirup tidak

dilakukan penambahan pH modifier yaitu asam sitrat monohidrat, hal ini

dikarenakan bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam sirup memiliki rentang

pH 4-6 sehingga sirup yang diperolehpun pHnya berada dalam rentang tersebut.

c. Uji organoleptis

Uji organoleptis dilakukan berdasarkan indera meliputi manusia meliputi

bentuk, warna, rasa, dan bau. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel XII.

27
Tabel XII. Uji organoleptis sirup paracetamol

Pengujian Hasil Spesifikasi Kesimpulan


Bentuk Larutan Jernih, Larutan Jernih, agak Memenuhi spesifikasi
agak kental kental
Warna Orange - Memenuhi spesifikasi
Aroma Jeruk - Memenuhi spesifikasi
Rasa Manis Manis Memenuhi spesifikasi

Dari hasil pengamatan secara organoleptis sediaan sirup paracetamol yang

kami buat memiliki rasa yang manis, hal ini dikarenakan pemanis yang kami

tambahkan sebanyak 64% sedangkanuntuk aroma dan warna, kami menggunakan

perasa jeruk sehingga aroma yang dihasilkan seperti jeruk dan berwarna orange,

penambahan perasa juga digunakan untuk menutupi rasa pahit dari bahan baku

paracetamol. Penggunaan sukrosa dengan jumlah 64% juga dimaksudkan agar

menghasilkan sediaan sirup yang sedikit kental.

d. Viskositas

Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui sifat alir suatu cairan.

Dalam bidang farmasi penentuan sifat alir menjadi penting, karena berkaitan

dengan stabilitas, keseragaman dosis, pelewatan melalui mulut, penuangan, dan

keajegan hasil produksi. Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan

viskometer stormer. Karena tujuan penggunaan sirup ini untuk anak-anak, maka

kekentalan sirup harus dapat diterima dan memberikan kenyamanan pada anak-

anak. Hasil viskositas dapat dilihat pada tabel XIV.

Tabel XIV. Hasil viskositas sirup paracetamol

Tipe alir Viskositas Viskositas


kurva naik kurva turun
(cps) (cps)
Plastic 19,25 21,96

28
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh tipe alir plastik dengan nilai

viskositas 19,25 cps pada kurva naik dan 21,96 cps pada kurva turun. pengujian

kurva turun dilakukan untuk melihat sifat alir ketika botol pada posisi semula

setelah proses penuangan. Semakin kental sirup yang dihasilkan maka nilai

viskositas akan semakin besar, kekentalan tersebut dipengaruhi oleh adanya 64%

sukrosa. Cairan dengan tipe alir plastik tidak akan mengalir sampai tekanan gesek

mencapai yield value. Dimana yield value adalah harga yang harus dipenuhi agar

cairan mulai mengalir, dan berdasarkan hasil, semakin lama pengadukan maka

viskositas semakin besar, sehingga perlu waktu untuk cairan dapat mengalir.

Selain itu, pada sirup sebelum digunakan wadah harus dikocok dahulu sehingga

sirup dapat homogen, dapat dituang dan mengalir dengan dosis yang seragam.

e. Bobot jenis

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air, volume

sama yang ditimbang pada suhu yang sama. Pengukuran bobot jenis (BJ)

menggunakan alat piknometer. Hasil uji BJ dapat dilihat pada tabel XIII.

29
Tabel XIII. Hasil uji bobot jenis

Pengujian Perhitungan Hasil Persyaratan

Berat pikno kosong 30,48123 g

Berat pikno+air 41,72688 g


Berat air (b) 11,24565 g
Botol I:
Berat pikno+zat
44,57145 g
Berat zat (a)
14,09022 g
BJ (a:b) 1,253 g/ml 1,293 g/ml
Botol II:
Berat pikno+zat
44,63935 g
Berat zat (a) 1,259 g/ml
14,15812 g
BJ (a:b)
Botol III:
Berat pikno+zat 44,62174 g
Berat zat (a) 14,14051 g 1,257 g/ml
BJ (a:b)

Rata-rata 1,256 g/ml

SD 3,05 x 10-3

Hasil pengamatan evaluasi BJ sirup Paracetamol menunjukkan hasil BJ sirup

Paracetamol 1,256 ± 0,0058 gram/ml, dimana syaratnya adalah 1,293 g/ml.

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai signifikansi < 0,05 yang menunjukkan

bahwa hasil tidak sama dengan syarat sehingga dapat dikatakan bahwa pengujian

bobot jenis sirup tidak memenuhi persyaratan. Bobot jenis sirup Paracetamol tidak

memenuhi persyaratan kemungkinan disebabkan karena kandungan gula pada

sirup yang kami buat hanya mengandung sukrosa 64% sedangkan pada

Farmakope Indonesia sirup mengandung sukrosa 64-66%, sehingga perlu

penambahan sukrosa agar dapat meningkatkan kerapatan dari sirup tersebut.

3. Evaluasi sirup paracetamol

30
Evaluasi adalah pengujian pada produk akhir sediaan sirup paracetamol, untuk

memastikan bahwa sirup paracetamol memenuhi peryaratan. Adapun evaluasi

sediaan sirup diantaranya volume terpindahkan dan penetapan kadar paracetamol.

a. Volume terpindahkan

Pengujian volume terpindahkan dilakukan untuk melihat kesesuaian volume

sirup yang terpindahkan dengan yang tertera pada etiket, dimana untuk 1 botol

mengandung 60 ml sirup paracetamol. Pengukuran volume terpindahkan

dilakukan dengan memilih 10 botol sediaan larutan paracetamol secara acak,

kemudian larutan dipindahkan ke gelas ukur 100 ml dan diamati berapa ml larutan

yang terpindahkan ke dalam gelas ukur. Hasil pengujian volume terpindahkan

dapat dilihat pada tabel XII

Tabel XII.Hasil pengujian volume terpindahkan dosis ganda

Volume Presentase volume


No Persyaratan Kesimpulan
(ml) pada etiket
1. 60

2. 60

3. 60

4. 60 Memenuhi
5. 60 persyaratan.
Tidak ada wadah
Tidak ada
Tidak kurang dari yang volumenya
6. 60 wadah yang
100% volume pada kurang dari 95%
volumenya
7. 60 etiket volume pada
kurang dari
etiket
95% volume
8. 60
pada etiket
9. 60

10. 60
Volume
60
rata –rata

31
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sediaan larutan

paracetamol memenuhi persyaratan volume terpindahkan sesuai dengan

Farmakope Indonesia Edisi V. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan larutan

paracetamol kami memiliki volume yang sesuai dengan yang tertera pada etiket.

f. Penetapan kadar sirup paracetamol

Penatapan kadar dilakukan untuk mengetahui jumlah zat aktif yang

terkandung dalam sirup paracetamol. Dari hasil pembacaan oleh KCKT diperoleh

persamaan regresi linear y = 83201 x + 238476 dengan nilai koefisien korelasi r =

0,9875, setelah dibandingkan dengan r tabel = 0,8114 dengan taraf kepercayaan

95%, diperoleh r hitung.> r tabel menunjukkan adanya hubungan linear antara

konsentrasi larutan standar paracetamol dengan AUC sehingga dapat digunakan

untuk penetapan kadar paracetamol dalam sirup. Hasil uji penetapan kadar

paracetamol dapat dilihat pada tabel XIV.

Tabel XIV. Hasil penetapan kadar sirup paracetamol

Replikasi Kadar Volume AUC Kadar Kadar Syarat Kesimpulan


dalam sirup (mV) paracetamol paracetamol
etiket (ml) (mg/5ml) dalam
(mg/5ml) etiket (%)
1 120 0,5 1345499 130,78 108,98
2 120 0,5 1230623 117,21 97,67
3 120 0,5 1271036 122,03 101,69 90 – memenuhi
Rata-rata 1282386 123,34 102,78 110% persyaratan
SD 58273 6,88 5,73
RSD 4,54% 5,58% 5,57%

Berdasarkan perhitungan didapatkan kadar paracetamol sebesar 123,34

mg/ml dengan RSD 5,58% menandakan kadar paracetamol tersebut tidak

homogen dan diketahui % kadar paracetamol dalam etiket 102,78 ± 5,73%

perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5, dimana berdasarkan Farmakope

Indonesia edisi V, larutan oral paracetamol mengandung C8H9NO2, tidak kurang

32
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket

sehingga berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan sirup paracetamol memenuhi

persyaratan, namun pada pengujian hanya dilakukan terhadap beberapa botol yang

mana kadar tidak mewakili jumlah sirup yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan untuk sistem KCKT perlu

dilakukan pemilihan komposisi fase gerak yang tepat agar waktu retensi yang

dihasilkan diantara 2-2,5 menit dan pengulangan pada saat injeksi perlu dilakukan

dengan tepat dengan volume yang sama banyaknya agar nilai %RSD AUC < 2%.

Dari hasil verifikasi metode analisis, diketahui bahwa metode KCKT spesifik

dalam menganalisis paracetamol, memilki presisi yang baik, namun pada

pengujian akurasi tidak menggambarkan nilai recovery, dapat disimpulkan bahwa

metode KCKT tidak valid dalam menganalisis paracetamol. Pada verifikasi zat

aktif diperoleh secara organoleptis dan persentase sisa pemijaran memenuhi syarat

sesuai dengan spesifikasi, sedangkan untuk jarak lebur menghasilkan nilai yang

lebih tinggi yaitu 173 ͦ C – 178 ͦ C sehingga kemungkinan serbuk paracetamol

yang dihasilkan tidak murni karena mengandung pengotor yang tidak larut

sehingga menghasilkan jarak lebur yang lebih tinggi.

Volume sirup paracetamol sesuai dengan etiket, namun menghasilkan

kekentalan yang kurang sehingga BJ yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan.

Oleh karena itu, dalam formula tersebut perlu ditambahkan sukrosa sampai 66%

agar sirup yang dihasilkan dapat kental dan BJ memenuhi persyaratan. Kadar

paracetamol dalam sirup yang dihasilkan dari pengujian terhadap 3 botol

memenuhi persyaratan kadar menurut Farmakope Indonesia, namun dengan RSD

5,58% menandakan kadar yang tidak homogen, sehingga perlu diperhatikan dan

33
dilakukan dengan tepat pada saat preparasi sampel sampai menginjeksikan sampel

sirup kedalam sistem KCKT.

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Uji identifikasi zat aktif paracetamol yaitu uji organoleptis dan sisa

pemijaran memenuhi persyaratan, sedangkan jarak lebur dan penetapan

kadar paracetamol tidak memenuhi persyaratan.

2. Verifikasi metode KCKT, spesifitas dan presisi memenuhi persyaratan,

sedangkan uji kesesuaian sistem dan akurasi tidak memenuhi persyaratan.

3. In Process Control (IPC) sirup paracetamol uji kejernihan, uji pH dan uji

organoleptis memenuhi persyaratan.

4. Evaluasi sirup paracetamol volume terpindahkan, viskositas dan penetapan

kadar memenuhi persyaratan, sedangkan bobot jenis sirup tidak memenuhi

persyaratan.

B. Saran

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, untuk analisis perlu digunakan fase

gerak yang sesuai sehingga waktu retensi dapat menghasilkan waktu antara 2 –

2,5 menit. Perlu penambahan konsentrasi gula menjadi 66% untuk meningkatkan

kerapatan dari sirup

35
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan


Obat Yang Baik. Jilid I. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Rowe.RC, Sheskey.PJ, Queen.MQ. .2009. Handbook of Pharmaceutical
Exipients sixth edition. ISBN 978 1 58212 135 2 (USA).

Singh.P, Kumar.P, Prasad.N. 2018. Formulation and evaluation of an Anti-


pyretic (Paracetamol) syrup for pediatric. International Journal of
Research and Developmentin Pharmacy andLife science.

36
LAMPIRAN

37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Validasi metode KCKT
Kromatogram standar

Kromatogram sampel

Kromatogram fase gerak

38
Lampiran 2. Perhitungan Akurasi
Sampel yang telah diketahui = 8,79 µg/ml (100%)

Larutan standar yang ditambahkan dari larutan stok 200 µg/ml:

M1 x V1 = M2 x V2

 Penambahan 80%
80
8,79 µg/ml x 100 = 7,03 µg/ml

200 µg/ml x V1 = 7,03 µg/ml x 10 ml

V1 = 0,3515 ml ~ 0,355 ml

 Penambahan 100%

200 µg/ml x V1 = 8,79 µg/ml x 10 ml

V1 = 0,4395 ml ~ 0,440 ml

 Penambahan 120%
120
8,79 µg/ml x = 10,55 µg/ml
100

200 µg/ml x V1 = 10,55 µg/ml x 10 ml

V1 = 0,5275 ml ~ 0,530 ml

Data HPLC

 Penambahan 80%

Replikasi 1

39
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1653980 = 92484 x + 133998

X = 16,43 µg/ml

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


% recovery = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛

16,43 µg/ml−8,79 µg/ml


= = 108,68%
7,03 µg/ml

Relikasi 2

40
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1679281 = 92484 x + 133998

X = 16,71 µg/ml

16,71 µg/ml−8,79 µg/ml


% recovery = = 112,66%
7,03 µg/ml

Relikasi 3

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1683196 = 92484 x + 133998

X = 16,75 µg/ml

16,75 µ𝑔/𝑚𝑙−8,79 µ𝑔/𝑚𝑙


% recovery = = 113,23%
7,03 µ𝑔/𝑚𝑙

 Penambahan 100%

Replikasi 1

41
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1767604 = 92484 x + 133998

X = 17,66 µg/ml

17,66 µg/ml−8,79 µg/ml


% recovery = = 100,91%
8,79 µg/ml

Replikasi 2

42
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1757994 = 92484 x + 133998

X = 17,56 µg/ml

17,56 µg/ml−8,79 µg/ml


% recovery = = 99,77%
8,79 µg/ml

Replikasi 3

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1803815 = 92484 x + 133998

X = 18,05 µg/ml

18,05 µg/ml−8,79 µg/ml


% recovery = = 105,35%
8,79 µg/ml

 Penambahan 120%

Replikasi 1

43
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1832192 = 92484 x + 133998

X = 18,36 µg/ml

18,36 µg/ml−8,79 µg/ml


% recovery = = 105,35%
8,79 µg/ml

Replikasi 2

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1877333 = 92484 x + 133998

X = 18,85 µg/ml

44
Lanjutan lampiran 2. Perhitungan Akurasi

18,85 µg/ml−8,79 µg/ml


% recovery = = 95,35%
10,55 µg/ml

Replikasi 3

Persamaan regresi linear y = 92484 x + 133998

1830824 = 92484 x + 133998

X = 18,35 µg/ml

18,35 µg/ml−8,79 µg/ml


% recovery = = 90,71%
10,55 µg/ml

A. Verifikasi zat aktif

Perhitungan Penetapan kadar zat aktif

Replikasi 1

45
46
Lampiran 3. Perhitungan kadar serbuk paracetamol

Replikasi 2

Replikasi 3

47
Lanjutan lampiran 3. Perhitungan kadar serbuk paracetamol

C (µg/ml) AUC
8 928008
10 1070207
12 1253293 r = 0,9875
14 1347752 a = 238426
16 1513112 b = 83201
18 1808193
Replikasi 1 1144731
Replikasi 2 1143180
Replikasi 3 1132200

Persamaan regresi y = 83201 x + 238476

a. replikasi 1 (1144731)

1144731 = 83201 x + 238476

X = 10,89 µg/ml = 10,89 x 10-3 mg/ml

10,89 x 10−3 mg/ml x 100 ml x 10


Kadar = x 100% = 91,74%
11,87 mg

b. Replikasi 2 (1143180)

1143180 = 83201 x + 238476

X = 10,87 µg/ml = 10,87 x 10-3 mg/ml

10,87 x 10−3 mg/ml x 100 ml x 10


Kadar = x 100% = 93,06%
11,68 mg

c. Replikasi 3 (1132200)

1132200 = 83201 x + 238476

X = 10,74 µg/ml = 10,74 x 10-3 mg/ml

10,74 x 10−3 mg/ml x 100 ml x 10


Kadar = x 100% = 94,38%
11,38 mg

91,74% + 93,06% + 94,38%


Rata-rata = = 93,06%
3

48
Lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol

a. Uji kejernihan

1. Sediaan paracetamol sebelum penambahan essence jeruk

2. Sediaan paracetamol setelah penambahan essense jeruk

49
Lanjutan lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol

b. Uji pH

c. Bobot jenis

50
Lanjutan lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol

d. Viskositas sirup

Diketahui kv = 27,25

Kurva naik

KURVA RHEOGRAM
w-fk vs rpm
60

50 y = 1,4154x - 19,024
R² = 0,9995
40
Axis Title

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60
Axis Title

KURVA RHEOGRAM
log w-fk vs log rpm
1.8

1.75
y = 1.439x - 0.732
R² = 0.998
1.7
Axis Title

1.65

1.6

1.55

1.5
1.56 1.58 1.6 1.62 1.64 1.66 1.68 1.7 1.72 1.74
Axis Title

51
Lanjutan lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol

r1 > r2 dan tidak melewati (0,0), tipe alir plastik

Penentuan viskositas

𝑘𝑣
b= 𝜂

27,25
η = 1,4154 = 19,25 cps

Kurva turun

KURVA RHEOGRAM
w-fk vs rpm
50
45 y = 1.2416x - 15.258
R² = 0.9974
40
35
30
Axis Title

25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Axis Title

52
Lanjutan lampiran 4. IPC sediaan sirup paracetamol

KURVA RHEOGRAM
log w-fk vs log rpm
1.7

1.65 y = 1.4688x - 0.8194


R² = 0.995
1.6
Axis Title

1.55

1.5

1.45

1.4

1.35
1.5 1.52 1.54 1.56 1.58 1.6 1.62 1.64 1.66 1.68 1.7
Axis Title

R1 > r2 dan tidak melewati (0,0), tipe alir plastik

Penentuan viskositas

𝑘𝑣
b= 𝜂

27,25
η = 1,241 = 21,96 cps

53
Lampiran 5. Perhitungan penetapan kadar sirup paracetamol

Persamaan regresi linear y = 83201 x + 238476


Replikasi 1

1345499 = 83201 x + 238476


x = 13,3 µg/ml = 13,3 x 10-3 mg/ml

13,3 x 10−3 mg/ml x 100 ml x 10


Kadar = x 59 ml/botol = 1569,4 mg/botol =
0,5 ml

130,78mg/5ml

130,78 mg/5ml
% kadar dalam etiket = x 100% = 108,98%
120 mg/5ml

Replikasi 2

1230623 = 83201 x + 238476

x = 11,92 µg/ml = 11,92 x 10-3 mg/ml

11,92 x 10−3 mg/ml x 100 ml x 10


Kadar = x 59 ml/botol = 1406,56 mg/botol = 117,21
0,5 ml

mg/5ml

54
Lanjutan lampiran 5 Perhitungan penetapan kadar sirup paracetamol

117,21 mg/5ml
% kadar dalam etiket = x 100% = 97,67%
120 mg/5ml

Replikasi 3

1271036 = 83201 x + 238476

x =12,41 µg/ml = 12,41 x 10-3 mg/ml

12,41 x 10−3 mg/ml x 100 ml x 10


Kadar = x 59 ml/botol = 1464,38 mg/botol =
0,5 ml

122,03mg/5ml

122,03 mg/5ml
% kadar dalam etiket = x 100% = 101,69 %
120 mg/5ml

108,98%+97,67%+101,69%
Rata-rata = = 102,78%
3

55
Lampiran6. Data statistik bobot jenis
Explore

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
BJ .253 3 . .964 3 .637
a. Lilliefors Significance Correction

T-TEST
One-Sample Statistics
Std.
N Mean Deviation Std. Error Mean
BJ 3 1.25633 .003055 .001764

One-Sample Test
Test Value = 1.293
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean the Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
BJ -20.788 2 .002 -.036667 -.04426 -.02908

56

Anda mungkin juga menyukai