Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada DM
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada DM
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada DM
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetic
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis
adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah)
yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus
merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron. Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit
menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan
hormon insulin secara relatif maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe
diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak
tergantung insulin). Ada pula diabetes dalam kehamilan, dan diabetes akibat
malnutrisi. Diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes
tipe 2 dimulai pada usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus diabetes
dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk
Indonesia1.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003, jumlah
penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta
jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara
berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia
menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa1.
DM jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh darah
kaki, syaraf dan lain-lain. Penderita DM dibandingkan dengan penderita non DM
mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung
koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetika.
Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung
koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1%1.
Pada kasus yang kami temui di lapangan, terjadi sesak nafas pada klien
dengan DM sehingga intervensi yang kami lakukan salah satunya adalah pemberian
terapi oksigen. Sesak nafas yang terjadi jika tidak segera ditangani akan berakibat
fatal hingga menyebabkan kematian pada klien. Oleh sebab itu, perawat perlu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat guna mengurangi komplikasi yang
dapat timbul akibat DM.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan teori yang terkait DM
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada kasus DM
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa yang tepat pada kasus DM
d. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi yang tepat pada kasus DM
e. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan pada klien dengan
DM
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan
DM
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Penyebab/Faktor Predisposisi
1.Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota
keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-
faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3.Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes
sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormon-hormon plasenta. Setelah melahirkan bayi, kadar glukosa darah akan
kembali normal.
4.Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah hormon
yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan
kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa
menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Pada Diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat
menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan
ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolic
akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketonik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan
komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi
neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insiden
penyakit makrovaskuler yang mencangkup infark miokardium, stroke, dan penyakit
vaskuler perifer.
5. Klasifikasi
1.I DDM ( Insulin Dependent Diabetes Millitus )
Sangat tergantung pada insulin. Disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas
karena reaksi autoimin sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin alami untuk
mengontrol kadar glukosa darah.
2. NIDDM ( Non-Insulin Dependent Diabetes Millitus )
Tidak tergantung insulin. Diabetes ini dsebabkan oleh gangguan metabolisme
dan penurunan fungsi hormon insulin dalam mengontrol kadar glukosa darah dan
hal ini bisa terjadi karena faktor genetik dan juga dipicu oleh pola hidup yang tidak
sehat.
3.Gestational Diabetes
Disebabkan oleh gangguan hormonal pada wanita hamil. Diabetes melitus (
gestational diabetes mellitus, GDM) juga melibatkan suatu kombinasi dari
kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, sama dengan
jenis-jenis kencing manis lain. Hal ini dikembangkan selama kehamilan dan dapat
meningkatkan atau menghilang setelah persalinan. Walaupun demikian, tidak
menutup kemungkinan diabetes gestational dapat mengganggu kesehatan dari janin
atau ibu, dan sekitar 20%–50% dari wanita-wanita dengan Diabetes Melitus
gestational sewaktu-waktu dapat menjadi penderita.
6. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes ada beberapa yaitu :
1. Jangka pendek:
• Hipoglikemia
• Ketoasidosis diabetik
• Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
2. Jangka panjang
• Retinopati
• Nefropati
• Neuropati : polineuropati sensori(neuropati perifer), neuropati cranial, dan
neuropati otonom
7. Gejala Klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang
mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak
kencing.
b.Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c.Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanyaakan berada sampai pada
pembuluh darah.
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan
otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e.Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
8. Pemeriksaan fisik
a. Inpeksi : lemah, pucat
b. Auskultasi : suara napas normal
c. Perkusi : tidak ada asites
d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, nadi 80x per menit
9.Pemeriksaan diagnostik/ penunjang
Pemeriksaan diagnosis
Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dL, atau lebih.
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330mOsm/l.
Elektrolit:
Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
Fosfor : lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup
SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
Pemeriksaan mikroalbumin : Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan
kardiovaskular
•Nefropati Diabetik. Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes
adalah terjadinya nefropati diabetic, yang dapat menyebabkan gagal ginjal terminal
sehingga penderita perlu menjalani cuci darah atau hemodialisis.
• Nefropati diabetic ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang berfungsi
sebagai alat penyaring.
• Gangguan pada glomerulus ginjal dapat menyebabkan lolosnya protein albumin ke
dalam urine
• Adanya albumin dalam urin (=albuminoria) merupakan indikasi terjadinya
nefropati diabetic.
Manfaat pemeriksaan Mikroalbumin (MAU)
• Diagnosis dini nefropati diabetic
• Memperkirakan morbiditas penyakit kardiovaskular dan mortalitas pada pasien DM
Jadwal pemeriksaan Mikroalbumin
• Untuk DM Tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun didiagnosis
DM
•Untuk DM tipe 2
O Untuk pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan
O Secara periodic setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter
Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C
Dapat Memperkirakan Risiko Komplikasi Akibat DM
HbA1c atau A1C
• Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan hemoglobin
(glycohemoglobin)
• Jumlah A1C yang terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah
• Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel darah
merah)
• Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3
bulan sebelum pemriksaan
Manfaat pemeriksaan A1C
• Menilai kualitas pengendalian DM
• Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
Tujuan Pemeriksaan A1C
Mencegah terjadinya komplikasi (kronik) diabetes karena :
•A1C dapat memperkirakan risiko berkembangnya komplikasi Diabetes
• Komplikasi diabetes dapat muncul jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi
dalam jangka panjang
• Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3 bulan) dapat diperkirakan
dengan pemeriksaan A1C
Jadwal pemeriksaan A1C
• Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM dipastikan
• Secara periodic (sebagai bagian dari pengelolaan DM) yaitu :
− Setiap 3 bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum tercapai)
− Minimal 2 kali dalam setahun.
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 10 Oktober 2018, jam 19.30 WIB
Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2018, jam 19.32 WIB
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. S
2. Usia : 23 tahun
3. Jenis kelamin : Laki- laki
4. Alamat : tampojung
5. Agama : Islam
6. Diagnose medis : Diabetes Mellitus
7. No. register : 01145073
B. Pengkajian Primer
1. Airway
Terdengar bunyi mendengkur atau snoring dari jalan napas Tn. S ketika ekspirasi.
Tidak ada secret pada jalan nafas.
2. Breathing
Frekuensi pernapasan 30 x/menit, pola nafas takipnea, napas pendek dan dangkal,
terlihat nafas cuping hidung, terlihat retraksi intercostalis, ada gerakan otot bantu
pernapasan. Traktil fremitus tidak teraba karena pasien dalam kondisi bingung.
3. Circulation
Nadi : 102 x/mnt, irama nadi regular, TD : 130/80 mmHg. Turgor kulit baik,
akral hangat. Bibir dan ujung jari sianosis. Capillary refill > 2 detik
4. Disability
Kesadaran Tn. S letargik dengan GCS 14 yaitu E4 M5 V4.
5. Exposure
Tidak ada jejas, tidak ada lebam pada tubuh klien. Tidak ada deformitas tulang.
Suhu tubuh klien 36,5 0 C.
C. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
sesak napas.
5. Pemeriksaan Fisik
Bagian Keterangan
Mulut & Gigi Bibir klien kering, gigi klien lengkap belum ada yang
tanggal, tidak ada perdarahan gusi.
Pe : Pekak
Pa : belum terkaji
Pe : belum terkaji
6. Cairan
Input :
Minum 1 liter
Output :
Urine 7 x 200 cc = 1400 cc
Muntah : 400 cc
8. Rasa Nyaman
Nyeri pada seluruh bagian perut.
P : Saat beraktivitas
R : Seluruh abdomen
S : Skala 8
D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan GDS pada tanggal 10 Oktober 2012
Nama: Tn. S
Usia: 23 tahun
GDS : HIGH
E. Terapi Medis12
Nama Cara Efek samping
Dosis Indikasi Kontra indikasi
Obat Pemberian
Insulin 10 unit Bolus IV a. DM (Diabetes Melitus) Tipe 1 memerlukan insulin a. Dosis insulin Dengan Obat Lain :
eksogen karena produksi insulin endogen oleh sel-sel yang berlebihan
a. Hormon pertumbuhan,
beta kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak ada b. Saat pemberian
hormon adrenal,
b. DM Tipe 2 kemungkinan juga membutuhkan terapi yang tidak tepat
tiroksin, estrogen,
insulin apabila terapi diet dan OHO yang diberikan c. Penggunaan
progestin dan
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah glukosa yang
glukagon bekerja
c. DM Gestasional dan DM pada ibu hamil membutuhkan berlebihan,
berlawanan dengan
terapi insulin, apabila diet saja tidak dapat misalnya
efek hipoglikemik dari
mengendalikan kadar glukosa darah olahraga
insulin
d. DM pada penderita yang mendapat nutrisi parenteral anaerobic
b. Guanetidin bekerja
atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori untuk berlebihan
menurunkan kadar
memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara d. Faktor-faktor lain
gula darah
bertahap memerlukan insulin eksogen untuk yang dapat
c. Kloramfenikol,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal meningkatkan
tetrasiklin, salisilat,
selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi kepekaan
fenilbutazon, bekerja
peningkatan kebutuhan insulin individu terhadap
meningkatkan kadar
e. DM disertai gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat insulin, misalnya
insulin plasma
f. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO gangguan fungsi
g. Ketoasidosis diabetic adrenal atau d. Pemberian obat-obat
h. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan hipofisis ini bersama insulin
pembedahan, infark miokard akut atau stroke memerlukan
i. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma penyesuaian dosis
hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik
Do :
RR : 30 rpm
Pola nafas takipnea
Napas pendek dan dangkal
Frekuensi pernapasan Tn. S 30 rpm
Terlihat retraksi intercostalis
Nafas cuping hidung
Ada gerakan otot bantu pernapasan
Klien memiliki riwayat DM
GDS : High
2. Ds : Nyeri Akut Agen Cidera : Peningkatan
Asam Lambung
Klien mengatakan nyeri pada seluruh bagian perut.
P : Saat beraktivitas
R : Seluruh abdomen
S : Skala 8
Klien mual.
Keluarga mengatakan Tn. S sudah buang air kecil sebanyak 7 kali dengan
tiap BAK kira-kira 200 cc.
Do :
DIAGNOSA KEPERAWATAN13
1. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Sindrom Hipoventilasi
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera : Peningkatan Asam Lambung
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif
O:
O:
2 20.01 WIB
- Pasien tidak fokus saat dianjurkan
untuk minum. Pasien berfokus
- Menganjurkan pasien untuk pada sakitnya
banyak minum S:-
2 20.05 WIB
O:
10/10/2012 1 S:
20.15 WIB - Tn. S masih mengeluh sesak
O:
- Respiratory rate Tn. S 28 rpm.
- Cuping hidung sudah tak terlihat
- Masih terlihat retraksi intercostalis
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat3. Diabetes mellitus adalah
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemi16. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan yaitu
:Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L), Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2
jam post prandial (pp) > 200 mg/dl4.
DM sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ
tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang
tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Karena itu, jelas bahwa DM bisa menjadi
penyebab terjadinya komplikasi baik yang akut maupun kronis17.
Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan
cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah
(hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia)17.
Pada pemeriksaan gula darah Tn. S didapatkan hasil “high” dan kondisi Tn. S mengalami
sesak nafas, mual muntah, nyeri perut. Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh Tn. S disebabkan
oleh ketoasidosis diabetic (KAD). Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah kasus gawat darurat
akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot
tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah
lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton.
Keadaan ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa
menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa
darah naik. Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah.
Keluhan dan gejala tersebut berupa nafas yang cepat dan dalam, nafas bau keton atau aseton,
nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan turun, capek, lemah,
bingung, mengantuk, dan kesadaran menurun sampai koma5. Pada Tn. S mengalami keluhan
nafas cepat dan dalam, mual, muntah, nyeri perut, lemah, dan kesadaran menurun. Tn.S
mengalami mual muntah sehingga menyebabkan adanya dehidrasi.
Pada Tn.S intervensi yang dilakukan yaitu memberikan terapi oksigen sebanyak 4 liter
permenit karena terapi oksigen sangat membantu klien mengatasi kekurangan oksigen yang
dialami. Memonitor adanya retraksi dinding dada, adanya penggunaan otot bantu pernafasan
berfungsi untuk mengetahui sejauh mana keadaan pola nafas klien tidak efektif dan untuk
mengevaluasi apakah intervensi yang dilakukan sudah tepat ataukah belum selain itu untuk
mengetahui keadaan klien apakah sudah membaik ataukah belum. Memonitor pemberian
oksigen untuk memastikan kebutuhan oksigen klien terpenuhi. Pemberian insulin berguna untuk
mengatasi kelebihan glukosa dalam darah sehingga ketoasidosis diabetik tidak terjadi dan
transport serta ventilasi oksigen kembali normal sehingga klien tidak mengalami ketidakefektifan
pola nafas. Intervensi yang dilakukan dilapangan sudah cukup maksimal untuk mengatasi
ketidakefektifan pola nafas.
Masalah nyeri yang dialami klien hanya dilakukan intervensi latihan nafas dalam. Latihan
nafas dalam ini bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dialami klien secara nonfarmakologi.
Pengkajian nyeri dilakukan untuk mengetahui seberapa tingkat nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi. Komuniksi yang efektif dilakukan agar klien merasa nyaman dan tenang
sehingga nyeri bisa turun secara psikologi. Intervensi yang dilakukan belum efektif karena belum
mengurangi nyeri secra optimal. Butuh suatu intervensi secara farmakologi untuk mengatasi
nyeri yang ada.
Masalah kekurangan volume cairan diatasi dengan memonitor dehidrasi yang dialami
klien dengan mengukur intake dan output cairan klien. Monitor status intake dan output
berfungsi untuk mengethui perkembangan klien setelah dilakukan inteevensi. Apakah intervensi
tersebut berhasil ataukah tidak. Memonitor mukosa mulut berguna untuk mengetahui sampai
mana keadaan kekurangan volume cairan klien. Intervensi yang dilakukan yang lain yaitu
dengan memberikan terapi intravena agar kekurangan volume cairan klien teratasi secara cepat.
Intervensi yang dilakukan di lapangan sudah maksimal karena memang untuk mengatasi
kekurangan volumecairan membutuhkan waktu yang cukup lama tidak bisa dalam hitungan jam
tetapi dengan hitungan hari.
KESIMPULAN
Pasien dengan nama Tn. S datang ke IGD dengan diagnosa medis Dibates mellitus, mengeluh
sesak napas. Setelah dikaji lebih dalam pasien juga mengalami nyeri serta mual muntah sehingga
menyebabkan gangguan kenyamanan dan perubahan status cairan. Tindakan keperawatan darurat yang
diberikan pada pasien dilaksanakan sesegera mungkin untuk menghindari kondisi keparahan lebih lanjut
dari pasien terutama tindakan yang berhubungan dengan pernapasan dan cairan pasien.
Setelah dilakukan tindakan keperawtan pasien terlihat lebih tenang walaupun GDS klien tetap
tinggi tetapi intervensi untuk menstabilkan kembali nilai GDS pasien tetap dilakukan secara teratur di
ruang rawat inap. Masalah kegawat daruratan pasien selama di IGD teratasi sebagian dan akan
dilanjutkan dengan tindakan keperawatan di ruang rawat inap oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA