Ida Kinerja Struktur Rangka Beton Bertulang Dengan Penambahan Dinding.. 43 50 Vol. 24 No. 1 PDF
Ida Kinerja Struktur Rangka Beton Bertulang Dengan Penambahan Dinding.. 43 50 Vol. 24 No. 1 PDF
Ida Kinerja Struktur Rangka Beton Bertulang Dengan Penambahan Dinding.. 43 50 Vol. 24 No. 1 PDF
ISSN 0853-2982
Abstrak
Penelitian ini dilakukan guna memperoleh model struktur rangka beton bertulang dengan dinding pengisi (RDP)
berlubang, dengan dan tanpa perkuatan di sekitar lubang (lintel), sebagai perkuatan seismik, dengan
membandingkan perilaku dan kinerja struktur RDP dengan berbagai rasio lubang. Pada tahap awal dilakukan
validasi model dengan membandingkan perilaku struktur yang dimodel menggunakan elemen shell (RDPsh) dan
strut diagonal (RDPst) dengan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Model validasi
menunjukkan bahwa RDPsh menghasilkan diagram beban-simpangan lateral yang lebih mendekati hasil tes
dibandingkan dengan RDPst. Disamping itu, persamaan lebar strut untuk dinding berlubang tanpa lintel tidak bisa
digunakan untuk dinding berlubang dengan lintel karena lintel menambah kekakuan rangka, memperkuat dinding
di sekitar lubang dan mengurangi tegangan maksimum pada sudut lubang sampai 40%. Lebar strut diagonal
kemudian dimodifikasi untuk mendapatkan model yang menghasilkan respon sesuai dengan RDPsh. Kemudian
model rangka beton bertulang 3, 4, dan 5 lantai dengan dinding pengisi berlubang sentris dengan lintel di
sekeliling lubang dibuat dengan variasi rasio lubang 0 – 100%. Hasil analisis pada RDP 3 lantai menunjukkan
bahwa, terjadi pengurangan simpangan lateral masing-masing sebesar 65%, 58%, 43%, 22%, dan 5% untuk rasio
lubang 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80%. Persentase pengurangan yang hampir sama juga terjadi pada rangka 4 dan
5 lantai. Untuk rangka 3-lantai, penambahan dinding pengisi dengan rasio lubang terbesar 60% cukup memadai
untuk menahan beban gempa yang disyaratkan SNI 1726:2012. Tetapi, untuk rangka 4 dan 5 lantai, diperlukan
dinding dengan rasio lubang maksimum 40%. Penambahan dinding pengisi meningkatkan kemampuan struktur
dalam menahan gaya geser dasar akibat gempa. Namun demikian, peningkatan kekuatan ini disertai dengan
penurunan daktilitas struktur seiring dengan menurunnya rasio lubang.
Kata-kata Kunci: Analisis kinerja, dinding pengisi berlubang, elemen shell, perkuatan seismik, strut diagonal.
Abstract
This research was conducted to develop a model of seismic retrofitting of reinforced concrete frame using infill wall
with central openings, with and without lintels around the opening, by comparing the behaviour and performance of
the frame structures with varying opening ratios. Prior to model the strengthened frames, validation was done by
comparing the behaviour of computer models using shell element (RDPsh) and diagonal strut (RDPst) to those of
laboratory tests conducted by others. The validation models show that the lateral load-displacement diagrams of
RDPsh fit the test result better than the strut ones. It was also found that the strut width equation for opening
without lintel can not be used for opening with lintels as the lintels stiffen the frame and strengthen the wall around
the openings. Based on these results, the width of strut was modified to match the response of model using shell
element with lintels around the opening. The RC frames of 3, 4, and 5 storey retrofitted using infill wall with central
opening ratio varies from 0 to 100%, was then conducted by modeling the infill wall as an equivalent diagonal strut
and shell elements in SAP2000 software. The analysis results of 3-storey frames show that, reduction on lateral
drifts of 65%, 58%, 43%, 22%, and 5% was observed for opening ratio of 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80%,
respectively. Similar results were also found for the 4 and 5 storey frames. From the reinforcement requirements it
can be concluded that the strengthening method can be applied with limitation on the wall opening ratios. For 3-
storey frames, the addition of infill wall with opening ratio up to 60% is adequate to withstand the quake load
specified in the SNI 1726:2012. For 4 and 5-storey frames however, opening ratio of 40% or less is required.
Interestingly, the addition of infill wall with lintels can withstand higher base shear forces. However, the increased
strength is followed by a decreased ductility in line with decreasing opening ratio.
Keywords: Diagonal strut, infilled frame with opening wall, performance analysis, seismic retrofitting, shell
element.
Diterima 19 April 2016, Direvisi 13 Maret 2017, Diterima untuk dipublikasikan 31 Maret 2017.
Copyright 2017 Diterbitkan oleh Jurnal Teknik Sipil ITB, ISSN 0853-2982, DOI: 10.5614/jts.2017.24.1.6
Budiwati, Sukrawa.
dengan a adalah lebar strat, hcol adalah tinggi kolom, Dimensi penampang lintel yang digunakan disesuaikan
rinf adalah panjang diagonal dinding, Eme adalah dengan tebal dinding yaitu 60/60 menggunakan beton
modulus elastisitas dinding, tinf adalah tebal dinding, θ 10 MPa.
adalah sudut dari diagonal strat, Efe adalah modulus
elastisitas beton struktur, Icol adalah inersia kolom, dan Pada penelitian Kakaletsis dan Karayannis (2009) benda
hinf adalah tinggi dinding. uji dibebani siklik dan beban vertikal pada bagian atas
kolom. Namun dalam penelitian ini beban siklik
Ketentuan lebar strat untuk dinding berlubang, sampai digantikan dengan beban lateral yang ditingkatkan per
saat ini belum jelas. Asteris et al. (2012) mengusulkan 10 kN secara bertahap sampai mencapai beban puncak
persamaan analitis berupa faktor reduksi yang (maksimum). Dengan memperhitungkan kenonlinieran
dinyatakan sebagai rasio antara lebar efektif strat material, modulus elastisitas direduksi secara bertahap
diagonal pada dinding pengisi berlubang dan dinding sesuai dengan diagram tegangan regangan beton
penuh yang dapat digunakan untuk menghitung maupun dinding dan tingkat bebannya. Modulus
kekakuan lateral awal struktur RTBB dengan dinding dihitung sebagai secant modulus. Retak pada penampang
berlubang. Adapun faktor reduksi kekakuan dinding struktur juga diperhitungkan dengan mereduksi inersia
yang diusulkan oleh Asteris et al. (2012) mengikuti dari masing-masing penampang. Faktor reduksi E dan I
persamaan berikut: yang digunakan mengacu data pada SNI 2847:2013,
ditampilkan pada Tabel 2. Data tersebut juga disesuaikan
(3) dengan hasil pengujian laboratorium Kakaletsis dan
Karayannis (2009).
dengan λ adalah faktor reduksi lebar strat dan aw adalah
rasio luas lubang terhadap luas area dinding. Berdasarkan Hasil berupa kurva gaya dan perpidahan model
Persamaan (1) dan (3) didapat lebar strat diagonal dibandingkan dengan hasil eksperimen seperti pada
seperti pada Tabel 1. Gambar 2(a). Hasil eksperimen Kakaletsis dan
Tabel 1. Lebar strat diagonal dengan faktor reduksi
Karayannis (2009) diplot sebagai outer bound hasil
asteris pengujian spesimennya yang dibebani beban siklik.
Berdasarkan perbandingan tersebut terlihat bahwa
Kode Faktor Lebar Strut model strat menunjukkan perilaku yang tidak sama
αw dengan elemen shell. Jika dibandingkan dengan model
Model Reduksi (λ) Tereduksi (mm)
elemen shell, model strat menunjukkan respon yang
RDP 0 1 159.0 lebih kaku pada model dinding penuh. Namun pada
model dinding berlubang responnya menjadi lebih
RDPB1 0.1041 0.4865 77.4 lemah. Hal ini disebabkan oleh faktor reduksi pada
RDPB2 0.1582 0.3833 61.0 Persamaan (3) yang belum mampu memberikan hasil
yang sesuai. Pada Gambar 2(b) ditampilkan kurva
RDPB3 0.2081 0.3102 49.3 gaya-perpindahan model elemen shell dengan dan
RDPB4 0.2081 0.3102 49.3 tanpa lintel. Berdasarkan perbandingan tersebut terlihat
bahwa model dengan lintel memberikan respon yang
Model elemen shell dibuat dengan mengacu pada sedikit lebih kaku dibandingkan model tanpa lintel.
penelitian Dorji and Thambiratnam (2009), dengan Pengaruh penambahan lintel juga terlihat pada
bidang kontak antara dinding dengan struktur dimodel tegangan yang terjadi di sudut lubang seperti pada
sebagai elemen gap. Kekakuan dari elemen gap Gambar 3. Tegangan tekan pada sudut lubang
dirumuskan oleh Dorji and Thambiratnam (2009) berkurang sekitar 40% akibat penambahan lintel.
sebagai berikut:
Pada penelitian terdahulu (Sukrawa, 2015) sudah
(4) dilakukan validasi model RDP berlubang WO4 dan
menunjukkan hasil yang serupa dengan WO3 yaitu
dengan t adalah tebal dinding pengisi. Model elemen model dengan lintel memiliki tegangan lebih kecil pada
shell dengan penambahan balok dan kolom praktis bagian sudut lubang dibandingkan model tanpa lintel.
(lintel) di sekeliling lubang juga dibuat untuk
dibandingkan dengan model elemen shell tanpa lintel.
Tabel 2. Faktor reduksi EI
Persentase Faktor Faktor Reduksi I RDP Faktor Reduksi I RDPB Faktor Reduksi I RT
Beban (%) Reduksi E Kolom Balok Kolom Balok Kolom Balok
0 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
40 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.90 0.90
70 0.90 1.00 1.00 0.95 0.90 0.75 0.75
85 0.80 1.00 1.00 0.90 0.80 0.60 0.60
95 0.70 0.90 0.85 0.80 0.60 0.55 0.45
100 0.60 0.70 0.60 0.70 0.40 0.50 0.30
Diterima 19 April 2016, Direvisi 13 Maret 2017, Diterima untuk dipublikasikan 31 Maret 2017.
Copyright 2017 Diterbitkan oleh Jurnal Teknik Sipil ITB, ISSN 0853-2982, DOI: 10.5614/jts.2017.24.1.6
Budiwati, Sukrawa.
Tabel 6. Tegangan tekan (MPa) maksimum pada Perbandingan antara gaya lateral gempa rencana
dinding dengan leleh pertama menunjukkan bahwa penurunan
Portal Rasio Lubang rasio lubang dapat meningkatkan kekuatan struktur.
Tingkat 0% 20% 40% 60% 80%
Pada model 3 tingkat, peningkatan kekuatan struktur
berdasarkan perbandingan gempa rencana dengan leleh
3 1.1 1.4 1.6 2.1 0.9 pertama dari rasio lubang 100% sampai 0% berturut-
turut adalah 0%, 4%, 22%, 58%, 107%, dan 149%.
4 1.2 1.6 2.1 2.6 1.1
Sementara untuk model 4 dan 5 tingkat berturut-turut
5 1.2 1.6 2.0 2.6 1.1 0%, 4%, 18%, 48%, 90%, 157%, dan 0%, 3%, 17%,
46%, 84%, 150%
Penambahan dinding pengisi juga memengaruhi
kebutuhan tulangan dari masing-masing elemen Daktilitas struktur dapat diketahui dengan
struktur. Kebutuhan tulangan pada kolom seperti pada membandingkan simpangan maksimum atau pada saat
Tabel 7, 8, dan 9 didapat berdasarkan analisis beban menjelang runtuh dengan simpangan pada saat leleh
gempa rencana SNI 1726:2012, sementara tulangan pertama. Namun karena pada kurva pushover tidak
terpasang diambil dari kebutuhan tulangan dari desain didapatkan simpangan maksimum yang jelas, maka
SNI 1726:2002. Berdasarkan perbandingan dari kedua daktilitas dicari dengan membandingkan simpangan
analisis terlihat bahwa luas tulangan yang dibutuhkan pada target displacement dengan simpangan pada leleh
oleh model dengan rasio lubang 80% telah melebihi pertama seperti yang ditampilkan pada Tabel 10. Pada
luas tulangan terpasang. Model dengan rasio lubang tabel terlihat bahwa semakin kecil rasio lubang pada
60% juga memiliki kebutuhan tulangan yang lebih dinding maka semakin kecil pula daktilitas strukturnya.
besar pada model 4 dan 5 tingkat.
Tabel 7. Perbandingan luas tulangan kolom model 3 tingkat
Tulangan Terpasang Tulangan Perlu (mm2)
Tingkat
(mm2) ST300 ST320 ST340 ST360 ST380 RT3
1 3132 900 900 900 2268 3708 4122
2 2682 1332 1395 1575 2259 2979 3231
3 3338 1100 1275 1650 2431 3544 3794
Tabel 8. Perbandingan luas tulangan kolom model 4 tingkat
Tulangan Tulangan Perlu (mm2)
Tingkat Terpasang
(mm2) ST400 ST420 ST440 ST460 ST480 RT4
1 1752 1225 1225 1225 1874 3038 3369
2 2826 900 900 1404 2385 3960 4608
3 2565 1341 1449 1611 2349 3123 3384
4 3213 1213 1444 1744 2475 3525 3763
Tabel 9. Perbandingan luas tulangan kolom model 5 tingkat
Tulangan Tulangan Perlu (mm2)
Tingkat Terpasang
(mm2) ST500 ST520 ST540 ST560 ST580 RT5
1 1600 1600 1600 1600 1696 2352 2480
2 1225 1225 1225 1225 1225 2315 2805
3 2691 900 900 1440 2403 3888 4536
4 2178 900 1233 1458 1899 2682 2970
5 1917 1449 1503 1566 1737 2079 2178
Dari hasil analisis kinerja didapat kurva seperti pada
Gambar 9, 10, dan 11. Jika dibandingkan antara target
displacement masing-masing model, terlihat bahwa
model dengan rasio lubang 80% memberikan
pengaruh yang kecil terhadap kinerja struktur. Dari
ketiga model juga dapat dilihat bahwa tinggi tingkat
memengaruhi efektivitas dinding. Perbandingan
beban puncak pada model dinding penuh terhadap
model RT yaitu 187%, 162%, dan 152% berturut-turut
untuk model 3, 4, dan 5 tingkat. Hal tersebut
menandakan semakin tinggi suatu struktur, maka
semakin berkurang pengaruh dinding pengisi dalam Gambar 9. Kurva pushover model 3 tingkat
meningkatkan kekuatan struktur.
Diterima 19 April 2016, Direvisi 13 Maret 2017, Diterima untuk dipublikasikan 31 Maret 2017.
Copyright 2017 Diterbitkan oleh Jurnal Teknik Sipil ITB, ISSN 0853-2982, DOI: 10.5614/jts.2017.24.1.6
Budiwati, Sukrawa.
Gambar 10. Kurva pushover model 4 tingkat Gambar 11. Kurva pushover model 5 tingkat
Tabel 10. Daktilitas struktur
Persentase Lubang
Portal Tingkat
0% 20% 40% 60% 80% 100%
simpangan leleh pertama (mm) 66.4 68.3 71.0 74.8 77.8 78.5
3 simpangan target displacement (mm) 129.8 157.0 182.9 213.0 240.3 246.8
Daktilitas 2.0 2.3 2.6 2.8 3.1 3.1
simpangan leleh pertama (mm) 88.9 88.8 92.3 99.6 105.7 107.2
4 simpangan target displacement (mm) 166.6 192.5 222.1 262.7 299.5 308.0
Daktilitas 1.9 2.2 2.4 2.6 2.8 2.9
simpangan leleh pertama (mm) 102.9 103.7 107.7 114.1 119.0 121.1
5 simpangan target displacement (mm) 194.9 228.2 262.2 304.4 341.5 352.7
Daktilitas 1.9 2.2 2.4 2.7 2.9 2.9
2. Pada rangka 3 lantai, penambahan dinding pengisi Badan Standardisasi Nasional, 2012, Tata Cara
berlubang menghasilkan penurunan simpangan Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
masing-masing sebesar 65%, 58%, 43%, 22%, dan Bangunan Gedung dan Non Gedung-SNI
5% untuk rasio lubang 0%, 20%, 40%, 60%, dan 1726:2012. Jakarta : BSN.
80%. Persentase pengurangan yang hampir sama
juga terjadi pada rangka 4 dan 5 lantai. Badan Standardisasi Nasional, 2013, Persyaratan
Beton Struktural untuk Bangunan Gedung-SNI
3. Dari kebutuhan tulangan pada rangka 3-lantai, 2847:2013
penambahan dinding pengisi dengan rasio lubang
sampai dengan 60% sudah memadai untuk Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,
menahan beban gempa yang disyaratkan dalam 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
SNI 1726:2012. Sedangkan pada rangka 4 dan 5 untuk Struktur Bangunan Gedung-SNI
lantai, diperlukan penambahan dinding dengan 1726:2002
rasio lubang maksimum 40%.
Dorji, J., and Thambiratnam, D.P., 2009, Modelling
4. Analisis push over menunjukkan bahwa penambahan and Analysis of Infilled Frame Structures under
dinding pengisi meningkatkan kemampuan struktur Seismic Loads. The Open Construction and
dalam menahan gaya geser dasar akibat gempa. Building Technology Journal, 2009, 3, 119-126
Namun demikian, peningkatan kekuatan ini disertai
dengan penurunan daktilitas struktur seiring dengan Federal Emergency Management Agency, 2000, FEMA
menurunnya rasio lubang. 356 – Prestandard and Commentary for the
Diterima 19 April 2016, Direvisi 13 Maret 2017, Diterima untuk dipublikasikan 31 Maret 2017.
Copyright 2017 Diterbitkan oleh Jurnal Teknik Sipil ITB, ISSN 0853-2982, DOI: 10.5614/jts.2017.24.1.6