1499 3049 1 SM
1499 3049 1 SM
1499 3049 1 SM
1, April 201
Abstrak — Kategori bangunan kokoh apabila struktur pada bangunan tersebut kuat dan stabil,
sehingga dapat menerima beban-beban yang bekerja pada bangunan tersebut tanpa terjadinya
keruntuhan. Jika keruntuhan terjadi secara tiba-tiba tanpa ada gejala sebelumnya dapat
mengakibatkan munculnya korban jiwa. Dengan ini diperlukan penguatan sebagai solusi mengatasi
kerusakan struktur. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan komponen struktur mana yang tidak
mampu menahan beban dan penguatan seperti apa yang perlu dilakukan terhadap struktur bangunan.
Gaya-gaya dalam didapatkan dari analisis struktur eksisting dan asumsi beban-beban yang bekerja
pada struktur dengan pemodelan struktur 3D (space frame). Hasil analisis pemodelan struktur berupa
gaya-gaya dalam digunakan untuk mendapatkan momen ultimit (Mu) dan dibandingkan dengan
momen eksisting (Mn) yang dihitung dengan data eksisting. Setelah diketahui komponen-komponen
struktur yang tidak mampu menahan beban, maka metode penguatan yang sangat mungkin untuk
dilaksanakan pada komponen struktur tersebut adalah Concrete Jacketing. Penambahan dimensi
penguatan pada balok dan kolom sebesar 50 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan
lentur naik rata-rata sebesar 149.493% dan kekuatan geser naik rata-rata sebesar 496.814% setelah
struktur balok diberi penguatan. Hasil analisis kekuatan kolom setelah diberikan penguatan, diperoleh
hasil diagram P-M yang menunjukan bahwa pada kolom K1, K2 dan KP kekuatannya meningkat dan
setelah diberi penguatan Concrete Jacketing aman.
Abstract —The perfect building category is the structures on the structure are strong and stable, can
receive the burdens working on the structure without any collapse. If the collapse occurs suddenly
without prior symptoms can result in a loss of life. It requires reinforcement as a solution to structural
damage. The research is done to determine which components of the structure are unable to bear
weight and which reinforcement such as what needs to be done to the structure of the building.
Internal forces are derived from spaceframe structural analysis and assumptions that burden work on
structure with 3d modeling. The structure of modeling analysis is used to obtain the ultimit moments
and compared to the moment of existence which is calculated with the existing data. Since the
components of the structure are known for weight loss, the likely method of reinforcement to be
performed in those components is the jacketing concrete. Adding the dimension of strengthening to the
beam and column by 50 mm. Research shows that the bending power rose an average of 149,493% and
the shifting power rose an average of 496,814% after the beam structure was reinforced. Analysis of
the strength of the columns after strengthening, obtained from p-m diagrams showing that in the K1,
K2, and KP column their strength increased and reinforced the safety of the jacketing concrete.
antara lain, efektifitas penguatan, kemudahan dilakukan penguatan dengan metode concrete
dalam pelaksanaan, dan biaya (Christiawan, jacketing.
2009).
Concrete Jacketing merupakan suatu III. METODE PENELITIAN
sistem penguatan atau perbaikan beton dengan
Dalam penelitian ini mengambil lokasi
cara menyelimuti beton yang telah ada dengan
pada bangunan Sekolah di Jakarta. Komponen-
beton tambahan (Soenaryo, Taufik, & Siswanto,
komponen struktur eksisting yang dianalisis
2009). Jacketing dari bahan beton sebagai solusi
diasumsikan menggunakan tulangan dengan rasio
penguatan yang efektif yang meningkatkan
minimum. Mutu beton hasil pengujian di
kinerja seismik pada struktur. Teknik penguatan
lapangan diperoleh nilai sebesar 17,13 MPa.
struktur ini digunakan pada struktur bangunan
yang bertujuan untuk memperbesar penampang, Tahapan Penelitian
sehingga kekuatan beton menjadi meningkat Metode pengambilan data yang
(Cintya, 2017), (Rosyidah, Rinawati, Wiratenaya, dilakukan pada penelitian ini antara lain,
& Pattisia, 2010).
pengamatan, wawancara, studi kepustakaan, dan
Berdasarkan latar belakang di atas pengumpulan data teknis. Setelah data semua
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi diperoleh, dilakukan proses analisis dengan
struktur eksisting sehingga dapat ditentukan tahapan penelitian sesuai dengan diagram alir
komponen struktur yang perlu penguatan, dan yang ditunjukkan pada Gambar 1.
merancang penguatan terhadap komponen
struktur yang tidak mampu menahan beban.
Dengan terpenuhinya tujuan diharapkan dapat
memberikan beberapa manfaat yaitu, sebagai
informasi kepada pemilik atau pengelola gedung
untuk dilakukan perbaikan, dan tambahan ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Concrete Jacketing
Konsep dasar metode Concrete
Jacketing adalah pembesaran dimensi dan
penambahan tulangan pada elemen struktur
untuk meningkatkan kinerja elemen struktur
yang perlu diperkuat. Pembesaran tersebut
dilakukan dengan Jacketing. Jacketing dari
bahan beton sebagai solusi penguatan yang
efektif yang meningkatkan kinerja seismic pada
struktur.
Berdasarkan penelitian terdahulu
(Soenaryo et al., 2009) kolom beton bertulang
paling efektif diperbaiki dengan metode concrete
jacketing karena pada penelitian tersebut
didapatkan peningkatan P maksimum rata rata
sebersar 502,778% setelah menerima beban
runtuh awal sebersar 75% P maksimum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Cintya,
2017) struktur dapat menerima penambahan
tingkat yang direncanakan serta periode struktur
kurang dari periode struktur maksimum setelah Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Penyelesaian Penelitian
18 PORTAL Jurnal Teknik Sipil Vol. 11, No. 1, April 201
Tahap pertama, mengumpulkan data eksisting masing tipe kolom. Gambar 2 yang merupakan
struktur. Kedua, mengasumsi beban-beban yang diagram interaksi P-M KolomTipe K1.
bekerja pada struktur bangunan. Ketiga, P ( kN)
700
menganalisis data eksisting struktur dan hasil
pembebanan dengan pemodelan struktur. (Pmax)
Kolom
Kolom dianalisis kapasitas tekan (Pn),
momen (Mn), dan gesernya (Vs). Hasil dari
analisis ini ialah kesimpulan perlu tidaknya
penguatan kolom agar tetap dapat menahan
beban rencana. Untuk analisis kekuatan kolom,
dapat dilihat dari diagram interaksi P-M masing-
Penulis Dody Farouq Alfariez, Muhammad Ariq Wicaksono, dan Anis Rosyidah : PENGUATAN STRUKTUR 19
PADA BANGUNAN DENGAN MUTU BETON RENDAH
fs=0 fs=0
fs=0.5fy fs=0.5fy
32 4 8 7
1
6 10 59
-120 120
Mx (kN-m)
(Pmin)
-1500
Pembahasan
Menurut hasil perhitungan struktur
balok setelah diperkuat dengan concrete
jacketing pada Tabel 2 dimensi balok diperbesar
menjadi 300/550 mm di setiap tipe balok dengan
kekuatan lentur naik rata-rata sebesar 149.493%
dan kekuatan geser naik rata-rata sebesar
496.814% untuk setiap tipe balok yang
dilakukan penguatan. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kekuatan lentur
pada balok setelah ditambah penguatan dengan
Concrete Jacketing ditunjukkan pada grafik
Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6. Gambar 6. Pembandingan Gaya Geser Balok
Penulis Dody Farouq Alfariez, Muhammad Ariq Wicaksono, dan Anis Rosyidah : PENGUATAN STRUKTUR 21
PADA BANGUNAN DENGAN MUTU BETON RENDAH
Berdasarkan hasil analisis kekuatan Cintya. (2017). Evaluasi dan analisis perkuatan
kolom K1, K2, KP setelah diberikan penguatan bangunan yang bertambah jumlah
dengan penambahan dimensi menjadi 300/300 tingkatnya, 5(9), 591–602.
mm, diperoleh hasil diagram P-M yang
menunjukan bahwa seluruh kolom yang telah Kati, R. A. Y. R. (2016). Perilaku Lentur Balok
dilakukan penguatan, kekuatannya meningkat Beton Bertulang Dengan Perkuatan
dan dapat dikatakan desain kekuatan struktur Geser Menggunakan Lembaran FRP.
kolom setelah diberi penguatan concrete Nawy. (1998). Beton Bertulang Suatu
jacketing aman. Pendekatan Dasar.
Rosyidah, A., Rinawati, Wiratenaya, D., &
V. KESIMPULAN Pattisia, A. (2010). Perkuatan Struktur
pada Bangunan Rumah Tinggal 3
Dari hasil penelitian dan pembahasan
Lantai. Politeknologi, 9(1), 8–21.
yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
Retrieved from
sebagai berikut (1) Balok dengan tipe B1
http://jurnal.pnj.ac.id/index.php/politek
250/500 mm, B2 230/400 mm, B1K 250/500
nologi
mm, B2K230/400 mm dan kolom dengan tipeK1
250/250 mm, K2 200/200 mm, KP 150/150 mm SNI 03-2847. (2013). Persyaratan Beton
pada lantai 1 menunjukkan bahwa struktur Struktural untuk Bangunan Gedung.
tersebut tidak mampu menahan beban-beban Bandung: Badan Standardisasi
yang bekerja. (2) Concrete Jacketing paling Indonesia.
mungkin dilaksanakan karena kemudahan dalam
pelaksanaannya (tidak memerlukan pekerja SNI 1726. (2012). Tata cara perencanaan
khusus pada pelaksanaannya) dan biayanya yang ketahanan gempa untuk struktur
murah. Setelah balok dan kolom diberi bangunan gedung dan non gedung.
penguatan Concrete Jacketing menunjukkan Bandung: Badan Standardisasi
bahwa balok dan kolom aman. Kuat nominal Indonesia.
balok setelah diberi penguatan terjadi kenaikan SNI 1727. (2013). Beban minimum untuk
lentur sebesar 149.493% dan kenaikan geser perancangan bangunan gedung dan
sebesar 496.814%. struktur lain. Bandung: Badan
Standardisasi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Soenaryo, A., Taufik, M. H., & Siswanto, H.
(2009). Perbaikan Kolom Beton
Chairunnisa & Khatimi. (2016). Identifikasi Bertulang Menggunakan Concrete
Kerusakan dan Alternatif Perbaikan Jacketing dengan Prosentase Beban
Pada Konstruksi Struktur Beton Runtuh yang Bervariasi. JURNAL
Bertulang. REKAYASA SIPIL, 3(2), 91–100.