Lapkas MERI (Apendisitis)
Lapkas MERI (Apendisitis)
Lapkas MERI (Apendisitis)
APPENDISITIS AKUT
Oleh :
dr. Meri Dian Sera
Pembimbing:
dr. Eko Krahmadi, Sp. B
Pendamping:
dr.Gustian Zahran
2
2
KASUS I
A. Identitas Pasien
Nama : Nn. SW
Umur : 28 Tahun/ 22-10-1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Poleang
Pekerjaan : Bidan
DPJP : dr. Eko Krahmadi, Sp.B
No. RM : 04 46 34
Tanggal Masuk : 11 APRIL 2019
B. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah
Riwayat penyakit :
PBM dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 11 jam SMRS. Nyeri
dirasakan terus menerus, dirasakan terutama di ulu hati dan menjalar ke perut
kanan bawah. Nyeri terutama bertambah berat saat batuk/ menarik napas dan
berkurang dengan membungkukan badan. Keluhan nyeri disertai dengan mual,
muntah, malas makan dan demam. Keluhan lain: batuk (-), sesak (-). BAB
terakhir 11.00 wita (siang hari), biasa. BaK seperti biasa. Siklus haid teratur dan
tidak ada keluhan saat haid.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat penyakit dengan keluhan nyeri perut kanan bawah 4 tahun lalu dan
berobat ke dokter IGD dan didiagnosa Appendisitis dan disarankan untuk
operasi, namun pasien menolak.
Gastritis (+), DM disangkal, HT disangkal, alergi makanan/obat (tidak ada),
trauma perut (tidak ada).
Riwayat penyakit keluarga :
Penyakit dengan keluhan yang sama (tidak ada)
Riwayat pengobatan :
Anti nyeri dan antibiotik yang dibelinya sendiri
3
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Kesan umum : Sakit sedang
GCS : E4M6V5 (composmentis)
:
Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala : Mesocephal
Mata : Sklera ikterus (-/-), konjungtiva anemis (-/-), edema
palpebra (-/-), pupil bulat isokor d= 2,5/2,5 mm
Telinga : Otorrhea (-)
Hidung : Rinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
Leher : T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-), pembesaran
KGB (-), struma (-), deviasi trakea (-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris ki=ka, tidak tampak tahanan bernapas
Palpasi : Krepitasi(-), nyeri tekan(-), vokal fremitus simetris
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru, batas paru-hepar ICS V
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak di ICS V
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris ki=ka, darm countour (-)
Auskultasi : Peristaltik 8x/menit , metallic sound (-)
Perkusi : Timpani, pekak hepar (+), pekak alih (-), nyeri ketok
titi Mc Burney (+)
Skor Alvarado2,3,9
Kriteria Nilai Nilai Pasien
Migrasi nyeri ke RLQ 1 1
Anoreksia 1 1
Mual-muntah 1 1
Nyeri tekan dalam RLQ 2 2
Rebound tenderness 1 1
Demam (>37.5 C) 1 1
Leukositosis (>10.000) 2 0
Shift to the left (>75%) - -
Interpretasi 7
9-10 : appendicitis definite
D. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
(11 April 2019)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
WBC : 9.8 5-10 ribu/ ul
RBC : 4.5 4.5 -5.5 juta/ ul
5
E. Assessment
Appendicitis Acute
F. Terapi
Terapi : Nonfarmakologi
Tirah baring
Monitoring KU dan vital sign, monitoring tanda akut
abdomen
Farmakologi
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 1g/12 jam/iv
Inj. Ranitidin 50mg/8j/1v
Injeksi ketorolac 30mg/8j/iv
Metronidazol 0,5gr/8jam/iv
Informed consent appendectomy
Operasi Apendektomi
7
ANALISA KASUS
Pasien adalah seorang perempuan, yang berusia 28 tahun. Hal ini sesuai dengan
teori, dimana apendisitis dapat ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dengan
risiko menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 8%.5 Insiden tertinggi
dilaporkan pada rentang usia 20-30 tahun. Kasus perforasi apendiks pada apendisitis
akut berkisar antara 20-30% dan meningkat 32-72% pada usia lebih dari 60 tahun,
sedangkan pada anak kurang dari satu tahun kasus apendisitis jarang ditemukan.4,7
Pada kasus pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 11 jam
SMRS. Dirasakan terus menerus, awalnya dirasakan di ulu hati dan menjalar ke perut
kanan bawah. Nyeri terutama bertambah berat saat batuk/ menarik napas dan
berkurang dengan membungkukan badan. Berdasarkan teori, pada appendisitis
akutnyeri perut akan dirasakan di daerah kanan bawah, mula-mula daerah
epigastrium kemudian menjalar ke daerah Mc Burney. Apabila terjadi inflamasi (>6
jam) penderita dapat menunjukkan letak nyeri yang bersifat somatik.3,8
Pada penjalanan kasus diatas, nyeri perut kanan bawah kemudian disertai
dengan mual, muntah, malas makan dan demam. Berdasarkan referensi, keluhan
yang dapat timbul setelah nyeri perut kanan bawah; muntah (rangsangan visceral)
akibat iritasi nervus vagus; anoreksi, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam
8
sesudahnya; disuria juga timbul apabila peradangan apendiks dekat dengan vesica
urinaria; obstripasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami
diare (biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang dinding rektum).
Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan nyeri somatik yang
beragam. Sebagai contoh apendiks yang panjang dengan ujung yang mengalami
inflamasi di kuadran kiri bawah akan menyebabkan nyeri didaerah tersebut, apendiks
di retrosekal akan menyebabkan nyeri panggul atau punggung, dan sebagainya.2,5
Pada pemeriksaan fisik abdomen; 1) Inspeksi; datar, tidak ditemukan darm countour;
2) Auskultasi; peristaltik 8x/menit , metallic sound (-), 3) Perkusi; timpani, pekak
hepar (+), pekak alih (-), nyeri ketok titi Mc Burney (+); 4) Palpasi ; nyeri tekan titik
Mc Burney (+), rebound tenderness (+), defans musculer (-), obturator sign (+),
rovsing sign (+), psoas sign (+). Beberapa pemeriksaan yang mungkin ditemukan
pada pemeriksaan fisik kasus appendisitis akut:3,4,5,7
1. Inpeksi
Penderita berjalan membungkuk sambil memengangi perut yang sakit
Kembung bila terjadi perforasi
Penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.
2. Auskultasi
Peristaltik normal, peristaltik tidak ada jika ileus paralitik karena peritonitis
generalisata akibat appendisitis perforata.
3. Palpasi
Adanya rebound tenderness
Adanya defansm uscular
Rovsing sign positif
Psoas sign positif
9
Pemeriksaan lain yang umum dilakukan pada pasien yang dicurigai appenditis
akut adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG). Ultrasonografi cukup bermanfaat
dalam menegakkan diagnosis Appendisitis. Appendiks diidentifikasi/ dikenal sebagai
suatu akhiran yang kabur, bagian usus yang nonperistaltik yang berasal dari Caecum.
Dengan penekanan yang maksimal, Appendix diukur dalam diameter anterior-
posterior. Penilaian dikatakan positif bila tanpa kompresi ukurananterior-posterior
Appendix 6 mm atau lebih. Ditemukannya appendicolith akanmendukung diagnosis.
Diagnosis Appendisitis akut dengan USG telahdilaporkan sensitifitasnya sebesar
78%-96% dan spesifitasnya sebesar 85%-98%.3,5,9
Foto polos abdomen jarang membantu diagnosis appendisitis akut, tetapi dapat
sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada appendisitis akut,
kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan
10
temuanyang tidak spesifik. Adanya fecolith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila
ditemukansangat mendukung diagnosis. Foto thorax kadang disarankan untuk
menyingkirkan adanyanyeri alih dari proses pneumoni lobus kanan bawah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6
inci. Lokasi appendik pada daerah illiaka kanan, dibawah katup illiocaecal,
B. Klasifikasi
a. Faktor sumbatan
(90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh
karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit
dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada
pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut
ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akut dengan
rupture.
b. Faktor Bakteri
apendisitis akut. Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi
c. Kecenderungan familiar
dari organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan
kebiasaan makanan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis antara lain :
a. Nyeri perut.
atau periumbilikus. Nyeri perut yang klasik pada apendisitis adalah nyeri
yang dimulai dari ulu hati, lalu setelah 4-6 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih
apendiks yang panjang dapat berada pada daerah perut kiri bawah,
Dapat terjadi, tetapi gejala ini tidak menonjol atau berlangsung cukup
e. Demam
juga dapat timbul, tetapi biasanya kenaikan suhu tubuh yang terjadi tidak
lebih dari 1oC (37,8oC – 38,8oC). Jika terjadi peningkatan suhu yang
1) Tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal.
2) Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat
mengedan.
3) Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang
dari dorsal.
16
1) Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul
ulang (diare).
2) Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit
beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.
E. Patofisiologi
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
nyeri epigastrium.
17
Bila sekresi mucus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka akan terjadi infark dinding
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah maka akan terjadi
appendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga timbul suatu masa lokal yang
F. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
2. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah
merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah
akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing
18
(Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan
terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg
Sign).
untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat
kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan.
sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak
apendisitis pelvika.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
2. Radiologi
H. Penatalaksanaan
1. Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling
a. Cara terbuka
b. Cara laparoskopi.
dapat dilakukan.
20
dilakukan apendisektomi.
Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan
tanda radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat
1. Tromboflebitis supuratif
2. Abses subfrenikus
3. Obstruksi intestinal
21
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Chaurasia BD. 2016. Human Anatomy Regional and Applied. Edisi ke-7. New
Delhi: CBS Publishers & Distributors.
2. Pisano, M., Coccolini, F., Bertoli, P., Giulii, M., Capponi., Poletti, E., Naspro, R.,
Ansaloni, L. 2013. Conservative Treatment for Uncomplicated Acute
Appendicitis in Adults. Emergency Medicine and Health Care. 1:2. DOI
:.org/10.7243/2052-6229-1-2.
3. Pengurus Besar IDI. 2017. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi I. Jakarta: IDI.
4. Wilms, IMHA., de Hoog, DENM., de Visser, DC., Janzing HMJ.2013.
Appendectomy Versus Antibiotic Treatment for Acute Appendicitis. Cochrane
Database of Systematic Reviews. Issue 11.Art.No.:CD008359.DOI:
10.1002/14651858.CD008359. Diakses tanggal 29 Mei 2019:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22071846
5. Sjamsuhidajat, R. .2010. Buku AjarIlmu Bedah. Jakarta: EGC.
6. Becker P, Fichtner-Feigl S, Schilling D. 2016. Clinical Management of
Appendicitis. Clinical Therapeutic Review; Visc Med 2018;34:453-458. Diakses
tanggal 29 Mei 2019: https://www.karger.com/Article/FullText/494883
7. Barry, EB. 2018. Appendicitis. Medscape. Diakses tanggal 30 Mei
2019;https://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#a5
8. Dinc, B., Oskay, A., Dinc, S., Bas,B., Tekin, S. 2015. New parameter in
Diagnosis of Acute Appendicitis: Platelet Distribution Width. World Journal of
Gastroenterology DOI: 10.3748/wjg.v21.i6.1821.
9. Windi S, Sabir W. 2016. Perbandingan Antara Suhu Tubuh, Kadar Leukosit, Dan
Platelet Distribution Width (Pdw) Pada Apendisitis Akut Dan Apendisitis
Perforasi Di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2014. Jurnal Kesehatan
Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72.
10. Baresti, SW., Rahmanto,T. 2017. Sistem Skoring Baru untuk Mendiagnosis
Apendisistis Akut.Majority; Volume 6; 3; Juli 2017.
11. Brunner & Suddarth. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
12. Carpenito, Lynda Juall- Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
10. Jakarta : EGC
13. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
14. Guyton & Hall. 2003. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC
23
15. Mansjoer A,. dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
16. Price, A. Sylvia. 2006. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
17. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta,
2005,hlm.639-645.
18. Zeller, J.L., Burke, A.E., Glass, R.M., ”Acute Appendicitis in Children”, JAMA,
http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482, 15 Juli 2007, 298(4): 482.
25. Grace, Pierce. A., Neil R. Borley., At a Glance, Edisi 3. Erlangga, Jakarta, 2007,
hlm.106-107.