Hasil Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
Hasil Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
Hasil Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
PEKERJAAN :
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir ini merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian laporan yang
telah diselesaikan dalam pekerjaan Studi Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan.
Laporan ini merupakan hasil kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Kab. Balangan dengan CV. DAYA UTAMA KONSULTAN Banjarmasin.
Dalam Laporan akhir ini terdiri dari Pendahuluan, Gambaran Umum Lokasi Studi
Kabupaten Balangan, Metode Pelaksanaan Pekerjaan, Teori Lahan Gambut, Hasil
Survey Dan Analisis Kawasan Gambut Kabupaten Balangan Dan Kesimpulan dan
Rekomendasi.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam kelancaran
penyusunan Laporan Akhir ini kami sampaikan terima kasih.
Laporan Akhir
1
Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Maksud, Tujuan dan sasaran I-3
1.3 Lokasi Pekerjaan I-4
1.4 Referensi Hukum I-4
1.5 Susunan Bab Laporan Akhir I-5
Laporan Akhir
2
Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
Laporan Akhir
3
Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
Laporan Akhir
4
Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
DAFTAR TABEL
Laporan Akhir
5
Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
DAFTAR GAMBAR
Laporan Akhir
6
Studi Penelitian Lahan Gambut Di Kabupaten Balangan
Laporan Akhir
7
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Merujuk penggunaan lahan menurut IPCC, ada 6 jenis penggunaan lahan. saat
ini, lahan yang dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat sebagai mata
pencaharian adalah lahan hutan dan lahan pertanian. Namun demikian, proses
pemanfaatan lahan hutan dan lahan pertanian oleh masyarakat tidak sebanding
dengan luasan yang dimanfaatkan oleh pengusaha dalam skala masif. Lahan
gambut dimanfaatkan untukkomoditas kayu (jati, sengon) dan perkebunan
(karet, damar, buah-buahan, sawit, karet, kopi, cokelat, teh). Pemerintah
sebagai regulator mengluarkan beberapa peraturan yang terus diperbaiki. Pada
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan I-2
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan I-3
3. Sasaran
Sasaran Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan adalah
meliputi sebagai berikut :
1) Tersedianya data dan informasi mengenai tipr, klasifikasi tipologi,
kedalamn serta sebaran lahan gambut;
2) Tersedianya data informasi hasil uji coba inventarisasi karakteristik
gambut dengan telemetri;
3) Tersedianya data dan informasi serta paket teknologi rehabilitasi lahan
gambut;
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan I-4
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan I-5
Bab I - Berisi latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran kegiatan dan
referensi hukum pekerjaan
Bab II - Berisi Gambaran Umum lokasi Studi, yaitu Kabupaten Balangan
Bab III - Berisi Matode Pelaksanaan Pekerjaan
Bab IV - Berisi tentang Teori Lahan gambut
Bab V - Berisi Hasil Pengumpulan data dan analisis
Bab VI - Berisi rekomendasi arah dan Kebijakan Lahan Gambut di
Kabupaten Balangan
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-1
BAB II
Gambaran Umum Lokasi Studi
Kabupaten Balangan
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-2
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-3
Pada konteks regional, Kota Paringin berada pada lokasi strategis jalan Trans
Kalimantan yang menghubungkan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan -
Kalimantan Tengah – Kalimantan Timur, atau merupakan jalur utama menuju
wilayah Kabupaten Tabalong dari arah Kota Banjarmasin. Kota Paringin yang
berjarak 202 km dari Kota Banjarmasin dapat dicapai melalui:
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-4
1. Jalan darat dengan waktu tempuh sekitar 4 jam dari Kota Banjarmasin yang
dilayani oleh trayek angkutan umum mikro bis jurusan Banjarmasin-
Paringin-Tanjung atau trayek bis antar kota Banjarmasin-Balikpapan-
Samarinda.
2. Jalur udara dari bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin menuju Bandara
Warukin di Kabupaten Tabalong menggunakan maskapai Pelita Air
Services, Kalstar waktu tempuh sekitar 20 menit. Jarak antara Bandara
Warukin dengan Kota Paringin sekitar 30 km atau sekitar 30 menit melalui
jalan darat.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-5
Jika dilihat dari kelas ketinggian terhadap permukaan laut, rata-rata Kabupaten
Balangan terletak pada kelas 25-100 meter, yang mencapai 38 %, kemudian
disusul kelas 100-500 meter. Dan yang terkecil adalah pada kelas ketinggian 0-
7 meter, yaitu hanya terdapat pada Kecamatan Lampihong dan Batu Mandi.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-6
2.2.2. Hidrologi
Sungai-sungai utama yang mengalir di wilayah Kabupaten Balangan adalah
Sungai Pitap, Sungai Balangan, Sungai Mantuyan, Sungai Tabuan, Sungai
Galombang, Sungai Halong, Sungai Huren, Sungai Ninian, Sungai Jauk,
Sungai Batumandi, Sungai Lokbatu dan Sungai Juai. Berdasarkan pola
pengaliran sungai utama dan anak sungai, maka daerah penelitan dibagi
menjadi 4 pola pengaliran sungai, yaitu pola pengaliran anastomatik, pola
pengaliran dendritik, pola pengaliran rektangular, dan pola pengaliran
subdendritik.
2.2.3. Klimatologi
Keadaan iklim di Kalimantan Selatan menurut Sistem Koppen dapat
digolongkan ke dalam Iklim Hutan Tropika Humid dengan rata-rata curah hujan
tahunan berkisar antara 2000 mm hingga 3000 mm serta suhu udara rata-rata
harian 32,0°C dan minimal 133,3°C. Kelembaban udara relatif rata-rata harian
di wilayah ini pada tahun yang sama mencapai 201,5%. Curah hujan terendah
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-7
jatuh sekitar bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sedangkan curah hujan
tertinggi jatuh sekitar bulan Desember, Januari, Februari, dan Maret.
Dalam lingkup wilayah Kabupaten Balangan, tinggi curah hujan antara 2.000
mm/tahun hingga 2.500 mm/tahun dialami oleh sebagian wilayah Kecamatan
Halong, Juai, Paringin, Batumandi, dan sebagian besar wilayah Kecamatan
Lampihong. Sebagian dari wilayah kecama
kecamatan-kecamatan
kecamatan tersebut dan seluruh
wilayah Kecamatan Awayan dan Tebing Tinggi memiliki tinggi curah hujan yang
berkisar antara 2.500 mm/tahun hingga 3.000 mm/tahun.
Berdasarkan Kabupaten Balangan Dalam Angka 2016, data dari tiga stasiun
pengamatan yang terdapat
erdapat di Kabupaten Balangan, yaitu Paringin, Batu Mandi
dan Juai, rata-rata
rata curah hujan per hari pada tahun 2013 adalah sebesar 16,5
mm dengan rata-rata
rata jumlah hari hujan sebanyak 117,7 hari atau sekitar lebih
dari 3 bulan. Hari hujan terbanyak selama tahun
tahun 2013 ini terpantau di stasiun
pengamatan Juai yaitu pada bulan Desember dengan 25 hari hujan dalam
sebulan.
Tabel 2.2 Curah Hujan dan Hari hujan Menurut Stasiun Pengamamatan
Tahun 2013
2.2.4. Geomorfologi
Wilayah Kabupaten Balangan secara umum merupakan
merupakan dataran, perbukitan
dan pegunungan (klasifikasi bentuk lahan absolut Van Zuidam, 1985). Dari
klasifikasi tersebut, dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Balangan
mempunyai nilai kemiringan lereng berkisar antara 2% sampai 30%.
Berdasarkan sebaran
n satuan geomorfologi pada tiap
tiap-tiap
tiap wilayah kecamatan,
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-8
Jenis batuan dan tanah di wilayah ini secara umum dapat dikelompokkan
menjadi tujuh kelompok, yaitu sebagai berikut :
a. Endapan Sungai (EQa)
b. Formasi Dahor (FTqd)
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-9
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-10
Kondisi tanah dari lapukan batu lempung di sepanjang daerah aliran Sungai
Balangan memiliki kekuatan daya dukung tanah yang rendah atau lemah,
sehingga diperlukan perencanaan yang baik untuk membangun suatu
infrastruktur di wilayah ini, seperti penggunaan pondasi yang dalam dengan
bahan baku beton.
2.4. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Balangan tahun 2013 berdasarkan hasil proyeksi
adalah 119.171 jiwa yang terdiri dari 58.876 laki-laki dan 59.295 perempuan.
Dengan luas wilayah 1.878,30 km2, Balangan memiliki kepadatan penduduk 63
orang per kilometer persegi.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-11
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-12
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk, Jumlah Desa, dan Kepadatan Penduduk Per
Desa
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-13
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-14
Kecamatan Tebing Tinggi, Halong, dan Juai dimana tingkat kepadatannya lebih
rendah daripada angka kepadatan rata-rata Kabupaten Balangan.
A. Agama
Masyarakat di Kabupaten Balangan mayoritas beragama Islam, yaitu sebanyak
114.027 orang, dan jumlah terkecil adalah pemeluk agama Katolik, yaitu
sebanyak 201 orang. Penganut agama lainnya hanya terdapat di Kecamatan
Tebing Tinggi, yaitu sebesar 1.584 orang.
B. Pekerjaan
Pada tahun 2013, penduduk usia muda sebesar 30,69 % (usia di bawah 15
tahun), penduduk usia produktif 65,96 % (15-64 tahun) dan penduduk usia tua
3,35 % (65 tahun ke atas). Tercatat sebanyak 77,24 % penduduk berumur di
atas 15 tahun merupakan angkatan kerja yang secara aktif terlibat dalam
kegiatan ekonomi dan 22,76 % sisanya bukan angkatan kerja.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-15
Angka Partisipasi Sekolah untuk kelompok umur 7-12 tahun pada tahun 2013
sangat tinggi, yaitu sebesar 98,71 %, sementara untuk kelompok umur 13-15
tahun sebesar 89,17 % dan untuk kelompok umur 16-18 tahun sebesar 47,11
%. Ditinjau dari jenjang pendidikannya, Angka Partisipasi Murni (APM) untuk
SD/MI sebesar 92,67 % dan Angka Partisipasi Kasar (APK) sebesar 105,79 %.
sementara itu untuk jenjang pendidikan SLTP/MTs dengan nilai APM 61,67 %
dan nilai APK 79,87 % serta untuk SLTA/MA dengan nilai APM 45,97 % dan
nilai APK 66,96 %.
2.5.2. Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kabupaten Balangan yaitu 1 unit rumah sakit, 11 unit
puskesmas, 23 unit puskesmas pembantu, 99 unit Polindes. Begitu juga untuk
tenaga kesehatan, di semua kecamatan sudah mempunyai tenaga medis,
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-16
tercatat ada 31 orang dokter, 238 orang perawat, dan 200 orang bidan.
Peningkatan fasilitas tersebut adalah dibangunnya sebuah Rumah Sakit Umum
Daerah Balangan di Kec. Paringin, yang sudah memiliki 6 dokter spesialis, 12
dokter umum dan satu dokter gigi. Serta bertambahnya Puskesmas sebanyak 2
unit (tahun 2005 = 9 unit).
2.5.3. Peribadatan
Tempat peribadatan yang tersebar di setiap kecamatan yaitu Masjid sebanyak
128 buah, Musholla 360 buah, Gereja 10 buah, Pura 1 buah, Wihara 5 buah,
dan Balai Adat 17 buah. Selama satu dekade, peningkatan jumlah tempat
peribadatan adalah Masjid 1 buah (tahun 2005 = 127 buah), Musholla
bertambah 23 buah (tahun 2005 = 337 buah), Wihara bertambah 3 buah (tahun
2005 = 2 buah), dan Balai Adat bertambah 15 buah (tahun 2005 = 2 buah).
Peningkatan ini juga ditunjang dengan adanya sebaran 138 buah TPA/TPQ di
seluruh kecamatan, dengan jumlah guru 363 orang dan santri 4.191 orang.
2.6 Perekonomian
2.6.1. Pertanian
Selama tahun 2013, produksi padi Kabupaten Balangan mencapai 135.265,84
ton, turun sebesar 3,33 persen dari tahun sebelumnya. Kecamatan yang
menghasilkan produksi padi terbesar adalah Kecamatan Lampihong dengan
produksi sebesar 23.903,97 ton padi.
Sedangkan palawija yang potensi produksinya cukup besar adalah ubi kayu,
jagung dan ubi jalar dengan masing-masing sebesar 2.593,70 ton, 1.570,29
dan 935,94 ton. Pada tahun 2013, komoditi sayur dengan produksi cukup besar
adalah Kacang Panjang dan Cabe masing-masing dengan nilai produksi 910
ton dan 758 Ton. Adapun tanaman dengan area tanam terluas adalah Cabe
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-17
dan Kacang Panjang dengan masing- masing 141 Ha dan 127 Ha luas panen.
Aren/Enau, Kelapa, gaharu dan Sagu. Dengan produksi terbesar terdapat pada
komoditi karet, yaitu produksi tahun 2013 sebesar 25.107 ton. Produksi tersebut
meningkat pesat dibandingkan produksi tahun 2005 yang hanya sebesar
19.895 ton, nilanya meningkat 5.212 ton. Komoditi kelapa sawit pada tahun
2013 merupakan produksi kedua terbesar setelah karet, yaitu sebesar 7.113
ton yang dihasilkan dari 1.826 ha luas tanam. Berdasarkan wilayah
administratif, Kecamatan Juai merupakan penghasil kelapa sawit tertinggi yaitu
sebesar 6.109 ton. Komoditi khas lainnya yang dimiliki Kabupaten Balangan
dan sekarang sedang gencar dibudidayakan adalah pohon gaharu, yang
merupakan bahan baku untuk dupa dan wewangian.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-18
sebanyak 1.904 ekor di tahun 2013. Budidaya ternak Unggas sudah dilakukan
di setiap kecamatan di Kabupaten Balangan dengan jumlah produksi untuk
Ayam Ras Pedaging sebanyak 279.600 ekor, Ayam Buras sebanyak 83.416
ekor dan itik sebanyak 10.635 ekor pada tahun 2013.
2.6.3 Pertambangan
Sektor pertambangan berperan cukup besar dalam perekonomian suatu
wilayah.
Sektor ini merupakan salah satu sumber penerimaan devisa, terutama yang
datang dari pendapatan ekspor hasil tambang. Begitu pula di kabupaten
Balangan, sektor pertambangan memberikan sumbangan yang besar pada
pembentukan PDRB.
2.6.4 Kehutanan
Luas wilayah hutan di Kabupaten Balangan mencapai 90.383 ha yang
merupakan 48,12 % dari wilayah Kabupaten Balangan tersebar di sisi timur.
Kawasan hutan tersebut terdiri dari hutan lindung (65.791 ha), hutan produksi
tetap (24.568 ha), dan hutan produksi terbatas (2.400 ha).
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-19
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan II-20
Struktur ekonomi Balangan masih dikuasai oleh sektor primer yakni sektor
pertanian dan sektor pertambangan & penggalian. Sektor ini mampu
memberikan kontribusi sampai dengan 85,49 %, dimana andil terbesar
didominasi oleh sektor pertambangan & penggalian (68,76 %). Kontribusi
terkecil diberikan oleh sektor listrik & air bersih dimana hanya mampu
menyumbangkan 0,12 % terhadap total PDRB.
Proporsi peranan PDRB terhadap jumlah penduduk dapat dilihat dari angka
PDRB per kapita. Jika dihitung dengan minyak bumi dan pertambangan, nilai
PDRB per kapita sebesar Rp. 35.780.821. Namun jika perhitungan tanpa
minyak bumi dan pertambangan, nilai PDRB per kapita pada tahun 2032 hanya
sebesar Rp. 14.648.800.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-1
BAB III
METODE PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-2
Hubungan
ubungan antara tujuan, analisis, metode,
m dan keluaran dapat dilihat pada
Gambar 3.1
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-3
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-4
a. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi studi kepustakaan, persiapan teknik survei, dan
mobilisasi. Studi kepustakaan berdasarkan hasil penelitian atau hasil kajian
terdahulu, buku-buku, jurnal, atau dokumen lain yang dapat memberikan
data dan informasi lingkungan hidup. Data dan informasi lingkungan hidup
yang diperlukan meliputi :
• Potensi, ketersediaan dan sebaran sumber daya alam
• Jenis sumber daya alam yang dimanfaatkan
• Bentuk penguasaan sumber daya alam
• Pengetahuan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam
• Bentuk pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
• Gas rumah kaca
• Kerentanan terhadap perubahan iklim
• Jasa ekosistem
• Keragaman karakter dan fungsi ekologis
• Aspek lain yang terkait dengan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
b. Tahap Pelaksanaan ;
Berdasarkan data dan informasi lingkungan hidup yang tersedia (sekunder),
kemudian dipelajari dan dilakukan observasi atau orientasi lapangan
berdasarkan peta dasar. Survei lapangan dilakukan secara mendalam, baik
survei instansional terhadap data yang terdapat pada setiap instansi atau
lembaga terkait, maupun survei lapangan dalam rangka pengumpulan data
secara mendetail dan menyeluruh dari seluruh komponen data dan
informasi lingkungan hidup agar sesuai dengan tujuan dan sasaran sebagai
berikut :
Mengidentifikasi, menganalisis, dan mendeskripsikan karakteristik
komponen lingkungan pada setiap satuan ekosistem, meliputi:
karakteristik komponen abiotik atau fisik, baik dalam aspek klimatologi,
geologi, geomorfologi, hidrologi, tanah, dan penggunaan lahan;
karakteristik komponen biotik atau hayati, baik aspek jenis dan
persebaran flora maupun fauna, khususnya yang menunjukkan
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-5
kekhasan daerah;
karakteristik komponen kultural atau manusia dan perilakunya, baik
mencakup aspek kependudukan, sosial ekonomi, social budaya, dan
infrastruktur wilayah.
Mengidentifikasi, menganalisis dan mendeskripsikan berbagai
permasalahan lingkungan yang telah terjadi pada setiap satuan
ekosistem.
Menyajikan setiap karakteristik dan permasalahan lingkungan secara
keruangan (spasial) dalam bentukpeta yang lebih akurat, bersifat
sistematik, informatif dan komunikatif, agar lebih mudah dipahami oleh
setiap pengguna data, dalam bentuk Sistem informasi Geografis dan
multimedia Interaktif.
Deskripsi umum wilayah kajian; Karakteristik lingkungan fisik;
Karakteristik lingkungan hayati; Karakteristik lingkungan cultural,
Karakteristik infrastruktur wilayah; dan Permasalahan lingkungan secara
umum, baik permasalahan lingkungan fisik, hayati, kultural, maupun
infrastruktur.
c. Tahap Analisis ;
Tahap ini meliputi kegiatan analisis data spasial dan data non spasial
(numerik atau grafis). Data yang sudah dilakukan kompilasi dan ditabulasi
kemudian dilakukan analisis melalui kegiatan :
Tumpang susun informasi geospasial tematik
Pengolahan data statistik
Pengukuran indeks kualitas lingkungan
Analisis lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
Pelaporan ;
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-6
Keunikan dan daya dukung lingkungan dalam suatu lingkungan hidup perlu
digunakan sebagai dasar perencanaan LH dan pembangunan wilayah, yang
mungkin memiliki keragaman etnis. Oleh karena itu kewenangan tertentu dalam
suatu batas administrasi harus menyesuaikan dengan batasan-batasan dalam
perencanaan wilayah yang telah ditetapkan dalam suatu lingkungan hidup.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-7
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-8
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-9
Pusat Statistik.
Data & Peta Tata Guna Tanah, RTRW & RUTR.
Informasi pola penggunaan lahan eksisting selain didasarkan kepada data
penggunaan tanah dari kantor kecamatan juga dikonfirmasikan dengan peta
tata guna tanah yang diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional.
Sedangkan rencana pemanfaatan lahan dimasa mendatang didasarkan
kepada RTRW Kabupaten serta Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)
Kecamatan di tiap Kabupaten/Kota.
Data Kegiatan Perekonomian.
Meliputi data yang erat kaitannya dengan kegiatan industri dan
perdagangan, pelabuhan pertambangan, dan lain-lain.
A. Orientasi Lapangan
Orientasi Lapangan dilakukan untuk melakukan konfirmasi data terdahulu
dengan kenyataan kondisi lapangan yang sesungguhnya dan identifikasi
permasalahan yang ada dilapangan. Orientasi lapangan meliputi aspek :
kelayakan peta dasar, kondisi fisik & sosial ekonomi serta gambaran umum
potensi sumber daya alam. Hasil kunjungan lapangan ini dijadikan masukan
dalam menyusun rencana kerja pelaksanaan survey dan metoda kerja yang
akan dilaksanakan.
B. Identifikasi dan Inventarisasi Studi Penelitian Lahan Gambut
Secara rinci peta-peta yang dikumpulkan untuk melakukan perhitungan
ketersediaan dan kebutuhan Lahan Gambut meliputi :
1. Peta Topografi
Peta topografi dapat diperoleh dari Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional). Ada 2 macam peta topografi yang diperoleh.
Yangpertama adalah peta dengan skala 1 : 250.000 dalam format digital,
sedangkan yang kedua adalah peta dengan skala 1 : 25.000 dalam format
cetakan/hard copy. Peta ini menjadi peta dasar dalam pekerjaan ini.
2. Peta Prasarana
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-10
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-11
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-12
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan III-13
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-1
BAB IV
TEORI LAHAN GAMBUT
Ada berbagai referensi tentang lahan Gambut. Penjelasan berikut ini disarikan
dari Agus, F. dan I.G. M. Subiksa (2008), Lahan Gambut: Potensi untuk
Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World
Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.
Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik
(C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk
sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya
lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau
daerah cekungan yang drainasenya buruk.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-2
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-3
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-4
jenis (BD) dalam keadaan lembab < 0,1 g/cm3dengan tebal > 60 cm atau
lapisan organik dengan BD > 0,1 g/cm3dengan tebal > 40 cm (Soil Survey Staff,
2003).
Gambut diklasifikasikan lagi berdasarkan berbagai sudut pandang yang
berbeda; dari tingkat kematangan, kedalaman, kesuburan dan posisi
pembentukannya. Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan
menjadi:
• Gambut saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan
bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila
diremas kandungan seratnya < 15%.
• Gambut hemik (setengah matang) (Gambar 2, bawah) adalah gambut
setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarma
coklat, dan bila diremas bahan seratnya 15 – 75%.
• Gambut fibrik (mentah) (Gambar 2, atas) adalah gambut yang belum
melapuk, bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila
diremas >75% seratnya masih tersisa.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-5
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-6
lapisan atas bervariasi antara 0,1 sampai 0,2 g cm-3 tergantung pada tingkat
dekomposisinya. Gambut fibrik yang umumnya berada di lapisan bawah
memiliki BD lebih rendah dari 0,1 g/cm3, tapi gambut pantai dan gambut di jalur
aliran sungai bisa memiliki BD > 0,2 g cm-3 (Tie and Lim, 1991) karena adanya
pengaruh tanah mineral.
Volume gambut akan menyusut bila lahan gambut didrainase, sehingga terjadi
penurunan permukaan tanah (subsiden). Selain karena penyusutan volume,
subsiden juga terjadi karena adanya proses dekomposisi dan erosi. Dalam 2
tahun pertama setelah lahan gambut didrainase, laju subsiden bisa mencapai
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-7
Indonesia umumnya kurang dari 5% dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi
organik terdiri dari senyawa-senyawa humat sekitar 10 hingga 20% dan
sebagian besar lainnya adalah senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin,
tannin, resin, suberin, protein, dan senyawa lainnya.
Lahan gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi
dengan kisaran pH 3 - 5. Gambut oligotropik yang memiliki substratum pasir
kuarsa di Berengbengkel, Kalimantan Tengah memiliki kisaran pH 3,25 – 3,75
(Halim, 1987; Salampak, 1999). Sementara itu gambut di sekitar Air Sugihan
Kiri, Sumatera Selatan memiliki kisaran pH yang lebih tinggi yaitu antara 4,1
sampai 4,3 (Hartatik et al., 2004).
Gambut oligotropik, seperti banyak ditemukan di Kalimantan, mempunyai
kandungan kation basa seperti Ca, Mg, K, dan Na sangat rendah terutama
pada gambut tebal. Semakin tebal gambut, basa-basa yang dikandungnya
semakin rendah dan reaksi tanah menjadi semakin masam (Driessen dan
Suhardjo, 1976). Di sisi lain kapasitas tukar kation (KTK) gambut tergolong
tinggi, sehingga kejenuhan basa (KB) menjadi sangat rendah. Tim Institut
Pertanian Bogor (1974) melaporkan bahwa tanah gambut pedalaman di
Kalampangan, Kalimantan Tengah mempunyai nilai KB kurang dari 10%,
demikian juga gambut di pantai Timur Riau (Suhardjo dan Widjaja-Adhi, 1976).
Muatan negatif (yang menentukan KTK) pada tanah gambut seluruhnya adalah
muatan tergantung pH (pH dependent charge), dimana KTK akan naik bila pH
gambut ditingkatkan. Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil dissosiasi
hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol. Oleh karenanya penetapan KTK
menggunakan pengekstrak amonium acetat pH 7 akan menghasilkan nilai KTK
yang tinggi, sedangkan penetapan KTK dengan pengekstrak amonium klorida
(pada pH aktual) akan menghasilkan nilai yang lebih rendah. KTK tinggi
menunjukkan kapasitas jerapan (sorption capacity) gambut tinggi, namun
kekuatan jerapan (sorption power) lemah, sehingga kation-kation K, Ca, Mg dan
Na yang tidak membentuk ikatan koordinasi akan mudah tercuci.
Secara alamiah lahan gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena
kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam asam-asam
organik yang sebagian bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian asam-
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-8
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-9
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-10
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-11
Tabel 4.1. Dosis Anjuran Dan Manfaat Pemberian Amelioran Pada Tanah
Gambut.
tahun-1, mangan sulfat 7 kg ha-1 tahun-1, sodium molibdat dan borax masing-
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-12
kehampaan pada tanaman padi, tongkol kosong pada jagung atau polong
hampa pada kacang tanah.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-13
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-14
dengan kecepatan antara 0-3 mm tahun-1 (Parish et al., 2007). Pada tahun-
tahun di mana terjadi kemarau panjang, misalnya tahun El-Niño, kemungkinan
besar gambut tumbuh negatif (menipis) disebabkan lapisan permukaannya
berada dalam keadaan tidak jenuh (aerob) dalam waktu yang cukup lama
sehingga emisi karbon lebih cepat dari penambatan.
Gas rumah kaca (GRK) utama yang keluar dari lahan gambut adalah CO 2, CH4
dan N2O. Emisi CO2 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan emisi CH4
(walaupun dikalikan dengan global warming potentialnya setinggi 23 kali CO2)
(Tabel 4) dan emisi N2O. Dengan demikian data emisi CO2 sudah cukup kuat
untuk merepresentasikan emisi dari lahan gambut, apabila pengukuran GRK
lainnya seperti CH4 dan N2O sulit dilakukan.
Konversi hutan dan pengelolaan lahan gambut, terutama yang berhubungan
dengan drainase dan pembakaran, merubah fungsi lahan gambut dari
penambat karbon menjadi sumber emisi GRK. Lahan hutan yang terganggu
(yang kayunya baru ditebang secara selektif) dan terpengaruh drainase,
emisinya meningkat tajam, bahkan bisa lebih tinggi dibandingkan emisi dari
lahan pertanian yang juga didrainase (Tabel 4). Hal ini disebabkan oleh
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-15
Tabel 4.3 Emisi Karbon Dari Permukaan Hutan Gambut Terdegradasi Dan
Dari Lahan Pertanian Gambut Terlantar Di Kalimantan Tengah (Jauhiainen
Et Al., 2004 Dalam Rieley Et Al., 2008).
Penggunaan lahan Emisi CO2 Emisi CH4
t ha-1 tahun -1
Hutan gambut tidak didrainase 38,9 0,014
Hutan gambut yang terpengaruh drainase 40,0 0,013
Hutan gambut sekunder, bekas tebang bersih 34,0 0,001
Lahan pertanian berdrainase, dalam keadaan 19,28 0,001
tidak dikelola
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-16
Sekitar 50% dari kayu penebangan hutan dipanen untuk dijadikan berbagai
bahan perabotan dan perumahan. Karbon di dalamnya akan tersimpan dalam
waktu cukup lama (10-25 tahun) sehingga bisa dianggap menjadi bagian dari
karbon tersimpan satu sampai tiga dekade sesudah hutan dibuka, tergantung
kualitas kayunya. Sisa pohon yang tertinggal di atas permukaan tanah akan
teremisi dalam waktu yang relatif singkat, baik karena terbakarnya biomassa
kayu-kayuan tersebut, maupun karena pelapukan secara biologis. Dari 100 t C
ha-1 biomassa tanaman yang tidak digunakan sebagai produk kayu hasil hutan,
akan menjelma menjadi sekitar 367 t CO2 ha-1 bila teroksidasi secara
sempurna.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-17
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-18
t CO2 ha-1 tahun-1, namun Hadi et al. (2001) dari pengukuran emisi di hutan
setinggi 31.4 ± 14.1 t CO2 ha-1 tahun-1. Dalam buku ini digunakan angka
perkiraan emisi berdasarkan persamaan Hooijer et al. (2006), yaitu sebesar
54.6 t CO2 ha-1 tahun-1 untuk perkebunan kelapa sawit yang kedalaman
drainasenya sekitar 60 cm. Nilai ini setara dengan hasil pengukuran Melling et
al. (2005) sebesar 55 t CO2 ha-1 tahun-1 dan angka hasil pengukuran
Murayama dan Bakar (1996a dan 1996b) sebesar 54 t CO2 ha-1 tahun-1.
Untuk perkebunan karet diasumsi nilai emisi dari dekomposisi gambut sebesar
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-19
dalam biomassa tanaman jagung hanya berkisar antara 1-3 t ha-1. Kelapa
sawit mampu menyimpan lebih dari 80 ton C ha-1. Akan tetapi jumlah tersebut
dicapai setelah 10-15 tahun pertumbuhan sehingga jumlah karbon rata-rata
waktu yang ditambat oleh tanaman kelapa sawit sekitar 60.4 t ha-1 (Rogi, 2002)
atau rata-rata sekitar 2,44 t C ha-1 tahun-1 dan ekivalen dengan 8,95 t CO2 ha-
1 tahun-1.
4.4.7. Subsiden
Penurunan permukaan lahan gambut (subsiden) terjadi segera sesudah lahan
gambut didrainase. Pada umumnya subsiden yang berlebihan bersifat tidak
dapat balik. Hanya melalui penjenuhan yang sempurna dan dalam waktu yang
lama masalah subsiden dapat diatasi secara perlahan.
Kecepatan subsiden tergantung pada banyak faktor, antara lain tingkat
kematangan gambut, tipe gambut, kecepatan dekomposisi, kepadatan dan
ketebalan gambut, kedalaman drainase, iklim, serta penggunaan lahan
(Stewart, 1991; Salmah et al., 1994, Wösten et al., 1997).
Proses subsiden gambut dapat dibagi menjadi empat komponen:
• Konsolidasi yaitu pemadatan gambut karena pengaruh drainase. Dengan
menurunnya muka air tanah, maka terjadi peningkatan tekanan dari lapisan
gambut di atas permukaan air tanah terhadap gambut yang berada di
bawah muka air tanah sehingga gambut terkonsolidasi (menjadi padat).
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-20
tanah rata-rata 100 cm, subsiden bisa mencapai 8 cm tahun-1 dan untuk
9.000 m3 ha-1. Dengan kata lain lahan disekitarnya akan menerima 9.000 m3
air lebih banyak bila terjadi hujan deras. Sebaliknya karena sedikitnya
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-21
cadangan air yang tersimpan selama musim hujan, maka cadangan air yang
dapat diterima oleh daerah sekelilingnya menjadi lebih sedikit dan daerah
sekitarnya akan rentan kekeringan pada musim kemarau.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-22
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-23
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-24
padi dan sekitar 9 t CO2 ha-1 tahun-1 untuk tanaman sagu, karet atau sawit..
Namun karena sawit memerlukan drainase yang relatif dalam, maka
penambatan karbon oleh tanaman sawit jauh lebih rendah dibandingkan
dengan emisi karena terdekomposisinya gambut. Dengan demikian, gabungan
dari tanaman yang menambat CO 2 dalam jumlah banyak serta yang toleran
dengan drainase dangkal atau tanpa drainase, seperti sagu dan karet,
merupakan pilihan utama dalam konservasi lahan gambut.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan IV-25
sekitar 15 t C ha-1, akan dapat dikurangi emisi dari kebakaran dan dekomposisi
biomassa sebanyak 85 t C ha-1 atau 312 t CO2 ha-1. Selain itu karena
rendahnya jumlah biomassa yang dapat terbakar, maka ketebalan gambut yang
terbakar sewaktu pembukaan lahan semak belukar juga dapat dikurangi.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan V-1
BAB V
HASIL SURVEY DAN ANALISIS KAWASAN GAMBUT
KABUPATEN BALANGAN
Sebaran lahan gambut di Kabupaten Balangan setelah dilakukan analisis data serta
observasi lapangan berada di kecamatan Lampihong meliputi Desa Kandang Jaya, Tanah
Habang Kanan, dan Desa Teluk Karya. Serta Kecamatan Batumandi meliputi Desa Banua
Hanyar, Mantimin, Batumandi,Teluk Mesjid, Timbun Tulang dan Hamparaya. Luas
sebaran gambut ditiap desa dapat dilihat pada tabel berikut.
Laporan Akhir
V-
2 Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan
Total 3.027,55
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan V-3
mineral. Tanah mineral merupakan hasil dari sedimentasi run off maupun aliran sungai.
Luasan tipologi lahan gabut tersaji dalam tabel berikut.
Tingkat Kematangan Gambut pada lokasi studi tergolong setengah matang (hemik) dan
matang (saprik) dengan luas sebagai berikut.
Laporan Akhir
V-
4 Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan
Gambut di Indonesia sebagian besar tergolong gambut mesotrofik dan oligotrofik. Gambut
eutrofik di Indonesia hanya sedikit dan umumnya tersebar di daerah pantai dan di
sepanjang jalur aliran sungai.
Gambut pada lokasi studi tergolong agak subur dengan tingkat keasaman 4,48 hingga
5,61. yang relatif lebih tinggi dibanding lahan-lahan gambut dearah lain di wilayah
Kalimantan selatan yang berkisar kurang dari 4. Hal ini dipengaruhi oleh adanya mineral-
mineral terlarut dari lahan-lahan disekitar lahan gambut. Kapasitas tukar kation tergolong
tinggi yakni lebih dari 24,92 me/100g. Kandungan N total sebesar 0,29 – 0,66 % tergolong
sedang hingga tinggi. Kandungan P total bervariasi dari rendah hingga sangat tinggi yakni
11,48 – 169,90 me/100g dan K total juga bervariasi dari sangat rendah hingga sangat
tinggi dengan kandungan 5,29 – 105,64 me/100g.
Gambut pada lokasi studi terkategorikan ombrogen dan diperkaya mineral dari lahan-
lahan yang lebih tinggi disekitarnya.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan V-5
Laporan Akhir
V-
6 Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan
5.3 Saran dan Rekomendasi untuk Pengelolaan serta Pola Budidaya pada Lahan
Gambut.
Berdasarkan tipologi lahan gambut, gambut yang berupa lahan alami dengan kedalama
lebih dari empat meter meskipun dalam peraturan kementerian berfungsi sebagai
kawasan budidaya wajib menjadi prioritas kawasan lindung, sedangkan lahan yang sudah
mengalami pembukaan lahan selanjutnya diprioritaskan untuk direstorasi sesuai peraturan
kementerian dan program badan restorasi gambut.
Lahan gambut yang tertimbun sedimen tanah diluar kawasan lindung dapat dilakukan
untuk pengembangan lahan budidaya pertanian. Budidaya pertanian yang dapat dilakukan
pada lahan tersebut meliputi tanaman-tanaman pangan dan hortikultura. Sedangkan
tanaman keras maupun perkebunan tidak disarankan pada lahan tersebut mengingat
ketebalan solum tanah yang tidak optimal dalam menopang perakaran tanah. Yang akan
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan V-7
berdampak tanaman mudah rebah saat terjadi angin kencang maupun saat tanaman
mengalami fase pertembuhan tetentu.
Sebagai lahan budidaya tanaman pangan dan hortikultura maka perlu dilakukan kajian
lebih lanjut terkait penentuan kesesuaian lahan serta teknologi yang tepat mengingat
rendahnya kandungan mineral liat berdampak pada rendahnya tanah menyimpan hara
dalam waktu yang lama.
Laporan Akhir
Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil studi, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Jenis Gambut di Kab. Balangan adalah didominasi gambut setengah
matang (hemik), dengan tingkat kesuburan gambut mesotrofik, pada lokasi
pedalaman.
2. Luas lahan gambut di Balangan adalah 3022,35 Ha dengan rincian 2180,69
Ha adalah lahan gambut dengan kedalaman 20->400 cm, dan 841,66 ha
adalah lahan gambut dengan ketebalan sedimen tanah 20-200 cm
3. Mengacu pada RTRW Provinsi Kalimantan Selatan dan RTRW Kab.
Balangan, tidak terdapat kawasan lindung di Lahan Gambut. Apabila
mengacu pada SK MENLHK No 130 tahun 2017, maka luas lindung gambut
di Kab. Balangan adalah 2.109,57 Ha dan luas budidaya 917,98 Ha.
4. Kondisi saat ini lahan gambut didominasi oleh semak belukar dan lahan
pertanian kering
5. Pengembangan lahan gambut di Kab. Balangan harus berorientasi pada
konservasi lahan gambut dan rehabilitasi lahan gambut. Di Kab. Balangan
kedua pola tersebut dialkukan terutama dengan mengembangkan sekat-
sekat kanal pada lahan gambut, dan memulihkan aliran air di lahan gambut
6. Cadangan Karbon di Lahan Gambut Balangan sebesar 5.345,475 juta ton
6.2 Rekomendasi
Rekomendasi sementara terkait pemanfaatan lahan gambut di Balangan:
1. Lahan gambut diarahkan untuk pertanian
Laporan Akhir
VI-2 Studi Penelitian Lahan Gambut di Kabupaten Balangan
2. Perlunya studi lebih lanjut terkait dengan pertanian yang cocok di lahan
gambut Balangan
3. Kelembagaan pengelola lahan gambut perlu melibatkan instansi yang
terkait dengan pemfungsian lahan gambut sebagai lahan pertanian dengan
pengawasan dari dinas yang diberikan tupoksi pengawasan penggunaan
lahan gambut
4. Perlunya pelibatan masyarakat lebih luas dalam konservasi lahan gambut,
terutama pada bahaya kebakaran
Laporan Akhir