Integrasi Iman Makalah Agama
Integrasi Iman Makalah Agama
Integrasi Iman Makalah Agama
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud
Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun.
Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki
enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-
masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin
berarti orang yang berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang nampak
pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da
syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua
pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut
akhlaqul karimah.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana konsep dan urgensi Islam, Iman dan Ihsan dalam Membentuk
Insan Kamil (Manusia Sempurna) ?
b. Apa Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis tentang Iman, Islam, dan
Ihsan sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil ?
c. Bagaimana Membangun Argumen Tentang Karakteristik Insan Kamil Dan
Metode Pencapaiannya ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat iman
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan
yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka
seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah
mampu mewujudkan keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi
pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan
tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin
adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin
2
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang
mayoritas ulama memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehingga
mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh.
Akan tetapi ada sebagian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang
bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka
seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada
kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak
bertambah dan tidak berkurang.
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan
terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika
telah tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara
otomatis tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria
keImanan terhadap enam poin di atas.
3
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali
didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat
segala hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan
bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman
bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan
oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw.
yang artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan
merasakan manisnya Iman: Menjadikan Allah dan RosulNya lebih dicintainya
melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya
melainkan karena Allah, membenci dirinya kembali kepada kekufuran
sebagaimana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.”
(HR.Bukhori Muslim). (Busyra, 2010 : 145)
2. Hakikat Islam
Islam bersal dari kata, as-salamu, as-salmu, dan as-silmu yang berarti:
menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Berasal dari kata as-silmu atau as-
salmu yang berarti damai dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan
as-salamatu yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan
batin.
Siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah, maka
ia seorang muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah dan
selain Allah maka ia seorang musyrik, sedangkan seorang yang tidak
menyerahkan diri kepada Allah maka ia seorang kafir yang sombong.
Dalam pengertian kebahasaan, kata Islam dekat dengan arti kata agama.
Senada dengan hal itu Nurkholis Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada
4
Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian Islam. Dari pengertian itu,
seolah Nurkholis Madjid ingin mengajak kita memahami Islam dari sisi manusia
sebagai yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan kepatuhan dan
ketundukan kepada Tuhan, sebagaImana yang telah diisyaratkan dalam surat al-
A’rof ayat 172 yang artinya:
Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari
adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:
3) Menunaikan zakat
4) Puasa Romadhon
3. Hakikat Ihsan
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin
berarti orang yang berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang nampak pada
sikap jiwa dan perilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat
Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang
berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.
Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril
yang sangat terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin
Khattab, ketika nabi ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi
menjawab:
5
ْ َّللاَ َكأَنَّكَ ت ََراهُ ف
… َإن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراهُ فَإنَّهُ يَ َراك …أ َ ْن ت َ ْعبُدَ ه
Telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan
timbal balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal, bila
diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam
merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah,
maka islamnya pun akan condong, terlebih lagi akan rubuh. Dalam realitanya
mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada
waktunya, atau malah mungkin tidak didirikan. Zakat tidak tersalurkan, puasa tak
terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam
seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula
menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati
sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah,
rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang
berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga
pada tipisnya iman.
قال علي كرم هللا وجهه إن اإليمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض
القلب كله وإن النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله
“Sahabat Ali berkata : Sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang
putih, apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan
tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan
6
terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang
diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah
(warna) hati.”
7
A. Konsep dan urgensi Islam, Iman dan Ihsan dalam Membentuk Insan
Kamil (Manusia Sempurna).
8
B. Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis tentang Iman, Islam,
dan Ihsan sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil.
9
1. Nafsu ammarah
2. Nafsu lawwamah
3. Nafsu mulhimah
4. Nafsu muthma’inah
5. Nafsu radhiyah
6. Nafsu mardiyyah
7. Nafsu kamilah
10
BAB III
KESIMPULAN
Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang
sesuai dengan dalil . Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang
yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa diimbangi
dengan Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan
Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan
jika diiringi dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan
Islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
Pertanyaan :
1. Dari : Nadillah Rachmawati
Pertanyaan : Apa itu nafsu radhiyah dan nafsu mardiyya? Dan berikan
contohnya !
2. Dari : Shelia Putri Utami G
Pertanyaan : Apakah yang membedakan mukmin dan kafir, apabila
seseorang itu percaya adanya Allah SWT tetapi dia tetap melanggar
aturan. Apa itu termasuk kafir ata tidak ?
Dan juga, bagaimana cara kita menyikapi tipu muslihat setan?
3. Dari : Anisyah
Pertanyaan : Bagaimana cara kita berakhlaqul karimah kepada orang yang
telah menyakiti kita ?
Jawaban :
1. Dijawab oleh : Viola Adelia Zahra
Jawaban :
- Nafsu Radhiyah adalah nafsu yang sudah diridhoi terhadap semua
ketentuan dan kehendak Allah dalam segala hal.
Contoh : Ikhlas atas apapun yang Allah berikan, dan meinggalkan
segala kesenangan dunia & merasa cukup dengan apapun yanng
halal walau itu sedikit.
- Nafsu Mardhiyah adalah nafsu yang mendapat ridho dari Allah dan
terlihat dengan timbulnya kasih sayang, perilaku baik, keikhlasan,
mengajak kebaikan dan memafkan.
Contoh : Baik budi pekerti, taqarub ( mendekatkan diri kepada
Allah), dan berpikir tentang keagungan Alla SWT.
13
2. Dijawab oleh : M. Dimas Irvani
Jawaban :
- Orang tersebut termasuk kafir, karena orang tersebut melanggar aturan
? ketentuan yang ditetapkan Allah SWT dan itu disebut dengan kafir.
Sedangkan perbuatan yang dilakukan orang tersebut disebut kufur.
- Cara menyikapi tipu muslihat setan :
1. Hidup berkenan terhadap Tuhan dengan mengucap syukur
2. Ketika kita memutuskan hidup berkenan kepada Allah, maka kitaa
harus mengikuti standar hidup sesuai aturan dan firman Allah
3. Ikhlas dalam menghamba kepada sang Khaliq
4. Meneliti jalan taqwa dengan keseriusan saat yang sempurna
5. Perbanyak shalat
6. Selalu berpikir positif.
Tanggapan :
Dari : Yona Chika Dara P
Menurut saya tidak semua hal yang menyakitkan bisa diambil sisi
positifnya. Lalu adakah cara lain untuk menghadapi semua itu ?
Dijawab oleh : Viola Adelia Z & Dimas Irvani
Jawaban :
Semua hal yang terjadi bagi kita yang menyakitkan atau tidak pasti selalu
ada sisi positifnya. Yang bisa kita jadikan motivasi untuk kita serta kita
bisa mengintropeksi diri kita agar lebih baik kedepan nya.
14