Minipro Task

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

EFEKTIFITAS TINGKAT PENGETAHUAN KADER DALAM DETEKSI

RESIKO TINGGI IBU HAMIL DENGAN MENGGUNAKAN METODE


PENYULUHAN DI PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KAB. GRESIK

Disusunoleh:

dr. Tommy Dharmawan

Pendamping:

dr. Shinta Puspitasari


NIP. 19790903 2011 01 2 004

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PPSDM KESEHATAN
2019
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


AngkaKematianIbuJawaTimurtahun2011 sebanyak 627 ibu ( 104 / 100.000
KH ) dan Angka Kematian Bayi sebanyak 17.000 bayi ( 29,24 /1000 KH).
Penyebab tidak langsung kematian terbanyak adalah

keterlambatanmengenali tanda bahaya / risiko.(dinkes,2010)Kematian ibu di


Kabupaten Gresik tahun 2011 sebanyak 19 orang (AKI 98,82 / 100.000 KH).
Angka ini relatif stagnan dibandingkan dengan kematian
ibutahun2010sebanyak20orang(AKI105,91/100.000 KH).(Dinkes,2011)
World Health Organization (WHO)memperkirakan terdapat 216 kematian
ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan
tahun 2015. Jumlah totalkematian diperkirakan mencapai 303.000 kematian di
seluruh dunia. Angka kematian ibu di negara berkembang mencapai 239/100.000
kelahiran ibu, 20 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju. Negara berkembang
menyumbang sekitar 90 % atau 302.000 dari seluruh total kematian ibu. Indonesia
termasuk salah satunegara berkembang sebagai penyumbang tertinggi angka
kematian ibu di dunia.(depkes,2009)
Berdasarkan hasil Audit MaternalPerinatal (AMP) diketahui penyebab
tidak langsung kematian ibu dan bayi karena keterlambatan dalam deteksi dini
risiko komplikasi. Keterlambatan dan komplikasi yang menjadi
penyebablangsungdantidaklangsungkematian
ibudapatdicegahmelaluideteksidiniibuhamil berisiko oleh tenaga kesehatan
danmasyarakat. Bila ibu sudah terdeteksi sejak awal, akan mendapatkan
penanganan yang adekuat di fasilitas kesehatan sesuai wewenang Bidan dan
dirujuk ke pelayanan yang lebih tinggi apabila terjadikomplikasi.(depkes,2009)
Pada proses kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu tahapan
manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal – hal
yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak
mendapat asuhan dari tenaga kesehatan.(dinkes,2011)
Skor“PoedjiRochjati”merupakansalahsatu
upayadalammelakukandeteksidinirisikotinggi ibu hamil oleh tenaga kesehatan
yangbertujuan mendeteksi secara awal kondisi/ status kehamilan seorang
ibu apakah masuk pada kelompokibutidakberisikoatauberisiko.Nilai
danskoryangtertulisdalammodelrujukandapat mengklasifikasikan rujukan pada
ibu hamil dengan risiko berdasarkan kelompokrisiko(Pudyaningrum,2012)
Kematian ibu dapat dicegah jika kita dapat melakukan deteksi dengan baik
sehingga dapat direncanakan dan dipersiapkan secara terpadu dalam upaya
penyelamatan ibu. Salah satu alat unuk mendeteksi resiko tinggi ibu hamil adalah
dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR). (Pudyaningrum,2012).
Kader berperan sebagai ujung tombak didesa untuk dalam masalah
kesehatan sangat berpengaruh dalam upaya menurunkan angka kematian ibu
(AKI) di desa, oleh karena itu pemberian penyuluhan deteksi resiko tinggi ibu
hamil dapat menurukan AKI dengan pemberian metode pre dan post tes.
Agarkader saat di desa dapat memberi edukasi kepada ibu hamil agar terhindar
resiko tinggi pada ibu hamil.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Efektivitas Tingkat pengetahuan Kader untuk deteksi resiko
tinggi pada ibu hamil di Puskesmas Ujung angkah Kabupaten Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi Efektivitas Tingkat Pengetahuan Kader untuk deteksi
resiko tinggi pada ibu hamil di Puskesmas Ujung angkah Kabupaten Gresik

1.3.2 Tujuan Khusus


Meningkatkan kerja puskesmas agar dapat mengurangi angka kematian
ibu dengan deteksi resiko tinggi ibu hami di Puskemas Ujung Pangkah Kabupaten
Gresik
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengalaman dalam melakukan penelitian di lapangan sekaligus mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan.

1.4.2 Bagi Masyarakat


Menambah kesadaran pada masyarakat agar selalu mewaspadai resiko
tinggi ibu hamil agar tidak terlambat dapat melakukan pencegahan.

1.4.3 Bagi Instansi


Hasil peneilitian diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
mengenai Efektivitas Tingkat Pengetahuan Kaderuntuk deteksi resiko tinggi pada
ibu hamil di Puskesmas Ujung angkah Kabupaten Gresik sehingga dapat menjadi
bahan evaluasi untuk meningkatkan edukasi mengenai resiko tinggi ibu hamil di
masa yang akan datang
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab
pertanyaan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun orang lain
(Notoatmodjo Soekidjo, 2005:3).
Pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian
sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan, agar meningkat pula pencapaian
usaha mereka (Arikunto, 2006: 27).
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin
tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.
Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang
diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa
sehingga tercapai suatu konsistensi (Azwar Syaifuddin, 2007).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan


Di dalam domain kognitif menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007:144),
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

1. Tahu ( know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, dan
menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving
cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu stuktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada (Notoatmodjo Soekidjo, 2007: 145).

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain, baik individu, kelompok, ataupun masyarakat sehingga mereka
melakukan apa-apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Unsur-unsur
pendidikan yakni :
1. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat)
pendidik (pelaku pendidikan)
2. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
3. Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau
prilaku(Notoatmodjo Soekidjo, 2003 : 16).

2. Kebudayaan dan lingkungan


Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan sikap kita. Apabila disuatu wilayah mempunyai budaya untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Maka
sangatlah mungkin berpengaruh alam pembentukan sikap pribadi seseorang
(Syaifudin, 2007: 33).

3. Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga
dipengaruhi oleh informasi. Semakin banyak orang menggali informasi baik dari
media cetak maupun media elektronik maka pengetahuan yang dimiliki semakin
meningkat (Notoatmodjo Soekidjo, 2003 : 126).

4. Pengalaman
Pengalaman adalah studi peristiwa yang pernah dialami seseorang. Middle
Brook (1974) yang dikutip Syaifudin Azwar MA, mengatakan bahwa tidak
adanya suatu pengalaman sama sekali dengan mengatakan suatu obyek psikologis
cenderung akan bersikap negative terhadap obyek tersebut. Untuk dapat menjadi
dasar pembentukan sikap pengalaman prinsip haruslah meninggalkan kesan yang
kuat, karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional (Azwar Syaifudin,
2008 : 30).

5. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi dan didukung minat
yang cukup sehingga seseorang sangatlah mungkin berperilaku sesuai dengan apa
yang diharapkan (Azwar Syaifuddin, 2008: 36).

6. Usia
Usia adalah masa perjalanan hidup semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Semakin tua seseorang makin kondusif dalam menggunakan koping
terhadap masalah yang dihadapi (Nursalam, 2008).

7. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dibandingkan
dengan seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan
mempunyai banyak informasi dan pengalaman (Saifudin Azwar, 2002: 42).

2.1.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subyek penelitian atau
responden (Notoatmodjo Soekidjo, 2007: 145).Menurut Arikunto (2005: 342)
tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kriteria yaitu :
Pengetahuan baik : nilai 76 - 100 %
Pengetahuan cukup : nilai 56 - 75 %
Pengetahuan kurang : nilai < 56 %
2.2 Konsep Dasar Kader
2.2.1 Pengertian
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Syafrudin dan
Hamidah, 2009: 177 ).
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat (Meilani Niken, dkk, 2009: 129).Kader adalah tenaga sukarela yang
dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan
masyarakat(Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009: 287).
Kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara
posyandu (R. fallen dan R. Budi, 2010: 58).

2.2.2 Tujuan Pembentukan Kader


Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang
kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat
bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.
Pada hakikatnya, kesehatan dipolakan mengikutsertakan masyarakat secara aktif
dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi
pelayanan adalah atas dasar pemikiran bahwa terbatasnya daya dan dana dalam
operasional pelayanan kesehatan akan mendorong masyarakat memanfaatkan
sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Pola pikir semacam ini merupakan
penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan. Menurut K. Santoso
(1979), kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat desa ternyata
mampu melaksanakan beberapa kegiatan yang sederhana tetapi tetap berguna bagi
masyarakat kelompoknya (Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009: 288).

2.2.3 Dasar Pemikiran


1. Dari segi kemampuan masyarakat
Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya dibidang
kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat
bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.

2. Dari segi kemasyarakatan


Perilaku kesehatan pada mesyarakat tidak terlepas dari kebudayaan
masyarakat itu sendiri. Dalam upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat perlu
memperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat, sehingga untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam upaya dibidang kesehatan, harus berusaha
menumbuhkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan sendiri dengan
memperhitungkan sosial budaya setempat (R. fallen dan R. Budi, 2010: 59).

2.2.4 Persyaratan Menjadi Kader


Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca,
menulis dan menghitung secara sederhana (Meilani Niken, dkk, 2009: 129).
Proses pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, dan
para pamong desa harus juga mendukung (R. fallen dan R. Budi, 2010: 59). Hal
ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader di desa
yang telah ditetapkan (Meilani Niken, dkk, 2009: 131).
Persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan kader
antara lain:
1. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
2. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
3. Mempunyai penghasilan sendiri
4. Tinggal tetap di desa yang bersangkutan dan tidak sering meninggalkan
tempat untuk waktu yang lama.
5. Aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
6. Dikenal masyarakat, diterima masyarakat dan dapat bekerja sama dengan
masyarakat
7. Berwibawa
8. Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga
(R. Fallen dan R. Budi, 2010: 59-60).
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli di atas,
dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain
sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta
mempunyai kredibilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan
masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap,
pandai membaca dan menulis, serta sanggup membina masyarakat
sekitarnya(Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009: 290).

2.2.5 Peran Fungsi Kader


Kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan (Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009:
289). Tugas-tugas kader meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan
masyarakat, tetapi hanya terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang
pernah diajarkan kepada mereka. Mereka harus benar-benar menyadari tentang
keterbatasan yang mereka miliki. Mereka tidak diharapkan mampu menyelesaikan
semua masalah yang dihadapinya. Namun, mereka diharapkan mampu dalam
menyelesaikan masalah umum yang terjadi di masyarakat dan mendesak untuk
diselesaikan. Perlu ditekankan bahwa para kader kesehatan masyarakat itu tidak
bekerja dalam sistem yang tertutup, tetapi mereka bekerja dan berperan sebagai
seorang pelaku sistem kesehatan. Oleh karena itu, mereka harus dibina, dituntun,
serta didukung oleh pembimbing yang terampil dan berpengalaman (Syafrudin
dan Hamidah, 2009: 177).
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2. Pengamanan terhadap masalah kesehatan di desa
3. Upaya penyehatan lingkungan
4. Peningkatan kesehatan ibu,bayi dan anak balita
5. Pemasyarakatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)(Meilani Niken, dkk,
2009: 130).
Untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi, bidan
haruslah dapat bekerja sama denga masyarakat. Pembinaan kader yang dilakukan
bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi dini tanda bahaya dalam
kehamilan meliputi faktor risiko ibu hamil diantaranya:
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm.
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas < 23,5 cm.
6. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
8. Sedang atau pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberculosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (diabetes
mellitus, sistemik lupus dll) tumor dan keganasan.
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, ketuban pecah dini dll.
10. Riwayat persalinan berisiko: persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksi
vakum/forceps.
11. Riwayat nifas berisiko: perdarahan pascapartum, infeksi masa nifas,
psikosis postpartum.
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat congenital.
13. Perdarahan lewat jalan lahir (hamil muda dan tua).
14. Bengkak di kaki, tangan , wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang.
15. Demam tinggi atau demam lebih dari 2 hari.
16. Keluar cairan berbau dari jalan lahir .
17. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.
18. Ibu muntah terus dan tidak mau makan.
19. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit.
20. Mengalami gangguan jiwa.
(Meilani Niken, dkk, 2009: 94 dan 134)

2.3 Konsep Dasar Kehamilan Normal dan Risiko Tinggi


2.3.1 Pengertian
1. Kehamilan Normal
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. (Manuaba, 2008).
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
(ovum) dan sel mani (spermatozoa) (saminem, 2000).
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester:
Trimester pertama : hari pertama haid terakhir sampai minggu ke -12
Trimester kedua : minggu ke- 13 sampai ke- 27
Trimester ketiga : minggu ke- 28 sampai ke- 40 (13 minggu) (Varney
Helen, dkk, 2006: 492).

2. Tanda dan gejala kehamilan


Tanda dugaan (presumptive signs) kehamilan

1. Amenore (terlambat datang bulan)


Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid
lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan
tuanya kehamilan dan perkiraan persalinan.

2. Nause (mual) dan vomiting (muntah)


Mual terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan, kadang-
kadang disertai muntah. Sering terjadi pada pagi hari yang biasa disebut morning
sicknes.

3. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).


Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
4. Sering miksi
Hal ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan uterus yang mulai membesar.

5. Pigmentasi kulit
Keluarnya MSH (Melanophore Stimulating Hormone) hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding
perut (striae livide, albican, nigra) sekitar mamae. Hal ini terjadi pada
kehamilan12 minggu ke atas.

6. Mamae menjadi tegang dan membesar


Pengaruh estrogen progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan
deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.

7. Obstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.

8. Anoreksia(tidak ada nafsu makan)


Terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan timbul
lagi (Sarwono, 2007: 125).

2.3.2 Perubahan Anatomik Dan Fisiologi Pada Wanita Hamil


Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita.
Pengetahuan tentang kondisi fisiologis pada awal kehamilan penting dimiliki
untuk memahami tanda dugaan dan tanda kemungkinan kehamilan. Pengetahuan
ini juga penting untuk mengetahui adanya kelainan pada kehamilan. Tanda
dugaan kehamilan mencakup perubahan-perubahan fisiologis yang dialami oleh
wanita dan pada sebagian besar kasus mengindikasikan bahwa wanita sedang
hamil. Tanda kemungkinan kehamilan meliputi perubahan-perubahan anatomi dan
fisiologi, selain tanda-tanda dugaan kehamilan, yang terdeteksi pada saat
pemeriksaan dan didokumentasi oleh pemeriksa. Tanda-tanda positif adalah
tanda-tanda yang secara langsung berhubungan dengan janin sebagaimana
dideteksi dan didokumentasi oleh pemeriksa (Varney Helen, 2007: 493).
Pada wanita hamil atau ibu yang sedang hamil penjelasan mengenai
perubahan alat kandungan sangatlah penting dan perlu, oleh karena masih banyak
ibu atau wanita yang sedang hamil belum mengetahui tentang perubahan-
perubahan yang ada pada diri mereka, baik alat kandungan yang berada di dalam
ataupun di luar. Maka dari itu peran dari bidan sangatlah penting dan dibutuhkan
untuk menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada tubuh ibu atau wanita
yang sedang hamil dan juga memberikan pelayanan kesehatan bio psikologis,
sosial dan spiritual tanpa membedakan suku, ras, agama terutama pada ibu hamil
yang belum mengetahui tentang perubahan fisiologis alat kandungan serta ibu
hamil yang mengalami kelainan pada alat kandungannya. Perubahan wanita hamil
antara lain meliputi perubahan pada uterus, perubahan pada kulit, perubahan
payudara, perubahan sirkulasi darah, paerubahan system respirasi, perubahan
tractus digestivus, dan perubahan traktus urinarius (Sarwono, 2007).
Perubahan sistem reproduksi meliputi:

1. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Berat uterus normal lebih
kurang 30 gram. Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000
gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak
gepeng. Padakehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir
kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur (Sarwono, 2007:
89).Perubahan pada isthmus uteri menjadi lebih panjang dan lunak, sehingga pada
pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling
sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda Hegar.(Hidayati Ratnai, 2008: 22)

2. Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka
konsistensi serviks menjadi lunak.kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih
dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.kadang -kadang wanita yang sedang
hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Keadan ini
sampai batas tertentu masih merupakan keadaan yang fisiologik.

3. Vagina dan vulva


Organ vagina dan vulva mengalami peningkatan sirkulasi darah karena
pengaruh estrogen, sehingga tampak makin merah dan kebiruan disebut tanda
Chadwick (Hidayati Ratna, 2008: 22).Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi
pada alat-alat genetalia tersebut meningkat.

4. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis
sampai terbentuknya plasenta kira-kira 16 minggu. Korpus luteum graviditasis
berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk.
Korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Diperkirakan
korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal kehamilan (Sarwono,
2007: 95).

5. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. perkembangan payudara dipengaruhi oleh
hormone estrogen, progesterone dan somatomammotropin. Fungsi hormon :
1. Hormon estrogen
1. Menimbulkan hypertrofi system saluran payudara
2. Menimbulkan pertumbuhan lemak dan air serta garam, sehingga
payudara tampak makin besar
2. Hormon progesterone
1. Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
2. Menambah jumlah sel asinus
3. Hormon somatomammotropin
1. Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin dan
laktaglobulin
2. Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara
3. Merangsang pengeluaran kolostrum pada
kehamilan.(Hidayati Ratna, 2008: 22-23)

6. Perubahan sistem sirkulasi


Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor berikut ini :
1. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim
2. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retroplasenter
3. Pengaruh hormone estrogen dan progesterone

7. Perubahan peredaran darah antara lain :


1. Volume darah
Volume darah semakin meningkat, dimana jumlah serum sel darah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran
darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32
minggu. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi
darah mulai tampak sekitar umur kehamilan 16 minggu.

2. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fisiologis (Hidayati Ratna, 2008: 24).

8. Perubahan system respirasi


Selama periode kehamilan, sistem respirasi mengalami perubahan. Hal ini
dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan O2 yang semakin meningkat. Disamping
itu juga terjadi desakan diafragma karena dongan rahim. Ibu hamil akan bernafas
lebih dalam sekitar 20 -25 % dari biasanya.

9. Perubahan sistem pencernaan


Perubahan metabolism pada kehamilanantara lain :
1. Metabolism basal naik sebesar 15%sampai 20% dari semula, terutama
trimester ketiga.
2. Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, perkembangan organ kehamilan, serta persiapan laktasi.
3. Kebutuhan kalori bisa didapatkan dari karbohidrat, lemak, dan protein
4. Kebutuhan zat mineral (kalsium, fosfor, zat besi, air).
5. Berat badan ibu bertambah.
Sebab pengeluaran asam lambung
1. Hipersaliva
2. Daerah lambung terasa panas
3. Morning sicknes
4. Hiperemesis gravidarum
5. Obstipasi

10. Perubahan traktus urinalis


Pengaruh desakan pembesaran rahim seiring dangan bertambahnya usia
kehamilan yang menekan kandung kemih dan turunnya kepala bayi pada hamil
tua akan menyebabkan gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.

11. Perubahan kulit


Kelenjar hipofise anterior yang dirangsang oleh kadar estrogen yang tinggi
akan meningkatkan sekresi hormone MSH (Melanophore stimulating
Hormone) Pigmentasi yang lebih gelap terjadi pada :
1. Putting dan areola mamae
2. Wajah (kloasma gravidarum)
3. Linea nigra(Hidayati Ratna, 2008: 25-28).
2.3.3 Kehamilan Risiko Tinggi
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa
mendatang, yaitu kemungkinan terjadi komplikasi obstetrik pada saat persalinan
yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, atau ketidak puasan
pada ibu atau bayi (Poedji Rochjati, 2003: 26).
Definisi yang erat hubungannya dengan risiko tinggi (high risk):

1. Wanita risiko tinggi (High Risk Women)


Adalah wanita yang dalam lingkaran hidupnya dapat terancam kesehatan
dan jiwanya oleh karena sesuatu penyakit atau oleh kehamilan, persalinan dan
nifas.

2. Ibu risiko tinggi (High Risk Mother)


Adalah faktor ibu yang dapat mempertinggi risiko kematian neonatal atau
maternal.

3. Kehamilan risiko tinggi (High Risk Pregnancies)


Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. (Manuaba, 2010:
241).Risiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan
penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu maupun bayi. Untuk menurunkan angka kematian ibu secara
bermakna maka deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko atau komplikasi
kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik fasilitas pelayanan KIA maupun di
masyarakat (Niken Meilani, dkk, 2009: 94).

2.3.4 Faktor-faktor Risiko Ibu Hamil


Beberapa keadaan yang menambah risiko kehamilan, tetapi tidak secara
langsung meningkatkan risiko kematian ibu. Keadaan tersebut dinamakan faktor
risiko. Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada ibu hamil, semakin tinggi
risiko kehamilannya (Syafrudin dan Hamidah, 2009: 223-224). Bebarapa peneliti
menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi sebagai berikut :
1. Puji Rochayati: primipara mudaberusia < 16 tahun, primipara tua berusia >
35 tahun, primipara skunder dangan usia anak terkecil diatas 5 tahun,
tinggi badan < 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran,
pernah persalinan premature, lahir mati, riwayat persalinan dengan
tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, operasi sesar), pre-eklamsi-
eklamsia, gravid serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum,
kehamilan dengan kelainan letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang
mempengaruhi kehamilan.

2. Gastelazo Ayala: faktor antenatal, faktor intrapartum, faktor obstetri dan


neonatal, faktor umum serta pendidikan.

3. Ida Bagus Gde Manuaba


1. Berdasarkan anamnesis
1. Usia ibu (< 19 tahun, > 35 tahun, perkawinan lebih dari 5 tahun).
2. Riwayat operasi (operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor
vagina, operasi persalinan atau operasi pada rahim).
3. Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterin,
sering mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil,
anak terkecil berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB, riwayat
molahidatidosa atau korio karsinoma).
4. Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat
bayi rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi,
persalinan dengan plasenta manual, persalinan dengan perdarahan
postpartum, persalinan dengan tindakan [ekstrasi vakum, ekstraksi
forsep, letak sungsang, ekstraksi versi, operasi sesar]).
2. Hasil pemeriksaan fisik
1. Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145 cm,
deformitas pada tulang panggul, kehamilan disertai: anemia,
penyakit jantung, diabetes mellitus, paru-paru atau ginjal).
2. Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu:
hiperemesis gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri
abdomen, servik inkompeten, kista ovarium atau mioma uteri,
kehamilan trimester dua dan tiga: preeklamsia-eklamsia,
perdarahan, kehamilan kembar, hidrmnion, dismaturitas atau
gangguan pertumbuhan, kehamilan dengan kelainan letak:
sungsang, lintang, kepala belum masuk PAP minggu ke 36 pada
primigravida, hamil dengan dugaan disproporsi sefalo-pelfik,
kehamilan lewat waktu diatas 42 minggu).
3. Saat inpartu
Pada persalinan dengan risiko tinggi memerlukan perhatian serius,
karena pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian
ibu dan neonatus (perinatal):
1. Keadaan risiko tinggi dari sudut ibu (ketuban pecah dini, infeksi
intrauterin, persalinan lama melewati batas waktu perhitungan
partograf WHO, persalinan terlantar, rupture uteri iminens, ruptur
uteri, persalinan dengan kelainan letak janin: [sungsang, kelainan
posisi kepala, letak lintang], distosia karena tumor jalan lahir, distosia
bahu bayi, bayi yang besar, perdarahan antepartum [plasenta previa,
solusio plasenta, ruptur sinus marginalis, ruptur vasa previa]).
2. Keadaan risiko tinggi ditinjau dari sudut janin (pecah ketuban disertai
perdarahan [pecahnya vasa previa], air ketuban warna hijau, atau
prolapsus funikuli, dismaturitas, makrosomia, infeksi intrauterin,
distress janin, pembentukan kaput besar, retensio plasenta).
3. Keadaan risiko tinggi postpartum (perslinan dengan retensio plasenta,
atonia uteri postpartum, persalinan dengan robekan perineum yang
luas, robekan serviks, vagina, dan ruptur uteri).

4. Hebert Hutabarat, membagi faktor kehamilan dengan risiko tinggi


berdasarkan:
1. Komplikasi obstetri (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35
tahun), paritas (primigravida primer atau skunder, grandemultipara),
riwayat persalinan (abortus lebih dari 2 kali atau lebih, riwayat
kematian janin dalam rahim, perdarahan pasca-persalinan, riwayat pre-
eklamsi, riwayat kehamilan mola hidatidosa, riwayat persalinan
dengan tindakan operasi [ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, ekstraksi
versi, atau plasenta manual], terdapat disproporsi sefalopelfik,
perdarahan antepartum, kehamilan ganda atau hidramnion, hamil
dengan kelainan letak, dugaan dismaturitas, serviks inkompeten, hamil
disertai mioma uteri atau kista ovarium).
2. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia, hipertensi,
penyakit jantung, hamil dengan diabetes melitus, hamil dengan
obesitas, hamil dengan penyakit hati, hamil disertai penyakit paru,
hamil disertai penyakit lainnya.

5. J.S. Lesinki mengelompokkan faktor kehamilan dengan risiko tinggi


berdasarkan waktu kapan faktor tersebut dapat mempengaruhi kehamilan.
1. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan: faktor genetika dan Faktor
lingkungan. Faktor genetika yaitu, penyakit keturunan yang sering
terjadi pada keluarga tertentu, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
sebelum kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan kelainan bawaan.
Faktor lingkungan dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan sosial
ekonomi.
2. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil: keadaan umum
menjelang kehamilan, kebiasaan ibu (merokok, alkohol, kecanduan
obat), penyakit yang mempengaruhi kehamilan (hipertensi, gestosis-
toksemia gravidarum).
3. Faktor risiko yang bekerja saat persalinan
4. Faktor yang bekerja langsung pada neonates
(Manuaba, 2010: 241-244).
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi: hb kurang dari 8 g%, tekanan
darah tinggi (systole > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg), edema yang nyata,
eklamsi, perdarahan per vagina, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia
kehamilan lebih dari 32 mianggu, letak sungsang pada primigrafida, infeksi berat
atau sepsis, persalinan premature, kehamilan ganda, janin yang besar, penyakit
kronis pada ibu (jantung, paru, ginjal, dll), riwayat obstetri buruk, riwayat seksio
sesarea, dan komplikasi kehamilan (Syafrudin dan Hamidah, 2009: 224).

2.3.5 Klasifikasi Kehamilan Berisiko


Kehamilan beresiko adalah setiap faktor yang berhubungan dengan
meningkatnya kesakitan dan kematian maternal. Kehamilan beresiko dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1. Kehamilan beresiko rendah sama dengan keadaan normal.


2. Kehamilan beresiko sedang pada ibu hamil yang tidak langsung
dapat menimbulkan kematian ibu antara lain:
a. TB < 145 cm
b. Pendidikan ibu/keluarga rendah
c. Tingkat sosial ekonomi rendah
d. Hb rendah < 8 g/dL
e. Hipertensi (tekanan darah 130/90 mmHg)
f. Jarak antara kehamilan/kelahiran < 2 tahun
g. Partus lebih dari 5 kali
h. Primigravida pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun

3. Kehamilan beresiko tinggi menyebabkan:


a. Keguguran
b. Kematian Ibu dan Janin
c. Persalinan prematur
d. Kelahiran dengan berat badan rendah
e. Penyakit janin atau bayi neonatus

2.3.6 Ciri-ciri Faktor Resiko


Menurut Mochtar (2012), ciri-ciri faktor resiko tinggi adalah
sebagai berikut:
1. Faktor resiko mempunyai hubungan dengan kemungkinan
terjadinya komplikasi tertentu pada persalian.
2. Faktor resiko dapat ditemukan dan diamati selama kehamilan
sebelum peristiwa yang diperkirakan terjadi.
3. Pada seorang ibu hamil dapat mempunyai resiko tunggal atau
ganda yaitu dua atau lebih faktor yang berarti dapat menyebabkan
kemungkinan terjadinya resiko yang lebih besar.

2.3.7 Komplikasi Kehamilan Resiko Tinggi


Tidak semua ibu hamil akan memiliki komplikasi kehamilan yang
berisiko tinggi tetapi mengetahui komplikasi atau risiko selama hamil
dapat membantu menangani dan mencegah komplikasi itu terjadi.
Menurut Nugroho (2010) ada beberapa komplikasi kehamilan
resiko tinggi, antaranya:
1. Hipertensi
Hipertensi pada kehamilan adalah peningkatan tekanan darah
sistolik >30mmHg, peningkatan tekanan diastolik >15mmHg
atau tekanan darah >140/90. (Benson dan Pernoll, 2008)

2. Anemia
Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai kadar Hb <11
g/dl pada trimester pertama dan ketiga, serta Hb <10,5 g/dl
pada trimester kedua. (Tanto, et al, 2014)

3. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah intoleransi kadar gula darah yang
pertama kali diketahui saat kehamilan. (Tanto, et al, 2014)

4. Infeksi TORCH3
Infeksi TORCH3 meliputi komponen toksoplasma, sitomegalo
virus, herpes simpleks dan rubela yang dapat menimbulkan
kelainan kongenital dalam bentuk hampir sama yaitu
mikrosefali, ketuliaan dan kebutaan, abortus, persalian
prematur, dan pertumbuhan janin terhambat. (Ida Ayu dkk,
2010)

5. Obesitas
Wanita hamil dengan obesitas beresiko tinggi mengalami
kompliasi kehamilan serta persalian yaitu melahirkan bayi
meninggal dan menderita diabetes gestasional. (Marmi, 2011)

6. Pre Eklamis dan Eklamsia


Timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria dan edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.

7. Kehamilan Ektopik
Kehamilan Ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar
kavum uteri. Bentuk lain dari kehamilan ektopik yaitu
kehamilan servikal, kehamilan ovarial, dan kehamilan
abdominal. (Anwar, M; Baziad, A; dan Prabowo, R. P, 2011)

8. Plasentra Previa
Plasentra Previa adalah suatu kehamilan dimana plasenta
berimplantasi abnormal pada segmen bawah rahim (SBR),
menutupi ataupun tidak menutupi ostium uteri internum (OUI).
( Achadiat, M. C. 2004)

9. Mola Hidatidosa
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang
tidak wajar di mana tidak ditemukan jalan lahir dan hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik. Secara makroskopik mola hidatidosa mudah dikenali
yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang,
berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari 1-2mm.
Sedangkan gambaran histopatologik mola hidatidosa ialah
edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada
vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.
(Saifudin, A.B, 2002)

10. Kelahiran Kurang Bulan (Prematur)


Secara definisi Prematur adalah Neonatus yang dilahirkan
terlalu dini atau kurang bulan. Berdasarkan usia bayi yang
dilahirkan mungkin kurang bulan. Berdasarkan ukuran bayi
yang dilahirkan ukurannya kecil, yaitu kecil masa kehamilan.
Istilah kecil masa kehamilan adalah bayi baru lahir dengan
berat lahir kurang dari persentil ke-10. (Cunningham, et al ,
2010)

11. Perdarahan Post-Partum


Perdarahan Post Partum (PPP) adalah perdarahan >500 cc dari
traktus genitalia setelah bayi lahir. PPP bukalah suatu
diagnosis, harus dicari penyebabnya, seperti atonia uteri,
robeknya jalan lahir, sisa plasenta dan gangguan pembekuan
darah. (Tanto, et al, 2014)

12. Kehamilan dengan penyakit Jantung


Keperluan janin yang sedang tumbuh akan oksigen dan zat-zat
makanan bertambah dalam kehamilan yang harus dipenuhi
melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar
akan bertambah. (Marmi, 2011)

2.4 Skor Poedji Rochjati


Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan
yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya),
akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan
(Dian, 2007). Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut skor.
Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau ringannya risiko atau bahaya.
Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil.
Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
(Rochjati Poedji, 2003: 27-28).

1. Tujuan Sistem Skor


1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar
berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan
sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.
2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat
agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan
mental, biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
2. Fungsi Skor
1. Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE – bagi klien/ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat.
Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, diingat,
dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan menunjukkan adanya
kebutuhan pertolongan untuk rujukkan. Dengan demikian berkembang perilaku
untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
penanganan yang adekuat.

2. Alat peringatan-bagi petugas kesehatan.


Agar lebih waspada. Lebih tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis
penilaian/pertimbangan klinis pada ibu Risiko Tinggi dan lebih intensif
penanganannya.

3. Cara Pemberian Skor


Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4
dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal.
Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang,
perdarahan antepartum dan pre-eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor
risiko dapat dilihat pada gambar yang ada pada Kartu Skor ‘Poedji Rochjati’
(KSPR), yang telah disusun dengan format sederhana agar mudah dicatat dan diisi
(Rochjati Poedji, 2003: 126).

Table 2.1 Skor Poedji Rochjati

Keterangan :
1. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh
tenaga kesehatan.
2. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS/DSOG

4. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi


Penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi/KIE untuk kehamilan dan
persalinan aman.
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan
di rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan,
dukun membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), ibu PKK membeti penyuluhan agar
pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes
atau puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit,
misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan
tinggi badan rendah.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk
untuk melahirkan di Rumah Sakit dengan alat lengkap dan dibawah
pengawasan dokter spesialis (Rochjati Poedji, 2003: 132).
Pengawasan antenatal, memberikan manfaat dengan ditemukannya
berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinannya.
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat
kehamilan, saat persalinan, dank ala nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dank
ala nifas.
3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
(Manuaba, 2010: 109 dan 111)

Pendidikan kesehatan
1. Diet dan pengawasan berat badan, kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan (anemia, partus prematur, abortus,
dll), sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan (pre-eklamsia, bayi
terlalu besar, dll) (Sarwono, 2007: 161).
2. Hubungan seksual, hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan
hubungan seksual (Manuaba, 2010: 120). Pada umumnya hubungan
seksual diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-
hati (Sarwono, 2007: 160).
3. Kebersihan dan pakaian, kebersihan harus selelu dijaga pada masa hamil.
Pakaian harus longgar, bersih, dan mudah dipakai, memakai sepatu dengan
tumit yang tidak terlalu tinggi, memakai kutang yang menyokong
payudara, pakaian dalam yang selalu bersih (Sarwono, 2007: 160).
4. Perawatan gigi, pada triwulan pwrtama wanita hamil mengalami enek dan
muntah (morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi
yang tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies gigi,
gingivitis, dan sebagainya (Sarwono, 2007: 161).
5. Perawatan payudara, bertujuan memeliha hygiene payudara,
melenturkan/menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang
datar atau masuk ke dalam (Manuaba, 2010: 121).
6. Imunisasi TT, untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap
tetanus neonatorum (Sarwono, 2007: 161).
7. Wanita pekerja, wanita hamil boleh bekerja tetapi jangan terlampau berat.
Lakukanlah istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang-undang
perburuhan, wanita hamil berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan
sebelum bersalin atau satu setengah bulan setelah bersalin (Sarwono,
2007: 162).
8. Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik, ketiga kebiasaan ini
secara langsung dapat mempangaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dan menimbulkan kelahirkan dangan berat badan lebih rendah, atau
mudah mengalami abortus dan partus prematurus, dapat menimbulkan
cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental
(Manuaba, 2010: 122).
9. Obat-obatan, pengobatan penyakit saat hamil harus memperhatikan apakah
obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin
(Manuaba, 2010: 122).
BAB III
Metode Penelitian

3.1 Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif yang menggambarkan tingkat
pengetahuan kader mengenai kehamilan risiko tinggi, dan mencari bagaimana hal
tersebut bisa terjadi. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Ujungpangkah,
pada tanggal 08 Maret 2019. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional dimana tiap subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel
subjek dilakukan saat pemerikasaan tersebutResponden diambil dari 2 kader di
tiap desa di kecamatan ujungpangkah yang berjumlah 24 kader. Masing-masing
terdiri dari 20 pertanyaan.

Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer didapat dari hasil
pengisian kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu kader yang mengikuti
Penyuluhan, serta melakukan tanya jawab dipenyuluhan. Data yang terkumpul
dianalisis untuk menemukan masalah beserta kemungkinan penyebabnya. Dari
sini, ditentukan beberapa alternatif pemecahan masalah berdasarkan penyebab
yang paling mungkin dan menggabungkan berbagai alternatif tersebut, lalu
prioritas pemecahan masalah ditentukan dan rencana kegiatan dibuat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Puskemas Ujungpangkah yang merupakan terdapat
di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Penelitian ini berlangsung
selama periode bulan januarihingga Maret 2019.

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti.

3.3.1 Definisi
a. Tingkat pengetahuan adalah hasil tahu kader tentang
kehamilan yang mengancam/ membahayakan terhadap
kehidupan ibu maupun janin
b. Kehamilan Resiko Tinggi adalah kehamilan yang dapat
menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit dan/atau
meninggal, sebelum persalianan berlangsung.

3.3.2 Alat Ukur


Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Kuesioer. Terdapat 20 pertanyaan dalam kuesoner.

3.3.3 Cara Ukur


Dilakukan penilaian terhadap kuesioner
a. Jawaban benar diberi nilai 1
b. Jawaban salah diberi nilai 0

3.3.4 Hasil ukur


Dari data kuisioner diatas terdapat 20 nomer yang pada setiap

nomernya mempunyai skor 5. Jika semua benar mempunyai skor 100.

Sistem penilaian ini menunjukkan tingkat pengetahuan para kader tentang

pengetahuan resiko tinggi ibu hamil yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Baik : nilai ≥ 70

2. cukup : nilai 50-69

3. kurang : nilai <50

3.3.5 Skala ukur


Skala pengukuran yang digunakan dalam peelitian ini adalah
skala Ordinal.
BAB IV
HASIL
4.1 Profil Komunitas Umum

Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang

memiliki luas 1.191,25 km2. Kecamatan Ujung Pangkah merupakan salah satu

kecamatan dari 18 kecamatan yang berada di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa

Timur. Kecamatan Ujung Pangkah terdiri dari 7 desa dengan nama sebagai

berikut:

1. Desa Pangkahkulon

2. Desa Pangkahwetan

3. Desa Banyuurip

4. Desa Ngemboh

5. Desa Karangrejo

6. Desa Ketapanglor

7. Desa Tanjangawan
Luas wilayah UPT Puskesmas Ujung Pangkah sendiri sebesar 5.108,72 M 2. Batas

Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Pangkah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Laut Jawa

2. Sebelah Timur : Puskesmas Sidayu

3. Sebelah Selatan : Puskesmas Sekapuk

4. Sebelah Barat : Puskesmas Panceng

4.2 Data Demografik

a. Kecamatan Ujung Pangkah

1. Jumlah Penduduk ( Riil ) : 51.420 Jiwa

- Laki – laki : 25.661 Jiwa

- Perempuan : 25.582 Jiwa

2. Jumlah Ibu Hamil

- Banyu Urip : 29

- Ngemboh : 10

- Pangkah Kulon : 26

- Karang Rejo : 23

- Pangkah Wetan : 100

- Tanjung Awan : 23

- Ketapang : 22

4. Piramida Penduduk
4.3 Sumber Daya Kesehatan yang Ada

Pada tahun 2019, di wilayah kecamatan Ujung Pangkah terdapat 2 orang

dokter umum, 1 dokter gigi, 27 bidan, 17 perawat, 1 orang sanitarian, dan 1 orang

analis laboratorium.

4.4 Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada

Di Kecamatan Ujung Pangkah terdapat 1 Puskesmas, 2 Puskesmas

Pembantu, 1 Puskesmas Keliling, 4 Polindes, 4 Poskesdes, dan 1 Sarana

Kesehatan Alternatif Berijin.

4.5 Data Kesehatan Masyarakat

Data Penduduk Sasaran tahun 2014, 2785 orang

4.6 Data Hasil


Dari hasi yang didapat pengisian kuesioner ditemukan bahwa profil responden
dan hasil penilaian pre tes post tes tingkat pengetahuan pada kader terhadap
kehamilan resiko tinggi sebagai berikut:

1. Profil Responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase


SMP 5 21%
SMA 14 58%
Perguruan Tinggi 5 21%

Tabel 4.1 Profil Pendidikan Terakhir Responden

0%
SMP
Perguruan tinggi 21%
21%

SMA
58%

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Profil Pendidikan Terakhir Responden

Pekerjaan Jumlah Persentase


Wiraswasta 3 29%
Tidak bekerja 13 54%
Petani 1 4%
Lain Lain 7 29%

Tabel 4.3 Profil Pekerjaan Responden


13%

29%
Wiraswasta
Tidak Bekerja
Petani

4% Lain Lain

54%

Gambar 4.4 Grafik Distribusi Profil Pekerjaan Responden

Penghasilan Jumlah Persentase


<Rp 500.000 11 54%
Rp 1.000.000 – 3.000.000 13 46%
Rp. 3.000.000 – 5.000.000 0 0%
>Rp. 5.000.000 0 0%

0% 0%

<Rp 500.000
46% Rp 1.000.000 – 3.000.000
Rp. 3.000.000 – 5.000.000
54%
>Rp. 5.000.000

Gambar 4.5 Grafik Distribusi Profil Penghasilan Responden


2. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Kehamilan Risiko Tinggi

Pengetahuan Pre Tes Jumlah Persentase


Baik 6 25%
Cukup 14 58%
Kurang 4 17%

Tabel 4.6 Tingkat Pengetahuan Pre Tes Responden Terhadap Kehamilan Risiko
Tinggi

Pre Tes

17%
25%

Baik
Cukup
Kurang
58%

Gambar 4.7 Grafik Distribusi Pre Tes Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap
Kehamilan Risiko Tinggi

Pengetahuan Post Tes Jumlah Persentase


Baik 20 25%
Cukup 4 58%
Kurang 0 17%

Tabel 4.12 Tingkat Pengetahuan Post Tes Responden Terhadap Kehamilan


Risiko Tinggi
Post test
0%

17%

Baik
Cukup
Kurang
83%

Gambar 4.8 Grafik Tingkat Pengetahuan Post Tes Responden Terhadap


Kehamilan Risiko Tinggi
BAB V
PEMBAHASAN
Dari data BAB IV dan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada para
kader kecamatan ujungpangkah diperoleh bahwa pentingnya meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap . Untuk membantu meningkatkan pengetahuan
Kader tentang deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil ini, penulis telah
melakukan penyuluhan dan melakukan diskusi umum beserta sesi tanya jawab
yang dilakukan pada tanggal 8 Maret 2019, pukul 09.00 – selesai yang bertempat
di Aruag rapat di Puskesmas ujung pangkah. Penyuluhan dihadiri 24 peserta yang
semua diisi oleh kader tiap desa. Sebelum dilakukan intervensi dengan cara
penyuluhan dan melakukan diskusi umum beserta sesi tanya jawab, maka penulis
membagikan tentang kuisioner tentang pengetahuan seputar Deteksi dini resiko
tinggi ibu hamil. Setelah dilakukan penyuluhan dan diskusi umum beserta sesi
tanya jawab, para kader diberikan kuisioner lagi untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan kader sekaligus untuk mengevaluasi keberhasilan penyuluhan
beserta diskusi ini.
Dari pendidikan didapatkan nilai SMP 5 orang, SMA 14 orang, dan
Perguruan tinggi 5 orang. Kemudian dari Pekerjaan didapatkan hasil Wiraswasta
3, petani 1, tidak bekerja 13 dan lain – lain 7 orang. Dari penghasilan didapatkan
kader yang berpenghasilan < 500.000 yaitu 12 orang dan antara Rp. 1.000.000-Rp
3.000.000 adalah 13 orang. nilai pre-test didapatkan 4 peserta mendapatkan nilai
kurang, 14 orang mendapat nilai cukup, dan 6 orang mendapat nilai baik.
Kemudian dari hasil data nilai kuisioner yang dibagikan setelah penyuluhan (post
test) tidak didapatkan peserta mendapat nilai kurang, 4 peserta mendapat nilai
cukup, dan 20 peserta mendapat nilai baik. Hal ini menunjukkan peningkatan
pengetahuan para kader tentang deteksi resiko tinggi pada ibu hamil.
Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan para kader yang menghadiri
penyuluhan ini lebih memahami tentang pentingnya deteksi resiko tinggi pada ibu
hamil dan Para kader diharapkan ikut berperan aktif dalam membantu upaya
untuk menurukan Angka kematian ibu (AKI).Sehingga kader dapat tanggap
terhadap keluhan ibu hamil. Mengenali tanda dan gejala resiko tinggi, selain itu
dapat sebagai sarana agar memberikan pengaruh pada ibu hamil agar kontrol
rutibn tiap bula di puskesmas atau bidan setempat dan apabila terdapat ibu hamil
yang terdeteksi resiko tinggi dapat melaporkan ke bidan setempat mengarahkan ke
tenaga medis terdekat di tiap desa di ujung pangkah.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a) Dari pendidikan didapatkan nilai SMP 5 orang, SMA 14 orang, dan

Perguruan tinggi 5 orang.

b) Dari Pekerjaan didapatkan hasil Wiraswasta 3, petani 1, tidak bekerja

13 dan lain – lain 7 orang.

c) Dari penghasilan didapatkan kader yang berpenghasilan < 500.000

yaitu 12 orang dan antara Rp. 1.000.000-Rp 3.000.000 adalah 13 orang.

d) Dari nilai pre-test didapatkan 4 peserta mendapatkan nilai kurang, 14

orang mendapat nilai cukup, dan 6 orang mendapat nilai baik

e) Dari nilai post-test tidak didapatkan peserta mendapat nilai kurang, 4

peserta mendapat nilai cukup, dan 20 peserta mendapat nilai baik.

f) Setelah dilakukan penyuluhan didapatkan peningkatan pengetahuan

pada kader dalam mendeteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil

g) Penyuluhan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif

terhadap pengetahuan para kader tentang pentingnya mendeteksi resiko

tinggi ibu hamil sehingga kader sigap pada ibu hamil dan mengarahkan

ke bidan dan tenaga setempat bila menemui ibu hamil dengan resiko

tinggi.

6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, saran untuk kader
adalah kader sebagai posisi pertama di desa untuk lebih menedukasi dan
mengajak ibu hamil untuk mencegah agar terhindar dari resiko dini padaibu
hamil, sehingga dapat menurunkan kejadian angka kematian ibu dikarenakan
tenaga medis pasti tidak bisa mendatangi langsung atau screening. Dan
diharapkan untuk lebih aktif mengajak ibu hamil untuk periksa kehamilan rutin
dan selalu mengingatkan kapan jadwal periksa selanjutnya. Jika perlu, kader dapat
melakukan kunjungan rumah bagi ibu hamil agar dapat memberi tahu betapa
pentingnya kontrol rutin untuk mendeteksi resiko tinggi ibu hamil agar terhindar
dari komplikasi kehamilan. Kader juga harus menjaga kualitas dan
profesionalisme pelayanan agar minat ibu untuk kontrol meningkat. Ibu hamil
diharapkan lebih aktif dan termotivasi untuk mencari pengetahuan dan
memeriksakan kehamilannya. Penulis juga berharap untuk dapat terus
meningkatkan pemahaman tentang kehamilan risikotinggi agar nantinya dapat
membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Achardiat, M. C., 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : EGC H. 40
Ardiyanto, M., 2014. Tingkat Pengetahuan Ibu Ibu Hamil Tentang
KehamilanResiko Tinggi di BPS A.Mariyati Rejosari
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah
Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R.P., 2011. Ilmu Kandungan.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo H. 544-546
Benson, C.R., & Prenoll, L.M., 2008. Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi. Edisi ke-9. Jakarta: EGC Emergency Arcan Buku
Kedokteran H.196-366
BioMed Central Pragnency and Childbirth, 2012.
Available from:
http://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com
Cunningham, G.F. Et al. 2009., Williams Obstetri. Edisi 23. Volume 2.
Jakarta: EGC H. 846
Depkes RI. Pedoman PWS-KIA. Jakarta; 2009.
DinkesJatim.ProfilDinasKesehatanJatim. Surabaya;2010.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik. Profil Kesehatan Dinkes
Kabupaten Gresik. Gresik;2011.
DinasKesehatanKabupatenGresik.Tangga Menuju Persalinan Aman
Dengan Skor Poedji Rochjati. Gresik.2012.
Erfandi. 2009., Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi,
http://www.forbetterhealth.wordpress.com.
Ikatan Bidan Indonesia. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan.
Jakarta;2007.
Journal of Kerman University of Medical Sciensces, 2005.
Knowledge ofpregnant women attending Imam Khomeini
Hospital about high-risk
pregnancies.Availabelfrom:http://www.kmusjournal.ir/englis
h/abstract.asp
Manuaba, I.A.C., 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
KB. Jakarta: EGC H.191-340
Manuaba, I.B.G., Mauaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. 2007. Pengantar
KuliahObstetri. Jakarta: EGC H. 6-43
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar H. 23
Mochtar, R., 2012. Sinopsi Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial.
Jilid 2. Jakarta: EGC H. 26
Notoatmojo, S. 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta _______. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. H. 176-182
Nugroho, 2010. Strategi Jitu memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS.Jogyakarta H. 63
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012. Diunduh dari
www.depkes.go.od [diaksestanggal 28 Mei 2015]
Pudyaningrum, Prasarita E, 2012, Pengaruh penyuluhan mengenai
preeklamsi terhadap tingkat kader posyandu di kota
semarang, Universitas Diponegoro Semagaran.
Riwidikdo, H., 2009. Statistika Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press H.86
Sarwono, 2012. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4.
Cetakan 3 Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
H. 108
Sastroasmoro, S., 2013. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: CV. Sagung Seto H. 49
Sinsin, I., 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan
Perslinan. Jakarta: PT Elex Media Komputiondo Kelompok
Gramedia H. 61
Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC H.
224
Tanto,C. Et al., 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2.
Jakarta: Media Aesuculapius H. 410-446
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana H. 1
Widdowson, R., 2001. Yoga Untuk Kehamilan. Terjemahan Oleh:
Octopus, H, 2009. Indonesia: PT Gelora Akasara Pratama H.
8
Wulandari, T., 2012. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan
Resiko Tinggi diPKD Ngudi Waras Sragen. Karya Tulis
Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai