Penanggulangan Shale Problem

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Migasian

ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695


Vol. 2 No. 1 : 10-14, Juni 2018

PENANGGULANGAN SHALE PROBLEM


DENGAN MENGGUNAKAN JENIS LUMPUR DIF (DRILL IN FLUID)
Arief Rahman1), Ganang Raditya Pratama2)
1)
Program Studi Teknik Perminyakan, Diploma III Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu
2)
Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan, Diploma III Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu
E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Shale Problem merupakan permasalahan yang timbul dalam proses pengeboran, yaitu sloughing shale dan swelling clay. Untuk
meminimalisir terjadi shale problem, diujicobakan lumpur DIF (Drill-in Fluid). Lumpur DIF merupakan lumpur berbahan dasar air
(water base mud) yang tidak menggunakan material pemberat barit atau barium sulfat (BaSO4), namun menggunakan kalsium karbonat
(CaCO₃), sehingga memiliki keunggulan membentuk cake yang kuat untuk menahan dinding lubang bor namun mudah diruntuhkan
oleh asam. Penelitian ini adalah ujicoba skala laboratorium yang bertujuan untuk menanggulangi shale problem menggunakan metode
erosion shale test dan pengukuran linear swelling. Bahan yang digunakan adalah sampel lumpur berbahan dasar air, MS-DIF 2% KCL,
MS-DIF 2% KCL, dan KCL Polymer, dan beberapa sampel cutting. Metode shale erosion diterapkan pada sampel cutting shale yang
dicampur dengan empat sampel lumpur tersebut. Hasilnya, sampel cutting yang masih tertahan setelah proses hot rolled dengan air
murni adalah sebesar 1.30 gram, dengan lumpur MS-DIF 2% KCL sebesar 8.76 gram, dengan lumpur MS-DIF 4% KCL sebesar 19.28
gram, sedangkan dengan sampel lumpur KCL Polymer sebesar 9.28 gram. Metode Linear Swelling mengukur cutting shale yg sudah
dikompaksikan lalu dicampur dengan empat sampel lumpur tersebut. Hasilnya, shale dengan air murni mengakibatkan swelling sebesar
19.65%, MS-DIF 2% KCL mengakibatkan swelling sebesar 12.33%, MS-DIF 4% KCL mengakibatkan swelling sebesar 11.60%, dan
KCL Polymer mengakibatkan swelling sebesar 10.82%. Berdasarkan uji laboratorium tersebut, tingkat reaktifitas shale pada erosion test
lumpur MS-DIF 4% KCL menunjukkan hasil terbaik, namun untuk pengujian linear swelling, lumpur KCL Polymer sedikit lebih baik
dibanding MS-DIF 4% KCL dengan sedikit selisih 0.78%.

Kata Kunci: Shale problem, Drill in Fluid, Erosion Shale, & Linear Swelling

ABSTRACT

Shale problem is any problem in drilling process; those are sloughing shale and swelling clay. To minimize those shale problems, DIF
(Drill In Fluid) is tried to solves it. DIF mud is a water based mud that no contains weighting material barite or barium sulfate (BaSO4)
but calcium carbonate (CaCO3), so it create strong cake, but it easier to broken by acid. This research is experiments at laboratory
scale that purposed to prevent these shale problems, using methods of Erosion Shale Test and Linear Swelling measurement. The
materials are mud with base sample of water, MS-DIF 2% KCL, MS-DIF 2% KCL, and KCL Polymer, and several cutting samples. The
Erosion Shale method applied to shale cutting sample mixed with those four mud samples. The results, cutting retained after hot rolled
process for pure water is 1.30 gram, for MS-DIF 2% KCL mud is 8.76 gram, for MS-DIF 2% KCL mud is 19.28 gram cuttings, and for
KCL Polymer mud is 9.28 gram cuttings. The Linear Swelling method measured to those compressed of shale cutting samples within
those four mud samples. The results, shale with water caused swelling as 19.65%, MS-DIF 2% KCL caused swelling as 12.33%, MS-
DIF 4% KCL caused swelling as 11.60%, and KCL Polymer caused swelling as 10.82%. Based on those laboratory experiments, shale
reactivity at erosion test, MS-DIF 4% KCL mud shows the best result, but at Linear Swelling experiment, KCL Polymer mud show better
than MS-DIF 4% with 0.78% small different.

Keywords: shale problem, drill in fluid, erosion shale, linear swelling meter

PENDAHULUAN angan, khususnya dalam menanggulangi shale problem, yaitu:


sloughing shale dan swelling clay.
Tujuan dari operasi pemboran adalah mengebor,
mengevaluasi dan menyelesaikan sumur yang akan PERALATAN DAN BAHAN
menghasilkan minyak dan/atau gas secara efisien dan aman.
Lumpur Pemboran (Drilling Fluid, Drilling Mud) merupakan Peralatan dan bahan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
salah satu sarana penting dalam operasi pemboran sumur-sumur
minyak dan gas bumi untuk mencapai target yang Shale Erotion Test
direncanakan.[1]
Berkembangnya jaman seiring dengan berkembangnya Peralatan untuk penelitian ini terdiri dari:
teknologi, termasuk perkembangan dalam pembuatan lumpur  Sieve shaker (saringan/filter) ;
untuk pemboran yang dapat meningkatkan peran semua  Cawan petri, aging cell ; dan
fungsinya semaksimal, namun semakin megurangi kerusakan  Roll oven (pemanas).
formasi atau lubang sumur pemboran seminimal mungkin.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah ujicoba beberapa
jenis lumpur pemboran dengan skala laboratorium, namun
diharapkan hasilnya dapat diterapkan dalam operasi pemboran
©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
10
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 10-14, Juni 2018 11
Penanggulangan Shale Problem dengan Menggunakan Jenis Lumpur DIF (Drill in Fluid)

Linear Swelling Cara tersebut dilakukan terhadap empat campuran antara setiap
sampel cutting dan lumpur, kemudian dilakukan perbandingan
Peralatan untuk penelitian ini terdiri dari: jumlah berat cutting yang tertahan.
 LSM Compactor ;
 Vacuum Desicator ; Pengukuran Linear Swelling
 Linear Swelling Meter 2100 ; dan
 Software LSM 2100. Pengukuran Linear Swelling dilakukan untuk
mengetahui tingkat swelling pada cutting shale yg sudah
Bahan dikompaksikan kemudian dicampur dengan empat sampel
Bahan untuk penelitian ini terdiri dari : lumpur, dan diukur menggunakan seperangkat alat yang
 Sampel cutting shale. bernama Linear Swelling Meter tipe 2100.
 Lumpur berbahan dasar air murni, MS-DIF 2% KCL
(Tabel 1), MS-DIF 4% KCL (Tabel 2), dan KCL Polymer Compacting Shale Cutting
(Tabel 3).  Menyiapkan sampel cuttings yang telah dihaluskan dan
disaring menggunakan sieve ukuran 200 mesh sebanyak
Shale Erosion Test 20 gram.
 Memadatkan sample cuttings menggunakan LSM
Metode shale erosion diterapkan pada sampel cutting Compactor (dimasukan kedalam cell lalu dipasang dalam
shale yang dicampur dengan empat sampel lumpur tersebut. kedalam rangkaian LSM Compactor)
Setelah dipanaskan, campuran tersebut disaring untuk dilihat  Menginjeksikan tekanan sebesar 10.000 psi
dan ditimbang pada cutting tertahan. Tahapan ujicoba untuk  Menunggu hingga 2 jam dan pastikan tekanan tetap stabil
metode Shale Erosion adalah sebagai berikut: agar shale benar-benar terkompaksi secara sempurna.
 Me-release tekanan, lalu buka bagian bawah cell pada
Persiapan Alat dan bahan rangkaian LSM Compactor.
 Menyiapkan sample cuttings yang akan digunakan dengan  Memompakan tekanan secara perlahan agar sample shale
cara disaring menggunakan sieve shaker dengan ukuran 6 yang telah terkompaksi dapat terdorong keluar.
dan 12 mesh.  Kemudian diamkan sampel shale tersebut selama 24 jam
 Menyiapkan sampel lumpur dan cuttings shale sebanyak didalam vacuum desicator supaya rongga pori benar-benar
20 gram yang akan digunakan dalam percobaan metode kosong.
shale erotion.
 Menimbang berat initial cawan petri Running Linear Swelling Meter 2100
 Mengukur tebal dan diameter sampel shale yang telah di
Mixing sampel lumpur dan cutting compacted dan di vacuum selama 24 jam sebagai data
 Memasukan sampel lumpur kedalam aging cell initial (awal)
 Memasukan sampel cuttings 20 gram kedalam aging cell  Memasangkan rangkaian sample shale dibawah head LSM
yang telah terisi lumpur. 2100, kemudian diberi wadah dibawah sampel tersebut.
 Menutup aging cell hingga rapat, kemudian hot roll aging  Menurunkan head LSM 2100 beserta rangkaian sampel
cell kedalam roll oven selama 16 jam dengan temperature shale hingga menyentuh dasar wadah.
sebesar 200ºF  Input data yang dibutuhkan kedalam aplikasi software
 Mengangkat aging cell dan kemudian dinginkan. LSM 2100 (tebal, diameter sampel, time, dan kemudian
save folder)
Filter sampel cuttings  Menuangkan sampel lumpur yang telah disiapkan
 Membuka aging cell, lalu saring lumpur menggunakan kedalam wadah hingga penuh dan sampel shale terendam.
sieve berukuran 12 mesh agar cuttings tertahan (sebagai  Mengoperasikan software LSM 2100 selama 72 jam untuk
retained cuttings) dan bilas hingga sisa lumpur hilang. merekam perubahan yang terjadi terhadap sample shale.
 Menampung sample cuttings yang sudah tersaring  Setelah 72 jam, hentikan pembacaan data pada software.
menggunakan cawan petri, kemudian panaskan didalam  Menaikkan head LSM 2100 hingga rangkaian dibawahnya
oven selama 4 jam agar cuttings benar benar kering. terangkat.
 Mengangkat sampel kemudian dinginkan selama 1 jam.  Melakukan pembacaan hasil pada software LSM 2100,
 Menimbang berat cuttings tersebut. kemudian mencetak seluruh hasil grafik dan data yang
didapatkan.

©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 10-14, Juni 2018 12
Arief Rahman dan Ganang Raditya Pratama

Tabel 1. Komposisi mixing lumpur MS-DIF 2% KCl

350 ml 1050 ml
Material Conc SG Volume Weight Volume Weight Mix Time
Speed
(ppb) (g/ml) (ml) (ppb) (ml) (ppb) Order (Mnt)
Aqua (Fresh Water) - 1.00 282.38 282.38 847.13 847.13
KCL 2% 8.00 1.99 4.02 8.00 12.06 24.00 1 1 Low
KOH 1.00 2.00 0.50 1.00 1.50 3.00 2 2 Low
Starch 7.00 1.50 4.67 7.00 14.00 21.00 3 5 Low
XCD polymer 2.80 1.60 1.75 2.80 5.25 8.40 4 6 Low
CaCO₃ Super Fine 6.38 2.70 2.36 6.38 7.09 19.14 5 3 Low
CaCO₃ Fine 116.04 2.70 42.98 116.04 128.93 348.12 6 3 Low
CaCO₃ Medium 5.10 2.70 1.89 5.10 5.67 15.30 7 3 Low
Diazo Amine 8.05 1.15 7.00 8.05 21.00 24.15 8 1 Low
Diazo Glycol 2.00 1.01 1.98 2.00 5.94 6.00 9 1 Low
Biocide 0.50 1.05 0.48 0.50 1.43 1.50 10 1 Low
Total Volume Material 67.62 439.25 202.87 564.75 26
Water + Material 350.00 1050.00

Tabel 2. Komposisi mixing lumpur MS-DIF 4% KCl

350 ml 1050 ml
Time
Material Conc SG Volume Weight Volume Weight Mix
(Mnt Speed
(ppb) (g/ml) (ml) (ppb) (ml) (ppb) Order
)
Aqua (Fresh Water) - 1.00 280.70 280.70 842.09 847.09
KCL 4% 16.00 1.99 8.04 16.00 24.12 48.00 1 1 Low
KOH 1.00 2.00 0.50 1.00 1.50 3.00 2 2 Low
Starch 7.00 1.50 4.67 7.00 14.00 21.00 3 5 Low
XCD polymer 2.80 1.60 1.75 2.80 5.25 8.40 4 6 Low
CaCO₃ Super Fine 6.06 2.70 2.24 6.06 6.73 18.18 5 3 Low
CaCO₃ Fine 110.29 2.70 40.85 110.29 122.54 330.87 6 3 Low
CaCO₃ Medium 4.85 2.70 1.80 4.85 5.39 14.55 7 3 Low
Diazo Amine 8.05 1.15 7.00 8.05 21.00 24.15 8 1 Low
Diazo Glycol 2.00 1.01 1.98 2.00 5.94 6.00 9 1 Low
Biocide 0.50 1.05 0.48 0.50 1.43 1.50 10 1 Low
Total Volume Material 69.30 439.25 207.91 564.75 26
Water + Material ` 350.00 1050.00

Tabel 3. Komposisi mixing lumpur KCL Polymer

350 ml 1050 ml
Material Conc SG Volume Weight Volume Weight
Mix Time
(ppb) (g/ml) (ml) (ppb) (ml) (ppb) Speed
Order (Mnt)
Aqua (Fresh
- 1.00 303.51 303.51 910.54 910.54
Water)
Bentonite 0.80 2.50 0.32 0.80 0.96 2.40 1 10 Low
KOH 0.80 2.00 0.40 0.80 1.20 2.40 2 2 Low
PAC-LV 3.20 1.50 2.13 3.20 6.40 9.60 3 1 Low
Starch 3.70 1.50 2.47 3.70 7.40 11.10 4 1 Low
PAC-R 0.50 1.50 0.33 0.50 1.00 1.50 5 1 Low
CaCO₃ Fine 5.60 2.70 2.07 5.60 6.22 16.80 6 1 Low
CaCO₃ Medium 8.60 2.70 3.19 8.60 9.56 25.80 7 1 Low
Soltex 3.90 1.35 2.89 3.90 8.67 11.70 8 1 Low
Barite 83.53 4.20 19.89 83.53 59.66 250.59 9 3 Low
XCD polymer 1.50 1.60 0.94 1.50 2.81 4.50 10 6 Low
KCL polymer 23.60 1.99 11.86 23.60 35.58 70.80 11 1 Low
Total Volume Material 46.49 439.24 139.46 564.74 26
Water + Material 350.00 1050.00

©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 10-14, Juni 2018 13
Penanggulangan Shale Problem dengan Menggunakan Jenis Lumpur DIF (Drill in Fluid)

Hasil dan Pembahasan

Hasil Ujicoba Shale Erosion

Hasil ujicoba/tes Shale Erosion untuk cutting sebelum


dan sesudah hot rolled diperlihatkan pada Gambar 1,
sedangkan hasil timbangan untuk setiap sampelnya
diperlihatkan dalam Tabel 4.
Untuk sampel Water memiliki berat cuttings tertahan (retained)
setelah hot rolled sebesar 1.30 gram, untuk sampel lumpur MS-
DIF 2% KCL memiliki berat cuttings setelah hot rolled sebesar (a) (b)
8.76 gram, untuk sampel lumpur MS-DIF 4% KCL memiliki Gambar 1.
berat cuttings setelah hot rolled sebesar 19.28 gram, sedangkan (a) sampel cutting awal (masing-masing 20 gr) sebelum hot
sampel lumpur KCL Polymer memiliki berat cuttings setelah rolled (bawah) dan sampel lumpur (atas), dari kiri ke kanan: air
hot rolled sebesar 9.28 gram. murni, KCL Polymer, MS-DIF 2% KCL, dan MS-DIF 2%
KCL. (b) sampel cutting tersisa setelah hot rolled: 8,76 gr (kiri
atas), 9,28 gr (kanan atas), 19,28 gr (kiri bawah), dan 1,3 gr
(kanan bawah).

Tabel 4. Hasil Erosion Shale Test

Initial cuttings sample Retained cuttings sample


Erosion Percentage
Mud Type before hot-rolled afterhot-rolled
(gram) (gram) (%)
Pure Water 20 1.3 93.50
MS-DIF 2% KCL 20 8.76 56.20
MS-DIF 4% KCL 20 19.28 3.60
KCL Polymer 20 9.28 53.60

Diagram perbandingan cutting sebelum (initial) dan tersisa Dari hasil pengukuran Linear Swelling yang dilakukan
(retained) sesudah hot rolled diperlihatkan pada Gambar 2. sampel compacted shale cutting ditampilkan dalam Tabel 5. air
Hasilnya, lumpur MS-DIF 4% KCL menunjukkan hasil terbaik murni mengakibatkan swelling sebesar 19.65%, MS-DIF 2%
disbanding sampel lumpur yang lainnya, yaitu 10 gr cutting KCL mengakibatkan swelling sebesar 12.33%, MS-DIF 4%
tersisa dibanding KCL Polymer diperingkat bawahnya. KCL mengakibatkan swelling sebesar 11.60%, dan KCL
Polymer mengakibatkan swelling sebesar 10.82%.

Gambar 2.
Diagram perbandingan tes erosi shale sebelum dan sesuah hot Gambar 3.
roll dari 4 sampel campuran lumpur dan cutting. Linear Swelling Meter 2100 sedang mengukur tingkat swelling
dari 4 sampel compacted cutting shale masing-masing
Hasil Pengukuran Linear Swelling direndam dengan 4 sampel lumpur (dari kiri ke kanan): air
murni, KCL Polymer, MS-DIF 2% KCL, dan MS-DIF 4%
Pengukuran tingkat linear swelling menggunakan KCL.
Linear Swelling Meter tipe 2100 ditunjukkan pada Gambar 3.
empat sampel compacted shale cutting masing-masing
direndam dengan empat sampel lumpur air murni, KCL
Polymer, MS-DIF 2% KCL, dan MS-DIF 4% KCL, selama 72
jam. Perkembangan tingkat linear swelling ditampilkan oleh
software LSM 2100 dalam grafik waktu (sumbu x), dan
prosentasi tingkat linear swelling (sumbu y).

©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 10-14, Juni 2018 14
Arief Rahman dan Ganang Raditya Pratama

SARAN

Untuk penelitian selanjutnya disarankan sebagai berikut:


 Menggunakan lumpur MS-DIF dengan komposisi 5 atau
6% KCL.
 Membandingkan MS-DIF KCL dengan sistem lumpur lain
selain KCL Polymer untuk menguji keunggulan MS-DIF
KCL.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada PT. MITRA MANDIRI


SAKTITAMA, untuk kesempatan, tempat laboratorium, bahan,
dan peralatan yang digunakan dalam penalitian ini.
Gambar 4.
Grafik nilai persentasi linear swelling empat sampel cutting REFERENSI
menggunakan software LSM 2100, ditunjukkan dengan
perbedaan warna garis. [1] Anonymous. 2013. Lumpur dan Hidrolika Lumpur
Pengeboran. Jakarta: Kemendikbud RI
Tabel 5. Hasil Erosion Shale Test [2] Anonymous. 2013. Drilling Fluids Reference Manual.
Swelling Percentage USA: Baker Hughes
Mud Type [3] Andry Halim Christyahya. 2006. “Case Study : nalisa
%
Water 19.65 Reservoir Sangatta terhadap Pengaruh Lumpur Pemboran
MS-DIF 2% KCL 12.33 OBM vs WBM”. Prosiding IATMI Jakarta: 15-17
MS-DIF 4% KCL 11.60 November 2006
KCL Polymer 10.82 [4] Rubiandini, Rudi. 2012. Teknik Operasi Pemboran
Volume 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan dalam penanggulangan shale


problem, hasil tes Erosion shale mencatatkan hasil terbaik dari
sampel lumpur MS-DIF 4% KCL, namun untuk pengukuran
linear swelling lumpur KCL Polymer sedikit lebih baik
dibanding MS-DIF 4% KCL dengan sedikit selisih yaitu 0.78%.

©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695

Anda mungkin juga menyukai