MAKALAH ASKEB IV Infeksi Traktus Urinarius Pada Kehamilan Dan Persalinan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS

DENGAN PENYAKIT TRAKTUS URINARIUS SEPERTI SINTISIS DAN


PIELONEFRITIS, GLUMEROLONEFRITIS DAN SINDROME
NEFROTIK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
KELAS B
1. ENCEL LINA
2. YAUMI DINA
3. SUFINA RAHMADANI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN D-IV KEBIDANAN ALIH JENJANG
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 4

B. Tujuan ..................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi.................................................................................................................... 5

B. Patogenesis.............................................................................................................. 5

C. Etiologi.................................................................................................................... 5

D. Komplikasi .............................................................................................................. 6

E. Penanganan ........................................................................................................... 13

BAB III ASKEB SOAP

A. Contoh Kasus ........................................................................................................ 14

B. SOAP .................................................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "Penyakit yang Menyertai kehamilan dan Persalinan
(Infeksi Traktus Urinarius)".

Adapun makalah "Penyakit yang Menyertai kehamilan dan Persalinan


(Infeksi Traktus Urinarius)" ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan
sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis
tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah "Penyakit yang Menyertai kehamilan


dan Persalinan (Infeksi Traktus Urinarius)" ini bermanfaat, dan pelajaran-
pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
oleh para pembaca.

Medan, 2 September 2019

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehamilan terdapat perubahan fungsional, anatomik ginjal dan
saluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik.
Perubahan anatomik terdapat peningkatan pembuluh darah, dan ruangan
interstisiel pada ginjal kemudian juga ginjal akan memanjang kira-kira 1 cm.
Semua itu akan kembali normal setelah melahirkan.
Ureter mengalami pelebaran dalam waktu yang pendek sesudah
kehamilan 3 bulan terutama pada sisi sebelah kanan. Pelebaran yang tidak
sama ini mungkin karena perubahan uterus yang membesar dan mengalami
dekstrorotasi atau terjadinya penekanan pada vena ovarium kanan yang
terletak diatas ureter, sedangkan yang kanan tidak terdapat karena adanya
sigmoid sebagai bantalan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk, dan
kadang berpindah letak ke lateral kemudian kembali normal 8-12 minggu
setelah melahirkan.

B. Tujuan
Tujuan umum untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan tenaga
kesehatan serta masyarakat sebagai gambaran nyata pada klien infeksi traktus
urinarius. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya retensio
urine dan tindakan yang perlu dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Infeksi Traktus Urinarius ( ITU ) adalah masuknya kuman atau bibit
penyakit dimana pada urin yang diperiksa ditemukan mikroorganisme lebih
dari 10.000 per ml. Urine yang diperiksa harus bersih, segar, dan di ambil dari
aliran tengah (midstream) atau diambil dengan fungsi suprasimpisis.
Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari normal ini disebut dengan
bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria
asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut
bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2006).
Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medika utama pada
wanita hamil, sekitar 15% wanita mengalami satu kali serangan akut infeksi
saluran kencing selama hidupnya. Infeksi Traktus Urinarius dapat
mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampaknya yang akan ditimbulkan
antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah
(BBLR).

B. Patogenesis
Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram
negatif, terutama Eskerisia koli, spesies pseudomonas dan organisme yang
berasal dari kelompok Enterobakter. Jumlah seluruhnya mencapai lebih dari
80% kultur positif infeksi saluran kencing. Sementara kebanyakan organisme
tersebut adalah Eskerisia koli, infeksi jamur, misalnya spesies kandida yang
meningkat bersamaan dengan munculnya HIV/AIDS dan penyebarannya
menggunakan antibiotika berspektrum luas.

C. Etiologi
Infeksi traktus urinarius merupakan jenis infeksi nosokomial yang
paling sering terjadi disekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit
setiap tahunnya. Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine
menyebabkan infeksi saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis), kandung
kemih (Sistitis), atau urine (Bakteriuria)
Salah satu penyebaranya organismenya dapat melalui :
1. penggunaan kateter dalam jangka pendek
2. penggunaan kateter yang lebih lama
3. Terlalu lama menahan kencing
4. Kurang minum
5. Penggunaan toilet yang tidak bersih
6. Kebiasaan cebok yang salah

D. Komplikasi
Infeksi traktus urinarius dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian :
1. Bakteri tanpa gejala (Asimptomatik)
Ditemukan bakteri sebanyak >100.000 per ml air seni dari sediaan
air seni “mid stream”. Angka kejadian bakteriuria Asimptomatik dalam
kehamilan sama seperti wantita usia reproduksi yang seksual aktif dan
non-pregnan sekitar 2-10%. Beberapa peneliti mendapatkan adanya
hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia
pada kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan
preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus
diobati dengan seksama sampai air kemih bebas bakteri yang dibuktikan
dengan pemeriksaan beberapa kali.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian :
 Ampisilin 3 X 500 mg selama 7 – 10 hari
 Sulfonamid
 Cephalosporin
 Nitrofurantoin 4x50-100 mg/ hari
2. Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik)
a. Sistitis
Adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada
bagian atas saluran kemih. Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam
kehamilan dan masa nifas. Kuman penyebabnya yaitu E. coli dan
kuman-kuman yang lain. Faktor predisposisi lain adalah uretra yang
pendek, adanya sisa air kemih yang tertinggal disamping penggunaan
kateter yang sering dipakai untuk ginekologi atau persalinan, sehingga
kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal
yang masuk dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak
menggunakan katetr bila tidak perlu.
 Gejala :
a. Disuria (kencing sakit) terutama pada akhir berkemih
b. Sering berkemih pada bagian atas simfisis
c. Sering tidak dapat menahan untuk berkemih
d. Air kemih kadang-kadang terasa panas
 Gejala Sistemik :
a. Suhu badan meningkat (Demam)
b. Nyeri pinggang
 Sisitis dapat diobati dengan :
a. Sulfonamid
b. Ampisilin
c. Eritromisin

Perlu diperhatikan obat-obat lain yang baik digunakan


untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai
pengaruh tidak baik untuk janin ataupun bagi ibu.
 Penanganan :
Penanganan secara umum yakni dilakukan pengobatan
rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum. Atur
frekuensi berkemih untuk mengurangi rasa nyeri, spasme dan
rangsangan untuk selalu berkemih (dengan jumlah urine yang
minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan makin
bertambah.
Apabila antibiotika tunggal kurang memberi manfaat,
berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut berupa jenis
ataupun cara pemberiannya, seperti amoksilin 4x250 mg per oral
digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14
hari.
b. Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal,
yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan
berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada
pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut
yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus,
dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner &
Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam
ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran
ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668).

Pielonefritis ada 2, yaitu:

1) Pielonefritis Akuta
Merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai terjadi
pada 1%-2% kehamilan terutama pada trimester III dan permulaan
masa nifas. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escherichia coli,
Stafilokokkus aureus, Basillus proteus, dan Pseudomonas aeruginosa.
Predisposisinya antara lain penggunaan kateter untuk mengeluarkan
air kemih waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan
sebab perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan, dan
luka pada jalan lahir. Penderita yang menderita pielonefritis kronik
atau glomerulonefritis kronik yang sudah ada sebelum kehamilan,
sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini.
 Gejala penyakitnya :
a. Mual dan muntah
b. Nyeri pinggang
c. Demam tinggi dan menggigil sekitar 85% suhu tubuh
melebihi 380C dan sekitar 12% suhu tubuh mencapai 400C.
d. Keluhan sistitis ( merasa sakit pada kandung kemih)
e. Nafsu makan berkurang
f. Kadang – kadang diare
g. Jumlah urin sangat berkurang (Oliguria)
 Pengobatan Pielonefritis dengan cara :
a. Penderita harus dirawat
b. Istirahat berbaring
c. diberi cukup cairan infuse RL
d. antibiotika (Ampisilin, Sulfonamid)
e. Observasi persalinan preterm

Biasanya pengobatan berhasil baik, walapun kadang-kadang


penyakit ini dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan
selama 10 hari dan penderita harus diawasi akan kemungkinan
berulang kembali. Prognosis bagi ibu umumnya cukup baik bila
pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi
seringkali menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.
2) Pielonefritis Kronika
Biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukan gejala penyakit
saluran kemih dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis
akuta dalam kehamilan. Penderita akan menderita tekanan darah
tinggi. Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan
jaringan ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal
mempunyai prognosis buruk karena penderita ini sebaiknya tidak
hamil akibat resiko tinggi.Perlu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.
c. Glomerulonefritis Akuta
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil.
Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan. Penyebab
biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Gambaran klinik
ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, udema dan
hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian
sindroma ditambah dengan oliguria sampai anuria, nyeri kepala, dan
mundurnya visus ( retinitis albuminika). Pengobatan sama dengan di
luar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat, diet yang sempurna
dan rendah garam serta keseimbangan cairan elektrolit.
Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penisilin, karena
strepcoccus peka terhadap penisilin. Apabila tidak berhasil maka
harus dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan.
Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal
akan tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak
hidup, dan apabila diinginkan wanita boleh hamil lagi di kemudian
hari. Kehamilan tidak mempengaruhi jalan penyakit, sebaliknya
glomerulonefritis akuta akan mempunyai pengaruh tidak baik
terhadap hasil konsepsi terutama yang disertai tekanan darah yang
sangat tinggi dan insufisiensi ginjal, dapat mengakibatkan abortus,
partus prematurus dan kematian janin.
b. Glomerulonefritis Kronika
Wanita hamil dengan glumerulonefritis kronika sudah
menderita penyakit isu beberapa tahun sebelumnya. Karena itu pada
pemeriksaan kehamilan terdapat proteinuria, sedimen yang tidak
normal, dan hipertensi.
Suatu cirri tetap maikin buruknya fungsi ginjal karena makin
lama makin banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-
glomerulus ginjal. Penyakit ini dapat menampakan diri dalam 4
macam :
1. Hanya terdapat proteinuria menetap tanpa kelainan sedimen
2. Dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik
3. Berntuknya mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta
4. Gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.
Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi
ginjal dan penyakit kardiovaskuler hipertensif.
Prognosis bagi ibu akhirnya buruk ada yang segera meninggal
dan ada yang agak lama. Hal itu tergantung dari luasnya kerusakan
ginjal waktu diagnosis dibuat dan ada atau tidaknya adanya faktor-
faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis bagi janin salam kasus tertentu tergantung pada
fungsi ginjal dan derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang
cukup baik tanpa hipertensi yang berarti dapat melanjutkan kehamilan
sampai cukup bulan walaupun biasanya bayinya lahir dismatur akibat
insufisiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat, apalagi disertai
tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir
dengan abortus, partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.
d) Sindroma Nefrotik Pada Kehamilan
Kehamilan berpengaruh secara mekanis dan hormonal terhadap
fungsi traktus urinariusyang secara embriologis berasal dari traktus
genitalis. Deregulasi kerja fisiologis ginjal dapatmenginduksi
perubahan yang bisa membahayakan kehamilan serta meninggalkan
penyakit yangmenetap dan progresif bagi ibu hamil. Kehamilan
bersamaan dengan perubahan anatomi, fungsiginjal dan regulasi
volume cairan tubuh.
Profil klinis penyakit parenkim ginjal selama kehamilan masih
belum banyak dipahami.Belum banyak studi prospektif yang
menyelidiki hubungan klinis dan histologisnya. Analisis
retrospektif menunjukkan bahwa penyakit ginjal progresif mengurangi
kesempatan menyokongkehamilan yang viabel. Pada kreatinin
serum > 3 mg% dan urea nitrogen darah > 30 mg% jarang didapatkan
kehamilan bisa normal. Ibu hamil dengan penurunan fungsi
ginjal yang ringansampai sedang dilaporkan dapat melahirkan bayi
yang viabel, tetapi ada juga yang melaporkan pasien sampai menjalani
hemodialisis intermiten pada keadaan fungsi ginjal yang memburuk.
Jika penyakit parenkim ginjal tidak berhubungan dengan hipertensi,
kehamilan dapat berlanjuttanpa banyak komplikasi.
Sindrom nefrotik (SN) adalah kelainan kompleks yang ditandai
oleh sejumlah gambarankelainan ginjal dan non ginjal, yang paling
menonjol adalah proteinuri > 3,5 g/1,73 m2 luaspermukaan badan
dalam 24 jam ( pada praktek di klinis > 3,0-3,5 g/24 jam),
hipoalbuminemi,edema, hiperlipidemi, lipiduri dan
hiperkoagulabilitas.
SN dikategorikan dalam bentuk primer dan sekunder. Bentuk primer
sekarang dikenal dengan istilah SN idiopatik yang berhubungan dengan
kelainan primer parenkim ginjal dan sebabnya tidak diketahui. Sedangkan
bentuk sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu seperti keganasan,
toksin, gangguan sirkulasi mekanik, purpura anafilaktoid, lupus eritomatos
ussistemik, diabetes melitus, sickle cell disease dan sifilis.

 PATOFISIOLOGI

Pada individu sehat, dinding kapiler glomerulus berfungsi sebagai


sawar untuk menyingkirkan protein agar tidak memasuki ruangan
urinarius melalui diskriminasi ukuran danmuatan listrik. Dengan adanya
gangguan glomerulus, ukuran dan muatan sawar selektif rusak.Umumnya
molekul dengan radius < 17 A° dapat melalui filter glomerulus, sedangkan
yangradius molekulnya > 44 A° tidak. Albumin dengan radius molekul 36
A° mempunyai bersihanfraksional sekitar 10% laju filtrasi glomerulus
(LFG). Dinding kapiler glomerulus mempunyaimuatan negatif atau
anionik pada permukaan endotelnya sampai seluruh membrana
basalisglomerulus dan pada lapisan sel epitelnya, sehingga dinding kapiler
dapat menolak muatanpositif dari protein plasma. Jika gomerulus intak
hanya albumin yang dapat lolos melalui filtrasiglomerulus. Protein
diekskresikan < 150 mg /hari dalam urin.
Proteinuri pada SN terutama terdiri dari proteinuri glomerular.
Sedangkan proteinuritubulus tidak berperan penting, hanya
turut memperberat derajat proteinuri. Pada kehamilanterjadi peningkatan
hemodinamik ginjal dan/atau peningkatan tekanan vena ginjal yang
dapatmenambah ekskresi protein melalui urin.
E. Penanganan
1. Wanita hamil dengan infeksi ini harus di rawatinapkan. Karena penderita
sering mengalami mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan
keadaan dehidrasi.
2. Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk
mengatasi syok tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk
restorasi cairan dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan
diuresis secara berkala.
3. Bila terjadi ancaman partus prematurus, lakukan pemberian antibiotika
seperti yang telah diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus
prematurus.
4. Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
5. Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan
merupakan pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme
penyebab terbukti resisten terhadap antibiotika jenis ini.
6. Walaupun golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya
harus dengan memperhatikan kemampuan ekskresi kreatinin karena pada
pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal secara temporer.
7. Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2
gram intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12
jam. Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80
mg.
8. Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata
sebagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme
resisten terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses
perinefrikata obstruksi sekunder akibat kehamilan.
BAB III
ASKEB SOAP

A. Contoh Kasus

Ibu hamil dengan diagnosa sintisis


Ibu Ny. “N” berusia 27 tahun, mengeluh bahwa akhir-akhir ini buang
air kecil tidak lancar (anyang-anyangan), sehingga kadang sakit. Pernah saat
BAK, urine disertai darah (hematuria).
Data Pemeriksaan Laboratorium :
Tensi : 140/90 mmHg
Suhu tubuh : 370C
Sel darah putih : 12.109/L
Hb : 10 g/dl
Bakteri pada urin : 100.000/ml

Penegak Diagnosa :
Bagaimana penatalaksanaan terapi yang cocok untuk kasus tersebut?
SOAP
Subjektif
Nama : Ny. “N”
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Keluhan : Buang air kecil tidak lancar (anyang-anyangan),
sehingga kadang sakit, urin disertai darah (hematuria).
Dan nyeri tekan pada bagian perut dan punggung
belakang, ada nyeri tekan pada pinggang.
Objektif
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Kesadaran : Stabil
 TD : 140/90 mmHg Nadi : 87x/m Suhu : 370C Respirasi :
20x/m
Pemeriksaan fisik
 Kepala : Rambut : bersih, tidak rontok
Mata : Kelopak mata tidak udem, konjungtiva tidak pucat
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
kelnjar tyroid
 Dada : Pembesaran normal, simetris kanan dan kiri, putting
susu menonjol tidak ada benjolan, tumor tidak ada, kolostrum sudah
ada, tidak ada rasa nyeri.
 Jantung : Tidak terdengar mur-mur, Paru-paru tidak terdengar
whezing dan ronkhi
 Pemeriksaan CVAT : Nyeri tekan pada bagian perut dan
punggung belakang, ada nyeri tekan pada pinggang.
 Ekstremitas atas bawah : Refleks positif kanan kiri, varises tidak ada,
udem tidak ada
 Hasil pemeriksaan terhadap data-data klinik pasien tersaji pada table
dibawah ini :
Jenis
Data Pasien Data Normal Keterangan
Pemeriksaan
Tekanan Darah 140/90 mmHg 120/80 mmHg Meningkat
Suhu Tubuh 370C 370C Normal
Sel Darah Putih 12 x109/L 3,8 – 9,8 x Meningkat
109/L
MCV 75 fl 80-97,6 fl Menurun
Hb 10 g/dl 12,1 – 15,3 g/dl Menurun
Bakteri pada 100.000/ml - Bakteri (+)
urine

Analisa
Diagnosa : G3 P2 A0 hamil 28 minggu dengan infeksi saluran
kemih bagian bawah (sistitis)
Kebutuhan : Menganjurkan ibu untuk banyak minum, atur frekuensi
berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri.
Masalah : Infeksi saluran kemih (sistitis)
Penatalaksanaan
(a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan rencana selanjutnya, ibu
mengerti dan telah mengetahui hasil pemeriksaan.
(b) Memberitahu ibu tentang penkes tentang masalah ketidak nyamanan,
dan penyakitnya dan memberitahu ibu supaya istirahat yang cukup
dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
garam. Dan anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang berserat,
zat besi, buah-buahan, daging tanpa lemak dan kacang-kacangan. Ibu
mengerti telah mengetahui dan mengerti serta akan mengikuti saran
dari bidan.
(c) Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi kepala lebih rendah dari
posisi kaki, ibu mengerti dan akan melakukannya.
(d) Menganjurkan ibu agar tidak terlalu lelah dalam melaksanakan
aktifitas sehari-hari, ibu mengerti dan akan melakukannya.
(e) Menganjurkan ibu untuk banyak minum agar urin yang keluar juga
meningkat dan mengatur pada saat berkemih untuk mengurangi
sensasi nyeri, ibu mengerti dan akan melakukannya.
(f) Memberitahu pada ibu untuk menjaga kebersihan organ
intim/personal hygine dan saluran kencing agar bakteri tidak mudah
berkembang biak, ibu mengerti dan mau melakukannya.
(g) Mengkonsumsi jus anggur atau canberry untuk mencegah infeksi
saluran kemih berulang
(h) Memberitahu pada ibu untuk tidak menahan bila ingin berkemih, ibu
mengherti
(i) Memberitahu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, ibu mengerti
penjelasan dari bidan.
(j) Memberikan terapi pada ibu yaitu amoksilin 4x250 mg per oral
digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari.
Dan berikan Kotrimoksazole 2x 2 tablet 200 mg, Phenazopyridin 3x
2 tablet 100 mg setelah makan.
(k) Memberitahukan pada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu
kemudian tanggal 24-03-2012, kecuali jika ada indikasi.
Asuhan Soap Nifas Sistitis

Kasus

A. Data Subjektifjektif

a. Biodata Ibu Suami

1. Nama : Ny. A Tn. N

2. Umur : 24 tahun 27 tahun

3. Agama : Islam Islam

4. Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia

5. Pendidikan : S-1Ekonomi S-1Ekonomi

6. Pekerjaan : PNS Swasta

7. Alamat : Denokan Maguoharjo DenokanMaguoharjo

b. Alasan datang

Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya 2 minggu yang lalu.

Ibu mengatakan sering kencing tapi sedikit, nyeri pada saat BAK, dan air kencing
berwarna merah.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

Status emosional : Stabil

Tanda vital
Tekanan darah : 100/80 mmhg Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 24 x/menit Suhu : 36,3ᵒc

BB : 55 kg TB : 158 cm

2. Pemeriksaan fisik

Kepala : Mesosepal, tidak berketombe, rambut tidak rontok, tidak ada nyeri.

Wajah : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak odema.

Mata : Simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, konjungtiva merah muda.

Hidung : Simetris, tidak ada tanda- tanda infeksi, tidak ada secret

Mulut : Bersih, tidak sariawan,tidak ada tanda-tanda infeksi.

Telinga : simetris, tidak ada tanda – tanda infeksi, tidak ada seruman,
pendengaran baik.

Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, paratiroid, parotis,kelenjar limfe, vena


jugularis

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

Payudar : Simetris, areola mamae hiperpigmentasi, putting susu menonjol

Abdomen : Tidak ada bekas luka, bekas operasi, terdapat linie nigra.

Genetalia luar : terlihar kotor , lochea berwarna kuning kecoklatan Tidak ada
pembesaran bartolini, tidak varises.

Pemeriksaan panggul ( bila perlu ) : Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hb ( 11,5 gr/dL )

Protein urine ( Negatif )

4. Data penunjang
Tidak ada

C. Asessement

Ny. A usia 24 tahin ibu nifas 14 hari dengan sistitis.

D. Perencanaan

1. Jelaskan kepada ibu dan keluraga tentang keadaanya

2. Jelaskan kepada ibu tentang nutrisi ibu hamil

3. Jelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan sistitis

4. Jelaskan pada ibu komplikasi dari sistitis

5. Jelaskan kepada ibu tentang personal hygine

6. Sarankan kepada ibu untuk lebih banyak minum air putih m dan

7. Sarankan ibu untuk BAK sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual

8. Sarankan pada ibu untuk tidak terlalu lama menahan saat ingin buang air kecil

9. Berikan ibu obat analgetik untuk menghilangkan nyeri

11. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis penyakit dalam

12. Sarankan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi
Asuhan Soap Kehamilan Pielonefritis

Kasus :

NY. A G1P0A 0, datang ke BPS kafina pada 14 februari 2019, pukul 08.00. pasien
mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya, dengan keluhan sering berkemih
setiap 30-50 menit ingin BAK, saat BAK saluran kencing terasa nyeri, air kemih
terasa panas, suhu badan panas, nyeri pinggang dan ibu takut dengan ke adaan
janin dan dan dirinya sendiri. Pasien sudah merasakan hal tersebut 1 hari yang
lalu.

Tanggal : 14 Februari 2019

Jam : 08.00 WIB

Tempat : BPS KAFINA

Pengkajian : auto anamnesa oleh Helen Puspa Sari dan Wahyu Wijayanti

A. Data subjektif

a. Anamnesa

1. alasan datang
 Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
 Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanaya
2. keluhan utama

Ibu mengeluh sering berkemih setiap 30-50 menit ingin BAK, saat BAK saluran
kencing terasa nyeri, air kemih terasa panas, suhu badan panas, nyeri
pinggang dan ibu takut dengan ke adaan janin dan dan dirinya sendiri. Pasien
sudah merasakan hal tersebut 1 hari yang lalu.

B. Data objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : composmentis

b. Keadaan emosional : stabil


c. Tekanan darah : 110/80 mmHg

d. Suhu : 37,40 C

e. Nadi : 84x/ menit

f. Respirasi : 22x/ menit

g. Tinggi badan : 162 cm

h. Berat badan : (sebelum) 50 kg (sesudah) 57 kg

i. LILA : 26 cm

2. Pemeriksaan khusus

a. Kepala

Warna rambut : hitam

Rontok : tidak rontok

Benjolan : tidak ada benjolan

Ketombe : tidak ada ketombe

b. Muka

Cloasma gravidarum : tidak ada

Pucat : tidak pucat

c. Mata

Konjungtiva : merah muda

Sklera : putih jernih

d. Hidung

Bentuk : simetris

Sekret : tidak ada


Polip : tidak ada

Kebersihan : bersih

e. Mulut dan gigi

Gigi : tidak ada caries

Gusi : merah muda

Stomatitis : tidak ada

Bibir : lembab

Lidah : bersih

f. Telinga

Bentuk : simetris

Serumen : tidak ada

Kebersiha : bersih

g. Leher

Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

pembesaran kelenjar limfe : tidak ada

h. Payudara

Bentuk : simetris

Hiperpigmentasi : pada areola

Papila mamae : menonjol

Benjolan / tumor : tidak ada

Pengeluaran : colostrom belum keluar


Kebersihan : bersih

i. Perut

Pembesaran : sesuai usia kehamilan

Striae : ada

Linea : Nigra

Bekas luka operasi : tidak ada

Leopold 1 : TFU 3 jari diatas pusat, Teraba lunak tidak


melenting (bokong)

Leopold 2 : pada bagian kanan terdapat teraba keras, panjang seperti


papan (punggung Kanan) Pada bagian kiri teraba bagian
kecil-kecil, tidak beraturan(ekstremitas).

Leopold 3 : pada bagian bawah teraba keras ,bulat mmelenting,


tunggal (kepala).

Leopold 4 : Konvergen

TFU Mc.donaL : 27 cm

TBJ : 2.325 grm

DJJ : 147/menit, Irama teratur.

j. Gentalia : vulva nampak kotor

k. Ekstremitas

Ekstremitas atas : bersih,tidak ada oedema,tidak sianosis

Ekstremitas bawah : bersih, tidak ada oedema, tidak varises


tidak sianosis, pergerakan aktif, reflek patella +

3. Pemeriksaa laboratorium

a. HB : 12 gr%
b. Gol. Darah : AB

C. Assesment

Ny “N” G1P0A0 umur 20 tahun, Usia kehamilan 29 minggu, dengan


pielonefritis.

janin tunggal, hidup intrauterine, PUKA, preskep.

D. Perencanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu atau keluarga .

2. Memberikan rasa aman dan nyaman.

3. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK, jika ibu mempunyai hasrat
untuk BAK segera lakukan.

3. Memberikan penkes personal hygiene dengan selalu mencuci genitalianya


setelah BAK dan segera mengganti pakaian dalam ibu, jika terdapat
lembab

4. Menganjurkan ibu untuk mengurangi minum di malam hari agar istirahat


ibu tidak terganggu.

6. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke dokter speasialis dan cek lab

7. Mendiskusikan kunjungan ulang dengan ibu yaitu 2 minggu lagi,atau jika


ibu terdapat masalah segera ibu datang ke tenaga kesehata
Asuhan Soap Nifas peolonefritis

Kasus:

Pada tanggal 9 Agustus 2019 Ny. A mulai merasakan sakit pada perut dan
pinggang. Dan badannya mulai terasa panas, mual,muntah dan nafsu makan juga
berkurang. Ny.A awalnya hanya mengira hal itu sudah biasa dialami oleh ibu
nifas. Tapi suaminya sangat khawatir dengan keadaan istrinya karena takutnya
akan berdampak buruk bagi Ny.A dan bayinya. Pada tanggal 11 desember 2009
Ny. A merasa kesulitan untuk buang air kecil. Dan kondisi Ny.A semakin lemah.
Keesokan harinya pada tanggal 12 desember 2009 pukul 09.00 WIB Tn. C
membawa Ny. A ke IGD RS. Dr. Iskak. Lalu dokter menyarankan untuk opname.
Diagnosa dokter pada waktu itu adalah pielonefritis.

Dan pada tanggal 12 desember 2009 pada pukul 10.00 WIB Ny. A opname di
ruang nifas RS Dr. Iskak Tulungagung

tanggal : 13 Agustus 2019

jam :15.30 WIB

A Data Subyektif
.

1 BIODATA

Nama pasien : Ny. A Nama suami : Tn. C

Umur : 28 tahun Umur : 33 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indo


nesia

Agama : Islam Agama : Islam


Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 1.200.


000/bln

Kawin ke : 1 Kawin ke : 1

Umur kawin : 24 tahun Umur kawin : 29 tahun

Lama kawin : 4 tahun Lama kawin : 4 tahun

Alamat rumah : Jl. Suropati No. 17 Tulungagung

2 KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan 3 minggu yang lalu telah melahirkan anaknya yang


pertama dengan operasi. Sejak 4 hari yang lalu ibu mengeluh sakit pada
perut dan pinggang. Badanya juga panas, mual, muntah nafsu makan
berkurang dan sulit buang air kecil. Dikarenakan keadaan ibu yang
semakin lemah.

B Data Obyektif

A. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. Postur Tubuh : Lordosis

4. Cara Berjalan : Tegak

5. BB Sekarang : 55 Kg
6. TB : 152 cm

7. Lila : 27 cm

TANDA – TANDA VITAL

TD : 110/70 mmHg

Suhu : 39,5 ºC

Nadi : 112 x / Menit

Respirasi : 22 x / Menit

B. Pemeriksaan Fisik

1. Inpeksi :

a Kepala : Rambut lurus, Warna rambut hitam, tidak


rontok, tidak berketombe, tidak ada benjolan.

b Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, pucat, tidak


oedema, terlihat ekspresi kesakitan.

c Mata : Simetris, Kelopak mata tidak oedema,


konjungtiva pucat, sklera tidak ikterus.

d Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada


pernafasan cuping hidung

e Mulut dan : Bibir simetris, Lidah bersih, gusi tidak epulis,


gigi gigi tidak caries

f Telinga : Simetris, bersih, Tidak ada serumen.

g Leher : Tidak ada luka bekas operasi, Tidak ada


pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
h Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

i Dada : Payudara: membesar, simetris, papila mamae


menonjol, tidak ada benjolan tidak ada strie,
bersih.

J Abdoment : Terlihat tegang, Ada bekas luka


operasi hampir kering 15 cm posisi vertikal,
linea alba ada, tidak ada strie livide dan strie
albican

k Punggung : Posisi tulang belakang normal

l Extremitas : Simetris, tidak oedema, tidak varises, tidak ada


gangguan pergerakan, pada lengan sebelah
kanan terpasang infus RL 16 tetes / menit

M Ano-genital : Genetalia bersih, lochea berwarna hijau dan


berbau busuk, anus tidak ada hemoroid

2. Palpasi

Kepala : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena


jugularis.

Payudara : Tidak ada nyeri tekan, ASI keluar, konsistensi


kenyal.

Abdomen : Ada Nyeri tekan bagian bawah dan kaku, TFU


3 jari dibawah pusat.

3. Perkusi

Reflek patella kanan dan kiri : + / +


4. Auskultasi

Dada

Pada pernafasan tidak ada suara nafas tambahan

Abdomen

Bising usus ( + )

5. Pemeriksaan Penunjang

Darah : HB 10 gr %

Leukosit 13.000 cmm

C. Assesment

Ibu Post partum 3 minggu P1A0 disertai dengan pielonefritis.

D. PERENCANAAN

1. Menjelaskan kondisi ibu saat ini

2. Menganjurkan pada ibu makan makanan yang bergizi dan berprotein tinggi.

3. Mengajurkan pada ibu untuk sering minum.

4. Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian terapi, seperti antibiotik.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi infeksi traktus urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine
ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut
dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala,
disebut asimptomatik dan mungkin disertai gejala disebut simptomatik.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Pathologi.Yogyakarta: Pustaka Rihama
Sumber Artikel Dari: http://rofhiah.blogspot.com/2013/12/makalah-penyakit-
yang-menyertai.html#ixzz347tpre00
http//WWW.GOOGLE.COM
Ilmu kebidanan : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2006.
Asuhan Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan ) penerbit Trans Info Media Jakarta
2010.
http.www.infeksi trkatus urinarius.com

Anda mungkin juga menyukai