Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Psikososial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH

PSIKOSOSIAL

Disusun oleh :
WARTA JULIANA
11.1.1.1.044

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI


PROGRAM KHUSUS DIII KEPERAWATAN
PEKANBARU
2013
A. Pengertian
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas
pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu
ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis,
psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah
kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan
rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.

B. Psikologi Lansia
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.
2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
a. Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain),
b. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai
sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan
lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
4. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.

C. Aspek-aspek psikologis pada penuaan


Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah tentang
lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental yang
kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :
1. Kepribadian, intelegensi dan sikap
Tes intelegensi dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada
lansia.Lansia seringkali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil
dan sedikit sulit untuk diubah.
2. Teori aktivitas dan pelepasan
a. Teori pelepasan : Lansia secara berangsur-angsur mengurangi aktivitasnya dan
bersama menarik diri dari masyarakat.
b. Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk
aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang
baru.

D. Perubahan aspek psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa
lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut
dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

E. Perubahan Dalam Peran Sosial Di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan.Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak
kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.Namun bagi mereka yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup
namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan
sendiri, seringkali menjadi terlantar.
F. Keperawatan Gerontik - Geriatri Nursing
Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan
perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif.
Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS merupakan bagian
dari gerontic nursing.

G. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


1. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan
atau sakit.
2. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.

H. Masalah Keperawatan Psikosoial Pada Lansia :


1. Berduka disfungsional,
2. Ketidakberdayaan,
3. Gangguan pola tidur,
4. Resiko terhadap cedera,
5. Perubahan nutrisi,
6. Defisit perawatan diri,
7. Ansietas.

I. Tujuan & Intervensi


Tujuan : mengajarkan klien untuk bersepons emosional yang adaptif.
Tindakan :
1. Lingkungan aman,
2. Cegah terjadinya kecelakaan,
3. Hubungan saling percaya perawat – klien,
4. Dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan untuk mengurangi
intensitas masalah,
5. Ubah pikiran negatif dan identifikasi aspek positif (kemampuan, keberhasilan),
6. Bantu mengubah persepsi yang salah/negatif menjadi positif,
7. Beri pujian,
8. Libatkan dalam kegiatan dan interaksi sosial ,
9. Meningkatkan status kesehatan : perawatan diri, istirahat, makan, minum.

KASUS ASKEP PSIKOSOSIAL PADA LANSIA


1. Pengkajian
a. Data Biografi
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah :-
Tempat Tanggal Lahir : Pembuang,
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
TB/BB : 130 cm
Penampilan : Rapi, berjalan agak lambat sudah ada tanda kifosis
Alamat : jln banbu kuning, RT 2, RW 1 sungai selari
Orang yang mudah Dihub : Juai
Alamat & telepon : 085752752487

b. Riwayat Keluarga
Genogram :

2. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Tidak ada
Alamat pekerjaan :-
Berapa Jarak Dari Rumah : -
Alat Transportasi :-
Pekerjaan Sebelumnya : Memantat
Berapa jarak dari rumah : ± 100 meter
Alat Transportasi : Tidak ada (jalan kaki)

3. Riwayat Lingkungan Hidup


Type tempat tinggal : Permanen
a. Jenis Lantai : papan
b. Kondisi lantai : kering
c. Tangga Rumah :
Tidak ada
d. Penerangan : cukup
e. Tempat Tidur : aman, (pagar pembatas, tidak terlalu tinggi)
f. Alat dapur : berserakan
g. WC :
Ada : aman (posisi duduk, ada pegangan)
h. Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada yang membahayakan)
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :5 orang
Derajat Privasi :Baik
Tetangga Terdekat :Suriansyah
Alamat dan Telpon :-
4. Riwayat Rekreasi
Hobbi/Minat : Memasak
Keanggotaan dalam organisasi : PKK
Liburan/perjalanan :-
5. System Pendukung
Perawat/Bidan/dokter/fisiotherapi :Perawat dan bidan
Jarak dari rumah :2 KM
Rumah Sakit : RSUD Dr. MURJANI Jaraknya ± 15 KM
Klinik :
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
Makanan yang dihantarkan : Nasi, Sayur, dan Lauk.
Perawat sehari-hari yang dilakukan keluarga : Menyediakan Makanan.
Lain-lain :-

6. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual : Klien sudah tidak sholat lagi, karena sudah tua.
Yang lainnya : Sering memberi sesajen di air.

7. Status Kesehatan
Riwayat Penyakit dahulu : Klien tidak pernah sakit yan serius yang harus diopname dirumah
sakit, namun klien sering merasa pusing, dan nyeri-nyeri di kakinya.

Keluhan Utama :
P : Destruksi sendi, Q : menusuk-nusuk, R ; Kaki, S : 3 (Sedang) T : kadang-kadang.
Obat-obatan :
NO NAMA OBAT DOSIS KET
Alergi :
Obat-obatan :Tidak Ada
Makanan :Tidak Ada
Faktor Lingkungan :Tidak Ada
Penyakit yang diderita : Reumatik

8. Aktifitas Hidup Sehari-hari


Indeks Katz :A
Oksigenasi, Cairan dan elektrolit :RR = 18x/menit, dada simetris, tidak ada sianosis, minum
air kopi dan air putih ± 600 cc/hari.
Nutrisi:Klien makan 3x/hari, sekali makan ± 1 sendok nasi.
Eliminasi:BAK 2x/hari, BAB 1x/hari
Aktifitas:klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan, namun secara postur klien
semestinya memakai tongkat karena sudah ada tanda kifosis.
Istirahat dan Tidur: Klien tidur malam selama 7 jam, tidur siang selama 1 jam.
Personal hygiene: Klien mandi 2x/hari.
Seksual: merasa sudah tidak ada lagi kepikiran masalah seksual karena merasa
dirinya sudah tua dan sudah tidak memilliki pasangan lagi.

9. Psikologis, Kognitif dan perceptual


Konsep Diri : Klien merasa kurang percaya diri apabila tidak ada keluarganya
disampingnya.
Emosi : Klien Tidak pernah menunjukan emosi yang berlebihan.
Adaptasi : Klien sangat akrab dengan penghuni rumah dan tetangganya, namun
agak malu-malu dengan penulis.
Mekanisme pertahanan diri : Bila ada masalah klien selalu mengutarakan masalahnya kepada
anak dan cucunya.
Status Mental: Tingkat Kesadaran:kompos mentis
Afasia: Tidak ada, klien dapat dengan jelas berbicara
Dimentia : ya,
Orientasi : normal,
Bicara : normal
Bahasa yang digunakan : Banjar
Kemampuan membaca : bisa,
Kemampuan interaksi : sesuai
Pendengaran : normal

Penglihatan : normal
Vertigo : tidak
Short Portable Mental Status Quenstionare :
Mini-Mental State Exam (MMSE) :Gangguan Intelektual Ringgan
Inventaris Depresi Beck :Kemungkinan Defresi

10. Pengkajian Fisik


a. Data Klinik :
Keadaan umum : Baik,
Tingkat Kesadaran :CM
GCS :M = 4, V = 5, P = 6, (15)
Tinggi Badan :130cm Berat badan : 36 Kg.
Temperatur :36̊ cNadi : 80x/menit.
Tekanan Darah :120/90mmHg
b. Pernapasan dan sirkulasi :
Frekuensi napas :18x/menit
Kualitas : normal
Batuk : kadang-kadang
Auskultasi :
Lobus kanan atas : normal
Lobus kiri atas : normal
Lobus kanan bawah : normal
Lobus kiri bawah : normal
c. Metabolik Integumen
Kulit :
Warna : normal, sawo matang, lainnya! Bintik-bintik hitam
Turgor : menurun
Lecet: tidak
Bengkak: tidak
Bercak: tidak
Mulut
Gusi : normal
Gigi : normal, beberapa ada.

d. Persarafan Sensori
Pupil : sama, disebelah kanan ada selaput putih
Reaksi terhadap cahaya
Kiri : ya
Kanan : ya
Mata : berair

e. Muskuloskeletal
Range of motion : penuh
Keseimbangan : tidak stabil
Menggenggam
Kanan : Lemah
Kiri : Lemah
Kekuatan otot kaki :
Kanan : Kuat
Kiri : Kuat

11. Pengetahuan
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya:
Klien mengatakan jarang sakit. Hanya sewaktu-waktu nyeri di kaki dan pusing
a. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS : “saya cemas dg anak-anak saya Social ekonomi Ansietas
yang masih belum kerja dan
berkeluarga”

DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum


bekerja dan berkeluarga
- Klien sering termenung
- Susah tidur krg lbih sehari Cuma 5
jam
- Nafsu makan menurun
- Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
dg cukup
b. Diagnosa keperawatan:
Ansietas berhubungan dengan social ekonomi
Ditandai dengan:
DS : ““saya cemas dg anak-anak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga”
DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum bekerja dan berkeluarga
1) Klien sering termenung
2) Susah tidur krg lbih sehari Cuma 5 jam
3) Nafsu makan menurun
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dg cukup

c. Rencana Keperawatan
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Selama dilakukan
1. Kaji tingkat cemas 1.respon ndividu dapat
tindakan klien bervariasi tergantung pada
keperawatan 2. Catat pembatasan pola kultural yang
diharapkan cemas focus pikiran dipelajari.Persepsi yang
klien teratasi dengan
3. Observasi pola bicara menyimpang dari situasi
kriteria hasil: klien apakah cepat atau mungkin dapat
- Menunjukan lambat memperbesar perasaan.
ekspresi tenang 4. Diskusikan dengan 2.Penyempitan focus
- Waktu tidur klien tentang apa yang umumnya merefleksikan
trpenuhi dicemaskan oleh klien rasa takut
- Nafsu makan
5. Tanyakan mekanisme 3.Menyediakan petunjuk
meningkat koping yang digunakan lengenai factor-faktor
oleh klien jika sedang seperti tingkat
cemas ansietas,kemampuan untuk
6. Pertahankan kontak memahami tingkat
sering dengan klien kerusakan otak ataupun
untuk mendengarkan perbedaan bahasa
klien bercerita 4.pasien mungkin perlu
menolak realitas sampai
siap untuk menghadapinya
5.Mungkin dapat
menghadapi situasi dg
baik pada waktu itu
6.Untuk memantapkan
hubungan & meningkatkan
ekspresi perasaan

d. Implementasi
No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi
1. 1 1. Mengaji tingkat cemas klien S : “Makasih sudah mau
2. Mencatat pembatasan focus mendengarkan cerita saya”
pikiran
3. Mengobservasi pola bicara klien O: - klien tampak senang bercerita
apakah cepat atau lambat masalahnya
4. Mendiskusikan dengan klien
- Klien tersenyum
tentang apa yang dicemaskan oleh
- Klien mempunyai teman cerita
klien yaitu Cucunya
5. Menanyakan mekanisme koping
yang digunakan oleh klien jika A: masalah teratasi sebagian
sedang cemas
6. Mempertahankan kontak sering P: lanjutkan intervensi
dengan klien untuk mendengarkan1. Kaji tingkat cemas klien
klien bercerita 2. Catat pembatasan focus pikiran
3. Observasi pola bicara klien
apakah cepat atau lambat
4. Diskusikan dengan klien tentang
apa yang dicemaskan oleh klien
5. Tanyakan mekanisme koping
yang digunakan oleh klien jika
sedang cemas
6. Pertahankan kontak sering dengan
klien untuk mendengarkan klien
bercerita
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000.
Nugroho, Wahjudi. “Keperawatan Gerontik”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. “Pengkajian Gerontologi”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.
Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003

Anda mungkin juga menyukai