Agroklim Fix U

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 122

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia hidup di Bumi pasti tidak akan terpisah dengan lingkungan. Dalam

lingkungan itu sendiri terdapat unsur yang penting yaitu iklim atau cuaca.

Dikatakan iklim jika terbentuk dalam jangka waktu yang panjang dan dikatakan

cuaca jika terbentuk dalam jangka waktu yang singkat. Pada setipa tempat tentunya

memiliki iklim atau cuaca yang berbeda tergantung dengan tofografi dan

sebagainya.

Klimatologi pertanian merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan tentang

hubungan antara keadaan cuaca dan problema-problema khusus kegiatan pertanian,

terutama membahas pengaruh perubahan cuaca dalam jangka pendek.Pengamatan

dan penelaahan ditekankan pada data unsur cuaca mikro yakni keadaan dari lapisan

atmosfer permukaan bumi kira-kira setinggi tanaman atau obyek pertanian tertentu

yang bersangkutan.Selain itu dalam hubungan yang luas, klimatologi pertanian

mencakup pula lama musim pertanian, hubungan antara laju pertumbuhan tanaman

atau hasil panen dengan faktor atau unsur-unsur cuaca dari pengamatan jangka

panjang.

Dalam mempelajari iklim dan cuaca, diperlukan pengetahuan tentang situasi

dan keadaan alam yang terdapat di tempat yang ingin dipelajari. Yang termasuk

kedalam keadaan alam disini adalah curah hujan, kelembapan udara, suhu udara,

suhu tanah, suhu air, panjang penyinaran dan intensitas penyinaran matahari,

kecepatan angin, dan tingkat evaporasi. Keadaan-keadaan alam ini harus bisa

1
diketahui secara kuantitatif agar terdapat data yang dapat dipergunakan dalam

mengetahui tipe cuaca dan iklim seperti apa yang terdapat di tempat tersebut. Untuk

bisa mengetahui keadaan-keadaan alam tersebut secara kuantitatif, diperlukan alat-

alat khusus.

B. Tujuan

1. Mengenal peralatan yang digunakan untuk pengamatan cuaca.

2. Mengetahui tata letak alat pengamatan cuaca di stasiun cuaca.

3. Mengetahui prinsip-prinsip dasar kerja alat pengamatan cuaca.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pengukuran mengenai cuaca dan iklim ini dibagi menjadi dua ilmu,

yaitu meteorologi dan klimatologi. Meteorologi adalah kajian ilmiah mengenai

kondisi cuaca di atmosfer bumi setiap hari dan prediksinya. Biasanya jangka

waktunya dari menit sampai jam. Sedangkan klimatologi adalah kajian mengenai

perubahan iklim di atmosfer dalam jangka panjang di daerah tertentu. Klimatologi

ini biasanya mengukur rata-rata temperatur, kelembaban, curah hujan, angin,

tekanan atmosfer, dan curah hujan.Jangka waktu klimatologi biasanya dari hari

sampai ke tahun (Rusbiantoro, 2008).

Ilmu yang mempelajari mengenai cuaca disebut meteorologi yakni cabang

ilmu yang membahas pembentukan dan perubahan cuaca serta proses-proses fisika

yang terjadi diatmosfer. Secara luas menyatakan bahwa meteorologi sebagai suatu

cabang ilmu pengetahuan dari atomosfer mempunyai kaitan secara fisik, dinamik,

dan menyangkut status kimia atmosfer dan interaksi antara atmosfer bumi dengan

permukaan bumi. Nilai total dari perubah fisik atmosfer yang berlangsung dalam

keadaan sesaat yang terjadi pada tempat terntentu. Nilai tersebut diperoleh melaui

pengukuran pada stasium pengamatan terhadap unsur-unsur cuaca. Meteorologi

lebih menekankan proses terjadinya cuaca misalnya mengapa sampai terjadi suhu

ekstrim, hujan lebat, kelembaban rendah, penguapan tinggi, sedangkan klimatologi

penekannya lebih menekan kepada penyebaran hasil dari proses tersebut misalnya

penyebaran suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, frekuensi terjadinya banjir,

3
kekeringan, El Nino, baik skala harian, bulanan maupun tahunan (Sabaruddin,

2014).

Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsur-unsur cuaca/iklim

baik skala global, regional maupun local atau setempat dalam kegiatan pertanian.

Dalam mempelajari klimatologi terlebih dahulu harus memahami istilah cuaca-

iklim dan meteorologi- klimatologi. Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim

adalah keadaan rata-rata, ekstrim (maksimun dan minimum), frekuensi terjadinya

nilai tertentu dari unsur cuaca ataupun frekuensi dari tipe iklim. Iklim mengkaji dan

membahas tentang pola tingkah laku cuaca pada suatu tempat atau wilayah berulang

selama waktu periode waktu yang panjang. Sebagai suatu sistem, wilayah iklim

cakupannya sangat luas mulai dari skala planiter sampai pada skala lokal atau

setempat merupakan kisaran atmosfer secara bersambung. Kajiannya menyangkut

berbagai aspek proses pembentukan iklim (Sabaruddin, 2014).

Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian

diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer), Alat pengukur kelembaban

relatif udara (Hygrometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa,

Termometer Maksimum, Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-

Minimumalat pengukur suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan

Air), alat pengukur panjang penyinaran matahari (Solarimeter tipe Combell

Stokes), alat pengukur suhu tanah (Termometer Tanah), dan alat pengukur

kecepatan angin (Anemometer) dan masih banyak yang lainnya

(Prawirowardoyo,1996).

4
Pengaruh iklim terhadap tanaman dapat diamati baik bila letak stasiun dapat

mewakili hubungan alamiah antara iklim dengan tanah, air dan tanaman di suatu

daerah pertanian yang. Tempat yang mempunyai iklim berbeda-beda dalam jarak

pendek karena faktor lingkungan yang bersifat khusus seperti: rawa, bukit, danau,

dan kota, sedapat mungkin tidak dipilih untuk lokasi stasiun. Beberapa faktor

lingkungan khusus yang mempengaruhi perubahan iklim antara lain: Vegetasi,

Tinggi tempat, Distribusi darat-laut, Gunung, Perlakuan dan aktivitas manusia

(Taufik, 2010).

Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan

pengamatan secara terus–menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan

(atmosfer) serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek

pertanian lainnya. Taman alat-alat meteorologi umumnya terdapat pada setiap

stasiun meteorologi. Luas taman alat tergantung pada jenis alat-alat yang dipasang

didalamnya. Tempat untuk membangun taman alat-alat disesuaikan dengan jenis

stasiun, agar hasil peramatan cukup representatif, misalnya taman alat-alat untuk

keperluan penerbangan dibangun dekat landasan. Taman alat-alat meteorologi

pertanian dibangun ditempat yang representatif untuk keperluan pertanian

(Gunawan, 2007).

Sebaran hujan yang tidak selalu merata baik menurut ruang dan waktu

menyebabkan kondisi ketersediaan air tanah berbeda pada setiap ruang dan

waktunya.Faktor iklim yang berperan dalam ketersediaan air tanaman adalah curah

hujan dan evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan gabungan evaporasi dari

permukaan tanah dan transpirasi tanaman yang menguap melalui akar tumbuhan ke

5
batang daun menuju atmosfer yang berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah

(Pasaribu, dkk., 2012).

6
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat pengamatan cuaca yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas,

pulpen, anemometer, campbell-stokes, ombrometer tipe observaterium,

ombrometer tipe hellman, termohygrometer digital, termometer minimum

maksimum, termometer permukaan tanah, dan termometer tanah tipe bengkok.

B. Prosedur Kerja

1. Alat-alat pengamatan cuaca disiapkan oleh asisten praktikum.

2. Praktikan diberi penjelasan tentang alat-alat pengamatan cuaca.

3. Alat-alat pengamatan cuaca dijelaskan ulang oleh praktikan kepada praktikan

lainnya agar lebih mengerti.

4. Alat-alat pengamatan cuaca digambar oleh praktikan untuk membuat accan dan

lampiran pada laporan.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Kertas pias terdiri dari 3 (tiga) jenis menurut letak matahari. Prinsip kerja

Sinar matahari yang datang menuju permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh

pada sekeliling permukaan bola kaca pejal akan dipokuskan ke atas permukaan

kertas pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk dan meninggalkan jejak bakar

sesuai posisi matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak titik bakar inilah yang

disebut sebagai lamanya matahari bersinar dalam satu hari (satuan jam/menit).

Sinar-sinar dengan gelombang lebih panjang dari sinar yang lebih tampak

disebut sinar-sinar infra merah dan sinar-sinar ini sebagian besar mengalami

penyerapan diatmosfer. Sinar-sinar dengan panjang gelombang lebih pendek

dalam spectrum matahari adalah sinar-sinar ultraviolet yang mampu menghasilkan

suatu efek fotokimia tertentu. Diantara dua macam berkas radiasi yang tidak

kelihatan ini merupakan bagian ynag kelihatan dari spektrum yang diketahui

sebagai cahaya matahari dan paling efektif memanasi bumi. Jika sinar-sinar

spektrum matahari mencapai bumi sebagian diserap dan dirubah dari gelombang

pendek menjadi gelombang panjang yang dikenal sebgai panas. Tenaga yang

diperoleh dari cara ini merupakan bahan bakar untuk prose-proses cuaca dan iklim,

8
dan di-transfer baik vertikal maupuan horizontal menimbulkan variasi keadaan

temperatur. Akhirnya ini, hilang dengan cara radiasi dari atmosfer keruang angkasa

(Wisnubroto et al.,1981).

Aktinograf Bimetal berfungsi untuk mengukur radiasi matahari dalam waktu

satu hari, dipasang pada tempat terbuka di atas pondasi beton setinggi 120 cm. Alat

ini dinamakan bimetal karena prinsip kerja alat terdiri dari dua buah lempengan

logam yang berbeda warna sebagai sensor, yaitu lempengan berwarna putih

mengkilat dan warna hitam gelap. Perbedaan selisih nilai pemuaian kedua

lempengan tersebut dipakai sebagai dasar pengukuran dan perbedaan ini akan

mengakibatkan beda pemuaian pada kedua lempengan tersebut, sehingga

menimbulkan gerak pada pena dan akan melukis pada kertas pias yang dipasang

pada silinder jam. Arah lempeng logam dipasang searah peredaran matahari yaitu

arah Timur-Barat. Pias dipasang pada jam 07.00 dan diangkat jam 18.00 WIB

(Hendayana, 2011)

Gun Bellani berfungsi sama dengan alat aktinograf yaitu untuk mengukur

total radiasi metahari selama satu hari sejak matahari terbit hingga terbenam. Alat

ini tidak secara langsung mengukur radiasi matahari, tetapi melalui suatu proses

penguapan zat cair terlebih dahulu. Jumlah zat cair yang diuapkan berbanding lurus

dengan total radiasi matahari yang diterima. Alat Gun Bellani ini terdiri dari bagian

sensor berbentuk bulat hitam yang berisikan air dan dihubungkan dengan tabung

buret yang berskala dalam satuan milimeter (Hendayana, 2011)

Anemometer Prinsip kerja alat ini adalah diletakkan di tempat terbuka, tinggi

alat 2m di atas tanah. Pada saat tertiup angin, baling-baling atau mangkok yang

9
terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan

angin meniup mangkok-mangkok tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya

piringan mangkok-mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka dapat

diketahui kecepatan anginnya.Arah angin dapat diketahui dengan melihat arah dari

wind vane pada saat ada angin. Kecepatan angin dapat dipilah dengan dua macam,

yaitu kecepatan angin sesaat dan kecepatan angin rata-rata pada periode

tertentu.serta fungsi nya untuk mengukur kecepatan dan arah angin. Cara

pemeliharaan alat ini yaitu pelihara as (sumbu) kepala Cup Counter Anemometer

dengan cara meminyakinya. Jangan memutar mangkok pada saat Cup Counter

Anemometer sedang beroperasi atau berputar pada saat pengamatan (BMKG,

2007).

Thermohigrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua

termometer. Termometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa

dan yang kedua untuk mengukur suhu udara jenuh/lembab. Untuk mengukur

kelembaban relatif (RH) (Hanum, 2009).

Thermometer Maximum-Minimum Prinsip kerja termometer minimum

adalah termometer dengan kapiler berisi alkohol, di dalam alkohol dekat dengan

miniskus ada indeks. Bila suhu turun indeks didorong mendekati reservior atau

suhu terendah dan apabila suhu naik indeks tetap pada tempatnya tidak naik.Prinsip

kerja termometer maksimum adalah termometer dengan kapiler berisi air raksa.

Kapiler dekat reservoir ada penyempitan (constriction) sehingga air raksa dapat

keluar bila memuai tetapi tidak bisa kembali bila suhu turun.serta mempunyai

fungsi Untuk mengukur suhu udara. Cara pemeliharaan alat ini yaitu bersihkan

10
termometer dari debu dan lumut. Tambahkan air termometer bola basah sedikitnya

1 kali dalam tiga hari atau pada saat air dalam botol berkurang. Ganti kain kasa atau

kain muslin jika telah berlumut atau kotor. Periksa air raksa termometer maksimum

setelah dibaca dan sebelum dikembalikan apakah bagian yang sempit pada tabung

dekat bola masih berfungsi baik (lihat apakah air raksa terputus). Jangan

menggoyang termometer minimum seperti termometer maksimum. Cukup

dimiringkan ke arah suhu pada waktu pembacaan. (Arisworo, 2006).

Ombrometer tipe Hellman Prinsip Ombrometer tipe Hellman adalah dengan

prinsip pelampung , yaitu: alat ini terdiri dari corong penampung air hujan yang

dihubungkan dengan sebuah tabung yang didalamnya terdapat pelampung. Pada

bagian ujung sebelah atas pelampung dilengkapi dengan pena yang dapat bergerak

bila pelampung bergerak, baik naik maupun turun sesuai dengan jumlah hujan dapat

diketahui.adapun fungsi nya ialah Untuk mengukur curah hujan. Cara pemeliharaan

alat ini yaitu periksa dan bersihkan corong dari sampah/kotoran sehingga tidak

menghambat masuknya air hujan. Periksa selalu apakah jam berfungsi baik, jangan

mengunci jam terlalu ketat. Periksa selalu apakah tangkai pena berfungsi dengan

baik, jangan membengkokkan tangkai pena. Periksa juga apakah mata pena masih

berfungsi. Gunakan gelas ukur standard yang telah disediakan, setelah pengukuran

pastikan pintu penakar tertutup dengan baik (Manan, 1986).

Ombrometer tipe Observatorium Prinsip kerja ombrometer tipe

observatorium adalah menghitung besar air yang tertampung pada alat dan diukur

dengan gelas ukur. Bagian dasar dari corong tersebut terdiri dari pipa sempit yang

menjulur ke dalam tabung kolektor dan dilengkapi dengan keran. Air yang

11
ditampung dalam tabung kolektor dapat diketahui bila keran dibuka kemudian air

diukur dengan gelas ukur. Ada gelas ukur yang mempunyai skala khusus, yaitu

langsung dapat menunjukkan jumlah curah hujan yang terjadi, tetapi apabila

menggunakan gelas ukur biasa, maka setiap 10 cm³ setara dengan curah hujan

sebesar 1 mm.adapun fungsi dari ombrometer sendiri adalah Untuk mengukur curah

hujan. Cara pemeliharaan alat ini yaitu periksa dan bersihkan corong dari

sampah/kotoran sehingga tidak menghambat masuknya air hujan. Periksa selalu

apakah penampungan bocor. Gunakan selalu gelas ukur standard yang telah

disediakan. Setelah pengukuran pastikan kran dalam keadaan tertutup/terkunci

(Manan, 1986).

Campbel Stokes Prinsip kerja Campbell Stokes adalah pembakaran kertas

pias oleh radiasi matahari yang memfokus melalui bola kaca sebagai lensa positif

pada titik api lensa serta mempunyai fungsi yaitu Untuk mengukur lamanya

penyinaran matahari (Turyanti, 2006).

Termometer permukaan tanah Prinsip kerjanya adalah Pemuaian air raksa,

yaitu: termometer ditancapkan pada kedalaman yang diinginkan (0-10 cm), atau

yang akan diamati, perubahan panas yang diterima oleh sensor akan memuaikan air

raksa menunjukan skala tertentu pada saat itu.adapun fungsi nya Untuk mengukur

suhu permukaan tanah. Cara pemeliharaan alat ini yaitu membersihkan termometer

dari debu dan lumut serta membersihkan areal termometer tanah gundul dari

rumput/tanaman. Pelihara areal termometer tanah berumput dengan rumput pendek

dan bersihkan dari tanaman pengganggu (Sofendi, 2000).

12
Termometer kedalaman tanah Prinsip kerja termometer kedalaman tanah tipe

bengkok adalah muai air raksa ,yaitu : tanah digali pada kedalaman yang diinginkan

setelah ujung reservior dimasukan kenaikan suhu tanah menyebabkan air raksa

memuai dan akan mengisi kolom hampa udara sampai pada skala tertentu. Jenis

termometer ini merupakan modifikasi bentuk thermometer air raksa. Untuk

mempermudah pembacaan maka skala dibuat bengkok, dengan sudut : 6ᵒ;45ᵒ;15ᵒ;

atau 0ᵒ atau 0ᵒ dari permukaan tanah.adapun fungsi dari termometer permukaan

tanah Untuk mengukur suhu pada kedalaman tanah (Soekirno, 2010).

Berdasarakan literatur perbedaan antara termometer permukaan tanah dan

termometer kedalaman tanah terletak pada objek yang di ukur dan skala nya.jika

termometer permukaan tanah mengukur suhu pada permukaan tanah,sedangkan

termometer kedalaman tanah mengukur suhu berdasarkan tingkat kedalaman

tanah.skala yang digunakkan juga berbeda jika termometer kedalaman tanah

menggunakkan skala bengkok namun pada termometer permukaan tanah

mengunakkan skala tertentu.

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata di suatu tempat.iklim merupakan salah

satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam bidang

pertanian.pertumbuhan dan perkembangan tanaman tergantung kepada

lingkungan,tanah,dan iklim.dalam keadaan pembukaan daerah pertanian

baru,untuk peranan tertentu,diperlukan data iklim tentang daerah tersebut.hal

tersebut berguna dalam penentuan kebijakan perencanaan komoditi tertentu di

daerah tersebut.iklim berpengaruh yata pada setiap fase kegiatan pertanian.unsur-

unsur iklim terdiri dari radiasi,suhu,kelembaban udara,awan,curah

13
hujan,penguapan,tekanan udara,dan angin.unsur tersebut berbeda dari tempat ke

tempat dan dari waktu ke waktu disebabkan adanya pengendali iklim.unsur iklim

yang juga bertindak sebagai pengendali iklim adalah radiasi surya,suhu

udara,kelembaban,angin,altitude(ketinggian tempat di atas permukaan

laut),penyebaran daratan dan lautan.perbedaan tekanan pada masing-masing

daerah,arus laut,dan gangguan-gangguan atmosfer,iklim dari suatu tempat

ditentukan oleh kombinasi dari berbagai unsur dan dipengaruhi oleh faktor

pengendali.hal ini memungkinkan dua tempat mempunyai iklim berbeda.

Cuaca dan iklim merupakan hasil akhir dari proses interaksi atau hubungan

timbal balik dari unsur-unsur atau perubahan fisik atmosfer (unsur-unsur

cuaca/iklim). Proses tersebut berlangsung setiap saat dan berlangsung terus

menerus yang disebabkan atau dipicu oleh beberapa faktor yang disebut sebagai

weater and climatic controls. proses interaksi dari unsur-unsur cuaca atau iklim

dengan faktor pengendalinya pada suatu tempat atau wilayah akan menghasilkan

distribusi dan tipe iklim. Tipe iklim yang terjadi pada suatu wilayah pada dasarnya

merupakan refleksi dan karakteristik fisik daerah atau wilayah tersebut

(Sabaruddin, 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah:

a. Lama penyinaran matahari

Lamanya penyinaran matahari membuat tinggi temperatur. Semakin miring

sinar matahari semakin berkurang panasnya. Semakin tinggi tempat semakin

rendah suhunya. Keadaan tanah, tanah yang licin dan putih banyak

14
memantulkan panas. Tanah yang hitam dan kasar banyak menyerap panas.

Daratan cepat menerima dan melepaskan panas dibandingkan lautan.

b. Sudut datang sinar matahari

Sudut datang sinar matahari terkecil terjadi pada pagi dan sore hari, sedangkan

sudut terbesar pada waktu siang hari tepatnya pukul 12.00 siang. Sudut

datangnya sinar matahari yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar matahari dan

suatu bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut datangnya sinar

matahari, maka semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima

bumi semakin tinggi. Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar

matahari, berarti semakin miring datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi

semakin rendah.

c. Relief permukaan bumi

Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut

akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu

tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara

yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut

amplitudo. Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan

termometer. Garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang

mempunyai tekanan udara sama disebut Garis isotherm. Salah satu sifat khas

udara yaitu bila kita naik 100 meter, suhu udara akan turun 0,6 °C. Di Indonesia

suhu rata-rata tahunan pada ketinggian 0 meter adalah 26 °C. Misal, suatu

daerah dengan ketinggian 5.000 m di atas permukaan laut suhunya adalah 26

°C × -0,6 °C = -4 °C, jadi suhu udara di daerah tersebut adalah -4 °C. Perbedaan

15
temperatur tinggi rendahnya suatu daerah dinamakan derajat geotermis. Suhu

udara rata-rata tahunan pada setiap wilayah di Indonesia berbeda-beda sesuai

dengan tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut.

d. Banyak sedikitnya awan

Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu

daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit,

hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan

menyerap panas matahari. Permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan

cepat pula melepaskan panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat

menerima panas dan lambat pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang

hari diselimuti oleh awan, maka temperatur udara pada malam hari akan

semakin dingin.

e. Sifat permukaan bumi

Amplitudo suhu

a. Amplitudo suhu harian : perbedaan suhu harian tertinggi dan terendah.

b. Amplitudo suhu bulanan : perbedaan suhu rata-rata harian tertinggi dan

terendah.

c. Amplitudo tahunan : perbedaan suhu rata-rata bulan terpanas dengan suhu

rata-rata terdingin.

d. Jalan suhu harian : perubahan suhu naik atau turun dalam satu hari.

e. Besar kecilnya amplitudo suhu dipengaruhi oleh keadaan permukaan bumi,

tinggi rendahnya kelembapan udara, dan sifat arus laut pada laut/samudera

sekitarnya.

16
Prinsip pengukuran curah hujan adalah volume air yang ditampung dibagi

dengan luas mulut corong penampung yaitu tebal curah hujan dalam satuan mm.

tebal curah hujan ini dianggap sama pada luasan sekitar letak penangkar hujan.

Bentuk alat penakar curah hujan beraneka ragam yang berhubungan dengan

banyaknya air yang ditampung. Yang dipakai sebagai perbandingan baku alat

penangkar curah hujan di Indonesia adalah alat penangkar hujan observatorium

yaitu mengukur jumlah curah hujan selama 24 jam secara manual.

Penakar hujan otomatis ( perekam ) banyak macamnya seperti penakar huajan

tipe Hellman, penakar hujan tipe Tilting Siphon, penakar hujan Tipping Bucket dan

penakar hujan tipe Bendix.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada umumnya alat perekam ini adalah perlu

adanya cadangan jam (clock) pemutar agar data tidak banyak hilang karena

lambatnya perbaikan jam yang rusak. Penakar hujan hellman sering harus diperiksa

shipon dari minyak yang menempel di gelas, sehingga pembuangan air tidak lancar.

Tinggi pemasangan shipon mempengaruhi titik nol dan titik maksimum tinggi air

hujan. Setiap hari pada pagi hari kedudukan pena dikembalikan ke titik nol. Curah

hujan total ditampung dengan bejana gayung dan ditakar dengan gelas ukur untuk

mengoreksi hasil pencatat grafik. Penakaran hujan titling shipon sama dengan

helman dan tipping bucket. Pada hari kedudukan pena kembali ke nol melalui

penambahan airagar pelampung kembali ke kedudukan semula dan pena besar

bervolume 10 liter. Pada waktu tertentu harus sering diperiksa isi volume

penampung jangan sampai tumpah, akan menggangu pencatatan.

1. Ombrometer tipe Hellman

17
Prinsip kerja alat ini yaitu :

a. Air masuk melalui corong

b. Lalu masuk ke tabung kecil

c. Setelah itu, dikertas pias tertera banyaknya debit air yang masuk

d. Selanjutnya air jatuh ke dalam tabung bawah

2. Ombrometer tipe obsevatorium

Prinsip kerja alat ini yaitu :

a. Air hujan masuk melalui corong

b. Lalu turun ke tabung ukur

c. Keran yang ada didalam diputar agar air dapat mengalir ke tabung ukur

d. Ukur banyaknya air yang masuk

e. Jika ada air didalam tabung ukur sudah penuh, buang air tesebut.

18
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapat dari praktikum kali ini :

1. Setiap peralatan unsur iklim/cuaca memiliki cara kerja yang berbeda-beda

sesuai dengan fungsi masing-masing alat ukur dengan tata letaknya.

2. Pemasangan alat ukur umumnya dilakukan/dipasang di tempat terbuka.

3. Cara kerja tiap alat ukur akan menghasilkan data pencatatan yang akurat, bila

penggunaannya dilakukan dengan baik dan benar tanpa kesalahan.

4. Cara pengamatan peralatan ukur unsur iklim/cuaca disesuaikan dengan kerja

masing-masing alat ukut tersebut.

B. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan dalam praktikum, untuk peralatan

agar lebih dilengkapi sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar dan

mahasiswabisa mengenal, memahami lebih jauh dan mendapatkan informasi yang

lebih banyak lagi tentang alat – alat praktikum tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arisworo, D. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Grafindo Media Utama. Jakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2007. Panduan Praktis Mengenai


Alat‐Alat Klimatologi. BMKG. Bogor.

Gunawan Nawawi, Ir., MS 2007. Pengantar Klimatologi Pertanian.


Dinas Pendidikan. Jakarta.

Hanum, S. Y. M. 2009. Hubungan kadar CD4 dengan Infeksi Jamur Super fisialis
pada penderita HIV di RSUP H.Adam Malik. Medan.

Manan, M.E., M. A. Nusirwan, dan Soedarsono. 1986. Alat pengukur Cuaca di


Stasiun Klimatologi., FPMIPA, IPB. Bogor.

Pasaribu, H., A. Mulyadi, S. Tarumun. 2012. Neraca air di Perkebunan Kelapa


Sawit di PPKS sub unit Kalianta Kabun Riau.Jurnal Ilmu Lingkungan (1): 22-
23.

Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Rusbiantoro, D. 2008. Global Warming for Beginner. O2. Yogyakarta.

Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi Aspek-aspek Klimatik untuk


Sistem Budidaya Tanaman. Alfa Beta.Bandung

Soekirno. 2010 . Ilmu Iklim dan Pengairan. Bina Cipta. Bandung.

Sofendi. 2000. Ilmu Geografi. Akademika Pressindo. Jakarta.

Taufik, Muhammad. 2010. Analisis Tren Iklim dan Ketersediaan Air Tanah di
Palembang, Sumatra Selatan: Volume 24 (1) : 42-49.

Turyanti. 2006. Ekosistem Hutan. Akademika Pressindo. Jakarta.

20
LAMPIRAN

Anemometer Termometer bengkok Termometer


permukaan tanah

Termometer Campbell stoke Termohigrometer


maksimum dan
minimum

Ombrometer manual Termometer


(observatorium)

21
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberi dampak

positif bagi dunia pertanian. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan

teknologi, ilmu pertanian tidak lagi mampu berkembang lebih lanjut tanpa adanya

peran serta dari kajian ilmu lain. Saat ini, peran ahli pertanian dengan ahli

klimatologi terus diarahkan kepada orientasi peningkatan kualitas dan kuantitas

produk pertanian panca usahatani dengan pemanfaatan iklim. Hal tersebut penting

dilakukan karena kegiatan produksi pertanian tidak bisa dipisahkan dari pengaruh

iklim.

Suhu udara dipengaruhi oleh iklim dan cuaca sekitar, sehingga

mengakibatkan suhu udara di sekitar selalu berubah - ubah dan tidak tetap. sehingga

perlu dilakukan pengamatan agar tahu perubahan suhu yang terjadi setiap jamnya.

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa tahu perubahan suhu setiap jamnya.Suhu

udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara, atau ukuran energi kinetik rata –

rata dari pergerakan molekul – molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang

menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke

benda – benda lain atau menerima panas dari benda – benda lain tersebut. Dalam

sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu

lebih tinggi.

Suhu dinyatakan sebagai ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakkan

molekul suatu benda. Suhu menunjukkan sangkar cuaca yang dipergunakan untuk

22
pengamatan suhu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer air

raksa dan alkohol.Pengukuran dapat dilakukan dari suhu 35ºC – 350ºCdengan

thermometer air raksa, hasilnya adalah cukup bagus karenaangka pengembangan

air raksa pada tiap suhu lebih merata dari alkohol, sehingga untuk pengukuran suhu

udara biasanya digunakan thermometer air raksa.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum pengamatan suhu udara pada lahan sawah, tegalan, kebun

campur, dan kebun rumput gajah adalah:

1. Mengetahui suhu udara di atas (ketinggian 1,2 m) lahan sawah, tegalan, kebun

campur, dan kebun rumput gajah setiap jam selama 2 hari.

2. Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum

di atas ketinggian (1,2 dan 2,0 m) lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan

keun rumput gajah.

23
II. TINJAUAN PUSTAKA

Suhu adalah kemampuan benda memberi dan menrima panas. Suhu diartikan

sebagai energi kinetis rata-rata suhu benda yang dinyatakan dalam derajat suhu.

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah Termometer. Ada beberapa jenis

termometer sesuai dengan kegunaannya, ada tiga macam jenis termometer, yaitu

termometer biasa, termometer maksimum, dan termometer minimum. Termometer

biasa digunakan untuk mengukur suhu udara dan suhu tanah sesuai dengan turun

naiknya cairan atauperubahan sensor logam yang dapat di baca. Termometer

maksimum bekerja berdasarkan prinsip pemuaian zat-zat seperti termometr biasa.

Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol.( Kartasapoetra, 2005)

Suhu juga bisa diartikan sebagai suatu sifat fisika dari suatu benda yang

menggambarkan Energy kinetic rata-rata dari pergerakan molekul-molekul. Pada

gas seperti udara. Di atmosfer dijumpai bahwa peningkatan panas laten akibat

penguapan tidak menyebabkan kenaikan suhu udara, tetapi penguapan justru

menurunkan suhu udara karena proporsi panas terasa (yang menyebabkan kenaikan

suhu udara) menjadi berkurang (Handoko, 2003).

Menurut Tanudidjaja (1993), keadaan suhu udara pada suatu tempat di

permukaan bumi akan ditentukan oleh factor-faktor sebagai berikut :

a) Lamanya Penyinaran Matahari.

24
Semakin lama matahari memancarkan sinarnya disuatu daerah, makin banyak

panas yang diterima. Keadaan atmosfer yang cerah sepanjang hari akan lebih panas

daripada jika hari itu berawan sejak pagi.

b) Kemiringan Sinar Matahari

Suatu tempat yang posisi matahari berada tegak lurus di atasnya, maka radiasi

matahari yang diberikan akan lebih besar dan suhu ditempat tersebut akan tinggi,

dibandingkan dengan tempat yang posisi mataharinya lebih miring.

c) Keadaan Awan

Awan di atmosfer akan menyebabkan berkurangnya radiasi matahari yang

diterima di permukaan bumi. Radiasi yang mengenai awan, oleh uap air yang ada

di dalam awan akan dipencarkan, dipantulkan, dan diserap.

d) Keadaan Permukaan Bumi

Perbedaan sifat darat dan laut akan mempengaruhi penyerapan dan

pemantulan radiasi matahari. Permukaan darat akan lebih cepat menerima dan

melepaskan panas energi radiasi matahari yang diterima dipermukaan bumi dan

akibatnya menyebabkan perbedaan suhu udara di atasnya.

Suhu udara rata-rata cenderung naik pada bulan Januari, Februari, Agustus,

September, Oktober, dan Desember. Suhu udara maksimum cenderung naik pada

Januari,dan Februari dan cenderung turun pada Mei dan Juli.Suhu udara mínimum

cenderung turun pada bulan Januari, Februari, April, Mei, agustus, Oktober,

November, dan Desember (Fadholi, 2013).

25
Suhu merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang

berhubungan dengan panas dan energi (Lakitan, 2002). Suhu udara akan

berfluktuasi dengan nyata setiap periode 24 jam. Fluktuasi itu berkaitan erat dengan

proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Fluktuasi suhu akan

terganggu jika turbulensi udara atau pergerakan massa udara menjadi sangat aktif,

missalnya pada kondisi kecepatan angin tinggi. Jika pergerakan massa udara

tersebut melibatkan seluruh lapisan udara dekat permukaan, maka suhu udara pada

lapisan tersebut relative homogen (Ernyasih, 2012).

Proses perubahan suhu udara yang berada di atmosfer dipengaruhi oleh proses

perpindahan panas yang terjadi dari energi solar matahari ke udara melalui empat

bentuk yang diantaranya adalah konduksi, konveksi (paksa dan bebas), radiasi dan

adveksi (Sabaruddin, 2012: 106).

Sabaruddin (2012 : 108) menyatakan suhu udara di permukaan bumi

dipengaruhi yang berbeda- beda dari satu tempat ke tempat lain dikarenakan jumlah

radiasi yang diterima, penyebaran daratan dan lautan, sertaaltitude atau ketinggian

suatu tempat dari permukaan laut. Fungsi suhu vertikal (pengaruh ketinggian

tempat) sangat penting artinya bagi kegiatan pertanian sehingga dapat

diklasifikasikan zona- zona suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman dan

pengembangan usaha pertanian.

Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti

halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Penyeberan suhu secara vertikal

permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat

maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian

26
contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000 meter. , Suhu udara

sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi karena kapasitas panas

udara sangat rendah. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor

terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994).

27
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer dan semacam

sangkar cuaca.

Bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan suhu udara adalah borang

pengamatan suhu udara dan alat pencatat, lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan

kebun rumput gajah.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang harus dilakukan pada praktikum pengamatan suhu udara

adalah:

1. Sangkar cuaca disiapkan pada masing-masing penggunaan lahan

2. Termometer diletakkan pada sangkar cuaca di masing-masing penggunaan

lahan pada ketinggian 120 dan 200 cm. Dihindarkan termometer terkena radiasi

atau sinar matahari langsung.

3. Suhu udara dicatat setiap jam selama 2 hari

4. Grafik hubungan antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Waktu

dan besarnya suhu maksimum dan minimum ditentukan.

28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Suhu udara adalah suatu derajat panas di udara. Suhu udara merupakan derajat

dari energi kinetik pergerakan molekul-molekul udara. Suhu menyatakan tingkat

energi ratar-rata suatu benda. Suhu dinyatakan dalam satuan derajat

Celsius,Fahrenheit,Reaumur dan Kelvin.

Berdasarkan literaratur terdapat beberapa pengertian suhu. Menurut

Kartasapoetra (2005), suhu adalah kemampuan benda memberi dan menerima

panas. Suhu diartikan sebagai energi kinetis rata-rata suhu benda yang dinyatakan

dalam derajat suhu. Sedangkan menurut Lakitan (1994), suhu merupakan

karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan

energi. Jika panas dialirkan dari suatu benda, maka suhu benda tersebut akan

meningkat, sebaliknya suhu benda tersebut akan turn jika benda yang bersangkutan

kehilangan panas. Hubungan antara panas dengan suhu bukan merupakan suatu

konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat penerimaan panas dalam

jumlah tertentu yang dipengaruhi oleh daya tampung pans yang dimilki oleh benda

tersebut.

29
Suhu adalah kemampuan benda memberi dan menrima panas. Suhu diartikan

sebagai energi kinetis rata-rata suhu benda yang dinyatakan dalam derajat suhu.

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah Termometer. Ada beberapa jenis

termometer sesuai dengan kegunaannya, ada tiga macam jenis termometer, yaitu

termometer biasa, termometer maksimum, dan termometer minimum. Termometer

biasa digunakan untuk mengukur suhu udara dan suhu tanah sesuai dengan turun

naiknya cairan atauperubahan sensor logam yang dapat di baca. Termometer

maksimum bekrrja berdasarkan prinsip pemuaian zat-zat seperti termometr biasa.

Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol.( Kartasapoetra, 2005)

Suhu merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang

berhubungan dengan panas dan energi (Lakitan, 2002). Suhu udara akan

berfluktuasi dengan nyata setiap periode 24 jam. Fluktuasi itu berkaitan erat dengan

proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Fluktuasi suhu akan

terganggu jika turbulensi udara atau pergerakan massa udara menjadi sangat aktif,

misalnya pada ondisi kecepatan angin tinggi. Jika pergerakan massa udara tersebut

melibatkan seluruh lapisan udara dekat permukaan, maka suhu udara pada lapisan

tersebut relatif homogen (Ernyasih, 2012).

Suhu adalah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk

memindahkan panas kebenda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda

lain.

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata–rata dari pergerakan molekul–

molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda

30
tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda–benda lain atau menerima

panas dari benda–benda lain. Benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang

bersuhu lebih tinggi. Suhu dapat didefinisikan secara mikroskopik berkaitan dengan

gerakan molekul sedemikian rupa sehingga semakin besar kecepatan molekul

makin tinggi suhunya. Suhu suatu benda dapat didefinisikan sebagai tingkat atau

derajat kepanasan benda tersebut secara mikroskopik. Suhu dalam meteorologi

dinyatakan dengan satuan yang derajat Celcius yang lambangnya ºC. Satuan derajat

Fahrenheit dengan lambing ºF masih tetap digunakan, untuk keperluan

meteorologist sedangkan untuk keperluan pertukaran pelaporan internasional

secara resmi telah disepakati digunakan skala Celcius. Skala suhu ºC dan ºF masing-

masing didefinisikan dengan menggunakan skala suhu Kelvin yang merupakan

skala suhu dasar dalam ilmu pengetahuan (Soejitno, 1973).

Sukmono (2016: 255) dalam jurnalnya mendefinisikan suhu udara sabagai

salah satu parameter kunci bagi neraca energi di permukaan dan juga merupakan

parameter klimatologis yang utama pengendali fluks energi gelombang panjang

yang kembali ke atmosfer serta sangat tergantung pada keadaan parameter

permukaan lainnya seperti albedo, kelembapan permukaan, kondisi dan tingkat

penutupan vegetasi.

Selaras dengan penjelasan Sabaruddin (2012 : 108) menyatakan suhu udara

di permukaan bumi dipengaruhi yang berbeda- beda dari satu tempat ke tempat lain

dikarenakan jumlah radiasi yang diterima, penyebaran daratan dan lautan, serta

altitude atau ketinggian suatu tempat dari permukaan laut. Fungsi suhu vertikal

(pengaruh ketinggian tempat) sangat penting artinya bagi kegiatan pertanian

31
sehingga dapat diklasifikasikan zona- zona suhu yang berkaitan dengan

pertumbuhan tanaman dan pengembangan usaha pertanian.

Faktor yang mempengaruhi suhu udara suatu tempat adalah kepadatan

vegetasi yang ada di tempat itu sendiri. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-

tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu

tempat terdapat interaksi yang erat, baik antara tumbuhan itu sendiri maupun

dengan hewan yang hidup dalam vegetasi itu, dengan demikian vegetasi bukan

hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja melainkan membentuk suatu

kesatuan yang saling bergantung satu sama lain yang disebut dengan sebagai suatu

komunitas tumbuh-tumbuhan (Sukmono, et al. 2016).

Menurut Sukmono, et al. (2016: 263) bahwa suhu udara di suatu tempat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi:

1. Intensitas dan durasi dari radiasi matahari,

2. Struktur, bentuk dan kepadatan vegetasi,

3. Letak lintang tempat,

4. Ketinggian tempat, serta

5. Panas laten yang dibawa angin.

Menurut Junghuln (dalam Sabaruddin, 2012: 109) membagi wilayah tropik

Indonesia menjadi 4 kelompok zona suhu yang meliputi : zona panas pada

ketinggian 0 – 700 mdpl (26 ºC sampai 30 ºC) yang cocok untuk pertanian tanaman

keras seperti kelapa, karet, kopi, tebu dan kelapa sawit; zona sedang pada

ketinggian 700- 1500 mdpl (23 ºC sampai 28 ºC) yang cocok untuk pertanian

32
tanaman hortikultura; zona sejuk pada ketinggian 1500- 3000 mdpl (18 ºC sampai

22 ºC) yang cocok untuk tanaman pinus dan hutan campuran; serta zona dingin

pada ketinggian lebih dari 3000 mdpl yang biasanya bersalju

Kondisi siang hari yang cerah menyebabkan radiasi matahari efektif

memanaskan bumi yang padat, dan kemudian memanaskan udara diatasnya.

Kondisi malam hari yang cerah pula radiasi keluar dengan cepat dari bumi

mengakibatkan pendinginan yang besar. Langit yang tertutup awan mengurangi

radiasi matahari yang diterima, kemudian pemanasan pada siang hari dan

pendinginan pada malam hari terhalang. Pendinginan yang berkurang pada malam

hari mengakibatkan kurva harian agak mendatar. Dari penjelasan diatas telah

diperoleh, mengapa pada cuaca cerah suhu udara lebih tinggi daripada cuaca

mendung atau hujan, selain itu perubahan suhu pada cuaca yang berlainan karena

intensitas radiasi matahari saat cuaca mendung dan tertutup awan terhalang

sehingga mempengaruhi panas bumi dan mempengaruhi radiasi bumi

mengakibatkan berubahnya suhu udara.

Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan

bumi. Menurut tempat suhu udara bervariasi secara vertical dan horizontal dan

menurut waktu dari jam ke jam dalam sehari, dan menurut bulanan dalam

setahun. Suhu udara di atmosfer bervariasi menurut letak ketinggian tempat. Suhu

udara menurun menurut letak ketinggian tempat hingga ketinggian 10 km dengan

gradein penurunan suhu 5,0-6,5 ºC per 1000 m diatas permukaan lautpada lapisan

Troposfer (lapisan bawah atmosfer). Hal ini yang mendasari penggunaan perbedaan

33
ketinggian pada praktikum pengamatan suhu udara pada lahan sawah, tegalan,

kebun campur, dan kebun rumput gajah.

Menurut literatur Purwantara (2015), Ketinggian suatu tempat yang ada di

permukaan bumi berpengaruh terhadap tekanan udara dan suhu udara. Semakin

tinggi tempat di permukaan bumi, semakin rendah suhu udaranya. Berdasarkan

teori braak, hubungan antara suhu dan ketinggian tempat dirumuskan dengan rumus

sebagai berikut:

(0,61˚C – h)

t = 26,3˚C

Keterangan :

t = suhu udara

26,3 C = suhu rata-rata tahunan

0,61 C = gradien suhu setiap kenaikan 100 m

h = ketinggian tempat

Menurut Tanudidjaja (1993), keadaan suhu udara pada suatu tempat di

permukaan bumi akan ditentukan oleh faktor8-faktor sebagai berikut :

1. Lamanya Penyinaran Matahari

Semakin lama matahari memancarkan sinarnya disuatu daerah, makin banyak

panas yang diterima. Keadaan atmosfer yang cerah sepanjang hari akan lebih panas

daripada jika hari itu berawan sejak pagi.

34
2. Kemiringan Sinar Matahari

Suatu tempat yang posisi matahari berada tegak lurus di atasnya, maka radiasi

matahari yang diberikan akan lebih besar dan suhu ditempat tersebut akan

tinggi, dibandingkan dengan tempat yang posisi mataharinya lebih miring.

3. Keadaan Awan

Adaya awan di atmosfer akan menyebabkan berkurangnya radiasi matahari

yang diterima di permukaan bumi. Karena radiasi yang mengenai awan, oleh

uap air yang ada di dalam awan akan dipencarkan, dipantulkan, dan diserap.

4. Keadaan Permukaan Bumi

Perbedaan sifat darat dan laut akan mempengaruhi penyerapan dan pemantulan

radiasi matahari. Permukaan darat akan lebih cepat menerima dan melepaskan

panas m energy radiasi matahari yang diterima dipe rmuka an bumi dan akiba

tnya menyebabkan perbedaan suhu udara di atasnya.

Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang di ukur berdasarkan

skala tertentu dengan menggunakan termometer. Pengaruh suhu terhadap mahkluk

- mahkluk hidup adalah sangat besar sehingga pertumbuhannya seakan - akan

tergantung pada suhu, terutama dalam kegiatan pertanian. Contohnya beberapa

tanamandapat tumbuh dengan baik pada suhu tertentu, selain itu suhu juga

berpengaruh pada proses pematangan buah. Semakin tinggi suhu semakin cepat

proses pematangan buah. Benih tanaman dapat mengalami percepatan metabolisme

pada suhu yang tinggi, akibatnya apabila benih tanaman di tanam pada tempat yang

suhu nya relatif rendah maka daya kecambahnya akan turun.

35
Hasil studi Kim dan You (2010) menjelaskan bahwa terdapat korelasi yang

tinggi antara kenaikan CO2 akan meningkatkan biomassa total. Sedangkan suu

akan menurunkan biomassa total. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, akan

memberikan efek negatif terhadap produktifitas dan respon fisiologi dari padi

karena walaupun co2 meningkatkan biomassa namun CO2 menurunkan jumlah

klorofil dan nitrogen.hal tersebut akan menurunkan respon daun pada proses

fotosintesis.

Suhu maksimum pada ketinggian 200 cm diperoleh sebesar 36ºC di lahan

sawah pada hari ke-1 pukul 14:00. Suhu minimum diperoleh sebesar 21oC di lahan

sawah pada hari ke-2 pukul 05:00.

Perbedaan suhu pada ke 4 lahan berbeda dikarenakan perbedaan radiasi

matahari yang diperoleh sehingga mengakibatkan perbedaan suhu pada ke 4 lahan.

Suhu maksimum terjadi di siang hari dikarenakan tingkat radiasi matahari tinggi

sedangkan suhu minimum terjadi pada pagi hari ketika matahari belum terbit. Suhu

udara pada sore hari berdasarkan nilai Analisis Penduga Kenyamanan berada pada

kisaran kurang (≥ 27.6oC) dan masih lebih besar daripada suhu pada pagi hari. Hal

ini disebabkan suhu udara dipengaruhi berbagai faktor diantaranya radiasi dan

keawanan. Penyerapan radiasi oleh permukaan material yang lambat menyebabkan

pemantulan kembali berlangsung lambat dan terhalang naungan kanopi pohon atau

bangunan, serta jumlah uap air yang berperan dalam menyerap radiasi yang

dipantulkan tergantung tempat dan waktu mempengaruhi tingginya suhu udara pada

sore hari. Pada hari-hari dengan keawanan tinggi radiasi surya yang diterima akan

36
kecil sehingga pemanasanpun akan berkurang yang mengakibatkan suhu udara rata-

rata harian akan rendah (Handoko, 1995).

37
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan anara lain:

1. Suhu udara maksimum terjadi pada siang hari dan suhu udara minimum terjadi

pada pagi hari

2. Suhu udara dapat berubah-ubah tergantung pada waktu, ketinggian, dan

keadaan suatu tempat.

3. Suhu berubah pada setiap waktu. Pada hasil pengamatan, perubahan suhu tidak

terlalu signifikan, karena waktu pengamatan hanya berselang 1 jam setiap

pengamatan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum pengamatan suhu udara antara

lain:

1. Praktikan agar lebih teliti dalam membaca suhu agar hasil dapat lebih akurat

2. Praktikan agar lebih teliti dalam mengisi data agar hasil tidak rancu.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ernyasih. 2012. Hubungan Iklim (Suhu Udara, Curah Hujan, Kelembaban, dan
Kecepatan Angin) dengan Kasus Diare di DKI Jakarta 2007-2007. Tesis.
Fakultas Kesmas, Universitas Indonesia : Jakarta.

Fadholi, Akhmad. 2013.Uji Perubahan Rata-Rata Suhu Udara dan Curah Hujan di
Kota Pangkalpinang. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi. Vol. 14 No. 1
: 11-25.

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya: Jakarta.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya: Jakarta.

Kartasapoetra, A.G .2005. Klimatologi Pengaruh Cuaca Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Bumi Aksara : Jakarta

Kim, hae ran dan you, young han. 2010. The Effect Of Elevated Co2 Concentration
and Increased Temperature on Growth, Yield and Physiological Responses of
Rice. Advances in bioresearch 1(2) : 46-50

Lakitan, B. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT raja grafindo persada. Jakarta

Purwantara, Suhadi. 2015. Studi Temperatur Udara Terkini di Wilayah di Jawa


Tengah dan DIY. Geomedia Volume 13 Nomor 1 Mei 2015

Sabaruddin, L. 2012. Agroklimatologi : Aspek- aspek Klimatik Untuk Sistem


Budidaya Tanaman. ALFABETA, Bandung.

Soejitno. 1973. Meteorologi umum untuk observasi meteorologi. Pnb & Lct :
Jakarta.

Sukmono, Abdi, et al. 2016. Analisis Pengaruh Perubahan Vegetasi Terhadap Suhu
Permukaan Di Wilayah Kabupaten Semarang Menggunakan Metode
Penginderaan Jauh. Jurnal Geodesi Undip. Vol. 5, No. 1: 253- 263.

Tanudidjaja. 1993. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Penerbit Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.

39
LAMPIRAN

Sangkar cuaca Termometer hygrometer


(bola basah,bola kering)

Ketinggian 120 cm

Termometer ketinggian
200 cm

40
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi bidang pertanian membutuhkan kajian

terapan yang lebih mendalam dan korelasi dengan bidang ilmu lain untuk mencapai

pengembangan kegiatan pertanian nasional. Keberhasilan kegiatan pertanian yang

dipengaruhi adanya faktor eksternal dari objek pertanian itu sendiri, menuntut

adanya peran serta ilmu lain dalam mengembangkan pertanian. Faktor eksternal

yang sangat mempengaruhi kegiatan pertanian dan secara langsung menentukan

pertumbuhan tanaman adalah tanah.

Tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana di atasnya dapat digunakan

untuk berbagai usaha seperti pertanian, peternakan, mendirikan bangunan dan

lainnya.Tanah memiliki fungsi sebagai media tumbuh tanaman (perakaran), tempat

nutrisi atau sumber unsur hara, penyimpanan air tana. Kajian potensi tanah sangat

diperlukan untuk evaluasi lahan bagi peruntukannya. Potensi tanah yang

dimaksudkan adalah menyangkut fisik dan kimia tanah serta faktor lingkungan

yang mempengaruhinya. Fisik tanah yang perlu diperhatikan adalah suhu tanah.

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman.

Suhu tanah merupakan derajat dan energi kinetik pergerakan dari molekul-

molekul tanah. Distribusi suhu di dalam tanah tergantung pada beberapa faktor,

diantaranya konduktivitas panas, kapasitas panas, dan warna tanah. Penjalaran

41
panas ke dalam tanah memerlukan waktu, maka suhu tanah pada setiap kedalaman

yang lebih dalam mengalami keterlambatan.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum pengamatan suhu tanah pada lahan sawah,

tegalan, kebun campur dan kebun rumput gajah adalah:

1. Mengetahui suhu tanah lahan sawah, tegalan, kebun campur dan kebun rumput

gajah pada permukaan, kedalaman 25, 50, 75, dan 100 cm setiap jam selama 2

hari.

2. Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu tanah maksimum dan minumum

pada permukaan, kedalaman 25, 50, 75, dan 100 cm.

42
II. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan negara pertanian di mana pertanian memegang peranan

penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Pernyataan tersebut terlihat dari

banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor

pertanian dan produk nasional yang berasal dari pertanian (Fuad, 2016). Sektor

pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh terhadap pola

tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil (Nurdin, 2011).

Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka

daratan bumi. Tanah terbentuk dari pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja

dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan morfologi.

Tanah merupakan media bagi tumbuhnya tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan

hidup bagi hewan dan manusia (Sutanto,2005).

Tanah merupakan sistem terbuka mempunyai input dan output dimana sebagai

tanah merupakan bagian dari ekosistem yang dimana komponen-komponenya

saling memberi dan menerima. Menentukan kesesuaian tanah bagi bermacam-

macam penggunaan dengang mengamati sifat-sifat fisik tanah serta keadaan

lingkungannya. Tanah yang tidak produktif akan menimbulkan cekaman

lingkungan bagi tanaman karena menurunnya tingkat kesuburan tanah yang

menurunkan produktivitas tanaman (Pioh et al., 2013).

Suhu tanah dapat di ukur dengan menggunakan alat yang dinamakan

termometer selubung logam.Suhu tanah di tentukan oleh panas matahari yang

menyinari bumi.Intensitas panas tanah di pengaruhi oleh kedudukan permukaan

yang menentukan besar sudut datang, letak garis lintang utara dan selatan dan tinggi

43
dari permukaan laut. Pengukuran suhu tanah biasanya dilakukan pada kedalaman 5

cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar

dan faktor dalam. Yang di maksud faktor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah

hujan, angin, kelembaban udara. Faktor dalam yaitu faktor tanah, struktur tanda,

kadar air tanah, kandungan bahan organik, dan warna tanah. Makin tinggi suhu

makin cepat pematangan pada tanaman. (Kartasapoetra, 2005)

Distribusi suhu tanah bergantung pada beberapa faktor yang diantaranya

konduktivitas panas, kapasitas panas dan waktu penjalaran panas yang semua itu

berasal dari radiasi matahari yang diterima permukaan bumi pada siang hari.

Pemindahan energi berupa panas dari udara ke permukaan tanah (konduksi)

membutuhkan sejumlah waktu penjalaran sehingga suhu tanah pada kedalaman

yang lebih dalam mengalami keterlambatan. Nilai radiasi matahari yang diserap

tanah tidak selamanya konstan melainkan berubah menurut tempat (latitude dan

altitude) dan waktu (Sabaruddin, 2012).

Pada umumnya, suhu tanah rata- rata lebih besar daripada suhu atmosfer

sekelilingnya. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan panas di dalam tanah lebih

lama daripada di udara. Suhu tanah yang tertutup vegetasi lebih kecil daripada suhu

tanah gundul, karena tanaman pada suatu vegetasi membutuhkan energi untuk

keperluan transpirasi dan memberikan teduhan bagi tanah dari paparan sinar

matahari langsung (Tjasyono, 1999).

Fluktuasi suhu tanah bergantung pada kedalaman tanah. Makin dalam lapisan

tanah, maka fluktuasi suhu makin kecil sampai pada kedalaman redaman.

Kedalaman redaman ialah kedalaman tanah dengan amplitudo gelombang suhu

44
sama dengan e-1 kali nilai amlitudo gelombang suhu permukaan. Kedalaman

redaman bergantung pada daur suhu tanah dan difusivitas serta konduktivitas panas

tanah. Konduktivitas panas tanah menyatakan kecepatan dan kemampuan energi

panas untuk melalui satuan luas tanah jika gradien suhunya 1 ºC/cm. Konduktivitas

panas sangat bergantung pada komposisi tanah, kadar air tanah dan suhu rata- rata

tanah itu sendiri (Tjasyono, 1999).

Suhu tanah tergantung pada perbandingan energy yang diabsorbsi dan yang

dilepaskan Suhu Tanah berperan penting dalam; Perkecambahan & pertumbuhan

tanaman tingkat tinggi, Aktivitas organisme tanah, Pelapukan, Dekomposisi &

humifikasi bahan organic, Struktur, Air tanah, Udara tanah. Sumber panas tanah

berasal dari :Radiasi / pancaran matahari dan Konduksi dari dalam bumi (magma)

(Buckman and Brady dalam Soegiman, 1982 dalam Pioh, et al. (2013:65-66).

Iklim erat hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global dapat

menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen. Perubahan iklim merupakan

suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang

mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim terjadi

karena adanya perubahan variabel iklim, seperti suhu udara dan curah hujan yang

terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai

100 tahun (Hidayati, 2015).

45
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Praktikum pengamatan suhu tanah pada lahan sawah, tegalan, kebun campur,

dan kebun rumput gajah memerlukan alat dan bahan untuk melaksanakan

praktikum. . Alat yang digunakan adalah termometer yang diikat dengan benang

kasur, lubang-lubang berparalon, senter, dan payung.

Bahan yang digunakan dalam praktikum terdiri dari borang pengamatan, alat

pencatat, lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah

B. Prosedur Kerja

Praktikum pengamatan suhu tanah pada lahan sawah, tegalan, kebun rumput,

dan kebun rumput gajah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tempat pengamatan suhu tanah disiapkan pada masing-masing penggunaan

lahan dengan cara membuat lubang(membor) tanah sedalam 5 cm(permukaan),

25 cm, 50 cm, 75 cm, dan 100 cm dan paralon dipasang pada lubang tersebut

supaya tidak tertimbun tanah.

2. Termometer diletakkan pada masing-masing lubang tanah dimasing-masing

lahan. Peletakan termometer dihindarkan dari injakan kaki.

3. Suhu tanah setiap jam dicatatselama 2 hari. Sebelum dicatat,latihan kecil

pembacaan skala termometer dilakukan supaya kesalahan pembacaan tidak

46
besar, karena ada waktu jeda antara mengambil termometer dan pembacaan,

mengingat termometer tidak dirancang khusus untuk pengamatan suhu tanah.

4. Grafik hubungan antara suhu tanahdan waktu dibuat setiap kedalaman tanah

kemudian waktu dan besarnya ditentukan suhu maksimum dan minimumnya.

47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat

digunakan untuk menggolonhkan sifat-sifat panas dari suatu sistem (Budhyastoro

et al). Menurut Pioh et al (2013) Suhu tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah

yang perlu di perhatikan. Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang

merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah.

Suhu tanah juga disebut intensitas panasdalam tanah dengan satuan derajat celcius,

derajat farenheit, derajat Kelvin dan lain-lain (Lubis, 2007).

Praktikum pengamatan suhu tanah dilakukan di tempat yang memiliki

perbedaan kedalaman mulai dari 5, 25,50, 75 dan 100 cm, hal tersebut dilakukan

untuk mengetahui perubahan suhu tanah setiap jam di kedalaman yang berbeda-

beda. Dilihat dari hasil pengamatan suhu tanah area lahan sawah dapat diketahui

kedalaman mana yang suhunya mudah berubah dan mana yang stabil. Kedalaman

5 cm disetiap jamnya mengalami perubahan suhu yang berbeda dari sebelumnya.

Berbeda dengan kedalaman yang lainnya yang mengalami perubaha suhu tanah

yang stabil. Dibandingkan dengan literatur Suhu tanah pada kedalaman 15 cm

berubah belakangan dibanding suhu pada bagian permukaan, dengan selisih waktu

48
(time lag) antara 2 –2,5 jam. Ini berarti bahwa suhu tanah di lokasi tidak dipengaruhi

oleh energy termal dari lapisan tanah lebih dalam, walaupun lahannya merupakan

lahan berkapur. Kondisi lahan ini memungkinkan pemanfaatan lapisan tanah yang

tipis pada bagian permukaan untuk sawah. Suhu tanah dipengaruhi terutama oleh

penyinaran matahari. Suhu permukaan tanah cenderung meningkat dari pagi hingga

sekitar jam 13.00 WITA kemudian menurun pada sore hari. Peningkatan suhu

permukaan tanah lebih signifikan pada posisi yang jauh dari pusat emisi termal.

Pada posisi yang jauh dari sumber termal, perubahan suhu permukaan tanah lebih

ditentukan oleh perubahan intensitas penyinaran yang diterima permukaan tanah

(Pioh et al., 2013).

Tanah merupakan bagian yang sangat vital bagi kelangsungan hidup manusia

maupun organisme hidup lainnya (hewan dan tumbuh-tumbuhan). Rayes (2007)

menjelaskan, tanah merupakan sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi

dalam ekosistem diantaranya sebagai pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad

tanah, media bagi konstruksi, system daur ulang bagi sisa-sisa organic serta bagi

pasokan dan penyaringan/penjernihan air. Lahan menurut Hardjowigeno dalam

Kristovel Prok (2015) adalah lingkungan fisik bumi yang meliputi tanah, iklim,

relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi

penggunaan lahan. Dunia pertanian, menggunakan tanah sebagi media tumbuh

tanaman darat yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan bercampur sisa bahan

organik dan organisme (vegetasi atau hewan).

Tanah merupakan sistem terbuka mempunyai input dan output dimana

sebagai tanah merupakan bagian dari ekosistem yang dimana komponen-

49
komponenya saling memberi dan menerima. Menentukan kesesuaian tanah bagi

bermacam-macam penggunaan dengang mengamati sifat-sifat fisik tanah serta

keadaan lingkungannya. Tanah yang tidak produktif akan menimbulkan cekaman

lingkungan bagi tanaman karena menurunnya tingkat kesuburan tanah yang

menurunkan produktivitas tanaman (Pioh et al., 2013).

Tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana di atasnya dapat digunakan

untuk berbagai usaha seperti pertanian, peternakan, mendirikan bangunan dan

lainnya. Tanah memiliki fungsi sebagai media tumbuh tanaman (perakaran), tempat

nutrisi atau sumber unsur hara, penyimpanan air tanah. Kajian potensi tanah sangat

diperlukan untuk evaluasi lahan bagi peruntukannya. Potensi tanah yang

dimaksudkan adalah menyangkut fisik dan kimia tanah serta faktor lingkungan

yang mempengaruhinya. Fisik tanah yang perlu diperhatikan adalah suhu tanah.

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman.

Suhu tanah merupakan derajat dan energi kinetik pergerakan dari molekul-

molekul tanah. Distribusi suhu di dalam tanah tergantung pada beberapa faktor,

diantaranya konduktivitas panas, kapasitas panas, dan warna tanah. Penjalaran

panas ke dalam tanah memerlukan waktu, maka suhu tanah pada setiap kedalaman

yang lebih dalam mengalami keterlambatan.

Suhu tanah dapat di ukur dengan menggunakan alat yang dinamakan

termometer tanah selubung logam.Suhu tanah ditentukan oleh panas matahari yang

menyinari bumi.Intensitas panas tanah dipengaruhi oleh kedudukan permukaan

yang menentukan besar sudut datang, letak digaris lintang utara dan selatan dan

50
tinggi dari permukaan laut. Sejumlah sifat tanah juga menentukan suhu tanah antara

lain intensitas warna tanah, komposisi, panas jenis tanah, kemampuan dan kadar

legas tanah (Tjasyono, 1999).

Seperti yang dijelaskan oleh Tjasyono (1999) bahwa fluktuasi suhu tanah

bergantung pada kedalaman tanah. Makin dalam lapisan tanah, maka fluktuasi suhu

makin kecil sampai pada kedalaman redaman. Kedalaman redaman ialah

kedalaman tanah dengan amplitudo gelombang suhu sama dengan e-1 kali nilai

amlitudo gelombang suhu permukaan. Oleh karena itu, suhu tanah dan pengaruhnya

penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan pertumbuhan tanaman.

Pengukuran dari suhu tanah biasanya dilakukan pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20

cm, 50 cm, dan 100 cm. Untuk diketahui pada lapisan terdalam yang mana yang

disebut sebagai kedalaman redaman.

Kegiatan praktikum agroklimatologi acara ketiga pada intinya adalah

melakukan pengukuran terhadap suhu tanah pada lima ukuran kedalaman berbeda

di empat lahan yang berbeda. Pengukuran suhu tanah dilakukan di empat lahan

berbeda yang meliputi lahan sawah, kebun rumput gajah, kebun campur dan

tegalan. Di setiap lahan tersebut dilakukan pengukuran suhu tanah pada kedalaman

5 cm, 25 cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di bawah permukaan tanah. Pengukuran ini

dilakukan untuk memperoleh informasi suhu tertinggi dan terendah pada tiap lahan

dan tiap kedalaman lubang serta waktu teramatinya. Pengamatan dan pengukuran

suhu tanah dilakukan setiap jam selama 2 hari berturut- turut

Hanafiah K.A, 2005 menyebutkan bahwa suhu tanah ditentukan oleh interaksi

sejumlah faktor, dengan dua sumber panas, yaitu radiasi sinar matahari dan langit

51
(dominan), serta konduksi dari interior tanah (sangat sedikit). Suhu tanah

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.

1. Faktor-faktor eksternal (lingkungan)

Faktor-faktor eksternal (lingkungan) yang berperan menyebabkan terjadinya


perubahan suhu tanah meliputi :

a. Radiasi sinar matahari.

Jumlah panas matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 2 cal g -1

cm-2 menit-1 atau 2 langleys menit-1, namun yang benar-benar diterima oleh

permukaan tanah jauh berkurang, tergantung pada (a) sudut-temu antara matahari

– muka tanah yang dipengaruhi oleh latitudp, musim , waktu, kecuraman dan arah

lereng, serta altitudo lokasinya, dan (b) insulasi oleh udara, uap iar, awan, debu,

kabut, salju, tetanaman dan mulsa.

Di daerah Temperate, radiasi yang diterima permukaan bumi adalah 100-800

langleys per hari, yang secara rata-rata setara dengan kebutuhan energi untuk

mengevaporasikan lapisan air setebal 1 cm diperlukan 560 langlyes. Namun

demikian hanya sebagian total radiasi ini yang tersedia untuk menyuplai energi

yang dibutuhkan untuk evaporasi dan transpirasi tersebut. Sisa energi ini jika tidak

terpakai untuk menaikkan temperatur tanah dan fotosintesis, direradiasikan kembali

ke langit. Radiasi sinar matahari terjadi sebagai radiasi gelombang pendek dengan

panjang gelombang antara 0,3-5,0 µm.

b. Radiasi dari langit

Radiasi dari langit berkontribusi besar dalam menyuplai panas pada tanah di

areal yang sinar mataharinya dapat menembus atmosfer bumi.

c. Konduksi panas dari atmosfer

52
Oleh karena konduksi panas yang menerobos udara adalah sedikit, maka

efeknya terhadap suhu tanah hanya penting apabila terjadi kontak dengan tanah.

d. Kondensasi

Kondensasi merupakan proses eksothermik. Apa bila uap air dari atmosfer

atau dari kedalaman tanah yang berbeda berkondensasi di dalam tanah maka akan

terjadi peningkatan suhu tanah, hingga 5°C atau lebih.

e. Evaporasi

Evaporsi merupakan proses endothermik yang berefek kebalikan dari

kondensasi.

f. Curah hujan

Curah hujan berperan menurunkan temperatur tanah. Dengan demikian

semakin tinggi curah hujan akan berdampak pada temperatur tanah yang semkin

rendah.

g. Insulasi

Insulasi dapat berupa tanaman penutup tanah, mulsa, salju, awan dan asap

yang menghalangi sampainya radiasi matahari ke permukaan tanah

h. Vegetasi

Melalui pengaruhnya terhadap transpirasi, repleksi radiasi dan energi yang

digunakannya untuk fotosintesis akan menurunkan temperatur iklim mikro dan

secara tidak langsung juga suhu tanah.

2. Faktor-faktor internal (tanah)

Faktor-faktor internal (tanah) yang berperan menyebabkan terjadinya

perubahan suhu tanah meliputi :

53
a. Kapasitas termal

Tanah mineral kering mempunyai panas spesifik hampir 0,2 cal g-1, yang

berarti setiap 1 cm3 (biasanya disingkat cc) tanah kering yang tersusun oleh 50%

padatan dan 50% ruang pori akan mempunyai panas spesifik sebesar 0,5x2,65x0,2

= 0,265 cal cm-3 (atau rerata 0,25 cal cm-3) oleh karena panas spesifik udara sangat

kecil sehingga dapat diabaikan.

Tanah yang ruang porinya terisi air akan berpanas-spesifik =

0,265+(0,5x1,0)=0,765 cal cm-3, yang nilainya akan menurun tergantung proporsi

kadar air tanahnya. Panas spesifik es hanya 0,5 cal cm-3. Panas spesifik gambut

secara gravimetris (bobot) akan jauh lebih besar ketimbang tanah mineral, tetapi

secara volumetris tidak banyak berbeda. Tanah organik biasanya mempunyai

banyak ruang pori, sehingga dalam keadaan jenuh akan berpanas-spesifik besar,

yaitu : sekitar 0,9 cm-3.

b. Konduksivitas termal dan difusivitas termal

Konduksivitas bahan-bahan pembentuk tanah dan sebagian besar pertikel-

pertikel tanah sekitar 0,005 cal detik-1 cm-1°C-1. Udara berkonduktivitas 100 kali

lebih kecil sedangkan air hanya sekitar seperlima ketimbang mineral pembentuk

tanah tersebut. Oleh karena itu, tanah-tanah berstruktur lepas lagi kering akan

mempunyai konduktivitas termal yang sangat rendah (0,0003 - 0,0005 cal detik-1

cm-1 °C-1).

c. Aktivitas biologis

Menghasilkan panas, sehingga makin besar aktivitas ini akan makin banyak

panas yang dibebaskan ke tanah. Tanah yang berkadar BOT, hara dan udara tinggi,

54
serta berkelembapan cukup akan mempunyai suhu yang beberapa derajat lebih

tinggi ketimbang tanah yang biologisnya tidak aktif.

d. Radiasi dari tanah ke atmosfer

Radiasi dari tanah ke atmosfer yang terjadi secara kontinu, makin tinggi suhu

tanah akan makin besar radiasinya.

e. Struktur, tekstur dan kelembapan tanah

Tanah padat mempunyai konduktivitas thermal lebih besar ketimbangan

tanah gembur, akibat udara yang mengisi tanah ini mempunyai konduktivitas

thermal yang jauh lebih rendah ketimbang air, apalagi ketimbang partikel-pertikel

tanah.

f. Garam-garam terlarut

Garam-garam terlarut mempengaruhi evaporasi, kesuburan tanah dan

aktivitas biologis tanah, sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap suhu

tanah. Kadar garam yang tinggi akan menkan aktivitas biologis ini.

Menurut Pioh, et al. (2013) suhu tanah sangat erat hubungannya dengan

tanaman tingkat tinggi. Suhu tanah disamping berpengaruh langsung pada

pertumbuhan tanaman juga berdampak pada pelapukkan batuan secara fisik dalam

tanah.selanjutnya diuraikan bahwa Terdapat dua faktor yang mempengaruhi suhu

tanah baik langsung maupun tidak langsung:

1. Jumlah bersih panas yang diabsorbsi tanah.

Menurut Sabaruddin (2012) jumlah bersih panas yang diabsorpsi tanah

termasuk ke dalam radiasi netto yang merupakan radiasi riil yang tersedia di

permukaan bumi setelah bumi menyerap radiasi matahari yang kemudian dapat

55
digunakan dalam berbagai kebutuhan atau proses. Radiasi netto dinyatakan dengan

persamaan sebagai berikut:

Rn = G + H + LE + x

Keterangan: G (aliran energi untuk memanaskan tanah); H (aliran panas untuk

memanaskan udara); LE (aliran panas laten yang mengandung uap air) dan x (aliran

panas yang digunakan proses metabolisme seperti fotosintesis).

2. Energi panas yang diperlukan untuk perubahan seperti evaporasi yang terjadi

pada atau dekat permukaan.

Menurut Sabaruddin (2012) bahwa evaporasi merupakan proses perubahan

fase air yang terkandung dalam suatu larutan (cair) maupun dalam bentuk padatan

menjadi fase gas atau uap. Barry dan Chorley (2003) dalam Sabaruddin (2012)

menyatakan bahwa energi panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air, setiap

satu gram air membutuhkan panas laten lebih kurang 540 kalori dan ketersediaan

energi panas tersebut ditunjukkan oleh suhu udara di atas permukaan tanah.

Suhu tanah tergantung pada perbandingan energy yang diabsorbsi dan yang

dilepaskan Suhu Tanah berperan penting dalam; Perkecambahan & pertumbuhan

tanaman tingkat tinggi, Aktivitas organisme tanah, Pelapukan, Dekomposisi &

humifikasi bahan organic, Struktur, Air tanah, Udara tanah. Sumber panas tanah

berasal dari :Radiasi / pancaran matahari dan Konduksi dari dalam bumi (magma)

(Buckman and Brady dalam Soegiman, 1982 dalam Pioh, et al. (2013).

Karakteristik suhu pada ke empat lahan berbeda-beda. Suhu relatif lebih

tinggi pada lahan sawah dibandingkan dengan ke tiga lahan lainnya. Hal ini

disebabkan karena tingkatan penyinarannya berbeda dan daya serap sinarnya

56
berbeda, misalnya pada lokasi lapangan terbuka penyinarannya lebih tinggi karena

sinar datang langsung diserap oleh permukaan tanah karena tidak adanya penahan

secara langsung. Berbeda dengan tingkat penyinaran pada lokasi dibawah tajuk

tanaman seperti pada lahan campur, dimana tingkat penyinaran pada lokasi ini lebih

sedikit rendah dibandingkan dengan lokasi pada lapangan terbuka. Hal ini

disebabkan pada lokasi dibawah tajuk tanaman sinar yang datang tidak langsung

sampai kepermukaan tanah karena sudah tertahan dengan tajuk tanaman.

Hasil pengamatan suhu tanah di semua lahan diperoleh fluktuasi suhu tanah

yang sangat signifikan yaitu suhu tanah dengan kedalaman termometer 5 cm,

sedangkan pada kedalaman 25, 50, 75, dan 100 cm suhu tanah relative lebih stabil.

pendapat dari Sostrodarsono (2006) yaitu suhu tanah beraneka ragam dengan cara

khas pada perhitungan harian dan musiman. Fluktuasi terbesar di permukaan tanah

dan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Kelembapan waktu

musiman yang jelas terjadi karena suhu tanah musiman lambat untuk fluktuasi suhu

pada peralihan suhu di udara atau di bawah tanah yang lebih besar. Suhu total untuk

semalam tanaman mungkin terjadi pada tengah hari.

Dan berdasarkan pengamatan kedalaman 5cm, 25cm, 50cm, 75cm dan

100cm pada ke 4 lahan ini hasilnya bervariasi dan fluktuasi lebih sering pada lahan

sawah. menurut Santosa (1999) hal ini disebabkan oleh penggunaan lahan yang

berbeda, variasi vegetasi di sekitar tempat pengukuran, perbedaan penerimaan

radiasi matahari dan kecepatan perpindahan bahang yang bervariasi.

57
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari terlaksananya praktikum ini ialah:

1. Suhu tanah pada kebun rumput gajah lebih tinggi dibandingkan dengan suhu

tanah pada lahan sawah, tegalan, dan lahan campur.

2. Faktor yang mempengaruhi perbedaan suhu tanah pada keempat lahan tersebut

adalah lamanya waktu penyinaran matahari, letak atau daerah tanah yang

diamati, dan banyak sedikitnya tumbuhan yang tumbuh di permukaan lahan.

3. Suhu tanah pada kedalaman 5 cm mudah berubah dibandingkan dengan yang

lain.

B. Saran

Saran yang dapat dibekikan pada pelaksanaan praktikum dengan judul

pengamatan suhu tanah pada lahan sawah, tegalan, kebun rumput gajah, dan

kebun campur ialah:

1. Praktikan sebaiknya telah bersiap di depan laboratorium 5 menit sebelum

praktikum dimulai.

2. Praktikan sebaiknya berdoa terlebih dulu saat praktikum akan diksanakan agar

kegiatan praktikum berjalan dengan baik.

58
3. Sebelum meminjam alat yang akan digunakaan saat praktikum sebaiknya

praktikan memastikan kondisi alat yang akan dipinjam dalam keadaan utuh dan

masih berfungsi dengan baik.

4. Saat melakukan pengamatan suhu tanah sebaiknya pratikan melihat angka pada

thermometer dengan teliti dan seksama, agar tidak terjadi kesalahan data

pengamatan.

5. Pratikan tidak merusak dan segera mengembalikan alat yang dipinjam sesuai

waktu yang ditentukan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Aniszul. 2016. Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan


Beras Penduduk di Kecamatan Bogor Kabupaten Tegal. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Hidayati, I, N dan Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi


Pertanian Dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Vol. 16 No. 1 Hal. 42-52.

Kartasapoetra, dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah. Rineka Jaya, Jakarta.

Nurdin. 2011. Antisipasi Perubahan Iklim Untuk Keberlanjutan Ketahanan


Pangan.Universitas Negeri Gorontalo. Sulawesi Utara.

Nurdin. 2011. Antisipasi Perubahan Iklim Untuk Keberlanjutan Ketahanan


Pangan. Universitas Negeri Gorontalo. Sulawesi Utara.

Pioh, D, D et al. 2013. Analisis Suhu Tanah Di Kawasan Wisata Alam Danau Linow
Kota Tomohon Sulawesi-Utara. Journal of Indonesian Tourism and
Development Studies. Vol. 1 No. 2 Hal. 62-67.

Prok, Kristovel. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi


Sulawesi Utara Selama Periode Otonomi Daerah 2001-2013. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Rayes, M, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. ANDI.


Yogyakarta.

Sabaruddin, L. 2012. Agroklimatologi : Aspek- aspek Klimatik Untuk Sistem


Budidaya Tanaman. ALFABETA, Bandung

Sostrodarsono. 2006. Variasi Tanah. Rineka Jaya. Bogor.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius : Yogyakarta.

Tjasyono, Bayong. 1999. Klimatologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

60
LAMPIRAN

Termometer untuk mengukur suhu tanah

61
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelembaban udara adalah jumlah kadar air yang ada di udara. Kelembaban

udara merupakan komponen iklim yang sangat penting karena memiliki pengaruh

terhadap lingkungan. Kelembaban udara pada suatu tempat berbeda-beda, ini

sangat berpengaruh terhadap aktivitas terutama dalam bidang pertanian.

Kelembaban udara memengaruhi aktivitas tanaman seperti pada laju

transpirasi. Tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan oleh akar

hingga pada batas tertentu. Namun apabila laju transpirasi terlalu tinggi dan terjadi

secara terus-menerus akan mengakibatkan tanaman mengering. Kelembaban udara

juga memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit

tanaman. Hal ini karena kondisi kelembaban pada nilai tertentu merupakan kondisi

dimana hama dan penyakit tanaman mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Oleh karena itu dengan mengetahui kelembaban udara pada suatu tempat dapat

menentukan antisipasi untuk budidaya tanaman dan dapat menentukan tanaman

yang dapat dibudidayakan pada nilai kelembaban yang telah diketahui.

Kelembaban nisbi merupakan perbandingan jumlah uap air dalam udara yang

ada dengan jumlah uap air maksimum dalam suhu yang sama. Kelembaban nisbi

juga disebut dengan kelembaban udara relatif. Kelembaban nisbi merupakan

komponen abiotik yang berpengaruh pada aktivitas tanaman.

62
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum pengamatan kelembaban nisbi adalah

1. Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, kebun

campur, dan kebun rumut gajah setiap jam selama 2 hari.

2. Mengetahui waktu kelembaban nisbi maksimum dan minimum di atas lahan

sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah.

63
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung di dalam udara

atau atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer

karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun

dari air tanah.banyaknya air di dalam udara bergantung kepada banyak faktor,

antara lain adalah ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan

angin. Uap air dalam atmosfer dapat berubah bentuk menjadi cair atau padat yang

akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain sebagai hujan. Kelembapan udara yang

cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap air

atau udara dalam keadaan basah. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk

menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya adalah kelembapan udara

relative atau kelembaban nisbi (Fadholi, 2014).

Uap air merupakan salah satu komponen dalam udara selain aerosol (debu,

partikel-partikel). Uap air berasal dari proses penguapan lautan (evaporasi) dan

tumbuhan (transpirasi). Kandungan uap air dalam udara dikenal dengan

kelembapan. Kelembapan udara dapat diukur dengan sebuah alat yang disebut

higrometer. Kelembapan udara dinyatakan dengan tiga ukuran, yaitu kelembapan

mutlak, kelembapan spesifik, dan kelembapan relatif (nisbi). Kelembapan mutlak

adalah bilangan yang menyatakan berat uap air yand ada di dalam 1 meter kubik

udara. Kelembapan spesifik adalah bilangan yang menyatakan berat uap air yang

ada dalam 1 kg udara (gram uap air/kg udara basah). Adapun kelembapan nisbi

adalah perbandingan antara tekanan uap yang ada (aktual) dan tekanan uap

64
maksimum yang dapat dicapai pada temperatur itu. Kelembapan nisbi dapat pula

dinyatakan sebagai perbandingan antara uap air yang benar-benar ada dalam udara

dan jumlah uap air maksimum. Kelembapan nisbi dinyatakan dalam perse (Ahmad

Yani, 2007).

Kelembapan merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang

berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam karena merupakan salah satu

faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran,

keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal. Kelembapan relatif dapat

dihitung dengan menggunakan berbagai metode dan instrumen. Ini adalah

perhitungan untuk mengetahui berapa gram uap air dapat diadakan pada suhu

tertentu. Biasanya udara, hangat, kapasitas yang semakin tinggi untuk menahan uap

air. Setiap suhu tertentu memiliki batas memegang air, dan jumlah aktual air

diselenggarakan di udara pada saat pengukuran dapat direpresentasikan dalam

persentase (Umar, 2013).

Psychrometer adalah perangkat untuk mengukur kelembaban relatif udara.

Pada psikrometer menggunakan dua buah termometer sebagai komponen

utamanya. Termometer pertama merupakan termometer bola kering yang

digunakan untuk mengukur suhu udara biasa, sedangkan termometer yang kedua

merupakan termometer bola basah yang digunakan untuk mengukur suhu udara

jenuh atau lembab. Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan

menggunakan dua termometer. Termometer pertama digunakan untuk mengukur

suhu udara biasa dan yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh atau

lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang basah). Pada

65
Thermometer Bola Kering tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan

mengukur suhu udara sebenarnya.Pada Thermometer Bola Basah tabung air raksa

dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu

yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi. Suhu termometer basah-bola

lampu lebih dingin dibandingkan dengan termometer kering-bola lampu. Perbedaan

suhu antara termometer kering-wet bulb-dan dapat digunakan untuk menghitung

jumlah uap air di udara (Moran, 2010).

Jumlah uap air yang ada di atmosfer dinyatakan dengan berbagai macam

ukuran, yaitu kelembaban spesifik, kelembaban nisbah campuran, dan kelembaban

nisbi. Kelembaban spesifik adalah perbandingan antara massa uap air dengan massa

udara lembab, yaitu massa udara kering bersama uap air tersebut. Tetapi apabila

massa uap air tersebut hanya dibandingkan dengan massa udara kering maka

disebut nisbah camuran yang dilambangkan dengan r. Kelembaban nisbi

merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara yang

menampung uap air. Apabila kelembaban udara dinyatakan dengan tekanan uap

aktual, maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan

uap jenuh. Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat dituliskan dalam % (Tjasyono,

2008).

Beberapa prinsip umum digunakan dalam pengukuran udara adalah metode

pertambahan panjang, berat pada benda-benda higroskopis, dan juga metode

termodinamika. Angin yang berhembus suatu waktu tertentu bukanlah hasil suatu

proses yang sederhana. Ahli meteorogi telah lama mengetahui bahwa angin

66
merupakan proses intraksi yang rumit dari pola angin yang umum di dunia

(Handoko, 2006).

67
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah psikrometer yang terdiri atas

termometer, bola basah dan termometer bola kering, tabel penetapan kelembaban

nisbi, payung, borang pengamatan kelembaban nisbi udara, alat pencatat, lahan

kebun campur, tegalan, sawah dan kebun rumput gajah.

B. Prosedur Kerja

1. Sangkar cuaca disiapkan semacam pada masing-masing penggunaan lahan.

2. Psikrometer disiapkan pada bagian tangki termometer bola basah sudah diberi

air.

3. Psikrometer tersebut diletakkan pada semacam sangkar cuaca pada masing-

masing penggunaan lahan, dihindarkan psikometer terkena radiasi atau sinar

matahari langsung dengan cara dipayungi.

4. Suhu pada termometer bola basah dan bola kering udara dicatat setiap jam

selama dua hari.

5. Kelembaban nisbi udara pada psikometer dibaca dengan cara membaca indeks

dari hasil penghimpitan suhu termometer bola basah dan bola kering. Cara lain

pembacaan kelembaban nisbi dengan tabel yang menghubungkan antara selisih

suhu termometer bola kering dan bola basah dan suhu termometer bola basah.

68
6. Grafik dibuat dengan hubungan antara kelembaban nisbi udara (sumbu Y) dan

waktu (sumbu X). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu kelembaban nisbi

udara maksimum dan minimum.

69
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Kelembaban nisbi adalah jumlah persentase kandungan air yang dihitung atas

dasar udara berkandungan air maksimum (udara jenuh). Kelembaban udara nisbi

pada udara jenuh harus 100%. Kelembaban udara akan menurun apabila dipanaskan

dan akan meningkat presentasenya apabila udara didinginkan (Budianto, 2004).

Kelembaban nisbi juga disebut dengan kelembaban relatif. Kelembaban relatif

adalah perbandingan antara massa uap air per satuan volume dalam udara dengan

massa uap air per satuan volume apabila tekanannya sama dengan tekanan

maksimum uap air pada temperatur udara (Humpreys, 1940). Kelembapan udara

nisbi menurut Wirjohamidjojo(2006) memiliki pengertian sebagai nilai

perbandingan antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran dengan nilai

tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai pada suhu udara dan tekanan udara

saat pengukuran.

Kelembaban nisbi atau kelembaban relatif, yaitu bilangan yang

menunjukkan berapa persen perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung

dalam udara dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara

tersebut. kelembaban nisbi merupakan perbandingan jumlah uap air yang ada

diudara dengan nilai jenuh udara pada suhu dan tekanan tertentu. Satuan dari

70
kelembaban nisbi adalah persentase. Kelembaban nisbi suatu lapisan udara pada

suatu daerah tertentu dapat diukur menggunakan suatu alat yang disebut

psikhrometer. (Waryono,1987)

Kelembapan udara dinyatakan dengan tiga ukuran, yaitu kelembapan mutlak,

kelembapan spesifik, dan kelembapan relatif (nisbi). Kelembapan mutlak adalah

bilangan yang menyatakan berat uap air yand ada di dalam 1 meter kubik udara.

Kelembapan spesifik adalah bilangan yang menyatakan berat uap air yang ada

dalam 1 kg udara (gram uap air/kg udara basah). Adapun kelembapan nisbi adalah

perbandingan antara tekanan uap yang ada (aktual) dan tekanan uap maksimum

yang dapat dicapai pada temperatur itu. Kelembapan nisbi dapat pula dinyatakan

sebagai perbandingan antara uap air yang benar-benar ada dalam udara dan jumlah

uap air maksimum. Kelembapan nisbi dinyatakan dalam perse (Ahmad Yani, 2007).

Dalam kelembaban ini kita mengenal beberapa istilah yaitu kelembaban

mutlak, kelembaban specifik dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak

adalah massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakkan dalam

gram/ m, kelembaban specifik merupakan perbandingan massa uap air di udara

dengan satuan massa udara yang dinyatakkan dalam gram/ kilogram, sedangkan

kelembaban relatif merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah

maksimum uap air yang kandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakkan

dalam persen ( % ) (Kartasapoetra, 1990). Kelembaban nisbi berhubungan erat

dengan suhu udara, karena suhu udara menentukan kemampuan udara memegang

uap air. Kelembaban nisbi sangat dipengaruhi oleh kepadatan fluks radiasi matahari

yang sampai dipermukaan bumi. Apabila fluks radiasi matahari sampai

71
dipermikaan bumi tinggi, maka suhu udara tinggi dan kelembaban udara cenderung

rendah (udara kering). Sebaliknya apabila kerapatan fluks radiasi matahari rendah,

maka suhu udara nisbi rendah dan kelembaban nisbi udara cenderung tinggi (udara

lembab).

Pelaksanaan pengambilan data kelembaban nisbi dibutuhkan alat khusus

sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan valid. Pengukuran kelembaban nisbi

pada lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah dapat dilakukan

dengan menggunakan alat ukur psikrometer yang terdiri dari thermometer bola

basah dan bola kering yang diletakkan pada ketinggian 120 cm dari permukaan

tanah kemudian diamati setiap jam selama dua hari seperti menurut Hasibuan

(2015) untuk mengukur kelembaban udara di suatu tempat menggunakan

psikrometer dimana pada salah satu thermometer kaca yang diberisi air raksa

dibalut dengan kain basah, sedangkan thermometer yang lain dibiarkan kering.

Kelembaban udara memengaruhi laju transpirasi tanaman. Kelembaban udara

yang rendah akan meningkatkan laju transpirasi. Begitu juga sebaliknya,

kelembaban udara yang tinggi akan menurunkan laju transpirasi. Laju transpirasi

memengaruhi serap air oleh akar tanaman sehingga mmengaruhi penyerapan zat

makanan oleh tanaman. Semakin tinggi laju transpirasi maka akan semakin tinggi

pula tanaman menyerap air dan zat makanan oleh akar tanaman. Hubungan

kelembaban udara dengan ketinggian tempat tidak spesifik suhu udara. Namun

dibeberapa daerah, terdapat kolerasi antara kelembaban udara dengan ketinggian

tempat. Kelembaban udara akan semakin naik dengan meningkatnya ketinggian

tempat (Wahyudi, 2011).

72
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara adalah curah hujan,

suhu, dan lamanya penyinaran matahari (Risza, 2008). Menurut Santoso

(2007)Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada

beberapa faktor sebagai berikut :

a. Suhu.

b. Tekanan udara.

c. Pergerakan angin.

d. Kuantitas dan kualitas penyinaran.

e. Vegetasi dsb.

f. Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan).

Suhu menunjukkan derajat panas benda.Mudahnya, semakin tinggi suhu

suatu benda, semakin panas benda tersebut.Secara mikroskopis, suhu menunjukkan

energi yang dimiliki oleh suatu benda.Setiap atom dalam suatu benda masing-

masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat

berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi

suhu benda tersebut (Santoso, 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan di lahan kebun campur, tegalan, sawah, dan

kebun rumput gajah diperoleh maksimum dan minimum pada masing-masing lahan

yaitu :

a. Kebun campur

Kelembaban nisbi kebun campur, pada hari pertama yaitu mencapai

maksimum 95% dan minimum 91%. Pada pengamatan hari kedua maksimum

berkisar 100% dan minimum 79%.

73
b. Tegalan

Kelembaban nisbi tegalan, pada hari pertama yaitu mencapai maksimum

100% dan minimum 91%. Pada pengamatan hari kedua mencapai nilai maksimum

100% dan minimum 91%.

c. Sawah

Kelembaban nisbi sawah, pada hari pertama yaitu mencapai maksimum 100%

dan minimum 83%. Sementara pada pengamatan hari kedua yaitu mencapai

maksimum 100% dan minimum 64%.

d. Kebun rumput gajah

Kelembaban nisbi kebun rumput gajah, pada pengamatan hari pertama

mencapai nilai maksimum 100% dan minimum 83%. Pada pengamatan hari kedua

yaitu mencapai maksimum 100% dan nilai minimum 69%.

Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik, semakin tinggi suhu udara akibat

semakin besar radiasi matahari yang semakin besar, maka kelembaban nisbi

menjadi semakin meningkat. Menurut Lakitan (2002) hal ini menandakan bahwa

kenaikan dan penurunan suhu udara pada saat matahari terbit dan saat menjelang

matahari terbit memepengaruhi kadar uap air dalam udara sehingga akan

memengaruhi kelembaban nisbi.

74
Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik, terlihat perubahan kelembaban

nisbi yang naik turun secara tidak beraturan. Hal ini diakibatkan kondisi cuaca yang

selalu berubah-ubah. Kelembaban Nisbi Maksimum yaitu sekitar 100% disebabkan

karena saat itu cuaca mendung sehabis hujan sehingga uap air diudara masih tinggi

menyebabkan udara menjadi lembab dan kelembaban minimum sebesar 65%.

disebabkan karena saat itu cuaca cerah sehingga uap air diudara sudah berkurang.

Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik, semakin tinggi suhu udara akibat

semakin besar radiasi sinar matahari yang semakin besar maka kelembaban nisbi

menjadi semakin meningkat. Ini menandakan bahwa kenaikan dan penurunan suhu

udara pada saat matahari terbit dan saat menjelang matahari terbit mempengaruhi

kadar uap air dalam udara. Sehingga akan mempengaruhi kelembaban nisbi.

Namun, hal tersebut tidak berlaku jika kondisi cuaca mendung atau adanya angin

hangat yang lembab pada jam- jam terbit matahari. Karena pada saat mendung fluks

radiasi matahari sampai dipermukaan bumi menjadi rendah dan suhu udara akan

menurun sehingga kelembaban akan naik (Benyamin, 2002).

75
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

1. Setiap lahan mempunyai kelembaban nisbi yang berbeda-beda. Hal ini

dikarenakan kelembaban nisbi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu

udara, karena suhu udara menentukan kemampuan udara memegang uap air.

Selain itu, kelembaban nisbi juga dipengaruhi oleh radiasi matahari.

2. Masing-masing lahan memiliki nilai maksimum dan minimum yang berbeda

a. Kebun campur

Kelembaban nisbi kebun campur, pada hari pertama yaitu mencapai

maksimum 100% dan minimum 91%. Pada pengamatan hari kedua

maksimum berkisar 100% dan minimum 86%.

b. Tegalan

Kelembaban nisbi tegalan, pada hari pertama yaitu mencapai maksimum

100% dan minimum 91%. Pada pengamatan hari kedua mencapai nilai

maksimum 100% dan minimum 88%.

c. Sawah

Kelembaban nisbi sawah, pada hari pertama yaitu mencapai maksimum

95% dan minimum 77%. Sementara pada pengamatan hari kedua yaitu

mencapai maksimum 100% dan minimum 65%.

76
d. Kebun rumput gajah

Kelembaban nisbi kebun rumput gajah, pada pengamatan hari pertama

mencapai nilai maksimum 100% dan minimum 83%. Pada pengamatan

hari kedua yaitu mencapai maksimum 100% dan nilai minimum 83%.

Keempat lahan mencapai nilai maksimum 100% sedangkan nilai

minimum terjadi pada lahan sawah yaitu 65%.

B. Saran

Sebaiknya praktikan dalam pengamatan lebih teliti dan berhati-hati agar hasil

yang diperoleh lebih akurat dan valid.

77
DAFTAR PUSTAKA

Fadholi, A. 2014. “PEMANFAATAN SUHU UDARA DAN KELEMBAPAN


UDARA DALAM PERSAMAAN REGRESI UNTUK SIMULASI
PREDIKSI TOTAL HUJAN BULANAN DI PANGKALPINANG”. Jurnal
Cauchi. Vol. 3 No 1. Halm 1-9

Handoko, 2006. Agroklimatologi. UPT Mataram University Press, Mataram.

Hasibuan, S. 2013. Proses Pengeringan. Skripsi. Program studi teknik Kimia.


Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Humpreys, W.J. 1940. Physics of the air. The Maple Press Company, New York.

Moran, M. 2010. Termodinamika Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Risza, Suyatno. 2008. Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta.

Waryono, 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. PT Bina Ilmu, Surabaya.

Wahyudi, 2011. Panen Cabai Sepanjang Tahun. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

Wirjohamidjojo, S. 2006. Kamus Istilah Meteorologi Aeronautika. Penerbit Badan


Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Santoso, 2007. Pengantar Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi


Pertanian. Jurusan Geofisika dan Metereologi FMIPA-IPB: Bogor.

78
LAMPIRAN

Termometer higromete runtuk mengukur kelembaban nisbi dengan


termometer bola basah dan bola kering

79
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul didalam keadaan

cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini

adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari

lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume

signifikan.

Evaporasi (penguapan) terjadi ketika air dipanaskan oleh sinar matahari,

permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi melepaskan ikatan molekul

air tersebut kemudian terlepas dan mengambang sebagai uap air yang tidak terlihat

di atmosfer. Hujan turun dari awan, adanya awan belum tentu turunnya hujan.

Hujan baru turun bila butir-butir air di awan bersatu menjadi besar dan mempunyai

daya berat yang cukup dan suhu dibawah awan harus lebih rendah dari suhu awan

itu sendiri, maka butir-butir air yang telah besar dan berat jatuh sebagai hujan.

Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan.

Bila tidak, cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul

saling bertumbukkan, mereka saling tukar energi dalam berbagai derajat,

tergantung bagaimana mereka bertumbukkan. Terkadang transfer energi ini begitu

berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup untuk

menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan, molekul

tersebut dapat terbang ke dalam gas dan menguap.

80
B. Tujuan

1. Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, tegalan, kebun campur,

kebun rumput gajah setiap jam selama 2 hari.

2. Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari keempat penggunaan

lahan.

81
II. TINJAUAN PUSTAKA

Penguapan adalah pengubahan cairan/es menjadi gas (uap air). Proses ini bias

berlangsung pada permukaan bumi (benda mati) atau pun pada permukaan tanaman

(benda hidup). Penguapan yang diperankan oleh benda mati disebut evaporasi,

sedangkan penguapan yang diperankan oleh tanaman disebut transpirasi. Dibidang

pertanian kedua penguapan berjalan bersamaan, maka penguapan ini disebut

evapotranspirasi. Evapotranspirasi juga disebut kebutuhan konsumtif tanaman.

Proses ini merupakan komponen dasar daur hidrologi yang membutuhkan energi.

Proses ini juga membutuhkan energi yang cukup besar yaitu l.k 2.442 KJ/kg air atau

583 cal/g air. Pada penguapan ini terjadi hilangnya air dan terambilnya energy dari

permukaan benda yang menguap.Kehilangan air melalui permukaan teras atau

penguapan (evaporasi) dan melalui permukaan tanaman (transpirasi) disebut

evapotranspirasi atau kadang-kadang disebut penggunaan air tanaman (water use).

Evapotranspirasi merupakan salah satu komponen neraca air atau menjadi dua

komponen bila dipilih menjadi evaporasi dan transpirasi (Guslim, 2007).

Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi mempunyai

dua fungsi, yaitu merubah panas dan memindahkan uap yang terbentuk dari bahan

cair. Ketentuan-ketentuan penting pada praktek evaporasi adalah :

1. Suhu maksimum yang diperkenankan yaitu sebagian besar dibawah 212 F.

82
2. Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas, untuk

mempertahankan koefisien pindah panas yang tinggi dan untuk menghindari

setiap pemanasan global yang terlalu tinggi.

3. Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena

meningkatnya jumlah bahan yang tidak terlarut.

4. setiap kecenderungan untuk berbusa yang mempersulit pemisahan bahan cair

dengan uap

(Earle, 1982).

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada

proses evaporasi adalah :

a. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan

b. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan

c. Suhu maksimu yang dapat dicapai

d. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan

e. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.

(Earle, 1982)

Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah

panas, kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan

sehingga suhu larutan akan naik sampai mencapai titik didih. Steam masih

digunakan atau disuplay sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di dalam

evaporator terdapat 3 bagian, yaitu:

1. Alat pemindah panas

83
Berfungsi untuk mnsuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan

suhu) maupun panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas

umumnya digunakan uap jenuh.

2. Alat pemisah

Berfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.

3. Alat pendingin

Berfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin

ini bisa ditiadakan bila sistem bekerja pada tekanan atmosfer (Gaman, 1994).

Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam proses evaporasi

Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik

yang menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi

antara lain perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi,

terjadinya pencokelatan dll.

Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau

menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi

bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil

volume larutan, menurunkan aktivitas air aw (Praptiningsih 1999).

Penguapan ada 3 jenis yaitu evaporasi, transpirasi dan evatranspirasi.

Evaporasi adalah penguapan yang diperankan oleh benda mati. Transpirasi adalah

penguapan yang diperankan oleh tanaman. Sedangkan, dalam bidang pertanian

kedua penguapan berjalan bersamaan, maka penguapan disebut evapotranspirasi.

Evapotransmirasi juga disebut kebutuhan konsumtif tanaman (Tim pengampu mata

kuliah Agriklimatologi,2016).

84
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah panic evaporasi yang terdiri atas tatakan kayu

(palet) dan panci plastik diameter 60 cm, ember untuk mengisi air, dan mistar

pengamatan. Bahan yang digunakan terdiri atas lahan sawah, tegalan, kebun

campur, kebun rumput gajah, air ledeng (sumur), borang pengamatan, dan alat

pencatat.

B. Prosedur Kerja

1. Disiapkan sebuah panci evaporasi.

2. Panci evaporasi ditempatkan di atas palet pada lahan sawah, tegalan, kebun

campur, dan rumput gajah. Kemudian panci diisi air lk 0,5-0,6 tebal panci,

tempatkan mistar pengamatan dan biarkan permukaan air tenang.

3. Pada waktu yang tercatat (misalnya pukul 15.00 WIB) amati tinggi permukaan

air pada mistar pembacaan dan dicatat tingginya (mm0). Biarkan air dalam

panci menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama

dilakukan pembacaan permukaan air yang kedua dan dicatat tingginya (mm1).

Lakukan hal yang sama sepanjang durasi praktikum.

85
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Evaporasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa

menguapnya air dari permukaan air, tanah,dan bentuk permukaan bukan dari

vegetasi lainnya.Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari

permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air (Lakitan,

1994).

Evapotranspirasi adalah proses penguapan air yang berasal dari permukaan

bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air dan penguapan melalui

jaringan tumbuhan melalui stomata. Secara global air yang di uapkan melalui

proses evapotranspirasi dari daratan ( termasuk permukaan air danau, waduk dan

sungai ) adalah sebesar 0.6 geogram. Uap air yang dihasilkan dari proses ini dari

berbagai sumber di permukaan bumi akan bergerak ke lapisan troposfer bumi

(Lakitan, 1994).

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap

melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi

kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula

epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air

berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan

86
pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen

atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu,

sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989).

Laju penguapan (baik evaporasi maupun transpirasi) ditentukan oleh

perbedaan potensi air antara “sumber” dengan “sasaran”. Potensial air adalah total

energi bebas air pada suatu material berupa larutan, bahan padat yang menyerap air,

dan udara. Proses penguapan hanya akan berlangsung jika air menerima masukan

energi. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air adalah 0,495 g m-3

K-1. Jumlah energi yang dibutuhkan ini disebut sebagai panas laten untuk vaporasi.

Sebagai imbangan dari proses penguapan, uap air di udara juga sebagian akan

mengalami perubahan bentuk dari uap atau gas ke bentuk cair. Proses ini disebut

kondensasi (Lakitan, 1994).

Semakin tinggi tingkat kepekatan larutan maka proses evaporasi juga semakin

berjalan lambat. Hal ini disebabkan karena tingginya viskositas larutan dapat

menyebabkan tingkat sirkulasi menjadi turun sehingga menurunkan koefisien

transfer panas. Hal ini yang dapat menghambat proses penguapan. Suhu evaporasi

yang tinggi dapat mempercepat proses evaporasi sebab proses pemanasan dapat

meningkatkan viskositas karena konsentrasi juga semakin meningkat. Namun

apabila suhu evaporasi terus-menerus dinaikan maka kecepatan evaporasi juga

tidak dapat dinaikan sebab larutan mempunyai viskositas yang tinggi dan

konsentrasinya juga sudah tinggi sehingga proses penguapan semakin lambat dan

proses evaporasi juga berjalan lambat (Buckle, 1987).

87
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada

proses evaporasi adalah :

a. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan

b. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan

c. Suhu maksimu yang dapat dicapai

d. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan

e. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.

(Earle, 1969)

Wisnubroto (1986) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

besarnya evaporasi, antara lain :

1. Kecepatan angina, makin cepat anginnya makin besar penguapan.

2. Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.

3. Kelembaban relative, udara yang semakin besar kelembaban relatifnya

penguapan semakin kecil.

Metode pengukuran evaporasi yang digunakan pada praktikum ini adalah

dengan panci penguapan berdiameter 60 cm. Prinsipnya adalah dengan mengukur

pengurangan tinggi di muka air dalam panci. Metode ini dinilai yang sangat mudah

untuk digunakan mengukur evaporasi. Hal ini sesuai dengan literature Seyhan

(1990) yang mengatakan bahwa panci penguapan merupakan metode yang sangat

sederhana dan paling sering digunakan.

Pada praktikum pengamatan penguapan air pada lahan sawah, tegalan, kebun

campur, dan kebun rumput gajah yang dilakukan selama 3 hari pada hari Jumat,

Sabtu, Minggu. Secara beruntun nilai evaporasi masing-masing lahan adalah lahan

88
sawah sebesar 1,975 mm; lahan tegalan sebesar 0,45 mm; kebun campur sebesar

1,3 mm; dan kebun rumput gajah sebesar 2,32 mm.

Dari keempat lahan tersebut lahan kebun rumput gajah memiliki tingkat

penguapan air (evaporasi) yang tinggi daripada lahan yang lainnya. Ini dikarenakan

di sekitar lahan kebun rumput gajah tidak terdapat naungan, sehingga

mengakibatkan intensitas radiasi matahari menjadi tinggi dan lama penyinaran

radiasi matahari menjadi maksimal. Lahan tegalan menjadi lahan yang paling

rendah tingkat evaporasinya, karena memiliki banyak naungan pohon-pohon

berkayu yang berdaun banyak. Sehingga intensitas radiasi mataharinya rendah

karena terhalang oleh naungan, dan menghambat gerakan angin.

Hal ini sesuai dengan literatur Seyhan (1990) yang menyatakan bahwa faktor-

faktor utama yang mempengaruhi evaporasi adalah faktor-faktor meteorology yang

meliputi radiasi matahari, suhu udara dan permukaan, kelembaban, angin, dan

tekanan barometer; faktor-faktor geografi yang meliputi kualitas air, jeluk buluh

air, dan ukuran dan bentuk permukaan air, faktor-faktor lainnya yang meliputi

kandungan lengas tanah, jeluk muka air tanah, warna tanah, tipe, kerapatan dan

tingginya vegetasi, dan ketersediaan air dari hujan, irigasi, dll.

Nilai evaporasi berubah-rubah pada tiap keadaan dan kondisi tertentu. Karena

itu nilai evaporasi pada keempat lahan berbeda-beda, sehingga memiliki perbedaan

pengaruh cuaca. Berdasarkan literatur menurut Waryono (1987) menyatakan bahwa

besarnya evaporasi pada permukaan tanah ditentukan oleh suhu udara, kejenuhan

tanah, kelembaban nisbi udara, dan kecepatan angina.

89
V. KESIMPULAN DAN SARA

A. Kesimpulan

1. Penelitian menunjukan penguapan harian pada lahan sawah, tegalan, kebun

campur dan kebun rumput gajah selama 3 hari mempunyai intensitas yang

berbeda beda tergantung tempat dan kondisi lingkungan pengamatan.

2. Penguapan harian yang paling besar dari keempat penggunaan lahan yaitu pada

lahan lahan sawah. Hal ini diketahui karena pada lahan sawah proses

penguapan terkena cahaya matahari secara langsung.

B. Saran

Diharapkan praktikum ini lebih teliti dan detail untuk menghitung perubahan

volume airnya.

90
DAFTAR PUSTAKA

Benyamin, Lakitan 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: RajaGrafindo


Persada.

Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., and Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Earle, R.L. 1982. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Bogor: Sastra
Budaya.

Gaman, P. M. 1994. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.


Yokyakarta: UGM Press.

Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. FTP UNEJ: Jember.

Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gajah Mada University


Press:Yogyakarta.

Tejasari. 2005. Nilai-Gizi Pangan. Yogyakarta; Graha Ilmu.

Waryono., et al. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu:


Surabaya.

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Wirakartakusumah. 1989. Prinsip Teknik Pangan. PT Sastra Hudaya. Bogor.

Wisnubroto, S., et al. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia,


Jakarta.

91
LAMPIRAN

Bakberisi air dengan mistar di bagian


tengah untuk mengetahui pengurangan
air yang terjadi setiap 24 jam

92
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia

sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada

daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi

pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan

dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk

suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam

klimatologi. Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan

topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di

bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang

lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.

Perubahan iklim akan mempengaruhi produksi tanaman. Ilmu yang

mempelajari tentang iklim disebut dengan klimatologi. Adapun ilmu yang

mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer dengan

produksi pertanian disebut agroklimatologi. Dibidang pertanian iklim bermanfaat

untuk menentukan pola tanam dan menentukan jenis tanaman tertentu yang cocok

dan dapat tumbuh dengan baik.

93
B. Tujuan

1. Menetapkan kelas iklim suatu daerah berdasarkan data curah hujan suatu

stasiun cuaca menurut SchmidtFerguson dan Oldeman.

2. Menetapkan keadaan iklim berdasarkan kelas iklim menurut SchmidtFerguson

dan Oldeman.

94
II. TINJAUAN PUSTAKA

Iklim merupakan gejala alam yang sangat dinamis yang hampir semua

unsurnya memiliki keragaman yang tinggi, baik secara spasial maupun temporal.

Pada kondisi normal, dinamika iklim mempunyai pola tertentu yang berulang

secara periodik, namun sering pula terjadi perubahan yang ekstrim, yang

menyimpang dari kondisi rata-rata (normal) dan/atau pola umumnya.

Penyimpangan secara temporer disebut sebagai anomali iklim (climate anomaly),

sedangkan penyimpangan yang menuju pada pola baru atau tren tertentu yang

bersifat permanen disebut sebagai perubahan iklim (climate change) (Las, 2008).

Iklim adalah pengaruh rata-rata dari cuaca yang meliputi cahaya, kelembapan,

suhu, tekanan udara dan gerakan udara/angin dalam kurun waktu tertentu. Iklim

merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rerata

cuaca, sehingga iklim tersusun atas berbagai unsur yang variasinya besar. Meskipun

perilaku iklim di bumi cukup rumittetapi ada kecenderungan karakteristik danpola

tertentudari unsur iklim di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan,

bilafaktor utamanya sama. Mendasarkan atas kesamaan sifat tersebut maka dalam

bidang ilmu iklim juga dikena pengelompokan iklim dalam kelas-kelas tertentu

yang disebut dengan klasifikasi iklim (Prihmantoro, 1999).

Iklim adalah jalannya cuaca atau keseluruhan dari gejala-gejala cuaca di

daerah tertentu sepanjang tahun dan dari tahun ke tahun. Iklim merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi produksi dan petumbuhan tanaman serta digunakan

95
untuk menduga keragaman tanaman dan mengetahui apakah tanaman dapat hidup

di suatu iklim tertentu (Kamala, 2015).

Unsur-unsur iklim yang menunjukkan pola keragaman yang jelas merupakan

dasar utama dari klasifikasi iklim yang dilakukan oleh para pakar atau institusi yang

relevan. Unsur iklim yang sering dipakai tersebut adalah suhu dan curah hujan

(presipitasi). Unsur iklim yang lain, seperti cahaya dan angin, sangat jarang

digunakan sebagai dasar klasifikasi iklim. Cahaya tidak digunakan sebagai dasar

klasifikasi iklim walaupun cahaya yang diterima akan berbeda intensitas dan lama

penyinarannya sesuai dengan posisi lintang bumi, karena pembagian

zonaiklimberdasarkan cahaya matahari ini akan sama dengan pembagian bumi

berdasarkan garis-garis lintang yang ada. Angin juga tidak digunakan sebagai dasar

klasifikasi iklim, walaupun angin juga beragam baik arah maupun kecepatannya.

Pembagian zona iklim berdasarkan angin agak sulit untuk dilakukan karena tidak

konsistennya tingkah laku angin tersebut (Lakitan, 2002).

Pada awalnya ilmu cuaca/ iklim berkembang di negara-negara Amerika dan

Eropa yang beriklim sedang sampai dingin. Fluktuasi dan perubahan iklim di

wilayah tersebut sangat jelas dari waktu satu tempat dengan tempat lainnya

terutama menurut waktu sebagai akibat revolusi bumi yang condong pada bidang

edarnya. Keadaan iklim atau cuaca wilayah tersebut dicirikan oleh variabilitas yang

ekstrim, yakni musim dingin sangat dingin, dan musim panas sangat panas,

sedangkan di luar dua musim tersebut hanya merupakan peralihan dari perubahan

musim keduanya ( Wajid, dkk, 2004 ).

96
Thornthwaite (1933) dalam Bayong (2004) menyatakan bahwa tujuan

klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari

segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti

angin, sinar matahari atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur

aktif untuk tujuan khusus.

Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca dalam jangka waktu yang lama dan

meliputi tempat yang luas, kira-kira memerlukan data cuaca antara 10 sampai 30

tahun. Iklim dikaji dalam bidang ilmu klimatologi. Terjadinya perbedaan iklim di

muka bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu rotasi dan revolusi bumi yang

berdasar pada garis lintang dan bujur, topografi bumi, tekanan udara, luas

permukaan tanah dan lautan. Klasifikasi iklim umumnya didasarkan atas tujuan

penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.

Pengklasifikasian iklim hanya memilih data iklim yang mempengaruhi secara

langsung aktivitas dalam bidang yang diamati seperti pola tanam komoditas bahan

pangan atau perkebunan (Lakitan, 2002). Oleh karena itu pembagian iklim disuatu

tempat didasarkan pada dua atau tiga tipe iklim. Pembagian iklim berdasarkan

tujuan penggunaannya yaitu tipe iklim Mohr, tipe iklim Schmidt-Ferguson dan

tipe iklim Oldeman (Dewi, 2005).

Klasifikasi iklim berdasarkan pertumbuhan vegetasi dibagi tiga, yaitu sistem

klasifikasi Koppen (1990) yakni suhu dan curah hujan rata-rata bulanan maupun

tahunan yang dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami berdasarkan peta

vegetasi, sistem klasifikasi Scmidth-Ferguson yang sering dipakai di Indonesia,

banyak digunakan di bidang kehutanan dan perkebunan kemudian penentuan tipe

97
iklim hanya memperhatikan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan

paling sedikit 10 tahun. Serta sistem klasifikasi Oldeman yaitu untuk keperluan

praktis yang cukup berguna khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman

pangan di Indonesia, klasifikasi iklim menggunakan unsur curah hujan, kriteria

didasarkan pada perhitungan bulan basah, bulan kering dan bulan lembab yang

batasannya memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air

tanaman(Bayong, 2004).

98
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah tabel curah hujan bulanan

pada beberapa lokasi di Indonesia, tabel curah hujan bulanan selama 10 tahun di

Banjarnegara, tabel contoh curah hujan bulanan selama 10 tahun di Klampok, tabel

curah hujan bulanan selama 10 tahun di Bukateja, tabel curah hujan bulanan 10

tahun di Krikil, tabel curah hujan bulanan selama 10 tahun di Wanadadi, alat tulis,

dan kalkulator.

B. Prosedur Kerja

1. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidth-ferguson

a) Menyusun data curah hujan bulanan menurut bulan (Januari-desember) dan

tahun (tahun ke 1 -10).

b) Menentukan bulan basah (BB), bulan kering (BK) dan bulan lembab (BL)

setiap tahun. Kriteria bulan basah, kering dan lembab masing-masing > 100

mm, < 60 mm dan antara 60 dan 100 mm.

c) Menetukan jumlah bulan basah, bulan kering, dan bulan lembab.

d) Menjumlahkan jumlah bulan basah, jumlah bulan kering, dan jumlah bulan

lembab.

e) Merata-rata jumlah bulan basah, jumlah bulan kering, dan jumlah bulan

lembab.

99
f) Menentukan nilai nisbah. Nisbah ini adalah Q.

g) Menentukan kelas iklimnya.

h) Menetapkan keadaan iklimnya.

2. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

a) Disusun data curah hujan bulanan menurut bulan (Januari-Desember) dan

tahun (tahun ke 1 – 10).

b) Menjumlah dan dihitung rata-rata curah hujan bulanan bulan Januari sampai

Desember.

c) Menentukan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK). Bila curah hujan

bulanan > 200 mm sebagai bulan basah dan bila curah hujan bulanan <100

mm sebagai bulan kering.

d) Menentukan periode bulan basah dan periode bulan kering berurutan.

e) Menentukan kelas iklimnya atau zona agroklimatnya.

f) Menetapkan keadaan iklimnya.

100
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Iklim dapat diartiakan sebagai berbagai macam keadaan atmosfer (suhu,

tekanan, kelembaban) yang terjadi di suatu wilayah selama kurun waktu yang

panjang. Untuk dapat memahami cuaca dan iklim serta persebarannya menurut

ruang dan waktu diperlukan dasar pengetahuan fisika atmosfer, pemahaman

geografi serta statistika dan matematika untuk menyederhakan kerumitan proses-

proses tersebut. Cuaca dan iklim dinyatakan dengan susunan unsur-unsur cuaca dan

iklim yang terdiri dari: radiasi surya, lama penyinaran surya, suhu udara,

kelembapan udara, tekanan udara, kecepatan dan arah angin, penutupan awan,

presipitasi dan evaporasi/evapotranspirasi (Martha,1993).

Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting hubungannya dengan

prtumbuhan dan produksi tanaman. Sepanjang pertumbuhan tanaman mulai dari

benih, sampai panen selalu dikendalikan oleh faktor iklim atau cuaca. Informasi

kelakuan iklim dalam sektor pertanian tidak saja penting terkait dengan produksi

melainkan dalam hal perencanaan (Sabaruddin, 2012).

Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman.Berdasarkan gambaran iklim dapat diidentifikasi tipe vegetasi

101
yang tumbuh dilokasi tersebut. Untuk mengetahui apakah tanaman dapat hidup

sesuai untuk iklim tertentu,diperlukan syarat tumbuh dan informasi cuaca yang

lebih rinci dari beberapa dekade dengannilai rata-rata bulanan dan pola sebaran

sepanjang tahun, sedangkan untuk mendugakeragaman tanaman diperlukan

informasi cuaca harian (Irianto, et al., 2000). Faktor cuacayang sangat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah curah hujan, suhu, angin

sertaradiasi.Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling bervariasi,

terutama di daerahtropis. Boer (2003) mengatakan bahwa hujan merupakan unsur

iklim yang paling penting diIndonesia karena keragamannya sangat tinggi baik

menurut waktu maupun tempat, olehkarena itu kajian tentang iklim lebih banyak

diarahkan pada faktor hujan. Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam

skala waktu perubahan iklimakan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian,

musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan. Selain perubahan yang berpola

siklus, aktivitas manusia menyebabkanpola iklim berubah secara berkelanjutan,

baik dalam skala global maupun skala lokal (Irianto,2003).

Unsur-unsur iklim sebagai berikut.

1. Radiasi Surya

Radiasi matahari yang diterima permukaan bumi persatuan luas dan satuan

waktu disebut isolasi atau kadangkadang disebut radiasi global, yaitu radiasi

langsung dari matahari dan radiasi yang tidak langsung yang disebabkan

oleh hamburan dari partikel atmosfer (Bayong, 2004). Penerimaan radiasi surya di

permukaan bumi sangatbervariasi menurut tempat dan waktu.Menurut tempat

102
khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang sertakeadaan atmosfer terutama

awan (Handoko, 1994).

2. Tekanan Udara

Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa

udara dalam setiap satuan luastertentu. Diukur dengan menggunakan barometer.

Satuan tekanan udara adalah milibar (mb). Garis yang

menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut sebagai

isobar. Tekanan udara memilikibeberapa variasi. Tekanan udara dibatasi oleh ruang

dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu yang berbeda,besarnya juga berbeda

(Mohr,1998).Tekanan atmosfer tidaklah seragam di semua tempat. Tidak semata

terjadi permukaan yang cepat dengannaiknya ketinggian, tetapi pada suatu

ketinggian tertentupun ada varian dari suatu tempat ke tempat yang lain sertadari

waktu ke waktu yang lainnya, meskipun tidak sebesar variasi yang disebabkan oleh

ketinggian yang berbeda(Lakitan, 1994).

3. Suhu

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakanmolekul-

molekul. Suhu suatu benda ialahkeadaan yang menentukan kemampuan benda

tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda- benda lainatau menerima

panas dari benda-benda lain tersebut.Alat pengukur suhu disebut termometer. Pada

umumnya suhu di nusantara terutama berkaitan dengan ketinggian di atas

permukaan laut. Setiap pertumbuhan ketinggian 100 m, suhunya menurun. Pada

suhu yang lebih rendah tumbuhnya tanaman menjadi lebih lambat (Vink,

1984).Temperatur tanah beragam dalam suatu pola yang khas yang didasari harian

103
atau dasar musim. Sehingga suhutanah mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman.

Kedua fluktuasi terbesar pada permukaan tanah dan menurundenganbertambahnya

kedalaman tanah. Di bawah kedalaman sekitar 3 mtemperatur sedikit tetap (Foth,

1991).

4. Kelembaban Udara

Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara, dalam

kelembaban kita mengenal beberapa istilah yaitu:

a. Kelembaban mutlak : massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang

dinyatakan dalam gram/m3.

b. Kelembaban spesifik : perbandingan jumlah uap air di udara dengan satuan massa

udara yang dinyatakan dalamgram /kg.

c. Kelembaban relatif : merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan

jumlah maksimum uap air yangdikandung panas dan temperatur tertentu yang

dinyatakan dalam %(Gunarsih, 2001).

Faktor cuaca yang paling dominan dan berpengaruh langsung terhadap

produktivitas tanaman adalahkelembaban udara. Semakin tinggi kelembaban udara

udara dapat menyebabkan produktivitas tanaman menurun.Kelembaban udara

disamping berpengaruh langsung juga berpengaruh tidak langsung terhadap

produktivitas

melalui evaporasi dan selanjutnya. Kelembaban udara dipengaruhi secara langsung

oleh curah hujandan hari hujanmaka kelembaban makin meningkat yang

mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman (Herlina, 2003).

5. Curah Hujan

104
Hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks serta bervariasi dari

tempat yang satu ke tempat yanglain, dari musim ke musim pada tempat yang sama

dan dari waktu hujan berbeda. Air hujan terdiri atas: ion-ion

natrium, kalium, kalsium, khlor, karbonat dan sulfat yang merupakanjumlah yang

besar bersama-sama (Soekardi,1986).Hujan adalah uap air di atmosfer yang

mengembun menjadi butir-butir air dan jatuh ke tanah.Satuan ukuranhujan adalah

mm. Yang dimaksud banyaknya hujan (curah hujan) adalah tinggi air hujan bila

tidak ada yangmerembes ke dalam tanah. Sebagai patokannnya ialah 100 cc air

hujan = 10 mm curah hujan. Alat pengukurnyamenggunakan ombrometer yang

dibagi menjadi 2 tipe yaitu observatorium (biasa) dan otomatis (Soekirno, 2000).

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dipermukaan tanah selama periode

tertentu yang diukur dalamsatuan tinggi diatas permukaan horizontal apabila tidak

terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran danperesapan. Dinyatakan

sebagai tebal lapisan air yang jatuh diatas permukaan tanah rata seandaiya tidak

adainfiltrasi dan evaporasi. Satuannya adalah mm. curah hujan 1mm berarti

banyaknya hujan yang jatuh diatassebidang tanah seluas 1m2 = 1mm x 1m2 =

0,01dm x 100dm2 = 1dm3 = 1liter. Hari hujan adalah suatu hari dimanaterkumpul

curah hujan 0,5mm atau lebih (Guslim et al., 1987).

6. Angin

Angin merupakan udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan

juga karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di

sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan

tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi

105
(Soemarto, 1987).Angin mengakibatkan meningkatnya penguapan, yang dengan

kelembaban yang cukup mungkin dapat menguntungkan. Namun di daerah-daerah

kering, banyak angin berpengaruh sangat buruk, karena mengakibatkan

pengeringan yang kuat.Angin mempunyai pengaruh mekanis, yang kadang-kadang

besar artinya (Vink, 1984). Kecepatan dan arah angin masing-masing diukur

dengan anemometer dan penunjuk arah angin. Anemometer yang lazim adalah

anemometer cawan yang terbentuk dari lingkaran kecil sebanyak tiga (kadang-

kadang empat) cawan yang berputar mengitari sumbu tegak. Kecepatan putaran

mengukur kecepatan angin dan jumlah seluruhperputaran mengitari sumbu itu

memberi ukuran berapa jangkau angin, jarak tempuh kantung tertentu udaradalam

waktu yang ditetapkan (Foth, 1991).

1. Evapotranspirasi

Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian

bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara (Sosrodarsono,

1999).Evapotranspirasi (ET) adalah ukuran total kehilangan air (penggunaan air)

untuk suatu luasan lahan melaluievaporasi dari permukaan tanaman. Secara

potensial ETB ditentukan hanya oleh unsur – unsur iklim, sedangkan secara aktual

ET juga ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman (Handoko, 1995).

Klasifikasi iklim adalah pengelompokkan yang didasarkaan atas persamaan

sifat unsur-unsur iklim(Lakitan,1997).Unsur-unsur iklim yang terdiri dari suhu

udara,kelembapan udara,dan curah hujan.Unsur-unsur iklim yang menunjukkan

keragaman yang jelas merupakan dasar utama dari klasifikasi iklim yang dilakukan

oleh pakar atau instsitusi yang relevan. Pada hakikatnya kegunaan klasifikasi iklim

106
adalah suatu metode untuk memperoleh suatu efisiensi informasi dalam bentuk

yang umum dan sederhana. Karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim dapat

dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara

kuantitatif, umum dan sederhana. Tiap klasifikasi dibuat berdasarkan tujuan

tertentu dari pembuatnya, dengan luas cakupan wilayahnya mulai dari yang terbatas

(lebih kecil dari negara) sampai yang luas (regional atau dunia). Sehingga dalam

menggunakan klasifikasi iklim perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi

perhatian (Handoko, 1983).

Klasifikasi iklim menurut para pakar atau ilmuwan yaitu sebagai berikut:

1. Klasifikasi Iklim menurut Oldemen

Klasifikasi menurut Oldemen adalah klasifikasi yang di dasarkan pada unsur

curah hujan sebagai dasar penentuan klasifikasi iklimnya.Tipe utama klasifikasi

Oldemen didasarkan pada jumlah bulan basah berturut-turut,yaitu:zona A,zona

B,zona C,zona D, dan zona E.Sedangkan sub tipenya didasarkan pada jumlah bulan

kering berturut-turut yaitu: zona 1,zona 2,zona 3,dan zona 4(Lakitan,1994).

Pengolahan data menggunakan klasifikasi iklim Oldemen di dasarkan

banyaknya bulan basah (rata-rata curah hujan >100 mm) secara berurutan dan bulat

kering(rata-rata curah hujan <100 mm)(Kamala, 2015).Menurut Handoko(1993)

bahwa tipe utama klasifikasi Oldemen diklasifikasikan menjadi beberapa tipe,yaitu:

Tabel.1.Bulan kering

Tipe utama Bulan Basah Berturut-turut

107
A > 9 bulan

B 7- 9 bulan

5 - 6 bulan
C

3 - 4 bulan
D

< 3 bulan
E

Tabel. 2.Subdivisi bulan kering berturut-turut

Subdivisi Bulan Kering Berturut-turut

1 < 2 bulan

2 2 - 3 bulan

3 4 – 6 bulan

4 > 6 bulan

Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan

2) B1 7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering

3) B2 7-9 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering

4) C1 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering

5) C2 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering

108
6) C3 5-6 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering

7) D1 3-4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering

8) D2 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering

9) D3 3-4 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering

10) D4 3-4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan bulan kering

11) E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering

12) E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering

13) E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering

14) E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan

Macam bulan yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut:

1) Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm

2) Bulan lembab apabila curah hujannya 100 – 200 mm

3) Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm

Manfaat mengetahui klasifikasi Oldemen yaitu:

1) A1, A2 : Sesuai untuk padi terus-menerus tetapi produksi kurang karena

pada umumnya kerapatan fluks radiasi matahari rendah sepanjang tahun.

2) B1: Sesuai untuk padi terus-menerus dengan perencanaan awal musim tanam

yang baik.Produksi tinggibila panen musim kemarau.

3) B2,B3 : Dapat panen padi 2 kali setahun dengan varietas umur pendek dan

musim kering yang pendek cukup umtuk tanaman palawija.

4) C1: Tanaman padi hanya sekali dan palawija dapat 2 kali dalam satu tahun.

5) C2,C3 : Setahun hanya dapat 1 kali tanam padi dan penanaman palawija

harus berhati-hati jangan sampai jatuh pada bulan kering.

109
6) D1: Tanaman padi umur pendek 1 kali dan biasanya tinggi karena kerapatan

fluks tinggi.

7) D2,D3,D4: Hanya mungkin 1 kali padi atau 1 kali palawija dalam satu tahun.

8) E: Daerah ini umumnya terlalu kering,sehingga hanya dapat 1 kali palawija.

Itu pun tergantung pada hujan.

2. Klasifikasi Iklim menurut Smith-Ferguson

Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson sangat terkenal di Indonesia dan banyak

digunakan pada jenis tanaman tahunan, Schmidt-Ferguson (1951) menggunakan

nilai perbandingan (Q) antara rata-rata banyaknya bulan kering (Md) dan rata-rata

banyaknya bulan basah (Mw) dalam satu tahun. Klasifikasi ini tidak memasukkan

unsur suhu karena menganggap amplitudo suhu pada daerah tropika sangat kecil.

Untuk menentukan bulan kering dan bulan basah maka kategorinya adalah sebagai

berikut:

1) Bulan Kering (BK): Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan <

60 mm.

2) Bulan Lembab (BL): Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan 60

– 100 mm.

3) Bulan Basah (BB): Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan >

100 mm.

Schmidt-Ferguson menentukan jumlah BK, BL, dan BB tahun demi tahun

selama periode pengamatan, kemudian dijumlahkan dan dirata-ratakan. Penentuan

tipe iklimnya menggunakan nilai Q yaitu sebagai berikut:

𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝐵𝐾)


Q = x 100%
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ (𝐵𝐵)

110
Berdasarkan penelitiannya, penggolongan iklim di Indonesia menjadi 8

(delapan) golongan hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. 1.

Tabel. 3. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson (Schmidt, 1951).

Tipe

Iklim Keterangan Kriteria (%)

A Sangat Basah 0 < Q < 14,3

B Basah 14,3 < Q < 33,3

C Agak Basah 33,3 < Q <600,0

D Sedang 60,0 < Q < 100,0

E Agak Kering 100,0 < Q < 167,0

F Kering 167,0 < Q < 300,0

G Sangat Kering 300,0 < Q < 700,0

H Luar Biasa Kering 700,0 < Q

Tipe –tipe hujan diatas mempunyai ciri vegetasi tertentu sebagai berikut:

1) Tipe A : daerah sangat basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika

2) Tipe B : daerah basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika

3) Tipe C : daerah agak basah dengan ciri vegetasi hutan rimba, diantara jenis

vegetasi yang gugur daunnya pada periode musim kemarau, diantaranya jati

4) Tipe D : daerah sedang dengan ciri vegetasi hutan musim

111
5) Tipe E : daerah agak kering dengan ciri vegetasi hutan sabana

6) Tipe F : daerah kering dengan ciri vegetasi hutan sabana

7) Tipe G : daerah sangat kering dengan ciri vegetasi padang ilalang

8) Tipe H : daerah ekstrim kering dengan ciri vegetasi padang ilalan

Selain Oldemen dan Smith Ferguson,ada beberapa pakar yang

mengemukakan tentang klasifikasi iklim yaitu:

1. Klasifikasi Iklim menurut Koppen

Wladimir Koppen (1923), membuat klasifikasi iklim seluruh dunia

berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar

pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan

ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masing-

masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E. Pembagian iklimnya sebagai

berikut :

1) Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut:

a. Suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C

b. Suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C,

c. Curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun

d. Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.

2) Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai berikut:

a. Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa)

b. Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar

3) Iklim C atau iklim sedang. Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin

antara 18° sampai -3°C.

112
4) Iklim D atau iklim salju atau microthermal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

a. Rata-rata bulan terpanas lebih dari 10’C

b. suhu rata-rata bulanterdingin kurang dari -3°C.

5) Iklim E atau iklim kutub. Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika,

suhu tidak pernah lebih dari 10’C,sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin

kurang dari -3°C (Wibowo,2012).

2. Klasifikasi Iklim menurut Mohr

Iklim Mohr adalah penggolongan iklim berdasarkan rata-rata

pengelompokan jumlah bulan basah dan bulan kering pertahun lalu dirata-rata.

Bulan basah yaitu bulan yang jumlah curah hujannya lebih dari 100 mm/bulan,

sedangkan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya kurang dari 60

mm/tahun (Indiyanti, 2009). Tipe iklim Mohr digunakan untuk iklim kehutanan dan

perkebunan. Tanaman perkebunan yang cocok ditanam berdasarkan iklim Mohr

adalah kelapa, teh, kapok, cengkeh, kopi, panili, kapas, lada, kakao, kemiri dan tebu

(Dewi, 2005). Adapun klasifikasi iklim menurut Mohr dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel.4. Klasifikasi Tipe Iklim Mohr

Jumlah Bulan

No. Zona Basah Jumlah Bulan Kering

1 1a 12 0

2 1b 7-11 0

113
3 2 4-11 1-2

4 3 4-9 2-4

5 4 4-7 4-6

6 5 4-5 6-7

3. Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn

Iklim merupakan kondisi atmosfer yang dihitung dalam jangka waktu

tertentu. Beberapa ahli menggolongkan iklim berdasarkan kriteria tertentu. Franz

Wilhem Junghuhn seorang berkebangsaan Jerman mengklasifikasikan iklim di

Indonesia berdasarkan ketinggian dan jenis vegetasi yang tumbuh di daerah

tersebut. Menurut Junghuhn klasifikasi daerah iklim dapat dibedakan sebagai

berikut:

1) Daerahpanas/tropis

Ketinggian tempat antara 0–600 m dari permukaan laut.Suhu 26,3°–

22°C.Tanamannyaseperti

padi,jagung,kopi,tembakau,tebu,karet,kelapa,dancokelat.

2) Daerahsedang

Ketinggian tempat 600–1500 m dari permukaan laut. Suhu 22° -17,1°C.

Tanamannyasepertipadi,tembakau,teh,kopi,cokelat,kina,dansayur-sayuran.

3) Daerahsejuk

Ketinggian tempat 1500–2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1°–

11,1°C.Tanamannyasepertiteh,kopi,kina,dansayur-sayuran.

114
4) Daerah dingin

Ketinggian tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° – 6,2°C.

Tanamannya tidak ada tanaman budidaya kecuali sejenis lumut.

Klasifikasi iklim di Indonesia sangat diperlukan mengingat wilayah

Indonesia cukup luas dengan variasi iklim yang cukup besar, khususnya

untuk curah hujan. Seperti halnya tujuan klasifikasi iklim pada

umumnya yaitu untuk menyederhanakan iklim yang jumlahnya tidak

terbatas. Disamping itu klasifikasi juga sangat membantu mempermudah

membuat perencanaan secara makro baik regional maupun nasional. Di

Indonesia dikenal dua klasifikasi iklim yang sangat menonjol (Dewi, 2005).

Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson dan Oldeman sangat cocok digunakan

di Indonesia yangberiklim tropis. Kedua sistem ini memiliki perbedaan. Dasar

pengklasifikasian iklim Schmidt-Fergusonadalah jumlah curah hujan yang

jatuhsetiap bulan sehingga diketahui rata-ratanya bulan basah, lembab, dan bulan

kering. Klasifikasi iklimmenurut Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air

oleh tanaman, terutama pada tanaman padi.Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan

jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut (Sasminto et al., 2014).

Praktikum kali ini adalah mengkalisifikasikan iklim berdasarkan hasil

perhitungan dan penentuan tipe iklim dari 5 daerah dan berdasarkan data 10 tahun

terakhir diperoleh hasil sebagai berikut.

Berdasarkan tabel curah hujan bulan pada Klampok, bahwa kota tersebut

menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim C, dengan kondisi iklim agak basah,

nilai Q = 35,80 % , dengan vegetasi hutan rimba diataranya terdapat jenis vegetasi

115
yang daunnya gugur pada musim kemarau misalnya jati. Sedangkan menurut

Oldeman zona agroklimatnya adalah B2, yang berarti kota Klampok memiliki bulan

basah 7-9 dengan periode bulan kering 2-3, maka dapat dilakukan budidaya

tanaman sepanjang tahun.

Berdasarkan tabel curah hujan bulan pada Krikil, bahwa kota tersebut

menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim C, dengan kondisi iklim daerah agak

basah, nilai Q = 39,47% , dengan vegetasi hutan rimba diataranya terdapat jenis

vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau misalnya jati. Jenis vegetasinya

adalah hutan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim

kemarau. Sedangkan menurut Oldeman zona agroklimatnya adalah D3, yang berarti

kota Krikil memiliki bulan basah 2-3 dengan periode bulan kering 4-6.

Berdasarkan curah hujan bulan pada Wanadadi, bahwa kota Wanadadi

menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim A, dengan kondisi iklim basah nilai Q

= 24,44% dengan vegetasi masih hutan hujan tropika. Sedangkan menurut Oldeman

zona agroklimatnya adalah B2, ini berarti kota Wanadadi memiliki bulan basah 7-

9 dengan periode bulan kering 2-3, maka dapat dilakukan budidaya tanaman

sepanjang tahun.

Berdasarkan tabel curah hujan bulan pada Banjarnegara dapat diartikan

bahwa kota Banjarnegara menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan

kondisi iklim basah, nilai Q = 32,18% dengan vegetasi masih hutan hujan tropika.

Sedangkan menurut Oldeman zona agroklimatnya adalah B2 ,ini berarti kota

Banjarnegara memiliki bulan basah 7-9 dengan periode bulan kering 2-3, maka

dapat dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.

116
Berdasarkan tabel curah hujan bulan pada Bukateja dapat diartikan bahwa

menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim basah, nilai Q

= 33,33 % dengan vegetasi masih hutan hujan tropika. Sedangkan menurut

Oldeman zona agroklimatnya adalah B2, ini berarti kota Bukateja memiliki bulan

basah 7-9 dengan periode bulan kering 2-3, maka dapat dilakukan budidaya

tanaman sepanjang tahun.

117
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Klasifikasi yang umum digunakan digubakan di Indonesia yaitu klasifikasi

iklim Schmith-Ferguson dan Oldemann.

2. Klasifikasi iklim pada 5 wilayah :

a. Curah hujan bulanan selama 10 tahun di Banjarnegara klasifikasi iklim S-F

bertipe B dengan zona agroklimat B2 yangberarti terdapat 7 sampai 9 bulan

basah berurutan dan 2 sampai 3 bulan kering.

b. Curah hujan bulanan selama 10 tahun di Klampok klasifikasi iklim S-F

bertipe C dengan zona agroklimat B2 yangberarti terdapat 7 sampai 9 bulan

basah berurutan dan 2 sampai 3 bulan kering.

c. Curah hujan bulanan selama 10 tahun di Bukateja klasifikasi iklim S-F

bertipe B dengan zona agroklimat B2 yangberarti terdapat 7 sampai 9 bulan

basah berurutan dan 2 sampai 3 bulan kering.

d. Curah hujan bulanan selama 10 tahun di Wanadadi klasifikasi iklim S-F

bertipe B dengan zona agroklimat B2 yangberarti terdapat 7 sampai 9 bulan

basah berurutan dan 2 sampai 3 bulan kering.

e. Curah hujan bulanan selama 10 tahun di Krikil klasifikasi iklim S-F bertipe

C dengan zona agroklimat C3 yangberarti terdapat 5 sampai 6 bulan basah

berurutan dan 4 sampai 6 bulan kering.

118
B. Saran

Praktikum Agroklimatologi kedepanya semoga bisa berjalan lebih baik

dengan fasilitas-fasilitas yang lebih mendukung dalam kegiatan. Praktikan

sebaiknya memperhatikan penjelasan dari asisten praktikum dan jangan ragu untuk

bertanya sehingga tidak terjadi kekeliruan. Praktikan juga sebaiknya bekerja sama

dan berkoordinasi dengan baik dalam kelompok.

119
DAFTAR PUSTAKA

Bayong, Tjasyono H. K. 2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.

Boer, R., I. Las dan A. Bey. 1990. Metode klimatologi. IPB. Bogor

Dewi,N.K.2005.Kesesuaian Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanama. Jurnal Biologi.


Vol. 2(1):1-15.

Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-7. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Gunarsih.2001. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.


BinaAksara, Jakarta.

Guslim, O.K, Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, danRosmayati. 1987.


Klimatologi Pertanian. USU Press, Medan.

Handoko. 1983. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisik Atmosfer dan


Unsur-unsur Iklim. IPB. Bogor.

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. IPB,


Bogor.

Handoko. 1995. Klimatologi dasar. Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA


IPB, Bogor.

Herlina.2003. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. UniversitasBrawijaya, Malang.

Indriyanti, D. 2009. Perbadingan Hasil Penentuan Curah Hujan Bulanan Menurut


Teori Mohr dan Oldeman dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis.UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kamala, Rifqi. 2015. Analisis Agihan Iklim Klasifikasi Oldeman Menggunakan


Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Cilacap.Skripsi. Fakultas Geografi.
Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Koppen, A.A. 1990. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.


Laela, Nur. 2015. Fisika Bangunan. Grya Kreasi, Jakarta.

120
Lakitan, Benyamin.1997. Dasar-dasar Klimatologi. Raja Grafindo, Jakarta.

Martha W.J. 1993. Mengenal Dasar–Dasar Hidrologi. Nova, Bandung.

Prihmantoro, H. 1999.Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sabaruddin, Laode. 2012. Agroklimatologi. Afabeta. Bandung

121
RIWAYAT HIDUP

Nama saya Dodi Atmaja. Lahir di

Indramayu, pada tanggal 7 juli 2000.

Saya tinggal bersama dengan

orangtua saya yang beralamat di

pekandangan jaya kec. Indramayu

Kab. Indramayu Rt.02/01.

Sebelumnya saya bersekolah di

MAN 1 Indramayu dan sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas

Jenderal Soedirman jurusan Agroteknologi.

122

Anda mungkin juga menyukai