Isi
Isi
Isi
Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.
(13660)
3. Azhar Ismail
(13743)
4. Azzah Mufidah
(13746)
5. Dian Islamy
(13689)
: B2/3
Assisten
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
1
2015
ACARA I
PRNGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertanian merupakan suatu hal yang mutlak dan sangat diperlukan oleh semua
makhluk hidup karena kehidupan di muka bumi ini tidak lepas dari adanya peran di sektor
pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan makhluk hidup, dibutuhkan kerjasama antar
manusia untuk memperoleh hasil pertanian yang bermutu tinggi dengan biaya yang
seekonomis mungkin. Hal ini dipicu dengan adanya kondisi fisik dan lingkungan tempat
tumbuh dan berkembangnya tanaman yang sebaik mungkin.Lingkungan yang sesuai akan
menghasilkan produksi dibidang pertanian yang optimal juga. Untuk mengetahui keadaankeadaan tersebut kita perlu melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik dan
lingkungannya yang dapat diamati dengan alat-alat yang bersifat kuantitatif agar diperoleh
data yang dapat dipakai untuk menganalisis tipe iklim dan cuaca di suatu wilayah. Hal ini
dapat diamati dari data curah hujan, suhu tanah, intensitas penyinaran, kecepatan, dan lain
sebagainya.
Pada saat pengamatan dibutuhkan alat-alat yang memiliki prinsip kerja dan
ketelitian yang berbeda-beda serta fungsi yang berbeda-beda pula. Tipe data yang
dihasilkan dari masing-masing alat juga berbeda. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari
fungsi dan cara kerja dari masing-masing alat agar bisa digunakan dalam mengetahui
kondisi-kondisi pada suatu wilayah pertanian sehingga dapat disesuaikan dengan
komoditas pertanian yang akan ditanam.
B. TUJUAN
1. Mengenal stasiun meteorologi pertanian dan alat-alat pengukur anasir cuaca yang
biasa digunakan dalam bidang meteorologi pertanian.
2. Mempelajari prinsip kerja, cara penggunaan alat, serta macam dan kualitas data
yang dihasilkan dari suatu alat pengukur anasir cuaca.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengukuran mengenai cuaca dan iklim ini dibagi menjadi dua ilmu, yaitu
meteorologi dan klimatologi. Meteorologi adalah kajian ilmiah mengenai kondisi cuaca di
atmosfer bumi setiap hari dan prediksinya. Biasanya jangka waktunya dari menit sampai
jam. Sedangkan klimatologi adalah kajian mengenai perubahan iklim atmosfer dalam
jangka panjang di daerah tertentu. Klimatologi ini biasanya mengukur rata-rata temperatur,
kelembaban, curah hujan, angin, tekanan atmosfer, dan curah hujan. Jangka waktu
klimatologi biasanya dari hari sampai ke tahun (Rusbiantoro, 2008).
Klimatologi berasal dari kata klima dan logos. Klima berarti kemiringan khayal
dari bumi, logos berarti mempelajari. Jadi, klimatologi berarti ilmu yang mempelajari ratarata cuaca pada suatu tempat, sedangkan meteorologi berasal dari kata meteor dan
logos. Meteor berarti benda-benda di atas termasuk meteor dan benda optik, logos berarti
mempelajari. Jadi, meteorologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan cuaca pada suatu
saat dan tempat tertentu. Meteorologi lebih ditekankan pada perubahan harian unsur iklim,
sedangkan klimatologi lebih ditekankan pada aras rata-rata dari unsur iklim yang menjadi
ciri dari suatu wilayah (Attaqy, 2008).
Pada pengamatan keadaan atmosfer kita di stasiun cuaca atau stasiun meteorologi
digunakan beberapa alat yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan alat-alat
ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian di dalam laboratorium, misalnya bersifat
peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat
laboratorium umumnya dipakai pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu,
angin dan lain sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat
meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang
menggunakan (Anonim, 2008).
Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun cuaca atau
stasiun meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia, berdasarkan
ketersediaan data iklim yang ada di sistem database Balitklimat, hanya ada 166 dari 2.679
stasiun yang menangani data iklim. Umumnya hanya data curah hujan dan suhu udara,
sehingga walaupun metode Penman merupakan yang terbaik, metode Blaney Criddle akan
lebih banyak dipilih karena hanya memerlukan data suhu udara yang relatif mudah
didapatkan (Runtunuwu et al., 2008).
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan
banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh
BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan
pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada
pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan
permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu
3
wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatan informasi tentang cuaca dan iklim mulai
dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya (Hermawan, 2010).
Tidak dapat dipungkiri bahwa iklim sangat berpengaruh terhadap pertanian.
Pengaruh ini misalnya pada suhu udara yang mempengaruhi proses evapotranspirasi pada
tanaman. Selain itu, curah hujan juga mempengaruhi presipitasi maupun jumlah air yang
diserap oleh tanaman.Terdapat pula tanaman-tanaman yang tidak tahan terhadap tanah
dengan kandungan air yang tinggi, sehingga tidak dimungkinkan tanaman tersebut tumbuh
pada kondisi lingkungan seperti ini. Selain suhu dan curah hujan, masih banyak anasir
iklim yang perlu diperhatikan dalam pertanian (Bunganaen dkk.,2013).
III.
METODOLOGI
Praktikum Klimatologi Dasar Acara I tentang Pengenalan Alat-alat Meteorologi ini
dilaksanakan di Laboratorium Agroklimatologi dan Stasiun Meteorologi Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 20 Oktoberber 2015. Alat dan Bahan
yang digunakan pada praktikum acara I terdiri dari: Alat pengukur curah hujan yang terdiri
dari dua macam alat yaitu ombrometer tipe observarium dan ombografalat pengukur
kelembaban nisbi udara yang terdiri dari psikrometer sangkar, sling psikrometer,
psikrometer Assman, higrometer dan higrograf alat pengukur suhu udara yang terdiri dari
empat macam yaitu termometer biasa, termometer maksimum, termometer minimum, dan
termometer maksimum-minimum Six Bellanialat pengukur suhu dan kelembaban nisbi
udara yaitu termohigrometer dan termohigrograf alat pengukur suhu tanah yang terdiri dari
enam alat yaitu termometer permukaan tanah, termometer tanah selubung kayu,
termometer tanah tipe bengkok, termometer tanah tipe symons, stick termometer dan
Gambar Asli
Keterangan
a. Mulut penakar seluas
100 cm2
b. Corong sempit
c. Tabung penampung
dengan
kapasitas
setara 300-500 mm
Sumber
dokumen
CH
d. Kran
Satuan alat
: mm
Satuan pengukuran
: mm
Ketelitian alat
: 0,5 mm
Prinsip Kerja
: Penampung curah hujan
Fungsi
: Mengukur jumlah hujan harian.
Cara kerja alat
:
Air hujan masuk melalui mulut penakar menuju corong sempit. Untuk mengetahui
banyaknya curah hujan adalah dengan membuka kran, kemudian air ditampung di
gelas penakar. Skala pada gelas menunjukkan banyaknya curah hujan.
Cara pemasangan alat :
1. Alat di tempatkan dilapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon atau
bangunan terdekat sekurang-kurangnya sama dengan tinggi pohon atau
bangunan tersebut.
2. Permukaan mulut corong harus benar-benar horizontal dan di pasang pada
ketinggian 120 cm dari permukaan tanah.
Cara pengamatan :
1. Pengamatan dilakukan setiap pukul 07.00 WIB
2. Data curah hujan harian didapat dengan jalan dibuka dan airnya ditampung
dalam gelas penakar yang bersatuann mm tinggi air.
3. Ketelitian pengamatan sampai 0,2 mm.
4. Hujan kurang dari 0,5 mm dianggap tidak ada meskipun tetap dicatat.
5. Jika gelas penakar penuh, pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur
volume air yang tertampung dengan gelas ukur biasa. Karena luas
penampang pengukuran curah hujan 100 cm sehingga setiap volume 10
Gambar Asli
Keterangan
a. Mulut penakar
b. Corong sempit
c. Tabung penampung
d. Tabung penampung
utama
kapasitas
dengan
setara
60
mm CH
e. Saluran pembuangan
air
dengan
sistem
bejana berhubungan
6
Sumber
www.bmkg.go.id
Diskripsi Alat:
Satuan alat
: mm
Satuan Pengukuran
: mm
Ketelitian alat
: 2 mm
Prinsip Kerja
: Berdasar sistem pelampung
Fungsi
: Mengukur dan mencatat jumlah hujan
Cara kerja alat
:
Air hujan masuk ke tabung penampung I kemudian mengalir ke tabung penampung
utama yang otomatis akan menggerakkan pena penunjuk sehingga membentuk garis
di kertas grafik.
Cara pemasangan alat:
1. Syarat penempatan alat seperti Ombrometer.
2. Alat dipasang diatas permukaan tanah dengan tinggi permukaan mulut
Gambar Asli
Sumber : www.ketterer.net
Diskripsi Alat:
Satuan alat
Satuan Pengukuran
: C
:%
Keterangan
Keterangan :
a. Statif
b. Termometer
bola
basah
c. Termometer
bola
kering
d. Kain kasa
yang
dibasahi
e. Bejana tempat air
Ketelitian alat
: 0,5C
Prinsip Kerja
: Berdasar sistem termodinamika
Fungsi
: Mengukur kelembaban nisbi udara.
Cara kerja alat
:
Alat ini terdiri dari dua termometer yang dipasang berdampingan, dengan salah
satunya sebagai reservoir terbuka dan yang suhunya dibungkus dengan kain kasa
yang dibasahi air. Termometer yang reservoirnya dibungkus dengan kasa yang basah
adalah termometer yang mengandung alkohol. Dari selisih ini, kita dapat
menentukan kelembaban udara dengan menggunakan tabel. Selisih yang timbul
disebabkan oleh pengaruh reservoir yang sebelumnya memerlukan suhu untuk
menguapkan air di kasa. Kalor di sekitar reservoir pada TBK akan memuaikan air
raksa hingga menunjukkan skala tertentu. Sedangkan pada TBB kalor digunakan
untuk menguapkan air sehingga terjadi keseimbangan atau dicapai keadaan titik
vaporasi sampai titik embun yang ditunjukkan dengan nilai TBB. Turunnya suhu
pada TBB karena sebagian kalor digunakan untuk menguapkan air.
Cara pemasangan alat:
1. Psikrometer di pasang pada sangkar meteo.
2. Kain kasa pada termometer bola basah harus dijaga tetap bersih dan selalu
2. Psikrometer Sling
Tabel 1.4 Psikrometer Sling
Gambar Sketsa
Gambar Asli
Keterangan
Su
a. Termometer
bola
basah
b. Termometer
bola
kering
c. Pegangan
mber : www.amazon.com
Diskripsi alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip Kerja
Fungsi
Cara kerja alat
Pada dasarnya hampir sama
: C
:%
: 0,2C
: Berdasar sistem termodinamika
: Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat.
:
dengan psikrometer sangkar tetapi kain kasa pada
termometer bola basah harus diteliti dengan air secukupnya sebelum digunakan dan
diputar sebanyak 33 kali agar dapat menangkap suhu di udara yang seragam.
Cara pemasangan alat
:Portabel
Cara pengamatan
:
1. Sebelum digunakan, kain kasa pada TBB ditetesi dengan air secukupnya.
2. Selanjutnya Sling Psikrometer diputar 33 kali dengan kecepatan 4
putaran/detik atau lebih kurang sama dengan kecepatan angin 2,5 m/detik.
3. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada Psikrometer Sangkar.
3. Psikrometer type assmann
Tabel 1.5 Psikrometer type assmann
Gambar Sketsa
Gambar Asli
Keterangan
a. Termometer
bola
basah
b. Termometrr
bola
kering
c. Kipas
d. Sekrup
pemutar
pegas
e. Saluran angin
Sumber : www.ebay.com
Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip Kerja
Fungsi
Cara kerja alat
Hampir sama dengan sling
: C
:%
: 0,2 C
: Berdasar sistem termodinamika
: Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat.
:
psikrometer, tetapi menggunakan
kipas sebagai
pengganti pemutaran. Kipas diputar dengan cara memutar kunci pemutar pegas.
Kerja alat ini pada dasarnya sama dengan psikrometer lain. Kelembaban nisbi
diperoleh dari selisih antara termometer bola basah dengan termometer bola kering.
Cara pemasangan alat
: Portabel
Cara pengamatan
:
1. Sebelum dipakai, kain kasa pada TBBditetesi dengan air.
2. Pegas kipas diputar, sehingga kipas akan mengalirkan udara dengan
kecepatan kurang lebih 5 m/detik pada bagian reservoir termoometernya.
3. Setelah suhu termometer konstan dilakukan pembacaan seperti pada
Psikrometer Sangkar.
4. Higrograf
Tabel 1.6 Higrograf
Gambar Sketsa
Gambar Asli
Keterangan
a. Rambut
b. Sistem tuas
c. Pena/penera grafik
d. Silinder
kertas
grafik
Sumber
www.thiesclima.com
Diskripsi alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip Kerja
Fungsi
Cara kerja alat
: C
:%
: 1%
: Sifat kembang kerut benda higroskopis
: Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat.
:
10
Didasari oleh perenggangan dan pengerutan benda higroskopis (dalam hal ini adalah
rambut) akibat adanya pengaruh udara lembab dan kering yang kemudian
dihubungkan dengan tuas penggerak dan pena yang menggores kertas grafik.
Cara pemasangan alat
: Di pasang pada sangkar meteo
Cara pengamatan
:
1. Dipasang kertas grafik pada silinder yang dapat berputar secara otomatis.
2. Penggantian kertas grafik dilakukan sekali dalam seminggu.
3. Kelembaban nisbi udara dalam satuan persen (%) didapat dibaca pada
kertas grafik.
4. Alat ini dapat digunakan untuk mengetahui ayunan kelembaban nisbi udara
selama satu minggu.
Gambar Asli
Keterangan
a. Reservoir
b. Pipa
kapiler
berisi
Sumber
air
raksa/alkohol
www.alatmiconos.co.id
Diskripsi alat :
Satuan alat
: C
Satuan Pengukuran
: C
Ketelitian alat
: 0,5 C
Prinsip Kerja
: Muai ruang zat cair
Fungsi
: Mengukur suhu udara.
Cara kerja alat
:
Apabila suhu naik, maka akan mempengaruhi reservoir sehingga menyebabkan air
raksa memuai dan panjang kolom air raksa dalam tabung bertambah. Sebaliknya jika
suhu turun, air raksa akan menyusut.
Cara pemasangan alat
:
Dipasang sekaligus sebagai termometer bola kering pada psikrometer sangkar
Cara pengamatan
:
1. Suhu udara dapat dibaca pada skala termometer dengan ketelitan pembacaan
0,1C.
2. Mata pengamat harus tegak lurus terhadap kolom air raksa.
11
3. Pengamatan dilakukan tiga kali sehari, pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB
dan 18.00 WIB.
Gambar Asli
Keterangan
A. Reservoir
B. Celah sempit
C. Pipa kapiler berisi
air raksa
www.pawanexport.com
Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
: C
: C
: 0,25C
Prinsip Kerja :
Muai
ruang
zat
cair
yang
12
Gambar Asli
Keterangan
a. Reservoir
b. Index
penunjuk
suhu minimum
c. Pipa kapiler berisi
alkohol
Sumber
www.taylorusa.com
Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip Kerja
: C
: C
: 0,25C
: Muai ruang alkohol yang dimodifikasi dengan
indeks.
Fungsi
: Mengukur suhu minimum.
Cara kerja alat
:
Jika suhu naik, maka akan mempengaruhi reservoir berisi alkohol sehingga alkohol
akan mengembang. Pada penurunan suhu, alkohol akan menyusut dan menggerakkan
indeks penunjuk suhu minimum..
Cara pemasangan alat
benar datar.
Cara pengamatan
:
1. Suhu udara minimum dapat diketahui dengan membaca tepat pada skala
yang ditunjuk oleh ujung indeks yang berdekatan dengan ujung kolom
alkohol.
2. Ujung kolom alkohol menunjukkan kepada suhu udara sesaat.
3. Pengamatan dilakukan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB.
13
Gambar Asli
Keterangan
a. Reservoir
b. Pipa kapiler berisi
air raksa
c. Pipa kapiler berisi
alkohol
d. Indeks
penunjuk
suhu maksimum
e. Indeks penunjuk
suhu minimum
f. Tombol
Sumber
pengembali indeks
www.weatherforschools.
me.uk
Diskripsi alat :
Satuan alat
: C
Satuan Pengukuran
: C
Ketelitian alat
: 2,5C
Prinsip Kerja
: Muai ruang zat cair (air raksa dan alkohol).
Fungsi
: Mengukur suhu udara maksimum dan minimum.
Cara kerja alat
:
Didasarkan pada pemuaian alkohol dan air raksa yang dimodifikasi. Adanya indeks
menunjukkan suhu maksimum, ditunjukkan oleh air raksa (jika suhu mengembang).
Jika suhu turun, indeks penunjuk suhu minimum akan bergerak turun ke kolam
reservoir.
Cara pemasangan alat
tegak.
Cara pengamatan
:
1. Suhu maksimum dan minimum dibaca pada ujung bawah indeks.
2. Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, indeks bagian kiri
menunjukkan suhu minimum.
3. Pengamatan dilakukan pada sore hari pada pukul 16.00.
4. Setelah pengamatan, untuk pengamatan hari selanjutnya tombol kemudi
ditekan sedemikian sehingga ujung bawah indeks berhimpit dengan
permukaan kolom air raksa.
14
Gambar Asli
Keterangan
a. Spiral dwi
logam
bimetal
b. Spiral benda higroskopis
c. Jarum penunjuk skala
suhu
d. Jarum penunjuk skala
Sumber
kelembaban
e.
Ventilasi
:
www.walmart.com
Dikripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
a. Termometer
b. Higrometer
: 0C dan %
: 0C dan %
: 5 0C dan 1%
:
: Muai dwi logam
: Higroskopis rambut
Fungsi : Mengukur suhu udara dan kelembaban nisbi
Gambar Asli
15
Keterangan
Sumber
www.walmart.com
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
a. Termometer
b. Higrometer
Fungsi
b.
c.
d.
: e.
f.
bimetal
Rambut
Sistem tuas higrograf
Sistem tuas termograf
Pena
Silinder kertas grafik
: 0C dan %
: 0C dan %
: 5 0C (H temperatur) dan 0,5% (H temperatur)
:
: Muai dwi logam
: Higroskopis rambut
: Mengukur suhu dan kelembaban udara dalam 1
waktu
Cara Kerja Alat
:
- Termograf
Bekerja berdasar muai dwi logam yaitu perbedaan antara muai lempeng logam
putih dan lempeng logam hitam. Perbedaan muai ini dapat menggerakkan sistem
tuas sehingga pena pencatat suhu udara bergerak dan menggores atau memberi
tanda pada kertas grafik.
- Higrograf
Bekerja berdasar prinsip higroskopis rambut yaitu mengembang dan mengkerutnya
rambut karena adanya kelembaban udara yang berbeda. Pengembangan dan
pengkerutan rambut tersebut dapat menggerakkan sistem tuas sehingga pena
kelembaban udara bergerak dan menggores atau memberi tanda pada kertas grafik.
Cara Pengamatan
:
1.
Dipasang kertas grafik pada silinder yang dapat berputar secara otomatis
2.
Kertas grafik diganti tiap minggu
3.
Kelembaban nisbi (%) dan temperatur ( 0C) suatu saat dan ayunannya
dapat dibaca pada kertas grafik.
e) Alat Pengukur Suhu Air
1. Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air
Tabel 1.13 Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air
Gambar Sketsa
Gambar Asli
16
Keterangan
a. Reservoir
b. Pipa kapiler berisi
air raksa
c. Pipa kapiler berisi
alkohol
d. Indeks
penunjuk
suhu maksimum
e. Indeks
penunjuk
Sumber
www.rfuess-
suhu minimum
f. Pelindung reservoir
g. Pelampung
mueller.de
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
: 0C
: 0C
: 0,5 0C
: Muai ruang zat cair
Fungsi : Mengukur suhu maksimum dan minimum
permukaan air
Cara Kerja Alat
:
Dapat diletakkan terapung pada permukaan air dengan kedudukan H temperatur. Alat
ini bekerja jika suhu permukaan naik yang mengakibatkan alkohol dan air raksa
memuai. Air raksa mendorong stif, pada suhu tertentu ketika suhu udara dingin air
raksa mengerut. Terdapat perbedaan tekanan di kolom hampa dan termometer
minimum.
Cara Pengamatan
1.
:
Suhu maksimum dan minimum dibaca pada ujung bawah
indeks.
2.
3.
4.
Gambar Asli
17
Keterangan
a. Termometer
zat
cair
b. Reservoir
c. Statif kaki tiga
d. Tabung pelindung
reservoir
berventilasi
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
Fungsi
Cara Kerja
: 0F
: 0C
: 1 0F
: Muai ruang zat cair
: Mengukur suhu permukaan tanah
: Alat bersifat jinjing, alat diletakkan di atas
dibaca suhunya.
Cara pemasangan
Cara Pengamatan
Gambar Asli
Keterangan
a. Ujung
sensor
sampai jeluk 5
cm
b. Termometer
Sumber www.amazon.com
cair
c. Pegangan tangan
d. Selubung kayu
pelindung
termometer
Diskripsi alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
Fungsi
: 0F
: 0C
: 1 0F
: Muai ruang zat cair
: Mengukur suhu permukaan tanah dengan jeluk 5cm
18
zat
Cara Kerja
Cara pemasangan
dalam
tanah sesuai dengan jeluk yang akan diamati
Cara Pengamatan
: Setelah stabil, suhu tanah
diamati dengan membaca skala yang ditunjuk.
3. Termometer Tanah Type Bengkok
Tabel 1.16 Termometer Tanah Type Bengkok
Gambar Sketsa
Gambar Asli
Keterangan
a. Reservoir untuk
jeluk tanah 20
cm
b. Pipa
kapiler
Sumber
www.rfuess-
mueller.de
Diskripsi alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
Fungsi
cm.
: 0C
: 0C
: 1 0C
: Muai ruang zat cair
: Mengukur suhu permukaan tanah dengan jeluk 20
Cara Kerja
Cara pemasangan
:
1. Dibuat lubang ditanah dengan jeluk tertentu dengan dibor.
2. Bagian reservoir termometer dimasukkan ke dalam lubang, kemudian
ditimbun kembali dengan tanah bekas galian.
Cara Pengamatan
Gambar Asli
Keterangan
a. Pipa pelindung
termometer
b. Bagian sensor
c. Termometer zat
cair
d. Reservoir
e. Rantai
Sumber
www.russell-
scientific.co.uk
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
Fungsi
: 0C
: 0C
: 0,5 0C
: Muai ruang zat cair
: Mengukur suhu tanah kedalaman 50 cm.
Cara Kerja
: tanah dibor, termometer dimasukkan,
distabilkan 2 menit, kemudian termometernya
dibaca.
Cara Pemasangan
:
1. Dibuat lubang pada tanah dengan jeluk tertentu dengan bor.
2. Bagian reservoir termometer dimasukkan lubang kemudian ditimbun
kembali dengan tanah bekas galian.
Cara Pengamatan
:
1. Termometer diangkat dari selubung bagian pelindung, suhu tanah
dapat dibaca langsung pada skala yang ditunjuk.
2. Pembacaan harus dilakukan dengan cepat.
5. Stick Termometer
Tabel 1.18 Stick termometer
Gambar Sketsa
Gambar Asli
20
Keterangan
a. Tangki pemutar
b. Jarum
penunjuk
suhu
c. Tabung
bejana
sebagai penghantar
d. Ujung peka
www.amazon.com
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Ukur
Ketelitian
Prinsip Kerja
Fungsi
: C
: C
: 1 C
: Muai zat cair bertekanan pada tabung bejana
: Mengukur suhu tanah kedalaman 100 cm.
Cara Kerja
: setelah berada di dalam tanah, ditunggu 2
memutar pegangannya.
Cara Pengukuran : Setelah jarum penunjuk suhu konstan,
Gambar Asli
Keterangan
a. Bagian sensor
b. Pipa berisi zat
cair (air raksa)
c. Jarum
hitam
Sumber
www.statebystategardening.c
om
penunjuk
sesaat
d. Jarum
penunjuk
suhu
hijau
suhu
maksimum
e. Jarum
merah
penunjuk
minimum
Diskripsi Alat :
21
suhu
Satuan Alat
Satuan Ukur
Ketelitian
Prinsip Kerja
Fungsi
: C
: C
: 0,5 C
: muai ruang zat cair pada tabung Bourdan.
: Mengukur suhu maksimum dan minimum tanah.
Cara Kerja
: tanah dibor, kemudian sensor
dimasukkan sampai 20 cm, raksa akan memuai dan
menyusut, jadi bisa dibaca lewat jarum penunjuk
suhu
Cara Pemasangan
sensor
dibenamkan
dalam
tanah
hingga
pengamatan.
Cara Pengukuran :
1. Sebelum pengamatan, ketiga jarum penunjuk dibuat saling berhimpit
dengan cara memutar sekrup.
2. Pada saat pembacaan :
Jarum merah menunjukkan suhu maksimum
Jarum hijau menunjukkan suhu minimum
Jarum hitam menunjukkan suhu sesaat
Gambar Asli
Keterangan
a. Silinder
lingkaran
dengan
sudut 60o
b. Celah
sempit
tempat
Sumber : www.rmets.org
sinar
c. Pelindung
sempit
d. Sekrup
22
setengah
masuknya
celah
pengatur
kemiringan
Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip kerja
Fungsi
Cara kerja Alat
Sinar masuk melalui celah
: jam
:%
: 0,5 jam
: reaksi fotokhemis cahaya dan kertas pias
: Mengukur panjang penyinaran
:
sempit, sinar membentuk noda pada kertas pias yang
dilapisi larutan kalium ferrosianida. Noda yang ada pada kertas dicuci dengan
aquades, sehingga kertas dapat dibaca. Dari panjang noda yang terbentuk,akan
dapat diukur sebagai panjang penyinaran aktual.
Cara pemasangan
:
1. Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang
agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar
2.
matahari
Sebelum digunakan, kertas pias harus disimpan rapat dan tidak
23
Cara pemeliharaan :
Adanya embun, debu perlu dihilangkan dari celah sempit kaca pada waktu pagi
pagi. Setelah hujan perlu dilap dengan kain yang bersih.
Gambar Asli
Keterangan
a. Lensa bola kaca pejal
dengan jari-jari 7,3
cm
b. Busur pemegang bola
kaca pejal
c. Sekrup
Sumber : www.rmets.org
pengunci
kedudukan lensa
d. Sekrup
pengatur
kemiringan
e. Mangkuk
tempat
kertas pias
Diskripsi Alat :
Satuan alat
: jam
Satuan pengukuran : %
Ketelitian alat
: 0,5 jam
Prinsip kerja
: pemfokusan sinar matahari
Fungsi
: Mengukur panjang penyinaran
Cara kerja
:
Sinar ditangkap lensa dan difokuskan ke atas kertas pias, sehingga kertas pias
terbakar, kemudian panjang kertas pias yang terbakar tersebut diukur untuk
mengetahui PP.
Cara pemeliharaan :
Adanya embun, debu perlu dihilangkan dari bola kaca pada waktu pagi
pagi. Setelah hujan perlu dilap dengan kain yang bersih.
Cara pemasangan
:
24
1. Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang
agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar
matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3m di atas horizon.
2. Solarimeter dipasang sedemikian rupa sehingga :
a) Mangkuk tempat pemasangan kertas pias harus menunjuk arah
timur-barat
b) Bagian bawah alat harus benar-benar datar (diatur dengan
leveling).
c) Lensa bola bersama dengan tempat kertas pias dimiringkan sesuai
dengan letak lintang tempat pengamatan.
Cara pengamatan :
1. Kertas pias dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00.
2. Kertas pias yang digunakan ada 3 macam, yaitu bentuk lurus, bengkok
panjang, dan bengkok pendek.
3. Jadwal penggunaaan masing-masing bentuk kertas pias tergantung pada
letak pengamatan dan kedudukan matahari terhadap tempat tersebut.
4. Pengukuran PP aktual dilakukan dengan ketelitian 0,1 jam dengan
b)
Gambar Asli
Keterangan
a. Lempeng
logam
warna putih
b. Lempeng
logam
Sumber
www.ketterer.net
warna hitam
c. Lembar kaca pyrex
:
d. Pena
/
penera
grafik
e. Silinder
grafik
Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan pengukuran
Ketelitian alat
: cm2
: kal/cm2/hari
: 1 cm2
25
kertas
Prinsip kerja
: beda muai logam hitam dan putih
Fungsi
: Mengukur intensitas penyinaran matahari
Cara kerja
:
Sinar matahari masuk di kaca pyrex, sehingga logam akan memuai, logam hitam
muainya lebih besar daripada logam putih, adanya pemuaian menyebabkan pena
bergerak sehingga akan terbentuk grafik.
Cara pemeliharaan :
Alat ini memerlukan kalibrasi secara periodik setiap enam bulan dengan
menggunakan paranometer dan kalau perlu mengganti sensor setelah digunakan
beberapa tahun.
Cara pemasangan :
Alat dipasang pada tempat terbuka di atas tiang beton yang kuat dan bagian atas
dibuat sedemikian rupa, sehingga selain sinar berada 15 di atas horizon bumi, sinar
harus bebas mencapai sensor.
Cara pengamatan :
1. Kertas grafik dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00 WIB.
2. Grafik akan tergambar pada kertas grafik, kemudian diukur luasan di bawah
grafik tersebut dengan alat planimeter. Luasan yang terukur disetarakan
tehadap satuan kalori/cm2/hari.
i) Alat Pengukur Kecepatan Angin
1. Cup Anemometer
Tabel 1.23 Cup anemometer
Gambar Sketsa
Gambar Asli
Sumber
Keterangan
a. Mangkuk anemo
b. Pencatat jarak
c. Tiang penyangga
:
www.nwclimate.org
Diskripsi alat :
Satuan alat
: km
Satuan pengukuran : km/jam
Ketelitian alat
: 0,5 km
Prinsip kerja
: sistem mekanik (gir)
Fungsi
: Mengukur kecepatan angin
Cara kerja
: kalau ada angin, mangkuk berputar dan spedonya bergerak
Cara pemasangan :
1. Alat dipasang pada tiang atau menara dengan ketinggian 0,5; 2; atau 10 m
sesuai dengan masing-masing penggunaan.
26
2. Pemasangan harus pada tempat terbuka, dengan jarak benda yang terdekat
minimal 10x tinggi benda tersebut.
Cara pemeliharaan :
Harus selalu diadakan pengecekan apakah tiangnya cukup kuat dan sungguh
sungguh vertikal. Adanya gesekan dapat menyebabkan alat ini mengukur lebih
kecil daripada sebenarnya beberapa tahun. Kalibrasi kemudian perlu dilakukan
dengan pengamatan pembanding.
Cara pengamatan :
1. Pembacaan pada alat pencatat dilakukan setiap pagi pukul 07.00 WIB.
2. Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari
ke-2 dengan pembacaan hari ke-1 (jarak tempuh angin), dibagi dengan waktu
antara beda pengamatan tersebut (periode 1 hari = 24 jam).
3. Satuan pengamatan adalah km/jam.
2. Hand Anemometer
Tabel 1.24 Hand anemometer
Gambar Sketsa
Gambar Asli
Keterangan
a. Kipas anemo
b. Speed anemo
c. Skala beauford
d. Tangkai
pegangan
tangan
Sumber
www.england.all.biz
Diskripsi alat :
Satuan alat
: m/s
Satuan pengukuran
: m/s
Ketelitian alat
: 0.5 m/s
Prinsip kerja
: Sistem GGL induksi (seperti sistem dynamo)
Fungsi
: Mengukur kecepatan angin
Cara kerja
:
Anemometer (motor yang terdapat dalam kumparan) digerakkan sehingga
menimbulkan arus listrik yang akhirnya dapat menggerakkan jarum penunjuk skala.
Cara pemasangan
: jinjing (portable)
Cara pemeliharaan
:
27
Gambar Asli
Keterangan
a. Kipas anemo
b. Jarum pencatat jarak
per 100 m
c. Jarum pencatat jarak
per 1000 m
Sumber : www.ebay.com
Diskripsi alat :
Satuan alat
:m
Satuan pengukuran : m/s
Ketelitian alat
: 0,5 m
Prinsip kerja
: Sistem mekanik
Fungsi
: Mengukur kecepatan angin
Cara kerja
:
Angin yang datang akan menggerakkan kipas dan menyebabkan jarum bergerak,
sehingga skala dapat terbaca.
Cara pemasangan
: jinjing ( portable )
Cara pemeliharaan
:
Setelah dipakai selalu pastikan jarum penunjuk kecepatan angin menunjukkan
angka nol. Dan bila baling baling basah segera lap dengan kain
Cara pengamatan
:
1. Umumnya alat digunakan untuk pengukuran rerata kecepatan angin pada
periode pendek, dengan satuan dalam m/s.
2. Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari
ke-2 dengan pembacaan hari ke-1 (jarak tempuh angin), dibagi dengan
waktu antara beda pengamatan tersebut (periode 1 hari = 24 jam).
j) Alat Pengukur Evaporasi
1. Piche Evaporimeter
Tabel 1.26 Piche evaporimeter
28
Gambar Sketsa
Gambar Asli
Keterangan
a. Tabung
kaca
dalam
satuan mm
b. Kawat
penjepit
tempat
meletakkan kertas
Sumber : www.jjstech.com
berpori
c. Penggantung
Diskripsi alat:
Satuan alat
: mL
Satuan pengukuran
: mm
Ketelitian alat
: 0,05 mL
Prinsip kerja
: Pengukuran selisih tinggi permukaan air
Fungsi
: Mengukur penguapan air
Cara kerja
:
Kertas saring yang ada dalam tabung ditekan air, sehingga merembes. Penguapan
akan mengeringkan kertas saring, sehingga air di atas kertas saring tersebut akan
membasahi lagi. Selisih pengamatan hari ke-1 dengan pengamatan hari ke-2 diukur
Gambar Asli
29
Keterangan
a. Panci
dengan
evaporasi
diameter
120,7 cm tinggi 25
Sumber
www.nwclimate.org
pemutar
batang pengukur
f. Batang pengukur
Diskripsi alat :
Satuan alat
: mm
Satuan pengukuran
: mm
Ketelitian alat
: 0,02 mm
Prinsip kerja
: pengukuran selisih tinggi permukaan air
Fungsi
: Mengukur penguapan
Cara kerja
:
Kail dipasang tepat pada permukaan air, kemudian pada skala dibaca yang
menunjukkan berapa ketinggian air dan dibiarkan selama 24 jam. Jika terjadi
penguapan, maka permukaan air akan turun. Sehingga ujung tali terletak di atas
permukaan air. Kemudian ujung kail diturunkan dengan sekrup pemutar batang
pengukur. Pada saat itu dibaca tinggi permukaan air dari skala. Besarnya penguapan
adalah skala sebelum penurunan dikurangi dengan skala akhir.
Cara pemasangan
:
1) Panci diletakkan pada balok kayu yang disusun datar di atas permukaan
tanah.
2) Air bersih dimasukkan ke dalam panci setinggi 20 cm. Permukaan air
dijaga jangan sampai kurang dari 2,5 cm dari batas tersebut. Jika tinggi air
kurang dari 10 cm dari dasar, dapat berakibat kesalahan hingga 15 %.
Cara pemeliharaan :
Pengecatan panci seringkali menyebabkan pencatatan evaporsi tidak konsisten.
Warna panci akan menyebabkan pengaruh terhadap radiasi dan selanjutnya akan
30
:
Mula-mula ujung kail (hooke) diatur dengan sekrup
pemutar, tepat menyentuh permukaan air. Tinggi air kemudian dapat dibaca
2.
Gambar Asli
Prinsip kerja:
31
Keterangan
AWS menggunakan tenaga matahari (solar cell) yang terhubung ke battery (accu)
dalam box. Battery berfungsi sebagai penyimpan tenaga dari solar cell untuk
di AWS.
Cara Pemasangan dan Kedudukan Standar Peralatan AWS:
a. Di atas tanah yang tertutup rumput pendek atau pada area lokal reperesentatif
b. Sensor-sensor meteorologi harus diletakkan jauh dari pengaruh luar seperti
bangunan dan pohon (jarak tergantung daripada variabel jenis penghalang).
c. Sensor harus diletakkan pada ketinggian yang sama (dan ditempatkan) sesuai
dengan peralatan konvensional.
d. Jaga kestabilan terhadap lokasi (perubahan tumbuh-tumbuhan, bangunan, dll)
32
Gambar
1.2
Wind
Gambar
1.3
Solar
d. Relative humidity
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 1%
- Ketelitian
: 2%
- Jangkauan
: 0-100%
2) Fungsi: Mengukur kandungan lengas di udara
humidity
e. Air temperature
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
- Ketelitian
- Jangkauan
: 0,10C
: 0,50C (-400C 00C)
: -400C 800C
Gambar
1.5
Air
1.6
Soil
temperature
2) Fungsi: Mengukur suhu udara
f. Soil Temperature
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 0,10C
- Ketelitian
: 0,20C (00C 700C)
0,50C (-400C 00C)
2) Fungsi: Mengukur suhu tanah
Temperature
g. Rain Gauge
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 0,2 mm
- Ketelitian
: 1%
- Jangkauan
: -400C 800C
2) Fungsi: Mengukur curah hujan
h. Barometric Pressure
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 1 milibar
- Ketelitian
: 1 milibar (950-1050 milibar)
- Jangjauan
: 600-1250 milibar
2) Fungsi: Mengukur tekanan udara
Gambar
Gambar
1.8
Barometric
pressure
Cara kerja
AWS menggunakan radio (walky talky) dimana semua sensor alat mengirim data
dalam bentuk analog, kemudian oleh data logger diubah menjadi data digit. Walky
talky akan memancarkan frekuensi yang sudah ditentukan dan diterima oleh radio
di laboratorium. Selanjutnya akan dihubungkan ke monitor komputer yang sudah
33
terinstallsoftware AWS sehingga akan terbaca dan terlihat semua data yang
tercatat di AWS.
B. PEMBAHASAN
a) Alat Pengukuran Curah Hujan
1. Ombrometer tipe Observatorium
Alat ini untuk mengukur curah hujan harian, pengamatan dilakukan
sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari, tetapi perlu diingat bahwa hujan yang
diukur pada pagi itu adalah data hujan kemarin dengan cara mengukur air yang
berada di pada ombrometer dengan gelas ukur. Penempatan tiang kolektor
jangan terlalu dekat dengan tanah karena akan menimbulkan kesulitan, sehingga
ketinggian telah dibakukan untuk menyamakan pengamatan yaitu, 120 cm dari
permukaan tanah, fungsinya agar turbulensi dan percikan air hujan yang
memantul dari tanah sangat kecil kemungkinannya.
Kelebihan ombrometer tipe observatorium, yaitu :
Tingkat ketelitiannya cukup tinggi jika dibandingkan dengan ombrograf.
Satuan alat dan satuan pengukuran sama sehingga memudahkan
perhitungan.
Jika gelas penakar pecah dapat diganti dengan mengukur volume air yang
terpampang dengan jelas sebab penampang curah hujan 100 cm2 sehingga
2. Ombrograf
Alat ini untuk mengukur curah hujan mingguan dan alat ini dilengkapi
dengan grafik yang tertera pada kertas grafik yang menunjukan besarnya curah
hujan dan biasanya diletakan diatas permukaaan tanah dengan sistem kerja sama
dengan sistem kerja ombrometer.
Kelebihan ombrograf:
34
ketinggian 40 cm
Pengamatannya lebih efisien karena grafik akan terbentuk secara
otomatis dengan perubahan volume air di dalam tabung penampung.
Dengan data yang berbentuk grafik dapat diperoleh informasi mengenai
curah hujan secara bersinambungan dalam periode tertentu.
Kekurangan ombrograf:
Dapat diketahui titik uap dan titik embun sekaligus serta penggunaannya
mudah.
Alat ini dapat ditempatkan pada alam terbuka sehingga kecepatan angin
35
selalu berbeda-beda.
Diperlukan ketelitian dalam mengamati Termometer bola basah (TBB).
2. Sling Psikrometer
Alat ini memiliki mekanis yang berbeda dengan alat lain dalam
mengeringkan
termometer
bola
basah
yaitu
dengan
memutar
sling
ketelitiannya kurang
dibanding psikrometer yang lain dan pada termometer bola basah (TBB) harus
dijaga agar tetap basah sebelum pengukuran.
4. Higrograf
Alat ini menggunakan metode berdasarkan pada perubahan ukuran atau
dimensi bahan higroskopik yaitu rambut ekor kuda. Panjang rambut bervariasi
36
sebagai fungsi dari kandungan kelengasannya atau air, kelengasan ini berkaitan
dengan kelembaban udara disekelilingnya. Jika terjadi kelembaban di sekeliling
maka rambut ekor kuda akan mengembang/mengkerut sehingga menggerakan
luas dan menghasilkan grafik di kertas grafik.
Kelebihan alat ini yaitu dapat mengukur kelembaban relatif secara
langsung dan terdapat tabel untuk mengubah pembacaan temperatur ke data
kelembaban udara. Selain itu, mudah diamati hanya dengan melihat grafik yang
digambar oleh silinder otomatis. Kelemahannya, hubungan kelembaban dan
pemasangan tidak linear, tidak terlalu teliti (sekitar 5%), meskipun rambut kuda
mempunyai sifat higroskopis yang baik, setiap minggu kertas grafik harus
diganti sehingga kurang efisien, jika kertas habis ketika alat masih bekerja maka
data tidak tergambarkan sehingga kurang teliti.
c) Alat Pengukur Suhu Udara
Suhu yang tercatat pada suatu stasiun pengamatan cuaca umumnya menunjuk suhu
udara yang diukur dalam sangkar meteo pada ketinggian 1,5 2 m. Untuk bidang
pertaniansuhu udara yang diamati pada ketinggian yang lebih rendah atau sedikit di atas
permukaan tanah atau bahkan pada kedalaman jeluk tanah tertentu (0, 5, 10 cm dsb) misal
untuk penelitian pengaruh laju transpirasi, night frost, pengaruh mulsa, pengaruh pemberian
bahan organik dan sebagainya). Untuk keperluan praktis dalam pengamatan suhu udara
selalu dibutuhkan data pengamatan kelembaban udara (RH) maupun tinggi tempat (m dpl).
Pada pengukuran suhu udara ini, terdapat berbagai jenis termometer yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan. namun, masing-masing jenis mempunyai kelebihan dan kekurangan
Kekurangan:
37
Penyusutan dan pemuaian dari dinding penyangga skala baca agak sering
2. Termometer minimum
Termometer minimum memiliki kelebihan yaitu menggunakan zat cair
alkohol yang pemuaiannya sejalan kenaikan suhu terdapat kenaikan 6 kali
tingkat pemuaian air raksa sehingga dapat digunakan pada tangkai dengan
diameter dalam yang lebih besar tetapi dapat menghasilkan kepekaan yang
diperlukan. Menggunakan zat cair alkohol yang titik bekunya rendah sehingga
dapat digunakan mengukur suhu yang sangat rendah. Kekurangannya alkohol
tidak semengkilap air raksa sehingga pengamatannya tidak terlalu jelas.
3. Termometer maksimum
Jika suhu panas maka air raksa bergerak keatas tetapi jika suhu turun,
permukaan air raksa tetap pada kedudukan seperti pada waktu suhu panas, hal
ini disebabkan adanya konstruksi yang menutup air raksa ke tandon (reservoir)
kembali ke termommeter harus dikitas-kitaskan dengan kuat. Termometer
maksimum kelebihannya adalah adanya penyempitan pipa kapiler di dekat
reservoir. Kelemahannya air raksa memiliki tingkat pemuaian kecil. Harus
diletakan pada posisi hampir mendatar agar mudah terjadi pemuaian.
4. Termometer max-min Six Bellani
Dibandingkan tiga termometer diatas, termometer ini paling praktis.
Namun menurut WMO dianggap kurang teliti karena adanya beda muai antara
raksa dengan alkohol. Kelebihannya praktis, ukurannya kecil dan ringan, dapat
digunakan secara umum. Dapat diperoleh data suhu maksimum dan minimum
secara bersamaan. Kelemahanya mudah rusak, kurang teliti karena data yang
38
didapat kurang valid karena ada beda tingkat pemuaian antara raksa dan alkohol,
kaca tidak terlindungi.
d) Alat Pengukur Suhu & Kelembaban Nisbi Udara
Alat yang digunakan termohigrometer dan termohigrograf. Kedua alat ini
memiliki ketelitian hampir sama yaitu 0,50C/1%. Alat-alat ini lebih praktis karena
dapat mengukur dan mencatat kelembaban suhu setiap waktu secara otomatis,tetapi
kelemahannya adalah daya ukurnya menurun bila sensor rambut kena debu/kotoran
sehingga daya serap uap air di udara berkurang. Hal ini menyebabkan alat ini harus
dipasang berdampingan dengan psikometer. Yang membedakan alat ini adalah pada
termohigrometer suhu dan kelembaban dibaca langsung pada alat sehingga
pembacaan data lebih mudah. Pada termohigrograf kelembaban nisbi dan temperatur
suatu saat dibaca pada kertas grafik, sehingga pembacanya harus teliti dan
memerlukan waktu.
e) Alat Pengukur Suhu Tanah
1. Termometer Permukaan Tanah
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu permukaan tanah pada
kedalaman 0 cm. Alat ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu yang
terletak di ujung reservoir. Kelebihan alat ini adalah waktu yang dibutuhkan
lebih cepat yaitu kurang dari 2 menit. Mudah dan praktis dibawa, sederhana
dalam pengoperasiannya-hanya saja tanah yang akan diukur udaranya harus
ditata terlebih dahulu. Sedangkan kekurangannya, yaitu menunggu supaya alat
stabil sehingga kurang efektif dalam mengamati suhu. Kemampuannya terbatas
hanya untuk mengukur suhu di atas permukaan tanah.
2. Termometer Tanah Selubung Kayu
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu di dalam tanah pada kedalaman
10 cm dari permukaan. Alat ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu
yang terletak di ujung reservoir sehingga saat termometer dimasukkan ke dalam
tanah maka reservoir akan menerima suhu yang ada disekitarnya yang kemudian
besar suhu dalam tanah akan diketahui melalui skala yang ditunjukkan oleh air
raksa.
mempermudah pembacaannya.
Adanya kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
termometer
Dapat mengukur lebih dalam dibandingkan termometer permukaan tanah.
39
kuat.
4. Termometer Tanah Tipe Symons
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu di dalam tanah pada kedalaman
50 cm dari permukaan. Alat ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu
yang terletak di ujung reservoir sehingga saat termometer dimasukkan ke dalam
tanah maka reservoir akan menerima suhu yang ada disekitarnya yang kemudian
besar suhu dalam tanah akan diketahui melalui skala yang ditunjukkan oleh air
raksa.
Kelebihan alat ini:
Kekurangannya:
40
memecah tanah saat alat dimasukkan ke dalam tanah yang akan di ukur suhunya.
Termometer ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu yang terletak di
ujungnya yang runcing sehingga saat termometer dimasukkan ke dalam tanah
maka reservoir akan menerima suhu yang ada disekitarnya yang kemudian besar
suhu dalam tanah akan diketahui melalui skala yang ditunjukkan oleh jarum.
Kelebihan stick termometer yaitu :
Suhu tanah yang diamati lebih dalam dibandingkan dengan alat lain, mampu
harus menuggu jarum konstan untuk membaca termometer. Selain itu, harus
mengebor tanah 100 cm terlebih dahulu untuk memasukkan stick-nya.
6. Termometer maksimum dan minimum tanah
Termometer ini menggunakan pengindera yang berupa suatu logam tipis
dan lentur yang berisi alkohol yang disebut sebagai tabung Bourdon. Tabung
Bourdon ini apabila terjadi pemuaian akan menegang dan akan menggerakkan
jarum penunujuk skala. Nilai pemuaian pada tabung Bourdan pada umumnya
lebih tinggi daripada dwi logam.
Kelebihan alat ini:
Dapat mengukur suhu maksimum dan minimum tanah sekaligus, tanah yang
Kekurangannya:
pengganggu. Selain itu, ada beda muai antara air raksa dan alkohol sehingga alat
ini kurang teliti.
g) Alat Pengukur Panjang Penyinaran
1. Solarimeter tipe Jordan
Alat ini digunakan untuk mengukur lamanya penyinaran surya (jam).
Berdasarkan
reaksi
fotokimia,
sinar
matahari
yang
masuk
bereaksi
dengan Kalium Ferro Sianida yang terlapis pada kertas pias dalam tabung
silinder.
Kelebihan solarimeter tipe Jordan :
Curah hujan yang masuk pada silinder setengah lingkaran terhambat oleh
cukup valid.
Melalui noda yang terlihat pada kertas pias dapat menunjukkan pengukuran
tempat.
Kertas pias kurang praktis karena harus diisi Kalium Ferro Sianida sehingga
belakang alat.
Tidak peka terhadap radiasi baru.
Standard dari kepekaan baku terhadap sinar ditentukan oleh ketelitian
tempat.
Pemasangan harus tepat pada lintang tempat yang akan diukur panjang
penyinarannya.
Kurang hemat karena membutuhkan kertas pias.
Panjang garis pembakaran/waktu terjadinya pengukuran tergantung pada
terlalu besar.
h) Alat Pengukur Intensitas Penyinaran Matahari
Aktinograf dwi logam adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya matahari
yang menggunakan prinsip kerja beda muai logam hitam dan putih. Data dapat
diperoleh dengan cara merekam intensitas radiasi matahari total, dengan menutup
sensor oleh kubah kaca yang kedap terhadap radiasi gelombang panjang. Alat ini
memilki kelebihan yaitu, dapat mengetahui intensitas penyinaran secara otomatis,
dapat dipergunakan untuk keperluan pencatatan rutin, relatif tidak mahal, dan dapat
dijinjing. Sedangkan kekurangan dari alat ini adalah membutuhkan tempat yang
tinggi sehingga tidak dapat diletakan disembarang tempat, data yang digunakan
berupa data mentah sehingga perlu dihitung dengan bantuan alat Planimeter. Selain
alat ini hanya merekam intensitas radiasi gelombang pendek matahari total,
43
memerlukan kalibrasi secara periodik setiap 6 bulan dan perlu mengganti sensor
setelah digunakan beberapa tahun. Sensor yang digunakan terdiri dari bimetal yang
berwarna putih & hitam. Pencatatan dengan aktinograf mengalami keterlambatan
kurang lebih 5 menit dengan kesalahan kurang lebih 10-15 %.
i) Alat Pengukuran Kecepatan Angin
1. Cup Anemometer
Cup anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin rerata pada pengamatan periode harian. Cup anemometer mempunyai
bentuk seperti mangkok kecil. Mangkok angin ini digerakkan oleh rotor
sehingga perubahan nilai yang ditunjukkan oleh kounter selama satu periode
pengamatan dapat terpantau.
Kelebihan cup anemometer:
Dapat menerima arah angin dari arah manapun.
Dapat diketahui arah angin harian.
Perhitungan hasil dilakukan dengan mudah.
Hasil pengukurannya dapat mewakili angin sampai ketinggian 10 m dari
3. Biram Anemometer
Biram anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin rerata pada pengamatan periode pendek.Sensor biram anemometer
44
mempunyai bentuk seperti kipas yang melingkar dan hasil dari pengukuran
kecepatan angin mempunysi satuan m/detik. Kelebihan alat ini yaitu mudah
dibawa karena bersifat portable, mudah diamati, hasil perhitungan mudah
didapat dan kekurangannya adalah hanya untuk mengukur kecepatan angin pada
periode pendek dan kurang efisien karena kita harus mengusahakan agar arah
angin selalu berasal dari belakang alat. Sehingga kita harus berusaha
menempatkan alat secara benar (tidak otomatis), karena angin dari belakang
akan menggerakkan baling-baling sehingga kecepatan angin dapat diukur.
j) Alat Pengukur Evaporasi
1. Piche Evaporimeter
Piche evaporimeter ini merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur
banyaknya penguapan dari permukaan basah (kertasfilter). Alat ini terdiri dari
tabung gelas yang berskala 0 sampai 30cc dengan pembagian skala 0.1cc, pada
salah satu ujung tabung yang terbuka, diberi jepitan logam dan tabung gelas
ini diisi air destilasi, antara tabung gelas dan jepitan logam disisipkan kertas
filter dengan diameter 3 cm.
Alat piche ini digantung secara vertikal, dan penempatannya digabung
dengan ke ssner evaporimeter pada sangkar meteorologi dengan posisi ujung
tabung yang tertutup kertas filter di bagian bawah, setelah kertas filter basah,
dibaca skala sebagai skala awal. Jika terjadi penguapan, air dalam tabung akan
berkurang sehingga permukaan air dalam tabung akan turun, pada waktu
pengamatan
dibaca
(x
y)
cc. Waktu
46
47
48
V.
KESIMPULAN
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengenalan Alat-Alat.<http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel /
2008/12/pengenalan-alat-alat/>. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015.
Attaqy, R. 2008. Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bunganaen, W. Krisnayanti, D S. Klau, Y A. 2013. Analisis hubungan tebal hujan dan
durasi hujan pada stasiun klimatologi Lasiana kota Kupang 2:181-190
Hermawan, E. 2010. Pengelompokan pola curah hujan yang terjadi di beberapa kawasan P.
Sumatra berbasis hasil analisis spektral. Jurnal Meteorologi dan Geofisika 11(2)
:75-85
Runtunuwu ,E. ,Syahbudin, H., dan A. Pramudia .2008.Validasi model pendugaan
evapotranspirasi :upaya melengkapi sistem database iklim nasional. Jurnal
Tanah dan Iklim 27:8-9
Rusbiantoro, D. 2008. Global Warming for Beginner. O2. Yogyakarta.
50
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA II
PENGAMATAN CUACA MIKRO
Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.
(13660)
3. Azhar Ismail
(13743)
4. Azzah Mufidah
(13746)
5. Dian Islamy
(13689)
: B2/3
Assisten
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
51
52
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan luas wilayah sasaran, iklim dapat dipilih menjadi iklim makro, iklim
meso, dan iklim mikro. Iklim makro meliputi wilayah yang sangat luas, meliputi luasan
suatu zona iklim yang sampai ke bumi secara keseluruhan (global). Keragaman yang
ditonjolkan adalah keragaman antar zona iklim. Variasi iklim dalam skala kecil termasuk
dalam cakupan iklim mikro, misalnya keadaan udara di sekitar atau di bawah kanopi
pohon, atau keadaan udara di dalam rumah kaca. Pengukuran unsur-unsur iklim di bawah
kanopi pohon menunjukkan perbedaan yang cukup jelas dibandingkan dengan kondisi
udara di sekitarnya yang tidak ternaungi oleh kanopi pohon tersebut. Secara umum suhu
akan lebih rendah di bawah kanopi pohon intensitas cahaya lebih rendah dan kelembaban
lebih tinggi (Lakitan, 1994).
Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suhu ruang yang sangat terbatas. Tetapi,
komponen iklim ini penting bagi kehidupan tumbuhan hewan dan manusia. Hal ini
dikarenakan kondisi udara pada skala mikro akan berkontak langsung dan mempengaruhi
secara langsung makhluk-makhluk hidup tersebut. Makhluk hidup tanggap terhadap
dinamika dan perubahan dari unsur-unsur iklim sekitarnya. Keadaan unsur-unsur iklim ini
akan mempengaruhi tingkah dan metabolisme yang berlangsung pada makhluk hidup.
Sebaliknya, keberadaan makhluk hidup tersebut (terutama tumbuh-tumbuhan) akan
mempengaruhi keadaan iklim mikro di sekitarnya, antara makhluk hidup dan udara di
sekitarnya akan terjadi saling mempengaruhi atau interaksi satu sama lain (Shelton, 2009).
Iklim mempunyai peranan dalam menentukan pertumbuhan tanaman mulai dari
pertumbuhan awal sampai pada saat panen. Oleh sebab itu, manusia harus tanggap
terhadap segala perilaku dan perubahan iklim mikro serta unsur-unsurnya. Dalam
mengusahakan tanaman terlebih dahulu harus diperhatikan dan diketahui kondisi iklim
mikro setempat (Indrowuryanto, 1992).
Penyebaran berbagai jenis tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah
serta daya adaptasi dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya,
hubungan antara vegetasi dan iklim merupakan hubungan saling pengaruh. Selain iklim
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga
dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya. Semakin besar total biomassa vegetasi yang
53
terlibat dan semakin nyata pengaruhnya terhadap iklim wilayah tersebut. Peran vegetasi
mirip bentang dan air. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mengandung banyak air dan
tumbuhan menyumbang banyak uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Lakitan,
1994).
Mikroklimatologi ialah ilmu yang mempelajari tentang iklim mikro atau iklim yang
terdapat di dalam daerah yang cukup kecil. Salah satu perbedaan pokok antara
mikrometeorologi dan mikroklimatologi ialah mikrometeorologi memerlukan dasar
matematika dan fisika yang lebih kompleks sehingga dapat mempelajari proses fisis
atmosfer, selain itu mikro meteorologi tidak terbatas pada atmosfer permukaan bumi,
tetapi juga dapat mempelajari iklim mikrofisika dari awan, sedangkan mikroklimatologi
tidak hanya ditujukan kepada ahli meteorologi saja, tapi juga disajikan untuk melayani ahli
lain yang berminat untuk mempelajari tentang hubungan antara kehidupan dengan iklim
mikro tanpa mempunyai dasar matematika dan fisika yang kokoh (Holton, 2004). Empat
elemen utama iklim mikro yang dominan mempengaruhi tumbuhan, hewan, manusia dan
sebagainya yaitu radiasi matahari, suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara, dan
pergerakan udara, dimana interaksi keempatnya membentuk zona kenyaman bagi mahluk
hidup serta merupakan faktor yang menyebabkan tanaman maupun mikroorganisme hidup
di sekitarnya dapat berinteraksi baik dengan cuaca the climate near the ground ini
(Hanggoro, 2011).
Radiasi matahari merupakan anasir yang terpenting dalam kajian iklim mikro,
karena sebagai sumber utama energi dalam ekosistem. Selain radiasi matahari, suhu udara,
kelembaban udara, penguapan (evaporasi dan transpirasi) dan kecepatan angin. Itu
beberapa anasir penting dalam kajian iklim mikro (Prawirowardoyo, 1996).
Bagian radiasi yang sampai ke bumi disebut insolasi. Jumlah total insolasi yang
diterima bumi berbeda-beda tergantung pada (1) panjang hari, yaitu jarak antara matahari
terbit dan matahari terbenam termasuk senja, (2) besar kecilnya sudut datang pada sinar
matahari pada permukaan bumi. Besarnya kecilnya
dipengaruhi oleh posisi bumi terhadap datangnya sinar dan keadaan topografi permukaan
tanah, (3) Pengaruh atmosfer adalah sinar yang mencapai sinar sebagian akan diabsorbsi,
dipantulkan kembali, dipancarkan, dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi (Trenberth,
2002).
54
Iklim menunjukkan keadaan semula jadi yang berkaitan dengan atmosfer di setiap
kawasan yang berkait rapat dengan cuaca seperti suhu, kelembaban, taburan hujan, arah
dan kelajuan angin. Iklim mikro pula menunjuk kepada keadaan iklim bagi suatu kawasan
kecil atau iklim tempatan, misalnya iklim Malaysia adalah salah satu daripada iklim mikro
yang menjadi pecahan kepada iklim dunia (Ahmad, 2011).
55
III.
METODOLOGI
stick
thermometer
dilakukan
bersamaan
dengan
alat
lainnya
seperti
56
di sebelah kanannya. Mula- mula diatur pada skala yang paling rendah dengan posisi
tombol pengatur ada di paling bawah, apabila jarum penunjuk melebihi batas skala maka
tombol dinaikkan dan pembacaan skala dirubah dengan membaca skala di atas skala yang
sebelummya dibaca. Begitu seterusnya. Sensor cahaya berada di atas foot candle jika sudah
tidak digunakan maka ditutup kembali agar terlindung dari sinar matahari sehingga tidak
terjadi kesalahan pada pengukuran intensitas cahaya selanjutnya. Setelah pengamatan
selesai, data pengamatan ditukarkan antar kelompok yang berada didaerah berkanopi dan
tidak berkanopi.
57
KELEMBABA
N NISBI
UDARA (
SUHU TANAH
(
N Titik waktu
o pengamatan
1
10 menit I
10 menit II
10 menit III
10 menit IV
10 menit V
10 menit I
10 menit II
10 menit III
10 menit IV
10 menit V
10 menit I
10 menit II
10 menit III
10 menit IV
Aras/jeluk
pengamata
n
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
0 cm
20 cm
40 cm
0 cm
20 cm
40 cm
0 cm
20 cm
30 cm
0 cm
58
Strata
Kanopi
Tanpa kanopi
34
34
34
33,5
33
34
39
33
33
33,5
33
33
33,5
33,5
32,9
36
36
37
37
37
37
40
37
39
37
36
35
35
36
36
33,4
31
30,7
32,7
31
29,5
31,9
30,5
30,8
31,7
37
36
35,5
36
35
34
35,5
35
34,5
35
34,5
33,5
34,5
34
33
36
34
33
39
38
39
37
36
37
36
36
35
32
36
36
32,4
35,5
38,3
33,4
34,4
34,5
36,1
35,9
34,4
33,4
KECEPATAN
ANGIN (m/s)
INTENSITAS
PENYINARAN
(fc)
10 menit V
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
10 menit I
10 menit II
10 menit III
10 menit IV
10 menit V
10 menit I
10 menit II
10 menit III
10 menit IV
10 menit V
20 cm
40 cm
0 cm
20 cm
40 cm
30,8
30,9
31
29,8
30,9
1,5
1,7
1,1
1,1
0,2
170
190
130
180
150
33,3
34,9
34,3
34,6
34,3
2,3
1
4,8
2,8
1
300
340
320
300
280
B. Pembahasan
Iklim mikro adalah suatu kondisi iklim di sekitar tanaman atau hewan (sebagai
obyek) sampai batas 2 meter di atas dan di bawah obyek yang diamati tersebut, jadi
pada intinya iklim mikro merupakan suatu kondisi iklim yang tercipta atau terbentuk
dari anasir-anasir di sekitar tanaman tersebut yang meliputi suhu tanah, suhu udara,
intensitas cahaya, kelembaban udara, kecepatan angin, ada tidaknya kanopi dan
sebagainya yang apabila salah satu di antaranya berubah akan merubah iklim mikro di
sekitar tanaman atau hewan sebagai obyek pengamatan tersebut.Faktor yang
mempengaruhi iklim mikro adalah bentuk relief tanah, sifat tanah, vegetasi, dan jenis
tanah.
1. Suhu Udara
Suhu udara berperan penting dalam proses biokimia dan biofisika. Suhu
udara berpengaruh terhadap proses metabolism dan perkembangan tanaman, seperti
perkecambahan, pertumbuhan daun, dan inisiasi organ reproduktif.Suhu udara
merupakan suatu angka atau skala yang menunjukkan suhu udara di sekitar tempat
pengamatan. Hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu tempat
adalah intensitas cahaya matahari, angin serta faktor penutup lahan.
Pengamatan suhu udara dilakukan dengan menggunakan termometer biasa
yang dipasang pada berbagai aras dan dua kondisi yaitu lahan berkanopi dan yang
tidak berkanopi. Untuk memudahkan dalam pengamatan, termometer diletakkan
pada statif pada ketinggian-ketinggian tertentu (25cm, 75cm dan 150 cm).
59
kanopi
37
36
36
34 34
35.5
33.5
tanpa kanopi
35
33.5
34.5
33.5
32
30
1
60
menit dengan termometer biasa. Suhu udara pada aras 25 cm menurun secara
bertahap dari waktu ke waktu, hal ini dapat terjadi karena waktu pengamatan
semakin sore sehingga radiasi matahari juga semakin berkurang. Akan tetapi, pada
pengamatan setelah 10 menit ketiga di lingkungan berkanopi, suhu udara
meningkat dari 33,5oC pada menit kedua menjadi 39oC pada menit ketiga. Ada
beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kenaikan suhu yang signifikan
tersebut, seperti berhembusnya udara panas dari tempat yang tak berkanopi pada
saat pengamatan, berpindahnya panas dari tangan praktikan yang menyentuh
termometer pada saat pengamatan, maupun kesalahan dalam membaca skala pada
termometer.
kanopi 35
35 kanopi
tanpa
34 34
33
33
33
34.5
33
34
33.5
32
31
1
61
Grafik tersebut menunjukkan bahwa dari 10 menit pertama ke 10 menit kedua suhu
udara turun, baik pada tempat berkanopi maupun tidak. Kemudian suhu udara tetap
lalu naik dan turun dengan stabil. Akan tetapi pada aras ini, suhu udara di tempat
berkanopi lebih rendah daripada tempat yang tidak berkanopi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya kanopi mempengaruhi suhu udara suatu tempat. Di
lingkungan tanpa kanopi radiasi matahari dapat menyinari udara secara langsung
sedangkan pada lingkungan berkanopi radiasi matahari terhalang oleh tanamantanaman atau pepohonan di atasnya, sehingga suhu udara pada lingkungan
berkanopi lebih rendah. Pengamatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 10
menit dengan termometer biasa. Suhu udara pada aras 75 cm stabil atau menurun
secara bertahap dari waktu ke waktu, hal ini dapat terjadi karena waktu pengamatan
semakin sore sehingga radiasi matahari juga semakin berkurang. Akan tetapi, pada
pengamatan setelah menit kelima pada tempat berkanopi, suhu udara naik dari 33oC
pada 10 menit keempat menjadi 33,5oC pada 10 menit kelima. Ada beberapa faktor
yang mungkin mempengaruhi kenaikan suhu tersebut, seperti berhembusnya udara
panas dari tempat yang tak berkanopi pada saat pengamatan, berpindahnya panas
dari tangan praktikan yang menyentuh termometer pada saat pengamatan, maupun
kesalahan dalam membaca skala pada termometer.
kanopi
34.5
tanpa kanopi
34
33.5
33
33
62
33
32.9
63
Kanopi 25cm
30
25
20
15
10
5
0
1
64
Kanopi 75cm
36
35
34
33
32
1
65
Kanopi 150cm
Tanpa Kanopi 150CM
66
Kanopi 25cm
38
Kanopi 75cm
37
Kanopi 150cm
36
35
34
33
32
1
67
30
25
20
15
10
5
0
1
68
2. Suhu Tanah
20
30
berkanopi
40
50
tanpa kanopi
69
20
30
berkanopi
40
50
tanpa kanopi
70
20
30
berkanopi
40
50
tanpa kanopi
71
20
jeluk 0
30
jeluk 20
40
50
jeluk 40
72
20
30
jeluk 0
jeluk 20
40
50
jeluk 40
Kecepatan Angin
6
5
4.8
4
3
2
kanopi
2.3
1.5
1 1
0
1
2.8
1.1
1.1
tanpa kanopi
2
1.7
1
2
1
0.2
5
73
300
250
200
150
100
50
0
1
74
75
V.
KESIMPULAN
1. Mengukur anasir mikro dapat menggunakan parameter seperti kelembaban nisbi udara,
suhu tanah, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas penyinaran.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi cuaca mikro adalah;
a. Kelembaban nisbi udara dipengaruhi oleh penyinaran matahari yang sampai ke
bumi.
b. Suhu tanah dipengaruhi oleh penyinaran matahari, radiasi matahari, dan
pengawanan.
c. Suhu udara dipengaruhi oleh altitude dan intensitas penyinaran matahari.
d. Kecepatan angin dipengaruhi oleh tekanan udara, topografi, kondisi lingkungan
dan suhu udara.
e. Intensitas penyinaran dipengaruhi oleh pengawanan dan kondisi lingkungan
(berkanopi atau tidak
3. Suhu udara pada lingkungan tanpa kanopi lebih tinggi dibandingkan di lingkungan
berkanopi. Pada lingkungan berkanopi kelembaban nisbi udara lebih tinggi. Suhu tanah
di lingkungan tanpa kanopi lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu tanah di
lingkungan berkanopi. Pada lingkungan berkanopi kecepatan angin lebih tinggi.
intensitas penyinaran tinggi pada lingkungan tanpa kanopi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.G. 2011. Alam Sejitar dan Pembangunan. <http://portal.kukum.edu.my>.
Diakses pada 1 November 2015.
Hanggoro, W. 2011. Pengaruh intensitas radiasi saat gerhana matahari terhadap beberapa
parameter cuaca. Jurnal Meteorologi & Geofisika 2 : 7-9.
Holton, J.R. 2004.An Introduction to Dynamic Meteorology. Md: Elsevier Inc. Burlington.
Indrowuryanto. 1992. Meteorologi dan Klimatologi Pertanian. Faperta UNS Press:
Surakarta.
Irawan, A., & June, T. 2011. Hubungan iklim mikro dan bahan organik tanah dengan emisi
CO2 dari permukaan tanah di hutan alam babahaleka taman nasional lore lindu,
sulawesi tengah. Jurnal Agromet. 25 : 1-8.
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Prawirowardoyo, S. 1996. Meteorologi.Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Shelton, M. L. 2009. Hydroclimatology: Perspectives and Applications. Cambridge
University Press. California.
Sudaryono.2004. Pengaruh naungan terhadap perubahan iklim mikro pada budidaya
tanaman tembakau rakyat. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL_BPPT 5 : 56-62.
Sudyastuti, T., & Setyawan, N. 2007. Sifat thermal tanah pasiran panati dengan pemberian
bahan pengkodisi tanah dan biomikro pada budidaya tanaman cabai (Capsicum
Annuum, L.). Agritech. 27 : 137-146.
Trenberth, K. E. 2002. Evolution of El Nino-Southern Oscillation and global atmospheric
surface temperatures. J. Geophys. Res.107.
Villegasa, J.C., David D.B., Chris B.Z. and Patrick D.R. 2010. Seasonally pulsed
heterogeneity in microclimate: phenology and cover effects along deciduous
grasslandforest continuum. Vadose Zone Journal 9 : 537-547.
77
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA 3
ANALISA DATA KLIMATOLOGI
Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.
(13660)
3. Azhar Ismail
(13743)
4. Azzah Mufidah
(13746)
5. Dian Islamy
(13689)
: B2/3
Assisten
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
78
ACARA 3
ANALISA DATA KLIMATOLOGI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat erat kaitannya
dengan keadaan dan perubahan iklim dan cuaca. Setiap produksi pertanian
membutuhkan iklim serta cuaca yang sesuai. Untuk itu, analisis-analisis dibidang
klimatologi perlu dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan mengolah data-data anasir
iklim yang diperoleh dari stasiun meteorologi. Data-data yang diperoleh dari stasiun
meteorologi biasanya berupa data mentah yang perlu diolah terlebih dahulu menjadi
data matang, kemudian diolah lagi menjadi data siap pakai yang selanjutnya dapat
menyajikan informasi iklim yang akurat dan lengkap.
Hampir semua kegiatan pertanian sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim
dan cuaca, baik itu perencanaan jangka panjang, jangka pendek, maupun sehari-hari
(setiap hari). Informasi mengenai keadaan iklim yang tepat guna sangat dibutuhkan
untuk menunjang program pertanian yang lebih baik. Usaha yang paling bijaksana
adalah dengan menyesuaikan pola pertanian dan jenis tanaman/komoditas pertanian
yang diusahakan melalui pola-pola pada iklim setempat. Penyesuaian tersebut harus
didasarkan pada identifikasi serta pemahaman yang tepat terhadap iklim pada suatu
lahan. Setelah melakukan analisis, diharapkan mampu meningkatkan ketepatan
dalam peramalan yang selanjutnya dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap
dan akurat.
B. Tujuan
1.
79
Pada dasarnya, klimatologi sangat erat kaitanya dengan bidang pertanian. Sektor
yang paling terpengaruh dengan perubahan iklim di antaranya adalah pertanian dan
ekonomi. Sehingga data-data meteorologi perlu untuk dipelajari (El Jabi, 2013). Iklim
suatu tempat atau daerah ditentukan oleh sejumlah unsur iklim seperti suhu, lengas udara,
curah hujan, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, dan sebagainya. Sebenarnya
unsur-unsur iklim tadi tidak lain merupakan hasil dari interaksi antara sejumlah faktor
iklim yaitu penyebab-penyebab untuk menentukan corak iklim, seperti lintang tempat, arah
angin, jauh dekatnya dari pantai, tinggi rendahnya daerah (relief), tipe tanah, rerumputan
atau vegetasi dan sebagainya (Daldjoeni, 2001).
Suatu kemajuan yang terjadi dalam pengkajian respon biologi membantu lebih
banyak terhadap perkembangan dari meteorologi murni. Beberapa penemuan penting dan
ilmiah yang berhubungan dengan tanggapan biologi terutama dalam ilmu tanaman, secara
garis besar sebagai berikut. Tahun 1919 Gardner dan Alland menemukan fotoperiodesitas
yaitu respon tumbuhan terhadap panjang penyinaran. Mereka menanam tembakau
Maryland Mammoth baik pada tempat yang disinari maupun tidak disinari di dalam rumah
kaca. Tanaman-tanaman yang terdapat dalam rumah kaca yang tidak disinari tetap dapat
tumbuh vegetatif sedangkan yang disinari berbunga. Ini menambahkan hal baru dan
kegunaan faktor lingkungan (lama pencahayaan) dalam mempelajari meteorologi pertanian
(Wisnubroto et al., 2000).
Cuaca dan iklim dipandang sebagai salah satu sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan hidup dan kehidupan manusia. Pengaruh cuaca
dan iklim juga sangat nyata dalam kehidupan di bumi ini. Iklim di wilayah Indonesia
sangat ditentukan oleh variasi dari parameter curah hujan. Variasi curah hujan dipengaruhi
oleh mekanisme muson yang terkait dengan angin pasat, mekanisme equatorial dan faktor
lokal. Dengan adanya variasi curah hujan yang notabenanya sebagai penentu iklim, maka
iklim dapat bermacam-macam atau bervariasi. Oleh karena itu, klasifikasi iklim sangat
diperlukan guna mengetahui iklim suatu wilayah (Sudibyakto, 2008).
Berdasarkan kepada metode statistika maka terdapat teknik menganalisis data
untuk sebuah persoalan yang menyangkut dua peubah atau lebih yang ada atau diduga ada
dalam suatu pertautan tertentu yang disebut teknik analisis regresi dan analisis korelasi.
Regresi multipel adalah regresi yang melibatkan sebuah peubah tak bebas dan dua atau
80
lebih peubah bebas. Yang kemudian disusun oleh analisis korelasinya dalam bentuk
korelasi multipel. Regresi merupakan bentuk hubungan antara peubah respon (Y) dan
peubah prediktor (X). Manfaat dari analisa regresi adalah mengetahui peramalan rata-rata
peubah respon berdasarkan peubah prediktor, perkiraan rerata untuk peubah respon untuk
setiap perubahan satuan prediktor termasuk selang taksiran rata-rata dan individual untuk
peubah respon. Selain itu, jika hubungan antar peubah respon dengan peubah prediktor
memang ada maka untuk mengetahui ada atau tidaknya kontribusi peubah prediktor
terhadap peubah respon terdapat pada bagian korelasi (r), harga r berkisar pada nilai -1
hingga 1. Koefisien korelasi negatif memiliki hubungan dengan koefisien arah negatif.
Sedangkan korelasi positif memiliki hubungan dengan koefisien arah positif. Dan jika
korelasi mempunyai nilai nol maka koefisien arah nol atau dapat dikatakan jika antara
peubah respon dan peubah prediktor tidak memiliki hubungan. (Sudjana, 1991).
Suatu analisis terdiri atas analisis regresi, analisis korelasi, dan analisis varian yang
menyangkut gejala-gejala yang dapat diukur secara kardinal. Suatu objek apabila tidak
dapat ditentukan parameternya, maka hal ini terdapat kemungkinan gejala objek penelitian
tidak dapat diukur secara kardinal atau tidak diketahui sifat distribusi dari objek penelitian.
Oleh sebab itu, untuk menganalisis dan menguji gejala-gejala tersebut diperlukan suatu
metode statistik non-parameter statistik (Sungkawa, 2013).
Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis mendapatkan perhatian
karena hal ini dapat mengubah hasil panen tanaman, permintaan evaporasi, dan tipe tanah.
Pada faktanya periode dengan kalkulasinya dibutuhkan untuk mengubah nilai kritik dari
curah hujan dalam suatu periode. Permasalahan yang ada seperti ketidaktepatan dalam
perubahan kalkulasi dengan jangka waktu yang pendek dan curah hujan yang rendah
(Jackson, 1984).
Curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di
mana air tersebut terkonsentrasi. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan
satuan mm/jam. Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan dalam perhitungan
debit banjir rencana berdasar metode Rasional (Budiarto, 2011).
81
III. METODOLOGI
Pada percobaan analisis data meteorologi yang dilaksanakan pada hari
Selasa, 3 November 2015 di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
meliputi data bulanan selama satu tahun dari stasiun meteorologi yang terdiri atas
data curah hujan (CH), kelembaban nisbi (RH), evaporasi (EV), suhu termometer
bola basah (TBB), suhu termometer bola kering (TBK), panjang penyinaran (PP),
dan intensitas penyinaran (IP). Bahan ini digunakan untuk analisis, penyajian, dan
interpretasi data. Sedangkan untuk analisis korelasi dan analisis regresi digunakan
data temperatur (T), kelembaban nisbi (RH), evaporasi (EV), termometer bola basah
(TBB), termometer bola kering (TBK), panjang penyinaran (PP), dan intensitas
penyinaran (IP) bulanan selama satu tahun yang diperoleh dari analisis data.
Dalam menyajikan dan mengintepretasi data meteorologi pertanian
diperlukan pembagian kerja karena data selama 1 tahun cukup banyak, mahasiswa
dibagi menjadi beberapa kelompok menurut stasiun meteorologi sebagai sumber
data. Kemudian setiap data yang telah diperoleh oleh kelompok ditukarkan. Untuk
menghitung banyaknya curah hujan yang pertama kali dilakukan adalah menghitung
jumlah curah hujan perdasarian, tinggi curah hujan bulanan, dan curah hujan
tahunan. Kemudian dihitung jumlah hari hujan selama setahun, dan dibuat histogram
curah hujan per dasarian dan curah hujan bulanan selama 1 tahun, kemudian dibahas
perilaku hujan selama 1 tahun, antara lain pola agihan curah hujan per dasarian dan
bulanan selama 1 tahun, bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering menurut kriteria
Mohr.
Untuk mengolah data suhu udara (TBB dan TBK) dihitung rata-rata suhu
harian, yang mengukurnya digunakan rumus :
T harian = (2 x T 07.00) + T 13.00 + T 18.00)
4
Untuk menghitung suhu bulanan dilakukan dengan rumus :
T bulanan = T harian selama 1 bulan
hari dalam bulan tersebut
82
83
Dan yang terakhir dilakukan adalah dibuat grafik persamaan regresi dari
hubungan antara anasir iklim tersebut serta dibahas mengenai hubungan antara anasir
tersebut dan dibandingkan dengan keeratan masing-masing hubungan.
IV.
84
A. HASIL
1. Data Klimatologi Bulanan 2003
Data Klimatologi Bulanan Tahun 2003
*) Stasiun
*) Kecamatan : Depok
*) Tinggi Tempat
: 137 mdpl
*) Lintang Tempat
: 70 46 LS
*) Kabupaten : Sleman
Tabel 3.1 Data Klimatologi Bulanan 2003 (1)
Suhu (TBK)(C)
BLN
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
November
Desember
Suhu (TBB)(C)
Pk.07
Pk.13
Pk.18
Rata-Rata
Pk.07
Pk.13
Pk.18
Rata-Rata
26.25
24.86
25.13
25.25
25.34
24.01
23.4
27.41
31.16
31.42
31.98
31.69
32.54
31.83
31.81
31.93
25.98
25.79
26.18
26.25
26.72
26.15
26.9
26.31
27.41
26.7325
27.105
27.11
27.485
26.5
26.3775
28.265
25,35
23,87
24,11
24,29
23,95
23,02
22,36
22,45
27,77
27,92
28,04
28,12
28,55
27,86
27,7
27,65
24,42
24,37
24,82
24,94
25,22
24,43
24,84
24,38
25.7225
25.0075
25.27
25.41
25.4175
24.5825
24.315
24.2325
25.71
32.46
27.14
27.755
24,45
28,23
25,15
25.57
25.82
25.7
26.11
31.89
31.09
31.75
26.42
25.9
30.99
27.4875
27.0975
28.74
24,55
24,52
24,67
PP(%
28,19
27,91
28,18
24,86
24,61
25,08
25.5375
25.39
25.65
EV
CH
KA
29.7
24.4
28.8
36.7
44.3
38.5
52.9
59.4
69
58
74.1
63.6
103.6
85.7
109.6
121.2
322.7
413.3
190.9
243
61
75.8
9
54
1.8
2
2.2
1.9
2.3
2
2.7
2.8
48
29.5
14
126.3
79
61.4
8.3
144.7
266
3.2
2.5
2.1
Kelembapan
BLN
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
November
Pk.07
Pk.13
Pk.18
Rata-Rata
92
90.1
89.99
90.69
87.1
90.1
89.67
59.76
72.83
71.96
69.3
71.3
69.05
69.01
67.77
66.46
85.4
86.8
87.4
87.9
86.11
84.4
81.4
82.7
85.5575
84.74
84.17
85.145
82.34
83.4025
82.1275
67.17
88.4
67.05
82.1
81.4875
88.13
89.15
70.5
74.19
85.4
88.1
83.04
85.1475
85
Desember
86.6
71.3
56.45
75.2375
45.1
111.5
236.6
2. Klimatologi Bulanan
Tabel 3.2 Data Klimatologi Bulanan 2003 (2)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
Novembe
r
Desember
T(C)
RH(%)
27.41
PP(%)
EV
CH
KA
85.557
5
29.7
69
322.7
1.8
84.74
84.17
85.145
82.34
83.402
24.4
28.8
36.7
44.3
58
74.1
63.6
103.6
413.3
190.9
243
61
2
2.2
1.9
2.3
5
82.127
38.5
85.7
75.8
5
67.17
81.487
52.9
59.4
109.6
121.2
9
54
2.7
2.8
48
126.3
8.3
3.2
5
27.097
83.03
85.147
29.5
79
144.7
2.5
5
75.237
14
61.4
266
2.1
45.1
111.5
236.6
2.6
26.732
5
27.105
27.11
27.485
26.5
26.377
5
28.265
27.755
27.487
28.74
86
2.6
Variabe
26.6351
0.01870
PP vs T
PP vs
6
92.6197
8
-
RH
PP vs
2
25.3479
0.29223
1.68141
EV
T vs
18.0289
EV
T vs
404.306
228.293
5
-
1 5x
- Y=228,2934+-
RH
RH vs
4
353.570
5.36469
-
0.69269 5,36469x
- Y=353,5708+-
3.24622
0.70218 3,24622x
Y=-
EV
RH vs
CH
9.35108
P.R
0.35341 Y=26,635+0,0187
2 x
- Y=92,6190.71279 0,29223x
0.88713 Y=25,3456+1,681
1 4
Y=0.50354 404,306+18,0289
594,55+9,351083
-594.55
KA vs
50.9496
EV
KA vs
30.7237
98.9780
4
-
4 4x
- Y=98,97808-
RH
KA vs
8
672.942
7.40861
-
0.58847 7,40861x
- Y=672,9429-
215.303
0.69527 215,303x
CH
0.38017 x
Y=0.87538 30,7237+50,9496
B. PEMBAHASAN
Stasiun meteorologi pertanian akan menghasilkan serempak data meteorologi
dan data biologis yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dengan
87
pertumbuhan tanaman dan hewan. Informasi meteorologi yang secara rutin diamati
antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu, dan kelengasan
tanah pada bagian kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan
radiasi matahari. Demikian pula turbulensi dan pencampuran udara lapisan udara yang
paling bawah. Lokasi stasiun ini harus dapat melewati keadaan pertanian dan keadaan
alami daerah tempat stasiun itu berada
Analisis merupakan suatu rangkaian proses yang bertujuan untuk mengolah
suatu data mentah menjadi informasi yang siap digunakan dalam berbagai keperluan.
Dalam kaitannya dengan klimatologi, analisis data klimatologi bertujuan untuk
mengubah data mentah yang diperoleh dari pengukuran anasir-anasir cuaca menjadi
data matang atau data siap pakai sehingga dapat digunakan dalam keperluan yang lebih
luas. Analisis data klimatologi diwujudkan dengan tabel dasarian atau bulanan yang
selanjutnya digunakan dalam memperkirakan fenomena cuaca di waktu yang akan
datang. Analisis ini juga dilakukan dengan maksud mencari tahu apakah anasir cuaca
yang satu mempengaruhi anasir cuaca yang lainnya. Fungsi data matang atau siap pakai
sendiri dalam konteks pertanian adalah untuk perkiraan musim tanam, penentuan pola
tanam, pengelolaan lahan dan berbagai aspek lainnya.
Dari berbagai anasir cuaca yang paling pokok dilakukan adalah analisis suhu
udara, RH (Relative Humidity)/ kelembaban udara, intensitas penyinaran, curah hujan,
evaporasi, dan kecepatan angin yang pada acara ini dilakukan analisis datanya. Data
yang dilakukan analisis adalah data pengamatan cuaca tahun 2003. Kemudian
selanjutnya dapat diketahui hubungan antar anasir cuaca seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
88
a. Suhu Udara
TBK 1 TAHUN
89
Pada tahun ini diketahui rata-rata suhunya berkisar antara 26,4-29C dengan suhu
terendah terjadi pada bulan Juli dan suhu tertinggi terjadi pada bulan Desember.
Dari data diatas juga diketahui bahwa rata-rata suhu pada musim hujan yang terjadi
sekitar bulan Oktober-Maret memiliki suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan
pada musim kemarau yang terjadi sekitar bulan April-September. Hal ini terjadi
karena wilayah Indonesia sebagian besar merupakan wilayah lautan, Permukaan
air yang luas akan berperan penting dalam memperkecil fluktuasi suhu, karena
sebagian besar radiasi matahari terpakai untuk penguapan air (evaporasi). Di
selatan ekuator, temperatur siang hari tertinggi tercatat dari bulan September hingga
bulan November, dengan puncak pada bulan April-Mei. Dalam bulan Juli dan Juni,
temperatur maksimum bulanan rerata relatif rendah di selatan ekuator, terutama
oleh adanya arus tenggara yang dingin. Akan tetapi pada bulan Januari dan
Februari, temperatur malam hari relatif rendah karena jumlah awan yang cukup
banyak. Hal ini juga karena pada musim hujan, wilayah Indonesia tertutup awan
lebih tebal sehingga radiasi matahari yang dipantulkan bumi akan dipantulkan
kembali ke bumi oleh awan sehingga akumulasi radiasi ini akan membuat suhu
menjadi lebih tinggi dibandingkan suhu pada musim kemarau dimana angin yang
bertiup di wilayah Indonesia menjadikan sedikitnya awan. Dengan demikian,
radiasi sinar matahari yang jatuh ke bumi dan dipantulkan kembali akan terus
keluar atmosfer karena tidak ada awan yang menghalanginya.
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekulmolekul.Suhu atau temperatur udara merupakan kondisi yang dirasakan di
permukaan bumi sebagai panas, sejuk atau dingin. Sebagaimana yang
telahdiketahui bahwa permukaan bumi menerima panas dari penyinaran matahari
berupa radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang
dipancarkan ini tidak seluruhnya sampai ke permukaan bumi. Hal ini dikarenakan
pada saat memasuki atmosfer, berkas sinar matahari tersebut mengalami
pemantulan (reeksi), pembauran (scattering), dan penyerapan (absorpsi) oleh
material-material di atmosfer. Suhu udara diukur dengan termometer yang tercatat
dalam termogram. Matahari sebagai sumber energi memancarkan sinar, diterima
oleh atmosfer setiap cm2 sebesar 1,94 kalori per menit (Wisnubroto, 1981).
90
b. Kelembaban
RH 1 TAHUN
91
92
93
d. Evaporasi
EV 1 TAHUN
94
95
kemarau, hal ini tentu saja mempengaruhi banyaknya curah hujan tiap bulannya.
Musim hujan terjadi antara bulan November hingga bulan Maret, sedangkan
musim kemarau terjadi pada bulan April hingga bulan Oktober yang
menyebabkan curah hujan relatif sangat rendah. Grafik curah hujan tersebut
menunjukkan pola hujan yang rendah pada bulan Mei sampai September dan
meninggi pada Oktober hingga April. Curah hujan di wilayah Indonesia berbedabeda di berbagai tempat. Secara umum, rata-rata curah hujan kawasan Indonesia
bagian barat lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah dan timur. Oleh
karena posisi lintang Indonesia terletak di sekitar ekuator, pola curah hujan di atas
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh pergeseran Daerah Konvergensi Antar Tropik
(DKAT). Pulau Jawa dilalui oleh garis DKAT sekitar Januari dan Februari. Pada
bulan-bulan inilah curah hujan di wilayah tersebut mencapai titik tertinggi.
Secara umum DIY termasuk wilayah yang beriklim tropis, sehingga
memiliki dua musim penghujan dan kemarau. Intensitas hujanselama tahun 2012
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Rata-rata curah hujan
perbulan di tahun 2012 tercatat sebesar 122 mm dengan rata-rata hari hujan per
bulan sebanyak 9 hari,sementara di tahun 2011 curah hujan per bulan mencapai
254 mm dengan hari hujan 14 hari. Curahhujan tertinggi di tahun 2012 terjadi
pada Bulan Desember dengan intensitas sebesar 409 mm selama 28 hari,
sementara pada tahun 2011 terjadi pada Bulan Februari dengan curah hujan
sebesar 404 mm (Badan Pusat Statistik Yogyakarta, 2013). Dengan demikian, dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa curah hujan tertinggi di Yogyakarta terjadi
pada bulan Februari, sehingga data pengamatan sesuai sumber.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keteraturan curah hujan yaitu
faktor garis lintang, menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan, semakin
rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang diterima karena di
daerah lintang rendah suhunya lebih besar daripada suhu di daerah lintang tinggi,
suhu yang tinggi inilah yang kemudian menyebabkan penguapan juga tinggi,
penguapan inilah yang kemudian akan menjadi hujan dengan melalui kondensasi
terlebih dahulu. Faktor ketinggian tempat, semakin rendah ketinggian tempat
potensi curah hujan yang diterima akan lebih banyak karena pada umumnya
semakin rendah suatu daerah suhunya akan semakin tinggi. Jarak dari sumber air
96
(penguapan), semakin dekat potensi hujannya semakin tinggi. Arah angin, angin
yang melewati sumber penguapan akan membawa uap air, semakin jauh daerah
dari sumber air maka potensi terjadinya hujan semakin sedikit. Hubungan dengan
deretan pegunungan, banyaknya turun hujan di daerah pegunungan disebabkan
oleh uap air yang dibawa angin menabraj deretan pegunungan, sehingga uap
trsebut dibawa ke atas sampai ketinggian tertentu akan mengalam kondensasi,
ketika uap ini jenuh, dia akan jatu di atas pengunungan sedangkan dibalik
pegunungan yang menjadi arah dari angin teadi tidak terjadi hujan. Faktor
perbedaan suhu tanah (daratan) dan lautan, semakin tinggi perbedaan suhu antara
keduanya potensi penguapannya juga akan semakin tinggi. Faktor luas daratan,
semakin luas daratan potensi terjadinya hujan akan semakin kecil, karena
perjalanan uap air juga akan panjang.
f. Kecepatan Angin
KA 1 TAHUN
97
bumi akan menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam serta perubahan
pasang surut air laut. Semakin cepat arah angin yang bergerak menuju utara atau
arah selatan khatulistiwa akan sangat mempengaruhi kecepatan angin di setiap
bulan pada daerah pengamatan.
Perpindahan udara dari wilayah yang bertejanan tinggi ke tempat yang
bertekanan rendah itulah yang disebut angin. Angin memiliki hubungan yang
sangat erat dengan sinar matahari karna daerah yang terkena banyak paparan sinar
matahari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih
rendah sehingga menyebabkan aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke
tempat lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi angin yaitu keadaan topografi,
daratan atau lautan, dan adanya pepohonan. Ketiga hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap kerja laju angin. Keadaan topografi sangat berpengaruh,
karena jika angin menerpa pada topografi berupa gunung ia akan cenderung naik,
berbeda jika ia menerpa pada topografi yang berupa dataran, ia akan cenderung
lurus-lurus saja. Kedua, saat angin bergerak di atas daratan dan lautan juga sangat
berbeda. Walau bagaimanapun angin yang bergerak di dratan akan cenderung
mengikuti keadaan permukaan dratan, berbeda jika angin yang berhembus di atas
lauatan maka ia akan mempengaruhi bentuk muka air laut, bahkan pergerakan
arus di atas laut. Sehingga ia lebih bebas bergerak di atas lautan daripada di
daratan. Ketiga, adanya pepohonan sangat berpengaruh jika pohon tersebut cukup
tinggi dan mengganggu laju angin
98
g. PP vs T
PP vs T
29
28
PP (%)
27
PP vs T
Linear (PP vs T)
26
25
10
20
30
40
50
60
70
T (C)
99
h. PP vs RH
PP vs RH
100
80
60
PP (%)
PP vs RH
Linear (PP vs RH)
40
20
0
10
20
30
40
50
60
70
RH (%)
100
PP vs EV
140
120
100
PP (%)
80
PP vs EV
60
40
20
0
10
20
30
40
50
60
70
EV (mm)
101
V.
KESIMPULAN
Parameter yang diukur dan diolah datanya pada percobaan yang dilakukan adalah suhu
udara, kelembaban udara, panjang penyinaran, evaporasi, curah hujan, dan kecepatan
angin. Adapun hubungan antar peubah yang diamati adalah sebagai berikut :
a. Nilai korelasi yang paling mendekati -1 adalah nilai korelasi antara PP (Panjang
Penyinaran) dengan RH (kelembaban nisbi udara) yang keduanya berbanding
terbalik.
b. Nilai korelasi yang paling mendekati 0 adalah nilai korelasi antara PP (Panjang
penyinaran) dengan T (Temperatur) yang hubungan antara satu dengan yang lain
tidak ada.
c. Nilai korelasi yang paling mendekati +1 adalah nilai korelasi antara PP (Panjang
Penyinaran) dengan EV (Evaporasi) yang keduanya berbanding lurus.
d. Analisis korelasi berdasarkan erat tidaknya hubungan
PP vs T
PP vs RH
PP vs EV
T vs EV
T vs RH
RH vs EV
RH vs CH
KA vs EV
KA vs RH
KA vs CH
e. Manfaat analisis data meteorologi adalah dapat melatih kita untuk mengolah dan
menganalisis data meteorologi pertanian serta menyajikan dalam bentuk siap pakai
dan juga dapat mengetahui hubungan timbale balik diantara anasir-anasir iklim.
102
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto.
2011.
Pengertian
iklim
dan
perubahan
iklim.
<http://iklim.dirgantaralapan.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=79>. Diakses pada 8 November 2015
Daljoeni, N. 2001. Pokok-pokok Meteorologi. Alumni, Bandung.
El-Jabi, N. 2013. Regional climate index for floods and droughts using Canadian climate
model (CGCM3.1). American Journal of Climate Change, 2:106-115
Hermantoro. 2009. Pemodelan dan simulasi produktivitas perkebunan kelapa sawit
berdasarkan kualitas lahan dan iklim menggunakanjaringan syaraf tiruan. Jurnal
Agrometeorologi 23:4551.
Jackson, I. J. 1984. Climate, Water, and Agriculture. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Sudibyakto. 2008. Pengaruh iklim dan cuaca terhadap tanaman. Majalah Geografi
Indonesia III. (17) : 71-80.
Sudjana. 1991. Teknis Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsito, Bandung
Sukma, P. Donaldi. 2012. Analisis data meteorologi dari pemantau cuaca otomatis. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika volume 12 (2):151-162.
Suryadi, L. Setyobudi dan R. Soelistyono. 2013. Kajian intersepsi cahaya matahari pada
kacang tanah (Arachis hypogaea L.) diantara tanaman melinjo menggunakan jarak
tanam berbeda. Jurnal Produksi Tanaman 1:4250.
Villegas, J. C., D. D. Breshears, C. B. Zou, and D. J. Law. Ecohydrological controls of soil
evaporation in deciduous
and vegetation mosaic cover interact with phenology and season. Journal of Arid
Environments 74: 595602.
103
Wentz, F. J. and L. Ricciardulli. 2011. Comment on global trends in wind speed and wave
height. Science 334: 905905.
Wisnubroto, S. 1981. Modifikasi Unsur Iklim untuk Mendekati Persyaratan Optimal Bagi
Tanaman. Fakultas Pertanian UGM: Yogyakarta.
Wisnubroto, S, L. Aminah dan Mulyono.N. 2000. Asas-asas Meteorologi. Ghalia
Indonesia, Jakart
104
LAMPIRAN
Kelembaban Udara
y1
= 72,1
y2
3,393,2
3,43,2
Januari
y74
7374
Pukul 07.00
t- t1 = 26,25-25,35 = 0,9
t- t1
0,8
1,0
25
93
91
y93
9193
= 0,2y-14,8
0,2y
= 14,61
y2
= 73,05
0,2y
= 18,4
y1
= 92
0,77
1
Pukul 13.00
1
t- t = 31,16-27,77 = 3,39
27
74
72
28
72
73
0,2y
= 14,8
0,73
= y-72,1
y3
= 72,83
t- t1
1,4
1,6
24
87
85
0,16
0,2
105
25
87
85
y1
1,561,4
1,61,4
y 74
2
= 0,2y-14,8
y 72,1
0,95
t- t1 = 25,98-24,42 = 1,56
y 74
7274
-0,38
y 72,1
730,572,1
Pukul 18.00
y1
3,,393,2
3,43,2
y3
27,7727
2827
= 0,2y-18,6
0,19
0,2
-0,19
y 93
2
-0,2
t- t1
3,2
3,4
y 74
1
y1
0,90,8
1,00,8
0,1
0,2
0,19
0,2
26
93
91
y87
8587
y 87
2
-0,32
= 0,2y-17,4
0,2y
= 17,08
y1
= 85,4
106
0,1
0,2
KELEMBABAN RATA-RATA
= 0,2y-14,4
= 14,3
y1
= 85,557
y2
3,53,4
3,63,4
Pukul 07.00
0,1
0,2
t- t = 24,86-23,87 = 0,99
t- t1
0,8
1,0
23
92
90
24
92
90
y1
0,990,8
1,00,8
y92
9092
0,2y
= 18,02
y1
= 90,1
3,53,4
3,63,4
0,2y
= 14,4
y2
= 72
y3
y 71,5
7271,5
y 71,5
0,5
0,46
= y-71,5
y3
= 71,96
Pukul 18.00
28
73
71
t- t1 = 25,79-24,37 = 1,42
t- t1
1,4
1,6
y1
=
= 0,2y-14,6
0,92
1
t- t1 = 31,42-27,92 = 3,5
y 34
2
Pukul 13.00
27
72
71
27,9227
2827
= 0,2y-18,4
y 73
7173
-0,2
y 92
2
-0,38
t- t1
3,4
3,6
= 71,5
Februari
0,19
0,2
y 72
1
y 72
7172
24
87
85
1,421,4
1,61,4
107
25
87
85
y1
=
y87
8587
0,02
0,2
y 87
2
-0,04
= 0,2y-17,4
0,2y
= 17,36
y1
= 86,8
108
0,14
0,2
KELEMBABAN RATA-RATA
= 0,2y-14
= 13,86
y1
2 x (90,1)+ 71,96+86,8
4
y 70
1
= 69,3
= 84,74
Pukul 18.00
t- t1 = 26,18-24,82 = 1,36
Maret
t- t1
1,2
1,4
Pukul 07.00
t- t1 = 25,13-24,11 = 1,02
t- t1
1,0
1,2
24
90
89
25
90
89
y1
1,361,2
1,41,2
y90
8990
0,16
0,2
y 90
1
-0,02
= 0,2y-18
0,2y
= 17,98
y1
= 89,99
y89
8789
3,943,8
4,03,8
y 89
2
0,32
= 0,2y-17,8
0,2y
= 17,48
y1
= 87,4
t- t1 = 31,98-28,04 = 3,94
28
70
69
KELEMBABAN RATA-RATA
Pukul 13.00
t- t1
3,8
4,0
25
89
87
y1
1,021,0
1,21,0
0,02
0,2
24
89
87
29
70
69
y1
=
2 x (89,99)+69,3+87,4
4
y70
6970
April
109
= 84,17
Pukul 07.00
Pukul 13.00
t- t1 = 25,25-24,29 = 0,96
t- t1 = 31,69-28,12 = 3,57
t- t1
0,8
1,0
24
92
90
28
73
71
y1
0,960,8
1,00,8
0,16
0,2
t- t1
3,4
3,6
25
93
91
y92
9092
y1
3,573,4
3,63,4
y 92
2
29
73
71
0,17
0,2
y 73
7173
y 73
2
-0,32
= 0,2y-18,4
-0,34
= 0,2y-14,6
0,2y
= 18,08
0,2y
= 14,26
y1
= 90,4
y1
= 71,3
y2
0,960,8
1,00,8
0,16
0,2
Pukul 18.00
=
y 93
7193
t- t1
1,2
1,4
y 93
2
-0,32
= 0,2y-18,6
0,2y
= 18,28
y2
t- t1 = 26,25-24,94 = 1,31
0,11
0,2
y89
8789
y 89
2
y3
24,2924
2524
029
1
25
89
87
y1
1,311,2
1,41,2
= 91,4
24
89
87
y90,4
91,490,4
-0,22
= 0,2y-17,8
0,2y
= 17,58
y1
= 87,9
y 90,4
1
KELEMBABAN RATA-RATA
0,29
= y-90,4
y3
= 90,69
110
0,19
0,2
2 x (90,69)+71,3+87,9
4
= 85,145
Kelembaban Udara
{2(Tpk .07 .00)}+Tpk .13 .00+Tpk .18 .00
4
y 70
1
-0,19
= 0,2y-14
0,2y
= 13,81
y1
= 69,05
Pukul 18.00
t- t1 = 26,72-25,22 = 1,50
Mei
t- t1
1,4
1,6
Pukul 07.00
t- t1 =25,34-23,95=1,39
t- t1
1,2
1,4
23
89
87
24
89
87
y1
1,501,4
1,61,4
y89
8789
0,1
0,2
y 89
2
-0,38
= 0,2y-17,8
0,2y
= 17,42
y1
= 87,1
y87
8587
3,993,8
4,03,8
28
70
69
y1
=
= 0,2y-17,4
0,2y
= 17,2
y1
= 86
0,1
0,2
t- t = 32,54-28,55=3,99
-0,2
y2
1,501,4
1,61,4
27
70
69
y 87
2
Pukul 13.00
t- t1
3,8
4,0
25
87
86
y1
1,391,2
1,41,2
0,19
0,2
24
87
85
y70
6970
=
y 87
1
-0,1
= 0,2y-17,4
0,2y
= 17,3
y2
= 86,5
y3
25,2225
2625
111
y87
8687
y86
86,586
y 86
0,5
1 =
4,0
68
0,11
= y-86
y3
= 86,11
69
y1
3,973,8
4,03,8
0,17
0,2
KELEMBABAN RATA-RATA
= 0,2y-13,8
0,2y
= 13,63
y1
= 68,15
= 82.34
y2
3,973,8
4,03,8
Juni
0,17
0,2
Pukul 07.00
y69
6869
y 69
1
2 x (87,1)+ 69,05+86,11
4
y70
6970
y 70
1
t- t1 = 24,01-23,02=0,99
t- t1
0,8
1,0
23
92
90
y1
0,990,8
1,00,8
0,19
0,2
24
92
90
y92
9092
-0,17
= 0,2y-14
0,2y
= 13,83
y2
= 69,15
y3
27,8627
2827
y 92
2
0,86
1
y68,15
69,1568,15
y 68,15
1
-0,38
= 0,2y-18,4
0,2y
= 18,02
0,68
= y-68,15
y1
= 90,1
y3
= 69,01
Pukul 13.00
t- t1 = 31,83-27,86 = 3,97
t- t1
3,8
27
64
Pukul 18.00
28
70
t- t1 =26,15-24,43=1,72
112
t- t1
1,6
1,8
24
85
84
25
85
84
y1
1,721,6
1,81,6
0,12
0,2
-0,08
= 0,2y-18
0,2y
= 17,92
y1
= 89,6
y85
8485
y2
1,041,0
1,21,0
y 85
1
0,04
0,2
y90
8990
y 90
1
-0,12
= 0,2y-17
0,2y
= 16,88
-0,04
= 0,2y-18
y1
= 84,4
0,2y
= 17,96
y2
= 89,8
KELEMBABAN RATA-RATA
22,3622
2322
0,36
1
= 83,40
y3
y89,6
89,889,6
y 89,6
0,2
0,072
= y-89,6
y3
= 89,67
Juli
Pukul 07.00
Pukul 13.00
t- t1 = 23,4-22,36=1,04
t- t1 =31,81-27,7=4,11
t- t1
1,0
1,2
24
90
88
27
68
67
y1
1,041,0
1,21,0
0,04
0,2
t- t1
4,0
4,2
25
90
89
y90
8890
y 90
2
y1
4,,114
4,24
011
0,2
y 68
1
-0,11
113
28
69
67
y68
6768
= 0,2y-13,6
0,2y
= 13,49
0,2y
=16,32
y1
= 6,45
y1
= 81,6
y2
4,114,0
4,24,0
y69
6769
KELEMBABAN RATA-RATA
0,11
0,2
y 69
2
-0,22
= 0,2y-13,8
0,2y
= 13,58
y2
= 67,9
y3
27,6327
2827
0,63
1
2 x (89,67)+67,77+81,6
4
y67,8
68,667,8
Agustus
Pukul 07.00
TBK TBB = t t
y 67,8
0,8
27,41-22,45=4,96
t- t1
4,8
5,0
0,504
= y-67,8
= 0,504 + 67,8
y3
= 68,3
0,16
0,2
t- t1 = 26,9-24,86 = 2,04
25
82
80
0,04
0,2
0,08
26
82
80
y1
y61
5961
y 61
2
y1
2,042,0
2,22,0
24
61
60
4,964,8
5,04,96
Pukul 18.00
t- t1
2,0
2,2
23
61
59
y82
8082
0,2y
= 11,88
y1
= 59,4
y2
4,964,8
5,04,8
y 82
2
0,16
0,2
=0,2y-16,4
114
y61
6061
y 61
1
= 82,17
-0,16
=0,2 y 12,2
0,16
= 0,2y-13,4
0,2y
= 12,04
0,2y
= 13,24
y2
= 60,2
= 66,2
y3
22,4522
2322
0,45
1
y 59.4
60,259,4
y3
27,6527
2827
y 59,4
0,8
0,65
1
y66.2
66,666,2
y 66,2
0,4
0,36
= y-59,4
0,26
= y-66,2
= 59,76
= 66,46
Pukul 18.00
TBK TBB = t t
Pukul 13.00
TBK TBB = t t\31,93-27,65=4,28
t- t1
4,2
4,2
23
67
65
24
67
66
y1
4,284,2
4,44,2
0,08
0,2
y67
6567
y67
6567
0,16
= 0,2y-13,4
0,2y
= 13,24
= 66,2
y2
4,284,2
4,44,2
0,08
0,2
y67
6567
y67
6567
115
t- t1
2,0
2,2
24
82
80
25
82
80
y1
2,062
2,22,0
0,06
0,2
y 80
2
y82
8082
0,012 = 0,02y-16,4
0,2y
= 16,388
= 81,94
KELEMBABAN RATA-RATA
2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00
4
2 x ( 59,76 )+ 66,46+81,94
=63,98
4
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA IV
MENENTUKAN IKLIM SUATU TEMPAT
116
Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.
(13660)
3. Azhar Ismail
(13743)
4. Azzah Mufidah
(13746)
5. Dian Islamy
(13689)
: B2/3
Assisten
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
ACARA 4
MENENTUKAN IKLIM SUATU TEMPAT
I.
PENDAHULUAN
117
A. Latar Belakang
Kondisi cuaca pada suatu tempat dapat berubah-ubah setiap harinya. Gabungan
dari berbagai kondisi cuaca sehari-hari yang berubah-ubah tersebut disebut sebagai
iklim. Iklim pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain dan hampir tidak
mungkin suatu tempat memiliki iklim yang identik atau persis dengan tempat laim,
karena iklim tersusun oleh berbagai unsur yang variasinya besar.
Karena berbagai perbedaan dan persamaan unsur-unsur iklim pada setiap daerah,
iklim dikelompokkan dalam grup, kelas, maupun tipe untuk memudahkan manusia
dalam mempelajarinya. Pengelompokkan tersebut didasarkan pada persamaan sifat
yang besar (global) kemudian diikuti sifat yang kecil (detail) dalam sub bagiannya.
Semakin spesifik sifat yang diperhatikan, maka semakin baik klasifikasi tersebut.
Dalam bidang pertanian, klasifikasi iklim sangat penting untuk dipelajari karena
berkaitan erat dengan keberlangsungan hidup dan produktifitas tanaman budidaya.
B. Tujuan
1. Melatih mahasiswa menyatukan berbagai anasir iklim guna menentukan tipe iklim.
2. Melatih mahasiswa mengetahui hubungan tipe iklim dengan keadaan tanaman
setempat
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Unsur iklim yang sering dipakai yaitu curah hujan, cahaya, dan angin. Cahaya tidak
digunakan sebagai klasifikasi iklim walau cahaya yang diterima akan berbeda intensitas
118
dan lama penyinarannya sesuai posisi lintang bumi karena pembagian zona iklim
berdasarkan cahaya matahari ini akan sama dengan pembagian bumi berdasar garis lintang
yang ada. Berdasar klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar
tergolong dalam zona iklim tropika basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan atau
tropika monsoon. Klasifikasi iklim pertama kali
diusulkan oleh E.C. Mohr. Klasifikasi iklim Mohr didasarkan atas jumlah bulan basah dan
bulan kering dalam setahun. Bulan basah dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan
dengan total hujan kumulatif >100 mm, sedangkan bulan kering total curah hujan
kumulatifnya < 60 mm, dan bulan lembab total curah hujan kumulatifnya antara 60 hingga
100 mm. Klasifikasi lainnya untuk wilayah Indonesia diusulkan oleh F.H. Schmidt dan
J.H.A. Fergusson yang klasifikasinya didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan kering
dengan jumlah bulan basah dalam setahun. Nisbah ini diberi simbol Q, berdasar nilai Q ini
wilayah Indonesia dibagi menjadi 8 zona iklim. Klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia
seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utamanya.
Hal ini dilakukan karena variasi curah hujan untuk wilayah Indonesia sangat nyata, sedang
unsur iklim lain tidak berfluktuasi secara nyata sepanjang tahun. Oldeman menyusun
klasifikasi iklim Indonesia berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara
berturut-turut. Beda dengan klasifikasi Mohr, dalam klasifikasi Oldeman bulan basah
adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif > 200 mm, bulan kering adalah bulan
dengan total curah hujan < 100 mm, bulan lembab dengan total curah hujan kumulatif
antara 100 hingga 200 mm (Benyamin, 2002).
Aktivitas matahari dapat mempengaruhi parameter iklim jangka panjang. Radiasi
ultraviolet, radiasi tampak dan radiasi panas adalah faktor utama yang mempengaruhi
parameter iklim bumi. Radiasi- radiasi ini bervariasi mengikuti variasi aktivitas matahari
dengan periode sekitar 11 tahun. Aktivitas matahari menyebabkan perubahan- perubahan
besar dari plasma dan populasi partikel-partikel energetik, dan perubahan-perubahan ini
berakibat pada antariksa yang mempengaruhi bumi dan lingkungannya. Cuaca antariksa
dapat berdampak pada atmosfer atas dan dapat mempengaruhi variasi iklim jangka
panjang. Keluaran energi matahari diketahui berubah mengikuti variasi siklus aktivitas
matahari dengan periode utama sekitar 11 tahun dan periode yang lebih panjang
(Sinambela dkk, 2008).
119
120
III.
METODOLOGI
Rerata BK
Rerata BB
Ditentukan tipe iklim daerah setempat menurut penggolongan iklim Sistem Schmidt
dan Fergusson. Sistem klasifikasi Oldeman ditentukan dengan cara membuat tabel dengan
kolom-kolom seperti tabel sistem klasifikasi Mohr. Semua data dimasukkan ke dalam
tabel, ditentukan DKB tiap data menurut kriteria Mohr. Jumlah rerata BK, BL, dan BB
dhitung ke dalam bentuk angka bulat. Berdasarkan pembulatan tersebut, ditentukan tipe
iklim daerah setempat dengan menggunakan sistem klasifikasi Agroklimat. Sistem
Klasifikasi yang digunakan oleh Koppen adalah rerata suhu dan curah hujan bulanan atau
tahunan. Cara penentuan untuk setiap daerah menggunakan analisis tabel dengan metode
determinasi, seperti yang akan dipelajari lebih lanjut.
121
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Nama Stasiun
: SIMPANG TIGA PEKANBARU
Letak Lintang
: 028 LS
Tinggi Tempat
: 31 mdpl
*) MOHR (1933)
Tabel 4.1. Data CH Mohr (mm) Simpang Tiga Pekanbaru
= 12
=0
=0
Oleh karena itu untuk stasiun simpang tiga Pekanbaru termasuk dalam Gol I, yaitu
daerah basah dengan CH melebihi penguapan selama 12 bulan, hampir tanpa periode
kering.
122
Jan
Feb
Mar
Apri
l
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
BB
BL
BK
1980
21.3
(BK)
21.9
(BK)
22.1
(BK)
22.7
(BK)
22.5
(BK)
21.9
(BK)
0
(BK)
21.3
(BK)
20.8
(BK)
20.8
(BK)
20.8
(BK)
21
(BK)
12
1981
164
(BB)
327
(BB)
124
(BB)
392
(BB)
0
(BK)
128
(BB)
113
(BB)
141
(BB)
279
(BB)
195
(BB)
195
(BB)
0
(BK)
10
1982
58
(BK)
332
(BB)
267
(BB)
347
(BB)
381
(BB)
194
(BB)
61
(BL)
131
(BB)
0
(BK)
0
(BK)
0
(BK)
0
(BK)
1983
0
(BK)
0
(BK)
137
(BB)
266
(BB)
0
(BK)
153
(BB)
228
(BB)
88
(BL)
126
(BB)
195
(BB)
199
(BB)
245
(BB)
1984
183
(BB)
395
(BB)
338
(BB)
194
(BB)
323
(BB)
96
(BL)
248
(BB)
129
(BB)
232
(BB)
202
(BB)
181
(BB)
274
(BB)
11
1985
130
(BB)
160
(BB)
342
(BB)
274
(BB)
154
(BB)
0
(BK)
137
(BB)
34
(BK)
0
(BK)
432
(BB)
312
(BB)
235
(BB)
1986
195
(BB)
70
(BL)
241
(BB)
257
(BB)
111
(BB)
94
(BL)
133
(BB)
81
(BL)
246
(BB)
333
(BB)
456
(BB)
464
(BB)
1987
73
(BL)
41
(BK)
283
(BB)
346
(BB)
114
(BB)
99
(BL)
119
(BB)
195
(BB)
308
(BB)
332
(BB)
215
(BB)
227
(BB)
1988
0
(BK)
127
(BB)
185
(BB)
243
(BB)
230
(BB)
113
(BB)
41
(BK)
153
(BB)
152
(BB)
181
(BB)
332
(BB)
255
(BB)
10
1989
389
(BB)
221
(BB)
180
(BB)
266
(BB)
317
(BB)
304
(BB)
75
(BL)
393
(BB)
211
(BB)
205
(BB)
232
(BB)
228
(BB)
11
Total
83
28
Rerata
8,3
0,9
2,8
Rerata BK 2,8
=
=0,33735
Rerata BB 8,3
Termasuk dalam golongan C, yaitu daerah agak basah yang cocok untuk vegetasi hujan
rimba.
*) OLDEMAN (1975)
123
=4
=8
=0
124
125
Nama Stasiun
Letak Lintang
Tinggi Tempat
: BANJARMASIN
: 3 LS
: 20 mdpl
*) MOHR (1933)
Tabel 4.4. Data CH Mohr (mm) Banjarmasin
=9
=3
=0
Oleh karena itu untuk stasiun Banjarmasin termasuk dalam Gol I, yaitu daerah basah
dengan CH melebihi penguapan selama 12 bulan, hampir tanpa periode kering.
126
Rerata BK 2,5
=
=0,29762
Rerata BB 8,4
Termasuk dalam golongan B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis.
127
*) OLDEMAN (1975)
Tabel 4.6. Data CH Oldeman (mm) Banjarmasin
=7
=3
=2
*) KOPPEN
Rerata CH bulan terkecil adalah terjadi pada bulan Agustus dengan besar 61,6 mm.
Karena rerata CH bulan terkering sebesar 61,6 mm (>60mm), maka data CH stasiun
Banjarmasin termasuk tipe iklim Tropika basah (Af).
B. Pembahasan
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca harian suatu wilayah. Dalam mempelajari
iklim, berbagai jenis iklim diklasifikasikan menjadi beberapa golongan. Klasifikasi
tersebut
bertujuan
agar
mempermudah
dalam
mempelajari,
mengenali
dan
penggunaannya. Secara umum, sistem klasifikasi iklim dibedakan menjadi dua, yakni
klasifikasi secara genetis dan secara empiris. Dalam menentukan iklim disuatu tempat
dapat didasarkan pada beberapa klasifikasi iklim. Klasifikasi iklim yang dapat
digunakan di Indonesia yaitu: klasifikasi iklim menurut Mohr (1933), Schmidt dan
Fergusson (1951) dan menurut Oldeman (1975). Klasifikasi iklim dilakukan atas dasar
curah hujan yang terjadi di Indonesia setiap rata-rata perbulan dan pertahunnya.
1. Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah
hujan. Kelebihan klasifiksi iklim Mohr adalah pergeseran iklim tiap bulan dapat
diketahui dan dapat digunakan sebagai patokan penentuan awal tanaman keras, jenis
129
tanah tidak menjadi dasar sistem klasifikasi Mohr tetapi sudah cukup mewakili
berbagai jenis tanah. Kekurangan klasifikasi iklim Mohr adalah tidak dapat mengetahui
pergeseran iklim tiap tahun dan hanya digunakan untuk menentukan iklim yang curah
hujannya menonjol, serta hanya untuk pedoman tanaman
semusim, tidak
mengikutsertakan sifat fisis suatu tanah yang juga dapat memberi pengaruh pada
penetuan iklim. Kekurangan dari klasifikasi Mohr ialah tidak cocok untuk penerapan
iklim di Indonesia. Selain itu, klasifikasi Mohr tidak mengikutsertakan sifat fisik tanah
yang juga berpengaruh pada penentuan iklim. Dengan klasifikasi tersebut, tidak dapat
digunakan untuk mengetahui pergeseran iklim tiap tahun (Wisnubroto et al., 1981).
2. Schmidt Fergusson
Klasifikasi iklim tersebut didasarkan atas nisbah antara bulan basah dan bulan
kering dari klasifikasi iklim Mohr. Pencarian rerata bulan kering atau bulan basah (X)
dilakukan dengan membandingkan jumlah atau frekuensi bulan kering atau bulan basah
selama tahun pengamatan dengan banyaknya tahun pengamatan. Dengan demikian,
klasifikasi iklim tersebut hampir sama dengan Mohr. Perbedaanya ialah Schmidtt dan
Fergusson mendapatkan bulan basah dan kering bukan dari rerata harga curah hujan
untuk masing-masing bulan, tetapi dengan menghitung adanya bulan basah dan kering
tiap tahun untuk kemudian dijumlahkan dan selanjutnya dirata-ratakan (Wisnubroto et
al., 1981).
Kelebihan dari klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson adalah dapat
mengetahui pergeseran derajat kebasahan suatu bulan, serta didasarkan pada suatu
harga rasio Q dalam penggolongan iklim sehingga lebih spesifik atau lebih rendah.
Kelemahannya adalah tidak dapat mengetahui sifat masing-masing bulan pada suatu
daerah, apakah termasuk bulan basah, bulan lembab atau kering; kurang dapat
membantu dalam perencanaan pola tanam; kriteria untuk bulan basah ataupun bulan
kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah, sehingga terjadi kesulitan dalam
mengelompokkan bulan kering dan bulan basah pada suatu daerah. Kekurangannya
ialah kriteria untuk bulan basah ataupun bulan kering pada beberapawilayah terlalu
rendah, sehingga akan terjadi kesulitan dalam pengelompokan bulan kering dan bulan
basah pada suatu daerah (Wisnubroto et al., 1981).
3. Oldeman
130
Metode klasifikasi ini lebih menekankan hubungan antara iklim dan tanaman,
sehingga disebut juga sebagai Sistem Klasifikasi Agroklimat. Klasifikasi ini
didasarkan pada kebutuhan curah hujan untuk tanaman padi dan palawija. Biasanya
sistem ini digunakan di bidang pertanian.
Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju karena sekaligus
memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan dengan
kebutuhan air tanaman (Indayanti, 2009). Kekurangannya adalah akan mengalami
kesulitan dalam menentukan wilayah yang mempunyai 4 musim karena berdasarkan
curah hujan. Sistem ini menjadikan curah hujan sebagai salah satu indikator
pentingnya. Sehingga, akan terdapat banyak kesulitan dan kendala dalam menentukan
wilayah yang mempunyai 4 musim. Selain itu, sistem klasifikasi ini belum dapat
menjelaskan pergeseran iklim bulanan.
4. Koppen
Kelebihan sistem klasifikasi ini adalah terletak dalam penyusunan simbol-simbol
tipe iklim yang dengan tepat merumuskan sifat dan curah masing-masing tipe iklim
dengan tanda yang terdiri dari kombinasi beberapa huruf saja yang dapat dengan tepat
merumuskan sifat dan corak iklim suatu wilayah. Sedangkan, kekurangan sistem
klasifikasi iklim ini adalah jika diterapkan di Indonesia, sistem ini kurang dapat
menggambarkan kondisi detail iklim Indonesia. Hal ini disebabkan oleh besarnya
perbedaan curah hujan wilayah-wilayah di Indonesia. Walaupun, suhu udara
tahunannya sama sepanjang tahun.
Berdasarkan perbandingan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing
klasifikasi tersebut, dapat diketahui jenis klasifikasi yang paling cocok digunakan di
Indonesia yaitu klasifikasi Schmidtt and Ferguson dan Oldeman. Sementara itu, metode
Mohr dan Koppen jarang digunakan di Indonesia karena kurang dapat menjelaskan
pergeseran iklim tiap tahun dan kurang dapat menggambarkan kondisi detail iklim
Indonesia.
Pada dasarnya Indonesia sudah pernah menggunakan semua sistem tersebut namun
yang paling cocok digunakan ialah klasifikasi Schmidh and Fergusson karena dalam
pengklasifikasian iklim berdasarkan kebasahan bulan dan penentuan BK, BB, BL yang
dilakukan untuk setiap curah hujan bulanan dengan mengitung rata-rata hasil yang
didapat yang nantinya akan digolongkan lagi ke dalam 8 golongan iklim. Hal
131
tersebutlah yang menyebabkan pengklasifikasian iklim cara ini banyak digunakan dan
cocok untuk Indonesia.
Sementara itu, klasifikasi menurut Oldeman berdasarkan jumlah kebutuhan air
tanaman padi dan palawija yang memang menjadi salah satu tanaman pokok yang
ditanam di Indonesia, sehingga hasil klasifikasinya juga akan tepat untuk diterapkan di
Indonesia. Hal ini berkaitan dengan musim tanam padi dan palawija yang tergantung
pada iklimnya (Sasminto et al., 2014).
a. Pembahasan Stasiun Pertama
Nama Stasiun : SIMPANG TIGA PEKANBARU
Letak Lintang : 028 LS
Tinggi Tempat : 31 mdpl
Untuk lokasi Simpang Tiga Pekanbaru bulan basah terjadi
hampir tiap bulan. Data tersebut diperoleh dari hasil rata-rata
curah hujan setiap bulan untuk periode tahun 1980 sampai tahun
1989. Didaerah Simpang Tiga Pekanbaru tidak terdapat bulan
kering sepanjang tahun 1980-1989. Berdasarkan metode Mohr
dapat diketahui bahwa daerah yang berada di Simpang Tiga
Pekanbaru termasuk golongan I, yaitu daerah basah dengan curah
hujan melebihi penguapan selama 12 bulan, tanpa periode kering
dan periode lembab.
Hasil perhitungan data pengamatan di stasiun Simpang Tiga
Pekanbaru dari tahun 1980 sampai tahun 1989 diperoleh jumlah
bulan basah sebanyak 83 bulan lembab sebanyak 12, dan bulan
kering sebanyak 28. Setelah dibagi 10, selanjutnya dicari nilai Q.
Didapatkan nilai Q sebesar 0,325. Nilai tersebut menurut metode
Schmidt-Fergusson
terletak
antara
0,143<Q<0,333
yang
adalah
terjadi
pada
bulan
Agustus
dengan
besar
133
dengan 7 BB berurutan dan dan apabila dilihat dari jumlah bulan keringnya, maka
daerah di sekitar stasiun Banjarmasin yang memiliki 2 BK termasuk ke dalam sub
divisi 1 yang memiliki periode tanam sebanyak 11-12 bulan dan memungkinkan
untuk penanaman pangan sepanjang tahun.
Klasifikasi iklim di daerah sekitar stasiun Banjarmasin menurut Koppen
tergolong ke dalam tipe iklim Tropika Basah (Af) karena rerata bulan terkering
lebih besar dari 60 mm. Sehingga iklim tipe ini memiliki suhu udara panas dan
curah hujan tinggi sepanjang tahun. Di wilayah beriklim tipe tropika basah
memiliki banyak hutan hujan tropik.
V.
KESIMPULAN
1. Untuk menentukan tipe iklim digunakan beberapa anasir iklim, diantaranya adalah
curah hujan, suhu rerata, dan vegetasi. Tipe iklim sangat mempengaruhi keadaan
tanaman karena berhubungan dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan tanaman,
misalnya suhu, ketersediaan air, dan intensitas cahaya.
2. Daerah Simpang Tiga Pekanbaru termasuk Golongan I yaitu daerah basah dalam
klasifikasi iklim Mohr, Golongan C yaitu daerah agak basah dalam klasifikasi iklim
Schmidt dan Fergusson, Zone E karena terdapat < 3 bulan basah berurutan dengan
Subdivisi 1 yaitu terdapat < 2 bulan kering, serta tipe Af dalam klasifikasi Koppen.
3. Daerah Banjarmasin termasuk Golongan I yaitu daerah basah dalam klasifikasi iklim
Mohr, Golongan B yaitu daerah basah dalam klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson,
134
Zone B karena terdapat 7 bulan basah berurutan, serta tipe Af dalam klasifikasi
Koppen.
DAFTAR PUSTAKA
Barry, R and R. Chorley. 2012. Atmosphere, Weather and Climate. Routledge, London.
Benyamin, L. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo, Jakarta.
Indayanti, D. 2009. Perbandingan Hasil Penentuan Curah Hujan Bulanan Menurut Teori
Mohr dan Oldeman dengan Pendekatan Informasi Sistem Geografis. Skripsi
Sarjana Komputer UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kalvova, J. Halenka, T. Bezpalcova. K and I. Nemesova. 2002. Koppen climate types in
observed and simulated climates. Stud. Geophys. Geod., 47: 185-202.
Petersen, J.F, Sack, D.I. and R.E. Gabler. 2010. Fundamentals of Physical Geography.
Cengage Learning, Stamford.
Sasminto, R. A., A. Tunggul, dan J. B. Rahadi. 2014. Analisis spesial penentuan iklim
menurut klasifikasi Schmidtt-ferguson dan oldeman di kabupaten Ponorogo. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan 1 : 51 - 56.
135
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA V
PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KEADAAN IKLIM
136
Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.
(13660)
3. Azhar Ismail
(13743)
4. Azzah Mufidah
(13746)
5. Dian Islamy
(13689)
: B2/3
Assisten
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
ACARA V
PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KEADAAN IKLIM
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang pertanian, iklim mempunyai peran yang penting.
Karna setiap usaha dalam bidang pertanian pada dasarnya bertujuan
untuk mendapatkan produktivitas
tanaman
berdasarkan
keadaan
137
iklim.
Selain
itu,
dengan
pola
tanam
yang
tepat
akan
sangat
mempengaruhi
hujan),
atau
setidaknya
akan
meningkatkan
efisiensi
prinsipnya,
penentuan
pola
tanam
didasarkan
pada
yang
kesesuaiannya
akan
untuk
ditanam,
daerah
terlebih
yang
dahulu
bersangkutan,
harus
yaitu
dilihat
meliputi
adalah
perimbangan
antara
masukan
lengas
dari
irigasi,
presipitasi aktif, dan atau air tanah, dengan keluaran lengas yang terjadi
melalui evapotranspirasi dan perkolasi.
Iklim mempunyai peran yang sangat erat dengan penentuan pola
tanam ini. Dimana iklim merupakan salah satu anasir yang memberi
pengaruh besar terhadap perubahan lingkungan dengan perubahannya.
Atas dasar itulah maka dilakukan percobaan tentang analisis data iklim
untuk penentuan pola tanam ini.
B. Tujuan
Mengetahui manfaat analisis data iklim untuk menentukan pola
tanam suatu daerah.
138
I.
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan usaha
menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama,
dimana diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Sistem
penanaman dengan cara ini dapat dilakukan pada 2 (dua) atau lebih
jenis tanaman yang relative samaumur (Gultom, 2014).
Sebuah metodologi yang tepat didukung oleh data dan informasi
yang akurat akan menjadi elemen paling penting mengenai isu-isu
pemantauan pertanian, termasuk dalam penentuan pola tanam. Spasial
informasi
pada
kalender
tanaman
berguna
untuk
mencapai
metode
berdasarkan
data
penginderaan
jauh
yang
139
tanah akan dipengaruhi oleh proses air yang masuk ke dalam dan
proses keluar tanah. Beberapa proses itu adalah presipitasi (hujan),
evaporasi, transpirasi, dan drainase (Seneviratne et al., 2010).
Jumlah air yang tersedia di dalam tanah ini akan berpengaruh
terhadap tanaman yang akan ditanam, lalu kemudian akan muncul
konsep periode tumbuh tanaman. Hal ini didasarkan atas faktor iklim
yaitu jumlah presipitasi dan evaporasi. Secara umum, periode tumbuh
adalah jangka waktu tanaman saat jumlah presipitasi bernilai lebih
besar
dibanding
jumlah
evapotranspirasi,
karena
tanaman
oleh
tanaman
untuk
evaporasi,
transpirasi,
aktivitas
dapat
dievapotranspirasikan
dihitung
oleh
berdasarkan
tanaman
jumlah
itu
air
sendiri
yang
(crop
140
II.
METODOLOGI
Tanam
Berdasarkan
Keadaan
Iklim
dilaksanakan
pada
17
warna),
dan
penggaris.
Adapun
bahan-bahan
yang
dibutuhkan antara lain data curah hujan harian atau dasarian selama
beberapa tahun (minimal 10 tahun), data evaporasi potensial harian
atau bulanan, nilai koefisien tanaman (Kc) bulanuyan untuk beberapa
tanaman, dan data periode fase pertumbuhan dan perkembangan
masing-masing tanaman.
Dengan peralatan dan bahan yang telah tersedia sebelumnya,
maka terlebih dahulu dibuat histogram curah hujan perdasarian selama
dua tahun pada kertas grafik yang berupa rerata 10 tahun dengan
diukur sebanyak dua kali. Kemudian kebutuhan tanaman pada setiap
fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman dihitung dengan
menggunakan data evaporasi harian dan nilai Kc dari setiap fase.
Setelah itu dibuat histogram pola umum kebutuhan air tanaman untuk
141
III.
A. HASIL
1.
Perhitungan
curah
hujan
perdasarian
kriteria
: UGM Bulaksumur
Tinggi
137 m
Kecamatan : Depok
Lintang
: 7o 46` S
Kabupaten : Sleman
Bujur
: 110o 23` E
142
Tahu
Januari
Febuari
Maret
April
Mei
n
I
II
III
I
II
III
I
200 11 16 18 27 21 12
II
III
11
1
200
3
25
5
15
3
31
6
16
0
19
8
19
35
10
4
19
86
10
89
19
98
19
2
200
7
19
0
19
9
10
0
11
9
21
2
25
23
38
26
49
10
3
200
31
22
2
21
9
23
58
10
58
16
94
37
7
16
3
13
39
85
90
77
46
53
4
200
31
16
1
22
4
12
2
25
8
23
1
11
6
11
93
37
27
0
12
5
200
6
10
1
10
2
11
37
92
41
46
14
69
18
62
6
200
9
11
92
11
95
10
44
11
49
72
84
22
5
12
22
17
7
200
82
75
15
5
21
7
11
7
11
37
11
10
29
31
11
23
12
42
13
0
14
8
200
97
14
43
14
3
27
6
11
80
81
13
7
11
79
12
24
26
33
9
201
7
14
3
14
27
2
27
66
2
11
44
35
0
13
6
11
40
62
10
31
31
62
0
Tahu
3
Juli
27
II
III
n
I
200
2 66
2
Agustus
I
II
44 35
0
September
III
II
III
II
III
16
6 40 62
Oktober
I
II
III
II
Juni
III
10 31 31
November
II
III
62
2
0
Desember
II
III
I
13 14
II
III
26
1
200
0
15
0
13
0
13
16
0
15
1
12
58
15
18
2
200
48
26
84
4
15
1
13
81
47
15
3
200
31
72
17
72
14
4
200
12
41
45
27
55
31
3
14
2
12
35
5
200
54
41
36
67
12
8
26
1
16
3
14
51
6
200
0
0
0
0
0
0
8
0
2
0
3
0
0
0
0
0
0
0
82
1
65
0
67
1
9
29
2
25
91
31
8
45
6
13
52
95
143
7
200
15
8
10
12
17
8
200
19
42
85
23
18
56
52
82
11
76
11
72
14
32
5
20
9
201
41
12
42
4
11
41
2
11
9
14
28
7
20
40
0
0
4
0
0 41
0
0
4 12 42
4 41
2
9 28
Contoh Perhitungan Januari dasarian I : 6 + 5 + 62 + 11 + 29 = 113
40
2.
No
Januari
Febuari
Maret
April
Mei
Juni
Ran
k
I
25
II
22
III
31
I
27
II
23
III
19
I
37
II
19
III
21
I
25
II
16
III
12
II
III
II
14
III
7
19
1
22
0
21
6
27
6
21
0
16
6
10
0
16
3
13
2
19
7
14
90
31
49
77
6
12
53
0
16
1
16
4
19
2
27
0
19
1
12
6
11
6
13
2
11
5
12
98
42
31
31
62
33
6
14
5
14
2
15
2
23
5
10
8
11
94
7
11
0
10
7
11
85
27
26
31
62
46
7
14
3
15
9
18
2
25
8
11
6
11
49
4
11
9
13
6
11
79
62
18
13
26
7
11
7
14
3
12
5
21
0
10
7
11
80
4
10
93
69
19
17
24
62
7
11
3
10
2
11
3
16
2
11
44
92
89
46
62
12
10
3
10
9
11
95
2
11
44
72
86
41
40
38
10
82
75
5
10
66
37
35
84
31
40
37
10
9
10
No
97
31
43
31
Juli
27
27
9 66 58
92 58 44
Agustus
37 35 81
35 11 29
September
22 39 23
9 23 22
Oktober
I
54
II
42
III
85
I
26
I
13
I
13
4
1
0
0
0
0
November
0
0
0
0
0
0
Desember
Ran
k
1
II
4
III
15
II
18
III
56
144
II
15
III
11
I
12
II
27
III
31
I
17
II
20
III
26
4
11
9
12
8
26
5
14
3
16
7
20
1
17
48
23
41
82
65
2
15
9
14
8
15
7
14
1
15
19
41
52
42
82
84
4
13
9
13
6
13
12
41
36
41
0
15
0
14
72
14
8
14
52
12
42
67
67
4
11
1
12
2
12
95
12
41
2
11
58
3
10
51
7
8
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
1
0
0
6
5
1
0
41
31
29
16
2
76
45
25
91
72
55
31
45
32
28
28
5
81
72
18
47
40
40
35
3.
Interpolasi.
Rumus:
X X1 = Y Y
145
X2 X1
Y2 Y1
Januari
I
II
III
10 72.2
6
K
CH
75%
5
Juli
II
Febuari
II
6 113.
3
III
Maret
III
98.
5 6
5
Agustus
I
II
0
III
II
April
III
7 5
5
September
I
II
II
0
III
Mei
III
40.
5
5
Oktober
I
II
II
III
8.5 1.75
1.5
November
III
0 0.75
I
4
II
III
30. 68.2
5
67.
5
x=3+109
x=106
5. Nilai P
Dicari dengan interpolasi dari tabel Mean Daily Percentage (p) of
Annual Day Time Hours Latitude for Different Latitudes
Tabel 5.4. Nilai P
Janua Febru
Mar
Apri
Mei
146
Juni
Juli
Agust
Septem
Oktob
Novem
ri
ari
0.28
et
l
0.28 0.2
us
0.2
0.2
ber
P
4 0.280
0
70
66
66
66 0.270
0.270
Contoh : Pada bulan januari untuk Yogyakarta pada posisi 7o LS
P Januari = 7 10 = P 0,29
5 10 0,28 0,29
0,03 = -5P + 1,45
-5P = -1,42
P = 0,284
6. Menghitung F
RUMUS : F = P (0,46T + 8)
Ket : T = Rerata suhu
Tabel 5.5. Nilai F
Bulan
0.28
5.804
205
26.99
767
5.716
164
31.09
219
27.19
0.28
57
5.742
26
22.89
151
31.39
205
27.14
0.28
33
5.531
288
22.89
164
31.39
226
27.14
0.27
0.26
036
5.449
301
22.69
164
31.19
233
26.94
6
0.26
095
5.424
301
21.59
164
31.09
233
26.34
6
0.26
623
5.351
301
21.99
164
31.49
233
26.74
Agustu
207
5.481
s
Septe
288
22.29
164
31.99
226
27.14
0.27
356
5.531
mber
Oktobe
26
22.79
151
32.19
205
27.49
0.27
0.28
036
5.780
januari
februar
i
Maret
April
Mei
Juni
Juli
T min
T max
23.29
30.79
rerata
27.04
26
23.29
151
30.69
274
23.29
147
er
ber
0.2
0.280
0.280
r
Novem
247
22.79
123
32.19
185
27.49
ber
Desem
247
23.29
123
30.99
185
27.14
97
5.780
0.28
0.28
97
5.817
ber
26
151
205
4
831
Sebelum mendapatkan nilai F harus menghitung nilai T min dan T max
tiap bulan terlebih dahulu
Contoh Perhitungan :
Bulan Januari
T max
= 30,8 0,0085
= 30,72
T min = 23,3 (0,0054 * 1,37)
= 23,3 0,0074
= 23,29
T rerata= T max + T min
2
= 30,72 + 23,29
2
= 27,01
F
= P * (0,46T + 8)
= 0,284 * (0,46*27,01 + 8)
= 0,284 * 20,42
= 5,8
7. Eto BC Harian
Eto BC Harian didapatkan dengan melihat grafik Prediction of Eto
from Blanney-Criddle
Tabel 5.6. Eto BC Harian
Bul
Janu
Febru
Mar
Apr
Me Ju
an
ari
ari
et
il
ni
148
Agust
Juli us
Septem
Oktob Novem
ber
er
ber
Eto
3.85
3.9
4.5
3.
3.
4.
4.9
3.9
4.7
Janu
Febru
BC
Bulan
ari
124.
ari
119.
Maret
120.90
April
139.
Mei
117.80
Juni
117.8
an
Dasar
000
41.3
350
39.7
500
46.5
00
39.26
33
83
Agus
40.300
Septe
00
Okto
39.267
Novem
7
Dese
BC
Bulan
Juli
148.
tus
151.
mber
120.90
ber
145.
ber
119.35
mber
120.9
an
Dasar
800
49.6
900
50.6
700
48.5
00
40.30
00
33
40.300
67
39.783
ian
ETO
ian
Janu
Februa
P
Haria
ari
ri
Maret
April
Mei
Juni
4.96 4.7382 4.8145 5.729
4.662
4.662
149
3.85
n
ETO
P
Haria
n
Juli
6.18
5
5
Agustu Septem Oktob Novem
Desem
ber
ber
er
6.034
ber
4.7382
7
6.3395 4.8145
5
5
4.8145
Untuk Jateng dan DIY menggunakan rumus :
Eto P = - 1,133 + 1,525 BC
BC = Eto harian BC
Eto P harian
= 1,133 + 1,525 * BC
= 1,133 + 1,525 * 4
= 4,967
10.
Eto P bulanan
tersebut
Contoh
= 4,967 * 31
= 153,97
Eto P dasarian
Contoh
Eto P Bulanan
3
153,97
=51,325
3
36
= 53,8207
12. Tabel Keseluruhan
Tabel 5.9. Tabel Keseluruhan
Bulan
Tmin
Tmax
23.29
30.79
27.04
5.804
26
23.29
15
30.69
2
26.99
27
23.29
16
31.09
26
22.89
hari
Eto BC
dasari
bulan
Haria
Eto P
dasari
bulana
an
an
41.333
an
an
51.325
n
153.97
8
5.716
33
39.783
124
119.3
4.967
4.738
67
48.961
7
146.88
2
27.19
6
5.742
3.85
33
25
4.814
92
49.749
58
149.24
15
31.39
2
27.14
3
5.531
3.9
40.3
120.9
5
5.729
83
59.204
95
177.61
29
22.89
16
31.39
2
27.14
0
5.449
4.5
46.5
39.266
139.5
83
45
144.52
30
22.69
16
31.19
2
26.94
1
5.424
3.8
67
39.266
117.8
4.662
48.174
2
144.52
30
21.59
16
31.09
2
26.34
6
5.351
3.8
67
117.8
4.662
48.174
63.932
2
191.79
30
21.99
16
31.49
2
26.74
2
5.481
4.8
49.6
50.633
148.8
6.187
6.339
33
65.508
7
196.52
29
22.29
16
31.99
2
27.14
4
5.531
4.9
33
151.9
5
4.814
17
49.749
45
149.24
26
22.79
15
32.19
2
27.49
0
5.781
3.9
40.3
48.566
120.9
5
6.034
83
62.356
95
187.06
10
25
22.79
12
32.19
2
27.49
0
5.781
4.7
67
39.783
145.7
119.3
5
4.738
5
48.961
95
146.88
11
25
23.29
12
30.99
2
27.14
0
5.817
3.85
33
25
4.814
92
49.749
58
149.24
12
26
15
3.9
40.3
120.9
83
95
1937.5
Eto
47
53.820
Umum
74
JenisTanaman
Kacanghijau
BIT
Wortel
Jarak
Jagungmadu
Daunbawang
Kacangtanah
Crucifer
1
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
2
0.35
0.3875
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
3
0.45
0.65
0.375
0.4
0.55
0.375
0.375
0.45
JenisTanaman
Kacanghijau
BIT
Wortel
Jarak
Jagungmadu
Daunbawang
Kacangtanah
Crucifer
10
11
12
1.05
1.1
0.75
1.1
0.75
1.1
1.1
0.775
0.55
0.55
0.5
0.5
7
0.95
0.3
1.05
1.075
1.1
0.95
1
1
8
0.95
9
0.85
1.05
1.1
1.1
1.05
1.1
1
0.85
16
17
18
0.5
0.5
Dasarianke-
man
Artichokes
Barli
KacangHij
1
2
3
4
5
6
7
8
9
18.84 18.84 18.84 18.84 22.87 30.94 39.02 47.10 51.13
18.84 20.86 34.98 51.13 59.2
59.2
59.2
59.2
59.2
au
Bit
Wortel
Jarak
JagungMa
du
Crucifers
DaunBaw
18.8
18.8
29.6
49.8
59.2
59.2
59.2
59.2
18.84 18.84 24.22 36.33 48.44 53.82 53.82 45.75
ang
Kacang
Tanah
Jenistana
man
Artichokes
Barli
KacangHij
10
11
12
13
14
51.13 54.75 48.43 48.43 24.22
13.46 13.46 13.46
au
Bit
Wortel
Jarak
JagungMa
15
16
17
du
Crucifers
DaunBaw
ang
Kacang
Tanah
B. PEMBAHASAN
Rerata CH 75% dari tahun 2001-2010 menunjukkan bahwa
angka yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu musim kemarau antara
Mei sampai Oktober. Musim penghujan terjadi antara November
hingga April, curah hujan minimum terjadi pada dasarian II bulan
Oktober sebesar 0,75 mm dan maksimum sebesar 113,5 mm
pada dasarian I bulan Februari.
153
18
diramalkan.
didapatkan
Dengan
kemungkinan
mengambil
yang
peluang
terburuk
75%
dalam
akan
prakiraan
bulan November
awal.
Musim penghujan
akan
berpotensi.
Sepanjang
bulan
Januari
sampai
Februari
kebutuhan
air
tersendiri
yang
menentukan
dalam
(di
wilayah
tropis).
Artichoke
sangat
Barli (padi-padian)
155
dari
penanaman
jumlah
serealia
produksi
di
dunia
km).
Waktu
tidak
bisa
ditumpangsarikan
dengan
tanaman
lain.
Kacang Hijau
Kacang
hijau merupakan
tanaman
tropis
yang
Daerah
yang
memiliki
curah
hujan
50
Bit
156
Wortel
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya
wortel adalah 5.5 6.5. Tanah dengan topografi/tingkat
kemiringan kurang dari 30% masih dapat dianggap layak
untuk budidaya wortel, sedangkan pada kemiringan di atas
30% dianggap tidak menguntungkan. Suhu optimal yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan umbi yang
normal adalah 15.6 21.1 C, namun demikian pada suhu 26
C dengan ketinggian 500 m dpl, namun produksi umbi
kurang memuaskan. Pada suhu yang terlalu tinggi, tanaman
wortel akan menghasilkan umbi yang pendek dan kecil-kecil.
Daerah yang sesuai untuk budidaya wortel adalah
daerah yang memiliki iklim basah (1.5 3 bulan kering dalam
satu tahun) dan iklim agak basah ( 3 - 4.5 bulan kering dalam
1 tahun). Meskipun demikian tanaman wortel masih toleran
terhadap iklim sangat basah ( 0 1.5 bulan kering dalam satu
tahun). Kelembaban udara yang sesuai bagi pertumbuhan
wortel adalah 80 90%. Kelembaban yang terlalu tinggi akan
merangsang pertumbuhan cendawan penyebab penyakit.
157
Kelembanan
sehingga
yang
penyerapan
penyerapan
tanaman
terlau
CO2
yang
akan
pada
tinggi
CO2
juga
stomata
terhambat.
membatasi
gilirannya
proses
akan
tertutup
Terbatasnya
fotosintesis
menghambat
Jarak
Tanaman Jarak di Indonesia dapat tumbuh dengan baik
karena kesesuaian iklim dan tanah, sehingga tumbuh bisa
merata sebagai gulma. Namun karena hasil dari tanaman ini
bisa diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis, salah
satunya sebagai bahan bio etanol maka tanaman ini kini
mulai di budidayakan.
Syarat tumbuh tanaman jarak membutuhkan air 350500 ml air sepanjang pertumbuhannya. Disamping faktor air,
tanaman jarak ini membutuhkan syarat temperatur 20-30 C
sepanjang hidupnya, serta ketinggian tempat yang optimal
adalah 0-800 m dpl. Keluarnya biji akan sangat berkurang
atau
minim
jika
suhu
mencapai
40C
atau
lebih
(Administrator, 2015).
7.
Jagung Madu
Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah baik,
sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat
juga di daerah pergunungan pada ketinggian 1000-1800 m di
atas permukaan laut. Air tanah yang berlebihan dibuang
melalui saluran pengairan yang dibuat diantara barisan
jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung
adalah sekittir 5,5 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih
dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan
tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk
mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun
hujan besar. Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah
158
dan
pembagian
dari
sinar
Crucifers
Crusifers termasuk dalam keluarga mustard sepert
kubis. Daunnya secara umum agak pahit tapi tidak beracun.
Mempunyai bunga dengan 4 mahkota. Buahnya seperti
kacang polong, ketika panjang disebut silique atau silicle.
Berasal dari daerah beriklim sejuk. Crusifers tumbuh dikebun
untuk melengkapi sayuran dan rempah-rempah (sistem
tumpang sari) (Administrator, 2015).
9.
Daun Bawang
Daun
bawang dikenal
Kacang Tanah
159
Selain
itu,
hujan
yang
terserbuki oleh
terus-menerus
akan
sedikit
terhambat,
160
paling
besar.
Keadaan-keadaan
seperti
ini
mampu
aatan
lahan dan air untuk lebih dari satu jenis tanaman dalam waktu
yang bersamaan. Tumpang sari tidak boleh asal menanam
tanaman bersama-sama, tetapi juga harus mempertimbangkan
resiko kompetisi dalam kebutuhan air dan nutrisi serta penyinaran
matahari.
162
sama,
tetapi
masa
panennya
berbeda.
Jarak
164
IV.
KESIMPULAN
165
adalah
tanaman
kacang
tanah
dan
air
hujan
yang
tersedia
untuk
mencukupi
DAFTAR PUSTAKA
166
Administrator.
2015.
Artichoke
California
di
Puncak
Wonosobo.
2015.
Budidaya
Jarak.
2015.
Budidaya
Tanaman
Jelai.
<http://bkpp.kaltimprov.go.id/content/budidaya-tanaman-jelai>.
Diakses pada tanggal 23 November 2015.
Administrator.
2015.
Pengertian
Cruciferae.
<
http://arti-definisi-
2013.
Syarat
Tumbuh
Tanaman
Bit.
<
http://www.materipertanian.com/syarat-tumbuh-tanaman-bit/>.
Diakses pada tanggal 23 November 2015.
Gultom, T., 2014. Budidaya tanaman jagung dan kacang tanah system
tumpang
sari.
<http://cybex.deptan.go.id/lokalita/budidaya-
tanaman-jagung-dan-kacang-tanah-sistem-
tumpang-sari>.
R.
2007.
Tanaman
Jagung
Manis
(Sweet
Corn).
167
Baik.
<
http://jokowarino.id/cara-budidaya-bawang-
D.
2013.
Syarat
Tumbuh
Tanaman
Wortel.
N.
2013.
Syarat
Tumbuh
Tanaman
Kacang
Hijau.
N.
2013.
Syarat
Tumbuh
Tanaman
Kacang
Tanah.
Investigating
soil
LAMPIRAN
15.
9,75=82+ x
16.
x=9,75+82
17.
x=72,25
3.
6.
3=109+ x
18.
19.
X CH 75% Bulan
Januari Dasarian III:
88,25 75x
=
20.
89
7527
7.
x=3+109
21.
8.
x=106
22.
4.
5.
0,25 109x
=
1
12
0,25 75x
=
1
48
9.
10.
X CH 75% Bulan
Januari Dasarian II:
88,25 82x
=
11.
89
8243
23.
12.
27.
28.
X CH 75% Bulan
Februari Dasarian I:
13.
0,25 82x
=
1
39
14.
169
24.
12=75+ x
25.
x=12+ 75
26.
x=63
29.
30.
31.
32.
88,25
115x
=
89
115109
56.
57.
0,25 115x
=
1
6
33.
1,5=115+ x
34.
35.
58.
59.
88,25 37 x
=
89
3737
0,25 37x
=
1
0
60.
0=37x
x=1,5+115
61.
x=37
x=113,5
36.
37.
X CH 75% Bulan
Februari Dasarian II:
88,25 66x
=
38.
89
6666
62.
63.
64.
65.
X CH 75% Bulan
Maret Dasarian II:
88,25 35x
=
66.
89
3535
39.
67.
40.
41.
0,25 66x
=
1
0
42.
0=66+ x
43.
x=66
68.
69.
44.
45.
X CH 75% Bulan
Februari Dasarian III:
88,25 112x
=
46.
89
11258
47.
48.
49.
13,5=112+ x
51.
x=13,5+112
52.
x=98,5
70.
0=35x
71.
x=35
72.
73.
X CH 75% Bulan
Maret Dasarian III:
88,25 84x
=
74.
89
8481
75.
0,25 112x
=
1
54
50.
0,25 35x
=
1
0
76.
77.
53.
54.
55.
X CH 75% Bulan
Maret Dasarian I:
0,25 84x
=
1
3
78.
0,75=84+ x
79.
x=0,75+84
80.
x=83,25
81.
82.
X CH 75% Bulan April
Dasarian I:
170
83.
84.
85.
88,25 31x
=
89
3122
110.
111.
0,25 x31
=
1
9
112.
86.
113.
88,25 10x
=
89
104
0,25 10x
=
1
6
87.
2,25=x+31
114.
1,5=10+ x
88.
x=2,25+31
115.
89.
x=28,75
116.
x=1,5 +10
x=8,5
90.
91.
X CH 75% Bulan April
Dasarian II:
88,25 40x
=
92.
89
4039
117.
118.
X CH 75% Bulan Mei
Dasarian II:
88,25 2x
=
119.
89
21
93.
120.
94.
95.
0,25 40x
=
1
1
96.
0,25=40+ x
97.
98.
121.
122.
0,25 2x
=
1
1
123.
0,25=2+ x
x=0,25+40
124.
x=0,25+2
x=39,75
125.
x=1,75
99.
100.
X CH 75% Bulan April
Dasarian III:
88,25 37x
=
101.
89
3723
126.
127.
X CH 75% Bulan Mei
Dasarian III:
88,25 2x
=
128.
89
20
102.
129.
103.
104.
0,25 37x
=
1
14
105.
3,5=37+ x
106.
107.
130.
0,25 2x
=
1
2
131.
132.
0,5=2x
x=3,5+37
133.
x=0,5+2
x=33,5
134.
x=1,5
108.
109.
X CH 75% Bulan Mei
Dasarian I:
135.
X CH 75% Bulan Juni
Dasarian I:
171
136.
137.
138.
88,25 0x
=
89
00
162.
163.
0,25 0x
=
1
0
139.
140.
0=0x
141.
x=0
146.
149.
x=0
154.
157.
x=0
172.
0=0x
173.
x=0
177.
178.
0,25 0x
=
1
0
179.
155.
0=0x
0,25 0x
=
1
0
174.
175.
X CH 75% Bulan Juli
Dasarian III:
88,25 0x
=
176.
89
00
0,25 0x
=
1
0
156.
x=0
171.
150.
151.
X CH 75% Bulan Juni
Dasarian III:
88,25 0x
=
152.
89
00
153.
165.
170.
147.
0=0x
0=0x
169.
0,25 0x
=
1
0
148.
164.
166.
167.
X CH 75% Bulan Juli
Dasarian II:
88,25 0x
=
168.
89
00
142.
143.
X CH 75% Bulan Juni
Dasarian II:
88,25 0x
=
144.
89
00
145.
0,25 0x
=
1
0
180.
0=0x
181.
x=0
182.
183.
X CH 75% Bulan
Agustus Dasarian I:
88,25 0x
=
184.
89
00
158.
159.
X CH 75% Bulan Juli
Dasarian I:
88,25 0x
=
160.
89
00
185.
186.
161.
0,25 0x
=
1
0
187.
188.
172
0=0x
189.
x=0
215.
190.
191.
X CH 75% Bulan
Agustus Dasarian II:
88,25 0x
=
192.
89
00
193.
194.
216.
217.
197.
x=0
198.
199.
X CH 75% Bulan
Agustus Dasarian III:
88,25 0x
=
200.
89
00
201.
202.
0,25 0x
=
1
0
203.
0=0x
204.
x=0
209.
0=0x
220.
x=0
224.
225.
0,25 0x
=
1
0
226.
227.
0=0x
228.
x=0
229.
230.
X CH 75% Bulan
Oktober Dasarian I:
88,25 0x
=
231.
89
00
205.
206.
X CH 75% Bulan
September Dasarian I:
88,25 0x
=
207.
89
00
208.
219.
221.
222.
X CH 75% Bulan
September Dasarian III:
88,25 0x
=
223.
89
00
195.
0=0x
0,25 0x
=
1
0
218.
0,25 0x
=
1
0
196.
88,25 0x
=
89
00
232.
233.
0,25 0x
=
1
0
234.
0,25 0x
=
1
0
210.
211.
0=0x
212.
x=0
235.
0=0x
236.
x=0
237.
238.
X CH 75% Bulan
Oktober Dasarian II:
88,25 1x
=
239.
89
10
213.
214.
X CH 75% Bulan
September Dasarian II:
240.
173
241.
242.
0,25 1x
=
1
1
243.
0,25=1+ x
244.
x=0,25+1
245.
x=0,75
250.
251.
252.
253.
x=1+ 5
254.
x=4
259.
260.
270.
x=7,75+76
271.
x=68,25
276.
277.
0,25 72x
=
1
17
278.
4,25=72+ x
279.
x=4,25+72
280.
x=67,5
281.
X CH 75% Bulan
Desember Dasarian I:
88,25 32x
=
282.
89
3228
255.
256.
X CH 75% Bulan
November Dasarian I:
88,25 31x
=
257.
89
3129
258.
7,75=76+ x
275.
0,25 5x
=
1
4
1=5+ x
269.
272.
273.
X CH 75% Bulan
November Dasarian III:
88,25 72x
=
274.
89
7255
246.
247.
X CH 75% Bulan
Oktober Dasarian III:
88,25 5x
=
248.
89
51
249.
268.
0,25 76x
=
1
31
283.
284.
0,25 31x
=
1
2
285.
0,25 32x
=
1
4
286.
1=32+ x
261.
0,5=31+ x
287.
x=1+32
262.
x=0,5+31
288.
x=31
263.
x=30,5
289.
290.
X CH 75% Bulan
Desember Dasarian II:
88,25 81x
=
291.
89
8172
264.
265.
X CH 75% Bulan
November Dasarian II:
88,25 76x
=
266.
89
7645
292.
293.
267.
174
0,25 81x
=
1
9
294.
324.
295.
2,25=81+ x
296.
x=2,25+81
297.
x=78,75
325.
298.
299.
X CH 75% Bulan
Desember Dasarian III:
88,25 40x
=
300.
89
4040
301.
0,25 40x
=
1
0
302.
303.
304.
0=40+ x
305.
x=40
308.
Interpolasi :
309.
Januari
310.
X= 7
311.
313.
10
315.
5
317.
312.
314.
0,29
316.
0,28
710
318. 510
319.
321.
322.
323.
Februari
327.
X= 7
328.
330.
10
332.
5
334.
329.
331.
0,28
333.
0,28
=
0,03
5P
336.
3
337. 5
338.
339.
Menghitung P
3
320. 5
326.
710
335. 510
306.
307.
P = 0,284
P0,28
0
0 = -5P + 1,4
340.
341.
342.
P0,28
0,280,28
5P
= 1,4
P = 0,28
343.
344.
P0,29
0,280,29
P0,29
0,01
345.
Maret
346.
X= 7
347.
349.
10
351.
5
353.
348.
350.
0,28
352.
0,28
710
354. 510
= -5P + 1,45
= 1,42
355.
175
P0,28
0,280,28
3
356. 5
357.
358.
359.
360.
P0,28
0
710
390. 510
391.
0 = -5P + 1,4
5P
= 1,4
P = 0,28
3
392. 5
393.
394.
395.
396.
361.
P0,26
0,01
-0,03
= -5P + 1,3
5P
= 1,33
P = 0,266
362.
April
363.
X= 7
397.
364.
366.
10
368.
5
370.
365.
367.
0,27
369.
0,27
398.
Juni
399.
X= 7
400.
402.
10
404.
5
406.
401.
403.
0,26
405.
0,27
710
371. 510
372.
3
373. 5
374.
375.
376.
377.
378.
379.
P0,27
0,270,27
P0,27
0
710
407. 510
408.
0 = -5P + 1,35
5P
= 1,35
P = 0,27
3
409. 5
410.
411.
412.
413.
414.
415.
380.
P0,26
0,270,26
P0,26
0,01
-0,03
= -5P + 1,3
5P
= 1,33
P = 0,266
381.
Mei
382.
X= 7
416.
Juli
383.
385.
10
387.
5
389.
384.
386.
0,26
388.
0,27
417.
X= 7
418.
420.
10
422.
5
424.
419.
421.
0,26
423.
0,27
176
P0,26
0,270,26
425.
710
426. 510
427.
3
428. 5
429.
430.
431.
432.
459.
P0,26
0,270,26
710
460. 510
P0,26
0,01
461.
-0,03
= -5P + 1,3
5P
= 1,33
P = 0,266
463.
464.
465.
466.
467.
3
462. 5
433.
P0,27
0,270,27
P0,27
0
0 = -5P + 1,35
5P
= 1,35
P = 0,27
434.
Agustus
468.
Oktober
435.
X= 7
469.
X= 7
436.
438.
10
440.
5
442.
437.
439.
0,27
441.
0,27
470.
472.
10
474.
5
476.
471.
473.
0,28
475.
0,28
710
443. 510
444.
3
445. 5
446.
447.
448.
449.
P0,27
0,270,27
477.
710
478. 510
P0,27
0
479.
3
480. 5
0 = -5P + 1,35
5P
= 1,35
P = 0,27
481.
482.
483.
484.
450.
451.
September
452.
X= 7
453.
455.
10
457.
5
454.
456.
0,27
458.
0,27
177
P0,28
0,280,28
P0,28
0
0 = -5P + 1,4
5P
= 1,4
P = 0,28
485.
November
486.
X= 7
487.
489.
10
491.
5
493.
488.
490.
0,28
492.
0,28
494.
710
495. 510
496.
3
497. 5
498.
499.
500.
501.
502.
528.
P0,28
0,280,28
P0,28
0
531.
0 = -5P + 1,4
5P
= 1,4
P = 0,28
T rerata=
30.7915+23.2926
2
532. T rerata=27.042
504.
X= 7
533.
505.
507.
10
509.
5
511.
506.
508.
0,29
510.
0,28
534.
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
535.
F=0,284 ( 0,4627.042+8 )
536. F=5.8048
512.
710
513. 510
514.
520.
Tmax+Tmin
2
530.
Desember
516.
517.
518.
519.
T rerata=
529.
503.
3
515. 5
Rumus:
P0,29
0,280,29
537.
538.
Februari
539.
T mak = 30,7-(0,0061 h)
540.
= 30,7-(0,0061 x
1,37)
541.
= 30.6916
542.
T min = 23,3-(0,0053 h )
543.
= 23,3-(0,0053 x
1,37)
544. = 23.2927
P0,29
0,01
0,03
= -5P + 1,45
5P
= 1,42
P = 0,284
Menghitung F
545.
521.
Januari
522.
T mak = 30,8-(0,0062 h)
523.
= 30,8-(0,0062 x
1,37)
524.
= 30.7915
525.
T min = 23,3-(0,0054 h )
526.
= 23,3-(0,0054 x
1,37)
527. = 23.2926
Rumus:
546.
T rerata=
Tmax+Tmin
2
547.
T rerata=
178
30.6916+23.2927
2
548. T rerata=26.992
570.
549.
550.
571.
April
572.
T mak = 31,4-(0,0061 h)
573.
= 31,4-(0,0061 x
1,37)
574.
= 31.3916
575.
T min = 22,9-(0,0052 h )
576.
= 22,9-(0,0052 x
1,37)
577. = 22.8929
551.
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
552.
F=0,28 ( 0,4626,992+ 8 )
553. F=5.7166
578.
554.
555.
Maret
556.
T mak = 31,1-(0,0062 h)
557.
= 31,1-(0,0062 x
1,37)
558.
= 31.0915
559.
T min = 23,3-(0,0054 h )
560.
= 23,3-(0,0054 x
1,37)
561. = 23.2926
579.
562.
582.
T rerata=
T rerata=
Tmax+Tmin
2
583.
567.
31.3916+22.8929
2
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
584.
F=0,27 ( 0,4627.142+ 8 )
31.0915+23.2926
2
585.
565. T rata=27.192
566.
Tmax+Tmin
2
581. T rerata=27.142
564.
T rerata=
T rerata=
580.
Rumus:
563.
Rumus:
F= 5.5310
586.
587.
Mei
588.
T mak
589.
1,37)
590.
591.
T min
592.
1,37)
593.
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
568.
F=0,28 ( 0,4627.192+ 8 )
569. F=5.7423
179
= 31,4-(0,0061 h)
= 31,4-(0,0061 x
= 31.3916
= 22,9-(0,0051 h )
= 22,9-(0,0051 x
= 22.8930
594.
Rumus:
T rerata=
595.
614.
Tmax+Tmin
2
F=P ( 0,46T +8 )
615.
616.
F=0,266 ( 0,4626,942+ 8 )
596.
T rerata=
31.3916+22.8930
2
618.
619.
Juli
620.
T mak
621.
1,37)
622.
623.
T min
624.
1,37)
625.
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
599.
600.
F=0,266 ( 0,4627.142+ 8 )
F= 5.4491
601.
F= 5.4246
617.
597. T rerata=27.142
598.
Rumus:
626.
= 31,1-(0,0061 h)
= 31,1-(0,0061 x
= 31.0916
= 21,6-(0,0051 h )
= 21,6-(0,0051 x
= 21.5930
Rumus:
602.
603.
Juni
604.
T mak
605.
1,37)
606.
607.
T min
608.
1,37)
609.
610.
= 31,2-(0,0061 h)
= 31,2-(0,0061 x
= 31.1916
= 22,7-(0,0051 h )
= 22,7-(0,0051 x
T rerata=
630.
Tmax+Tmin
2
631.
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
632.
F=0,266 ( 0,4626,342+ 8 )
612.
T rerata=
31.0916+21.5930
2
629. T rerata=26.342
= 22.6930
T rerata=
Tmax+Tmin
2
628.
Rumus:
611.
T rerata=
627.
31.1916+22.6930
2
633.
613. T rerata=26.942
634.
180
F= 5.3512
635.
Agustus
636.
T mak = 31,5-(0,0061 h)
637.
= 31,5-(0,0061 x
1,37)
638.
= 31.4916
639.
T min = 22-(0,0052 h )
640.
= 22-(0,0052 x
1,37)
641. = 21.9929
642.
T rerata=
659.
Tmax+Tmin
2
660.
T rerata=
31.9915+22.2926
2
661. T rerata=27.142
Rumus:
662.
Tmax+Tmin
T rerata=
2
643.
F=P ( 0,46T +8 )
663.
644.
T rerata=
Rumus:
664.
F=0,266 ( 0,4627,142+ 8 )
31.4916+21.9929
2
F= 5.5310
665.
645. T rerata=26.742
666.
646.
647.
Rumus:
667.
Oktober
668.
T mak = 32,2-(0,0064 h)
669.
= 32,2-(0,0064 x
1,37)
670.
= 32.1912
671.
T min = 22,8-(0,0055 h )
672.
= 22,8-(0,0055 x
1,37)
673. = 22.7925
F=P ( 0,46T +8 )
648.
F=0,266 ( 0,4626,742+ 8 )
649.
F= 5.4814
650.
674.
651.
September
652.
T mak = 32-(0,0062 h)
653.
= 32-(0,0062 x
1,37)
654.
= 31.9915
655.
T min = 22,3-(0,0054 h )
656.
= 22,3-(0,0054 x
1,37)
657. = 22.2926
658.
Rumus:
T rerata=
675.
Tmax+Tmin
2
676.
T rerata=
32.1912+ 22.7925
2
677. T rerata=27.492
Rumus:
678.
181
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
679.
700.
T mak = 31-(0,0062 h)
701.
= 31-(0,0062 x
1,37)
702.
= 30.9915
703.
T min = 23,3-(0,0054 h )
704.
= 23,3-(0,0054 x
1,37)
705. = 23.2926
680.
F=0,266 ( 0,4627,492+ 8 )
F= 5.7810
681.
682.
706.
683.
November
684.
T mak = 32,2-(0,0064 h)
685.
= 32,2-(0,0064 x
1,37)
686.
= 32.1912
687.
T min = 22,8-(0,0055 h )
688.
= 22,8-(0,0055 x
1,37)
689. = 22.7925
690.
T rerata=
710.
711.
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
712.
F=0,266 ( 0,4627,142+ 8 )
32.1912+ 22.7925
2
713.
693. T rerata=27.492
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )
F= 5.8178
714.
715.
1. Artichokes
716.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
696.
F=0,266 ( 0,4627,492+ 8 )
717.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837
F= 5.7810
718.
Etc3 = 0,35 x 53,82 =
18,837
698.
699.
30.9915+23.2926
2
709. T rerata=27.142
Tmax+Tmin
T rerata=
2
T rerata=
697.
Tmax+Tmin
2
708.
692.
695.
T rerata=
707.
Rumus:
691.
694.
Rumus:
719.
Etc4 = 0,35 x 53,82 =
18,837
Desember
182
720.
Etc5 = 0,425 x 53,82 =
22,87
737.
738.
721.
Etc6 = 0,575 x 53,82 =
30,94
739.
722.
Etc7 = 0,725 x 53,82 =
39,02
740.
Etc10 = 0,25 x 53,82 =
13,46
723.
Etc8 = 0,875 x 53,82 =
47,10
741.
Etc11 = 0,25 x 53,82 =
13,46
724.
Etc9 = 0,95 x 53,82 =
51,129
742.
Etc12 = 0,25 x 53,82 =
13,46
725.
Etc10 = 0,95 x 53,82 =
51,129
743.
744.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
726.
Etc11 = 0,925 x 53,82 =
54,745
745.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837
727.
Etc12 = 0,9 x 53,82 =
48,43
746.
Etc3 = 0,45 x 53,82 =
24,22
728.
Etc13 = 0,9x 53,82 =
48,43
747.
Etc4 = 0,65 x 53,82 =
34,98
729.
Etc14 = 0,45 x 53,82 =
24,219
730.
3. Kacang Hijau
748.
Etc5 = 0,85 x 53,82 =
45,75
2. Barli
731.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
749.
Etc6 = 0,95 x 53,82 =
51,13
732.
Etc2 = 0,3875 x 53,82 =
20,96
750.
Etc7 = 0,95 x 53,82 =
51,13
733.
Etc3 = 0,65 x 53,82 =
34,98
751.
Etc8 = 0,95 x 53,82 =
51,13
734.
Etc4 = 0,95 x 53,82 =
51,13
752.
Etc9 = 0,85 x 53,82 =
45,75
735.
753.
736.
754.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
183
4. BIT
755.
Etc2 = 0,3875 x 53,82 =
20,86
773.
Etc12 = 0,75 x 53,82 =
40,37
756.
Etc3 = 0,65 x 53,82 =
34,98
774.
6. Jarak
775.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
757.
Etc4 = 0,95 x 53,82 =
51,13
758.
776.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837
759.
777.
760.
778.
761.
5. Wortel
779.
Etc5 = 0,725 x 53,82 =
39,02
762.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
780.
763.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837
781.
Etc7 = 1,075 x 53,82 =
57,86
764.
Etc3 = 0,375 x 53,82 =
20,18
782.
783.
784.
785.
767.
Etc6 = 0,95 x 53,82 =
51,13
786.
787.
768.
Etc7 = 1,05 x 53,82 =
56,51
788.
Etc14 = 0,5 x 53,82 =
26,91
769.
Etc8 = 1,05 x 53,82 =
56,51
789.
Etc15 = 0,5 x 53,82 =
26,91
770.
Etc9 = 1,05 x 53,82 =
56,51
790.
Etc16 = 0,5 x 53,82 =
26,91
771.
Etc10 = 1,05 x 53,82 =
56,51
791.
Etc17 = 0,5 x 53,82 =
26,91
772.
Etc11 = 0,75 x 53,82 =
40,37
792.
765.
766.
Etc5 = 0,75 x 53,82 =
40,37
184
7. Jagung Madu
793.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
813.
Etc3 = 0,375 x 53,82 =
20,18
794.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837
814.
795.
815.
Etc5 = 0,75 x 53,82 =
40,37
796.
Etc4 = 0,925 x 53,82 =
49,78
816.
Etc6 = 0,925 x 53,82 =
49,78
797.
798.
817.
Etc7 = 0,925 x 53,82 =
49,78
799.
800.
801.
8. Crucifer
818.
819.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
820.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837
802.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
821.
Etc3 = 0,375 x 53,82 =
20,18
803.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837
822.
804.
Etc3 = 0,45 x 53,82 =
24,22
823.
Etc5 = 0,725 x 53,82 =
39,02
805.
Etc4 = 0,675 x 53,82 =
36,33
824.
825.
826.
827.
806.
807.
808.
828.
Etc10 = 1,0 x 53,82 =
53,82
809.
Etc8 = 0,85 x 53,82 =
45,75
810.
829.
Etc11 = 0,775 x 53,82 =
41,71
9. Daun Bawang
811.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
830.
29,6
812.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837
831.
29,6
185
832.