Isi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 186

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR


ACARA I
PENGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI

Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.

(13660)

3. Azhar Ismail

(13743)

4. Azzah Mufidah

(13746)

5. Dian Islamy

(13689)

6. Ivan Jonda Putranto (13751)


Gol/kel

: B2/3

Assisten

: Rosana Ulil Fiati

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
1

2015
ACARA I
PRNGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI
I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertanian merupakan suatu hal yang mutlak dan sangat diperlukan oleh semua
makhluk hidup karena kehidupan di muka bumi ini tidak lepas dari adanya peran di sektor
pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan makhluk hidup, dibutuhkan kerjasama antar
manusia untuk memperoleh hasil pertanian yang bermutu tinggi dengan biaya yang
seekonomis mungkin. Hal ini dipicu dengan adanya kondisi fisik dan lingkungan tempat
tumbuh dan berkembangnya tanaman yang sebaik mungkin.Lingkungan yang sesuai akan
menghasilkan produksi dibidang pertanian yang optimal juga. Untuk mengetahui keadaankeadaan tersebut kita perlu melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik dan
lingkungannya yang dapat diamati dengan alat-alat yang bersifat kuantitatif agar diperoleh
data yang dapat dipakai untuk menganalisis tipe iklim dan cuaca di suatu wilayah. Hal ini
dapat diamati dari data curah hujan, suhu tanah, intensitas penyinaran, kecepatan, dan lain
sebagainya.
Pada saat pengamatan dibutuhkan alat-alat yang memiliki prinsip kerja dan
ketelitian yang berbeda-beda serta fungsi yang berbeda-beda pula. Tipe data yang
dihasilkan dari masing-masing alat juga berbeda. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari
fungsi dan cara kerja dari masing-masing alat agar bisa digunakan dalam mengetahui
kondisi-kondisi pada suatu wilayah pertanian sehingga dapat disesuaikan dengan
komoditas pertanian yang akan ditanam.
B. TUJUAN
1. Mengenal stasiun meteorologi pertanian dan alat-alat pengukur anasir cuaca yang
biasa digunakan dalam bidang meteorologi pertanian.
2. Mempelajari prinsip kerja, cara penggunaan alat, serta macam dan kualitas data
yang dihasilkan dari suatu alat pengukur anasir cuaca.

II.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengukuran mengenai cuaca dan iklim ini dibagi menjadi dua ilmu, yaitu
meteorologi dan klimatologi. Meteorologi adalah kajian ilmiah mengenai kondisi cuaca di

atmosfer bumi setiap hari dan prediksinya. Biasanya jangka waktunya dari menit sampai
jam. Sedangkan klimatologi adalah kajian mengenai perubahan iklim atmosfer dalam
jangka panjang di daerah tertentu. Klimatologi ini biasanya mengukur rata-rata temperatur,
kelembaban, curah hujan, angin, tekanan atmosfer, dan curah hujan. Jangka waktu
klimatologi biasanya dari hari sampai ke tahun (Rusbiantoro, 2008).
Klimatologi berasal dari kata klima dan logos. Klima berarti kemiringan khayal
dari bumi, logos berarti mempelajari. Jadi, klimatologi berarti ilmu yang mempelajari ratarata cuaca pada suatu tempat, sedangkan meteorologi berasal dari kata meteor dan
logos. Meteor berarti benda-benda di atas termasuk meteor dan benda optik, logos berarti
mempelajari. Jadi, meteorologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan cuaca pada suatu
saat dan tempat tertentu. Meteorologi lebih ditekankan pada perubahan harian unsur iklim,
sedangkan klimatologi lebih ditekankan pada aras rata-rata dari unsur iklim yang menjadi
ciri dari suatu wilayah (Attaqy, 2008).
Pada pengamatan keadaan atmosfer kita di stasiun cuaca atau stasiun meteorologi
digunakan beberapa alat yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan alat-alat
ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian di dalam laboratorium, misalnya bersifat
peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat
laboratorium umumnya dipakai pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu,
angin dan lain sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat
meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang
menggunakan (Anonim, 2008).
Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun cuaca atau
stasiun meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia, berdasarkan
ketersediaan data iklim yang ada di sistem database Balitklimat, hanya ada 166 dari 2.679
stasiun yang menangani data iklim. Umumnya hanya data curah hujan dan suhu udara,
sehingga walaupun metode Penman merupakan yang terbaik, metode Blaney Criddle akan
lebih banyak dipilih karena hanya memerlukan data suhu udara yang relatif mudah
didapatkan (Runtunuwu et al., 2008).
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan
banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh
BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan
pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada
pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan
permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu
3

wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatan informasi tentang cuaca dan iklim mulai
dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya (Hermawan, 2010).
Tidak dapat dipungkiri bahwa iklim sangat berpengaruh terhadap pertanian.
Pengaruh ini misalnya pada suhu udara yang mempengaruhi proses evapotranspirasi pada
tanaman. Selain itu, curah hujan juga mempengaruhi presipitasi maupun jumlah air yang
diserap oleh tanaman.Terdapat pula tanaman-tanaman yang tidak tahan terhadap tanah
dengan kandungan air yang tinggi, sehingga tidak dimungkinkan tanaman tersebut tumbuh
pada kondisi lingkungan seperti ini. Selain suhu dan curah hujan, masih banyak anasir
iklim yang perlu diperhatikan dalam pertanian (Bunganaen dkk.,2013).

III.
METODOLOGI
Praktikum Klimatologi Dasar Acara I tentang Pengenalan Alat-alat Meteorologi ini
dilaksanakan di Laboratorium Agroklimatologi dan Stasiun Meteorologi Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 20 Oktoberber 2015. Alat dan Bahan
yang digunakan pada praktikum acara I terdiri dari: Alat pengukur curah hujan yang terdiri
dari dua macam alat yaitu ombrometer tipe observarium dan ombografalat pengukur
kelembaban nisbi udara yang terdiri dari psikrometer sangkar, sling psikrometer,
psikrometer Assman, higrometer dan higrograf alat pengukur suhu udara yang terdiri dari
empat macam yaitu termometer biasa, termometer maksimum, termometer minimum, dan
termometer maksimum-minimum Six Bellanialat pengukur suhu dan kelembaban nisbi
udara yaitu termohigrometer dan termohigrograf alat pengukur suhu tanah yang terdiri dari
enam alat yaitu termometer permukaan tanah, termometer tanah selubung kayu,
termometer tanah tipe bengkok, termometer tanah tipe symons, stick termometer dan

termometer maksimum-minimum tanah alat pengukur suhu air yaitu termometer


maksimum-minimum permukaan air alat pengukur panjang penyinaran matahari yang
terdiri dari solarimeter tipe Jordan dan solarimeter tipe Combell Stokes alat pengukur
intensitas penyinaran matahari yaitu aktinograf alat pengukur kecepatan angin yaitu cup
anemometer, hand anemometer dan biram anemometer alat pengukur evaporasi yaitu panci
evaporasi kelas A dan piche evaporasi Stasiun Cuaca Otomatis (Automatic Weather
Station).
Cara kerja pada praktikum acara I ini diawali dengan penjelasan dari asisten
klimatologi dasar mengenai alat-alat pengukur anasir cuaca kemudianalat-alat pengukur
anasir cuaca diamati dan dicatat nama dan kegunaan alat, satuan dan ketelitian
pengamatan, keterangan singkat dari prinsip kerja, cara kerja, cara pemasangan serta cara
pengamatan. Sstasiun meteorologi khusus bidang pertanian, cara kerja, bagian alat, nama
alat, keterangan dan dijelaskan secara singkat oleh asisten kepada praktikan, serta
penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan stasiun pengamatan. Pertanyaan
pertanyaaan yang diajukan praktikan juga dijawan oleh asisten secara lengkap. Dari hasil
pengamatan, dibuat uraian singkat mengenai alat-alat pengukur anasir cuaca yang diamati,
kelebihan dan kekurangan alat-alat yang diamati dari segi hal ketelitian pengamatan
maupun kepraktisan penggunaan alat.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
a) Alat pengukur curah hujan
1. Ombrometer type observatorium
Tabel 1.1 Ombrometer type observatorium
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Mulut penakar seluas
100 cm2
b. Corong sempit
c. Tabung penampung
dengan

kapasitas

setara 300-500 mm

Sumber

dokumen

pribadi, foto diambil di


BMKG Yogyakarta
Diskripsi Alat:
5

CH
d. Kran

Satuan alat
: mm
Satuan pengukuran
: mm
Ketelitian alat
: 0,5 mm
Prinsip Kerja
: Penampung curah hujan
Fungsi
: Mengukur jumlah hujan harian.
Cara kerja alat
:
Air hujan masuk melalui mulut penakar menuju corong sempit. Untuk mengetahui
banyaknya curah hujan adalah dengan membuka kran, kemudian air ditampung di
gelas penakar. Skala pada gelas menunjukkan banyaknya curah hujan.
Cara pemasangan alat :
1. Alat di tempatkan dilapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon atau
bangunan terdekat sekurang-kurangnya sama dengan tinggi pohon atau
bangunan tersebut.
2. Permukaan mulut corong harus benar-benar horizontal dan di pasang pada
ketinggian 120 cm dari permukaan tanah.

Cara pengamatan :
1. Pengamatan dilakukan setiap pukul 07.00 WIB
2. Data curah hujan harian didapat dengan jalan dibuka dan airnya ditampung
dalam gelas penakar yang bersatuann mm tinggi air.
3. Ketelitian pengamatan sampai 0,2 mm.
4. Hujan kurang dari 0,5 mm dianggap tidak ada meskipun tetap dicatat.
5. Jika gelas penakar penuh, pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur
volume air yang tertampung dengan gelas ukur biasa. Karena luas
penampang pengukuran curah hujan 100 cm sehingga setiap volume 10

cm berarti sama dengan 1 mm tinggi permukaan air.


2. Ombrograf
Tabel 1.2 Ombrograf
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Mulut penakar
b. Corong sempit
c. Tabung penampung
d. Tabung penampung
utama
kapasitas

dengan
setara

60

mm CH
e. Saluran pembuangan
air

dengan

sistem

bejana berhubungan
6

Sumber

: f. Silinder kertas grafik


g. Pelampung

www.bmkg.go.id
Diskripsi Alat:
Satuan alat
: mm
Satuan Pengukuran
: mm
Ketelitian alat
: 2 mm
Prinsip Kerja
: Berdasar sistem pelampung
Fungsi
: Mengukur dan mencatat jumlah hujan
Cara kerja alat
:
Air hujan masuk ke tabung penampung I kemudian mengalir ke tabung penampung

utama yang otomatis akan menggerakkan pena penunjuk sehingga membentuk garis
di kertas grafik.
Cara pemasangan alat:
1. Syarat penempatan alat seperti Ombrometer.
2. Alat dipasang diatas permukaan tanah dengan tinggi permukaan mulut

corong 40 cm dari permukaan tanah.


Cara pengamatan:
1. Kertas grafik dipasang pada silinder yang berputar secara teratur secara
otomatis.
2. Penggantian kertas grafik dilakukan 1 minggu sekali.
3. Pencatatan curah hujan bersifat kumulatif, dengan kapasitas maksimum
penampungan 60 mm (satuan pencatat dalam mm).
4. Banyaknya curah hujan dan terjadinya hujan (waktu dan intensitas) dapat

dibaca dari kertas grafik.


b) Alat pengukur kelembaban nisbi udara
1. Psikrometer sangkar
Tabel 1.3 Psikrometer sangkar
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Sumber : www.ketterer.net
Diskripsi Alat:
Satuan alat
Satuan Pengukuran

: C
:%

Keterangan
Keterangan :
a. Statif
b. Termometer

bola

basah
c. Termometer

bola

kering
d. Kain kasa

yang

dibasahi
e. Bejana tempat air

Ketelitian alat
: 0,5C
Prinsip Kerja
: Berdasar sistem termodinamika
Fungsi
: Mengukur kelembaban nisbi udara.
Cara kerja alat
:
Alat ini terdiri dari dua termometer yang dipasang berdampingan, dengan salah
satunya sebagai reservoir terbuka dan yang suhunya dibungkus dengan kain kasa
yang dibasahi air. Termometer yang reservoirnya dibungkus dengan kasa yang basah
adalah termometer yang mengandung alkohol. Dari selisih ini, kita dapat
menentukan kelembaban udara dengan menggunakan tabel. Selisih yang timbul
disebabkan oleh pengaruh reservoir yang sebelumnya memerlukan suhu untuk
menguapkan air di kasa. Kalor di sekitar reservoir pada TBK akan memuaikan air
raksa hingga menunjukkan skala tertentu. Sedangkan pada TBB kalor digunakan
untuk menguapkan air sehingga terjadi keseimbangan atau dicapai keadaan titik
vaporasi sampai titik embun yang ditunjukkan dengan nilai TBB. Turunnya suhu
pada TBB karena sebagian kalor digunakan untuk menguapkan air.
Cara pemasangan alat:
1. Psikrometer di pasang pada sangkar meteo.
2. Kain kasa pada termometer bola basah harus dijaga tetap bersih dan selalu

terbasahi secara kapilaritas


Cara pengamatan:
1. Pengamatan dilakukan tiga kali dalam sehari, pada pukul 07.00 WIB, 13.00
WIB atau 14.00 WIB dan pukul 18.00 WIB.
2. Mula-mula dilakukan pembacaaan suhu termometer bola basah (TBB)
kemudian termometer bola kering (TBK).
3. Pembacaan dilakukan sampai ketelitian 0,1C. Kelembaban nisbi suatu saat
dicari dalam tabel, berdasarkan nilai selisih suhu pada TBK dab TBB.

2. Psikrometer Sling
Tabel 1.4 Psikrometer Sling
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan

Su

a. Termometer

bola

basah
b. Termometer

bola

kering
c. Pegangan

mber : www.amazon.com
Diskripsi alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip Kerja
Fungsi
Cara kerja alat
Pada dasarnya hampir sama

: C
:%
: 0,2C
: Berdasar sistem termodinamika
: Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat.
:
dengan psikrometer sangkar tetapi kain kasa pada

termometer bola basah harus diteliti dengan air secukupnya sebelum digunakan dan
diputar sebanyak 33 kali agar dapat menangkap suhu di udara yang seragam.
Cara pemasangan alat
:Portabel
Cara pengamatan
:
1. Sebelum digunakan, kain kasa pada TBB ditetesi dengan air secukupnya.
2. Selanjutnya Sling Psikrometer diputar 33 kali dengan kecepatan 4
putaran/detik atau lebih kurang sama dengan kecepatan angin 2,5 m/detik.
3. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada Psikrometer Sangkar.
3. Psikrometer type assmann
Tabel 1.5 Psikrometer type assmann
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Termometer

bola

basah
b. Termometrr

bola

kering
c. Kipas
d. Sekrup

pemutar

pegas
e. Saluran angin

Sumber : www.ebay.com
Diskripsi Alat :

Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip Kerja
Fungsi
Cara kerja alat
Hampir sama dengan sling

: C
:%
: 0,2 C
: Berdasar sistem termodinamika
: Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat.
:
psikrometer, tetapi menggunakan
kipas sebagai

pengganti pemutaran. Kipas diputar dengan cara memutar kunci pemutar pegas.
Kerja alat ini pada dasarnya sama dengan psikrometer lain. Kelembaban nisbi
diperoleh dari selisih antara termometer bola basah dengan termometer bola kering.
Cara pemasangan alat
: Portabel
Cara pengamatan
:
1. Sebelum dipakai, kain kasa pada TBBditetesi dengan air.
2. Pegas kipas diputar, sehingga kipas akan mengalirkan udara dengan
kecepatan kurang lebih 5 m/detik pada bagian reservoir termoometernya.
3. Setelah suhu termometer konstan dilakukan pembacaan seperti pada
Psikrometer Sangkar.

4. Higrograf
Tabel 1.6 Higrograf
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Rambut
b. Sistem tuas
c. Pena/penera grafik
d. Silinder
kertas
grafik

Sumber

www.thiesclima.com
Diskripsi alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip Kerja
Fungsi
Cara kerja alat

: C
:%
: 1%
: Sifat kembang kerut benda higroskopis
: Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat.
:

10

Didasari oleh perenggangan dan pengerutan benda higroskopis (dalam hal ini adalah
rambut) akibat adanya pengaruh udara lembab dan kering yang kemudian
dihubungkan dengan tuas penggerak dan pena yang menggores kertas grafik.
Cara pemasangan alat
: Di pasang pada sangkar meteo

Cara pengamatan
:
1. Dipasang kertas grafik pada silinder yang dapat berputar secara otomatis.
2. Penggantian kertas grafik dilakukan sekali dalam seminggu.
3. Kelembaban nisbi udara dalam satuan persen (%) didapat dibaca pada
kertas grafik.
4. Alat ini dapat digunakan untuk mengetahui ayunan kelembaban nisbi udara
selama satu minggu.

c) Alat Pengukuran Suhu Udara


1. Termometer Biasa
Tabel 1.7 Termometer Biasa
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Reservoir
b. Pipa
kapiler
berisi

Sumber

air

raksa/alkohol

www.alatmiconos.co.id
Diskripsi alat :
Satuan alat
: C
Satuan Pengukuran
: C
Ketelitian alat
: 0,5 C
Prinsip Kerja
: Muai ruang zat cair
Fungsi
: Mengukur suhu udara.
Cara kerja alat
:
Apabila suhu naik, maka akan mempengaruhi reservoir sehingga menyebabkan air
raksa memuai dan panjang kolom air raksa dalam tabung bertambah. Sebaliknya jika
suhu turun, air raksa akan menyusut.
Cara pemasangan alat
:
Dipasang sekaligus sebagai termometer bola kering pada psikrometer sangkar
Cara pengamatan
:
1. Suhu udara dapat dibaca pada skala termometer dengan ketelitan pembacaan
0,1C.
2. Mata pengamat harus tegak lurus terhadap kolom air raksa.
11

3. Pengamatan dilakukan tiga kali sehari, pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB
dan 18.00 WIB.

2. Termometer Maksimum Udara


Table 1.8 Termometer maksimum udara
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
A. Reservoir
B. Celah sempit
C. Pipa kapiler berisi
air raksa

www.pawanexport.com
Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat

: C
: C
: 0,25C
Prinsip Kerja :

Muai

ruang

zat

cair

yang

dimodifikasi dengan celah sempit


Fungsi
: Mengukur suhu maksimum.
Cara kerja alat
:
Jika suhu naik, maka akan mempengaruhi reservoir yang berisi air raksa sehingga air
raksa mengembang dan dapat melewati celah sempit. Pada penurunan suhu, air raksa
akanmenyusut tetapi penyempitan tidak melewatkan air raksa di dalam tabung
menuju reservoir.
Cara pemasangan alat
:
Alat di pasang pada sangkar meteo dan dipasang miring 2 terhadap sumbu
horizontal, dengan bagian reservoir lebih rendah.
Cara pengamatan
:
1. Suhu maksimum dapat dibaca tepat pada permukaan kolom air raksa.

12

2. Setelah pengamatan, alat dipasang pada posisibagian reservoir disebelah luar


dan dikibaskan sampai tidak terdapat pemutusan kolom air raksa pada celah
sempit dan dipasang untuk pengamatan hasil selanjutnya.
3. Pengamatan dilakukan sore hari pada pukul 16.00.
3. Termometer Minimum Udara
Tabel 1.9 Termometer Minimum Udara
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Reservoir
b. Index
penunjuk
suhu minimum
c. Pipa kapiler berisi
alkohol

Sumber

www.taylorusa.com
Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip Kerja

: C
: C
: 0,25C
: Muai ruang alkohol yang dimodifikasi dengan

indeks.
Fungsi
: Mengukur suhu minimum.
Cara kerja alat
:
Jika suhu naik, maka akan mempengaruhi reservoir berisi alkohol sehingga alkohol
akan mengembang. Pada penurunan suhu, alkohol akan menyusut dan menggerakkan
indeks penunjuk suhu minimum..
Cara pemasangan alat

: Alat dipasang pada

sangkar meteo dengan kedudukanyang harus benar

benar datar.
Cara pengamatan
:
1. Suhu udara minimum dapat diketahui dengan membaca tepat pada skala
yang ditunjuk oleh ujung indeks yang berdekatan dengan ujung kolom
alkohol.
2. Ujung kolom alkohol menunjukkan kepada suhu udara sesaat.
3. Pengamatan dilakukan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB.

13

4. Setelah pengamatan, indeks harus dikembalikan tepat pada ujung kolom


alkohol untuk pengamatan hari selanjutnya.
4. Termometer Maksimum-Minimum Six Bellani
Tablel 1.10 Termometer Maksimum-Minimum Six Bellani
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Reservoir
b. Pipa kapiler berisi
air raksa
c. Pipa kapiler berisi
alkohol
d. Indeks

penunjuk

suhu maksimum
e. Indeks penunjuk
suhu minimum
f. Tombol
Sumber

pengembali indeks

www.weatherforschools.
me.uk
Diskripsi alat :
Satuan alat
: C
Satuan Pengukuran
: C
Ketelitian alat
: 2,5C
Prinsip Kerja
: Muai ruang zat cair (air raksa dan alkohol).
Fungsi
: Mengukur suhu udara maksimum dan minimum.
Cara kerja alat
:
Didasarkan pada pemuaian alkohol dan air raksa yang dimodifikasi. Adanya indeks
menunjukkan suhu maksimum, ditunjukkan oleh air raksa (jika suhu mengembang).
Jika suhu turun, indeks penunjuk suhu minimum akan bergerak turun ke kolam
reservoir.
Cara pemasangan alat

:Alat dipasang pada sangkar meteo dengan posisi

tegak.
Cara pengamatan
:
1. Suhu maksimum dan minimum dibaca pada ujung bawah indeks.
2. Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, indeks bagian kiri
menunjukkan suhu minimum.
3. Pengamatan dilakukan pada sore hari pada pukul 16.00.
4. Setelah pengamatan, untuk pengamatan hari selanjutnya tombol kemudi
ditekan sedemikian sehingga ujung bawah indeks berhimpit dengan
permukaan kolom air raksa.
14

d) Alat Pengukuran Suhu Udara sekaligus Kelembaban nisbi


1. Termohigrometer
Table 1.11 Termohigrometer
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Spiral dwi

logam

bimetal
b. Spiral benda higroskopis
c. Jarum penunjuk skala
suhu
d. Jarum penunjuk skala
Sumber

kelembaban
e.
Ventilasi
:

www.walmart.com
Dikripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
a. Termometer
b. Higrometer

: 0C dan %
: 0C dan %
: 5 0C dan 1%
:
: Muai dwi logam
: Higroskopis rambut
Fungsi : Mengukur suhu udara dan kelembaban nisbi

udara dalam 1 waktu.


Cara Kerja Alat
:
Alat digantung, dibiarkan dengan interval tertentu. Suhu udara mempengaruhi
logam bimetal menjadi mengembang atau mengkerut sehingga menggerakkan jarum
penunjuk. Kemudian kelembaban udara mempengaruhi rambut, apabila kelembaban
udara tinggi akan mengembang dan sebaliknya jika kelembaban rendah akan
mengkerut. Panjang pendek rambut akan menggerakkan jarum.
Cara Pengamatan
:
1. Saat pengamatan, alat harus terlindung dari pengaruh sinar matahari secara
2.

langsung, dan tetesan air hujan.


Suhu udara (C) dan kelembaban (%), dibaca langsung pada alat.
2. Termohigrograf
Tabel 1.12 Termohigrograf
Gambar Sketsa

Gambar Asli

15

Keterangan

a. Lempeng dwi logam /

Sumber
www.walmart.com
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
a. Termometer
b. Higrometer
Fungsi

b.
c.
d.
: e.
f.

bimetal
Rambut
Sistem tuas higrograf
Sistem tuas termograf
Pena
Silinder kertas grafik

: 0C dan %
: 0C dan %
: 5 0C (H temperatur) dan 0,5% (H temperatur)
:
: Muai dwi logam
: Higroskopis rambut
: Mengukur suhu dan kelembaban udara dalam 1

waktu
Cara Kerja Alat
:
- Termograf
Bekerja berdasar muai dwi logam yaitu perbedaan antara muai lempeng logam

putih dan lempeng logam hitam. Perbedaan muai ini dapat menggerakkan sistem
tuas sehingga pena pencatat suhu udara bergerak dan menggores atau memberi
tanda pada kertas grafik.
- Higrograf
Bekerja berdasar prinsip higroskopis rambut yaitu mengembang dan mengkerutnya
rambut karena adanya kelembaban udara yang berbeda. Pengembangan dan
pengkerutan rambut tersebut dapat menggerakkan sistem tuas sehingga pena
kelembaban udara bergerak dan menggores atau memberi tanda pada kertas grafik.
Cara Pengamatan
:
1.
Dipasang kertas grafik pada silinder yang dapat berputar secara otomatis
2.
Kertas grafik diganti tiap minggu
3.
Kelembaban nisbi (%) dan temperatur ( 0C) suatu saat dan ayunannya
dapat dibaca pada kertas grafik.
e) Alat Pengukur Suhu Air
1. Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air
Tabel 1.13 Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air
Gambar Sketsa

Gambar Asli

16

Keterangan

a. Reservoir
b. Pipa kapiler berisi
air raksa
c. Pipa kapiler berisi
alkohol
d. Indeks

penunjuk

suhu maksimum
e. Indeks
penunjuk

Sumber

www.rfuess-

suhu minimum
f. Pelindung reservoir
g. Pelampung

mueller.de
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja

: 0C
: 0C
: 0,5 0C
: Muai ruang zat cair
Fungsi : Mengukur suhu maksimum dan minimum

permukaan air
Cara Kerja Alat
:
Dapat diletakkan terapung pada permukaan air dengan kedudukan H temperatur. Alat
ini bekerja jika suhu permukaan naik yang mengakibatkan alkohol dan air raksa
memuai. Air raksa mendorong stif, pada suhu tertentu ketika suhu udara dingin air
raksa mengerut. Terdapat perbedaan tekanan di kolom hampa dan termometer
minimum.
Cara Pengamatan

1.

:
Suhu maksimum dan minimum dibaca pada ujung bawah

indeks.
2.

Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, indeks

3.
4.

bagian kiri menunjukkan suhu minimum


Pengamatan dilakukan pukul 16.00 WIB.
Setelah pengamatan, tombol kemudian ditekan sedemikian
rupa sehingga ujung bawah indeks berhimpit dengan permukaan kolom air

raksa, untuk kemudian dilakukan pengamatan berikutnya.


f) Alat Pengukuran Suhu Tanah
1. Termometer Permukaan Tanah
Tabel 1.14 Termometer permukaan tanah
Gambar Sketsa

Gambar Asli

17

Keterangan

a. Termometer

zat

cair
b. Reservoir
c. Statif kaki tiga
d. Tabung pelindung
reservoir
berventilasi
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
Fungsi
Cara Kerja

: 0F
: 0C
: 1 0F
: Muai ruang zat cair
: Mengukur suhu permukaan tanah
: Alat bersifat jinjing, alat diletakkan di atas

permukaan tanah. Diletakkan di atas tanah, ditunggu 2 menit, kemudian

dibaca suhunya.
Cara pemasangan
Cara Pengamatan

: jinjing, alat diletakkan di atas permukaan tanah.


: Setelah stabil, suhu dibaca langsung pada skala

yang ditunjukan saat pencatatan pada suhu udara harian.


2. Termometer Tanah Selubung Kayu
Tabel 1.15 Termometer Tanah Selubung Kayu
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Ujung

sensor

sampai jeluk 5
cm
b. Termometer
Sumber www.amazon.com

cair
c. Pegangan tangan
d. Selubung kayu
pelindung
termometer

Diskripsi alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
Fungsi

: 0F
: 0C
: 1 0F
: Muai ruang zat cair
: Mengukur suhu permukaan tanah dengan jeluk 5cm

18

zat

Cara Kerja

: Bagian ujung ditancapkan kedalam

tanah dengan jeluk yang akan diamati. ditancapkan

Cara pemasangan

ditanah selama 2 menit, hasil dalam F dijadikan C.


: jinjing (portable), bagian ujung ditancapkan ke

dalam
tanah sesuai dengan jeluk yang akan diamati
Cara Pengamatan
: Setelah stabil, suhu tanah
diamati dengan membaca skala yang ditunjuk.
3. Termometer Tanah Type Bengkok
Tabel 1.16 Termometer Tanah Type Bengkok
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Reservoir untuk
jeluk tanah 20
cm
b. Pipa

kapiler

berisi air raksa

Sumber

www.rfuess-

mueller.de
Diskripsi alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
Fungsi
cm.

: 0C
: 0C
: 1 0C
: Muai ruang zat cair
: Mengukur suhu permukaan tanah dengan jeluk 20
Cara Kerja

: tanah dibor dengan menggunakan

bor tanah, kemudian dimasukkan termometer


tanahnya, lalu dibaca suhunya.

Cara pemasangan
:
1. Dibuat lubang ditanah dengan jeluk tertentu dengan dibor.
2. Bagian reservoir termometer dimasukkan ke dalam lubang, kemudian
ditimbun kembali dengan tanah bekas galian.

Cara Pengamatan

: Setelah stabil, suhu dibaca langsung pada skala

yang ditunjukkan saat pencatatan pada suhu udara harian.


19

4. Termometer Tanah Type Symons


Tabel 1.17 Termometer tanah type symons
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Pipa pelindung
termometer
b. Bagian sensor
c. Termometer zat
cair
d. Reservoir
e. Rantai

Sumber

www.russell-

scientific.co.uk
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Pengukuran
Ketelitian Alat
Prinsip Kerja
Fungsi

: 0C
: 0C
: 0,5 0C
: Muai ruang zat cair
: Mengukur suhu tanah kedalaman 50 cm.
Cara Kerja
: tanah dibor, termometer dimasukkan,
distabilkan 2 menit, kemudian termometernya

dibaca.
Cara Pemasangan
:
1. Dibuat lubang pada tanah dengan jeluk tertentu dengan bor.
2. Bagian reservoir termometer dimasukkan lubang kemudian ditimbun
kembali dengan tanah bekas galian.
Cara Pengamatan
:
1. Termometer diangkat dari selubung bagian pelindung, suhu tanah
dapat dibaca langsung pada skala yang ditunjuk.
2. Pembacaan harus dilakukan dengan cepat.

5. Stick Termometer
Tabel 1.18 Stick termometer
Gambar Sketsa

Gambar Asli

20

Keterangan

a. Tangki pemutar
b. Jarum
penunjuk
suhu
c. Tabung

bejana

berisi spiral logam


Sumber

sebagai penghantar
d. Ujung peka

www.amazon.com
Diskripsi Alat :
Satuan Alat
Satuan Ukur
Ketelitian
Prinsip Kerja
Fungsi

: C
: C
: 1 C
: Muai zat cair bertekanan pada tabung bejana
: Mengukur suhu tanah kedalaman 100 cm.
Cara Kerja
: setelah berada di dalam tanah, ditunggu 2

menit agar stabil, kemudian dibaca suhunya.


Cara Pemasangan : Alat dimasukkan ke dalam tanah dan
ditekan menurut jeluk yang akan diamati dengan cara

memutar pegangannya.
Cara Pengukuran : Setelah jarum penunjuk suhu konstan,

suhu dapat dibaca pada skala yang ditunjuk.


6. Termometer Maksimum-Minimum Tanah
Tabel 1.19 Termometer maksimum-minimum tanah
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Bagian sensor
b. Pipa berisi zat
cair (air raksa)
c. Jarum
hitam

Sumber
www.statebystategardening.c
om

penunjuk
sesaat
d. Jarum
penunjuk

suhu
hijau
suhu

maksimum
e. Jarum
merah
penunjuk
minimum
Diskripsi Alat :

21

suhu

Satuan Alat
Satuan Ukur
Ketelitian
Prinsip Kerja
Fungsi

: C
: C
: 0,5 C
: muai ruang zat cair pada tabung Bourdan.
: Mengukur suhu maksimum dan minimum tanah.
Cara Kerja
: tanah dibor, kemudian sensor
dimasukkan sampai 20 cm, raksa akan memuai dan
menyusut, jadi bisa dibaca lewat jarum penunjuk
suhu
Cara Pemasangan
sensor

dibenamkan

: Jinjing (portable), bagian


ke

dalam

tanah

hingga

kedalaman 20 cm dan dibiarkan selama periode

pengamatan.
Cara Pengukuran :
1. Sebelum pengamatan, ketiga jarum penunjuk dibuat saling berhimpit
dengan cara memutar sekrup.
2. Pada saat pembacaan :
Jarum merah menunjukkan suhu maksimum
Jarum hijau menunjukkan suhu minimum
Jarum hitam menunjukkan suhu sesaat

g) Alat Pengukuran Panjang Penyinaran


1. Solarimeter Type Jordan
Tabel 1.20 Solarimeter type Jordan
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Silinder
lingkaran

dengan

sudut 60o
b. Celah

sempit

tempat
Sumber : www.rmets.org

sinar
c. Pelindung
sempit
d. Sekrup

22

setengah

masuknya
celah
pengatur

kemiringan
Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan pengukuran
Ketelitian alat
Prinsip kerja
Fungsi
Cara kerja Alat
Sinar masuk melalui celah

: jam
:%
: 0,5 jam
: reaksi fotokhemis cahaya dan kertas pias
: Mengukur panjang penyinaran
:
sempit, sinar membentuk noda pada kertas pias yang

dilapisi larutan kalium ferrosianida. Noda yang ada pada kertas dicuci dengan
aquades, sehingga kertas dapat dibaca. Dari panjang noda yang terbentuk,akan
dapat diukur sebagai panjang penyinaran aktual.
Cara pemasangan
:
1. Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang
agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar
2.

matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3m di atas horizon


Solarimeter dipasang sedemikian rupa sehingga :
a) Arah U-S dari alat sesuai dengan U-S dari tempat pemasangan
b) Tutup kotak menghadap khatulistiwa
c) Alat dipasang dengan kemiringan kearah khatulistiwa terhadap
sumbu horizontal, sebesar derajat lintang tempat pemasangan
(Yogyakarta 7 0C ).
Cara pengamatan :
1. Persiapan kertas pias
a)
Kertas pias dicelupkan atau dilapisi dengan larutan Kalium
Ferrosianida atau Feriamonium sitrat dengan kepekatan baku,
disesuaikan dengan kepekaan kertas pias tehadap intensitas sinar
b)

matahari
Sebelum digunakan, kertas pias harus disimpan rapat dan tidak

boleh bereaksi dengan sinar.


2. Dua buah kertas pias dipasang pada masing-masing tabung dan diganti
setiap sore hari pada pukul 18.00 WIB.
3. Noda yang terdapat pada kertas pias dicelupkan terlebih dahulu dalam
aquades segera setelah digunakan, kemudian diukur panjangnya dalam
satuan jam. Nilai pengukuran ini merupakan nilai PP aktual.
Panjang penyinaran =
PP aktual X100%
PP potensial
Sementara PP potensial merupakan panjang penyinaran yang seharusnya
dapat terjadi bila udara cerah selama 1 periode.

23

Cara pemeliharaan :
Adanya embun, debu perlu dihilangkan dari celah sempit kaca pada waktu pagi
pagi. Setelah hujan perlu dilap dengan kain yang bersih.

2. Solarimeter Type Compbell-Stokes


Tabel 1.21 Solarimeter type Campbell-Stokes
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Lensa bola kaca pejal
dengan jari-jari 7,3
cm
b. Busur pemegang bola
kaca pejal
c. Sekrup

Sumber : www.rmets.org

pengunci

kedudukan lensa
d. Sekrup
pengatur
kemiringan
e. Mangkuk

tempat

kertas pias
Diskripsi Alat :
Satuan alat
: jam
Satuan pengukuran : %
Ketelitian alat
: 0,5 jam
Prinsip kerja
: pemfokusan sinar matahari
Fungsi
: Mengukur panjang penyinaran
Cara kerja
:
Sinar ditangkap lensa dan difokuskan ke atas kertas pias, sehingga kertas pias
terbakar, kemudian panjang kertas pias yang terbakar tersebut diukur untuk
mengetahui PP.
Cara pemeliharaan :
Adanya embun, debu perlu dihilangkan dari bola kaca pada waktu pagi
pagi. Setelah hujan perlu dilap dengan kain yang bersih.
Cara pemasangan
:

24

1. Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang
agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar
matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3m di atas horizon.
2. Solarimeter dipasang sedemikian rupa sehingga :
a) Mangkuk tempat pemasangan kertas pias harus menunjuk arah
timur-barat
b) Bagian bawah alat harus benar-benar datar (diatur dengan
leveling).
c) Lensa bola bersama dengan tempat kertas pias dimiringkan sesuai
dengan letak lintang tempat pengamatan.
Cara pengamatan :
1. Kertas pias dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00.
2. Kertas pias yang digunakan ada 3 macam, yaitu bentuk lurus, bengkok
panjang, dan bengkok pendek.
3. Jadwal penggunaaan masing-masing bentuk kertas pias tergantung pada
letak pengamatan dan kedudukan matahari terhadap tempat tersebut.
4. Pengukuran PP aktual dilakukan dengan ketelitian 0,1 jam dengan

b)

ketentuan sebagai berikut :


a)
Noda langsung bundar, dihitung 0,5 panjang garis tengah noda.
Noda berbentuk titik, setiap 2 atau 3 titik dihitung 0,5 jam.
c)
Noda berbentuk garis berlubang, dihitung dikurangi 0,1 jam
setiap pemutusan.
d)
Noda berbentuk garis tidak berlubang, tidak perlu dikoreksi.
h) Alat Pengukur Intensitas Penyinaran
1. Aktinograf Dwi Logam
Tabel 1.22 Aktinograf dwi logam
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Lempeng

logam

warna putih
b. Lempeng
logam
Sumber
www.ketterer.net

warna hitam
c. Lembar kaca pyrex
:
d. Pena
/
penera
grafik
e. Silinder
grafik

Diskripsi Alat :
Satuan alat
Satuan pengukuran
Ketelitian alat

: cm2
: kal/cm2/hari
: 1 cm2
25

kertas

Prinsip kerja
: beda muai logam hitam dan putih
Fungsi
: Mengukur intensitas penyinaran matahari
Cara kerja
:
Sinar matahari masuk di kaca pyrex, sehingga logam akan memuai, logam hitam
muainya lebih besar daripada logam putih, adanya pemuaian menyebabkan pena
bergerak sehingga akan terbentuk grafik.
Cara pemeliharaan :
Alat ini memerlukan kalibrasi secara periodik setiap enam bulan dengan
menggunakan paranometer dan kalau perlu mengganti sensor setelah digunakan
beberapa tahun.
Cara pemasangan :
Alat dipasang pada tempat terbuka di atas tiang beton yang kuat dan bagian atas
dibuat sedemikian rupa, sehingga selain sinar berada 15 di atas horizon bumi, sinar
harus bebas mencapai sensor.
Cara pengamatan :
1. Kertas grafik dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00 WIB.
2. Grafik akan tergambar pada kertas grafik, kemudian diukur luasan di bawah
grafik tersebut dengan alat planimeter. Luasan yang terukur disetarakan
tehadap satuan kalori/cm2/hari.
i) Alat Pengukur Kecepatan Angin
1. Cup Anemometer
Tabel 1.23 Cup anemometer
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Sumber

Keterangan
a. Mangkuk anemo
b. Pencatat jarak
c. Tiang penyangga
:

www.nwclimate.org
Diskripsi alat :
Satuan alat
: km
Satuan pengukuran : km/jam
Ketelitian alat
: 0,5 km
Prinsip kerja
: sistem mekanik (gir)
Fungsi
: Mengukur kecepatan angin
Cara kerja
: kalau ada angin, mangkuk berputar dan spedonya bergerak
Cara pemasangan :
1. Alat dipasang pada tiang atau menara dengan ketinggian 0,5; 2; atau 10 m
sesuai dengan masing-masing penggunaan.
26

2. Pemasangan harus pada tempat terbuka, dengan jarak benda yang terdekat
minimal 10x tinggi benda tersebut.
Cara pemeliharaan :
Harus selalu diadakan pengecekan apakah tiangnya cukup kuat dan sungguh
sungguh vertikal. Adanya gesekan dapat menyebabkan alat ini mengukur lebih
kecil daripada sebenarnya beberapa tahun. Kalibrasi kemudian perlu dilakukan
dengan pengamatan pembanding.
Cara pengamatan :
1. Pembacaan pada alat pencatat dilakukan setiap pagi pukul 07.00 WIB.
2. Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari
ke-2 dengan pembacaan hari ke-1 (jarak tempuh angin), dibagi dengan waktu
antara beda pengamatan tersebut (periode 1 hari = 24 jam).
3. Satuan pengamatan adalah km/jam.
2. Hand Anemometer
Tabel 1.24 Hand anemometer
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Kipas anemo
b. Speed anemo
c. Skala beauford
d. Tangkai
pegangan
tangan

Sumber

www.england.all.biz
Diskripsi alat :
Satuan alat
: m/s
Satuan pengukuran
: m/s
Ketelitian alat
: 0.5 m/s
Prinsip kerja
: Sistem GGL induksi (seperti sistem dynamo)
Fungsi
: Mengukur kecepatan angin
Cara kerja
:
Anemometer (motor yang terdapat dalam kumparan) digerakkan sehingga
menimbulkan arus listrik yang akhirnya dapat menggerakkan jarum penunjuk skala.
Cara pemasangan
: jinjing (portable)
Cara pemeliharaan
:

27

Setelah dipakai selalu pastikan jarum penunjuk kecepatan angin menunjukkan


angka nol. Dan bila baling-baling basah segera lap dengan kain.
Cara pengamatan
:
1) Kecepatan angin sesaat dapat diketahui dengan membaca langsung pada
pencatat.
2) Satuan alat adalah m/s atau skala Beauford.
3. Biram Anemometer
Tabel 1.25 Biram anemometer
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Kipas anemo
b. Jarum pencatat jarak
per 100 m
c. Jarum pencatat jarak
per 1000 m

Sumber : www.ebay.com
Diskripsi alat :
Satuan alat
:m
Satuan pengukuran : m/s
Ketelitian alat
: 0,5 m
Prinsip kerja
: Sistem mekanik
Fungsi
: Mengukur kecepatan angin
Cara kerja
:
Angin yang datang akan menggerakkan kipas dan menyebabkan jarum bergerak,
sehingga skala dapat terbaca.
Cara pemasangan
: jinjing ( portable )
Cara pemeliharaan
:
Setelah dipakai selalu pastikan jarum penunjuk kecepatan angin menunjukkan
angka nol. Dan bila baling baling basah segera lap dengan kain
Cara pengamatan
:
1. Umumnya alat digunakan untuk pengukuran rerata kecepatan angin pada
periode pendek, dengan satuan dalam m/s.
2. Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari
ke-2 dengan pembacaan hari ke-1 (jarak tempuh angin), dibagi dengan
waktu antara beda pengamatan tersebut (periode 1 hari = 24 jam).
j) Alat Pengukur Evaporasi
1. Piche Evaporimeter
Tabel 1.26 Piche evaporimeter
28

Gambar Sketsa

Gambar Asli

Keterangan
a. Tabung

kaca

tempat air yang


berkala

dalam

satuan mm
b. Kawat
penjepit
tempat
meletakkan kertas
Sumber : www.jjstech.com

berpori
c. Penggantung

Diskripsi alat:
Satuan alat
: mL
Satuan pengukuran
: mm
Ketelitian alat
: 0,05 mL
Prinsip kerja
: Pengukuran selisih tinggi permukaan air
Fungsi
: Mengukur penguapan air
Cara kerja
:
Kertas saring yang ada dalam tabung ditekan air, sehingga merembes. Penguapan
akan mengeringkan kertas saring, sehingga air di atas kertas saring tersebut akan
membasahi lagi. Selisih pengamatan hari ke-1 dengan pengamatan hari ke-2 diukur

sebagai besarnya penguapan pada hari itu.


Cara pemasangan
:
Tabung diisi air dan digantung di dalam ruangan atau sangkar meteo.
Cara pengamatan
:
Pengamatan dilakukan sehari sekali. Mula-mula diamati tinggi permukaan air (P1),
pengamatan ke-2 dilakukan keesokan harinya (P2). Besarnya penguapan adalah
selisih P1 dan P2.

2. Panci Evaporasi Klas A


Tabel 1.27 Panci evaporasi klas A
Gambar Sketsa

Gambar Asli

29

Keterangan

a. Panci
dengan

evaporasi
diameter

120,7 cm tinggi 25
Sumber
www.nwclimate.org

cm, dan tebal panic


0,8 cm
b. Rangka kayu / besi
c. Tabung
peredam
riak / gelombang
dengan diameter 10
cm
d. Hook (batang kait)
dan skala pengukur
(nonius)
e. Sekrup

pemutar

batang pengukur
f. Batang pengukur
Diskripsi alat :
Satuan alat
: mm
Satuan pengukuran
: mm
Ketelitian alat
: 0,02 mm
Prinsip kerja
: pengukuran selisih tinggi permukaan air
Fungsi
: Mengukur penguapan
Cara kerja
:
Kail dipasang tepat pada permukaan air, kemudian pada skala dibaca yang
menunjukkan berapa ketinggian air dan dibiarkan selama 24 jam. Jika terjadi
penguapan, maka permukaan air akan turun. Sehingga ujung tali terletak di atas
permukaan air. Kemudian ujung kail diturunkan dengan sekrup pemutar batang
pengukur. Pada saat itu dibaca tinggi permukaan air dari skala. Besarnya penguapan
adalah skala sebelum penurunan dikurangi dengan skala akhir.
Cara pemasangan
:
1) Panci diletakkan pada balok kayu yang disusun datar di atas permukaan
tanah.
2) Air bersih dimasukkan ke dalam panci setinggi 20 cm. Permukaan air
dijaga jangan sampai kurang dari 2,5 cm dari batas tersebut. Jika tinggi air
kurang dari 10 cm dari dasar, dapat berakibat kesalahan hingga 15 %.
Cara pemeliharaan :
Pengecatan panci seringkali menyebabkan pencatatan evaporsi tidak konsisten.
Warna panci akan menyebabkan pengaruh terhadap radiasi dan selanjutnya akan
30

berpengaruh terhadap jumlah evaporasi. Panci yang telah di galvanisir sebaiknya


dibiarkan saja tanpa dicat. Panci perlu dibersihkan dengan selang waktu yang tetap
untuk menghilangkan perubahan-perubahan refleksi dan sifat air. Setelah
pembersihan, panci perlu diisi kembali dengan air yang temperaturnya kira kira
sama dengan temperatur air panci sebelumnya yang diambil dari tandon yang
terbuka yang berdekatan dengan panci. Untuk mengurangi pertumbuhan algae pada
air dalam panci, dapat ditambahkan sulfat tembaga encer dalam setiap kali
penggantian air.
Cara pengamatan
1.

:
Mula-mula ujung kail (hooke) diatur dengan sekrup

pemutar, tepat menyentuh permukaan air. Tinggi air kemudian dapat dibaca
2.

pada penera (sampai ketinggian 0,02 mm).


Pada sore hari berikutnya, ujung kail diatur kembali

sampai menyentuh permukaan air.


3.
Selisih pembacaan ke-1 (P1) dengan pembacaan ke-2
4.

(P2) merupakan besarnya penguapan air.


Jika terdapat hujan, rumus perhitungan evaporasi
adalah P1+P2+CH (dalam mm). Kapasitas maksimum terjadi bila terjadi
hujan sebesar 50 mm pada periode pengamatan.

k) Stasiun Cuaca Otomatis (Automatic Weathering Stasion)


Tabel 1.28 Stasiun Cuaca Otomatis (Automatic Weathering Stasion)
Gambar Sketsa

Gambar Asli

Sumber: dokumentasi pribadi,


foto diambil di fakultas
pertanian.

Prinsip kerja:

31

Keterangan

AWS menggunakan tenaga matahari (solar cell) yang terhubung ke battery (accu)
dalam box. Battery berfungsi sebagai penyimpan tenaga dari solar cell untuk

menstabilkan aliran listrik.


Cara kerja:
AWS menggunakan radio (walky talky) dimana semua sensor alat mengirim data
dalam bentuk analog, kemudian oleh data logger diubah menjadi data digit. Walky
talky akan memancarkan frekuensi yang sudah ditentukan dan diterima oleh radio di
laboratorium. Selanjutnya akan dihubungkan ke monitor komputer yang sudah
terinstallsoftware AWS sehingga akan terbaca dan terlihat semua data yang tercatat

di AWS.
Cara Pemasangan dan Kedudukan Standar Peralatan AWS:
a. Di atas tanah yang tertutup rumput pendek atau pada area lokal reperesentatif
b. Sensor-sensor meteorologi harus diletakkan jauh dari pengaruh luar seperti
bangunan dan pohon (jarak tergantung daripada variabel jenis penghalang).
c. Sensor harus diletakkan pada ketinggian yang sama (dan ditempatkan) sesuai
dengan peralatan konvensional.
d. Jaga kestabilan terhadap lokasi (perubahan tumbuh-tumbuhan, bangunan, dll)

Macam Alat Pengukur


a. Wind Speed
1) Spesifikasi alat:
- Kecepatan maksimum
: 65 m/s
- Resolusi
: 0,1 m/s
- Ketelitian
: 2%
2) Fungsi: Mengukur kecepatan angin secara horizontal
b. Wind Direction
1) Spesifikasi alat:
- Kecepatan maksimum: 65 m/s
- Resolusi
: 10
- Ketelitian
: 20
2) Fungsi: Mengukur arah angin secara horizontal
direction
c. Solar radiation
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 0,1 W/m2
- Ketelitian
: 2 W/m2
- Jangkauan
: 0-2000 W/m2
2) Fungsi: Mengukur radiasi matahari
radiation

32

Gambar 1.1 wind speed

Gambar

1.2

Wind

Gambar

1.3

Solar

d. Relative humidity
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 1%
- Ketelitian
: 2%
- Jangkauan
: 0-100%
2) Fungsi: Mengukur kandungan lengas di udara
humidity
e. Air temperature
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
- Ketelitian
- Jangkauan

Gambar 1.4 Relative

: 0,10C
: 0,50C (-400C 00C)
: -400C 800C
Gambar

1.5

Air

1.6

Soil

temperature
2) Fungsi: Mengukur suhu udara
f. Soil Temperature
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 0,10C
- Ketelitian
: 0,20C (00C 700C)
0,50C (-400C 00C)
2) Fungsi: Mengukur suhu tanah
Temperature
g. Rain Gauge
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 0,2 mm
- Ketelitian
: 1%
- Jangkauan
: -400C 800C
2) Fungsi: Mengukur curah hujan
h. Barometric Pressure
1) Spesifikasi alat:
- Resolusi
: 1 milibar
- Ketelitian
: 1 milibar (950-1050 milibar)
- Jangjauan
: 600-1250 milibar
2) Fungsi: Mengukur tekanan udara

Gambar

Gambar 1.7 Rain gauge

Gambar

1.8

Barometric

pressure

Cara kerja

AWS menggunakan radio (walky talky) dimana semua sensor alat mengirim data
dalam bentuk analog, kemudian oleh data logger diubah menjadi data digit. Walky
talky akan memancarkan frekuensi yang sudah ditentukan dan diterima oleh radio
di laboratorium. Selanjutnya akan dihubungkan ke monitor komputer yang sudah

33

terinstallsoftware AWS sehingga akan terbaca dan terlihat semua data yang
tercatat di AWS.
B. PEMBAHASAN
a) Alat Pengukuran Curah Hujan
1. Ombrometer tipe Observatorium
Alat ini untuk mengukur curah hujan harian, pengamatan dilakukan
sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari, tetapi perlu diingat bahwa hujan yang
diukur pada pagi itu adalah data hujan kemarin dengan cara mengukur air yang
berada di pada ombrometer dengan gelas ukur. Penempatan tiang kolektor
jangan terlalu dekat dengan tanah karena akan menimbulkan kesulitan, sehingga
ketinggian telah dibakukan untuk menyamakan pengamatan yaitu, 120 cm dari
permukaan tanah, fungsinya agar turbulensi dan percikan air hujan yang
memantul dari tanah sangat kecil kemungkinannya.
Kelebihan ombrometer tipe observatorium, yaitu :
Tingkat ketelitiannya cukup tinggi jika dibandingkan dengan ombrograf.
Satuan alat dan satuan pengukuran sama sehingga memudahkan

perhitungan.
Jika gelas penakar pecah dapat diganti dengan mengukur volume air yang
terpampang dengan jelas sebab penampang curah hujan 100 cm2 sehingga

setiap volume 1000 berarti sama dengan 1 mm muka air.


Kekurangan alat ini, yaitu :
Penempatan atau penanaman tiang kolektor ombrometer tipe observatorium
ini jika terlalu dekat dengan tanah bisa menimbulkan kesulitan yang

diakibatkan percikan air dari permukaan tanah.


Kurang efisien dalam waktu dan tenaga dalam pengamatan,memerlukan

pengamatan berulang untuk mendapatkan data hasil karena diamati harian.


Sistem pembuangan secara manual dapat mengganggu kelancaran

pengukuran curah hujan ketika kran dibuka karena penampung penuh.


Hanya mengetahui jumlah curah hujan tidak intensitasnya.

2. Ombrograf
Alat ini untuk mengukur curah hujan mingguan dan alat ini dilengkapi
dengan grafik yang tertera pada kertas grafik yang menunjukan besarnya curah
hujan dan biasanya diletakan diatas permukaaan tanah dengan sistem kerja sama
dengan sistem kerja ombrometer.
Kelebihan ombrograf:

34

Mampu melihat intensitas curah hujan dan sistem pembuangan


menggunakan sistem bejana berhubungan sehingga air akan dibuang
secara otomatis jika penuh dan penempatannya lebih mudah, yaitu pada

ketinggian 40 cm
Pengamatannya lebih efisien karena grafik akan terbentuk secara
otomatis dengan perubahan volume air di dalam tabung penampung.
Dengan data yang berbentuk grafik dapat diperoleh informasi mengenai
curah hujan secara bersinambungan dalam periode tertentu.
Kekurangan ombrograf:

Daya tampungnya hanya 60 mm sehingga tidak bisa mengamati curah

hujan lebih dari ukuran itu.


Tingkat ketelitian alat yang mencapai 2 mm sehingga data yang
dihasilkan kurang valid dibandingkan ombrometer. Hal ini disebabkan
data yang dihasilkan berdasarkan gerakan pena yang dimungkinkan bisa
bergerak juga akibat factor selain pena seperti halnya akibat tersenggol

pengamat. Harus mengganti kertas grafik setiap minggu.


Pengamatan lebih sulit karena dibutuhkan keahlian untuk membaca
grafik, dan membutuhkan waktu yang lama serta boros tinta.

b) Alat Pengukur Kelembaban Nisbi Udara


1. Psikrometer Sangkar
Alat ini terdiri dari dua termometer yang identik dan letaknya saling
berdampingan baik vertikal maupun horisontal. Termometer yang satu tetap
kering, sedang termometer yang lain dibalut kain tipis yang selalu dalam
keadaan basah, sehinga suhu termometer basah ini lebih rendah dibanding
termometer kering, selisih antara termometer bola basah dan termometer bola
kering yaitu depresi bola basah, dan dapat dicari besarnya kelembaban nisbi dari
suatu tabel yang disebut tabel psikrometrik.
Psikrometer tipe sangkar memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

Dapat diketahui titik uap dan titik embun sekaligus serta penggunaannya

mudah.
Alat ini dapat ditempatkan pada alam terbuka sehingga kecepatan angin

tidak terpengaruh oleh kecepatan putaran tangan.


Tingkat ketelitiannya sama dengan sling psikrometer (0,50C).
Kelemahan pada alat ini yaitu:
Kemampuan terbatas pada kecepatan angin 3-5m/detik

35

Datanya dipengaruhi oleh kecepatan angin yang ada dilokasi tersebut


dimana diketahui bahwa hembusan / kecepatan angin tiap waktunya

selalu berbeda-beda.
Diperlukan ketelitian dalam mengamati Termometer bola basah (TBB).

2. Sling Psikrometer
Alat ini memiliki mekanis yang berbeda dengan alat lain dalam
mengeringkan

termometer

bola

basah

yaitu

dengan

memutar

sling

psikometer sebanyak 33 kali dengan cara sling psikrometer diayunkan empat


putaran tiap detik untuk memenuhi laju ventilasi yang diperlukan sebesar 2,5
meter tiap detik. Kelebihan psikrometer tipe sling ini adalah ketelitian nya cukup
tinggi hingga 0,2C. Jika dibandingkan psikometer lain dan mudah dioperasikan
karena relatif sederhana. Kekurangan alat ini, yaitu perhitungannya agak rumit
karena harus menghitung temperatur pada termometer bola basah (TBB) dan
termometer bola kering (TBK) terlebih dahulu dan pengukuran tidak optimal
karena mendapat pengaruh dari pengamat/pengukur ketika mengoperasikan alat
ini.Kecepatan putaran sling psikrometer akan menetukan derajat penurunan
temperatur diketahui bahwa kecepatan putaran tangan tidak selalu konstan dan
alat ini juga mudah pecah
3. Psikrometer Tipe Assman
Psikometer tipe ini mengunakan teknik kipas (energi kipas) untuk
mengeringkan bola basahnya dengan besar laju ventilasi kira-kira 2,4 meter tiap
detik. Kelebihan psikrometer tipe Assman, yaitu bisa dipasang di dalam sangkar
meteo atau digantung pada tiang/dipegang. Biasanya alat ini dipasang pada
balon berawak. Memiliki alat pemompa kecepatan angin sehingga lebih efisien
dan lebih mudah dioperasikan. Pengoperasian dan data yang didapat yaitu,
praktis dalam pengoperasian dengan memutar sekrup pengatur pegas satu kali
dan kipas akan berputar sehingga dapat mengeringkan bola basah dan juga data
yang dihasilkan cukup valid. Kekurangan psikrometer ini adalah keterbatasan
kemampuan kecepatan angin yaitu sekitar 5m/detik,

ketelitiannya kurang

dibanding psikrometer yang lain dan pada termometer bola basah (TBB) harus
dijaga agar tetap basah sebelum pengukuran.
4. Higrograf
Alat ini menggunakan metode berdasarkan pada perubahan ukuran atau
dimensi bahan higroskopik yaitu rambut ekor kuda. Panjang rambut bervariasi

36

sebagai fungsi dari kandungan kelengasannya atau air, kelengasan ini berkaitan
dengan kelembaban udara disekelilingnya. Jika terjadi kelembaban di sekeliling
maka rambut ekor kuda akan mengembang/mengkerut sehingga menggerakan
luas dan menghasilkan grafik di kertas grafik.
Kelebihan alat ini yaitu dapat mengukur kelembaban relatif secara
langsung dan terdapat tabel untuk mengubah pembacaan temperatur ke data
kelembaban udara. Selain itu, mudah diamati hanya dengan melihat grafik yang
digambar oleh silinder otomatis. Kelemahannya, hubungan kelembaban dan
pemasangan tidak linear, tidak terlalu teliti (sekitar 5%), meskipun rambut kuda
mempunyai sifat higroskopis yang baik, setiap minggu kertas grafik harus
diganti sehingga kurang efisien, jika kertas habis ketika alat masih bekerja maka
data tidak tergambarkan sehingga kurang teliti.
c) Alat Pengukur Suhu Udara
Suhu yang tercatat pada suatu stasiun pengamatan cuaca umumnya menunjuk suhu
udara yang diukur dalam sangkar meteo pada ketinggian 1,5 2 m. Untuk bidang
pertaniansuhu udara yang diamati pada ketinggian yang lebih rendah atau sedikit di atas
permukaan tanah atau bahkan pada kedalaman jeluk tanah tertentu (0, 5, 10 cm dsb) misal
untuk penelitian pengaruh laju transpirasi, night frost, pengaruh mulsa, pengaruh pemberian
bahan organik dan sebagainya). Untuk keperluan praktis dalam pengamatan suhu udara
selalu dibutuhkan data pengamatan kelembaban udara (RH) maupun tinggi tempat (m dpl).
Pada pengukuran suhu udara ini, terdapat berbagai jenis termometer yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan. namun, masing-masing jenis mempunyai kelebihan dan kekurangan

1. Termometer udara biasa


Kisaran pengukuran termometer ini adalah 20oC sampai 55oC dan umumnya
termometer ini menggunakan air raksa sebagai pengisinya.

Kelebihan alat ini:


Mudah cara pemakaian dan pengamatannya karena air raksa yang

digunakan tampak mengkilap.


Raksa tidak membasahi kaca ketika memuai maupun menyusut.
Jangkauan suhu cukup lebar dan sesuai dengan pekerjaan-pekerjaan
laboratorium.
Raksa dapat terpanasi secara cepat sehingga menunjukan suhu yang tepat dan
cepat.

Kekurangan:

Skala baca tidak terlindung sehingga sering terhapus.

37

Penyusutan dan pemuaian dari dinding penyangga skala baca agak sering

sehingga kadang dapat tergeser.


Kebanyakan skala baca mempunyai nilai pembacaan, apabila garis mata
tidak lurus pada skala termometer dimana suhu dibaca ketelitian sampai

0,1oC sedapat mungkin dipertahankan.


Kalibrasi alat ini diperlukan karena mungkin saja berubah akibat

penyusutan dari reservoir.


Air raksa yang digunakan sebagai isian hanya memiliki tingkat pemuaian
kecil (volume naik hanya 0,0182 % perK).

2. Termometer minimum
Termometer minimum memiliki kelebihan yaitu menggunakan zat cair
alkohol yang pemuaiannya sejalan kenaikan suhu terdapat kenaikan 6 kali
tingkat pemuaian air raksa sehingga dapat digunakan pada tangkai dengan
diameter dalam yang lebih besar tetapi dapat menghasilkan kepekaan yang
diperlukan. Menggunakan zat cair alkohol yang titik bekunya rendah sehingga
dapat digunakan mengukur suhu yang sangat rendah. Kekurangannya alkohol
tidak semengkilap air raksa sehingga pengamatannya tidak terlalu jelas.

3. Termometer maksimum
Jika suhu panas maka air raksa bergerak keatas tetapi jika suhu turun,
permukaan air raksa tetap pada kedudukan seperti pada waktu suhu panas, hal
ini disebabkan adanya konstruksi yang menutup air raksa ke tandon (reservoir)
kembali ke termommeter harus dikitas-kitaskan dengan kuat. Termometer
maksimum kelebihannya adalah adanya penyempitan pipa kapiler di dekat
reservoir. Kelemahannya air raksa memiliki tingkat pemuaian kecil. Harus
diletakan pada posisi hampir mendatar agar mudah terjadi pemuaian.
4. Termometer max-min Six Bellani
Dibandingkan tiga termometer diatas, termometer ini paling praktis.
Namun menurut WMO dianggap kurang teliti karena adanya beda muai antara
raksa dengan alkohol. Kelebihannya praktis, ukurannya kecil dan ringan, dapat
digunakan secara umum. Dapat diperoleh data suhu maksimum dan minimum
secara bersamaan. Kelemahanya mudah rusak, kurang teliti karena data yang

38

didapat kurang valid karena ada beda tingkat pemuaian antara raksa dan alkohol,
kaca tidak terlindungi.
d) Alat Pengukur Suhu & Kelembaban Nisbi Udara
Alat yang digunakan termohigrometer dan termohigrograf. Kedua alat ini
memiliki ketelitian hampir sama yaitu 0,50C/1%. Alat-alat ini lebih praktis karena
dapat mengukur dan mencatat kelembaban suhu setiap waktu secara otomatis,tetapi
kelemahannya adalah daya ukurnya menurun bila sensor rambut kena debu/kotoran
sehingga daya serap uap air di udara berkurang. Hal ini menyebabkan alat ini harus
dipasang berdampingan dengan psikometer. Yang membedakan alat ini adalah pada
termohigrometer suhu dan kelembaban dibaca langsung pada alat sehingga
pembacaan data lebih mudah. Pada termohigrograf kelembaban nisbi dan temperatur
suatu saat dibaca pada kertas grafik, sehingga pembacanya harus teliti dan
memerlukan waktu.
e) Alat Pengukur Suhu Tanah
1. Termometer Permukaan Tanah
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu permukaan tanah pada
kedalaman 0 cm. Alat ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu yang
terletak di ujung reservoir. Kelebihan alat ini adalah waktu yang dibutuhkan
lebih cepat yaitu kurang dari 2 menit. Mudah dan praktis dibawa, sederhana
dalam pengoperasiannya-hanya saja tanah yang akan diukur udaranya harus
ditata terlebih dahulu. Sedangkan kekurangannya, yaitu menunggu supaya alat
stabil sehingga kurang efektif dalam mengamati suhu. Kemampuannya terbatas
hanya untuk mengukur suhu di atas permukaan tanah.
2. Termometer Tanah Selubung Kayu
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu di dalam tanah pada kedalaman
10 cm dari permukaan. Alat ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu
yang terletak di ujung reservoir sehingga saat termometer dimasukkan ke dalam
tanah maka reservoir akan menerima suhu yang ada disekitarnya yang kemudian
besar suhu dalam tanah akan diketahui melalui skala yang ditunjukkan oleh air
raksa.

Kelebihan termometer tanah selubung kayu ini, antara lain:


Jarak antar reservoir dengan skala terendah lebih panjang untuk

mempermudah pembacaannya.
Adanya kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi

termometer
Dapat mengukur lebih dalam dibandingkan termometer permukaan tanah.
39

Dapat diterapkan langsung pada tanah (pompa menyebar terlebih dahulu).


Kekurangan termometer tanah selubung kayu ini, yaitu dalam pengamatan

menunggu keadaan stabil sehingga kurang stabil.


3. Termometer Tanah Tipe Bengkok
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu di dalam tanah pada kedalaman
20 cm dari permukaan. Alat ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu
yang terletak di ujung reservoir yang sengaja dibuat membengkok sehingga saat
termometer di masukkan ke dalam tanah maka reservoir akan menerima suhu
yang ada disekitarnya yang kemudian besar suhu dalam tanah akan diketahui
melalui skala yang ditunjukkan oleh air raksa.
Kelebihan termometer tanah tipe bengkok, yaitu :
Dapat mengukur suhu tanah lebih dalam dibandingkan dengan termometer

selubung kayu dan termometer permukaan tanah.


Dibuat bengkok sehingga mempermudah pengamatan.
Kekurangantermometer tanah tipe bengkok, yaitu:
Tanah yang diukur harus dibor terlebih dahulu.
Terbuat dari bahan yang mudah pecah tanpa pelindung dari bahan yang lebih

kuat.
4. Termometer Tanah Tipe Symons
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu di dalam tanah pada kedalaman
50 cm dari permukaan. Alat ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu
yang terletak di ujung reservoir sehingga saat termometer dimasukkan ke dalam
tanah maka reservoir akan menerima suhu yang ada disekitarnya yang kemudian
besar suhu dalam tanah akan diketahui melalui skala yang ditunjukkan oleh air
raksa.
Kelebihan alat ini:

Dapat mengukur suhu tanah lebih dalam dibandingkan alat lain.


Termometer zat cairnya terlindung oleh pipa pelindung.

Kekurangannya:

Tanah harus dilubangi sedalam 50 cm dengan bor.


Pembacaan skala suhu harus dilakukan dengan cepat saat skala terlihat agar
tidak terpengaruh oleh suhu udara permukaan luar.

5. Stick termometer (jeluk 100 cm)


Alat ini digunakan untuk mengukur suhu di dalam tanah pada kedalaman
100 cm dari permukaan. Alat ini berbentuk seperti paku yang panjang, dimana
ujungnya runcing. Ujung yang runcing ini bertujuan untuk memudahkan

40

memecah tanah saat alat dimasukkan ke dalam tanah yang akan di ukur suhunya.
Termometer ini mempunyai sensor yang sensitif terhadap suhu yang terletak di
ujungnya yang runcing sehingga saat termometer dimasukkan ke dalam tanah
maka reservoir akan menerima suhu yang ada disekitarnya yang kemudian besar
suhu dalam tanah akan diketahui melalui skala yang ditunjukkan oleh jarum.
Kelebihan stick termometer yaitu :
Suhu tanah yang diamati lebih dalam dibandingkan dengan alat lain, mampu

mengukur hingga kedalaman 100 cm.


Skala mudah diamati karena berupa jarum penunjuk.
Sudah dilengkapi alat seperti bor sehingga tidak perlu mengebor dengan alat
lain.
Kekurangan stick termometer yaitu waktu pengamatan lebih lama karena

harus menuggu jarum konstan untuk membaca termometer. Selain itu, harus
mengebor tanah 100 cm terlebih dahulu untuk memasukkan stick-nya.
6. Termometer maksimum dan minimum tanah
Termometer ini menggunakan pengindera yang berupa suatu logam tipis
dan lentur yang berisi alkohol yang disebut sebagai tabung Bourdon. Tabung
Bourdon ini apabila terjadi pemuaian akan menegang dan akan menggerakkan
jarum penunujuk skala. Nilai pemuaian pada tabung Bourdan pada umumnya
lebih tinggi daripada dwi logam.
Kelebihan alat ini:

Dapat mengukur suhu maksimum dan minimum tanah sekaligus, tanah yang

diukur relative dalam dengan kedalaman lebih dari 20 cm


Memiliki ketelitian cukup tinggi dibandingkan alat lain

Kekurangannya:

Memerlukan bantuan alat lain dalam pengamatan.


Alat ini memiliki kelemahan karena data yang didapat kurang valid karena
ada beda muai antara raksa dan alkohol.

f) Alat Pengukur Suhu Air


1. Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu di permukaan air yang
menggunakan zat muai ruang air raksa. Adapun kelebihan alat ini, yaitu dapat
digunakan untuk mengukur suhu maksimum minimum permukaan air dan
besarnya suhu dapat langsung dibaca dari alat, reservoirnya aman di bawah
pelindung. Kekurangannya adalah hanya dapat digunakan untuk mengukur suhu
permukaan dan berfungsi efektif pada suhu permukaan air yang bersih dari
41

pengganggu. Selain itu, ada beda muai antara air raksa dan alkohol sehingga alat
ini kurang teliti.
g) Alat Pengukur Panjang Penyinaran
1. Solarimeter tipe Jordan
Alat ini digunakan untuk mengukur lamanya penyinaran surya (jam).
Berdasarkan

reaksi

fotokimia,

sinar

matahari

yang

masuk

bereaksi

dengan Kalium Ferro Sianida yang terlapis pada kertas pias dalam tabung
silinder.
Kelebihan solarimeter tipe Jordan :
Curah hujan yang masuk pada silinder setengah lingkaran terhambat oleh

pelindung celah sehingga kurang mempengaruhi pengukuran.


Kemiringan alat ini mempengaruhi sinar yang mengenai alat, sehingga data

cukup valid.
Melalui noda yang terlihat pada kertas pias dapat menunjukkan pengukuran

pasang penyinaran yang aktual.


Kekurangan solarimeter tipe Jordan :
Membutuhkan tempat yang tinggi sehingga tidak bisa diletakkan disembarang

tempat.
Kertas pias kurang praktis karena harus diisi Kalium Ferro Sianida sehingga

pengamatan harus terlebih dahulu dicuci dengan aquades.


Kurang efektif karena kita harus mengusahakan agar arah angin selalu dari

belakang alat.
Tidak peka terhadap radiasi baru.
Standard dari kepekaan baku terhadap sinar ditentukan oleh ketelitian

penyiapan kertas pias


Penyimpanannya harus rapat dan pengamatan tidak boleh ditunda sehingga
kurang praktis pemakaiannya, karena pemakaian kurang praktis maka alat ini

sering kali tidak dipergunakan


2. Solarimeter tipe Combell-Stokes
Solarimeter tipe Combell-Stokes merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur panjang penyinaran matahari.Solarimeter tipe Combell-Stokes ini
lebih teliti apabila dibandingkan dengan solarimeter tipe Jordan. Pada
solarimeter tipe Combell-Stokes, sinar matahari yang datang akan ditangkap
lensa dan kemudian difokuskan pada kertas pias dan membakar kertas pias
tersebut membentuk jalur berlubang sempit. Gerakan matahari akan berubah
fokus sepanjang hari dan jalur lubang sempit dapat diukur dalam satuan jam
matahari yang bersinar terang sebagai panjang penyinaran aktual. Ada tiga
42

macam kertas pias yang digunakan untuk pengamatan panjang panjang


penyinaran menggunakan solarimeter tipe Combell-Stokes yaitu, bengkok
panjang,bengkok pendek. Bengkok dikaitkan dengan posisi matahari dititik balik
utara/selatan katulistiwa dan panjang/pendek dikaitkan dengan musim
kemarau/hujan.
Solarimeter tipe Combell-Stokes memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
Dapat mengetahui cahaya matahari yang datang konstan atau tidak.
Lebih praktis sebab penyerapan kertas piasnya lebih mudah dan cepat

sehingga mudah untuk pengamatan.


Biasanya alat ini dipasang di atas pilar beton yang ditanam sehingga

posisinya tidak berubah dan alatnya tidak bergetar.


Beberapa kekurangan alat Solarimeter tipe Combell-Stokes :
Membutuhkan tempat yang tinggi sehingga tidak bisa diletakkan disembarang

tempat.
Pemasangan harus tepat pada lintang tempat yang akan diukur panjang

penyinarannya.
Kurang hemat karena membutuhkan kertas pias.
Panjang garis pembakaran/waktu terjadinya pengukuran tergantung pada

kepekaan pias dan kejernihan bola kaca.


Radiasi harga umumnya antara 0,2 cal/cm/menit sampai 0,4 cal/cm/menit,

dimana di bawah intensitas ini tidak terjadi pencatatan.


Tidak peka terhadap radiasi baru.
Posisi kertas pias harus diubah sesuai dengan musim.
Pembakaran pias ada kecenderungan melebar sehingga ada resiko hitungan

terlalu besar.
h) Alat Pengukur Intensitas Penyinaran Matahari
Aktinograf dwi logam adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya matahari
yang menggunakan prinsip kerja beda muai logam hitam dan putih. Data dapat
diperoleh dengan cara merekam intensitas radiasi matahari total, dengan menutup
sensor oleh kubah kaca yang kedap terhadap radiasi gelombang panjang. Alat ini
memilki kelebihan yaitu, dapat mengetahui intensitas penyinaran secara otomatis,
dapat dipergunakan untuk keperluan pencatatan rutin, relatif tidak mahal, dan dapat
dijinjing. Sedangkan kekurangan dari alat ini adalah membutuhkan tempat yang
tinggi sehingga tidak dapat diletakan disembarang tempat, data yang digunakan
berupa data mentah sehingga perlu dihitung dengan bantuan alat Planimeter. Selain
alat ini hanya merekam intensitas radiasi gelombang pendek matahari total,

43

memerlukan kalibrasi secara periodik setiap 6 bulan dan perlu mengganti sensor
setelah digunakan beberapa tahun. Sensor yang digunakan terdiri dari bimetal yang
berwarna putih & hitam. Pencatatan dengan aktinograf mengalami keterlambatan
kurang lebih 5 menit dengan kesalahan kurang lebih 10-15 %.
i) Alat Pengukuran Kecepatan Angin
1. Cup Anemometer
Cup anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin rerata pada pengamatan periode harian. Cup anemometer mempunyai
bentuk seperti mangkok kecil. Mangkok angin ini digerakkan oleh rotor
sehingga perubahan nilai yang ditunjukkan oleh kounter selama satu periode
pengamatan dapat terpantau.
Kelebihan cup anemometer:
Dapat menerima arah angin dari arah manapun.
Dapat diketahui arah angin harian.
Perhitungan hasil dilakukan dengan mudah.
Hasil pengukurannya dapat mewakili angin sampai ketinggian 10 m dari

tanah jika tidak penghalang.


Kekurangan cup anemometer:
Membutuhkan tempat yang tinggi sehingga tidak bisa diletakkan disembarang
tempat, penempatannya yang di atap bangunan akan menghasilkan

pengukuran yang kurang akurat.


Harus ditempatkan pada jarak yang jauh dari benda-benda di sekitarnya.
Kecepatan diketahui setelah melakukan perhitungan.
2. Hand Anemometer
Hand anemometer merupakan alat pengukur kecepatan angin sesaat yang
bersifat portabel. Alat ini dilengkapi dengan skala Beaufort, yaitu skala kasar
kecepatan angin sesaat yang dapat diduga dari gejala alam.
Alat ini memiliki kelebihan-kelebihan, yaitu:

Mudah dibawa karena bersifat portable


Mudah diamati
Ketelitian alatnya tinggi
Hasil perhitungan mudah didapat
Kekurangannya :
Dapat mengukur kecepatan angin sesaat, sehingga pengamatan skala harus
cepat.

3. Biram Anemometer
Biram anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin rerata pada pengamatan periode pendek.Sensor biram anemometer

44

mempunyai bentuk seperti kipas yang melingkar dan hasil dari pengukuran
kecepatan angin mempunysi satuan m/detik. Kelebihan alat ini yaitu mudah
dibawa karena bersifat portable, mudah diamati, hasil perhitungan mudah
didapat dan kekurangannya adalah hanya untuk mengukur kecepatan angin pada
periode pendek dan kurang efisien karena kita harus mengusahakan agar arah
angin selalu berasal dari belakang alat. Sehingga kita harus berusaha
menempatkan alat secara benar (tidak otomatis), karena angin dari belakang
akan menggerakkan baling-baling sehingga kecepatan angin dapat diukur.
j) Alat Pengukur Evaporasi
1. Piche Evaporimeter
Piche evaporimeter ini merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur
banyaknya penguapan dari permukaan basah (kertasfilter). Alat ini terdiri dari
tabung gelas yang berskala 0 sampai 30cc dengan pembagian skala 0.1cc, pada
salah satu ujung tabung yang terbuka, diberi jepitan logam dan tabung gelas
ini diisi air destilasi, antara tabung gelas dan jepitan logam disisipkan kertas
filter dengan diameter 3 cm.
Alat piche ini digantung secara vertikal, dan penempatannya digabung
dengan ke ssner evaporimeter pada sangkar meteorologi dengan posisi ujung
tabung yang tertutup kertas filter di bagian bawah, setelah kertas filter basah,
dibaca skala sebagai skala awal. Jika terjadi penguapan, air dalam tabung akan
berkurang sehingga permukaan air dalam tabung akan turun, pada waktu
pengamatan

dibaca

skala (misal x) maka penguapan

(x

y)

cc. Waktu

untukpengamatan biasanya ada 3, yaitu pengamatan I, II, dan III, dimana


pengamatan I pada jam 07.30 WIB, pengamatan II pada 13.30 WIB dan
pengamatan ke III pada pukul 17.30 WIB.
Kelebihan piche evaporimeter ini, yaitu :
Lebih praktis dalam pengamatan dan pemasangan
Ketelitian lebih tinggi
Pengamatan dilakukan setiap hari
KekuranganPiche evaporimeter ini, yaitu :
Akan lebih efisien apabila dipasang dalam sangkar meteo.
Tidak bisa diwakili strata permukaan alamiah secara baik karena ukuran

sensor sangat kecil dan mudah terganggu kotoran dan jamur.


Alat ini tidak dapat mengukur secara langsung baik penguapan dari
permukaan air dalam alam, evapotranspirasi nyata, maupun evapotransporasi
potensial.
45

2. Panci Evaporasi kelas A


Panci evaporasi kelas A berbentuk seperti bak dengan permukaan bulat
berdiameter 120,7 cm dan tinggi 25 cm. Alat ini diletakkan di atas kerangka
kayu bercat putih dengan rongga yang cukup pada bagian bawahnya. Bak selalu
terisi air bersih setinggi 20 cm (sejajar dengan ujung paku penunjuk yang
terdapat di dalam tabung peredam riak).
Pada dasarnya panci evaporasi kelas A akan menunjukkan nilai penguapan
dari suatu genangan air bersih di atmosfer terbuka. Pengamatan dilakukan secara
rutin pada waktu yang telah ditentukan. Nilai penguapan dapat dihitung dengan
mengaitkan beberapa millimeter jumlah curah hujan yang terjadi. Penggunaaan
alat evaporimeter dimaksudkan agar mampu mengikuti perubahan cuaca
terutama radiasi matahari setiap hari. Pada keadaan khusus sering digunakan
evaporimeter yang berukuran relative kecil, biasanya ditempatkan dalam sangkar
cuaca sebagai evaporigraf. Alat ini jarang dipakai untuk tujuan penelitian atau
pengamatan unsur cuaca yang dilaksanakan secara rutin.
Pengukuran dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan permukaan
air terhadap ujung paku dalam tabung perendam riak (Still Wall Cylinde).Tabung
ini berukuran setinggi 30 cm dan berdiameter 10 cm serta terdapat celah sempit
pada bagian bawahnya. Cara perhitungan selalu dikaitkan dengan data curah
hujan yang terjadi, dengan cara menambah atau mengurangi beberapa volume
air agar permukaan air selalu tetap seimbang dengan ujung paku penunjuk (fixed
point gauge). Dalam ukuran bak tersebut tinggi air adalah 0,875 mm setara
dengan volume air 1000 ml.
Kelebihan Panci evaporasi kelas A ini adalah ketelitian alatnya tinggi
mencapai 0,02 m, dapat mengukur besarnya evaporasi setiap hari, dapat
mengukur besarnya evaporasi walaupun hujan, dan merupakan dasar berbagai
teknik untuk memperkirakan penguapan danau atau evapotranspirasi, sedangkan
kekurangannya, antara lain hanya akan efisien bila air dalam panci benar benar
bersih. Apabila terjadi hujan lebat maka air dalam panci akan penuh dan tumpah
sehingga sulit untuk menghitung besarnya penguapan. Kesalahan yang besar
dari pengukuran evaporasi terletak pada tinggi air dalam panci, muka air
selamanya dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5cm di bawah bibir panic.
Kurang praktis karena harus memperhitungkan curah hujan yang ada setiap hari.
k) Automatic Weather Station (AWS)

46

AWS (Automatic Weather Station) Merupakan alat yang digunakan untuk


mengukur tekanan, curah hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin
serta radiasi matahari setiap jam, menit maupun detik secara otomatis. Alat ini
dibuat dengan sensor yang lengkap dan sebuah kotak akuisisi data yang
berfungsi untuk penyimpan data disebut dengan logger. AWS (Automatic
Weather Station) ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote
Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensorsensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin,
kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU
(Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang
berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di
transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer. Masing-masing
parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode) Display,
sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu (present weather )
dengan mudah.
Untuk mendapatkan data meteorologi dapat dilakukan dengan cara manual
maupun otomatis (AWS). Pengamatan dengan cara manual menggunakan alat
alat sederhana seperti yang telah dijelaskan diatas. Sebelum adanya sistem
otomatis, alat alat meteorologi manual ini paling sering digunakan. Dari alatalat manual, banyak kelemahan yang ditemukan seperti pada cara pengambilan
data setiap hari. Hal ini bisa berpengaruh pada terjadinya kesalahan jika terdapat
satu hari tidak diambil tentu saja akan mengakibatkan kesalahan fatal pada data.
Namun, kelebihan alat sederhana yaitu bila salah satu alat rusak tidak akan
menggangu atau mempengaruhi kinerja alat yang lainnya. Begitu pula dengan
AWS yang telah diprogram untuk mempermudah pengamat mendapatkan data.
Dalam AWS data hanya perlu diamati setiap hari karena data setiap harinya telah
terkumpul pada sistem komputer. Namun, kekurangannya bila salah satu alat
atau komponen ada yang rusak bisa mengganggu kinerja alat yang lain. Hal ini
disebabkan kinerja beberapa alat meteorologi diatur oleh suatu sistem komputer
yang bisa tak berfungsi bila salah satu alat rusak.
Stasiun meteorologi memiliki pengertian suatu tempat yang mengadakan
pengamatan secara terus-menerus mengenai keadaan fisik dan lingkunngan
(atmosfer) dan keadaan biologi lainnya. Jika dibandingkan, stasiun meteorologi

47

di negara-negara maju (negara di benua Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dll),


memiliki alat-alat yang canggih yang memberikan informasi tentang keadaan
iklim, cuaca dan keadaan langit lebih cepat, aktual dan dapat dioperasikan
selama 24 jam. Biasanya di negara-negara berkembang stasiun meteorologi
dimiliki oleh setiap wilayah/propinsi. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana
yang dimiliki oleh negara berkembang. Di Indonesia stasiun meteorologi
kebanyakan masih menggunakan alat-alat yang bersifat analog dan bentuk
informasi visualnya biasanya masih mengandalkan foto udara yang hanya
menyajikan data foto-foto penampakan luar keadaan meteorlogi suatu daerah
dan pengukuranya dengan menggunakan tenaga manusia guna mensurvei
keadaan tanah, vegetasi dan lain-lainnya. Sedangkan di negara-negara maju
mereka menggunakan foto satelit berwarna yang kemudian datanya diolah
komputer dan diedarkan ke stasiun meteorologi daerah-daerah lainnya yang
terletak pada satu daerah iklim. Adapun kelebihan dan kekuranganya yang
dimiliki oleh stasiun meteorologi kedua negara tersebut antara lain, kecermatan
dan kelengkapan data lebih jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Kekurangan yang dimiliki adalah membutuhkan waktu lama untuk mengetahui
informasi tentang meteorologi cuaca. Kelebihan yang terdapat pada stasiun
meteorologi di negara maju adalah informasi dapat dengan cepat dan
kelengkapan data lebih lengkap. Namun adapun kekuranganya yaitu ketepatan,
kecermatan dan kelengkapan data tidak dapat dipertanggung jawabkan karena
satelit hanya melihat penampakan luar daerah sehingga keakuratan data tentang
keadaan tanah dan keadaan vegetasi suatu daerah belum dapat dipertanggung
jawabkan sepenuhnya.

48

V.

KESIMPULAN

1. Alat-alat pengukur anasir cuaca yang digunakan dalam bidang meteorologi


pertanian adalah:alat pengukur curah hujan: ombrometer, alat pengukur
kelembaban nibi udara: psikrometer, alat pengukur suhu udara: termometer,
alat pengukur suhu dan kelembaban nisbi udara:termohigrometer, alat
pengukur suhu tanah: termometer permukaan tanah, alat pengukur suhu air:
termometer maksimum-minimum permukaan air, alat pengukur panjang
penyinaran matahari: solarimeter, alat pengukur intensitas penyinaran
matahari: aktinograf, alat pengukur kecepatan angin: anemometer, alat
pengukur evaporasi: evaporimeter.
2. Alat-alat yang bersifat manual memiliki ketelitian yang lebih baik
dibandingkan alat yang otomatis. Ada alat-alat yang menghasilkan data
mentang namun juga ada alat-alat yang langsung menghasilkan data
matang. Setiap alat memiliki prinsip kerja, cara penggunaan dan fungsi
yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

49

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengenalan Alat-Alat.<http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel /
2008/12/pengenalan-alat-alat/>. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015.
Attaqy, R. 2008. Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bunganaen, W. Krisnayanti, D S. Klau, Y A. 2013. Analisis hubungan tebal hujan dan
durasi hujan pada stasiun klimatologi Lasiana kota Kupang 2:181-190
Hermawan, E. 2010. Pengelompokan pola curah hujan yang terjadi di beberapa kawasan P.
Sumatra berbasis hasil analisis spektral. Jurnal Meteorologi dan Geofisika 11(2)
:75-85
Runtunuwu ,E. ,Syahbudin, H., dan A. Pramudia .2008.Validasi model pendugaan
evapotranspirasi :upaya melengkapi sistem database iklim nasional. Jurnal
Tanah dan Iklim 27:8-9
Rusbiantoro, D. 2008. Global Warming for Beginner. O2. Yogyakarta.

50

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA II
PENGAMATAN CUACA MIKRO

Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.

(13660)

3. Azhar Ismail

(13743)

4. Azzah Mufidah

(13746)

5. Dian Islamy

(13689)

6. Ivan Jonda Putranto (13751)


Gol/kel

: B2/3

Assisten

: Rosana Ulil Fiati

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN

51

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA
2015
ACARA II
PENGAMATAN CUACA MIKRO
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua jenis tanaman pertanian ditanam pada lapangan terbuka, sehingga
mereka akan menerima pengaruh-pengaruh alamiah yang ada di sekitarnya, baik tanah,
iklim, maupun faktor lainnya. Telah diketahui bersama bahwa tanaman tidak mungkin
pindah dari satu tempat ke tempat lain yang lebih cocok. Seseorang akan berusaha untuk
menanam suatu jenis tanaman di tempat-tempat yang iklimnya dianggap paling cocok
(tahap penyesuaian). Namun karena mengingat makin meningkatnya kebutuhan orang akan
hasil tanaman, tempat-tempat yang paling cocok untuk suatu jenis tanaman akhirnya tidak
lagi memadai untuk mencakup kebutuhan. Akibatnya orang akan berusaha untuk menanam
tanaman-tanaman yang dibutuhkan di tempat-tempat yang iklimnya kurang sesuai. Agar
usaha ini dapat mencapai sasaran, maka diadakan modifikasi iklim untuk mendekati
kebutuhan iklim tanaman yang optimal.
Modifikasi ini ditujukan tehadap iklim mikro yang merupakan bagian lingkungan
yang sangat erat hubungannya dengan tempat hidup tanaman. Iklim mikro adalah iklim di
dekat permukaan tanah yang secara vertikal sampai 2 meter. Karena anasir iklim
berhubungan erat satu dengan lainnya, maka usaha memodifikasi satu unsur pasti akan
mempengaruhi unsur lainnya.
Modifikasi iklim mikro disekitar tanaman budidaya merupakan suatu usaha yang
telah banyak dilakukan. Modifikasi ini mengatur sedemikian rupa jumlah energi matahari,
temperatur, kelembaban udara, dan konsentrasi CO2 sehingga terjadi fotosintesis
semaksimal mungkin dan menekan evapotranspirasi seminimal mungkin sehingga tanaman
yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, juga memiliki hasil yang
baik.
B. Tujuan
1. Mengenal cara-cara mengukur anasir cuara mikro.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cuaca mikro.
3. Mengetahui cuaca mikro pada berbagai ekosistem.

52

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan luas wilayah sasaran, iklim dapat dipilih menjadi iklim makro, iklim
meso, dan iklim mikro. Iklim makro meliputi wilayah yang sangat luas, meliputi luasan
suatu zona iklim yang sampai ke bumi secara keseluruhan (global). Keragaman yang
ditonjolkan adalah keragaman antar zona iklim. Variasi iklim dalam skala kecil termasuk
dalam cakupan iklim mikro, misalnya keadaan udara di sekitar atau di bawah kanopi
pohon, atau keadaan udara di dalam rumah kaca. Pengukuran unsur-unsur iklim di bawah
kanopi pohon menunjukkan perbedaan yang cukup jelas dibandingkan dengan kondisi
udara di sekitarnya yang tidak ternaungi oleh kanopi pohon tersebut. Secara umum suhu
akan lebih rendah di bawah kanopi pohon intensitas cahaya lebih rendah dan kelembaban
lebih tinggi (Lakitan, 1994).
Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suhu ruang yang sangat terbatas. Tetapi,
komponen iklim ini penting bagi kehidupan tumbuhan hewan dan manusia. Hal ini
dikarenakan kondisi udara pada skala mikro akan berkontak langsung dan mempengaruhi
secara langsung makhluk-makhluk hidup tersebut. Makhluk hidup tanggap terhadap
dinamika dan perubahan dari unsur-unsur iklim sekitarnya. Keadaan unsur-unsur iklim ini
akan mempengaruhi tingkah dan metabolisme yang berlangsung pada makhluk hidup.
Sebaliknya, keberadaan makhluk hidup tersebut (terutama tumbuh-tumbuhan) akan
mempengaruhi keadaan iklim mikro di sekitarnya, antara makhluk hidup dan udara di
sekitarnya akan terjadi saling mempengaruhi atau interaksi satu sama lain (Shelton, 2009).
Iklim mempunyai peranan dalam menentukan pertumbuhan tanaman mulai dari
pertumbuhan awal sampai pada saat panen. Oleh sebab itu, manusia harus tanggap
terhadap segala perilaku dan perubahan iklim mikro serta unsur-unsurnya. Dalam
mengusahakan tanaman terlebih dahulu harus diperhatikan dan diketahui kondisi iklim
mikro setempat (Indrowuryanto, 1992).
Penyebaran berbagai jenis tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah
serta daya adaptasi dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya,
hubungan antara vegetasi dan iklim merupakan hubungan saling pengaruh. Selain iklim
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga
dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya. Semakin besar total biomassa vegetasi yang
53

terlibat dan semakin nyata pengaruhnya terhadap iklim wilayah tersebut. Peran vegetasi
mirip bentang dan air. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mengandung banyak air dan
tumbuhan menyumbang banyak uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Lakitan,
1994).
Mikroklimatologi ialah ilmu yang mempelajari tentang iklim mikro atau iklim yang
terdapat di dalam daerah yang cukup kecil. Salah satu perbedaan pokok antara
mikrometeorologi dan mikroklimatologi ialah mikrometeorologi memerlukan dasar
matematika dan fisika yang lebih kompleks sehingga dapat mempelajari proses fisis
atmosfer, selain itu mikro meteorologi tidak terbatas pada atmosfer permukaan bumi,
tetapi juga dapat mempelajari iklim mikrofisika dari awan, sedangkan mikroklimatologi
tidak hanya ditujukan kepada ahli meteorologi saja, tapi juga disajikan untuk melayani ahli
lain yang berminat untuk mempelajari tentang hubungan antara kehidupan dengan iklim
mikro tanpa mempunyai dasar matematika dan fisika yang kokoh (Holton, 2004). Empat
elemen utama iklim mikro yang dominan mempengaruhi tumbuhan, hewan, manusia dan
sebagainya yaitu radiasi matahari, suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara, dan
pergerakan udara, dimana interaksi keempatnya membentuk zona kenyaman bagi mahluk
hidup serta merupakan faktor yang menyebabkan tanaman maupun mikroorganisme hidup
di sekitarnya dapat berinteraksi baik dengan cuaca the climate near the ground ini
(Hanggoro, 2011).
Radiasi matahari merupakan anasir yang terpenting dalam kajian iklim mikro,
karena sebagai sumber utama energi dalam ekosistem. Selain radiasi matahari, suhu udara,
kelembaban udara, penguapan (evaporasi dan transpirasi) dan kecepatan angin. Itu
beberapa anasir penting dalam kajian iklim mikro (Prawirowardoyo, 1996).
Bagian radiasi yang sampai ke bumi disebut insolasi. Jumlah total insolasi yang
diterima bumi berbeda-beda tergantung pada (1) panjang hari, yaitu jarak antara matahari
terbit dan matahari terbenam termasuk senja, (2) besar kecilnya sudut datang pada sinar
matahari pada permukaan bumi. Besarnya kecilnya

sudut datang sinar matahari

dipengaruhi oleh posisi bumi terhadap datangnya sinar dan keadaan topografi permukaan
tanah, (3) Pengaruh atmosfer adalah sinar yang mencapai sinar sebagian akan diabsorbsi,
dipantulkan kembali, dipancarkan, dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi (Trenberth,
2002).

54

Iklim menunjukkan keadaan semula jadi yang berkaitan dengan atmosfer di setiap
kawasan yang berkait rapat dengan cuaca seperti suhu, kelembaban, taburan hujan, arah
dan kelajuan angin. Iklim mikro pula menunjuk kepada keadaan iklim bagi suatu kawasan
kecil atau iklim tempatan, misalnya iklim Malaysia adalah salah satu daripada iklim mikro
yang menjadi pecahan kepada iklim dunia (Ahmad, 2011).

55

III.

METODOLOGI

Praktikum Klimatologi Dasar acara 2 yang berjudul Pengamatan Cuaca Mikro


dilaksanakan pada Selasa, 27 Oktober 2015 di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, pukul 14.00 WIB. Pratikum tersebut dilakukan pada dua tempat yang
berbeda yakni di daerah yang berkanopi dan tidak berkanopi. Pengamatan yang dilakukan
dalam praktikum acara 2 yaitu pengukuran suhu udara, pengukuran kelembaban nisbi
udara, pengukuran suhu tanah, pengukuran intensitas cahaya dan pengukuran kecepatan
angin. Pengamatan dilakukan dengan selang waktu 10 menit antar ulangan. Dalam
praktikum ini terdapat beberapa alat yang diperlukan yakni termometer untuk mengukur
suhu udara, termohigrometer untuk mengukur kelembaban nisbi udara, foot candle sebagai
alat pengukur intensitas penyinaran matahari, statif sebagai tempat menggantungkan
termometer, stick thermometer untuk mengukur suhu tanah, dan digital anemometer
sebagai alat pengukur kecepatan angin.
Adapun langkah kerja yang harus dilakukan dalam praktikum tersebut adalah
menentukan dua daerah yang berbeda yakni daerah berkanopi dan tidak berkanopi. Setelah
daerah ditentukan, statif dipasang pada masing-masing daerah dengan cara ditancapkan
pada tanah kemudian termometer dan termohigrometer dipasang pada statif tersebut pada
aras 25 cm, 75 cm, dan 150 cm. Alat yang lain seperti stick thermometer, foot candle dan
digital anemometer/biram anemometer juga disiapkan. Pengamatan dilakukan setiap 10
menit sehingga terdapat 5 kali pengamatan. Pada pengamatan suhu tanah, stick
thermometer ditancapkan pada tanah pada jeluk 0 cm, 20 cm, dan 40 cm dari permukaan
tanah. Pengamatan dilakukan pada masing-masing jeluk dengan selang waktu 10 menit.
Pengukuran pertama yaitu dilakukan pada jeluk 0 cm, setelah dicatat suhu yang tertera
kemudian termometer di tancapkan pada jeluk 20 cm dan dicatat data yang dihasilkan
kemudian pada jeluk 40 cm diamati dan dicatat pada tabel pengamatan. Pengamatan
dengan

stick

thermometer

dilakukan

bersamaan

dengan

alat

lainnya

seperti

termohigrometer dan termometer. Pengamatan kencepatan angin juga dilakukan bersamaan


dengan pengamatan suhu tanah. Pengamatan dilakukan dengan digital anemometer yang
sudah disiapkan. Setelah waktu yang ditentukan digital anemometer di angkat ke atas agar
tidak ada penghalang. Setelah angka yang tertera pada anemometer telah konstan, hasil
dicatat pada tabel pengamatan. Pada pengamatan intensitas cahaya digunakan alat foot
candle. Dalam alat ini ada tiga skala yang harus diperhatikan dengan tombol pengatur ada

56

di sebelah kanannya. Mula- mula diatur pada skala yang paling rendah dengan posisi
tombol pengatur ada di paling bawah, apabila jarum penunjuk melebihi batas skala maka
tombol dinaikkan dan pembacaan skala dirubah dengan membaca skala di atas skala yang
sebelummya dibaca. Begitu seterusnya. Sensor cahaya berada di atas foot candle jika sudah
tidak digunakan maka ditutup kembali agar terlindung dari sinar matahari sehingga tidak
terjadi kesalahan pada pengukuran intensitas cahaya selanjutnya. Setelah pengamatan
selesai, data pengamatan ditukarkan antar kelompok yang berada didaerah berkanopi dan
tidak berkanopi.

57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Cuaca Mikro
Parameter
SUHU UDARA
(

KELEMBABA
N NISBI
UDARA (

SUHU TANAH
(

N Titik waktu
o pengamatan
1

10 menit I

10 menit II

10 menit III

10 menit IV

10 menit V

10 menit I

10 menit II

10 menit III

10 menit IV

10 menit V

10 menit I

10 menit II

10 menit III

10 menit IV

Aras/jeluk
pengamata
n
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
25 cm
75 cm
150 cm
0 cm
20 cm
40 cm
0 cm
20 cm
40 cm
0 cm
20 cm
30 cm
0 cm
58

Strata
Kanopi

Tanpa kanopi

34
34
34
33,5
33
34
39
33
33
33,5
33
33
33,5
33,5
32,9
36
36
37
37
37
37
40
37
39
37
36
35
35
36
36
33,4
31
30,7
32,7
31
29,5
31,9
30,5
30,8
31,7

37
36
35,5
36
35
34
35,5
35
34,5
35
34,5
33,5
34,5
34
33
36
34
33
39
38
39
37
36
37
36
36
35
32
36
36
32,4
35,5
38,3
33,4
34,4
34,5
36,1
35,9
34,4
33,4

KECEPATAN
ANGIN (m/s)

INTENSITAS
PENYINARAN
(fc)

10 menit V

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

10 menit I
10 menit II
10 menit III
10 menit IV
10 menit V
10 menit I
10 menit II
10 menit III
10 menit IV
10 menit V

20 cm
40 cm
0 cm
20 cm
40 cm

30,8
30,9
31
29,8
30,9
1,5
1,7
1,1
1,1
0,2
170
190
130
180
150

33,3
34,9
34,3
34,6
34,3
2,3
1
4,8
2,8
1
300
340
320
300
280

B. Pembahasan
Iklim mikro adalah suatu kondisi iklim di sekitar tanaman atau hewan (sebagai
obyek) sampai batas 2 meter di atas dan di bawah obyek yang diamati tersebut, jadi
pada intinya iklim mikro merupakan suatu kondisi iklim yang tercipta atau terbentuk
dari anasir-anasir di sekitar tanaman tersebut yang meliputi suhu tanah, suhu udara,
intensitas cahaya, kelembaban udara, kecepatan angin, ada tidaknya kanopi dan
sebagainya yang apabila salah satu di antaranya berubah akan merubah iklim mikro di
sekitar tanaman atau hewan sebagai obyek pengamatan tersebut.Faktor yang
mempengaruhi iklim mikro adalah bentuk relief tanah, sifat tanah, vegetasi, dan jenis
tanah.
1. Suhu Udara
Suhu udara berperan penting dalam proses biokimia dan biofisika. Suhu
udara berpengaruh terhadap proses metabolism dan perkembangan tanaman, seperti
perkecambahan, pertumbuhan daun, dan inisiasi organ reproduktif.Suhu udara
merupakan suatu angka atau skala yang menunjukkan suhu udara di sekitar tempat
pengamatan. Hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu tempat
adalah intensitas cahaya matahari, angin serta faktor penutup lahan.
Pengamatan suhu udara dilakukan dengan menggunakan termometer biasa
yang dipasang pada berbagai aras dan dua kondisi yaitu lahan berkanopi dan yang
tidak berkanopi. Untuk memudahkan dalam pengamatan, termometer diletakkan
pada statif pada ketinggian-ketinggian tertentu (25cm, 75cm dan 150 cm).

59

Pengamatan dilakukan secara maraton yaitu 10 menit sekali selama 50 menit


dengan 3 aras yang berbeda sehingga diperoleh data suhu udara yang mewakili
tempat tersebut.

Grafik Suhu Udara Aras 25 cm


40
39
38

kanopi

37
36

36

34 34

35.5

33.5

tanpa kanopi
35
33.5

34.5
33.5

32
30
1

Grafik 2.1 Suhu Udara Aras 25 cm


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh Grafik suhu udara
pada aras 25 cm terhadap waktu pada lingkungan berkanopi dan tanpa kanopi.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa secara umum suhu udara di lingkungan
berkanopi lebih rendah daripada lingkungan tanpa kanopi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada tidaknya kanopi mempengaruhi suhu udara suatu tempat.
Di lingkungan tanpa kanopi radiasi matahari dapat menyinari udara secara langsung
sedangkan pada lingkungan berkanopi radiasi matahari terhalang oleh tanamantanaman atau pepohonan di atasnya, sehingga suhu udara pada lingkungan
berkanopi lebih rendah. Pengamatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 10

60

menit dengan termometer biasa. Suhu udara pada aras 25 cm menurun secara
bertahap dari waktu ke waktu, hal ini dapat terjadi karena waktu pengamatan
semakin sore sehingga radiasi matahari juga semakin berkurang. Akan tetapi, pada
pengamatan setelah 10 menit ketiga di lingkungan berkanopi, suhu udara
meningkat dari 33,5oC pada menit kedua menjadi 39oC pada menit ketiga. Ada
beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kenaikan suhu yang signifikan
tersebut, seperti berhembusnya udara panas dari tempat yang tak berkanopi pada
saat pengamatan, berpindahnya panas dari tangan praktikan yang menyentuh
termometer pada saat pengamatan, maupun kesalahan dalam membaca skala pada
termometer.

Grafik Suhu Udara Aras 75cm


37
36 36
35

kanopi 35

35 kanopi
tanpa

34 34
33

33

33

34.5
33

34
33.5

32
31
1

Grafik 2.2 Suhu Udara Aras 75 cm


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh Grafik suhu udara
pada aras 75 cm terhadap waktu pada lingkungan berkanopi dan tanpa kanopi.

61

Grafik tersebut menunjukkan bahwa dari 10 menit pertama ke 10 menit kedua suhu
udara turun, baik pada tempat berkanopi maupun tidak. Kemudian suhu udara tetap
lalu naik dan turun dengan stabil. Akan tetapi pada aras ini, suhu udara di tempat
berkanopi lebih rendah daripada tempat yang tidak berkanopi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya kanopi mempengaruhi suhu udara suatu tempat. Di
lingkungan tanpa kanopi radiasi matahari dapat menyinari udara secara langsung
sedangkan pada lingkungan berkanopi radiasi matahari terhalang oleh tanamantanaman atau pepohonan di atasnya, sehingga suhu udara pada lingkungan
berkanopi lebih rendah. Pengamatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 10
menit dengan termometer biasa. Suhu udara pada aras 75 cm stabil atau menurun
secara bertahap dari waktu ke waktu, hal ini dapat terjadi karena waktu pengamatan
semakin sore sehingga radiasi matahari juga semakin berkurang. Akan tetapi, pada
pengamatan setelah menit kelima pada tempat berkanopi, suhu udara naik dari 33oC
pada 10 menit keempat menjadi 33,5oC pada 10 menit kelima. Ada beberapa faktor
yang mungkin mempengaruhi kenaikan suhu tersebut, seperti berhembusnya udara
panas dari tempat yang tak berkanopi pada saat pengamatan, berpindahnya panas
dari tangan praktikan yang menyentuh termometer pada saat pengamatan, maupun
kesalahan dalam membaca skala pada termometer.

Suhu Udara Aras 150cm


36
35.5 35.5
35
34.5
34 34
33.5
33
32.5
32
31.5
1

kanopi

34.5

tanpa kanopi

34
33.5
33

33

62

33
32.9

Grafik 2.3 Grafik Suhu Udara Aras 150 cm


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh Grafik suhu udara
pada aras 150 cm terhadap waktu pada lingkungan berkanopi dan tanpa kanopi.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa secara umum suhu udara di lingkungan
berkanopi lebih rendah daripada lingkungan tanpa kanopi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada tidaknya kanopi mempengaruhi suhu udara suatu tempat.
Di lingkungan tanpa kanopi radiasi matahari dapat menyinari udara secara langsung
sedangkan pada lingkungan berkanopi radiasi matahari terhalang oleh tanamantanaman atau pepohonan di atasnya, sehingga suhu udara pada lingkungan
berkanopi lebih rendah. Pengamatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 10
menit dengan termometer biasa. Secara umum suhu udara pada aras 150 cm stabil
atau menurun secara bertahap dari waktu ke waktu, hal ini dapat terjadi karena
waktu pengamatan semakin sore sehingga radiasi matahari juga semakin berkurang.
Akan tetapi, pada pengamatan setelah 10 menit ketiga pada tempat tak berkanopi,
suhu udara naik dari 34oC pada 10 menit kedua menjadi 34,5oC pada 10 menit
ketiga. Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kenaikan suhu tersebut,
seperti berpindahnya panas dari tangan praktikan yang menyentuh termometer pada
saat pengamatan, maupun kesalahan dalam membaca skala pada termometer.

63

1. Kelembaban Nisbi Udara

Kelembaban Nisbi Udara Aras 25cm


45
40
35

Kanopi 25cm

30

Tanpa Kanop 25cmi

25
20
15
10
5
0
1

Grafik 2.4 kelembaban nisbi udara aras 25 cm


Pada grafik yang menunjukkan hasil pengamatan kelembaban nisbi udara
pada aras 25 cm di atas, terlihat bahwa kelembaban nisbi udara berfluktuasi, baik
yang berkanopi maupun tidak berkanopi. Pada grafik dapat dilihat bahwa pada 10
menit pertama (angka 1 pada grafik) pengukuran kelembaban udara pada tempat
tanpa kanopi menunjukkan kelembaban yang kurang lebih sama dengan tempat
yang berkanopi. Setelah 10 menit kedua, kelembaban tanpa kanopi lebih tinggi di
bandingkan dengan kelembaban kanopi. Pada 10 menit ke 3, 4, dan 5 data hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kelembaban pada tempat tanpa kanopi lebih
rendah dari tempat tanpa kanopi.

64

Kelembaban Nisbi Udara Aras 75 cm


39
38
37

Kanopi 75cm

36

Tanpa Kanopi 75cm

35
34
33
32
1

Grafik 2.5 kelembaban nisbi udara aras 75 cm


Hasil pengamatan kelembaban nisbi udara pada aras 75 cm di atas
menunjukkan hasil kelembaban tanpa kanopi lebih tinggi pada menit ke 20 tetapi
lebih rendah pada menit yang lain. Pada grafik dapat diperhatikan bahwa pada 10
menit pertama daerah tanpa kanopi menunjukkan kelembaban yang lebih rendah
dibandingkan daerah yang berkanopi. Kemudian 10 menit selanjutnya kelembaban
udara tanpa kanopi meningkat secara drastis di banding dengan kanopi. Namun
pada pengukuran 10 menit ke 3, daerah berkanopi memiliki kelembapan yang lebih
tinggi dibandingkan daerah tanpa kanopi. Pada pengamatan 10 menit ke 4 dan 5
kelembaban daerah berkanopi dan tak berkanopi sama. Namun ketidaksesuaian
pada 10 menit kedua dapat terjadi karena adanya inversi suhu dimana terdapat
lapisan udara panas berada di atas lapisan udara dingin. Hal ini menyebabkan
terbaliknya kondisi karena suhu lebih rendah terdapat dibawah suhu yang tinggi
sehingga mempengaruhi pengukuran kelembaban karena perubahan suhu amat
mempengaruhi kelembaban suatu tempat.

65

Kelembaban Nisbi Udara Aras 150 cm


40
39
38
37
36
35
34
33
32
31
30

Kanopi 150cm
Tanpa Kanopi 150CM

Grafik 2.6 kelembaban nisbi udara aras 150 cm


Hasil yang di dapatkan pada aras 150 cm hampir sama dengan hasil
pengamatan kelembaban nisbi udara pada aras 75 cm, terlihat bahwa kelembaban
nisbi udara di tempat yang tanpa berkanopi lebih rendah daripada kelembaban nisbi
udara berkanopi pada beberapa waktu dan memiliki kelembaban yang sama pada
menit ke 40 dan 50. Pada grafik dapat diketahui bahwa 10 menit pertama, daerah
tanpa kanopi memiliki kelembaban yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah
berkanopi. Namun pada 10 menit kedua daerah berkanopi memiliki kelembaban
udara yang lebih rendah dibanding daerah tanpa kanopi. Pada menit ke 30 terjadi
penurunan kelembaban pada tanpa kanopi dan peningkatan pada daerah kanopi.
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh adanya angin yang bertiup kencang pada menit
ke-20 sampai menit ke-30 dimana tiupan angin tersebut membuat udara panas di
tempat tanpa kanopi lebih rendah sehingga kelembaban nisbi di tempat tanpa
kanopi menjadi lebih rendah. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa angin juga
mempengaruhi kelembaban udara di suatu tempat.Angin merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh terhadap evaporasi. Semakin tinggi intensitas dan
kecepatan angin di suatu tempat, maka evaporasi yang terjadi juga akan semakin
tinggi, sehingga kelembaban udara menjadi rendah.

66

Kelembaban Nisbi Udara Berkanopi


41
40
39

Kanopi 25cm

38

Kanopi 75cm

37

Kanopi 150cm

36
35
34
33
32
1

Grafik 2.7 kelembaban nisbi udara berkanopi


Pada grafik kelembaban nisbi udara berkanopi di atas, semakin tinggi letak
pengamatan dilakukan maka kelembaban nisbi udaraakan semakin tinggi. Grafik
diatas menunjukkan fluktuasi kelembaban nisbi selama 50 menit pada daerah
berkanopi. Secara garis besar rata-rata kelembaban nisbi udara berbagai aras mulai
dari yang berkelembaban terendah adalah aras 75 cm, sedangkan untuk aras 25 cm
memiliki kelembaban yang tertinggi pada beberapa titik dan 75 cm memiliki
kelembaban tertinggi kedua. Seharusnya, hasil yang didapatkan pada pengamatan
kelembaban udara pada daerah berkanopi lebih tinggi pada pengamatan yang
tingginya 25 cm di bandingkan pada 75 cm dan 150 cm karena kelembaban udara
pada aras yang lebih rendah akan lebih besar dibandingkan pada aras yang lebih
tinggi, hal ini berkaitan dengan dekatnya tinggi pengukuran dengan permukaan
tanah tempat terjadinya evaporasi. Untuk aras di atasnya akan memiliki
kelembaban udara yang lebih kecil karena suhu udara yang lebih tinggi sehingga
penyebaran uap air akan lebih luas lagi.

67

Kelembaban Nisbi Udara Tanpa Kanopi


45
40
35

Tanpa Kanopi 25cm

30

Tanpa Kanopi 75cm

25

Tanpa Kanopi 150cm

20
15
10
5
0
1

Grafik 2.8 kelembaban nisbi udara tanpa kanopi


Pada grafik yang didapatkan setelah pengamatan menunjukan bahwa
pengamatan kelembaban nisbi pada daerah tanpa berkanopi dari aras 25 cm, 75 cm
dan 150 cm tidak jauh berbeda. Grafik diatas menunjukkan kelembaban udara pada
daerah tak berkanopi selama 50 menit. Pada grafik di atas dapat diperhatikan
bahwa kelembaban udara pada aras 25 cm, 75 cm, dan 150 cm hampir sama dari 10
menit pertama sampai 10 menit kelima. Kelembaban pada aras 25cm adalah aras
dengan kelembaban tertingi, hal ini karena semakin rendah aras, semakin dekat
dengan permukaan tanah yang berarti semakin tinggi kelembaban karena evaporasi.
Karena daerah tanpa kanopi berarti tidak ada pelindung yang menghambat
terjadinya evaporasi, maka semakin keatas kelembaban semakin berkurang.
Meskipun pada akhirnya kelembaban pada aras 25 cm lebih rendah dibandingkan
dengan kelembaban pada aras lainnya. Hal tersebut dapat dikarenakan terjadi
fluktuasi suhu pada tanah yang berpengaruh pada kelembaban udaranya.
Seharusnya, semakin tinggi suatu tempat maka kelembaban akan semakin tinggi.
Namun, pada daerah tanpa kanopi tidak ada penghalang sehingga uap air di aras
yang lebih tinggi akan tersebar ke tempaat lain.

68

2. Suhu Tanah

Suhu Tanah Jeluk 0 cm


38
36
34
32
30
28
10

20

30

berkanopi

40

50

tanpa kanopi

Grafik 2.9 Suhu Tanah Jeluk 0 cm


Suhu tanah jeluk 0 cm atau pada permukaan tanah daerah tanpa kanopi
relatif lebih tinggi dibandingkan daerah berkanopi. Hal tersebut disebabkan pada
daerah tanpa kanopi mendapatkan radiasi matahari secara langsung dan terus
menerus selama matahari bersinar. Pada daerah berkanopi suhu permukaan tanah
lebih rendah karena radiasi matahari terhalangi oleh vegetasi penutupnya, selain itu
sersah dari vegetasi penutup di permukaan tanah juga mengurangi jumlah radiasi
matahari yang diterima permukaan tanah.
Menurut, Villegas et al.,(2010) keberadaan vegetasi juga berperan penting
untuk mengontrol penguapan air ke udara melalui proses transpirasi. Vegetasi atau
tumbuhan bisa juga menutupi tanah di bawahnya dan mempengaruhi perbedaan
suhu. Tanaman atau vegetasi secara langsung memberikan pengaruh kepada kondisi
iklim mikro yang ada melalui modifikasi radiasi matahari dan suhu tanah.
Keberadaan tanaman juga mempengaruhi tingkat evapotranspirasi.
Pada suhu permukaan tanah tanpa kanopi terjadi fluktuasi suhu, hal tersebut
disebabkan waktu pengamatan merupakan waktu dimana terjadi kenaikan suhu
udara maupun tanah paling maksimum, sehingga dapat dikatan pada menit ke-30
pengamatan merupakan waktu dimana suhu tanah mencapai maksimum dan pada
menit ke-40 suhu perlahan menurun. Pada menit ke-50 suhu permukaan tanah tanpa
kanopi kembali naik, hal tersebut kemungkinana dikarenakan pada waktu
pengamatan tanah masih terus mendapatkan radiasi matahari sehingga terjadi
fluktuasi kembali. Selain itu kemungkinan pada menit ke-40 keawanan di daerah
pengamatan menghalangi radiasi matahari.

69

Suhu Tanah Jeluk 20 cm


40
30
20
10
0
10

20

30

berkanopi

40

50

tanpa kanopi

Grafik 2.10 Suhu Tanah Jeluk 20 cm


Suhu tanah pada jeluk 20 cm di daerah tanpa kanopi lebih tinggi
dibandingkan di daerah berkanopi karena pada daerah tanpa kanopi mendapatkan
radiasi matahari secara langsung. Pada jeluk 20 cm fluktuasi suhu yang terjadi tidak
terlalu besar, karena dengan bertambahnya kedalaman tanah maka nilai difusivitas
thermal semakin bertambah. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin bertambah
kedalaman tanah, suhu tanah semakin stabil atau selisih suhu maksimum dan
minimum kecil. Peningkatan kandungan lengas tanah berpengaruh pada kapasitas
kalor tanah karena air memiliki nilai kalor jenis yang besar. Kalor jenis air yang
lebih tinggi daripada udara merupakan penyebab lambatnya perubahan suhu tanah.
(Sudyastuti dan Setyawan, 2007).
Kadar lengas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, jenis dan
struktur tanah, sehingga faktor-faktor kadar lengas tanah tersebut secara tidak
langsung juga mempengaruhi besarnya suhu tanah. Hal ini dikarenakan selain
faktor eksternal, faktor internal (tekstur tanah, kadar air tanah, kandungan BO
tanah, keterolahan dan kepadatan tanah) juga mempengaruhi besarnya suhu tanah.

70

Suhu Tanah Jeluk 40 cm


50
40
30
20
10
0
10

20

30

berkanopi

40

50

tanpa kanopi

Grafik 2.11 Suhu Tanah Jeluk 40 cm


Suhu tanah pada jeluk 40 cm di daerah berkanopi dan tidak berkanopi
mencapai suhu tertinggi saat menit ke-10 pengamatan. Pada menit-menit
pengamatan berikutnya suhu cenderung stabil. Suhu tanah tanpa kanopi lebih tinggi
dibandingkan suhu tanah berkanopi.
Menurut Irawan dan June (2011) pada tipe kanopi tertutup, energi panas
yang dipancarkan matahari terlebih dahulu diserap oleh tanaman untuk kegiatan
transpirasi sehingga panas yang diterima oleh permukaan tanah kanopi tertutup
akan berkurang. Sebaliknya, pada tipe tutupan kanopi sedang dan kanopi terbuka,
energi panas dari matahari dapat langsung diserap oleh permukaan tanah. Semakin
dalam suatu jeluk tanah maka suhunya semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh
tanah yang semakin dalam mempunyai kelembaban yang lebih tinggi dan sinar
matahari yang masuk ke dalam tanah rendah sehingga lebih dalam tanah maka suhu
semakin rendah pula.

71

Suhu Tanah Berkanopi


34
33
32
31
30
29
28
27
10

20
jeluk 0

30
jeluk 20

40

50

jeluk 40

Grafik 2.12 Suhu Tanah Pada Wilayah Berkanopi


Pada jeluk 0 cm suhu tanahnya lebih tinggi dibandingkan dengan jeluk yang
lain karena jeluk 0 cm berada di permukaan tanah dimana akan lebih dahulu dan
lebih banyak menerima radiasi matahari dari pada lapisan di bawahnya. Radiasi
matahari pertama kali akan mengenai bagian permukaan tanah, kemudian akan
masuk kedalam lapisan tanah dibawahnya. Pada menit ke-50 suhu tanah jeluk 0 cm
dan 40 cm mengalami penurunan sementara pada jeluk 20 cm mengalami
peningkatan. Hal tersebut kemungkinan pada jeluk 40 cm waktu panas untuk
sampai lebih lama dibandingkan yang lain, sehingga ketika intensitas dan jumlah
radiasi matahari menurun pada jeluk 40 cm suhu tanah masih seperti suhu
sebelumnya.

72

Suhu Tanah Tanpa Kanopi


40
38
36
34
32
30
28
10

20

30

jeluk 0

jeluk 20

40

50

jeluk 40

Grafik 2.13 Suhu Tanah Pada Wilayah Tanpa Kanopi


Panas matahari yang diterima oleh tanah terjadi perpindahan aliran panas
dari permukaan ke lapisan di bawahnya.Perpindahan panas terjadi karena adanya
pemanasan suhu udara maupun suhu permukaan tanah oleh radiasi matahari
maupun aliran panas dari dalam bumi akibat suhu dalam bumi lebih tinggi daripada
suhu permukaan (Sudaryono, 2004). Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap suhu tanah pada ketiga jeluk setelah
sepuluh menit pertama. Seharusnya, semakin dalam jeluk tanah maka suhu tanah
akan semakin berkurang karena konduksi panas pada tanah.
3. Kecepatan Angin

Kecepatan Angin
6
5

4.8

4
3
2

kanopi

2.3

1.5
1 1
0
1

2.8

1.1

1.1

tanpa kanopi

2
1.7
1
2

1
0.2
5

Grafik 2.14 Kecepatan Angin

73

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh grafik kecepatan


angin terhadap waktu pada lingkingan berkanopi dan tidak berkanopi.Dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa kecepatan angin pada daerah berkanopi lebih stabil
daripada daerah tanpa kanopi. Hal tersebut dapat terjadi karena kanopi dapat
memecah angin sehingga kecepatan angin yang tinggi dari tempat yang lain dapat
menjadi stabil dengan adanya kanopi, sedangkan pada daerah tanpa kanopi angin
dapat berhembus dari segala arah dengan kecepatan yang berbeda-beda.
4. Intensitas Penyinaran

Intensitas Penyinaran Matahari


400
350
Intensitas Penyinaran
Matahari Kanopi
Intensitas Penyinaran
Matahari Tanpa Kanopi

300
250
200
150
100
50
0
1

Grafik 2.15 Perbandingan Intensitas Penyinaran Matahari


Pada pengamatan intensitas penyinaran matahari pada daerah berkanopi dan
tidak berkanopi dapat dilihat pada grafik bahwa pada daerah yang tidak berkanopi
intensitas penyinarannya lebih tinggi daripada pada daerah berkanopi. Dapat dilihat
dari grafik di atas bahwa titik waktu pengamatan 10, 20, 30, 40, 50 menit pada
strata berkanopi didapatkan hasil pengamatan 170, 190, 130,180, 150 sedangkan
yang tidak berkanopi didapat hasil pengamatan 300, 340, 320, 300, 280. Hal ini
disebabkan karena berkanopi (penutup tajuk tanaman) hanya dapat meneruskan 510 % dari sinar yang datang. Kemudian pada daerah tidak berkanopi, tidak terdapat
penutup tajuk tanaman yang dapat menghalangi sinar yang datang, sehingga
intensitas penyinarannya lebih tinggi bila dibandingkan yang berkanopi karena
terdapat tajuk tanaman yang menghalangi sinar datang, sehingga intensitas
penyinarannya rendah karena sinar yang didapat tidak secara langsung. Pada daerah

74

tidak berkanopi terjadi penurunan yang konstan yang disebabkan waktu


pengukuran yang dilakukan pada siang hingga sore hari sehingga terjadi penurunan
intensitas sinar matahari. Pada daerah berkanopi, intensitas penyinaran matahari
yang didapatkan setelah pengamatan terjadi peningkatan dan penurunan, hal ini
disebabkan adanya penghalang dan lokasi pengamatan yang berbeda-beda.
Dari grafik intensitas penyinaran dapat diamati bahwa intensitas penyinaran
pada daerah tanpa kanopi lebih tinggi daripada daerah yang berkanopi. Di daerah
berkanopi, radiasi matahari yang jatuh ke bumi terhalang oleh adanya kanopikanopi daun sehingga intensitas penyinaran berkurang atau lebih kecil daripada
daerah tak berkanopi. Sementara itu, jumlah radiasi matahari yang jatuh di daerah
tak berkanopi lebih dipengaruhi oleh ada tidaknya penutupan oleh awan (dengan
asumsi bahwa pengurangan energi radiasi oleh pemantulan awan, absorbsi oleh
molekul-molekul di udara pada kedua daerah yang diamati adalah sama). Meskipun
demikian, adanya kemiripan bentuk kedua kurva tersebut menunjukkan kecilnya
pengaruh penutupan awan di daerah tak berkanopi. Pada pengamatan ini yang
diamati hanya pengaruh dari adanya kanopi, sedangkan pengaruh dari pemantulan
awan, penyerapan oleh gas-gas dan uap air, dan faktor udara lainnya yang juga
mempengaruhi intensitas penyinaran tidak diamati. Hal ini karena daerah berkanopi
dan tidak berkanopi yang diamati terletak pada jarak yang berdekatan, sehingga
faktor-faktor tersebut hampir sama di daerah yang berkanopi maupun yang tidak
berkanopi. Artinya, intensitas penyinaran di kedua daerah yang diamati lebih
dipengaruhi oleh satu faktor pembeda saja, yaitu ada tidaknya kanopi.

75

V.

KESIMPULAN

1. Mengukur anasir mikro dapat menggunakan parameter seperti kelembaban nisbi udara,
suhu tanah, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas penyinaran.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi cuaca mikro adalah;
a. Kelembaban nisbi udara dipengaruhi oleh penyinaran matahari yang sampai ke
bumi.
b. Suhu tanah dipengaruhi oleh penyinaran matahari, radiasi matahari, dan
pengawanan.
c. Suhu udara dipengaruhi oleh altitude dan intensitas penyinaran matahari.
d. Kecepatan angin dipengaruhi oleh tekanan udara, topografi, kondisi lingkungan
dan suhu udara.
e. Intensitas penyinaran dipengaruhi oleh pengawanan dan kondisi lingkungan
(berkanopi atau tidak
3. Suhu udara pada lingkungan tanpa kanopi lebih tinggi dibandingkan di lingkungan
berkanopi. Pada lingkungan berkanopi kelembaban nisbi udara lebih tinggi. Suhu tanah
di lingkungan tanpa kanopi lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu tanah di
lingkungan berkanopi. Pada lingkungan berkanopi kecepatan angin lebih tinggi.
intensitas penyinaran tinggi pada lingkungan tanpa kanopi.

76

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.G. 2011. Alam Sejitar dan Pembangunan. <http://portal.kukum.edu.my>.
Diakses pada 1 November 2015.
Hanggoro, W. 2011. Pengaruh intensitas radiasi saat gerhana matahari terhadap beberapa
parameter cuaca. Jurnal Meteorologi & Geofisika 2 : 7-9.
Holton, J.R. 2004.An Introduction to Dynamic Meteorology. Md: Elsevier Inc. Burlington.
Indrowuryanto. 1992. Meteorologi dan Klimatologi Pertanian. Faperta UNS Press:
Surakarta.
Irawan, A., & June, T. 2011. Hubungan iklim mikro dan bahan organik tanah dengan emisi
CO2 dari permukaan tanah di hutan alam babahaleka taman nasional lore lindu,
sulawesi tengah. Jurnal Agromet. 25 : 1-8.
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Prawirowardoyo, S. 1996. Meteorologi.Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Shelton, M. L. 2009. Hydroclimatology: Perspectives and Applications. Cambridge
University Press. California.
Sudaryono.2004. Pengaruh naungan terhadap perubahan iklim mikro pada budidaya
tanaman tembakau rakyat. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL_BPPT 5 : 56-62.
Sudyastuti, T., & Setyawan, N. 2007. Sifat thermal tanah pasiran panati dengan pemberian
bahan pengkodisi tanah dan biomikro pada budidaya tanaman cabai (Capsicum
Annuum, L.). Agritech. 27 : 137-146.
Trenberth, K. E. 2002. Evolution of El Nino-Southern Oscillation and global atmospheric
surface temperatures. J. Geophys. Res.107.
Villegasa, J.C., David D.B., Chris B.Z. and Patrick D.R. 2010. Seasonally pulsed
heterogeneity in microclimate: phenology and cover effects along deciduous
grasslandforest continuum. Vadose Zone Journal 9 : 537-547.

77

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA 3
ANALISA DATA KLIMATOLOGI

Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.

(13660)

3. Azhar Ismail

(13743)

4. Azzah Mufidah

(13746)

5. Dian Islamy

(13689)

6. Ivan Jonda Putranto (13751)


Gol/kel

: B2/3

Assisten

: Rosana Ulil Fiati

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
78

ACARA 3
ANALISA DATA KLIMATOLOGI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat erat kaitannya
dengan keadaan dan perubahan iklim dan cuaca. Setiap produksi pertanian
membutuhkan iklim serta cuaca yang sesuai. Untuk itu, analisis-analisis dibidang
klimatologi perlu dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan mengolah data-data anasir
iklim yang diperoleh dari stasiun meteorologi. Data-data yang diperoleh dari stasiun
meteorologi biasanya berupa data mentah yang perlu diolah terlebih dahulu menjadi
data matang, kemudian diolah lagi menjadi data siap pakai yang selanjutnya dapat
menyajikan informasi iklim yang akurat dan lengkap.
Hampir semua kegiatan pertanian sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim
dan cuaca, baik itu perencanaan jangka panjang, jangka pendek, maupun sehari-hari
(setiap hari). Informasi mengenai keadaan iklim yang tepat guna sangat dibutuhkan
untuk menunjang program pertanian yang lebih baik. Usaha yang paling bijaksana
adalah dengan menyesuaikan pola pertanian dan jenis tanaman/komoditas pertanian
yang diusahakan melalui pola-pola pada iklim setempat. Penyesuaian tersebut harus
didasarkan pada identifikasi serta pemahaman yang tepat terhadap iklim pada suatu
lahan. Setelah melakukan analisis, diharapkan mampu meningkatkan ketepatan
dalam peramalan yang selanjutnya dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap
dan akurat.
B. Tujuan
1.

Melatih mahasiswa untuk mengolah dan menganalisis data

meteorologi pertanian serta menyajikan dalam bentuk siap pakai.


2.

Mempelajari hubungan timbal balik di antara anasir-anasir iklim.

79

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada dasarnya, klimatologi sangat erat kaitanya dengan bidang pertanian. Sektor
yang paling terpengaruh dengan perubahan iklim di antaranya adalah pertanian dan
ekonomi. Sehingga data-data meteorologi perlu untuk dipelajari (El Jabi, 2013). Iklim
suatu tempat atau daerah ditentukan oleh sejumlah unsur iklim seperti suhu, lengas udara,
curah hujan, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, dan sebagainya. Sebenarnya
unsur-unsur iklim tadi tidak lain merupakan hasil dari interaksi antara sejumlah faktor
iklim yaitu penyebab-penyebab untuk menentukan corak iklim, seperti lintang tempat, arah
angin, jauh dekatnya dari pantai, tinggi rendahnya daerah (relief), tipe tanah, rerumputan
atau vegetasi dan sebagainya (Daldjoeni, 2001).
Suatu kemajuan yang terjadi dalam pengkajian respon biologi membantu lebih
banyak terhadap perkembangan dari meteorologi murni. Beberapa penemuan penting dan
ilmiah yang berhubungan dengan tanggapan biologi terutama dalam ilmu tanaman, secara
garis besar sebagai berikut. Tahun 1919 Gardner dan Alland menemukan fotoperiodesitas
yaitu respon tumbuhan terhadap panjang penyinaran. Mereka menanam tembakau
Maryland Mammoth baik pada tempat yang disinari maupun tidak disinari di dalam rumah
kaca. Tanaman-tanaman yang terdapat dalam rumah kaca yang tidak disinari tetap dapat
tumbuh vegetatif sedangkan yang disinari berbunga. Ini menambahkan hal baru dan
kegunaan faktor lingkungan (lama pencahayaan) dalam mempelajari meteorologi pertanian
(Wisnubroto et al., 2000).
Cuaca dan iklim dipandang sebagai salah satu sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan hidup dan kehidupan manusia. Pengaruh cuaca
dan iklim juga sangat nyata dalam kehidupan di bumi ini. Iklim di wilayah Indonesia
sangat ditentukan oleh variasi dari parameter curah hujan. Variasi curah hujan dipengaruhi
oleh mekanisme muson yang terkait dengan angin pasat, mekanisme equatorial dan faktor
lokal. Dengan adanya variasi curah hujan yang notabenanya sebagai penentu iklim, maka
iklim dapat bermacam-macam atau bervariasi. Oleh karena itu, klasifikasi iklim sangat
diperlukan guna mengetahui iklim suatu wilayah (Sudibyakto, 2008).
Berdasarkan kepada metode statistika maka terdapat teknik menganalisis data
untuk sebuah persoalan yang menyangkut dua peubah atau lebih yang ada atau diduga ada
dalam suatu pertautan tertentu yang disebut teknik analisis regresi dan analisis korelasi.
Regresi multipel adalah regresi yang melibatkan sebuah peubah tak bebas dan dua atau

80

lebih peubah bebas. Yang kemudian disusun oleh analisis korelasinya dalam bentuk
korelasi multipel. Regresi merupakan bentuk hubungan antara peubah respon (Y) dan
peubah prediktor (X). Manfaat dari analisa regresi adalah mengetahui peramalan rata-rata
peubah respon berdasarkan peubah prediktor, perkiraan rerata untuk peubah respon untuk
setiap perubahan satuan prediktor termasuk selang taksiran rata-rata dan individual untuk
peubah respon. Selain itu, jika hubungan antar peubah respon dengan peubah prediktor
memang ada maka untuk mengetahui ada atau tidaknya kontribusi peubah prediktor
terhadap peubah respon terdapat pada bagian korelasi (r), harga r berkisar pada nilai -1
hingga 1. Koefisien korelasi negatif memiliki hubungan dengan koefisien arah negatif.
Sedangkan korelasi positif memiliki hubungan dengan koefisien arah positif. Dan jika
korelasi mempunyai nilai nol maka koefisien arah nol atau dapat dikatakan jika antara
peubah respon dan peubah prediktor tidak memiliki hubungan. (Sudjana, 1991).
Suatu analisis terdiri atas analisis regresi, analisis korelasi, dan analisis varian yang
menyangkut gejala-gejala yang dapat diukur secara kardinal. Suatu objek apabila tidak
dapat ditentukan parameternya, maka hal ini terdapat kemungkinan gejala objek penelitian
tidak dapat diukur secara kardinal atau tidak diketahui sifat distribusi dari objek penelitian.
Oleh sebab itu, untuk menganalisis dan menguji gejala-gejala tersebut diperlukan suatu
metode statistik non-parameter statistik (Sungkawa, 2013).
Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis mendapatkan perhatian
karena hal ini dapat mengubah hasil panen tanaman, permintaan evaporasi, dan tipe tanah.
Pada faktanya periode dengan kalkulasinya dibutuhkan untuk mengubah nilai kritik dari
curah hujan dalam suatu periode. Permasalahan yang ada seperti ketidaktepatan dalam
perubahan kalkulasi dengan jangka waktu yang pendek dan curah hujan yang rendah
(Jackson, 1984).
Curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di
mana air tersebut terkonsentrasi. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan
satuan mm/jam. Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan dalam perhitungan
debit banjir rencana berdasar metode Rasional (Budiarto, 2011).

81

III. METODOLOGI
Pada percobaan analisis data meteorologi yang dilaksanakan pada hari
Selasa, 3 November 2015 di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
meliputi data bulanan selama satu tahun dari stasiun meteorologi yang terdiri atas
data curah hujan (CH), kelembaban nisbi (RH), evaporasi (EV), suhu termometer
bola basah (TBB), suhu termometer bola kering (TBK), panjang penyinaran (PP),
dan intensitas penyinaran (IP). Bahan ini digunakan untuk analisis, penyajian, dan
interpretasi data. Sedangkan untuk analisis korelasi dan analisis regresi digunakan
data temperatur (T), kelembaban nisbi (RH), evaporasi (EV), termometer bola basah
(TBB), termometer bola kering (TBK), panjang penyinaran (PP), dan intensitas
penyinaran (IP) bulanan selama satu tahun yang diperoleh dari analisis data.
Dalam menyajikan dan mengintepretasi data meteorologi pertanian
diperlukan pembagian kerja karena data selama 1 tahun cukup banyak, mahasiswa
dibagi menjadi beberapa kelompok menurut stasiun meteorologi sebagai sumber
data. Kemudian setiap data yang telah diperoleh oleh kelompok ditukarkan. Untuk
menghitung banyaknya curah hujan yang pertama kali dilakukan adalah menghitung
jumlah curah hujan perdasarian, tinggi curah hujan bulanan, dan curah hujan
tahunan. Kemudian dihitung jumlah hari hujan selama setahun, dan dibuat histogram
curah hujan per dasarian dan curah hujan bulanan selama 1 tahun, kemudian dibahas
perilaku hujan selama 1 tahun, antara lain pola agihan curah hujan per dasarian dan
bulanan selama 1 tahun, bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering menurut kriteria
Mohr.
Untuk mengolah data suhu udara (TBB dan TBK) dihitung rata-rata suhu
harian, yang mengukurnya digunakan rumus :
T harian = (2 x T 07.00) + T 13.00 + T 18.00)
4
Untuk menghitung suhu bulanan dilakukan dengan rumus :
T bulanan = T harian selama 1 bulan
hari dalam bulan tersebut

82

Sedangkan untuk menghitung suhu tahunan dilakukan dengan rumus :


T tahunan = T bulanan selama 1 thn
12
T tahunan dihitung dengan rumus Braak yaitu :
T tahunan = 26,3 0,6 h
T maksimum =31,3 0,62 h
T minimum =22,8 0,53 h
Dan yang terakhir dibuat grafik suhu bulanan selama satu tahun.
Kelembaban relatif udara pada pukul 07.00, 13.00, dan 18.00 dihitung atas dasar
selisih TBB dan TBK. RH harian dan RH tahunan dihitung dengan rumus :
RH harian = 2 x (RH 07.00) + RH 13.00 + RH 18.00
4
RH tahunan = jumlah RH bulanan selama 1 tahun
12
Kemudian dibuat grafik ayunan RH bulanan satu tahun. Selanjutnya dibahas
mengenai pola ayunan T dan RH bulanan selama setahun. Panjang penyinaran (PP),
intensitas penyinaran (IP), dan evaporasi (EV). Dihitung rerata PP, IP, dan EV
bulanan selama satu tahun. Kemudian dibuat grafik rerata PP bulanan, IP dan EV
selama satu tahun. Untuk analisis regresi dan analisis korelasi, dilakukan
penghitungan nilai regresi dan korelasi dengan bantuan data harian selama setahun
diantara dua anasir iklim sebagai berikut :
PP vs T
PP vs RH
IP vs EV
Analisis dilakukan dengan menggunakan kalkulator sehingga diperoleh
persamaan regresi
Y = a + bX
Y = peubah tak bebas ( faktor yang dipengaruhi )
x = peubah bebas (faktor yang mempengaruhi )
a = pengaruh faktor lain yang tidak dipengaruhi peubah bebas ( intersep )
b = koefisien regresi

83

Dan yang terakhir dilakukan adalah dibuat grafik persamaan regresi dari
hubungan antara anasir iklim tersebut serta dibahas mengenai hubungan antara anasir
tersebut dan dibandingkan dengan keeratan masing-masing hubungan.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

84

A. HASIL
1. Data Klimatologi Bulanan 2003
Data Klimatologi Bulanan Tahun 2003
*) Stasiun

: UGM Bulak Sumur

*) Kecamatan : Depok

*) Tinggi Tempat

: 137 mdpl

*) Lintang Tempat

: 70 46 LS

*) Kabupaten : Sleman
Tabel 3.1 Data Klimatologi Bulanan 2003 (1)
Suhu (TBK)(C)
BLN
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
November
Desember

Suhu (TBB)(C)

Pk.07

Pk.13

Pk.18

Rata-Rata

Pk.07

Pk.13

Pk.18

Rata-Rata

26.25
24.86
25.13
25.25
25.34
24.01
23.4
27.41

31.16
31.42
31.98
31.69
32.54
31.83
31.81
31.93

25.98
25.79
26.18
26.25
26.72
26.15
26.9
26.31

27.41
26.7325
27.105
27.11
27.485
26.5
26.3775
28.265

25,35
23,87
24,11
24,29
23,95
23,02
22,36
22,45

27,77
27,92
28,04
28,12
28,55
27,86
27,7
27,65

24,42
24,37
24,82
24,94
25,22
24,43
24,84
24,38

25.7225
25.0075
25.27
25.41
25.4175
24.5825
24.315
24.2325

25.71

32.46

27.14

27.755

24,45

28,23

25,15

25.57

25.82
25.7
26.11

31.89
31.09
31.75

26.42
25.9
30.99

27.4875
27.0975
28.74

24,55
24,52
24,67
PP(%

28,19
27,91
28,18

24,86
24,61
25,08

25.5375
25.39
25.65

EV

CH

KA

29.7
24.4
28.8
36.7
44.3
38.5
52.9
59.4

69
58
74.1
63.6
103.6
85.7
109.6
121.2

322.7
413.3
190.9
243
61
75.8
9
54

1.8
2
2.2
1.9
2.3
2
2.7
2.8

48
29.5
14

126.3
79
61.4

8.3
144.7
266

3.2
2.5
2.1

Kelembapan

BLN

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
November

Pk.07

Pk.13

Pk.18

Rata-Rata

92
90.1
89.99
90.69
87.1
90.1
89.67
59.76

72.83
71.96
69.3
71.3
69.05
69.01
67.77
66.46

85.4
86.8
87.4
87.9
86.11
84.4
81.4
82.7

85.5575
84.74
84.17
85.145
82.34
83.4025
82.1275
67.17

88.4

67.05

82.1

81.4875

88.13
89.15

70.5
74.19

85.4
88.1

83.04
85.1475

85

Desember

86.6

71.3

56.45

75.2375

45.1

111.5

236.6

2. Klimatologi Bulanan
Tabel 3.2 Data Klimatologi Bulanan 2003 (2)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
Novembe
r
Desember

T(C)

RH(%)

27.41

PP(%)

EV

CH

KA

85.557
5

29.7

69

322.7

1.8

84.74
84.17
85.145
82.34
83.402

24.4
28.8
36.7
44.3

58
74.1
63.6
103.6

413.3
190.9
243
61

2
2.2
1.9
2.3

5
82.127

38.5

85.7

75.8

5
67.17
81.487

52.9
59.4

109.6
121.2

9
54

2.7
2.8

48

126.3

8.3

3.2

5
27.097

83.03
85.147

29.5

79

144.7

2.5

5
75.237

14

61.4

266

2.1

45.1

111.5

236.6

2.6

26.732
5
27.105
27.11
27.485
26.5
26.377
5
28.265
27.755
27.487

28.74

3. Mencari persamaan regresi dengan menggunakan kalkulator


Tabel 3.3 Tabel Persamaan Regresi

86

2.6

Variabe

26.6351

0.01870

PP vs T
PP vs

6
92.6197

8
-

RH
PP vs

2
25.3479

0.29223
1.68141

EV

T vs

18.0289

EV
T vs

404.306
228.293

5
-

1 5x
- Y=228,2934+-

RH
RH vs

4
353.570

5.36469
-

0.69269 5,36469x
- Y=353,5708+-

3.24622

0.70218 3,24622x
Y=-

EV
RH vs
CH

9.35108

P.R

0.35341 Y=26,635+0,0187
2 x
- Y=92,6190.71279 0,29223x
0.88713 Y=25,3456+1,681
1 4
Y=0.50354 404,306+18,0289

594,55+9,351083

-594.55

KA vs

50.9496

EV
KA vs

30.7237
98.9780

4
-

4 4x
- Y=98,97808-

RH
KA vs

8
672.942

7.40861
-

0.58847 7,40861x
- Y=672,9429-

215.303

0.69527 215,303x

CH

0.38017 x
Y=0.87538 30,7237+50,9496

B. PEMBAHASAN
Stasiun meteorologi pertanian akan menghasilkan serempak data meteorologi
dan data biologis yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dengan

87

pertumbuhan tanaman dan hewan. Informasi meteorologi yang secara rutin diamati
antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu, dan kelengasan
tanah pada bagian kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan
radiasi matahari. Demikian pula turbulensi dan pencampuran udara lapisan udara yang
paling bawah. Lokasi stasiun ini harus dapat melewati keadaan pertanian dan keadaan
alami daerah tempat stasiun itu berada
Analisis merupakan suatu rangkaian proses yang bertujuan untuk mengolah
suatu data mentah menjadi informasi yang siap digunakan dalam berbagai keperluan.
Dalam kaitannya dengan klimatologi, analisis data klimatologi bertujuan untuk
mengubah data mentah yang diperoleh dari pengukuran anasir-anasir cuaca menjadi
data matang atau data siap pakai sehingga dapat digunakan dalam keperluan yang lebih
luas. Analisis data klimatologi diwujudkan dengan tabel dasarian atau bulanan yang
selanjutnya digunakan dalam memperkirakan fenomena cuaca di waktu yang akan
datang. Analisis ini juga dilakukan dengan maksud mencari tahu apakah anasir cuaca
yang satu mempengaruhi anasir cuaca yang lainnya. Fungsi data matang atau siap pakai
sendiri dalam konteks pertanian adalah untuk perkiraan musim tanam, penentuan pola
tanam, pengelolaan lahan dan berbagai aspek lainnya.
Dari berbagai anasir cuaca yang paling pokok dilakukan adalah analisis suhu
udara, RH (Relative Humidity)/ kelembaban udara, intensitas penyinaran, curah hujan,
evaporasi, dan kecepatan angin yang pada acara ini dilakukan analisis datanya. Data
yang dilakukan analisis adalah data pengamatan cuaca tahun 2003. Kemudian
selanjutnya dapat diketahui hubungan antar anasir cuaca seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya.

88

a. Suhu Udara
TBK 1 TAHUN

Grafik 3.1 Suhu Udara (T) Bulanan Selama Tahun 2003


Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan
molekul-molekul.Suhu atau temperatur udara merupakan kondisi yang dirasakan di
permukaan bumi sebagai panas, sejuk atau dingin. Pada data pengamatan suhu
udara terdapat data pengamatan temperatur bola basah dan temperatur bola kering
yang keduanya dilakukan pengamatan tiga kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB,
13.00/14.00 WIB dan 18.00 WIB. Dalam pengelolaan datanya, digunakan rumus
analisis T-harian dimana dihitung rata-rata suhu harian dengan catatan data
pengamatan pagi (07.00) dikalikan 2 atau 2 bagian dari penjumlahan suhu harian,
sehingga rumus matematikanya menjadi (T 07.00) x 2 + (T 13.00) + (T 18.00) dan
dibagi 4. Dihitungnya 2x pada titik pengamatan pagi karena diasumsikan 1 bagian
memang sebagai perwakilan suhu pagi, dan 1 bagian lagi diasumsikan sebagai
angka suhu pada waktu tidak dilakukan pengamatan (malam hari). Analisis tersebut
dilakukan dengan data bulanan, sehingga pada akhirnya diperoleh data pengamatan
suhu bulanan dalam satu tahun. Perlu diingat bahwa data suhu yang digunakan
merupakan data suhu kering bukan suhu basah. Pengukuran suhu basah (TBB)
digunakan dalam perhitungan kelembaban udara yang akan dibahas selanjutnya.
Dari grafik dapat dilihat bahwa suhu udara tertinggi terdapat pada bulan
Desember dan suhu udara terendah terdapat pada bulan Juli. Dari grafik, dapat
dilihat bahwa terjadi fluktuasi temperatur kering (suhu udara) pada tahun 2003.

89

Pada tahun ini diketahui rata-rata suhunya berkisar antara 26,4-29C dengan suhu
terendah terjadi pada bulan Juli dan suhu tertinggi terjadi pada bulan Desember.
Dari data diatas juga diketahui bahwa rata-rata suhu pada musim hujan yang terjadi
sekitar bulan Oktober-Maret memiliki suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan
pada musim kemarau yang terjadi sekitar bulan April-September. Hal ini terjadi
karena wilayah Indonesia sebagian besar merupakan wilayah lautan, Permukaan
air yang luas akan berperan penting dalam memperkecil fluktuasi suhu, karena
sebagian besar radiasi matahari terpakai untuk penguapan air (evaporasi). Di
selatan ekuator, temperatur siang hari tertinggi tercatat dari bulan September hingga
bulan November, dengan puncak pada bulan April-Mei. Dalam bulan Juli dan Juni,
temperatur maksimum bulanan rerata relatif rendah di selatan ekuator, terutama
oleh adanya arus tenggara yang dingin. Akan tetapi pada bulan Januari dan
Februari, temperatur malam hari relatif rendah karena jumlah awan yang cukup
banyak. Hal ini juga karena pada musim hujan, wilayah Indonesia tertutup awan
lebih tebal sehingga radiasi matahari yang dipantulkan bumi akan dipantulkan
kembali ke bumi oleh awan sehingga akumulasi radiasi ini akan membuat suhu
menjadi lebih tinggi dibandingkan suhu pada musim kemarau dimana angin yang
bertiup di wilayah Indonesia menjadikan sedikitnya awan. Dengan demikian,
radiasi sinar matahari yang jatuh ke bumi dan dipantulkan kembali akan terus
keluar atmosfer karena tidak ada awan yang menghalanginya.
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekulmolekul.Suhu atau temperatur udara merupakan kondisi yang dirasakan di
permukaan bumi sebagai panas, sejuk atau dingin. Sebagaimana yang
telahdiketahui bahwa permukaan bumi menerima panas dari penyinaran matahari
berupa radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang
dipancarkan ini tidak seluruhnya sampai ke permukaan bumi. Hal ini dikarenakan
pada saat memasuki atmosfer, berkas sinar matahari tersebut mengalami
pemantulan (reeksi), pembauran (scattering), dan penyerapan (absorpsi) oleh
material-material di atmosfer. Suhu udara diukur dengan termometer yang tercatat
dalam termogram. Matahari sebagai sumber energi memancarkan sinar, diterima
oleh atmosfer setiap cm2 sebesar 1,94 kalori per menit (Wisnubroto, 1981).

90

b. Kelembaban
RH 1 TAHUN

Grafik 3.2 Kelembaban Udara (RH) Bulanan Selama Tahun 2003


Kelembaban atau kandungan uap air di udara merupakan salah satu
anasir cuaca yang penting dilakukan pengamatan dan analisis data karena anasir
inilah yang salah satunya akan mempengaruhi kondisi lingkungan daerah
pengamatan. Data kelembaban udara yang digunakan merupakan perhitungan dari
perbandingan temperatur bola basah dan temperatur bola kering yang dilakukan
pengukuran pada waktu yang sama, kemudian dihitung menggunakan persamaan
matematika dan dibandingkan dengan tabel kelembaban udara yang sudah ada,
sehingga diperoleh data pengamatan kelembaban udara sebanyak 3 data tiap hari.
Analisis kelembaban udara dilakukan dengan cara yang sama seperti analisis suhu
udara, hanya saja untuk satuannya berbeda yaitu bila suhu menggunakan derajat
celcius, kalau kelembaban menggunakan persen.
Dari grafik dapat diketahui bahwa sepanjang tahun untuk masalah
kelembaban udara mengalami naik turun yang berkisar antara 67% paling kecil
dan 85% paling tinggi. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tinggi
rendahnya kelembaban udara ini adalah intensitas cahaya dan radiasi matahari.
Jika diperhatikan, pada bulan Agustus terjadi penurunan kelembaban yang cukup
signifikan dibandingkan bulan-bulan lainnya, hal ini kemungkinan disebabkan
oleh rata-rata kelembaban pada bulan tersebut memang rendah karena terjadi
suatu pergantian musim yang membuat data pada bulan tersebut menjadi rendah.

91

Namun, apabila dilihat keseluruhan, perbedaan kelembaban terendah dan


kelembaban tertinggi di tahun ini hanya selisih kurang dari 10%, hal ini karena
Indonesia dilewati garis lintang 0 derajat (khatulistiwa) dimana intensitas
penyinaran matahari berlangsung hampir sama untuk sepanjang tahunnya, inilah
yang menyebabkan hampir semua anasir cuaca pada daerah khatulistiwa
berlangsung stabil. Tingginya kelembaban juga kemungkinan dipengaruhi oleh
letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh laut bahkan sebagian besar wilayah
Indonesia pun adalah laut, dengan demikian tingkat evaporasi air di Indonesia
juga relatif tinggi dibandingkan negara yang bahkan tidak punya laut sama sekali.
Terjadi penurunan yang cukup berarti pada bulan Agustus dan pada
bulan Desember. Kenaikan ataupun penurunan kelembaban udara di Indonesia
masih dalam kategori relatif rendah. Hal terebut dikarnakan Indonesia
merupakan daerah yang berada di khatulistiwa dengan iklim tropis basah.
Dengan demikian, maka pemanasan yang terjadi hampir sama disetiap
bulannya dan selalu menerima hujan untuk setiap tahunnya (Sukma, 2012).
c. Panjang Penyinaran
PP 1 TAHUN

Grafik 3.3 Panjang Penyinaran (PP) Bulanan Selama Tahun 2003


Matahari merupakan salah satu penghasil energi yang dominan di bumi.
Hampir semua anasir cuaca secara tidak langsung dipengaruhi oleh energi
matahari ini. Maka dari itu, pengamatan energi matahari khususnya pengamatan
panjang penyinaran dilakukan. Panjang penyinaran sendiri merupakan sebuah

92

angka yang menunjukkan prosentase dimana matahari itu memberikan penyinaran


terhadap suatu tempat di bumi. Tentu saja panjang penyinaran akan mengalami
perbedaan setiap bulannya hal ini disebabkan karena posisi matahari yang terus
bergerak antara 23,50LU-23,50LS. Analisis ini dapat sebagai acuan perkiraan
cuaca di waktu mendatang yang juga dapat diketahui kapan panjang penyinaran
terlama dan terpendek. Salah satu fungsi analisis panjang penyinaran yang
berhubungan dengan pertanian adalah dengan adanya penyajian data panjang
penyinaran dapat digunakan sebagai acuan pemilihan tanaman yang akan
dibudidayakan yang seperti diketahui bahwa terdapat beberapa tanaman yang
memerlukan suatu panjang penyinaran yang berbeda. Panjang penyinaran
matahari pada umumnya bergantung pada letak daerah berdasarkan lintang
tertentu. Semakin rendah letak garis lintangnya, maka daerah tersebut akan
memperoleh lama penyinaran matahari yang semakin panjang dan suhu semakin
tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi lintang suatu daerah, maka lama penyinaran
akan semakin pendek dan suhu semakin rendah (Suryadi et al., 2013).
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa terdapat pola panjang penyinaran
yang menjadikannya lebih tinggi pada bulan April-September dan relatif rendah
pada bulan selain itu. Pada bulan Juni ke bulan Juli terjadi kenaikan secara
signifikan yaitu hampir 14% lebih panjang penyinaran hal ini dikarenakan pada
bulan-bulan ini sudah mulai memasuki musim kemarau sehingga tidak banyak
tertutup awan hujan bahkan jika diamati pada musim kemarau saat jarang terlihat
adanya awan, hal inilah yang menyebabkan panjang penyinaran akan memberikan
hasil yang tinggi. Pada bulan Oktober dan November justru terjadi sebaliknya
yaitu terjadi penurunan panjang penyinaran. Pada bulan ini terjadi pergantian
musim antara musim kemarau ke musim hujan yang menyebabkan penyinaran
matahari terhalang oleh awan hujan, sehingga menghasilkan angka panjang
penyinaran yang berfluktuatif seperti grafik diatas. Selain itu panjang penyinaran
juga dapat disebabkan oleh intensitas radiasi matahari. intensitas sinar matahari
yang tinggi akan menyebabkan tingginya panjang penyinaran.

93

d. Evaporasi
EV 1 TAHUN

Grafik 3.4 Tingkat Evaporasi (EV) Bulanan Selama Tahun 2003


Grafik di atas menjelaskan hasil pengamatan mengenai tingkat evaporasi
pada bulan Januari hingga Desember tahun 2003 yang terlihat selalu berfluktuasi.
Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini
memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Oleh karenanya, tingkat
evaporasi sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim terutama radiasi matahari,
temperatur, dan kecepatan angin, serta kandungan air tanah. Dengan terjadinya
evaporasi, maka kandungan air tanah turun, dengan demikian maka kecepatan
evaporasi juga akan turun. Berdasarkan grafik tersebut, tingkat evaporasi dititik
terendah terjadi pada bulan Febuari, sedangkan evaporasi tertinggi terjadi pada
bulan September.
Dari grafik tersebut, pada bulan September, tingkat evaporasinya sangat
tinggi. Hal ini sesuai dengan teori karena pada bulan tersebut, matahari tepat
berada di tengah garis khatulistiwa sehingga intensitas penyinaran akan semakin
banyak dan secara otomatis meningkatkan suhu baik suhu udara maupun suhu
tanah. Ketika suhu udara dan suhu tanah mengalami kenaikan, maka evaporasi
akan berjalan lebih cepat (Villegas et al., 2010). Grafik tersebut akan mengalami
penurunan pada bulan Oktober. Hal ini sesuai dengan teori. Akan tetapi, pada
bulan Desember, justru tingkat evaporasi kembali mengalami peningkatan. Hal ini
kemungkinan terjadi karena pada bulan tersebut kecepatan angin sedang besar,

94

sehingga mempengaruhi penguapan air. Secara teori, semakin besar kecepatan


angin, maka akan semakin cepat pula tingkat evaporasinya (Wentz and
Ricciardulli, 2011).
Beberapa faktor yang mempengaruhi evaporasi yaitu radiasi matahari,
radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah
evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan
musim. Temperatur udara pada permukaan juga sangat berpengaruh terhdap
evaporasi, semakin tinggi temperatur maka semakin besar kemampuan udara
menyerap uap air. Kelambaban udara, udara lembab merupakan campuran dari
udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin
banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi, akibatnya perbedaan tekanan uap
semakin kecil yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Kecepatan
Angin, penguapan yang terjadi menyebabkan udar di atas permukaan evaporasi
menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan
proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus udara yang
terlalu jenuh itu harus diganti dengan udara kering.
e. Curah Hujan
CH 1 TAHUN

Grafik 3.5 Curah Hujan (CH) Bulanan Selama Tahun 2003


Berdasarkan grafik curah hujan di atas, curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Februari sedangkan curah hujan yang terendah terjadi pada bulan
September. Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu, musim hujan dan

95

kemarau, hal ini tentu saja mempengaruhi banyaknya curah hujan tiap bulannya.
Musim hujan terjadi antara bulan November hingga bulan Maret, sedangkan
musim kemarau terjadi pada bulan April hingga bulan Oktober yang
menyebabkan curah hujan relatif sangat rendah. Grafik curah hujan tersebut
menunjukkan pola hujan yang rendah pada bulan Mei sampai September dan
meninggi pada Oktober hingga April. Curah hujan di wilayah Indonesia berbedabeda di berbagai tempat. Secara umum, rata-rata curah hujan kawasan Indonesia
bagian barat lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah dan timur. Oleh
karena posisi lintang Indonesia terletak di sekitar ekuator, pola curah hujan di atas
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh pergeseran Daerah Konvergensi Antar Tropik
(DKAT). Pulau Jawa dilalui oleh garis DKAT sekitar Januari dan Februari. Pada
bulan-bulan inilah curah hujan di wilayah tersebut mencapai titik tertinggi.
Secara umum DIY termasuk wilayah yang beriklim tropis, sehingga
memiliki dua musim penghujan dan kemarau. Intensitas hujanselama tahun 2012
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Rata-rata curah hujan
perbulan di tahun 2012 tercatat sebesar 122 mm dengan rata-rata hari hujan per
bulan sebanyak 9 hari,sementara di tahun 2011 curah hujan per bulan mencapai
254 mm dengan hari hujan 14 hari. Curahhujan tertinggi di tahun 2012 terjadi
pada Bulan Desember dengan intensitas sebesar 409 mm selama 28 hari,
sementara pada tahun 2011 terjadi pada Bulan Februari dengan curah hujan
sebesar 404 mm (Badan Pusat Statistik Yogyakarta, 2013). Dengan demikian, dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa curah hujan tertinggi di Yogyakarta terjadi
pada bulan Februari, sehingga data pengamatan sesuai sumber.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keteraturan curah hujan yaitu
faktor garis lintang, menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan, semakin
rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang diterima karena di
daerah lintang rendah suhunya lebih besar daripada suhu di daerah lintang tinggi,
suhu yang tinggi inilah yang kemudian menyebabkan penguapan juga tinggi,
penguapan inilah yang kemudian akan menjadi hujan dengan melalui kondensasi
terlebih dahulu. Faktor ketinggian tempat, semakin rendah ketinggian tempat
potensi curah hujan yang diterima akan lebih banyak karena pada umumnya
semakin rendah suatu daerah suhunya akan semakin tinggi. Jarak dari sumber air

96

(penguapan), semakin dekat potensi hujannya semakin tinggi. Arah angin, angin
yang melewati sumber penguapan akan membawa uap air, semakin jauh daerah
dari sumber air maka potensi terjadinya hujan semakin sedikit. Hubungan dengan
deretan pegunungan, banyaknya turun hujan di daerah pegunungan disebabkan
oleh uap air yang dibawa angin menabraj deretan pegunungan, sehingga uap
trsebut dibawa ke atas sampai ketinggian tertentu akan mengalam kondensasi,
ketika uap ini jenuh, dia akan jatu di atas pengunungan sedangkan dibalik
pegunungan yang menjadi arah dari angin teadi tidak terjadi hujan. Faktor
perbedaan suhu tanah (daratan) dan lautan, semakin tinggi perbedaan suhu antara
keduanya potensi penguapannya juga akan semakin tinggi. Faktor luas daratan,
semakin luas daratan potensi terjadinya hujan akan semakin kecil, karena
perjalanan uap air juga akan panjang.
f. Kecepatan Angin
KA 1 TAHUN

Grafik 3.6 Kecepatan Angin (KA) Bulanan Selama Tahun 2003


Kecepatan angin yang terendah terjadi pada bulan Januari, sedangkan
kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan September. Pada grafik terlihat bahwa
kecepatan angin terlihat berfluktuasi setiap bulannya. Perbedaan kecepatan angin
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara antara daerah bertekanan tinggi dengan
daerah bertekanan rendah. Makin besar perbedaan tekanan udara di antara kedua
daerah maka makin tinggi kecepatan anginnya. Perbedaan kecepatan angin juga
dapat diakibatkan oleh pengaruh rotasi bumi terhadap matahari. Dimana rotasi

97

bumi akan menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam serta perubahan
pasang surut air laut. Semakin cepat arah angin yang bergerak menuju utara atau
arah selatan khatulistiwa akan sangat mempengaruhi kecepatan angin di setiap
bulan pada daerah pengamatan.
Perpindahan udara dari wilayah yang bertejanan tinggi ke tempat yang
bertekanan rendah itulah yang disebut angin. Angin memiliki hubungan yang
sangat erat dengan sinar matahari karna daerah yang terkena banyak paparan sinar
matahari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih
rendah sehingga menyebabkan aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke
tempat lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi angin yaitu keadaan topografi,
daratan atau lautan, dan adanya pepohonan. Ketiga hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap kerja laju angin. Keadaan topografi sangat berpengaruh,
karena jika angin menerpa pada topografi berupa gunung ia akan cenderung naik,
berbeda jika ia menerpa pada topografi yang berupa dataran, ia akan cenderung
lurus-lurus saja. Kedua, saat angin bergerak di atas daratan dan lautan juga sangat
berbeda. Walau bagaimanapun angin yang bergerak di dratan akan cenderung
mengikuti keadaan permukaan dratan, berbeda jika angin yang berhembus di atas
lauatan maka ia akan mempengaruhi bentuk muka air laut, bahkan pergerakan
arus di atas laut. Sehingga ia lebih bebas bergerak di atas lautan daripada di
daratan. Ketiga, adanya pepohonan sangat berpengaruh jika pohon tersebut cukup
tinggi dan mengganggu laju angin

98

g. PP vs T

PP vs T
29
28
PP (%)

f(x) = 0.02x + 26.64


R = 0.12

27

PP vs T
Linear (PP vs T)

26
25
10

20

30

40

50

60

70

T (C)

Grafik 3.7 Panjang Penyinaran vs Suhu


Berdasarkan grafik panjang penyinaran vs suhu diperoleh persamaan regresi
Y= - 0.018x + 26.63 dengan nilai r sebesar 0.353412. Nilai r tersebut yang paling
mendekati nol dibandingkan dengan yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa
yang paling tidak memiliki hubungan antar peubah adalah panjang penyinaran dan
suhu, yang artinya panjang penyinaran tidak mempengaruhi suhu pada suatu
tempat.
Menurut teori, semakin panjang penyinaran matahari di suatu daerah, maka
suhu akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin pendek lama penyinaran matahari,
suhu akan semakin rendah (Suryadi et al., 2013). Dengan demikian, hubungan yang
ditunjukkan oleh persamaan regresi tersebut tidak sesuai dengan teori, karena ada
kemungkinan pengaruh dari beberapa faktor seperti adanya mendung, kanopi dan
sebagainya.

99

h. PP vs RH

PP vs RH
100
80

f(x) = - 0.29x + 92.62


R = 0.51

60
PP (%)

PP vs RH
Linear (PP vs RH)

40
20
0
10

20

30

40

50

60

70

RH (%)

Grafik 3.8 Panjang Penyinaran vs Kelembaban Udara


Berdasarkan grafik panjang penyinaran vs kelembaban udara di dapatkan
persamaan regresinya Y= -0.292x + 92.62 dengan nilai r sebesar -0.71279, yang
berarti nilai r tersebut mendekati negatif sempurna karena mendekati -1. Kenaikan
nilai peubah bebasnya (panjang penyinaran) diikuti penurunan peubah tak bebasnya
(kelembaban udara). Panjang penyinaran yang tinggi pada suatu tempat dapat
menurunkan kelembaban udara suatu tempat.
Keeratan hubungan kedua variabel akan ditandai dengan adanya kenaikan
panjang penyinaran sebagai peubah bebasnya akan diikuti dengan kenaikan peubah
tak bebasnya yakni kelembaban nisbi udara. Berdasarkan persamaan regresi
tersebut, apabila panjang penyinaran mengalami kenaikan satu tingkat, maka akan
diikuti kenaikan kelembaban relatif udara sebesar 84,64 %. Menurut teori,
hubungan antara panjang penyinaran dengan kelembaban udara ialah negatif
sempurna atau berbanding terbalik. Hal ini dapat terjadi karena jika lama
penyinaran semakin panjang, maka akan berakibat pada semakin tingginya suhu
suatu tempat. Adanya suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya penurunan
kelembaban. Sebaliknya, jika lama penyinaran semakin pendek, maka suhu
semakin rendah dan kelembaban akan semakin tinggi (Hermantoro, 2009). Dengan
demikian, hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada. Kondisi tersebut dapat

100

terjadi karena ada kemungkinan terdapat beberap faktor mempengaruhi panjang


penyinaran dan kelembaban, sehingga data yang dihasilkan kurang valid. Faktor
tersebut misalnya adanya mendung, kanopi, dan sebagainya.
i. PP vs EV

PP vs EV
140
120

f(x) = 1.68x + 25.35


R = 0.79

100
PP (%)

80

PP vs EV

60

Linear (PP vs EV)

40
20
0
10

20

30

40

50

60

70

EV (mm)

Grafik 3.9 Grafik Panjang Penyinaran dengan Evaporasi


Berdasarkan grafik panjang penyinaran vs evaporasi diperoleh persamaan regresi
Y= 1.681x + 25.34 dengan nilai r sebesar 0.887131. Nilai r tersebut yang paling
mendekati +1 dibandingkan dengan yang lain atau disebut sebagai hubungan positif
sempurna, dimana kenaikan peubah bebas (panjang penyinaran) diikuti dengan
kenaikan pada peubah tak bebasnya (evaporasi). Artinya, jika panjang penyinaran
naik maka evaporasi akan tinggi, sebaliknya jika panjang penyinaran rendah maka
evaporasi sedikit. Evaporasi memerlukan sumber energi yang besar.

101

V.

KESIMPULAN

Parameter yang diukur dan diolah datanya pada percobaan yang dilakukan adalah suhu
udara, kelembaban udara, panjang penyinaran, evaporasi, curah hujan, dan kecepatan
angin. Adapun hubungan antar peubah yang diamati adalah sebagai berikut :
a. Nilai korelasi yang paling mendekati -1 adalah nilai korelasi antara PP (Panjang
Penyinaran) dengan RH (kelembaban nisbi udara) yang keduanya berbanding
terbalik.
b. Nilai korelasi yang paling mendekati 0 adalah nilai korelasi antara PP (Panjang
penyinaran) dengan T (Temperatur) yang hubungan antara satu dengan yang lain
tidak ada.
c. Nilai korelasi yang paling mendekati +1 adalah nilai korelasi antara PP (Panjang
Penyinaran) dengan EV (Evaporasi) yang keduanya berbanding lurus.
d. Analisis korelasi berdasarkan erat tidaknya hubungan
PP vs T

Tidak ada hubungan signifikan (lemah)

PP vs RH

Ada hubungan yang kuat/erat negatif

PP vs EV

Ada hubungan yang cukup erat positif

T vs EV

Ada hubungan yang cukup erat positif

T vs RH

Ada hubungan yang tidak terlalu erat negatif

RH vs EV

Ada hubungan yang tidak terlalu erat negatif

RH vs CH

Tidak ada hubungan signifikan (lemah)

KA vs EV

Ada hubungan yang erat positif

KA vs RH

Ada hubungan yang tidak terlalu erat negatif

KA vs CH

Ada hubungan yang tidak terlalu erat negatif

e. Manfaat analisis data meteorologi adalah dapat melatih kita untuk mengolah dan
menganalisis data meteorologi pertanian serta menyajikan dalam bentuk siap pakai
dan juga dapat mengetahui hubungan timbale balik diantara anasir-anasir iklim.

102

DAFTAR PUSTAKA
Budiarto.

2011.

Pengertian

iklim

dan

perubahan

iklim.

<http://iklim.dirgantaralapan.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=79>. Diakses pada 8 November 2015
Daljoeni, N. 2001. Pokok-pokok Meteorologi. Alumni, Bandung.
El-Jabi, N. 2013. Regional climate index for floods and droughts using Canadian climate
model (CGCM3.1). American Journal of Climate Change, 2:106-115
Hermantoro. 2009. Pemodelan dan simulasi produktivitas perkebunan kelapa sawit
berdasarkan kualitas lahan dan iklim menggunakanjaringan syaraf tiruan. Jurnal
Agrometeorologi 23:4551.
Jackson, I. J. 1984. Climate, Water, and Agriculture. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Sudibyakto. 2008. Pengaruh iklim dan cuaca terhadap tanaman. Majalah Geografi
Indonesia III. (17) : 71-80.
Sudjana. 1991. Teknis Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsito, Bandung
Sukma, P. Donaldi. 2012. Analisis data meteorologi dari pemantau cuaca otomatis. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika volume 12 (2):151-162.
Suryadi, L. Setyobudi dan R. Soelistyono. 2013. Kajian intersepsi cahaya matahari pada
kacang tanah (Arachis hypogaea L.) diantara tanaman melinjo menggunakan jarak
tanam berbeda. Jurnal Produksi Tanaman 1:4250.
Villegas, J. C., D. D. Breshears, C. B. Zou, and D. J. Law. Ecohydrological controls of soil
evaporation in deciduous

drylands: how the hierarchical effects of litter, patch

and vegetation mosaic cover interact with phenology and season. Journal of Arid
Environments 74: 595602.

103

Wentz, F. J. and L. Ricciardulli. 2011. Comment on global trends in wind speed and wave
height. Science 334: 905905.
Wisnubroto, S. 1981. Modifikasi Unsur Iklim untuk Mendekati Persyaratan Optimal Bagi
Tanaman. Fakultas Pertanian UGM: Yogyakarta.
Wisnubroto, S, L. Aminah dan Mulyono.N. 2000. Asas-asas Meteorologi. Ghalia
Indonesia, Jakart

104

LAMPIRAN
Kelembaban Udara

y1

= 72,1

{2(Tpk .07 .00)}+Tpk .13 .00+Tpk .18 .00


4

y2

3,393,2
3,43,2

Januari

y74
7374

Pukul 07.00
t- t1 = 26,25-25,35 = 0,9
t- t1
0,8
1,0

25
93
91

y93
9193

= 0,2y-14,8

0,2y

= 14,61

y2

= 73,05

0,2y

= 18,4

y1

= 92

0,77
1

Pukul 13.00
1

t- t = 31,16-27,77 = 3,39
27
74
72

28
72
73

0,2y

= 14,8

0,73

= y-72,1

y3

= 72,83

t- t1
1,4
1,6

24
87
85

0,16
0,2

105

25
87
85

y1

1,561,4
1,61,4

y 74
2

= 0,2y-14,8

y 72,1
0,95

t- t1 = 25,98-24,42 = 1,56

y 74
7274

-0,38

y 72,1
730,572,1

Pukul 18.00

y1

3,,393,2
3,43,2

y3

27,7727
2827

= 0,2y-18,6

0,19
0,2

-0,19

y 93
2

-0,2

t- t1
3,2
3,4

y 74
1

y1

0,90,8
1,00,8
0,1
0,2

0,19
0,2

26
93
91

y87
8587

y 87
2

-0,32

= 0,2y-17,4

0,2y

= 17,08

y1

= 85,4

106

0,1
0,2

KELEMBABAN RATA-RATA

2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00 -0,1


0,2y
4

= 0,2y-14,4
= 14,3

y1

2 x (92)+ 72,83+ 85,4


4

= 85,557

y2

3,53,4
3,63,4

Pukul 07.00

0,1
0,2

t- t = 24,86-23,87 = 0,99
t- t1
0,8
1,0

23
92
90

24
92
90

y1

0,990,8
1,00,8

y92
9092

0,2y

= 18,02

y1

= 90,1

3,53,4
3,63,4

0,2y

= 14,4

y2

= 72
y3

y 71,5
7271,5

y 71,5
0,5

0,46

= y-71,5

y3

= 71,96

Pukul 18.00
28
73
71

t- t1 = 25,79-24,37 = 1,42
t- t1
1,4
1,6

y1
=

= 0,2y-14,6

0,92
1

t- t1 = 31,42-27,92 = 3,5

y 34
2

Pukul 13.00
27
72
71

27,9227
2827

= 0,2y-18,4

y 73
7173

-0,2

y 92
2

-0,38

t- t1
3,4
3,6

= 71,5

Februari

0,19
0,2

y 72
1

y 72
7172

24
87
85

1,421,4
1,61,4

107

25
87
85

y1
=

y87
8587

0,02
0,2

y 87
2

-0,04

= 0,2y-17,4

0,2y

= 17,36

y1

= 86,8

108

0,14
0,2

KELEMBABAN RATA-RATA

2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00 -0,14


0,2y
4

= 0,2y-14
= 13,86

y1

2 x (90,1)+ 71,96+86,8
4

y 70
1

= 69,3

= 84,74
Pukul 18.00
t- t1 = 26,18-24,82 = 1,36

Maret

t- t1
1,2
1,4

Pukul 07.00
t- t1 = 25,13-24,11 = 1,02
t- t1
1,0
1,2

24
90
89

25
90
89

y1

1,361,2
1,41,2

y90
8990

0,16
0,2

y 90
1

-0,02

= 0,2y-18

0,2y

= 17,98

y1

= 89,99

y89
8789

3,943,8
4,03,8

y 89
2

0,32

= 0,2y-17,8

0,2y

= 17,48

y1

= 87,4

2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00


4

t- t1 = 31,98-28,04 = 3,94
28
70
69

KELEMBABAN RATA-RATA

Pukul 13.00
t- t1
3,8
4,0

25
89
87

y1

1,021,0
1,21,0
0,02
0,2

24
89
87

29
70
69

y1
=

2 x (89,99)+69,3+87,4
4

y70
6970

April
109

= 84,17

Pukul 07.00

Pukul 13.00

t- t1 = 25,25-24,29 = 0,96

t- t1 = 31,69-28,12 = 3,57

t- t1
0,8
1,0

24
92
90

28
73
71

y1

0,960,8
1,00,8
0,16
0,2

t- t1
3,4
3,6

25
93
91

y92
9092

y1

3,573,4
3,63,4

y 92
2

29
73
71

0,17
0,2

y 73
7173

y 73
2

-0,32

= 0,2y-18,4

-0,34

= 0,2y-14,6

0,2y

= 18,08

0,2y

= 14,26

y1

= 90,4

y1

= 71,3

y2

0,960,8
1,00,8
0,16
0,2

Pukul 18.00
=

y 93
7193

t- t1
1,2
1,4

y 93
2

-0,32

= 0,2y-18,6

0,2y

= 18,28

y2

t- t1 = 26,25-24,94 = 1,31

0,11
0,2

y89
8789

y 89
2

y3

24,2924
2524
029
1

25
89
87

y1

1,311,2
1,41,2

= 91,4

24
89
87

y90,4
91,490,4

-0,22

= 0,2y-17,8

0,2y

= 17,58

y1

= 87,9

y 90,4
1
KELEMBABAN RATA-RATA

0,29

= y-90,4

y3

= 90,69

2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00


4

110

0,19
0,2
2 x (90,69)+71,3+87,9
4

= 85,145

Kelembaban Udara
{2(Tpk .07 .00)}+Tpk .13 .00+Tpk .18 .00
4

y 70
1

-0,19

= 0,2y-14

0,2y

= 13,81

y1

= 69,05

Pukul 18.00
t- t1 = 26,72-25,22 = 1,50

Mei

t- t1
1,4
1,6

Pukul 07.00
t- t1 =25,34-23,95=1,39
t- t1
1,2
1,4

23
89
87

24
89
87

y1

1,501,4
1,61,4

y89
8789

0,1
0,2

y 89
2

-0,38

= 0,2y-17,8

0,2y

= 17,42

y1

= 87,1

y87
8587

3,993,8
4,03,8

28
70
69

y1
=

= 0,2y-17,4

0,2y

= 17,2

y1

= 86

0,1
0,2

t- t = 32,54-28,55=3,99

-0,2

y2

1,501,4
1,61,4

27
70
69

y 87
2

Pukul 13.00
t- t1
3,8
4,0

25
87
86

y1

1,391,2
1,41,2
0,19
0,2

24
87
85

y70
6970

=
y 87
1

-0,1

= 0,2y-17,4

0,2y

= 17,3

y2

= 86,5

y3

25,2225
2625

111

y87
8687

y86
86,586

y 86
0,5

1 =

4,0

68

0,11

= y-86

y3

= 86,11

69

y1

3,973,8
4,03,8
0,17
0,2

KELEMBABAN RATA-RATA

= 0,2y-13,8

0,2y

= 13,63

y1

= 68,15

= 82.34

y2

3,973,8
4,03,8

Juni

0,17
0,2

Pukul 07.00

y69
6869

y 69
1

2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00


4
-0,17

2 x (87,1)+ 69,05+86,11
4

y70
6970

y 70
1

t- t1 = 24,01-23,02=0,99
t- t1
0,8
1,0

23
92
90

y1

0,990,8
1,00,8
0,19
0,2

24
92
90

y92
9092

-0,17

= 0,2y-14

0,2y

= 13,83

y2

= 69,15

y3

27,8627
2827

y 92
2

0,86
1

y68,15
69,1568,15

y 68,15
1

-0,38

= 0,2y-18,4

0,2y

= 18,02

0,68

= y-68,15

y1

= 90,1

y3

= 69,01

Pukul 13.00
t- t1 = 31,83-27,86 = 3,97
t- t1
3,8

27
64

Pukul 18.00

28
70

t- t1 =26,15-24,43=1,72

112

t- t1
1,6
1,8

24
85
84

25
85
84

y1

1,721,6
1,81,6
0,12
0,2

-0,08

= 0,2y-18

0,2y

= 17,92

y1

= 89,6

y85
8485

y2

1,041,0
1,21,0

y 85
1

0,04
0,2

y90
8990

y 90
1

-0,12

= 0,2y-17

0,2y

= 16,88

-0,04

= 0,2y-18

y1

= 84,4

0,2y

= 17,96

y2

= 89,8

KELEMBABAN RATA-RATA

2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00


4

2 x (90,1)+ 69,01+ 84,4


4

22,3622
2322
0,36
1

= 83,40

y3

y89,6
89,889,6

y 89,6
0,2

0,072

= y-89,6

y3

= 89,67

Juli
Pukul 07.00

Pukul 13.00

t- t1 = 23,4-22,36=1,04

t- t1 =31,81-27,7=4,11

t- t1
1,0
1,2

24
90
88

27
68
67

y1

1,041,0
1,21,0
0,04
0,2

t- t1
4,0
4,2

25
90
89

y90
8890

y 90
2

y1

4,,114
4,24

011
0,2

y 68
1

-0,11

113

28
69
67

y68
6768

= 0,2y-13,6

0,2y

= 13,49

0,2y

=16,32

y1

= 6,45

y1

= 81,6

y2

4,114,0
4,24,0

y69
6769
KELEMBABAN RATA-RATA

0,11
0,2

y 69
2

2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00


4

-0,22

= 0,2y-13,8

0,2y

= 13,58

y2

= 67,9

y3

27,6327
2827
0,63
1

2 x (89,67)+67,77+81,6
4

y67,8
68,667,8

Agustus
Pukul 07.00
TBK TBB = t t

y 67,8
0,8

27,41-22,45=4,96
t- t1
4,8
5,0

0,504

= y-67,8

= 0,504 + 67,8

y3

= 68,3

0,16
0,2

t- t1 = 26,9-24,86 = 2,04
25
82
80

0,04
0,2
0,08

26
82
80

y1

y61
5961

y 61
2

-0,32 = 0,2y 12,2

y1

2,042,0
2,22,0

24
61
60

4,964,8
5,04,96

Pukul 18.00
t- t1
2,0
2,2

23
61
59

y82
8082

0,2y

= 11,88

y1

= 59,4

y2

4,964,8
5,04,8

y 82
2

0,16
0,2

=0,2y-16,4

114

y61
6061

y 61
1

= 82,17

-0,16

=0,2 y 12,2

0,16

= 0,2y-13,4

0,2y

= 12,04

0,2y

= 13,24

y2

= 60,2

= 66,2

y3

22,4522
2322
0,45
1

y 59.4
60,259,4

y3

27,6527
2827

y 59,4
0,8

0,65
1

y66.2
66,666,2

y 66,2
0,4

0,36

= y-59,4

0,26

= y-66,2

= 59,76

= 66,46

Pukul 18.00
TBK TBB = t t
Pukul 13.00
TBK TBB = t t\31,93-27,65=4,28
t- t1
4,2
4,2

23
67
65

24
67
66

y1
4,284,2
4,44,2
0,08
0,2

y67
6567

y67
6567

0,16

= 0,2y-13,4

0,2y

= 13,24

= 66,2

y2

4,284,2
4,44,2
0,08
0,2

y67
6567

y67
6567

115

t- t1
2,0
2,2

24
82
80

25
82
80

y1

2,062
2,22,0

0,06
0,2

y 80
2

y82
8082

0,012 = 0,02y-16,4
0,2y

= 16,388

= 81,94

KELEMBABAN RATA-RATA
2 x ( RH pkl .07.00)+ RH pkl .13.00+ RHpkl 18.00
4

2 x ( 59,76 )+ 66,46+81,94
=63,98
4

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA IV
MENENTUKAN IKLIM SUATU TEMPAT

116

Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.

(13660)

3. Azhar Ismail

(13743)

4. Azzah Mufidah

(13746)

5. Dian Islamy

(13689)

6. Ivan Jonda Putranto (13751)


Gol/kel

: B2/3

Assisten

: Rosana Ulil Fiati

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

ACARA 4
MENENTUKAN IKLIM SUATU TEMPAT
I.

PENDAHULUAN

117

A. Latar Belakang
Kondisi cuaca pada suatu tempat dapat berubah-ubah setiap harinya. Gabungan
dari berbagai kondisi cuaca sehari-hari yang berubah-ubah tersebut disebut sebagai
iklim. Iklim pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain dan hampir tidak
mungkin suatu tempat memiliki iklim yang identik atau persis dengan tempat laim,
karena iklim tersusun oleh berbagai unsur yang variasinya besar.
Karena berbagai perbedaan dan persamaan unsur-unsur iklim pada setiap daerah,
iklim dikelompokkan dalam grup, kelas, maupun tipe untuk memudahkan manusia
dalam mempelajarinya. Pengelompokkan tersebut didasarkan pada persamaan sifat
yang besar (global) kemudian diikuti sifat yang kecil (detail) dalam sub bagiannya.
Semakin spesifik sifat yang diperhatikan, maka semakin baik klasifikasi tersebut.
Dalam bidang pertanian, klasifikasi iklim sangat penting untuk dipelajari karena
berkaitan erat dengan keberlangsungan hidup dan produktifitas tanaman budidaya.
B. Tujuan
1. Melatih mahasiswa menyatukan berbagai anasir iklim guna menentukan tipe iklim.
2. Melatih mahasiswa mengetahui hubungan tipe iklim dengan keadaan tanaman
setempat

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Unsur iklim yang sering dipakai yaitu curah hujan, cahaya, dan angin. Cahaya tidak
digunakan sebagai klasifikasi iklim walau cahaya yang diterima akan berbeda intensitas

118

dan lama penyinarannya sesuai posisi lintang bumi karena pembagian zona iklim
berdasarkan cahaya matahari ini akan sama dengan pembagian bumi berdasar garis lintang
yang ada. Berdasar klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar
tergolong dalam zona iklim tropika basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan atau
tropika monsoon. Klasifikasi iklim pertama kali

yang didasarkan atas curah hujan,

diusulkan oleh E.C. Mohr. Klasifikasi iklim Mohr didasarkan atas jumlah bulan basah dan
bulan kering dalam setahun. Bulan basah dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan
dengan total hujan kumulatif >100 mm, sedangkan bulan kering total curah hujan
kumulatifnya < 60 mm, dan bulan lembab total curah hujan kumulatifnya antara 60 hingga
100 mm. Klasifikasi lainnya untuk wilayah Indonesia diusulkan oleh F.H. Schmidt dan
J.H.A. Fergusson yang klasifikasinya didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan kering
dengan jumlah bulan basah dalam setahun. Nisbah ini diberi simbol Q, berdasar nilai Q ini
wilayah Indonesia dibagi menjadi 8 zona iklim. Klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia
seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utamanya.
Hal ini dilakukan karena variasi curah hujan untuk wilayah Indonesia sangat nyata, sedang
unsur iklim lain tidak berfluktuasi secara nyata sepanjang tahun. Oldeman menyusun
klasifikasi iklim Indonesia berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara
berturut-turut. Beda dengan klasifikasi Mohr, dalam klasifikasi Oldeman bulan basah
adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif > 200 mm, bulan kering adalah bulan
dengan total curah hujan < 100 mm, bulan lembab dengan total curah hujan kumulatif
antara 100 hingga 200 mm (Benyamin, 2002).
Aktivitas matahari dapat mempengaruhi parameter iklim jangka panjang. Radiasi
ultraviolet, radiasi tampak dan radiasi panas adalah faktor utama yang mempengaruhi
parameter iklim bumi. Radiasi- radiasi ini bervariasi mengikuti variasi aktivitas matahari
dengan periode sekitar 11 tahun. Aktivitas matahari menyebabkan perubahan- perubahan
besar dari plasma dan populasi partikel-partikel energetik, dan perubahan-perubahan ini
berakibat pada antariksa yang mempengaruhi bumi dan lingkungannya. Cuaca antariksa
dapat berdampak pada atmosfer atas dan dapat mempengaruhi variasi iklim jangka
panjang. Keluaran energi matahari diketahui berubah mengikuti variasi siklus aktivitas
matahari dengan periode utama sekitar 11 tahun dan periode yang lebih panjang
(Sinambela dkk, 2008).

119

Untuk mempermudah pemahaman tentang iklim, para peneliti iklim membuat


pengelompokan mengenai iklim yang berdasarkan pada kesamaan berbagai macam faktor.
Persamaan ini dimulai dari yang paling umum kemudian mengakar sampai dengan yang
paling spesifik. Salah satu contohnya adalah klasifikasi iklim yang berdasarkan posisi
lintang dimana posisi memperhitungkan sudut dan lama penerimaan radiasi matahari.
Lintang 23,5 LU- 23,5 LS termasuk kedalam kategori tropis dimana radiasi matahari
selalu ada. Lintang 23,5 66,5 LU/LS adalah wilayah subtropis. Wilayah kutub dimana
sinar matahari paling sedikit diterima adalah 66,5-90 LU/LS dimana tanaman yang
tumbuh adalah pinus dan wilayah ini selalu terdapat es.
Klasifikasi iklim yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman dan kelompok
vegetasi disandarkan pada dua kriteria dasar, yaitu derajat ariditas dan kehangatan. Ariditas
merupakan kefektifan presipitasi (contoh= presipitasi dikurang evaporasi). Rasio hujan
dengan temperatur biasa dijadikan index dari keefektifan presipitasi (Barry, 2012).
Klasifikasi biasanya didapat melalui pengalaman observasi jangka panjang yang
menyinggung banyak kombinasi dari variabel. Salah satu contohnya adalah klasifikasi
koppen yang memperhitungkan temperatur udara dekat permukaan tanah dan presipitasi
berkenaan dengan siklusnya dan hubungannya dengan pola vegetasi (Kalvova, 2013).
Sistem klasifikasi Koppen yang diajukan pada 1936 didasarkan pada lima input: (i)
Temperatur rerata pada musim terpanas, (ii) temperatur rerata pada musim terendah, (iii)
rerata perbedaan suhu antara bulan panas dan bulan dingin, (iv) jumlah bulan yang
temperaturnya melebihi 10C, dan (v) jumlah bulan basah (Val, 2005).
Koppen mencocokan garis temperatur dan data presipitasi menjadi lima kelompok
vegetasi yang diidentifikasi oleh botanis prancis DeCandolle, yang berdasarkan zona iklim
yunani dahulu, (1) A. Tanaman daerah torid, (2). C. Tanaman daerah sedang. (3) D dan E,
zona frigid (tanpa tanaman); (4) B, untuk tanaman daerah kering (Sparovek, 2007).
Klasifikasi koppen membagi wilayah bumi menjadi enam kategori iklim besar. Keenam
iklim klasifikasi Koppen tersebut adalah (A) Iklim lembab tropik, (B) iklim lembab
mesothermal, (C) Iklim lembab mikrotermal, (D) Iklim kutub, dan (E) Iklim Arid
(termasuk gurun pasir dan stepa) (Petersen, 2010).

120

III.

METODOLOGI

Praktikum acara IV tentang menentukan iklim suatu tempat dilaksanakan pada


Kamis, 10 November 2015 di Laboratorium Agroklimatologi, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian UGM, bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu data curah hujan (CH)
bulanan selama 10 tahun di suatu tempat, data rerata suhu udara (T) bulanan, data tinggi
tempat, dan data pendukung pola tanam, vegetasi dominan dan tanah.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Data CH, T, dan h digunakan untuk
menganalisis tipe iklim daerah setempat menggunakan sistem klasifikasi Mohr, SchmidtFergusson, Oldeman, dan Koppen. Sistem klasifikasi Mohr ditentukan dengan cara
membuat tabel dengan kolom-kolom bulan, CH per tahun, CH rerata, dan derajat
kebasahan bulan (DKB). Semua data dimasukkan ke dalam tabel, kemudian dihitung curah
hujan rerata dari bulan-bulan sejenis. Ditentukan derajat kebasahan bulan masing-masing
curah hujan rerata kemudian dimasukkan ke dalam kolom DBK. Dari kolom DBK,
dihitung jumlah bulan kering (BK), bulan lembab (BL), dan bulan basah (BB). Tipe iklim
daerah setempat ditentukan menurut penggolongan iklim Mohr. Sistem klasifikasi
Schmidt-Fergusson ditentukan dengan cara membuat tabel dengan kolom-kolom bulan,
CH per tahun dengan kolom DBK pada setiap kolom tahun. Semua data dimasukkan ke
dalam tabel, ditentukan DBK tiap data dan dimasukkan ke dalam kolom DBK. Jumlah BK,
BL, dan BB dihitung selama 10 tahun. Nilai Q dihitung dengan menggunakan rumus:
Q=

Rerata BK
Rerata BB

Ditentukan tipe iklim daerah setempat menurut penggolongan iklim Sistem Schmidt
dan Fergusson. Sistem klasifikasi Oldeman ditentukan dengan cara membuat tabel dengan
kolom-kolom seperti tabel sistem klasifikasi Mohr. Semua data dimasukkan ke dalam
tabel, ditentukan DKB tiap data menurut kriteria Mohr. Jumlah rerata BK, BL, dan BB
dhitung ke dalam bentuk angka bulat. Berdasarkan pembulatan tersebut, ditentukan tipe
iklim daerah setempat dengan menggunakan sistem klasifikasi Agroklimat. Sistem
Klasifikasi yang digunakan oleh Koppen adalah rerata suhu dan curah hujan bulanan atau
tahunan. Cara penentuan untuk setiap daerah menggunakan analisis tabel dengan metode
determinasi, seperti yang akan dipelajari lebih lanjut.

121

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Nama Stasiun
: SIMPANG TIGA PEKANBARU
Letak Lintang
: 028 LS
Tinggi Tempat
: 31 mdpl
*) MOHR (1933)
Tabel 4.1. Data CH Mohr (mm) Simpang Tiga Pekanbaru

Jumlah Bulan Basah

= 12

Jumlah Bulan Lembab

=0

Jumlah Bulan Kering

=0

Mohr melakukan klasifikasi berdasarkan derajat kebasahan suatu bulan.


Bulan Kering (BK)

: Bulan dengan CH < 60 mm

Bulan Lembab (BB)

: Bulan dengan 60 mm CH 100 mm

Bulan Basah (BB)

: Bulan dengan CH > 100 mm

Oleh karena itu untuk stasiun simpang tiga Pekanbaru termasuk dalam Gol I, yaitu
daerah basah dengan CH melebihi penguapan selama 12 bulan, hampir tanpa periode
kering.

122

*) SCHMIDTT dan FERGUSSON (1951)


Tabel 4.2. Data CH Schmidtt dan Fergusson (mm) Simpang Tiga Pekanbaru
Tahun

Jan

Feb

Mar

Apri
l

Mei

Juni

Juli

Agst

Sept

Okt

Nov

Des

BB

BL

BK

1980

21.3
(BK)

21.9
(BK)

22.1
(BK)

22.7
(BK)

22.5
(BK)

21.9
(BK)

0
(BK)

21.3
(BK)

20.8
(BK)

20.8
(BK)

20.8
(BK)

21
(BK)

12

1981

164
(BB)

327
(BB)

124
(BB)

392
(BB)

0
(BK)

128
(BB)

113
(BB)

141
(BB)

279
(BB)

195
(BB)

195
(BB)

0
(BK)

10

1982

58
(BK)

332
(BB)

267
(BB)

347
(BB)

381
(BB)

194
(BB)

61
(BL)

131
(BB)

0
(BK)

0
(BK)

0
(BK)

0
(BK)

1983

0
(BK)

0
(BK)

137
(BB)

266
(BB)

0
(BK)

153
(BB)

228
(BB)

88
(BL)

126
(BB)

195
(BB)

199
(BB)

245
(BB)

1984

183
(BB)

395
(BB)

338
(BB)

194
(BB)

323
(BB)

96
(BL)

248
(BB)

129
(BB)

232
(BB)

202
(BB)

181
(BB)

274
(BB)

11

1985

130
(BB)

160
(BB)

342
(BB)

274
(BB)

154
(BB)

0
(BK)

137
(BB)

34
(BK)

0
(BK)

432
(BB)

312
(BB)

235
(BB)

1986

195
(BB)

70
(BL)

241
(BB)

257
(BB)

111
(BB)

94
(BL)

133
(BB)

81
(BL)

246
(BB)

333
(BB)

456
(BB)

464
(BB)

1987

73
(BL)

41
(BK)

283
(BB)

346
(BB)

114
(BB)

99
(BL)

119
(BB)

195
(BB)

308
(BB)

332
(BB)

215
(BB)

227
(BB)

1988

0
(BK)

127
(BB)

185
(BB)

243
(BB)

230
(BB)

113
(BB)

41
(BK)

153
(BB)

152
(BB)

181
(BB)

332
(BB)

255
(BB)

10

1989

389
(BB)

221
(BB)

180
(BB)

266
(BB)

317
(BB)

304
(BB)

75
(BL)

393
(BB)

211
(BB)

205
(BB)

232
(BB)

228
(BB)

11

Total

83

28

Rerata

8,3

0,9

2,8

F. H. Schmidt dan Fergusson membuat klasifikasi iklim berdasarkan derajat kebasahan


bulan menurut kriteria Mohr. Penggolongan iklim ditentukan oleh besarnya rasio Q.
Q=

Rerata BK 2,8
=
=0,33735
Rerata BB 8,3

Termasuk dalam golongan C, yaitu daerah agak basah yang cocok untuk vegetasi hujan
rimba.
*) OLDEMAN (1975)

123

Tabel 4.3. Data CH Oldeman (mm) Simpang Tiga Pekanbaru

Jumlah Bulan Basah

=4

Jumlah Bulan Lembab

=8

Jumlah Bulan Kering

=0

Kriteria derajat kebasahan bulan menurut Oldeman adalah :


Bulan Kering (BK)

: Bulan dengan CH < 100 mm

Bulan Lembab (BB)

: Bulan dengan 100 mm CH 200 mm

Bulan Basah (BB)

: Bulan dengan CH > 200 mm

124

Oldeman menggolongkan zona iklim, dengan bantuan segitiga agroklimat menurut


jumlah bulan basah yang berurutan. Dengan segitiga agroklimat dapat diketahui
bahwa, stasiun ini termasuk dalam golongan E dengan 2 BB berurutan.
*) KOPPEN
Rerata CH bulan terkecil adalah terjadi pada bulan Agustus dengan besar 115.5 mm.
Karena rerata CH bulan terkering sebesar 115.5 mm (>60mm), maka data CH stasiun
Simpang Tiga Pekanbaru termasuk tipe iklim Tropika basah (Af).

125

Nama Stasiun
Letak Lintang
Tinggi Tempat

: BANJARMASIN
: 3 LS
: 20 mdpl
*) MOHR (1933)
Tabel 4.4. Data CH Mohr (mm) Banjarmasin

Jumlah Bulan Basah

=9

Jumlah Bulan Lembab

=3

Jumlah Bulan Kering

=0

Mohr melakukan klasifikasi berdasarkan derajat kebasahan suatu bulan.


Bulan Kering (BK)

: Bulan dengan CH < 60 mm

Bulan Lembab (BB)

: Bulan dengan 60 mm CH 100 mm

Bulan Basah (BB)

: Bulan dengan CH > 100 mm

Oleh karena itu untuk stasiun Banjarmasin termasuk dalam Gol I, yaitu daerah basah
dengan CH melebihi penguapan selama 12 bulan, hampir tanpa periode kering.

126

*) SCHMIDTT dan FERGUSSON (1951)


Tabel 4.5. Data CH Schmidtt dan Fergusson (mm) Banjarmasin

F. H. Schmidt dan Fergusson membuat klasifikasi iklim berdasarkan derajat kebasahan


bulan menurut kriteria Mohr. Penggolongan iklim ditentukan oleh besarnya rasio Q.
Q=

Rerata BK 2,5
=
=0,29762
Rerata BB 8,4

Termasuk dalam golongan B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis.

127

*) OLDEMAN (1975)
Tabel 4.6. Data CH Oldeman (mm) Banjarmasin

Jumlah Bulan Basah


Jumlah Bulan Lembab
Jumlah Bulan Kering

=7
=3
=2

Kriteria derajat kebasahan bulan menurut Oldeman adalah :


Bulan Kering (BK)

: Bulan dengan CH < 100 mm

Bulan Lembab (BB)

: Bulan dengan 100 mm CH 200 mm


128

Bulan Basah (BB)

: Bulan dengan CH > 200 mm

*) KOPPEN
Rerata CH bulan terkecil adalah terjadi pada bulan Agustus dengan besar 61,6 mm.
Karena rerata CH bulan terkering sebesar 61,6 mm (>60mm), maka data CH stasiun
Banjarmasin termasuk tipe iklim Tropika basah (Af).
B. Pembahasan
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca harian suatu wilayah. Dalam mempelajari
iklim, berbagai jenis iklim diklasifikasikan menjadi beberapa golongan. Klasifikasi
tersebut

bertujuan

agar

mempermudah

dalam

mempelajari,

mengenali

dan

penggunaannya. Secara umum, sistem klasifikasi iklim dibedakan menjadi dua, yakni
klasifikasi secara genetis dan secara empiris. Dalam menentukan iklim disuatu tempat
dapat didasarkan pada beberapa klasifikasi iklim. Klasifikasi iklim yang dapat
digunakan di Indonesia yaitu: klasifikasi iklim menurut Mohr (1933), Schmidt dan
Fergusson (1951) dan menurut Oldeman (1975). Klasifikasi iklim dilakukan atas dasar
curah hujan yang terjadi di Indonesia setiap rata-rata perbulan dan pertahunnya.
1. Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah
hujan. Kelebihan klasifiksi iklim Mohr adalah pergeseran iklim tiap bulan dapat
diketahui dan dapat digunakan sebagai patokan penentuan awal tanaman keras, jenis

129

tanah tidak menjadi dasar sistem klasifikasi Mohr tetapi sudah cukup mewakili
berbagai jenis tanah. Kekurangan klasifikasi iklim Mohr adalah tidak dapat mengetahui
pergeseran iklim tiap tahun dan hanya digunakan untuk menentukan iklim yang curah
hujannya menonjol, serta hanya untuk pedoman tanaman

semusim, tidak

mengikutsertakan sifat fisis suatu tanah yang juga dapat memberi pengaruh pada
penetuan iklim. Kekurangan dari klasifikasi Mohr ialah tidak cocok untuk penerapan
iklim di Indonesia. Selain itu, klasifikasi Mohr tidak mengikutsertakan sifat fisik tanah
yang juga berpengaruh pada penentuan iklim. Dengan klasifikasi tersebut, tidak dapat
digunakan untuk mengetahui pergeseran iklim tiap tahun (Wisnubroto et al., 1981).
2. Schmidt Fergusson
Klasifikasi iklim tersebut didasarkan atas nisbah antara bulan basah dan bulan
kering dari klasifikasi iklim Mohr. Pencarian rerata bulan kering atau bulan basah (X)
dilakukan dengan membandingkan jumlah atau frekuensi bulan kering atau bulan basah
selama tahun pengamatan dengan banyaknya tahun pengamatan. Dengan demikian,
klasifikasi iklim tersebut hampir sama dengan Mohr. Perbedaanya ialah Schmidtt dan
Fergusson mendapatkan bulan basah dan kering bukan dari rerata harga curah hujan
untuk masing-masing bulan, tetapi dengan menghitung adanya bulan basah dan kering
tiap tahun untuk kemudian dijumlahkan dan selanjutnya dirata-ratakan (Wisnubroto et
al., 1981).
Kelebihan dari klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson adalah dapat
mengetahui pergeseran derajat kebasahan suatu bulan, serta didasarkan pada suatu
harga rasio Q dalam penggolongan iklim sehingga lebih spesifik atau lebih rendah.
Kelemahannya adalah tidak dapat mengetahui sifat masing-masing bulan pada suatu
daerah, apakah termasuk bulan basah, bulan lembab atau kering; kurang dapat
membantu dalam perencanaan pola tanam; kriteria untuk bulan basah ataupun bulan
kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah, sehingga terjadi kesulitan dalam
mengelompokkan bulan kering dan bulan basah pada suatu daerah. Kekurangannya
ialah kriteria untuk bulan basah ataupun bulan kering pada beberapawilayah terlalu
rendah, sehingga akan terjadi kesulitan dalam pengelompokan bulan kering dan bulan
basah pada suatu daerah (Wisnubroto et al., 1981).
3. Oldeman

130

Metode klasifikasi ini lebih menekankan hubungan antara iklim dan tanaman,
sehingga disebut juga sebagai Sistem Klasifikasi Agroklimat. Klasifikasi ini
didasarkan pada kebutuhan curah hujan untuk tanaman padi dan palawija. Biasanya
sistem ini digunakan di bidang pertanian.
Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju karena sekaligus
memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan dengan
kebutuhan air tanaman (Indayanti, 2009). Kekurangannya adalah akan mengalami
kesulitan dalam menentukan wilayah yang mempunyai 4 musim karena berdasarkan
curah hujan. Sistem ini menjadikan curah hujan sebagai salah satu indikator
pentingnya. Sehingga, akan terdapat banyak kesulitan dan kendala dalam menentukan
wilayah yang mempunyai 4 musim. Selain itu, sistem klasifikasi ini belum dapat
menjelaskan pergeseran iklim bulanan.
4. Koppen
Kelebihan sistem klasifikasi ini adalah terletak dalam penyusunan simbol-simbol
tipe iklim yang dengan tepat merumuskan sifat dan curah masing-masing tipe iklim
dengan tanda yang terdiri dari kombinasi beberapa huruf saja yang dapat dengan tepat
merumuskan sifat dan corak iklim suatu wilayah. Sedangkan, kekurangan sistem
klasifikasi iklim ini adalah jika diterapkan di Indonesia, sistem ini kurang dapat
menggambarkan kondisi detail iklim Indonesia. Hal ini disebabkan oleh besarnya
perbedaan curah hujan wilayah-wilayah di Indonesia. Walaupun, suhu udara
tahunannya sama sepanjang tahun.
Berdasarkan perbandingan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing
klasifikasi tersebut, dapat diketahui jenis klasifikasi yang paling cocok digunakan di
Indonesia yaitu klasifikasi Schmidtt and Ferguson dan Oldeman. Sementara itu, metode
Mohr dan Koppen jarang digunakan di Indonesia karena kurang dapat menjelaskan
pergeseran iklim tiap tahun dan kurang dapat menggambarkan kondisi detail iklim
Indonesia.
Pada dasarnya Indonesia sudah pernah menggunakan semua sistem tersebut namun
yang paling cocok digunakan ialah klasifikasi Schmidh and Fergusson karena dalam
pengklasifikasian iklim berdasarkan kebasahan bulan dan penentuan BK, BB, BL yang
dilakukan untuk setiap curah hujan bulanan dengan mengitung rata-rata hasil yang
didapat yang nantinya akan digolongkan lagi ke dalam 8 golongan iklim. Hal

131

tersebutlah yang menyebabkan pengklasifikasian iklim cara ini banyak digunakan dan
cocok untuk Indonesia.
Sementara itu, klasifikasi menurut Oldeman berdasarkan jumlah kebutuhan air
tanaman padi dan palawija yang memang menjadi salah satu tanaman pokok yang
ditanam di Indonesia, sehingga hasil klasifikasinya juga akan tepat untuk diterapkan di
Indonesia. Hal ini berkaitan dengan musim tanam padi dan palawija yang tergantung
pada iklimnya (Sasminto et al., 2014).
a. Pembahasan Stasiun Pertama
Nama Stasiun : SIMPANG TIGA PEKANBARU
Letak Lintang : 028 LS
Tinggi Tempat : 31 mdpl
Untuk lokasi Simpang Tiga Pekanbaru bulan basah terjadi
hampir tiap bulan. Data tersebut diperoleh dari hasil rata-rata
curah hujan setiap bulan untuk periode tahun 1980 sampai tahun
1989. Didaerah Simpang Tiga Pekanbaru tidak terdapat bulan
kering sepanjang tahun 1980-1989. Berdasarkan metode Mohr
dapat diketahui bahwa daerah yang berada di Simpang Tiga
Pekanbaru termasuk golongan I, yaitu daerah basah dengan curah
hujan melebihi penguapan selama 12 bulan, tanpa periode kering
dan periode lembab.
Hasil perhitungan data pengamatan di stasiun Simpang Tiga
Pekanbaru dari tahun 1980 sampai tahun 1989 diperoleh jumlah
bulan basah sebanyak 83 bulan lembab sebanyak 12, dan bulan
kering sebanyak 28. Setelah dibagi 10, selanjutnya dicari nilai Q.
Didapatkan nilai Q sebesar 0,325. Nilai tersebut menurut metode
Schmidt-Fergusson

terletak

antara

0,143<Q<0,333

yang

merupakan tipe iklim golongan B sehingga dapat diketahui bahwa


iklim golongan B merupakan daerah basah, vegetasi hutan hujan
tropis.
Berdasarkan hasil perhitungan menurut sistem Oldeman ini bulan basah
yang terjadi pada stasiun Simpang Tiga Pekanbaru adalah sebanyak 2, 5 bulan
lembab dan 0 bulan kering. Pengklasifikasian iklim menurut metode Oldeman ini
132

dibantu dengan penggunaan Segitiga Agroklimat. Pada periode tahun 1980


sampai tahun 1989 di lokasi stasiun Simpang Tiga Pekanbaru diperoleh bahwa
iklim yang terdapat adalah tipe iklim E dimana terdapat <3 bulan basah berurutan
dengan Subdivisi 1 yaitu terdapat < 2 bulan kering, periode tanam 11-12 bulan
sehingga memungkinkan untuk penanaman pangan sepanjang tahun.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh informasi bahwa
lokasi stasiun Simpang Tiga Pekanbaru memiliki rerata CH bulan
terkecil

adalah

terjadi

pada

bulan

Agustus

dengan

besar

115.5mm. Karena rerata CH bulan terkering sebesar 115.5 mm


(>60mm), maka data CH stasiun Simpang Tiga Pekanbaru
termasuk tipe iklim Tropika basah (Af).
b. Pembahasan Stasiun Kedua
Nama Stasiun : BANJARMASIN
Letak Lintang : 3 LS
Tinggi Tempat : 20 mdpl
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya
curah hujan. Dari hasil perhitungan data curah hujan stasiun Banjarmasin, diketahui
bahwa iklim di daerah tersebut memiliki bulan basah sebanyak 9 bulan, bulan
lembab sebanyak 3 bulan dan bulan kering sebanyak 0 bulan. Berdasarkan jumlah
BB, BL dan BK di stasiun Banjarmasin, maka di daerah tersebut masuk ke dalam
iklim golongan II menurut sistem penggolongan iklim Mohr dimana pada golongan
tersebut merupakan daerah agak basah dengan periode kering yang tegas pada satu
tahun dan tidak terdapat pada tahun-tahun yang lain.
Dari hasil perhitungan data curah hujan, sesuai dengan aturan perhitungan
curah hujan menurut Schmidtt dan Fergusson didapatkan hasil bahwa iklim di
daerah stasiun Banjarmasin memiliki rata-rata bulan kering sebesar 2.5, rata-rata
bulan lembab sebesar 1.1, rata-rata bulan basah sebesar 8.4 dan memiliki rasio Q
sebesar 0,2972 yang termasuk ke dalam iklim golongan B menurut sistem
penggolongan Schmidtt dan Fergusson dimana pada golongan tersebut merupakan
daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis.
Daerah di sekitar stasiun Banjarmasin memiliki 7 BB, 3 BL, dan 2 BK,
sehingga menurut Oldeman daerah ini tergolong ke dalam zona B yaitu daerah

133

dengan 7 BB berurutan dan dan apabila dilihat dari jumlah bulan keringnya, maka
daerah di sekitar stasiun Banjarmasin yang memiliki 2 BK termasuk ke dalam sub
divisi 1 yang memiliki periode tanam sebanyak 11-12 bulan dan memungkinkan
untuk penanaman pangan sepanjang tahun.
Klasifikasi iklim di daerah sekitar stasiun Banjarmasin menurut Koppen
tergolong ke dalam tipe iklim Tropika Basah (Af) karena rerata bulan terkering
lebih besar dari 60 mm. Sehingga iklim tipe ini memiliki suhu udara panas dan
curah hujan tinggi sepanjang tahun. Di wilayah beriklim tipe tropika basah
memiliki banyak hutan hujan tropik.

V.
KESIMPULAN
1. Untuk menentukan tipe iklim digunakan beberapa anasir iklim, diantaranya adalah
curah hujan, suhu rerata, dan vegetasi. Tipe iklim sangat mempengaruhi keadaan
tanaman karena berhubungan dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan tanaman,
misalnya suhu, ketersediaan air, dan intensitas cahaya.
2. Daerah Simpang Tiga Pekanbaru termasuk Golongan I yaitu daerah basah dalam
klasifikasi iklim Mohr, Golongan C yaitu daerah agak basah dalam klasifikasi iklim
Schmidt dan Fergusson, Zone E karena terdapat < 3 bulan basah berurutan dengan
Subdivisi 1 yaitu terdapat < 2 bulan kering, serta tipe Af dalam klasifikasi Koppen.
3. Daerah Banjarmasin termasuk Golongan I yaitu daerah basah dalam klasifikasi iklim
Mohr, Golongan B yaitu daerah basah dalam klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson,
134

Zone B karena terdapat 7 bulan basah berurutan, serta tipe Af dalam klasifikasi
Koppen.

DAFTAR PUSTAKA
Barry, R and R. Chorley. 2012. Atmosphere, Weather and Climate. Routledge, London.
Benyamin, L. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo, Jakarta.
Indayanti, D. 2009. Perbandingan Hasil Penentuan Curah Hujan Bulanan Menurut Teori
Mohr dan Oldeman dengan Pendekatan Informasi Sistem Geografis. Skripsi
Sarjana Komputer UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kalvova, J. Halenka, T. Bezpalcova. K and I. Nemesova. 2002. Koppen climate types in
observed and simulated climates. Stud. Geophys. Geod., 47: 185-202.
Petersen, J.F, Sack, D.I. and R.E. Gabler. 2010. Fundamentals of Physical Geography.
Cengage Learning, Stamford.
Sasminto, R. A., A. Tunggul, dan J. B. Rahadi. 2014. Analisis spesial penentuan iklim
menurut klasifikasi Schmidtt-ferguson dan oldeman di kabupaten Ponorogo. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan 1 : 51 - 56.

135

Sinambela.W.,Dani.T.,iyus.E.,Rusnadi dan Nugroho J.T.2008. Pengaruh aktivitas matahari


pada variasi curah hujan di Indonesia, Jurnal Sains Dirgantara 5:2.
Sparovek, G. Van Lier, Q.D.j and D.D. Neto. 2007. Computer assisted Koeppen climate
classification : a case study for Brazil. Int. J. Climatol. 27:257-266.
Val, A.L., Val, V.M.F.A. and Randall, D.J. 2005. Fish Physiology: The Physiology of
Tropical Fishes. Academic Press, Waltham.
Wisnubroto, S., S. L. Aminah, dan M. Nitisapto. 1981. Asas-asas Meteorologi Pertanian.
Ghalia Indonesia, Jakarta.

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA V
PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KEADAAN IKLIM

136

Disusun oleh :
1. Amma Heidi Royani (13738)
2. Andani Diah K.

(13660)

3. Azhar Ismail

(13743)

4. Azzah Mufidah

(13746)

5. Dian Islamy

(13689)

6. Ivan Jonda Putranto (13751)


Gol/kel

: B2/3

Assisten

: Rosana Ulil Fiati

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
ACARA V
PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KEADAAN IKLIM
I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bidang pertanian, iklim mempunyai peran yang penting.
Karna setiap usaha dalam bidang pertanian pada dasarnya bertujuan
untuk mendapatkan produktivitas

yang setinggi-tingginya dengan

kualitas yang sebaik-baiknya, pada setiap fase perkembangan tanaman


(fase perkecambahan, pertumbuhan bibit, pertumbuhan vegetatif,
pembungaan, pembuahan, pemasakan) memerlukan syarat cuaca dan
iklim yang berbeda menurut jenis tanaman dan wilayah tempat
tumbuhnya. Salah satu fungsi iklim dalam pertanian yaitu fungsi
penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksudkan disini adalah penyesuaian
jenis

tanaman

berdasarkan

keadaan
137

iklim.

Selain

itu,

dengan

mempelajari iklim atau klimatologi, kita dapat mengetahui periode


tumbuh dan menentukan pola tanaman pada suatu tempat. Selain itu
iklim dengan ilmu bahasannya klimatologi akan membantu kita dalam
hal perencanaan, pelaksanaan, dan prediksi di berbagai kegiatan
terutama pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan
maupun kegiatan lainnya.
Pola tanam merupakan suatu susunan urutan periode tanam dari
satu atau beberapa jenis tanaman semusim dalam suatu periode waktu
tertentu. Pola tanam umumnya dibuat untuk periode 2 tahun berurutan.
Penentuan

pola

tanam

yang

tepat

akan

sangat

mempengaruhi

keberhasilan panen, terlebih lagi pada usaha pertanian tanpa irigasi


(tadah

hujan),

atau

setidaknya

akan

meningkatkan

efisiensi

penggunaan air irigasi.


Pada

prinsipnya,

penentuan

pola

tanam

didasarkan

pada

ketersediaan lengas dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan


tanaman selama periode tumbuhnya. Sebelum menentukan jenis
tanaman

yang

kesesuaiannya

akan
untuk

ditanam,
daerah

terlebih

yang

dahulu

bersangkutan,

harus
yaitu

dilihat
meliputi

kesesuaian iklim dan tanahnya. Konsep dasar dari ketersediaan lengas


tanah

adalah

perimbangan

antara

masukan

lengas

dari

irigasi,

presipitasi aktif, dan atau air tanah, dengan keluaran lengas yang terjadi
melalui evapotranspirasi dan perkolasi.
Iklim mempunyai peran yang sangat erat dengan penentuan pola
tanam ini. Dimana iklim merupakan salah satu anasir yang memberi
pengaruh besar terhadap perubahan lingkungan dengan perubahannya.
Atas dasar itulah maka dilakukan percobaan tentang analisis data iklim
untuk penentuan pola tanam ini.
B. Tujuan
Mengetahui manfaat analisis data iklim untuk menentukan pola
tanam suatu daerah.

138

I.

TINJAUAN PUSTAKA

Tiap tanaman membutuhkan keadaan cuaca dan iklim tertentu


untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Syarat itu dapat
dipenuhi dengan cara menyesuaikan diri terhadap cuaca dan iklim yang
ada, mengatur lingkungan sehingga diketahui unsur-unsur cuaca dan
iklim yang dibutuhkan. Dengan demikian dapat dihindarkan akibat dari
keadaan cuaca yang membahayakan tanaman. Dengan diketahuinya
keadaan iklim suatu daerah maka jangka waktu penggunaan tanaman
dalam setahun pergiliran dapat diatur dengan tepat (Hassan, 1981).
Selain dengan memperhatikan iklim yang terjadi, penggunaan
tumpang sari juga dapat dilakukan. Tumpang sari

merupakan usaha

menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama,
dimana diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Sistem
penanaman dengan cara ini dapat dilakukan pada 2 (dua) atau lebih
jenis tanaman yang relative samaumur (Gultom, 2014).
Sebuah metodologi yang tepat didukung oleh data dan informasi
yang akurat akan menjadi elemen paling penting mengenai isu-isu
pemantauan pertanian, termasuk dalam penentuan pola tanam. Spasial
informasi

pada

kalender

tanaman

berguna

untuk

mencapai

perencanaan dibenarkan dari pertanian manajemen. Penginderaan jauh


menyediakan teknologi yang efisien dengan kemampuan menangkap,
menghasilkan dan menganalisis data spasial serta mengintegrasikan
data statistik dan kuantitatif. Dalam dua puluh tahun terakhir, lebih dari
selusin

metode

berdasarkan

data

penginderaan

jauh

yang

dikembangkan untuk memantau kondisi tanaman (Shofyati and Kuncoro,


2010).
Air yang tersimpan di dalam tanah menjadi variable kunci yang
mengatur banyak proses dan timbale balik di dalam system iklim.
Lengas tanah umumnya didefinisikan sebagai jumlah air yang tersimpan
di dalam zona tak jenuh tanah. Lengas tanah memainkan peran penting
dalam mengatur keseimbangan air di dalam tanah. Jumlah air di dalam

139

tanah akan dipengaruhi oleh proses air yang masuk ke dalam dan
proses keluar tanah. Beberapa proses itu adalah presipitasi (hujan),
evaporasi, transpirasi, dan drainase (Seneviratne et al., 2010).
Jumlah air yang tersedia di dalam tanah ini akan berpengaruh
terhadap tanaman yang akan ditanam, lalu kemudian akan muncul
konsep periode tumbuh tanaman. Hal ini didasarkan atas faktor iklim
yaitu jumlah presipitasi dan evaporasi. Secara umum, periode tumbuh
adalah jangka waktu tanaman saat jumlah presipitasi bernilai lebih
besar

dibanding

jumlah

evapotranspirasi,

karena

tanaman

membutuhkan lengas di dalam tanah (Lamm et al., 2007).


Kebutuhan air tanaman berhubungan dengan periode tumbuhnya
juga. Kebutuhan air tanaman dapat dikatakan sebagai air yang
dibutuhkan

oleh

tanaman

untuk

evaporasi,

transpirasi,

aktivitas

metabolisme, kehilangan air saat persiapan lahan, transplantasi,


atausaat terjadi leeching. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
tanaman adalah iklim, tipe kanopi tanaman, status lengas tanah, dan
fase tumbuh tanaman tersebut (Nagarajan, 2009). Kebutuhan air suatu
tanaman merupakan jumlah atau tinggi air yang dibutuhkan untuk
mengimbangi kehilangan air melalui proses evapotranspirasi tanaman
dan ini dinyatakan sebagai:
ETc = kc x ETP
Neraca air tanaman merupakan salah satu pendekatan untuk
menentukan jumlah kebutuhan air suatu tanaman. Kebutuhan air suatu
tanaman

dapat

dievapotranspirasikan

dihitung
oleh

berdasarkan
tanaman

jumlah
itu

air

sendiri

yang
(crop

evapotranspiration, ETc). Setiap tanaman memiliki koefisien tanaman


(crop coeficien) yang akan mempengaruhi nilai ETc yang terjadi (Widodo
dan Dasanto, 2010).

140

II.

METODOLOGI

Praktikum Klimatologi Dasar acara V yang berjudul Penentuan


Pola

Tanam

Berdasarkan

Keadaan

Iklim

dilaksanakan

pada

17

September 2015 di Laboratorium Agroklimatologi, Jurusan Tanah,


Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Alat yang digunakan
antara lain kertas grafik, plastik transparansi, spidol transparansi
(beberapa

warna),

dan

penggaris.

Adapun

bahan-bahan

yang

dibutuhkan antara lain data curah hujan harian atau dasarian selama
beberapa tahun (minimal 10 tahun), data evaporasi potensial harian
atau bulanan, nilai koefisien tanaman (Kc) bulanuyan untuk beberapa
tanaman, dan data periode fase pertumbuhan dan perkembangan
masing-masing tanaman.
Dengan peralatan dan bahan yang telah tersedia sebelumnya,
maka terlebih dahulu dibuat histogram curah hujan perdasarian selama
dua tahun pada kertas grafik yang berupa rerata 10 tahun dengan
diukur sebanyak dua kali. Kemudian kebutuhan tanaman pada setiap
fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman dihitung dengan
menggunakan data evaporasi harian dan nilai Kc dari setiap fase.
Setelah itu dibuat histogram pola umum kebutuhan air tanaman untuk
141

beberapa jenis tanaman (10 jenis) pada transparansi. Pola tanaman


untuk waktu dua tahun bagi suatu daerah tertentu dihitung dengan
jalan memilih jenis tanaman yang kebutuhan airnya dapat dicukupi oleh
ketersediaan curah hujan, dengan cara histogram kebutuhan air
tanaman dioverlaykan pada histogram curah hujan. Saat tanam bagi
setiap jenis tanaman yang terpilih ditentukan dalam 4 langkah untuk
kemudian

dihitung kebutuhan airnya sesuai dengan data masing-

masing daerah sehingga dapat mendekati kenyataan. Langkah 4


diulangi bagi suatu daerah tertentu, digunakan histogram curah hujan
dan histogram kebutuhan air tanaman masing-masing daerah. Setelah
itu dapat dibuat uraian atau pembahasan mengenai pola tanam yang
dihasilkan. Data curah hujan yang digunakan adalah yang berpeluang
75 % ke atas.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1.

Perhitungan

curah

hujan

perdasarian

kriteria

Mohr dari tahun 2001-2010


Nama stasiun

: UGM Bulaksumur

Tinggi

137 m
Kecamatan : Depok

Lintang

: 7o 46` S

Kabupaten : Sleman

Bujur

: 110o 23` E

Tabel 5.1. Data Curah Hujan Berdasarkan Klasifikasi Mohr (mm)

142

Tahu

Januari

Febuari

Maret

April

Mei

n
I
II
III
I
II
III
I
200 11 16 18 27 21 12

II
III
11

1
200

3
25

5
15

3
31

6
16

0
19

8
19

35
10

4
19

86
10

89
19

98

19

2
200

7
19

0
19

9
10

0
11

9
21

2
25

23

38

26

49

10

3
200

31
22

2
21

9
23

58
10

58
16

94
37

7
16

3
13

39

85

90

77

46

53

4
200

31
16

1
22

4
12

2
25

8
23

1
11

6
11

93

37

27

0
12

5
200

6
10

1
10

2
11

37

92

41

46
14

69

18

62

6
200

9
11

92
11

95
10

44
11

49

72

84

22

5
12

22

17

7
200

82

75
15

5
21

7
11

7
11

37

11
10

29

31
11

23
12

42

13

0
14

8
200

97
14

43
14

3
27

6
11

80

81
13

7
11

79

12

24

26

33

9
201

7
14

3
14

27

2
27

66

2
11

44

35

0
13

6
11

40

62

10

31

31

62

0
Tahu

3
Juli

27

II

III

n
I
200

2 66
2
Agustus
I

II

44 35
0
September

III

II

III

II
III
16

6 40 62
Oktober
I

II

III

II

Juni
III

10 31 31
November

II

III

62
2
0
Desember

II
III
I
13 14

II

III
26

1
200

0
15

0
13

0
13

16

0
15

1
12

58
15

18

2
200

48

26

84

4
15

1
13

81

47
15

3
200

31

72
17

72
14

4
200

12

41

45
27

55
31

3
14

2
12

35

5
200

54

41

36

67
12

8
26

1
16

3
14

51

6
200

0
0

0
0

0
0

8
0

2
0

3
0

0
0

0
0

0
0

82
1

65
0

67
1

9
29

2
25

91
31

8
45

6
13

52
95

143

7
200

15

8
10

12

17

8
200

19

42

85

23

18

56

52

82
11

76
11

72
14

32

5
20

9
201

41

12

42

4
11

41

2
11

9
14

28

7
20

40

0
0
4
0
0 41
0
0
4 12 42
4 41
2
9 28
Contoh Perhitungan Januari dasarian I : 6 + 5 + 62 + 11 + 29 = 113

40

2.

Data Curah Hujan Berdasarkan Ranking


Tabel 5.2. Data Curah Hujan Berdasarkan Ranking

No

Januari

Febuari

Maret

April

Mei

Juni

Ran
k

I
25

II
22

III
31

I
27

II
23

III
19

I
37

II
19

III
21

I
25

II
16

III
12

II

III

II
14

III

7
19

1
22

0
21

6
27

6
21

0
16

6
10

0
16

3
13

2
19

7
14

90

31

49

77

6
12

53

0
16

1
16

4
19

2
27

0
19

1
12

6
11

6
13

2
11

5
12

98

42

31

31

62

33

6
14

5
14

2
15

2
23

5
10

8
11

94

7
11

0
10

7
11

85

27

26

31

62

46

7
14

3
15

9
18

2
25

8
11

6
11

49

4
11

9
13

6
11

79

62

18

13

26

7
11

7
14

3
12

5
21

0
10

7
11

80

4
10

93

69

19

17

24

62

7
11

3
10

2
11

3
16

2
11

44

92

89

46

62

12

10

3
10

9
11

95

2
11

44

72

86

41

40

38

10

82

75

5
10

66

37

35

84

31

40

37

10

9
10
No

97
31

43
31
Juli

27
27

9 66 58
92 58 44
Agustus

37 35 81
35 11 29
September

22 39 23
9 23 22
Oktober

I
54

II
42

III
85

I
26

I
13

I
13

4
1
0
0
0
0
November

0
0
0
0
0
0
Desember

Ran
k
1

II
4

III
15

II
18

III
56

144

II
15

III
11

I
12

II
27

III
31

I
17

II
20

III
26

4
11

9
12

8
26

5
14

3
16

7
20

1
17

48

23

41

82

65

2
15

9
14

8
15

7
14

1
15

19

41

52

42

82

84

4
13

9
13

6
13

12

41

36

41

0
15

0
14

72
14

8
14

52

12

42

67

67

4
11

1
12

2
12

95

12

41

2
11

58

3
10

51

7
8
9
10

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

1
0
0
0

3
1
0
0

6
5
1
0

41
31
29
16

2
76
45
25

91
72
55
31

45
32
28
28

5
81
72
18

47
40
40
35

3.

Nomor Rangking (m) Peluang Curah Hujan 75% (PCH 75%)


F = peluang curah hujan yang dikehendaki = 75%
n = Jumlah tahun = 10 tahun
m = nomor ranking = ?
F = 100 m
n+1
75 = 100 m
10 + 1
100 m = 825
4. Nilai X CH 75%
Setelah mendapat nilai m,

X dihitung dengan menggunakan

Interpolasi.
Rumus:

X X1 = Y Y

145

X2 X1

Y2 Y1

dengan m = 8,25 sebagai Y


Tabel 5.3. Nilai X CH 75%
K
CH
75%

Januari
I

II

III

10 72.2
6
K
CH
75%

5
Juli
II

Febuari
II

6 113.
3
III

Maret

III

98.

5 6
5
Agustus
I

II
0

III

II

April

III

3 84.7 33.2 39.7

7 5
5
September
I

II

II
0

III

Mei
III
40.

5
5
Oktober
I

II

II

III

8.5 1.75

1.5

November
III

0 0.75

I
4

II

III

30. 68.2
5

67.
5

Contoh : Perhitungan nilai X pada Januari dasarian I


88,25 109x
=
89
10997
0,25 109x
=
1
12
3=109+ x

x=3+109
x=106

5. Nilai P
Dicari dengan interpolasi dari tabel Mean Daily Percentage (p) of
Annual Day Time Hours Latitude for Different Latitudes
Tabel 5.4. Nilai P
Janua Febru

Mar

Apri

Mei

146

Juni

Juli

Agust

Septem

Oktob

Novem

ri
ari
0.28

et
l
0.28 0.2

us
0.2

0.2

ber

P
4 0.280
0
70
66
66
66 0.270
0.270
Contoh : Pada bulan januari untuk Yogyakarta pada posisi 7o LS
P Januari = 7 10 = P 0,29
5 10 0,28 0,29
0,03 = -5P + 1,45
-5P = -1,42
P = 0,284
6. Menghitung F
RUMUS : F = P (0,46T + 8)
Ket : T = Rerata suhu
Tabel 5.5. Nilai F
Bulan

0.28

5.804

205
26.99

767
5.716

164
31.09

219
27.19

0.28

57
5.742

26
22.89

151
31.39

205
27.14

0.28

33
5.531

288
22.89

164
31.39

226
27.14

0.27
0.26

036
5.449

301
22.69

164
31.19

233
26.94

6
0.26

095
5.424

301
21.59

164
31.09

233
26.34

6
0.26

623
5.351

301
21.99

164
31.49

233
26.74

Agustu

207
5.481

s
Septe

288
22.29

164
31.99

226
27.14

0.27

356
5.531

mber
Oktobe

26
22.79

151
32.19

205
27.49

0.27
0.28

036
5.780

januari
februar
i
Maret
April
Mei
Juni
Juli

T min

T max

23.29

30.79

rerata
27.04

26
23.29

151
30.69

274
23.29

147

er

ber

0.2
0.280

0.280

r
Novem

247
22.79

123
32.19

185
27.49

ber
Desem

247
23.29

123
30.99

185
27.14

97
5.780
0.28
0.28

97
5.817

ber
26
151
205
4
831
Sebelum mendapatkan nilai F harus menghitung nilai T min dan T max
tiap bulan terlebih dahulu
Contoh Perhitungan :
Bulan Januari
T max

= 30,8 (0,0062 * 1,37)

= 30,8 0,0085
= 30,72
T min = 23,3 (0,0054 * 1,37)
= 23,3 0,0074
= 23,29
T rerata= T max + T min
2
= 30,72 + 23,29
2
= 27,01
F

= P * (0,46T + 8)
= 0,284 * (0,46*27,01 + 8)
= 0,284 * 20,42
= 5,8
7. Eto BC Harian
Eto BC Harian didapatkan dengan melihat grafik Prediction of Eto
from Blanney-Criddle
Tabel 5.6. Eto BC Harian

Bul

Janu

Febru

Mar

Apr

Me Ju

an

ari

ari

et

il

ni
148

Agust
Juli us

Septem

Oktob Novem

ber

er

ber

Eto

3.85

3.9

4.5

3.

3.

4.

4.9

3.9

4.7

8. Mencari Eto BC Bulanan dan Dasarian

Eto BC bulanan = Eto BC harian x jumlah hari pada bulan


tersebut
Contoh

: Eto BC bulan Januari = 4 x 31 = 124

Eto BC Dasarian = Eto BC bulan


3
Contoh

: Eto BC dasarian bulan Januari = 124 = 41,3


3

Tabel 5.7. Eto BC Bulanan dan Harian


ETO

Janu

Febru

BC
Bulan

ari
124.

ari
119.

Maret
120.90

April
139.

Mei
117.80

Juni
117.8

an
Dasar

000
41.3

350
39.7

500
46.5

00
39.26

33

83
Agus

40.300
Septe

00
Okto

39.267
Novem

7
Dese

BC
Bulan

Juli
148.

tus
151.

mber
120.90

ber
145.

ber
119.35

mber
120.9

an
Dasar

800
49.6

900
50.6

700
48.5

00
40.30

00

33

40.300

67

39.783

ian
ETO

ian

9. Menghitung Eto P (Penmann)


Tabel 5.8. Eto P
ETO

Janu

Februa

P
Haria

ari
ri
Maret
April
Mei
Juni
4.96 4.7382 4.8145 5.729
4.662
4.662
149

3.85

n
ETO

P
Haria
n

Juli
6.18

5
5
Agustu Septem Oktob Novem

Desem

ber

ber

er
6.034

ber
4.7382

7
6.3395 4.8145
5
5
4.8145
Untuk Jateng dan DIY menggunakan rumus :
Eto P = - 1,133 + 1,525 BC
BC = Eto harian BC
Eto P harian

= 1,133 + 1,525 * BC
= 1,133 + 1,525 * 4
= 4,967

10.

Hitung Eto P bulanan dan Eto P dasarian

Eto P bulanan

= Eto P harian x jumlah hari dalam bulan

tersebut
Contoh

: Eto P bulan Januari

= 4,967 * 31

= 153,97

Eto P dasarian

Contoh

Eto P Bulanan
3

: Eto P dasarian bulan Januari

153,97
=51,325
3

11. Menghitung Nilai Eto Umum


Eto Umum = Jumlah Eto P bulanan
36
=
(153,97+146,88+149,24+177,61+144,52+144.52+191,79+196,52+14
9,24+187,06+146,88+149,24)
36
= 1937,547
150

36
= 53,8207
12. Tabel Keseluruhan
Tabel 5.9. Tabel Keseluruhan
Bulan

Tmin

Tmax

23.29

30.79

27.04

5.804

26
23.29

15
30.69

2
26.99

27
23.29

16
31.09

26
22.89

hari

Eto BC
dasari
bulan

Haria

Eto P
dasari

bulana

an

an
41.333

an

an
51.325

n
153.97

8
5.716

33
39.783

124
119.3

4.967
4.738

67
48.961

7
146.88

2
27.19

6
5.742

3.85

33

25
4.814

92
49.749

58
149.24

15
31.39

2
27.14

3
5.531

3.9

40.3

120.9

5
5.729

83
59.204

95
177.61

29
22.89

16
31.39

2
27.14

0
5.449

4.5

46.5
39.266

139.5

83

45
144.52

30
22.69

16
31.19

2
26.94

1
5.424

3.8

67
39.266

117.8

4.662

48.174

2
144.52

30
21.59

16
31.09

2
26.34

6
5.351

3.8

67

117.8

4.662

48.174
63.932

2
191.79

30
21.99

16
31.49

2
26.74

2
5.481

4.8

49.6
50.633

148.8

6.187
6.339

33
65.508

7
196.52

29
22.29

16
31.99

2
27.14

4
5.531

4.9

33

151.9

5
4.814

17
49.749

45
149.24

26
22.79

15
32.19

2
27.49

0
5.781

3.9

40.3
48.566

120.9

5
6.034

83
62.356

95
187.06

10

25
22.79

12
32.19

2
27.49

0
5.781

4.7

67
39.783

145.7
119.3

5
4.738

5
48.961

95
146.88

11

25
23.29

12
30.99

2
27.14

0
5.817

3.85

33

25
4.814

92
49.749

58
149.24

12

26

15

3.9

40.3

120.9

83

95
1937.5

Eto

47
53.820

Umum

74

13. Tabel KC Tanaman


151

Tabel 5.10. KC Tanaman


Dasarianke4
5
6
0.65
0.85
0.95
0.95
1.1
1.1
0.55
0.75
0.95
0.55 0.725
0.9
0.925
1.1
1.1
0.55
0.75 0.925
0.55 0.725
0.9
0.675
0.9
1
Dasarianke13
14
15

JenisTanaman
Kacanghijau
BIT
Wortel
Jarak
Jagungmadu
Daunbawang
Kacangtanah
Crucifer

1
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35

2
0.35
0.3875
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35

3
0.45
0.65
0.375
0.4
0.55
0.375
0.375
0.45

JenisTanaman
Kacanghijau
BIT
Wortel
Jarak
Jagungmadu
Daunbawang
Kacangtanah
Crucifer

10

11

12

1.05
1.1

0.75
1.1

0.75
1.1

1.1

0.775

0.55

0.55

0.5

0.5

7
0.95
0.3
1.05
1.075
1.1
0.95
1
1

8
0.95

9
0.85

1.05
1.1
1.1

1.05
1.1

1
0.85

16

17

18

0.5

0.5

14. Menghitung Etc Umum tiap tanaman


Etc Umum = KC * Eto
Contoh Perhitungan Etc Timun = KC * Eto Umum
= 0,35 * 53,82074 = 18,837

15. Tabel Etc Umum untuk masing-masing jenis Tanaman


Tabel 5.11. Etc Umum
Jenistana

Dasarianke-

man
Artichokes
Barli
KacangHij

1
2
3
4
5
6
7
8
9
18.84 18.84 18.84 18.84 22.87 30.94 39.02 47.10 51.13
18.84 20.86 34.98 51.13 59.2
59.2
59.2
59.2
59.2

au

18.84 18.84 24.22 34.98 45.75 51.13 51.13 51.13 45.75


152

Bit
Wortel
Jarak
JagungMa

18.84 20.86 34.98 51.13 59.20 59.20 16.15


18.84 18.84 20.18 29.60 40.37 51.13 56.51 56.51 56.51
18.84 18.84 21.53 29.60 39.02 48.44 57.86 59.20 59.20

du
Crucifers
DaunBaw

18.8
18.8
29.6
49.8
59.2
59.2
59.2
59.2
18.84 18.84 24.22 36.33 48.44 53.82 53.82 45.75

ang
Kacang

18.84 18.84 20.18 29.60 40.37 49.78 51.13

Tanah
Jenistana

18.84 18.84 20.18 29.60 39.02 48.44 53.82 53.82 53.82


Dasarianke-

man
Artichokes
Barli
KacangHij

10
11
12
13
14
51.13 54.75 48.43 48.43 24.22
13.46 13.46 13.46

au
Bit
Wortel
Jarak
JagungMa

15

16

17

56.51 40.37 40.37


59.20 59.20 59.20 59.20 26.91 26.91 26.91 26.91

du
Crucifers
DaunBaw
ang
Kacang
Tanah

53.82 41.71 29.60 29.60

B. PEMBAHASAN
Rerata CH 75% dari tahun 2001-2010 menunjukkan bahwa
angka yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu musim kemarau antara
Mei sampai Oktober. Musim penghujan terjadi antara November
hingga April, curah hujan minimum terjadi pada dasarian II bulan
Oktober sebesar 0,75 mm dan maksimum sebesar 113,5 mm
pada dasarian I bulan Februari.

153

18

Untuk menentukan rerata Curah Hujan selama kurun 10


tahun (2001-2010) dipakai peluang CH 75%. Dengan begitu hasil
yang didapatkan tidaklah mutlak sebagai probabilitas yang terbaik
karena keadaan iklim merupakan sesuatu yang tidak selalu tepat
untuk

diramalkan.

didapatkan

Dengan

kemungkinan

mengambil
yang

peluang

terburuk

75%

dalam

akan

prakiraan

terjadinya curah hujan karena nomor rangking yang dijadikan


acuan adalah antara rangking 8 dengan 9 atau lebih tepatnya
adalah 8,25. Dengan begini, petani dapat memberi perkiraan
tanaman apa saja yang dapat ditanam dalam kurun 10 tahun
karena jika nomor rangkingnya terlalu tinggi dapat membuat
petani gegabah sehingga banyak panenannya tidak maksimal
atau bahkan gagal karena perubahan iklim yang begitu besar.
Pada intinya, peluang 75% adalah untuk mengantisipasi kalau
terjadi perubahan iklim secara mendadak.
Data Curah Hujan yang diambil adalah dalam kurun waktu
10 tahun dan dilakukan karena dalam kurun waktu tersebut
dianggap iklim akan selalu tetap stabil dan tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Apabila terlalu lama akan membuat
prakiraan menjadi terlalu sulit. Apalagi tanaman yang biasa
ditanam petani tersebut memang biasanya ditanam dalam kurun
waktu tersebut. Dan petani selalu enggan berpindah untuk
menanam tanaman lainnya.
Musim tanam akan dimulai saat dimulainya musim hujan
yaitu pada

bulan November

awal.

Musim penghujan

akan

berlangsung sampai akhir bulan April. Jadi dalam kurun 6 bulan


dapat terus dimanfaatkan untuk menghasilkan tanaman-tanaman
yang

berpotensi.

Sepanjang

bulan

Januari

sampai

Februari

merupakan puncak musim hujan yang terjadi di daerah ini.


Otomatis kelebihan kapasitas air akan terjadi di bulan ini.
Pemanfaatan yang bisa dilakukan adalah dengan membuat sumur
penampungan atau kolam penampungan air hujan. Tujuannya
154

adalah untuk mengantisipasi penurunan curah hujan yang terjadi


pada saat pertengahan musim hujan. Saat terjadi penurunan
tersebut diharapkan pasokan air datang dari bak penampungan
tersebut. Selain itu, penampungan air dapat sebagai cadangan air
saat musim kemarau.
Telah dipilih 10 jenis tanaman untuk dicari tahu pola tanam
seperti apa yang baik untuk tanaman tersebut di Yogyakarta.
Tanaman tanaman tersebut adalah artichokes, barly (padipadian), kacan hijau, bit, wortel, jarak, jagung madu, crusifers,
daun bawang, dan kacang tanah. Tiap-tiap jenis tanaman ini
memiliki

kebutuhan

air

tersendiri

yang

menentukan

dalam

pembuatan pola tanamnya. Karakteristik tanaman tersebut adalah


sebagai berikut:
1.
Artichokes
Artichokes adalah salah satu sayuran yang populer
pada musim dingin dan dimakan kuncup bunga dari wilayah
Mediterania dikenal sejak zaman kuno untuk kualitas obat
dan manfaat kesehatan yang terkandung di dalamnya.
Artichoke merupakan tanaman sub tropis, yang kemungkinan
juga bisa ditanam di daerah tropis. Cocok tumbuh dengan
intensitas sinar matahari yang cukup dan juga tempat
tumbuh yang kering, atau tanah dengan sistem drainase
yang baik. Dan terdapat unsur organik di dalamnya. Sangat
dianjurkan untuk menanam tumbuhan ini di akhir musim
penghujan

(di

wilayah

tropis).

Artichoke

sangat

membutuhkan unsur Nitrogen dalam jumlah yg cukup, saat


penanaman dan pemeliharaan usahakan selalu terkena sinar
matahari agar pertumbuhan kuncup dan tunas bisa tumbuh
maksimal. Tumbuhan ini sangat sensitif terhadap perubahan
suhu yang drastis (Administrator,2015).
2.

Barli (padi-padian)

155

Barley atau jelai (Hordeum vulgare) adalah sejenis


serealia untuk pakan ternak, penghasil malt, dan sebagai
makanan kesehatan. Barley adalah anggota suku padi-padian
(Poaceae). Pada tahun 2005, barley berada pada urutan
keempat

dari

penanaman

jumlah

serealia

produksi

di

dunia

dunia dan luas area


(560.000

km).

Waktu

berkecambah nya sekitar 1-3 hari. Tanaman barley bisa


ditanam pada bulan Desember awal dan dipanen bulan Maret
akhir, namun pada Desember dasarian ketiga membutuhkan
irigasi, karena berdasarkan data tanaman Barley merupakan
tanaman yang membutuhkan banyak air, sehingga tanaman
ini

tidak

bisa

ditumpangsarikan

dengan

tanaman

lain.

Tanaman barley memiliki masa tumbuh selama 12 dasarian


(4 bulan) sehingga jika dalam satu tahun kebutuhan airnya
bisa terpenuhi memungkinkan untuk ditanam ulang hingga
tiga kali (termasuk musim kemarau) atau dua kali dalam
setahun tiap musim hujan (Administrator, 2015).
3.

Kacang Hijau
Kacang
hijau merupakan

tanaman

tropis

yang

menghendaki suasana panas selama hidupnya. Tanaman ini


dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 700 m (5
700 m dpl). Di daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl
produksi kacang hijau menurun.
Tanaman ini dapat tumbuh baik pada suhu udara
optimal antara 25 270C. Tanaman ini menyukai daerah yang
memiliki kelembapan udara antara 50 89%. Selain itu,
tanaman ini memerlukan cahaya matahari lebih dari 10
jam/hari.

Daerah

yang

memiliki

curah

hujan

50

200mm/bulan merupakan daerah yang baik untuk budidaya


tanaman ini. Curah hujan tinggi menyebabkan tanaman
mudah rebah dan terseran penyakit (Oktora, 2013).
4.

Bit

156

Tanaman bit sangat cocok dan tumbuh dengan baik di


daerah pegunungan pada ketinggian kira-kira 106 meter di
atas permukaan laut, dengan suhu udara yang dingin dan
lembab. Sedangkan di daerah dataran rendah tanaman bit
tidak dapat membentuk umbi.
Tanah yang digunakan untuk menanam bit hendaknya
merupakan tanah yang gembur mengandung humus dan
lembab. Tanah yang bagus agar pertumbuhan tanaman bit ini
optimal adalah tanah yang mempunyai tingkat pH antara 6-7.
Saat penanamannya yang paling baik adalah pada akhir
musim penghujan (Maret-April) atau pada awal musim
kemarau (Administrator, 2013).
5.

Wortel
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya
wortel adalah 5.5 6.5. Tanah dengan topografi/tingkat
kemiringan kurang dari 30% masih dapat dianggap layak
untuk budidaya wortel, sedangkan pada kemiringan di atas
30% dianggap tidak menguntungkan. Suhu optimal yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan umbi yang
normal adalah 15.6 21.1 C, namun demikian pada suhu 26
C dengan ketinggian 500 m dpl, namun produksi umbi
kurang memuaskan. Pada suhu yang terlalu tinggi, tanaman
wortel akan menghasilkan umbi yang pendek dan kecil-kecil.
Daerah yang sesuai untuk budidaya wortel adalah
daerah yang memiliki iklim basah (1.5 3 bulan kering dalam
satu tahun) dan iklim agak basah ( 3 - 4.5 bulan kering dalam
1 tahun). Meskipun demikian tanaman wortel masih toleran
terhadap iklim sangat basah ( 0 1.5 bulan kering dalam satu
tahun). Kelembaban udara yang sesuai bagi pertumbuhan
wortel adalah 80 90%. Kelembaban yang terlalu tinggi akan
merangsang pertumbuhan cendawan penyebab penyakit.
157

Kelembanan
sehingga

yang

penyerapan

penyerapan
tanaman

terlau

CO2
yang

akan
pada

tinggi
CO2

juga

stomata

terhambat.

membatasi
gilirannya

proses
akan

tertutup

Terbatasnya
fotosintesis
menghambat

pertumbuhan tanaman (Laksamana, 2013).


6.

Jarak
Tanaman Jarak di Indonesia dapat tumbuh dengan baik
karena kesesuaian iklim dan tanah, sehingga tumbuh bisa
merata sebagai gulma. Namun karena hasil dari tanaman ini
bisa diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis, salah
satunya sebagai bahan bio etanol maka tanaman ini kini
mulai di budidayakan.
Syarat tumbuh tanaman jarak membutuhkan air 350500 ml air sepanjang pertumbuhannya. Disamping faktor air,
tanaman jarak ini membutuhkan syarat temperatur 20-30 C
sepanjang hidupnya, serta ketinggian tempat yang optimal
adalah 0-800 m dpl. Keluarnya biji akan sangat berkurang
atau

minim

jika

suhu

mencapai

40C

atau

lebih

(Administrator, 2015).
7.

Jagung Madu
Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah baik,
sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat
juga di daerah pergunungan pada ketinggian 1000-1800 m di
atas permukaan laut. Air tanah yang berlebihan dibuang
melalui saluran pengairan yang dibuat diantara barisan
jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung
adalah sekittir 5,5 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih
dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan
tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk
mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun
hujan besar. Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah

158

dan

pembagian

dari

sinar

matahari dan curah hujan,

temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman


jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan
terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak
terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang.
Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah
antara 23 27 C (Harizam, 2007).
8.

Crucifers
Crusifers termasuk dalam keluarga mustard sepert
kubis. Daunnya secara umum agak pahit tapi tidak beracun.
Mempunyai bunga dengan 4 mahkota. Buahnya seperti
kacang polong, ketika panjang disebut silique atau silicle.
Berasal dari daerah beriklim sejuk. Crusifers tumbuh dikebun
untuk melengkapi sayuran dan rempah-rempah (sistem
tumpang sari) (Administrator, 2015).

9.

Daun Bawang
Daun

bawang dikenal

sebagai sayuran pelengkap

bumbu di Indonesia. Daun bawang tumbuh dengan baik di


daerah dengan ketinggian sedang hingga dataran tinggi.
Daun bawang akan tumbuh baik jika suhu di tempat
tumbuhnya sejuk. Tanaman ini memiliki umbi namun yang
dimanfaatkan adalah daunnya yang memiliki rasa khas.
Syarat tumbuh bawang daun adalah mampu tumbuh di
dataran tinggi maupun rendah yaitu pada ketinggian sekitar
250-1.500 m dpl. Curah hujannya yaitu sekitar 1.500-2.000
mm per tahun dan suhunya yaitu 18 C -25 C. Tanahnya
dengan pH netral 6,5 7,5. Tanaman bawang daun termasuk
tanaman tahunan yang dibudidayakan secara semusim atau
dua musim (warino, 2015).
10.

Kacang Tanah

159

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah


antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan
mengakibatkan rontok dan bunga tidak
lebah.

Selain

itu,

hujan

yang

terserbuki oleh

terus-menerus

akan

meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang


tanah. Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu
sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang
tanah sekitar 2832 C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C
menyebabkan pertumbuhan tanaman

sedikit

terhambat,

bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang


kurang sempurna. Kelembaban udara untuk tanaman kacang
tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya curah hujan yang
tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar
pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat
dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan
daun dan perkembangan besarnya kacang (Oktara, 2013).
Sepuluh jenis tanaman tersebut dapat ditentukan pola
tanamnya dengan memanfaatkan data curah hujan selama 10
tahun. Dari data curah hujan, dalam 2 tahun bisa ditentukan
musim hujan periode pertama terjadi pada awal bulan Oktober
hingga akhir April ditahun berikutnya. Kemudian dilanjutkan
musim kemarau dari Mei hingga September. Sedangkan musim
hujan kedua ada di bulan Oktober setelahnya hingga April tahun
berikutnya lagi.
Pola tanam adalah suatu susunan urutan periode tanam dari
satu atau beberapa jenis tanaman semusim dalam suatu periode
waktu tertentu. Dalam praktikum ini akan ditentukan pola tanam
10 jenis tanaman yang telah disebutkan dalam waktu 2 tahun
berturut-turut. Pemilihan jenis tanaman ini didasarkan pada
kebutuhan air dan lamanya waktu tumbuh hingga menghasilkan.
Tanaman yang dipilih beberapa tidak tumbuh di Indonesia dan

160

juga dari sepuluh yang dipilih beberapa harus ditanam di daerah


rendah namun sebagian juga harus ditanam di dataran tinggi.
Tetapi dalam praktikum ini penentuannya hanya didasarkan pada
kebutuhan air dan curah hujan dan mengesampingkan kondisi
iklim lain, perkembangan hama serta efek terhadap bidang
agribisnisnya.
Kebutuhan air untuk tanaman sangat tergantung dari
besarnya curah hujan rata-rata dengan evapotranspirasi. Jika
semakin kecil hujan rata-rata bulanan semakin besar pula
penguapan, maka kebutuhan air pada tanaman akan semakin
besar pula. Dengan demikian meskipun pada bulan tertentu
menunjukkan kebutuhan air tanaman terpenuhi oleh air hujan
yang sangat tinggi tetapi jika diiringi evapotranspirasi yang tinggi
tanaman akan mati.
Pola tanam direncanakan pada bulan yang memiliki curah
hujan tinggi, hal ini dapat dilihat pada grafik. Ketersediaan air
sangat memadai pada bulan Novenber hingga bulan April. Dan
pada bulan Januari hingga bulan Februari memiliki ketersediaan
air

paling

besar.

Keadaan-keadaan

seperti

ini

mampu

dimanfaatkan untuk sistem tumpang sari. Namun adakalanya


persediaan air sangat minim, seperti terlihat pada bulan Juni
hingga bulan September. Pada bulan-bulan tersebut mustahil bila
menanam pada sawah tadah hujan dan perlu diadakannya irigasi.
Irigasi tidak perlu diberikan jika defisit air terjadi pada dasarian keempat. Hal ini dikarenakan tumbuhan telah melewati masa
dormansinya.
Setiap tanaman memiliki jumlah dasarian yang berbedabeda sehingga waktu tanam dan waktu pemanenan juga sangat
berbeda. Tanaman bit dan daun bawang memiliki jumlah dasarian
yang paling sedikit yaitu berjumlah 7 dasarian sehingga dapat
dilakukan penanaman dari bulan Januari dasarian I hingga
bulan Maret dasarian I. Jagung manis dan crucifers memiliki 8
161

dasarian, crucifers dapat ditanam pada bulan November dasarian


III hingga Februari dasarian I. Sedangkan jagung madu baru bisa
ditanam mulai bulan Desember dasarian I hingga bulan Februari
dasarian II karena kebutuhan air kedua tanaman tersebut
berbeda. Untuk kacang hijau yang memiliki 9 dasarian dapat
ditanam pada bulan Desember dasarian I hingga bulan Februari
dasarian II. Wortel dan barley memiliki 12 dasarian dan dapat
ditanam pada bulan November dasarian III hingga bulan Maret
dasarian II. Tanaman kacang tanah memiliki 13 dasarian dapat
ditanam pada bulan November dasarian II hingga bulan Maret
dasarian II. Tanaman arthicokes memiliki 14 dasarian dapat
ditanam pada bulan November dasarian I hingga bulan Maret
dasarian II. Untuk tanaman yang memiliki jumlah dasarian paling
banyak, jarak dengan 18 dasrian memiliki waktu tanam antara
bulan November dasarian I hingga bulan April dasarian III.
Kebutuhan air untuk tanaman sangat tergantung dari
besarnya curah hujan rata-rata dengan evapotranspirasi. Jika
semakin kecil curah hujan rata-rata bulanan, maka semakin besar
pula penguapan. Maka kebutuhan air untuk tanaman akan
semakin besar. Dengan demikian meskipun pada bulan tertentu
menunjukkan kebutuhan air tanaman terpenuhi oleh curah hujan
sangat tinggi tetapi jika diiringi evapotranspirasi yang tinggi
tanaman akan mati (Reijntjes et. al., 2011).
Salah satu metode yang biasa digunakan dalam tahap
pembudidayaan tanaman adalah teknik tumpang sari. Tumpang
sari adalah cara pembudidayaan tanaman atau pemanf

aatan

lahan dan air untuk lebih dari satu jenis tanaman dalam waktu
yang bersamaan. Tumpang sari tidak boleh asal menanam
tanaman bersama-sama, tetapi juga harus mempertimbangkan
resiko kompetisi dalam kebutuhan air dan nutrisi serta penyinaran
matahari.

162

Tumpang sari dapat dilakukan pada tanaman wortel dan


arthicokes di setengah awal musim hujan periode pertama.
Keduanya memiliki kebutuhan air yang sama dan panjang waktu
tumbuh yang sama juga. Setelah keduanya dipanen, selanjutnya
langsung ditanam kacang tanah dan barley di setengah akhir
musim hujan periode pertama. Antara kacang tanah dan barley
hampir memiliki kebutuhan air yang sama. Keduanya juga
memiliki lama waktu tumbuh yang hampir bersamaan. Pemilihan
penanaman jenis tanaman sayuran di musim hujan periode
pertama adalah upaya untuk menekan perkembangbiakan hama
yang menyerang jenis sayuran di musim yang lain karena sumber
makanan yang tidak ada atau sedang tidak dibudidayakan.
Pada musim kemarau periode pertama, bisa ditanam kacang
hijau yang meski memiliki umur yang cukup panjang namun
kebutuhan airnya relatif rendah. Kebutuhan air kacang hijau di
musim kemarau bisa ditopang dengan sistem irigasi sederhana.
Penanaman kacang hijau bisa sebagai tanaman sisipan setelah
petani berproduksi sayuran.
Memasuki musim hujan periode kedua, bisa ditanam jarak
dan crussifer. Kedua tanaman ini memiliki kebutuhan air yang
hampir

sama,

tetapi

masa

panennya

berbeda.

Jarak

membutuhkan waktu tumbuh yang lebih lama. Setelah crussifer


dipanen, dilakukan tumpang gilir dengan jagung madu. Karena
crussifer dan jagung madu memiliki kebutuhan air dan masa
tanam yang hampir sama. Sedangkan pada tanaman jarak yang
sudah dipanen di tumpang gilir dengan bit yang masa tumbuhnya
relatif lebih pendek. Sehingga pada akhir musim hujan periode
kedua tanaman jagung madu dan bit dapat dipanen bersamaan.
Sebenarnya, penentuan pola tanam seperti yang telah dipaparkan
selain menggunakan teknik tumpang sari, juga menggunakan
teknik tumpang gilir. Tumpang gilir yaitu cara pemanfaatan lahan
oleh berbagai jenis tanaman namun tidak dalam waktu mutlak
163

bersamaan seperti tumpang sari. Waktu penanaman tumpang gilir


lebih fleksibel dan curahan tenaga tanam dan panen bisa merata
sepanjang musim. Penentuan pola tanam dengan jenis tanaman
yang acak dan beragam ini juga bisa dipakai untuk pelaku usaha
tani yang memiliki lahan di berbagai tempat dengan iklim
berbeda.
Pada musim kemarau periode kedua, bisa ditanam daun
bawang. Umur yang pendek dan kebutuhan air yang tidak begitu
tinggi bisa mentoleransi kondisi kemarau dan mengisi lahan yang
kosong karena hujan yang jarang turun. Kebutuhan air daun
bawang dapat ditopang dengan sistem irigasi. Daun bawang ini
bisa dijadikan tanaman sisipan setelah produksi tanaman pangan
selama satu musim.
Kelebihan dari tumpang sari dan tumpang gilir diantaranya
adalah dapat meningkatkan produktivitas lahan serta pendapatan.
Namun kelemahannya adalah ketika pembudidaya tidak bisa
mengatur pola tanam dengan tepat dapat meningkatkan resiko
berkembangnya hama dan patogen serta menyebabkan kompetisi
yang tidak seimbang. Teknik tumpang sari dan tumpang gilir harus
dikuasai oleh pembudidaya tanaman, terutama yang memiliki
lahan dengan tingkat produktifitas tinggi.
Di antara musim kemarau dan musim hujan, terdapat selang
waktu beberapa dasarian hingga penanaman tanaman di musim
selanjutnya. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu untuk
tanah di lahan agar dapat kembali kondisi haranya setelah dipakai
untuk menanam berbagai jenis tanaman selama satu musim.
Jangka waktu tersebut juga dimaksudkan agar dimanfaatkan
pembudidaya atau petani sebagai masa rehat.

164

IV.

KESIMPULAN

Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan:


1. Data curah hujan bermanfaat dalam menetukan pola tanam
tumbuhan, dengan begitu dapat diketahui kapan saatnya
kebutuhan air tanaman dipenuhi oleh curah hujan yang
tersedia.

165

2. Dari sepuluh tanaman tersebut, pasangan yang paling cocok


ditumpangsarikan

adalah

tanaman

kacang

tanah

dan

arthicokes karena memiliki masa tanam yang singkat dan dapat


menggunakan

air

hujan

yang

tersedia

untuk

mencukupi

kebutuhan air, sedangkan untuk tumpang gilir adalah wortel


dan barley karena memiliki masa tanam yang lama (12
dasarian) dan dapat menggunakan air hujan yang tersedia
untuk mencukupi kebutuhan air.

DAFTAR PUSTAKA

166

Administrator.

2015.

Artichoke

California

di

Puncak

Wonosobo.

<https://kebunbibit.id/smartblog/30_Artichoke-California-diPuncak-Wonosobo---> . Diakses pada tanggal 23 November 2015.


Administrator.

2015.

Budidaya

Jarak.

<http://www.produknaturalnusantara.com/panduan-teknisbudidaya-pertanian/panduan-cara-budidaya-jarak/>. Diakses pada


tanggal 23 November 2015.
Administrator.

2015.

Budidaya

Tanaman

Jelai.

<http://bkpp.kaltimprov.go.id/content/budidaya-tanaman-jelai>.
Diakses pada tanggal 23 November 2015.
Administrator.

2015.

Pengertian

Cruciferae.

<

http://arti-definisi-

pengertian.info/pengertian-cruciferae/>. Diakses pada tanggal 23


November 2015.
Administrator.

2013.

Syarat

Tumbuh

Tanaman

Bit.

<

http://www.materipertanian.com/syarat-tumbuh-tanaman-bit/>.
Diakses pada tanggal 23 November 2015.
Gultom, T., 2014. Budidaya tanaman jagung dan kacang tanah system
tumpang

sari.

<http://cybex.deptan.go.id/lokalita/budidaya-

tanaman-jagung-dan-kacang-tanah-sistem-

tumpang-sari>.

Diakses pada tanggal 19 November 2015.


Harizam,

R.

2007.

Tanaman

Jagung

Manis

(Sweet

Corn).

<http://harizamrry.com/2007/11/27/tanaman-jagung-manis-sweetcorn/>. Diakses pada tanggal 23 November 2015.


Hassan, UM. 1981. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian Jilid 2. PT
Soeroengan Jakarta.
Jakarta.

167

Warino, J. 2015. Cara Budidaya Bawang Daun (Allium fistulosum)


Dengan

Baik.

<

http://jokowarino.id/cara-budidaya-bawang-

daun/>. Diakses pada tanggal 23 November 2015.


Laksamana,

D.

2013.

Syarat

Tumbuh

Tanaman

Wortel.

<http://www.petanihebat.com/2013/10/syarat-tumbuh-tanamanwortel.html>. Diakses pada tanggal 23 November 2015.


Lamm, F. R., J. E. Ayars, and F. S. Nakayama. 2007. Microirrigation for
Crop Production: Design, Operation, and Management. Elsevier:
Oxford
Nagarajan, D. 2009. Drought Assesing. Springer: New Delhi.
Oktora,

N.

2013.

Syarat

Tumbuh

Tanaman

Kacang

Hijau.

<http://www.petanihebat.com/2013/11/syarat-tumbuh-kacanghijau.html>. Diakses pada tanggal 23 September 2015.


Oktora,

N.

2013.

Syarat

Tumbuh

Tanaman

Kacang

Tanah.

<http://www.petanihebat.com/2013/11/syarat-tumbuh-kacangtanah.html>. Diakses pada tanggal 23 September 2015.


Reijntjes, C., Bertus H., dan Ann Waters-Bayer. 2011. Pertanian Masa
Depan.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Seneviratne, S. I., T. Corti, E. L. Davin, M. Hirschi, E. B. Jaeger, I. Lehner,
B. Oriowsky, and A. J. Teuling. 2010.

Investigating

soil

moisture climate interactions in changing climate: a review.


Earth Science Reviews 99: 125161.
Shofyati, R. and DwiKuncoro. 2010. Paddy crop coverage identificatin
using combination of greenness and wetness for agricultural
cropping pattern change detection. Geomatika16 : 1-9.
Widodo, I. T. dan B. D. Dasanto. 2010. Estimasi nilai lingkungan
perkebunan kelapa sawit ditinjau dari neraca air tanaman kelapa
sawit

(studi kasus: perkebunan kelapa sawit di Kecamatan


168

Dayun, Kabupaten Siak, Provinsi Riau). Jurnal Agromet 24: 23


32.

LAMPIRAN

1. X CH 75% Bulan Januari


Dasarian I:
88,25 109x
=
2.
89
10997

15.

9,75=82+ x

16.

x=9,75+82

17.

x=72,25

3.

6.

3=109+ x

18.
19.
X CH 75% Bulan
Januari Dasarian III:
88,25 75x
=
20.
89
7527

7.

x=3+109

21.

8.

x=106

22.

4.
5.

0,25 109x
=
1
12

0,25 75x
=
1
48

9.
10.
X CH 75% Bulan
Januari Dasarian II:
88,25 82x
=
11.
89
8243

23.

12.

27.
28.
X CH 75% Bulan
Februari Dasarian I:

13.

0,25 82x
=
1
39

14.

169

24.

12=75+ x

25.

x=12+ 75

26.

x=63

29.
30.
31.
32.

88,25
115x
=
89
115109

56.
57.

0,25 115x
=
1
6

33.

1,5=115+ x

34.
35.

58.
59.

88,25 37 x
=
89
3737
0,25 37x
=
1
0

60.

0=37x

x=1,5+115

61.

x=37

x=113,5

36.
37.
X CH 75% Bulan
Februari Dasarian II:
88,25 66x
=
38.
89
6666

62.
63.
64.
65.
X CH 75% Bulan
Maret Dasarian II:
88,25 35x
=
66.
89
3535

39.

67.

40.
41.

0,25 66x
=
1
0

42.

0=66+ x

43.

x=66

68.
69.

44.
45.
X CH 75% Bulan
Februari Dasarian III:
88,25 112x
=
46.
89
11258
47.
48.
49.

13,5=112+ x

51.

x=13,5+112

52.

x=98,5

70.

0=35x

71.

x=35

72.
73.
X CH 75% Bulan
Maret Dasarian III:
88,25 84x
=
74.
89
8481
75.

0,25 112x
=
1
54

50.

0,25 35x
=
1
0

76.
77.

53.
54.
55.
X CH 75% Bulan
Maret Dasarian I:

0,25 84x
=
1
3

78.

0,75=84+ x

79.

x=0,75+84

80.

x=83,25

81.
82.
X CH 75% Bulan April
Dasarian I:

170

83.
84.
85.

88,25 31x
=
89
3122

110.
111.

0,25 x31
=
1
9

112.

86.

113.

88,25 10x
=
89
104
0,25 10x
=
1
6

87.

2,25=x+31

114.

1,5=10+ x

88.

x=2,25+31

115.

89.

x=28,75

116.

x=1,5 +10
x=8,5

90.
91.
X CH 75% Bulan April
Dasarian II:
88,25 40x
=
92.
89
4039

117.
118.
X CH 75% Bulan Mei
Dasarian II:
88,25 2x
=
119.
89
21

93.

120.

94.
95.

0,25 40x
=
1
1

96.

0,25=40+ x

97.
98.

121.
122.

0,25 2x
=
1
1

123.

0,25=2+ x

x=0,25+40

124.

x=0,25+2

x=39,75

125.

x=1,75

99.
100.
X CH 75% Bulan April
Dasarian III:
88,25 37x
=
101.
89
3723

126.
127.
X CH 75% Bulan Mei
Dasarian III:
88,25 2x
=
128.
89
20

102.

129.

103.
104.

0,25 37x
=
1
14

105.

3,5=37+ x

106.
107.

130.

0,25 2x
=
1
2

131.
132.

0,5=2x

x=3,5+37

133.

x=0,5+2

x=33,5

134.

x=1,5

108.
109.
X CH 75% Bulan Mei
Dasarian I:

135.
X CH 75% Bulan Juni
Dasarian I:

171

136.
137.
138.

88,25 0x
=
89
00

162.
163.

0,25 0x
=
1
0

139.
140.

0=0x

141.

x=0

146.

149.

x=0

154.

157.

x=0

172.

0=0x

173.

x=0

177.
178.

0,25 0x
=
1
0

179.

155.
0=0x

0,25 0x
=
1
0

174.
175.
X CH 75% Bulan Juli
Dasarian III:
88,25 0x
=
176.
89
00

0,25 0x
=
1
0

156.

x=0

171.

150.
151.
X CH 75% Bulan Juni
Dasarian III:
88,25 0x
=
152.
89
00
153.

165.

170.

147.
0=0x

0=0x

169.

0,25 0x
=
1
0

148.

164.

166.
167.
X CH 75% Bulan Juli
Dasarian II:
88,25 0x
=
168.
89
00

142.
143.
X CH 75% Bulan Juni
Dasarian II:
88,25 0x
=
144.
89
00
145.

0,25 0x
=
1
0

180.

0=0x

181.

x=0

182.
183.
X CH 75% Bulan
Agustus Dasarian I:
88,25 0x
=
184.
89
00

158.
159.
X CH 75% Bulan Juli
Dasarian I:
88,25 0x
=
160.
89
00

185.
186.

161.

0,25 0x
=
1
0

187.
188.

172

0=0x

189.

x=0

215.

190.
191.
X CH 75% Bulan
Agustus Dasarian II:
88,25 0x
=
192.
89
00
193.
194.

216.
217.

197.

x=0

198.
199.
X CH 75% Bulan
Agustus Dasarian III:
88,25 0x
=
200.
89
00
201.
202.

0,25 0x
=
1
0

203.

0=0x

204.

x=0

209.

0=0x

220.

x=0

224.
225.

0,25 0x
=
1
0

226.
227.

0=0x

228.

x=0

229.
230.
X CH 75% Bulan
Oktober Dasarian I:
88,25 0x
=
231.
89
00

205.
206.
X CH 75% Bulan
September Dasarian I:
88,25 0x
=
207.
89
00
208.

219.

221.
222.
X CH 75% Bulan
September Dasarian III:
88,25 0x
=
223.
89
00

195.
0=0x

0,25 0x
=
1
0

218.

0,25 0x
=
1
0

196.

88,25 0x
=
89
00

232.
233.

0,25 0x
=
1
0

234.
0,25 0x
=
1
0

210.
211.

0=0x

212.

x=0

235.

0=0x

236.

x=0

237.
238.
X CH 75% Bulan
Oktober Dasarian II:
88,25 1x
=
239.
89
10

213.
214.
X CH 75% Bulan
September Dasarian II:

240.

173

241.
242.

0,25 1x
=
1
1

243.

0,25=1+ x

244.

x=0,25+1

245.

x=0,75

250.
251.
252.
253.

x=1+ 5

254.

x=4

259.
260.

270.

x=7,75+76

271.

x=68,25

276.
277.

0,25 72x
=
1
17

278.

4,25=72+ x

279.

x=4,25+72

280.

x=67,5

281.
X CH 75% Bulan
Desember Dasarian I:
88,25 32x
=
282.
89
3228

255.
256.
X CH 75% Bulan
November Dasarian I:
88,25 31x
=
257.
89
3129
258.

7,75=76+ x

275.

0,25 5x
=
1
4
1=5+ x

269.

272.
273.
X CH 75% Bulan
November Dasarian III:
88,25 72x
=
274.
89
7255

246.
247.
X CH 75% Bulan
Oktober Dasarian III:
88,25 5x
=
248.
89
51
249.

268.

0,25 76x
=
1
31

283.
284.

0,25 31x
=
1
2

285.

0,25 32x
=
1
4

286.

1=32+ x

261.

0,5=31+ x

287.

x=1+32

262.

x=0,5+31

288.

x=31

263.

x=30,5

289.
290.
X CH 75% Bulan
Desember Dasarian II:
88,25 81x
=
291.
89
8172

264.
265.
X CH 75% Bulan
November Dasarian II:
88,25 76x
=
266.
89
7645

292.
293.

267.

174

0,25 81x
=
1
9

294.

324.

295.

2,25=81+ x

296.

x=2,25+81

297.

x=78,75

325.

298.
299.
X CH 75% Bulan
Desember Dasarian III:
88,25 40x
=
300.
89
4040
301.

0,25 40x
=
1
0

302.
303.
304.

0=40+ x

305.

x=40

308.

Interpolasi :

309.

Januari

310.

X= 7

311.
313.
10
315.
5
317.

312.
314.
0,29
316.
0,28

710
318. 510
319.

321.
322.
323.

Februari

327.

X= 7

328.
330.
10
332.
5
334.

329.
331.
0,28
333.
0,28

=
0,03
5P

336.
3
337. 5
338.
339.

Menghitung P

3
320. 5

326.

710
335. 510

306.
307.

P = 0,284

P0,28
0

0 = -5P + 1,4

340.
341.
342.

P0,28
0,280,28

5P

= 1,4

P = 0,28

343.
344.

P0,29
0,280,29

P0,29
0,01

345.

Maret

346.

X= 7

347.
349.
10
351.
5
353.

348.
350.
0,28
352.
0,28

710
354. 510

= -5P + 1,45
= 1,42

355.

175

P0,28
0,280,28

3
356. 5
357.
358.
359.
360.

P0,28
0

710
390. 510

391.
0 = -5P + 1,4
5P
= 1,4
P = 0,28

3
392. 5
393.
394.
395.
396.

361.

P0,26
0,01

-0,03
= -5P + 1,3
5P
= 1,33
P = 0,266

362.

April

363.

X= 7

397.

364.
366.
10
368.
5
370.

365.
367.
0,27
369.
0,27

398.

Juni

399.

X= 7

400.
402.
10
404.
5
406.

401.
403.
0,26
405.
0,27

710
371. 510

372.
3
373. 5
374.
375.
376.
377.
378.
379.

P0,27
0,270,27

P0,27
0

710
407. 510

408.
0 = -5P + 1,35
5P
= 1,35
P = 0,27

3
409. 5
410.
411.
412.
413.
414.
415.

380.

P0,26
0,270,26

P0,26
0,01

-0,03
= -5P + 1,3
5P
= 1,33
P = 0,266

381.

Mei

382.

X= 7

416.

Juli

383.
385.
10
387.
5
389.

384.
386.
0,26
388.
0,27

417.

X= 7

418.
420.
10
422.
5
424.

419.
421.
0,26
423.
0,27

176

P0,26
0,270,26

425.

710
426. 510
427.
3
428. 5
429.
430.
431.
432.

459.

P0,26
0,270,26

710
460. 510

P0,26
0,01

461.

-0,03
= -5P + 1,3
5P
= 1,33
P = 0,266

463.
464.
465.
466.
467.

3
462. 5

433.

P0,27
0,270,27

P0,27
0

0 = -5P + 1,35
5P
= 1,35
P = 0,27

434.

Agustus

468.

Oktober

435.

X= 7

469.

X= 7

436.
438.
10
440.
5
442.

437.
439.
0,27
441.
0,27

470.
472.
10
474.
5
476.

471.
473.
0,28
475.
0,28

710
443. 510
444.
3
445. 5
446.
447.
448.
449.

P0,27
0,270,27

477.

710
478. 510

P0,27
0

479.
3
480. 5

0 = -5P + 1,35
5P
= 1,35
P = 0,27

481.
482.
483.
484.

450.
451.

September

452.

X= 7

453.
455.
10
457.
5

454.
456.
0,27
458.
0,27

177

P0,28
0,280,28

P0,28
0

0 = -5P + 1,4
5P
= 1,4
P = 0,28

485.

November

486.

X= 7

487.
489.
10
491.
5
493.

488.
490.
0,28
492.
0,28

494.

710
495. 510
496.
3
497. 5
498.
499.
500.
501.
502.

528.

P0,28
0,280,28

P0,28
0

531.
0 = -5P + 1,4
5P
= 1,4
P = 0,28

T rerata=

30.7915+23.2926
2

532. T rerata=27.042

504.

X= 7

533.

505.
507.
10
509.
5
511.

506.
508.
0,29
510.
0,28

534.

Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )

535.
F=0,284 ( 0,4627.042+8 )
536. F=5.8048

512.

710
513. 510
514.

520.

Tmax+Tmin
2

530.

Desember

516.
517.
518.
519.

T rerata=

529.

503.

3
515. 5

Rumus:

P0,29
0,280,29

537.
538.
Februari
539.
T mak = 30,7-(0,0061 h)
540.
= 30,7-(0,0061 x
1,37)
541.
= 30.6916
542.
T min = 23,3-(0,0053 h )
543.
= 23,3-(0,0053 x
1,37)
544. = 23.2927

P0,29
0,01

0,03
= -5P + 1,45
5P
= 1,42
P = 0,284
Menghitung F

545.

521.
Januari
522.
T mak = 30,8-(0,0062 h)
523.
= 30,8-(0,0062 x
1,37)
524.
= 30.7915
525.
T min = 23,3-(0,0054 h )
526.
= 23,3-(0,0054 x
1,37)
527. = 23.2926

Rumus:

546.

T rerata=

Tmax+Tmin
2

547.
T rerata=

178

30.6916+23.2927
2

548. T rerata=26.992

570.

549.
550.

571.
April
572.
T mak = 31,4-(0,0061 h)
573.
= 31,4-(0,0061 x
1,37)
574.
= 31.3916
575.
T min = 22,9-(0,0052 h )
576.
= 22,9-(0,0052 x
1,37)
577. = 22.8929

551.

Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )

552.
F=0,28 ( 0,4626,992+ 8 )
553. F=5.7166

578.

554.
555.
Maret
556.
T mak = 31,1-(0,0062 h)
557.
= 31,1-(0,0062 x
1,37)
558.
= 31.0915
559.
T min = 23,3-(0,0054 h )
560.
= 23,3-(0,0054 x
1,37)
561. = 23.2926

579.

562.

582.

T rerata=

T rerata=

Tmax+Tmin
2

583.

567.

31.3916+22.8929
2

Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )

584.
F=0,27 ( 0,4627.142+ 8 )

31.0915+23.2926
2

585.

565. T rata=27.192
566.

Tmax+Tmin
2

581. T rerata=27.142

564.
T rerata=

T rerata=

580.

Rumus:

563.

Rumus:

F= 5.5310

586.
587.
Mei
588.
T mak
589.
1,37)
590.
591.
T min
592.
1,37)
593.

Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )

568.
F=0,28 ( 0,4627.192+ 8 )
569. F=5.7423

179

= 31,4-(0,0061 h)
= 31,4-(0,0061 x
= 31.3916
= 22,9-(0,0051 h )
= 22,9-(0,0051 x
= 22.8930

594.

Rumus:
T rerata=

595.

614.
Tmax+Tmin
2

F=P ( 0,46T +8 )

615.

616.
F=0,266 ( 0,4626,942+ 8 )

596.
T rerata=

31.3916+22.8930
2

618.
619.
Juli
620.
T mak
621.
1,37)
622.
623.
T min
624.
1,37)
625.

Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )

599.

600.
F=0,266 ( 0,4627.142+ 8 )
F= 5.4491

601.

F= 5.4246

617.

597. T rerata=27.142
598.

Rumus:

626.

= 31,1-(0,0061 h)
= 31,1-(0,0061 x
= 31.0916
= 21,6-(0,0051 h )
= 21,6-(0,0051 x
= 21.5930

Rumus:

602.

603.
Juni
604.
T mak
605.
1,37)
606.
607.
T min
608.
1,37)
609.
610.

= 31,2-(0,0061 h)
= 31,2-(0,0061 x
= 31.1916
= 22,7-(0,0051 h )
= 22,7-(0,0051 x

T rerata=

630.
Tmax+Tmin
2

631.

Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )

632.
F=0,266 ( 0,4626,342+ 8 )

612.
T rerata=

31.0916+21.5930
2

629. T rerata=26.342

= 22.6930

T rerata=

Tmax+Tmin
2

628.

Rumus:

611.

T rerata=

627.

31.1916+22.6930
2

633.

613. T rerata=26.942

634.
180

F= 5.3512

635.
Agustus
636.
T mak = 31,5-(0,0061 h)
637.
= 31,5-(0,0061 x
1,37)
638.
= 31.4916
639.
T min = 22-(0,0052 h )
640.
= 22-(0,0052 x
1,37)
641. = 21.9929
642.

T rerata=

659.

Tmax+Tmin
2

660.
T rerata=

31.9915+22.2926
2

661. T rerata=27.142

Rumus:
662.

Tmax+Tmin
T rerata=
2

643.

F=P ( 0,46T +8 )

663.

644.
T rerata=

Rumus:

664.
F=0,266 ( 0,4627,142+ 8 )

31.4916+21.9929
2

F= 5.5310

665.

645. T rerata=26.742

666.
646.
647.

Rumus:

667.
Oktober
668.
T mak = 32,2-(0,0064 h)
669.
= 32,2-(0,0064 x
1,37)
670.
= 32.1912
671.
T min = 22,8-(0,0055 h )
672.
= 22,8-(0,0055 x
1,37)
673. = 22.7925

F=P ( 0,46T +8 )

648.
F=0,266 ( 0,4626,742+ 8 )
649.

F= 5.4814

650.

674.

651.
September
652.
T mak = 32-(0,0062 h)
653.
= 32-(0,0062 x
1,37)
654.
= 31.9915
655.
T min = 22,3-(0,0054 h )
656.
= 22,3-(0,0054 x
1,37)
657. = 22.2926
658.

Rumus:
T rerata=

675.

Tmax+Tmin
2

676.
T rerata=

32.1912+ 22.7925
2

677. T rerata=27.492

Rumus:
678.
181

Rumus:

F=P ( 0,46T +8 )

679.

700.
T mak = 31-(0,0062 h)
701.
= 31-(0,0062 x
1,37)
702.
= 30.9915
703.
T min = 23,3-(0,0054 h )
704.
= 23,3-(0,0054 x
1,37)
705. = 23.2926

680.
F=0,266 ( 0,4627,492+ 8 )
F= 5.7810

681.
682.

706.

683.
November
684.
T mak = 32,2-(0,0064 h)
685.
= 32,2-(0,0064 x
1,37)
686.
= 32.1912
687.
T min = 22,8-(0,0055 h )
688.
= 22,8-(0,0055 x
1,37)
689. = 22.7925
690.

T rerata=

710.
711.

Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )

712.
F=0,266 ( 0,4627,142+ 8 )

32.1912+ 22.7925
2

713.

693. T rerata=27.492
Rumus:
F=P ( 0,46T +8 )

F= 5.8178

714.

Menghitung ETO Umum

715.

1. Artichokes

716.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

696.
F=0,266 ( 0,4627,492+ 8 )

717.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837

F= 5.7810

718.
Etc3 = 0,35 x 53,82 =
18,837

698.
699.

30.9915+23.2926
2

709. T rerata=27.142

Tmax+Tmin
T rerata=
2

T rerata=

697.

Tmax+Tmin
2

708.

692.

695.

T rerata=

707.

Rumus:

691.

694.

Rumus:

719.
Etc4 = 0,35 x 53,82 =
18,837

Desember
182

720.
Etc5 = 0,425 x 53,82 =
22,87

737.

Etc7 = 1,1 x 53,82 = 59,02

738.

Etc8 = 1,1 x 53,82 = 59,02

721.
Etc6 = 0,575 x 53,82 =
30,94

739.

Etc9 = 1,1 x 53,82 = 59,20

722.
Etc7 = 0,725 x 53,82 =
39,02

740.
Etc10 = 0,25 x 53,82 =
13,46

723.
Etc8 = 0,875 x 53,82 =
47,10

741.
Etc11 = 0,25 x 53,82 =
13,46

724.
Etc9 = 0,95 x 53,82 =
51,129

742.
Etc12 = 0,25 x 53,82 =
13,46

725.
Etc10 = 0,95 x 53,82 =
51,129

743.

744.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

726.
Etc11 = 0,925 x 53,82 =
54,745

745.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837

727.
Etc12 = 0,9 x 53,82 =
48,43

746.
Etc3 = 0,45 x 53,82 =
24,22

728.
Etc13 = 0,9x 53,82 =
48,43

747.
Etc4 = 0,65 x 53,82 =
34,98

729.
Etc14 = 0,45 x 53,82 =
24,219
730.

3. Kacang Hijau

748.
Etc5 = 0,85 x 53,82 =
45,75

2. Barli

731.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

749.
Etc6 = 0,95 x 53,82 =
51,13

732.
Etc2 = 0,3875 x 53,82 =
20,96

750.
Etc7 = 0,95 x 53,82 =
51,13

733.
Etc3 = 0,65 x 53,82 =
34,98

751.
Etc8 = 0,95 x 53,82 =
51,13

734.
Etc4 = 0,95 x 53,82 =
51,13

752.
Etc9 = 0,85 x 53,82 =
45,75

735.

Etc5 = 1,1 x 53,82 = 59,20

753.

736.

Etc6 = 1,1 x 53,82 = 59,20

754.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

183

4. BIT

755.
Etc2 = 0,3875 x 53,82 =
20,86

773.
Etc12 = 0,75 x 53,82 =
40,37

756.
Etc3 = 0,65 x 53,82 =
34,98

774.

6. Jarak

775.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

757.
Etc4 = 0,95 x 53,82 =
51,13
758.

Etc5 = 1,1 x 53,82 = 59,20

776.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837

759.

Etc6 = 1,1 x 53,82 = 59,20

777.

Etc3 = 0,4 x 53,82 = 21,53

760.

Etc7 = 0,3 x 53,82 = 16,15

778.

Etc4 = 0,55 x 53,82 = 29,6

761.

5. Wortel

779.
Etc5 = 0,725 x 53,82 =
39,02

762.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

780.

Etc6 = 0,9 x 53,82 = 48,44

763.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837

781.
Etc7 = 1,075 x 53,82 =
57,86

764.
Etc3 = 0,375 x 53,82 =
20,18

782.

Etc8 = 1,1 x 53,82 = 59,2

783.

Etc9 = 1,1 x 53,82 = 59,2

784.

Etc10 = 1,1 x 53,82 = 59,2

785.

Etc11 = 1,1 x 53,82 = 59,2

767.
Etc6 = 0,95 x 53,82 =
51,13

786.

Etc12 = 1,1 x 53,82 = 59,2

787.

Etc13 = 1,1 x 53,82 = 59,2

768.
Etc7 = 1,05 x 53,82 =
56,51

788.
Etc14 = 0,5 x 53,82 =
26,91

769.
Etc8 = 1,05 x 53,82 =
56,51

789.
Etc15 = 0,5 x 53,82 =
26,91

770.
Etc9 = 1,05 x 53,82 =
56,51

790.
Etc16 = 0,5 x 53,82 =
26,91

771.
Etc10 = 1,05 x 53,82 =
56,51

791.
Etc17 = 0,5 x 53,82 =
26,91

772.
Etc11 = 0,75 x 53,82 =
40,37

792.

765.

Etc4 = 0,55 x 53,82 = 29,6

766.
Etc5 = 0,75 x 53,82 =
40,37

184

7. Jagung Madu

793.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

813.
Etc3 = 0,375 x 53,82 =
20,18

794.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837

814.

795.

Etc4 = 0,55 x 53,82 = 29,6

815.
Etc5 = 0,75 x 53,82 =
40,37

Etc3 = 0,55 x 53,82 = 29,6

796.
Etc4 = 0,925 x 53,82 =
49,78

816.
Etc6 = 0,925 x 53,82 =
49,78

797.

Etc5 = 1,1 x 53,82 = 59,2

798.

Etc6 = 1,1 x 53,82 = 59,2

817.
Etc7 = 0,925 x 53,82 =
49,78

799.

Etc7 = 1,1 x 53,82 = 59,2

800.

Etc8 = 1,1 x 53,82 = 59,2

801.

8. Crucifer

818.

10. Kacang Tanah

819.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837
820.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837

802.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

821.
Etc3 = 0,375 x 53,82 =
20,18

803.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837

822.

Etc4 = 0,55 x 53,82 = 29,6

804.
Etc3 = 0,45 x 53,82 =
24,22

823.
Etc5 = 0,725 x 53,82 =
39,02

805.
Etc4 = 0,675 x 53,82 =
36,33

824.

Etc6 = 0,9 x 53,82 = 48,44

825.

Etc7 = 1,0 x 53,82 = 53,82

826.

Etc8 = 1,0 x 53,82 = 53,82

827.

Etc9 = 1,0 x 53,82 = 53,82

806.

Etc5 = 0,9 x 53,82 = 48,44

807.

Etc6 = 1,0 x 53,82 = 53,82

808.

Etc7 = 1,0 x 53,82 = 53,82

828.
Etc10 = 1,0 x 53,82 =
53,82

809.
Etc8 = 0,85 x 53,82 =
45,75
810.

829.
Etc11 = 0,775 x 53,82 =
41,71

9. Daun Bawang

811.
Etc1 = 0,35 x 53,82 =
18,837

830.
29,6

Etc12 = 0,55 x 53,82 =

812.
Etc2 = 0,35 x 53,82 =
18,837

831.
29,6

Etc13 = 0,55 x 53,82 =

185

832.

Anda mungkin juga menyukai