Muhammad - Ade - Putra Skripsi Unknown Full - Text 2019 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 97

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH


PADA PEKERJA MASINIS PT KERETA COMMUTER
INDONESIA (KCI) RUTE JAKARTA KOTA-BOGOR

SKRIPSI

MUHAMMAD ADE PUTRA

1506737893

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SARJANA REGULER
DEPOK
2019
UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH


PADA PEKERJA MASINIS PT KERETA COMMUTER
INDONESIA (KCI) RUTE JAKARTA KOTA-BOGOR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

MUHAMMAD ADE PUTRA

1506737893

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SARJANA REGULER
DEPOK
JUNI 2019
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Muhammad Ade Putra

NPM : 1506737893

Tanda Tangan :

Tanggal : 04 Juli 2019

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Muhammad Ade Putra

NPM : 1506737893

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah


Pada Pekerja Masinis PT Kereta Commuter
Indonesia (KCI) Rute Jakarta Kota-Bogor

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Henny Permatasari, S. Kp., M. Kep., Sp.Kom (………………..)

Penguji 1 : Dr. Sigit Mulyono, S.Kp., M.N (………………..)

Penguji 2 : Wiwin Wiarsih, S.Kp., M.N (………………..)

Disetujui di : Depok

Tanggal : 04 Juli 2019

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah meilmpahkan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kualitas
Tidur dengan Tekanan Darah pada pekerja masinis PT Kereta Commuter Indonesia (KCI)
Rute Jakarta Kota-Bogor” sesuai target waktu yang ditetapkan. Skripsi ini saya ajukan
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Terselesaikannya
karya tulis ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis perlu
menyampaikan rasa terima kasih kepada :

(1) Bapak Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia sekaligus pembimbing akademik;
(2) Ibu Henny Permatasari, S. Kp., M. Kep., Sp.Kom. selaku dosen pembimbing yang
selalu menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu, motivasi,
saran, dan arahan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini;
(3) Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP., selaku Ketua Program Studi Sarjana dan Ners yang
telah memfasilitasi dan memberi arahan dalam proses penyusunan skripsi;
(4) Bapak Dr. Sigit Mulyono, S.Kp., M.N dan Ibu Wiwin Wiarsih, S.Kp., M.N selaku
dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan
penelitian ini;
(5) Kedua orang tua, Ayah dan Ibu serta segenap keluarga yang selalu memberikan
dukungan moral maupun materil selama masa perkuliahan dan senantiasa
memberikan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini;
(6) Teman-teman yang telah membantu dan mendukung peneliti secara langsung dalam
penulisan skripsi, Dinda, Intan Maulani, Adzkia, Elsa Novitasari, Safa, Ratri, dan
teman-teman yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu;
(7) Sahabat peneliti Aziz, Zahra, Adeyo, Reyna dan teman-teman ASSC Club yang
selalu memberikan dukungan dan bantuan sejak awal perkuliahan hingga saat ini
dan menjadi tempat bertukar pikiran serta tempat hiburan peneliti;

iv
(8) Teman seperjuangan dan seperbimbingan Yaumi dan Putri yang selalu menjadi
tempat berbagi dan bertukar informasi serta menjaga semangat terkait proses
penyusunan penelitian ini;
(9) Teman-teman seperjuangan DINAMIS FIK UI 2015 yang selalu memberikan
semangat dan doa sejak awal perkuliahan;
(10) Resimen Mahasiswa (Menwa UI) dan Alumni Menwa UI yang menjadi tempat
singgah peneliti dan telah memeberikan sejuta pengalaman berharga;
(11) Teman-teman Kerambit Bang Peter yang selalu membawa aura positif untuk penliti,
Danta yang menjadi teman berkelana, Mujahidin sebagai tempat bertukar pikiran,
Fahri si raja kopi, Ricko teman seperjuangan yang selalu sedih dengan kisah
percintaan, Abdan si raja anime, Oppa Morin yang sangat kuat luar dalam, Fida
perempuan yang sangat tangguh, Yee (my twin) yang selalu hadir dengan sajak-
sajak dan cerita serunya, dan Diza dengan kesantaian dan kewolesannya;
(12) Teman-teman EMCEKAQU Ainna, Elfira, Khaula, dan Kak Linda yang selalu
memberikan semangat dalam keadaan apapun.

Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran membangun untuk penyempurnaan selanjutnya selalu diharapkan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya di dunia ilmu pengetahuan.

Depok, 04 Juli 2019

Penulis

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Ade Putra

NPM : 1506737893

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Pekerja Masinis PT


Kereta Commuter Indonesia (KCI) Rute Jakarta Kota-Bogor”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 04 Juli 2019

Yang menyatakan

( Muhammad Ade Putra )

vi
ABSTRAK

Nama : Muhammad Ade Putra

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pekerja


Masinis PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Rute Jakarta
Kota-Bogor

Pembimbing : Henny Permatasari, S. Kp., M. Kep., Sp.Kom

Penyakit kardiovaskuler yaitu hipertensi menempati urutan ke-4 di dunia penyebab


kematian yang berhubungan dengan pekerjaan. Kualitas tidur yang baik merupakan
kebutuhan dasar untuk menjaga fungsi sistem kardiovaskuler. Penelitian ini merupakan
penelitian descriptive correlative dengan desain studi cross sectional yang bertujuan
untuk mengidentifikasi hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pekerja
shift yaitu masinis. Penelitian ini dilakukan pada PT Kereta Commuter Indonesia (KCI)
Rute Jakarta Kota-Bogor melibatkan 75 masinis yang dipilih dengan teknik incidental
sampling. Kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI), sedangkan tekanan darah didapat dari data sekunder yaitu pemeriksaan kesehatan
harian sebelum masinis memulai dinas. Hasil penelitian menunjukan, mayoritas
responden yaitu sebanyak 53 masinis (70,7%) memiliki kualitas tidur yang buruk,
sedangkan hanya 22 masinis (29,3%) memiliki kualitas tidur yang baik. Hasil rata-rata
tekanan darah masinis secara keseluruhan adalah 117,56-76,37 mmHg. Hasil analisis uji
chi-square menunjukan bahwa sebanyak 22,6% masinis dengan kualitas tidur yang buruk
mengalami hipertensi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara kualitas tidur dengan tekanan darah (p value=0,092). Rekomendasi bagi
pekerja diperlukan pelayanan kesehatan untuk masalah kualitas tidur.

Kata kunci: kualitas tidur, tekanan darah, pekerja shift, masinis

vii
Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name : Muhammad Ade Putra

Study Program : Ilmu Keperawatan

Title : The Relationship between Sleep Quality and Blood Pressure


among Machinists of PT Kereta Commuter Indonesia (KCI)
Route of Jakarta Kota-Bogor
Counsellor : Henny Permatasari, S. Kp., M. Kep., Sp.Kom

Cardiovascular disease, hypertension, ranks 4th in the world as a cause of work-related


deaths. A good sleep quality is one of human basic needs to maintain cardiovascular
function. This was a descriptive correlative study using cross sectional method to identify
the relationship between sleep quality and blood pressure among shift workers, machinist.
The research was done in PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Jakarta Kota-Bogor
route and involved 75 machinists by incidental sampling. Sleep quality was assessed used
Pittburgh Sleep Quality Index questionnaire and blood pressure was monitored from
secondary source of daily health reports of the machinist. The study showed that 53
machinists (70.7%) had a bad sleep quality and only 22 machinists (29.3%) had a good
sleep quality. Mean of the blood pressure of the machinists was 117.56-76.37 mmHg.
The analytical using chi-squared test showed that 22.6% of the machinists with bad sleep
quality were having hypertension. This study suggested that there was no significant
difference between sleep quality and blood pressure among machinists Jakarta Kota-
Bogor route (p= 0.092). Recommendations for workers are needed health services for
sleep quality problems.

Key words: sleep quality, blood pressure, shift workers, train driver (machinist)

viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i


HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiv
DAFTAR SKEMA ........................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan umum ................................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
1.4.1 Manfaat Aplikatif ............................................................................................. 7
1.4.2 Manfaat Keilmuan ............................................................................................ 8
1.4.3 Manfaat Metodologi ......................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 9
2.1 Pekerja Sebagai Agregat Berisiko .......................................................................... 9
2.1.1 Definisi pekerja ................................................................................................ 9
2.1.2 Definisi kerja shift ............................................................................................ 9
2.1.3 Pengaruh kerja shift ........................................................................................ 10
2.1.4 Health Hazard Pekerja ................................................................................... 10
2.2 Konsep Tidur ........................................................................................................ 13
2.2.1 Definisi tidur .................................................................................................. 13
2.2.2 Fungsi tidur .................................................................................................... 14

ix
Universitas Indonesia
2.2.3 Kebutuhan Tidur ............................................................................................ 14
2.2.4 Tahapan tidur.................................................................................................. 15
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ........................................................ 17
2.2.6 Kualitas Tidur ................................................................................................. 20
2.3 Konsep Tekanan Darah ......................................................................................... 20
2.3.1 Definisi tekanan darah .................................................................................... 20
2.3.2 Klasifikasi tekanan darah ............................................................................... 21
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ......................................... 21
2.3.4 Pengukuran tekanan darah ............................................................................. 23
2.4 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah................................................ 24
2.5 Perawat Kesehatan Kerja ...................................................................................... 25
2.5.1 Definisi perawat kesehatan kerja.................................................................... 25
2.5.2 Klasifikasi dan domain perawat kesehatan pekerja........................................ 25
2.5.3 Peran perawat kesehatan kerja ....................................................................... 26
2.6 Kerangka Teori .................................................................................................. 28
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 29
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................................. 29
3.2 Hipotesis ............................................................................................................... 30
3.3 Definisi Operasional ............................................................................................. 30
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................................ 32
4.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 32
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 32
4.2.1 Populasi Penelitian ......................................................................................... 32
4.2.2 Sampel Penelitian ........................................................................................... 32
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel .......................................................................... 33
4.2.4 Besar Sampel .................................................................................................. 33
4.2.5 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 34
4.3 Etika Penelitian ..................................................................................................... 34
4.3.1 Bagi Peneliti ................................................................................................... 34
4.3.2 Bagi Responden.............................................................................................. 35
4.4 Alat Pengumpul Data ............................................................................................ 36
4.4.1 Pengukuran Data Demografi dan Karakteristik Pekerja ................................ 36
4.4.2 Pengukuran Variabel Kualitas Tidur .............................................................. 36
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................................ 38
4.6 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................................. 39
4.6.1 Persiapan ........................................................................................................ 39

x
4.6.2 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 40
4.7 Rencana Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 40
4.7.1 Pengolahan Data ............................................................................................. 40
4.8 Rencana Analisis Data .......................................................................................... 41
4.8.1 Analisis Univariat ........................................................................................... 41
4.8.2 Analisis Bivariat ............................................................................................. 42
BAB 5 HASIL PENELITIAN...................................................................................... 43
5.1 Hasil Analisis Univariat ........................................................................................ 43
5.1.1 Usia................................................................................................................. 43
5.1.2 Kebiasaan Merokok........................................................................................ 43
5.1.3 Konsumsi Alkohol.......................................................................................... 44
5.1.4 Riwayat Keluarga dengan Hipertensi ............................................................. 44
5.1.5 Masa Kerja ..................................................................................................... 44
5.1.6 Gambaran Kualitas Tidur ............................................................................... 45
5.1.7 Gambaran Tekanan Darah .............................................................................. 46
5.2 Hasil Analisis Bivariat .......................................................................................... 47
5.2.1 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Pekerja Masinis Rute
Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 ............................................ 47
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................................... 48
6.1 Karakteristik Responden ....................................................................................... 48
6.1.1 Usia................................................................................................................. 48
6.1.2 Kebiasaan Merokok........................................................................................ 49
6.1.3 Konsumsi Alkohol.......................................................................................... 50
6.1.4 Riwayat Keluarga dengan Hipertensi ............................................................. 50
6.1.5 Masa Kerja ..................................................................................................... 51
6.2 Kualitas Tidur ....................................................................................................... 52
6.3 Tekanan Darah ...................................................................................................... 53
6.4 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah................................................ 55
6.5 Keterbatasan Penelitian......................................................................................... 56
6.6 Implikasi Keperawatan ......................................................................................... 57
6.6.1 Pelayanan Keperawatan ................................................................................. 57
6.6.2 Pendidikan Keperawatan ................................................................................ 59
6.6.3 Penelitian Keperawatan .................................................................................. 59
BAB 7 PENUTUP ......................................................................................................... 60
7.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 60
7.2 Saran ..................................................................................................................... 60

xi
Universitas Indonesia
7.2.1 Untuk Perusahaan ........................................................................................... 61
7.2.2 Untuk Pekerja atau Masyarakat...................................................................... 61
7.2.3 Untuk Perawat Komunitas ............................................................................. 61
7.2.4 Untuk Pendidikan Keperawatan ..................................................................... 61
7.2.5 Untuk Penelitian Selanjutnya ......................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 63

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia .......................................................................... 15
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah.......................................................................... 21
Tabel 2.3 Tekanan Darah Normal Berdasarkan Usia ................................................. 21
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................................... 30
Tabel 4.1 Dimensi Pertanyaan Kualitas Tidur PSQI .................................................. 37
Tabel 4.2 Variabel dalam Analisis Univariat .............................................................. 42
Tabel 4.3 Variabel dalam Analisis Bivariat ................................................................ 42
Tabel 5.1 Distribusi Responden Masinis Berdasarkan Usia Rute Jakarta Kota-Bogor
Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ................................................................................... 43
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Pada Responden Masinis Rute
Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ................................................... 43
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Alkohol Pada Responden Masinis Rute
Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ................................................... 44
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga dengan Hipertensi Pada Responden
Masinis Rute Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ............................ 44
Tabel 5.5 Distribusi Responden Masinis Berdasarkan Masa Kerja Rute Jakarta Kota-
Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ........................................................................ 44
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Responden Masinis Rute Jakarta
Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ............................................................... 45
Tabel 5.7 Distribusi Skor Kualitas Tidur Responden Masinis Rute Jakarta Kota-
Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ........................................................................ 45
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden Masinis Rute Jakarta Kota-
Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ........................................................................ 46
Tabel 5.9 Distribusi Sistolik & Diastolik Tekanan Darah Responden Masinis Rute
Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ................................................... 46
Tabel 5.10 Distribusi Tekanan Darah Responden Masinis Rute Jakarta Kota-Bogor
Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ................................................................................... 46
Tabel 5.11 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Responden
Masinis Rute Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75) ............................ 47

xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Dasar Menurut Maslow .............................................14

Gambar 2.2 Siklus Tidur ................................................................................................ 17

xiv
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori ............................................................................................. 28

Skema 3.1 Kerangka Konsep....................................................................................... ...29

xv
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian ............................................................................. xvii


Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan Responden ............................................... xx
Lampiran 3 Kuesioner A Demografi ......................................................................... xxi
Lampiran 4 Kuesioner B Kualitas Tidur (PSQI) ...................................................... xxii
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................................ xxiv
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian .............................................................................. xxv
Lampiran 7 Surat Pengantar..................................................................................... xxvi
Lampiran 8 Surat Keterangan Lolos Uji Etik ......................................................... xxvii
Lampiran 9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................... xxviii
Biodata Peneliti ........................................................................................................ xxix

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan teknologi modern dewasa ini berkembang pesat pada berbagai sektor
sebagai upaya menunjang kebutuhan hidup manusia. Modernisasi teknologi tidak
dapat dihindari khususnya pada masa transformasi industrialisasi dan globalisasi.
Meningkatnya penggunaan alat-alat , instalasi, mesin-mesin, bahan-bahan berbahaya
dan transportasi pun dapat menimbulkan dampak negatif bagi pekerja disamping
mempermudah suatu pekerjaan. Dampak tersebut dapat terjadi karena meningkatnya
kuantitas dan varietas sumber bahaya dari teknologi itu sendiri, salah satunya
penggunaan teknologi pada industri transportasi (Pusat data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Transportasi merupakan sarana teknologi yang sangat penting dalam kehidupan


manusia. Sebagai makhluk dinamis, manusia senantiasa terus bergerak dan berpindah
sebagai upaya memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Teknologi transportasi ini
sangat berkembang secara cepat, mulai dari transportasi darat, transportasi udara, dan
transportasi laut (Badan Penelitian dan Pengambangan Perhubungan, 2019). Namun,
Transportasi darat merupakan trasnportasi yang paling sering digunakan dan paling
banyak dipilih oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena transportasi darat merupakan
transportasi yang paling mudah dijumpai dan paling ekonomis daripada moda
transportasi lain. Salah satu contoh transportasi yang paling sering digunakan adalah
kereta api (Badan Pusat Statistik, 2016).

Industri transportasi darat seperti kereta khususnya Commuter line atau Kereta Rel
Listrik (KRL) merupakan model transportasi yang ramai digunakan. Kereta
commuter sudah menjadi andalan masyarakat perkotaan untuk mobilitas yang aman,
nyaman, dan bebas hambatan. Menurut Laporan Tahunan PT Kereta Commuter
Indonesia (KCI) pada tahun 2017 pertumbuhan penumpang meningkat sebesar
12,57% dari tahun sebelumnya 2016 yaitu 705.562 penumpang perhari dengan 881
perjalanan setiap harinya. Pada pertengahan tahun 2018, jumlah penumpang per
harinya pada hari kerja meningkat sebanyak 1.001.438 pengguna dengan puncak

1
Universitas Indonesia
2

pencapaiannya sebanyak 1.154.080 dalam satu hari. Hal ini menunjukan bahwa
industri transportasi ini menjadi tempat aktivitas yang ramai dan paling sering
dijumpai.

Jumlah penumpang pada tahun 2016 menurut jalur utama (Bogor, Bekasi, Tangerang,
dan Serpong) yaitu Rute Bogor merupakan rute yang menjadi penyumbang
penumpang terbesar dengan kontribusi penumpang sebesar 68,01% atau 190,8 juta
orang. Disusul dengan jumlah penumpang pada Rute Bekasi yaitu sebesar 13,48%
atau 37,8 juta penumpang, Rute Serpong 12,53% atau 35,1 juta penumpang, dan Rute
Tangerang menjadi rute yang berkontribusi terendah yaitu sebesar 5,98% atau 16,8
juta penumpang (Badan Pusat Statistik, 2016). Berdasarkan data tersebut terlihat
bahwa Rute Bogor yaitu dari Stasiun Bogor-Jakarta Kota memiliki jumlah
penumpang yang sangat besar. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi para
pekerjanya. Ditambah dengan target PT KCI yang akan terus menambah armada
kereta dari 900 unit menjadi 1.450 unit pada tahun 2019. Hal ini dilakukan karena
jumlah penumpang terus bertambah setiap tahun.

Peningkatan jumlah penumpang dan rencana penambahan armada KRL PT Kereta


Commuter Indonesia tentunya membuat para pekerjanya semakin sibuk dan memiliki
beban kerja yang berat. Tantangan dalam lingkungan pekerjaan tentunya akan
semakin bertambah. Tidak hanya itu, akan muncul banyak stresor yang menyebabkan
stres fisik maupun stres psikologis pada pekerjanya. Dengan masalah yang timbul
pada industri transportasi ini penggunaan teknologi saja tidak cukup, namun
diperlukan juga sumber daya manusia yang berkualitas demi menunjang
keberlangsungan aktivitas dan kegiatan yang ada dalam setiap perjalanan.

Menurut laporan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengenai data


investigasi kecelakaan perkeretaapian tahun 2010-2016, sumber daya manusia (SDM)
merupakan faktor ke-2 terbesar yang menjadi faktor penyebab utama kecelakaan
perkeretaapian yaitu sebesar 33%. Faktor pertama sebagai penyebab utama
kecelakaan pada kereta yaitu prasarana sebesar 41%. Disusul dengan Faktor sarana
sebesar 19%, Operasional 7%, dan faktor eksternal 0%.

Universitas Indonesia
3

Permasalahan sumber daya manusia pada pekerja dapat bersumber dari penyakit
akibat kerja dimana akan terjadi penurunan profitabilitas, produktivitas, efektivitas,
dan kualitas kesehatan maupun lingkungan pekerja. Masalah ini dapat terjadi karena
adanya faktor yang saling berkaitan. Menurut Kodrat (2011), faktor tersebut
diantaranya berhubungan dengan tingkat kelelahan, jadwal pergantian kerja (shift),
dan waktu kerja. Faktor-faktor ini akan memberi pengaruh secara langsung maupun
tidak langsung terhadap tingkat perhatian dan konsentrasi, kewaspadaan, performa
kerja, maupun kecermatan pekerja. Kodrat (2011) menyebutkan secara lebih spesifik
bahwa tingkat kecelakaan maupun penyakit akibat kerja berbanding lurus dengan
tingkat ketidakpuasan akibat shift kerja.

Banyak dampak yang akan dialami para pekerja PT KCI yang ditimbulkan dari sistem
kerja shift, salah satunya masalah tidur sebagai keluhan yang paling dirasakan ketika
berbicara mengenai shift kerja (Handayani, 2008; Agustin, 2012). Hal ini disebabkan
karena sistem shifting mempengaruhi pola tidur yang akan berlanjut menjadi
gangguan tidur. Menurut Mardon (2010), menyebutkan bahwa 60% sampai 70%
pekerja shift mengalami gangguan tidur dimana masalah ini tidak hanya dialami oleh
pekerja shift malam hari, melainkan seluruh pekerja yang menjalani sistem shifting
tersebut.

Menurut penelitian oleh Lestari (2009), kualitas tidur yang buruk terjadi pada 15
orang atau 60% pekerja shift malam yang ditandai dengan perasaan tidak segar dan
sekitar 18 orang atau 72% pekerja shift memiliki perasaan mengantuk berlebih saat
terjaga. Kerja shift menyebabkan perubahan pada irama sirkandian, sehingga
cenderung mengalami kelelahan akibat kurang tidur (Maurits & Widodo, 2008).
Penelitian Budnick et al terhadap 29 pekerja yang menggunakan sistem kerja shift
dilaporkan bahwa terdapat perilaku hampir 84% pekerja pernah tertidur saat bekerja
dan sekitar 50% pernah terjadi kesalahan atau kecelakaan karena kelelahan dan
rendahnya kewaspadaan akibat terganggunya irama sirkandian (Wahyuni, Sudarsono,
& Hardjono, 2003). Berdasarkan penelitian Isnamurti (2012) kesalahan yang
dilakukan masinis diakibatkan oleh beban kerja yang besar, kelelahan fisik dan
mental, dan pola dinasan yang tidak teratur dan berubah-ubah. Salah satu bentuk
kelelahan yang sering dialami masinis adalah rasa kantuk. Semakin tinggi tingkat

Universitas Indonesia
4

kantuk maka semakin besar tingkat risiko kejadian kesalahan yang dapat dilakukan
masinis.

Menurut data studi pendahuluan yang peneliti dapatkan, jadwal shift para masinis
berbeda-beda dan tidak bersifat rutinitas seperti pekerja atau karyawan kantor lainnya.
Dalam satu minggu atau 7 hari para masinis diharuskan bekerja kurang lebih 40 jam
demi memenuhi jam terbang masinis sesuai dengan peraturan direktur jendral kereta
PT KCI. Dalam satu minggu masinis diharuskan bekerja selama 6 hari dengan 1 hari
libur. Dalam satu hari atau satu kali dinas para masinis PT KCI diharuskan bekerja
kurang lebih 6 jam dengan waktu istirahat 10-15 menit saja. Data tersebut
membuktikan bahwa pekerja atau karyawan seperti masinis PT KCI menjadi pekerja
yang cukup sibuk dengan menggunakan sistem kerja shift. Ditambah dengan
seringnya jadwal perjalanan kereta PT KCI yang berubah-ubah seperti keterlambatan
yang terjadi saat kondisi jam berangkat atau pulang penumpang mengakibatkan
kejadian perpanjangan waktu kerja dari jam kerja normal (overtime). Pada kondisi
dan situasi tersebut jadwal kereta akan ditambah sebagai upaya kereta dapat
menampung seluruh penumpang. Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai
tingkat risiko kelelahan yang terjadi pada masinis kereta commuter line (KCI) rute
Bogor-Jakarta Kota didapatkan bahwa risiko kelelahan tertinggi terjadi pada
perpanjangan waktu kerja yang dapat menimbulkan kualitas tidur buruk. Ditambah
terdapat shift kerja masinis PT KCI mulai dari jam 4 pagi namun harus datang 1 jam
lebih awal yaitu pukul 3 pagi untuk pengecekan kereta yang meningkatkan rasa
kantuk pada masinis (Pramasari, Widjasena, Kurniawan, & Suroto, 2017).

Menurut penelitian lain, kualitas tidur juga menjadi subjek kesehatan yang
mempengaruhi terjadinya hiperaktifitas saraf simpatis dan penigkatan tekanan darah
yang disebabkan oleh terganggunya irama sirkadian. Irama sirkadian merupakan
ritme biologis selama 24 jam. Irama sirkadian tidak hanya mempengaruhi siklus
bangun dan tidur saja, namun juga mempengaruhi fugsi tubuh lainnya seperti fungsi
kardiovaskuler. Mekanisme yang menjadi dasar hubungan kualitas tidur yang buruk
dengan hipertensi diduga menjadi salah satu faktor yang saling mempengaruhi,
termasuk dengan peningkatan aktivitas sistem saraf (Knutson, 2010 dalam McGrath,
2014). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyakit pembuluh

Universitas Indonesia
5

darah yang tidak menimbulkan gejala, yang memiliki sebutan dengan penyakit silent
killer. Banyak dari penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi. World Health
Organization (WHO) memprediksi pada tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa di
seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Penyakit kardiovaskuler ini menempati
urutan ke-4 atau 15% dari penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, upaya yang telah dilakukan oleh pihak
perusahaan untuk meminimalisasi kecelakaan kerja adalah pemeriksaan tekanan
darah harian khususnya pada masinis sebelum melakukan dinas. Selain itu, setiap
tahunnya, PT KCI juga melakukan medical check up. Namun, dalam pelaksanaannya
ada beberapa pekerja yang sedang tidak fit seperti flu atau memiliki gangguan tekanan
darah, tetap diperbolehkan untuk berdinas demi memenuhi target karena ramainya
para penumpang setiap harinya.

Kesehatan para pekerja merupakan hal yang sangat krusial karena pekerja merupakan
aset bagi perusahaan. Namun, masih banyak perusahaan yang belum memperhatikan
kesehatan sumber daya manusianya sebagai hal yang krusial termasuk dengan
kesejahteraan dan kebutuhan kesehatan (Moehji, 2009). Menurut Udang-Undang
Republik Indonesia No.13 tahun 2003 mengenai ketenagakerjaan pasal 86
menyebutkan bahwa setiap pekerja atau karyawan memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya mewujudkan
keselamatan kerja dan produktivitas, serta menurunkan angka ketidakhadiran karena
sakit.

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang aman dari segala bahaya
dan sehat untuk pekerjanya, perusahaan atupun bagi lingkungan dan masyarakat
sekitar. Kondisi dan situasi yang dapat menimbulkan kecelakaan dalam pekerjaan
dapat dicegah melalui usaha keselamatan kerja dalam perusahaan. Keselamatan dan
kesehatan kerja memiliki fokus pada tenaga kerjanya yang memiliki ancaman dari
lingkungan kerja yang mempengaruhi risiko perubahan fisiologis dan psikologis para
pekerjanya. Jika sebuah perusahaan sudah melakukan upaya dan kebijakan dalam
keselamatan dan kesehatan kerja yang efisien dan efektif maka lebih sedikit pekerja
yang akan mengalami kecelakaan dan cedera serta penyakit jangka pendek ataupun

Universitas Indonesia
6

jangka panjang yang disebabkan oleh aktivitas di perusahaan (Allender & Spradley,
2005).

Perawat pekerja atau Occupational Health Nursing (OHN) adalah penyedia praktik
khusus untuk memberikan layanan kesehatan dan keselamatan kerja kepada
seseorang ataupun sekelompok pekerja. Perawat pekerja berfokus pada promosi dan
pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit dan cedera, serta perlindungan dari
pekerjaan dan bahaya lingkungan (Sines, Saunders, & Burford, 2009). Berdasarkan
pengertian dan fokus perawat pekerja tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji kesehatan kepada para pekerja PT KCI mengenai ada tidaknya penyakit
akibat kerja yang berhubungan dengan kualitas tidur seperti perubahan tekanan darah
yang tidak memiliki gejala dan sering diabaikan.

1.2 Rumusan Masalah


Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan sistem kerja shift di Indonesia. Hal
ini akan membuat perusahaan mendapatkan profit atau keuntungan yang lebih besar
karena jam produktifitas meningkat, tetapi di sisi lain perusahaan juga sedang
menghadapi risiko berbahaya yang mungkin muncul akibat gangguan tidur dan rasa
kantuk yang dirasakan para pekerja karena kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur
yang buruk akan membuat risiko kecelakaan kerja dan risiko penyakit akibat kerja
timbul menjadi lebih besar.

Salah satu perusahaan yang menggunakan sistem shift kerja adalah PT. Kereta
Commuter Indonesia (KCI). Dalam pelaksanaannya sistem kerja shift yang dijalankan
sering tidak sesuai jadwal karena adanya keterlambatan, adanya masalah pada kereta,
ataupun bertambahnya jumlah penumpang. Hal ini membuat pekerjanya sering
mengalami penambahan jam kerja (Overtime). Kebutuhan dasar tidur terganggu
karena jadwal yang tidak teratur sehingga membuat pola tidur tidak menentu. Selain
itu, kualitas tidur yang buruk juga akan memengaruhi tekanan darah sehingga
menurunkan konsentrasi dan performa kerja. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
tertarik untuk mengetahui adanya hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan
darah yang terjadi pada para pekerja shift yaitu masinis di PT. Kereta Commuter
Indonesia, rute Jakarta Kota-Bogor.

Universitas Indonesia
7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


Untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah
pekerja shift kereta commuter line rute Jakarta Kota-Bogor PT. KCI.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Teridentifikasinya data demografi pekerja kereta commuter line rute
Jakarta Kota-Bogor PT. KCI
b. Teridentifikasinya tekanan darah pekerja kereta commuter line rute
Jakarta Kota-Bogor PT. KCI
c. Teridentifikasinya kualitas tidur pekerja kereta commuter line rute Jakarta
Kota-Bogor PT. KCI
d. Teridentifikasinya hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah
pada pekerja shift yaitu masinis kereta commuter line rute Jakarta Kota-
Bogor PT. KCI

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Aplikatif


1.4.1.1 Bagi Perusahaan
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi data bagi pihak perusahaan mengenai
status kesehatan pekerja yaitu para masinis yang berhubungan dengan
kualitas tidur dan tekanan darah.
b. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan atau pihak terkait lainnya dalam
mengaplikasikan upaya promosi kesehatan dan perlindungan penyakit
akibat kerja yang berhubungan dengan kualitas tidur dan tekanan darah.
c. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan pihak perusahaan untuk
memberikan perhatian khusus terkait kualitas tidur pada pekerja masinis
sebagai upaya preventif perubahan tekanan darah.
1.4.1.2 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan untuk para
pekerja shift untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas tidurnya
dan juga bagi pihak-pihak terkait penentu kebijakan dalam penentuan
jadwal dan kebijakan lain yang terkait.

Universitas Indonesia
8

1.4.1.3 Bagi Pelayanan Keperawatan


Memberikan masukan pada pelayanan kesehatan agar memperhatikan
aspek promosi dan pencegahan terkait kesehatan serta keselamatan kerja
pada para pekerja shift.

1.4.2 Manfaat Keilmuan


1.4.2.1 Bagi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan bacaan
dan acuan untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu
pengetahun yang terkait dengan kualitas tidur dan tekanan darah
khususnya pada kesehatan kerja

1.4.2.2 Bagi Peneliti

Sebagai media untuk mendapatkan segala pengalaman serta pembelajaran


yang berharga untuk peneliti dalam rangka peningkatan pengetahuan
terkait serta pengembangan diri dalam bidang peneliti.

1.4.3 Manfaat Metodologi


Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan penelitian berikutnya
terkait kualitas tidur dan tekanan darah pada pekerja shift seperti masinis. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan upaya yang
tepat dalam meningkatkan atau memepertahankan kualitas tidur yang baik serta
tekanan darah pada pekerja.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pekerja Sebagai Agregat Berisiko

2.1.1 Definisi pekerja


Menurut UU NO. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan pekerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan barang
atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ataupun kebutuhan diri sendiri.
Penduduk usia kerja yang digolongkan ke dalam angkatan kerja merupakan penduduk
yang berumur 15 tahun atau lebih (Badan Pusat Statistik, 2008). Para pekerja akan
menghabiskan banyak waktu di tempat kerja untuk melakukan berbagai macam kegiatan
yang dapat mempengaruhi status kesehatan mereka. Menurut Stanhope dan Lancaster
(2014) pekerja merupakan salah satu agregat dalam masyarkat yang memiliki risiko
terhadap status kesehatan dan rentan terhadap penyakit akibat kerja serta risiko terjadi
kecelakaan kerja.

Risiko masalah kesehatan pada dewasa industri di lingkungan kerja dapat timbul pada
fisiologis maupun psikologis. Kondisi fisiololigis atau fisik meliputi terjadinnya
kecelakaan kerja yaitu seperti cidera yang disebabkan oleh pergerakan yang berulang,
kehilangan anggota badan atau nyawa, sakit pada otot atau sendi, sindrom karpaltunnel,
gangguan kardiovaskuler, berbagai jenis kanker seperti leukemia dan kanker paru-paru,
arthritis serta gangguan pernapasan lainnya (Stanhope & Lancaster, 2014). Masalah-
masalah lain yang terjadi sebagai akibat dari tidak amannya lingkungan pekerjaan bagi
kesehatan meliputi gangguan pernapasan, impotensi, kerusakan sistem syaraf pusat dan
brongkitis kronis (Allender & Spradley, 2005).

2.1.2 Definisi kerja shift


International Classification of Sleep Disorder menyatakan bahwa pekerja shift memiliki
risiko yang lebih besar terhadap macam-macam penyakit akibat kerja seperti penyakit
kardiovaskuler dan gastrointestinal. Kerja shift adalah pekerjaan yang memiliki jadwal
diluar kerja siang atau pada waktu normal manusia terjaga. Jadwal kerja shift bervariasi
antar tempat kerja. Para pekerja dapat digilir antar shift ataupun tetap pada satu shift
(Occupational Helath Clinics for Ontario Workers, 2005). International Labour
Organization (ILO) menyatakan bahwa pergantian jam kerja shift yang efektif adalah 8

9
Universitas Indonesia
10

jam selama satu shift (Syam, 2007). Dalam satu hari biasanya dibagi menjadi 3 shift yaitu:
shift pagi pada pukul 07.00-15.00, shift sore yaitu pukul 15.00-23.00, dan shift malam
23.00-07.00. Pada kerja shift PT. KCI jadwal shift para masinis berbeda-beda dan tidak
bersifat rutinitas seperti pekerja atau karyawan kantor lainnya. Dalam satu minggu atau 7
hari para masinis diharuskan bekerja kurang lebih 40 jam demi memenuhi jam terbang
masinis sesuai dengan peraturan direktur jendral kereta PT KCI. Dalam satu minggu
masinis diharuskan bekerja selama 6 hari dengan 1 hari libur. Dalam satu hari atau satu
kali dinas para masinis PT KCI diharuskan bekerja kurang lebih 6 jam dengan waktu
istirahat 10-15 menit saja. Namun secara garis besar dalam satu hari terdapat 4 shift dinas
yaitu: 02.33-08.00, 06.39-12.03, 15.41-21.01, dan 19.46-01.30.

2.1.3 Pengaruh kerja shift


Kerja dengan sistem shift dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas suatu
perusahaan atau memberikan suatu pelayanan yang maksimal bagi konsumen. Selain
memberikan dampak positif terhadap perusahaan, kerja shift juga akan berdampak negatif
bagi berbagai aspek khususnya bagi para pekerja. Maurits dan Widodo (2008)
menyatakan bahwa kerja shift dapat mempengaruhi fisiologis, psikososial, aspek kinerja,
dan aspek keselamatan kerja. Aspek fisiologi pekerja akan dipengaruhi karena
berubahnya jam biologis seseorang. Gangguan gastrointestinal dan kardiovaskuler
merupakan contoh gangguan yang akan timbul karena berubahnya jam biologis termasuk
waktu makan dan waktu tidur (Syam, 2007). Aspek psikososial bisa terpengaruh apabila
pekerja tidak bisa beradaptasi dengan baik sehingga menimbulkan stres kerja dan
kelelahan. Bagian lain seperti aspek kinerja pada pekerja dipengaruhi oleh fisiologis dan
psikologis pekerja yang dapat menyebabkan penurunan kualitas selama kerja shift.
Kemampuan atau kinerja seperti kewaspadaan dan ketelitian akan menurun sehingga
akan memicu terjadinya kesalahan atau kecelakaan kerja. Jika terjadi kecelakaan kerja,
tentunya akan berdampak bukan hanya bagi pekerja, tetapi berdampak juga pada
perusahaan dan konsumen.

2.1.4 Health Hazard Pekerja


Menurut Stanhope dan Lancaster (2014) ada tiga faktor yang mempengaruhi status
kesehatan para pekerja yaitu pekerja (host), lingkungan (environment), dan agent atau
health hazards. Pekerja sebagai host memiliki karakteristik yang terdiri dari jenis
kelamin, usia, riwayat penyakit, aktivitas di tempat kerja, status imunologi, gaya hidup,

Universitas Indonesia
11

etnik, dan budaya. Kedua lingkungan (environment) merupakan faktor yang


mempengaruhi antara host dan agent yang dikelompokan menjadi lingkungan fisik dan
psikologis. Ketiga agent atau health hazards adalah bahaya pajanan yang sering dikaitkan
dengan kondisi dan aktivitas yang dapat menyebabkan luka atau penyakit dari faktor
kimia, biologi, lingkungan mekanik dan psikologi yang ada pada tempat kerja.

Menurut Allender, Rector dan Warner (2014) ada lima faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan pekerja yaitu:

2.1.4.1 Faktor fisik

Kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti ventilasi yang kurang memadai
hingga menyebabkan seseorang sakit kepala, pusing mual, batuk, kelelahan akibat
kurang oksigen, serta iritasi pada mata, hidung, atau tenggorokan. Contoh lainnya
yang termasuk kedalam bahaya fisik diantaranya tanah ambles, fenomena cuaca,
kebisingan, radiasi, dan penglihatan.

2.1.4.2 Faktor kimia

Faktor kimia adalah bahan kimia di lingkungan pekerjaan yang dapat mengancam
keselamatan dan kesehatan kerja seperti industri pakaian, minyak tanah, cat,
bahan farmasi dan detergen. Faktor kimia ini memiliki kandungan zat beracun,
zat mudah terbakar, zat korosif, ledakan, polusi air, dan polusi udara.

2.1.4.3 Faktor biologi

Faktor biologi berupa organisme hidup yang ditemukan pada lingkungan kerja
seperti jamur, bakteri, dan virus. Selain itu faktor biologis bisa beruba zat infeksi,
serangga, hewan, dan tumbuhan. Bahaya biologis meliputi bulu binatang, tungau
debu, kecoa, dan serbuk sari. Bahaya biologis dapat menyebabkan cacar, campak,
malaria, demam, demam berdarah, serta penyakit kutu (Anderson & McFarlane,
2011).

2.1.4.4 Faktor Ergonomi

Faktor ergonomi adalah faktor mengenai bagaimana cara pekerja melakukan


pekerjaannya dan interaksi dilingkungan kerja. Contohnya berhubungan dengan

Universitas Indonesia
12

posisi dan mekanika tubuh saat mengoperasikan alat kerja, desain alat yang
kurang sesuai atau adanya repetisi gerakan tertentu seperti posisi berdiri dan
duduk secara terus-menerus dapat menyebabkan nyeri punggung (Oakley, 2008).

Selain itu, menurut OSHA dalam Guzik (2013) selain faktor ergonomi juga ada
faktor mekanik yaitu kecelakaan atau cedera yang berhubungan dengan
penggunaan alat atau mesin.

2.1.4.5 Faktor psikososial

Faktor psikososial adalah perilaku, nilai-nilai, dan tantangan yang ada di


lingkungan pekerja. Contohnya adalah target yang ditetapkan dalam jangka waktu
tertentu, shift kerja, berhubungan dengan publik, kerja berulang, serta tanggung
jawab yang tinggi yang dapat meningkatkan rasa stres dan kelelahan (OSHA,
2002 dalam Guzik, 2013).

Berdasarkan paparan di atas disimpulkan hal yang dapat menggaggu dan menjadi faktor
yang mempengaruhi kesehatan masinis diantaranya faktor fisik seperti kebisingan kereta,
cuaca panas, kecelakaan karena sarana dan prasana; faktor biologi seperti virus atau
bakteri yang terdapat pada penumpang mengingat jumlah penumpang yang selalu
meningkat setiap tahun; faktor ergonomi seperti posisi masinis dalam mengemudikan
kereta; dan faktor psikososial yaitu sistem kerja shift yang tidak teratur, tanggung jawab
yang tinggi, berhubungan dengan publik atau orang banyak, serta kerja berulang yang
dapat meningkatkan rasa stress (Stanhope & Lancaster, 2014).

Sedangkan menurut Husni (2003) terdapat 4 faktor risiko yang dapat menimbulkan
masalah pada pekerja, yaitu:

a. Faktor manusia, contohnya seperti kurangnya pengetahuan atau keterampilan


mengenai pekerjaan yang digeluti serta kesalahan penempatan tenaga kerja.
b. Faktor material dan peralatan, seperti material yang seharusnya dibuat dari bahan
baja namun dibuat oleh material lain yang lebih murah sehingga menyebabakan
kecelakaan kerja.

Universitas Indonesia
13

c. Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, seperti kurangnya cahaya, ventilasi
tidak memadai, sirkulasi udara yang tidak lancar dan suasana yang tidak
mendukung.
d. Faktor sumber bahaya, seperti melakukan tindakan bahaya misalnya metode kerja
yang keliru, sikap kerja abai serta tidak memakai alat pelindung diri. Kondisi atau
keadaan bahaya, misalnya seperti pekerjaan yang membahayakan serta
lingkungan kerja yang tidak aman.

2.2 Konsep Tidur

2.2.1 Definisi tidur


Tidur dianggap sebagai keadaan tidak sadar atau perubahan dari status kesadaran yang
membuat reaksi dan persepsi individu terhadap lingkungan sekitarnya mengalami
penurunan (Berman, Synder, Kozier, & Erb, 2008). Tidur mengacu pada keadaan
kesadaran yang berubah dimana seseorang mengalami aktivitas fisik minimal dan
memperlambat proses fisiologis tubuh (DeLaune & Ladner, 2016). Tidur memiliki
karakterik seperti aktivitas fisik yang minimal, perubahan pada proses fisiologis tubuh,
tingkat kesadaran yang bervariasi, dan penurunan terhadap stimulus eksternal (Berman,
Synder, Kozier, & Erb, 2008). Tidur yang sehat diartikan sebagai pola tidur-bangun
multidimensional yang disesuaikan dengan individu, sosial, dan lingkungan yang akan
meningkatkan kesehatan fisik dan mental (Buysse, 2014).

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia
merupakan komponen-komponen yang menjadi dasar manusia untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatannya. Pada gambar 2.1 sesuai dengan teori kebutuhan dasar
manusia menurut Maslow, kebutuhan tidur memiliki kedudukan sama dengan kebutuhan
dasar lainnya seperti bernapas, makan, dan minum.

Universitas Indonesia
14

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Dasar Menurut Maslow


Sumber: Hidayat, Aziz (2006)

2.2.2 Fungsi tidur


Secara umum, tidur memiliki fungsi sebagai berikut:

• Salah satu komponen kebutuhan dasar manusia.


• Dapat memperoleh kembali energi dan membangun kembali stamina.
• Fungsi restorative yaitu diperlukan untuk pemulihan fisiologis dan psikologis.
• Menjadi waktu untuk mengembalikan tingkat keseimbangan dan aktivitas normal
diantara bagian-bagian sistem saraf.
• Diperlukan sebagai sintesis protein yang diperlukan untuk perbaikan sel.
• Untuk kesejahteraan psikologis dan mental. Orang dengan jumlah tidur kurang
dari kebutuhan cenderung mdah tersinggung, konsentrasi menurun, dan
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan.

2.2.3 Kebutuhan Tidur


Kebutuhan tidur yang dimiliki oleh manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Tabel 2.1 merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.

Universitas Indonesia
15

Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur


0-2 bulan Neonatus 16-18 jam/hari
3-12 bulan Infant 12-14 jam/hari
1-3 tahun Toddler 11-14 jam/hari
3-5 tahun Pra-sekolah 11-12 jam/hari
5-12 tahun Sekolah 10-11 jam/hari
12-18 tahun Remaja 9-10 jam/hari
20-65 tahun Dewasa 7-9 jam/hari
65 tahun ke atas Lansia 6 jam/hari
Sumber: Berman, Snyder, & Frandsen (2016)

2.2.4 Tahapan tidur


Dalam prosesnya, tahapan tidur seseorang melibatkan 2 fase berdasarkan
elektrofisiologisnya yaitu 1). Non-rapid eye movement (NREM) atau tidur gelombang
lambat; 2). Rapid eye movement (REM) atau tidur paradoksal.

a. NREM atau tidur gelombang lambat


Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau juga dikenal
dengan tidur nyenyak. Dalam fase ini tidur dalam keadaan yang tenang dan dapat
menurunkan fisiologis manusia. Gelombang otak bergerak sangat lambat
sehingga membuat tidur tanpa mimpi. Memiliki karakteristik istirahat penuh,
frekuensi nadi dan pernapasan melambat, pergerakan bola mata melambat, dan
metabolisme menurun. Ada 4 tahap NREM yaitu:
• Tahap 1 (Awal tidur)
Tahap 1 merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut: perlambatan respirasi dan otot-otot mulai rileks, merasa
sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, dan bola mata bergerak dari
satu sisi ke sisi lain. Pada tahap ini merupakan tahapan yang paling ringan
pada saat tidur sehingga orang yang terbangun pada tahap ini tidak merasa
tidur sama sekali. Durasi pada tahap ini memiliki durasi selama 5 menit.

Universitas Indonesia
16

• Tahap II (Tahap tidur ringan)


Tahap II merupakan tahap tidur ringan dengan ciri: mata tetap bergerak
dari sisi ke sisi, denyut jantung dan pernapasan sedikit menurun, dan
terjadi penurunan suhu tubuh. Tahap ini berlangsung selama 10-15 menit.
• Tahap III (Tidur gelombang lambat)
Tahap III merupakan tahap tidur dengan karakteristik denyut jantung,
frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya melambat yang disebabkan oleh
dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
• Tahap IV (Tidur mendalam)
Tahap IV merupakan tidur dengan karakteristik frekuensi denyut jantung
dan napas menurun sebesar 20-30%, jarang bergerak dan sulit untuk
dibangunkan, gerak bola mata cepat dan berputar, serta menurunnya
konsumsi oksigen oleh jaringan otot dan produksi urin menurun. Pada
tahap ini biasanya terjadi mimpi.
b. REM atau tidur paradoksal
Tidur paradoksal merupakan tidur yang terjadi tidak setenang tidur gelombang
lambat atau NREM. Tidur paradoksal atau REM biasanya terjadi selama 5 sampai
30 menit. Tidur paradoksal atau REM dikarakterisasi oleh gelombang cepat yang
tidak beraturan seperti pada tahapan 1 tidur gelombang lambat atau NREM. Tidur
paradoksal atau REM memiliki karakteristik pergerakan bola mata yang cepat,
pernapasan yang tidak teratur, perubahan pada denyut jantung, sulit dibangunkan
bahkan dapat bangun secara spontan, sekresi lambung meningkat, dan tonus otot
yang sangat rendah. Mimpi pada tidur paradoksal biasanya terjadi secara aktif.

Universitas Indonesia
17

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Siklus tidur


Sumber: Hidayat, Aziz. A. (2006)

Normalnya, siklus tidur dapat berulang dari empat hingga enam siklus yang
membutuhkan waktu sekitar 7 hingga 8 jam untuk orang dewasa. Seseorang yang
terbangun pada tahap tidur apapun akan mengulang dari tahap NREM I jika ia
tertidur lagi.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur


Kuantitas tidur dan kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut DeLaune dan
Ladner (2016):

a. Tingkat kenyamanan

Ketika kebutuhan dasar tidak terpenuhi, manusia mengalami ketidaknyamanan yang


mengarah pada ketegangan fisiologis, kecemasan, dan gangguan potensial dalam
tidur atau istirahat.

Universitas Indonesia
18

b. Stres Psikologi

Kondisi psikologis dapat terjadi pada manusia akibat ketegangan yang dimiliki.
Tubuh dan pikiran gelisah mengganggu kemampuan untuk tidur. Ketika mencoba
untuk tidur, individu akan memiliki pikiran yang mengganggu dan ketegangan otot
sehingga berdampak pada istirahat dan tidurnya. Stres ini berhubungan dengan
kecemasan dengan tekanan pekerjaan, tuntutan keluarga, atau kondisi sosial.

c. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang mendukung serta aman dan nyaman dapat meningkatkan
proses terjadinya tidur dan kualitas tidur yang baik. Lingkungan seperti cahaya yang
terang, suaru gaduh, dan kebersihan akan mempengaruhi tidur seseorang.

d. Gaya Hidup

Kehidupan yang serba cepat disertai stress dapat mengakibatkan ketidakmampuan


seseorang untuk bersantai dengan mudah atau untuk tertidur dengan cepat. Faktor
gaya hidup yang mengganggu tidur seperti memiliki jadwal kerja yang tidak
bertepatan dengan jam biologis manusia (misalnya bekerja dengan jadwal shift) dan
memiliki beban kerja yang berat. Hal ini berkaitan dengan aktifitas fisik seseorang
sehari-hari yang dikerjakan. Menurut penelitian Nuryanti (2016) 91 pekerja shift
(89,2%) dari 102 pekerja yang memiliki aktivitas berat mengalami kualitas tidur yang
buruk. Seseorang yang memiliki perubahan shift kerja memiliki tantangan dalam
mencoba menstabilkan jam biologis dan waktu istirahatnya yang selalu berubah-ubah.

e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada seseorang dapat mempercepat proses terjadinya


tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat proses tidur karena mengandung
tryptophan yang merupakan asam amino dari protein. Demikian sebaliknya, jika
asupan nutrisi yang kurang dapat menyebabkan seseorang sulit tidur. Jenis makanan
dan minuman juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seperti makanan pedas dan
minuman berkafein.

Universitas Indonesia
19

f. Obat dan bahan lain

Obat dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat memengaruhi
proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic yang dapat menyebabkan insomnia,
anti depresan yang dapat menekan REM, kafein yang dapat meningkatkat saraf
simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, dan golongan narkotik yang dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk. Banyak obat yang menyebabkan
kelelahan, rasa kantuk, gelisah, agitasi, atau insomnia, sehingga mempengaruhi
kualitas tidur.

g. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat
memperbesar frekuensi tidur seperti infeksi limpa yang membutuhkan banyak tidur
untuk mengatasi keletihan. Namun, ada pula sakit yan akan mempengaruhi kualitas
tidur seseorang seperti penyakit yang menimbulkan nyeri sehingga individu menjadi
sulit untuk tidur.

h. Norma budaya

Norma budaya dan sosial mempengaruhi tidur. Beberapa orang memnganggap tidur
sebagai sesuatu yang istimewa dan akan tidur jika mereka tidak terlalu sibuk dengan
kegiatan penting. Sedangkan lainnya meilhat tidur sebagai kebutuhan yang mutlak.
Tidur dipengaruhi oleh sikap keluarga dan budaya.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan hal yang dapat menggaggu dan menjadi
faktor yang mempengaruhi tidur masinis diantaranya tingkat kenyamanan seperti
ketegangan setelah selesai berdinas dan tidak memiliki waktu istirahat yang cukup, stress
psikologi masinis terhadap pekerjaan atau lingkungan kerjanya, gaya hidup dari seorang
masinis itu sendiri seperti kebiasaan bergadang atau asupan nutrisi yang buruk, kebiasaan
mengkonsumsi kopi dan merokok, serta penggunaan obat. Selain itu, riwayat penyakit
yang dimiliki oleh masinis juga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
(DeLaune & Ladner, 2016).

Universitas Indonesia
20

2.2.6 Kualitas Tidur


Kualitas tidur adalah gambaran subjektif individu yang mampu mendeskripsikan
mengenai kemampuan untuk mempertahankan waktu tidur serta tidak adanya gangguan
yang dimiliki selama tidur berlangsung. Kualitas tidur secara subjektif dapat diukur
dengan menggunakan kuesioner standar. Kualitas tidur juga diartikan sebagai keadaan
tidur yang dialami seseorang dapat menghasilkan kebugaran dan kesegaran setelah
terbangun dari tidurnya. Menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang diartikan baik
apabila tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah
dalam tidurnya. Kualitas tidur yang baik memiliki ciri seperti perasaan tenang di pagi
hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan selama tidur. Sedangkan kualitas
tidur yang buruk dapat dilihat dari ekspresi wajah yaitu area gelap disekitar mata,
konjungtiva kemerahan, dan mata terlihat cekung. Terlihat juga tanda-tanda keletihan
setelah tidur, rasa kantuk setelah tidur seperti menguap, mual dan pusing, serta
penglihatan yang kabur. Selain itu, tanda psikologis juga akan terlihat seperti kelelahan,
konsentrasi menurun, menarik diri, apatis dan malas berbicara, daya ingat berkurang,
serta kemmapuan untuk membuat keputusan menurun.

2.2.6.1 Cara ukur Kualitas Tidur

Pengkajian kualitas tidur dapat dilakukan dengan instrument kuesioner The Pithsburgh
Sleep Quality Index (PSQI) yang mencangkup waktu yang dibutuhkan untuk tidur (sleep
latency), lama waktu tidur (sleep efficiency), gangguan tidur di malam hari (sleep
disturbance), penggunaan obat-obatan, gangguan saat siang hari, dan kualitas tidur
subjektif (subjective sleep quality) (University of Pittsburgh, 2011).

2.3 Konsep Tekanan Darah

2.3.1 Definisi tekanan darah


Tekanan darah adalah salah satu tanda vital yang menjadi acuan penting untuk menilai
sistem sirkulasi. Tekanan darah merupakan tekanan yang ada pada darah pada pembuluh
darah arteri saat darah dipompa dan dialirkan oleh jantung ke seluruh tubuh. Tekanan
darah dibagi menjadi 2 bagian yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah
sistolik merujuk pada tekanan pada pembuluh darah akibat kontraksi jantung yaitu saat
jantung memompa. Sedangkan tekanan darah diastolik mengacu pada saat tekanan
pembuluh darah terjadi saat jantung berelaksasi (Smeltzer & Bare, 2002).

Universitas Indonesia
21

2.3.2 Klasifikasi tekanan darah


Menurut Joint National Committee on prevention, detection, evaluation and tritment of
high blood pressure (JNC) klasifikasi tekanan darah usia dewasa yaitu:

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg


Hipotensi < 100 < 60
Normal 100-120 60-80
Pra-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 ≥ 100
Sumber: American Heart Association

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah


a. Usia

Tekanan darah pada setiap individu dapat berbeda-beda sesuai dengan usianya. Tekanan
darah cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini bisa dilihat
berdasarkan tabel di bawah.

Tabel 2.3 Tekanan Darah Normal Berdasarkan Usia

Usia Tekanan Darah Normal (mmHg)

1 bulan 85/54
1 tahun 95/65
10-13 tahun 110/65
6 tahun 105/65
14-17 Ahun 120/75
>18 tahun <120/80
Sumber: Potter & Perry (2009)

b. Jenis Kelamin
Perempuan cenderung memiliki tekanan darah lebih rendah daripada laki-laki yang
sudah pubertas. Hal ini terjadi karena pengaruh hormone pada perempuan yang
belum mengalami menopause menyebabkan tekanan darah cenderung lebih rendah

Universitas Indonesia
22

(Kozier, Snyder, Berman, & Glenora, 2010). Oleh karena itu, laki-laki dewasa
biasanya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.
c. Ras dan Etnik
Ras Afrika-amerika cenderung memiliki risiko hipertensi lebih tinggi daripada ras
Eropa. Pada ras Afrika-amerika hipertensi berat banyak ditemukan pada usia muda
dan berisiko mengalami komplikasi. Genetic dan lingkungan dapat memengaruhi hal
tersebut (Potter & Perry, 2009).
d. Stres
Kondisi stress dapat memicu terjadinya aktivasi saraf simpatis sehingga
menyebabkan penyempitan pembuluh darah (vasokontriksi) yang dapat
memengaruhi peningkatan tekanan darah. Bukan hanya itu, jatung juga akan
berdetak lebih cepat dan lebih kuat (Kozier, Snyder, Berman, & Glenora, 2010).
e. Aktivitas fisik
Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat meningkatkan tekanan
darah seletah olahraga dilakukan. Untuk itu, pada umumnya pengukuran tekanan
darah dilakukan sekita 30 menit setelah istirahat agar hasil pengukuran yang didapat
dipercaya.
f. Obesitas
Memiliki berat badan melebihi berat badan ideal merupakan faktor predisposisi
hipertensi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Indeks masa tubuh (IMT).
Obesitas dapat menyebabkan risiko peningkatan tekanan darah melalui beberapa
cara. Salah satunya pada obesitas dapat meningkatkan klasifikasi arteri koroner yang
menjadi tanda terdapat aterosklerosis (Cassidy, et al, 2005 dalam Narkiewicz, 2006).
g. Obat-obatan
Obat-obatan dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah. Obat antihipertensi,
obat jantung, dan analgesic opioid dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan obat
vasokonstriktor dapat meningkatkan tekanan darah (Potter & Perry, 2009).
h. Suhu
Peningkatan suhu seperti demam dapat memengaruhi tekanan darah. Pada saat
demam, tubuh akan merespon dengan vasodilatasi yang bertujuan untuk menurunkan
suhu tubuh sehingga hal ini juga menyebabkan penurunan tekanan darah. Begitu juga

Universitas Indonesia
23

sebaliknya, suhu dingin data menyebabkan vasokontriksi dan meningkatkan tekanan


darah (Kozier, Snyder, Berman, & Glenora, 2010).

2.3.4 Pengukuran tekanan darah


Pengukuran dan pengecekan tekanan darah dapat dilakukan melalui 2 metode yaitu secara
langsung dan secara tidak langsung (Smeltzer & Bare, 2010). Pengukuran secara
langsung merupakan metode yang dilakukan dengan memasukan kateter arteri ke dalam
pembuluh darah. Metode ini biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami
pembedahan jantung. Sedangkan pengukuran tidak langsung dilakukan menggunakan
alat dan bersifat tidak invansif. Metode ini merupakan metode yang paling sering
digunakan. Alat yang digunakan adalah spigmomanometer air raksa, manometer aneroid
yang dikalibrasi, dan manset. Manset yang digunakan harus sesuai dengan ukuran lengan
sehinnga dapat melingkari lengan setidaknya dua pertiga lengan kecuali pada anak yaitu
harus melingkari seluruh lengan (Smeltzer & Bare, 2010).

Pengukuran tekanan darah dengan metode tidak langsung dilakukan dengan


membalutkan manset pada lengan atas setelah melakukan pengecekan letak nadi
brachialis sebelumnya). Setelah itu, manset dipompa hingga tekanan dalam manset naik
sesuai dengan denyut nadi radial menghilang. Hilangnya denyut nadi radial menunjukan
bahwa tekanan darah sistolik telah dilampaui dan arteri brachialis sudah menutup.
Selanjutnya, tekanan dalam manset ditambahkan 20-30 mmHg di atas batas hilangnya
denyut nadi pada arteri radialis lalu manset dikempiskan secara perlahan dengan
kecepatan sekitar 3 mmHg/detik dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun
palpasi (Kozier, Snyder, Berman, & Glenora, 2010).

Pembacaan auskultasi menggunakan stetoskop dilakukan dengan menempelkan


diafragma pada arteri brachialis yang berada tepat di bawah lipatan siku (antecubital).
Berikutnya, telinga mendengarkan bunyi yang berdetak pertama pada saat manset
dikempiskan . Bunyi yang muncul pada detakan pertama menunjukan tekanan sistolik.
Bunyi atau detakan tersebut terjadi bersamaan dengan detak jantung dan akan terus
terdengar hingga tekanan manset turun di bawah tekanan diastolic. Tekanan diastolik
merupakan bunyi yang akan terdengar terakhir. Pada saat bunyi terakhir terdengar maka
tekanan darah diastolik sudah dilampaui (Kozier, Snyder, Berman, & Glenora, 20010).
Pembacaan secara palpasi atau perabaan dilakukan pada arteri radialis atau arteri

Universitas Indonesia
24

brachialis saat manset dikempiskan. Saat denyut teraba untuk pertama kali menunjukan
tekanan sistolik. Teknik palpasi sulit untuk dilakukan karena hanya tekanan sistolik saja
yang dapat terbaca.

Menurut Smeltzer dan Bare (2010) prosedur pengukuran darah yaitu: kondisi saat
pengukuran tekanan darah sebaiknya tidak mengkonsumsi kafein atau merokok selama
30 menit sebelum pemeriksaan, tidak melakukan kegiatan kurang lebih selama 30 menit,
pasien duduk dengan kedua lengan bebas setinggi jantung.

2.4 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah


Menurut Berman, Snyder, dan Frandsen (2016) kebutuhan tidur usia dewasa adalah 7-9
jam perhari. Gaya hidup seseorang seperti durasi tidur yang sedikit atau berlebihan
perhari dapat mempengaruhi secara signifikan kejadian penyakit kardiovaskuler dan
sindrom metabolik (Hermida, et all. 2012). Manalu (2012) mengatakan menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Redline dan Javaheri dari Case Western Reverse
School of Medicine Cleveland tahun 2010 bahwa gangguan tidur termasuk waktu tidur
dan kualitas tidur yang buruk akan menimbulkan potensi peningkatan tekanan darah.

Istirahat dan tidur merupakan salah satu kebutuhan esensial manusia yang mempengaruhi
fungsi tubuh. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis. Dampak fisiologis
meliputi penurunan aktivitas fisik sehari-hari, rasa capai, lemah, kondisi neuromuscular
yang buruk, proses penyembuhan menjadi lambat, daya tahan tubuh menurun, dan
ketidakstabilan tanda vital seperti tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan pengaruh kerja
shift yang dilakukan pada pekerja sehingga mengubah irama sirkadian. Ritme sirkadian
tubuh atau jam biologis tubuh ini diatur ulang setiap 24 jam oleh isyarat lingkungan
seperti cahaya dan kegelapan. Tubuh manusia diharapkan aktif selama siang hari dan tidur
ketika malam hari sehingga memungkinkan untuk memulihkan dan menggisi energi yang
sudah digunakan. Bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari merupakan aktivitas
yang berlawanan dengan jam normal biologis tubuh sehingga kerja shift mempengaruhi
ritme sirkadian pada seseorang. Menurut Mardon (2010), menyebutkan bahwa 60%
sampai 70% pekerja shift mengalami gangguan tidur dimana masalah ini tidak hanya
dialami oleh pekerja shift malam hari, melainkan seluruh pekerja yang menjalani sistem
shifting tersebut. Menurut penelitian oleh Lestari (2009), kualitas tidur yang buruk terjadi

Universitas Indonesia
25

pada 15 orang atau 60% pekerja shift malam yang ditandai dengan perasaan tidak segar
dan sekitar 18 orang atau 72% pekerja shift memiliki perasaan mengantuk berlebih saat
terjaga. Kerja shift menyebabkan perubahan pada irama sirkadian, sehingga cenderung
mengalami kelelahan akibat kurang tidur (Maurits & Widodo, 2008).

Kualitas tidur yang buruk akan menyebabkan tubuh mengalami stres fisiologis sehingga
dapat merangsang sistem saraf simpatis. Ketika saraf simpatis teraktivasi, maka
noreepinepfrin akan dilepaskan kedalam aliran pembuluh darah sehingga menimbulkan
efek vasokonstriksi yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Jika kondisi stress
fisiologis ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama (kronik), maka akan terjadi
peningkatan tekanan darah yang bermakna. Menurut penelitian lain, kualitas tidur juga
menjadi bagian dari kesehatan yang dapat menimbulkan adanya penigkatan tekanan darah
dan hiperaktifitas saraf simpatis yang terjadi karena masalah irama sirkadian. Faktor yang
diduga menjadi mekanisme peningkatan tekanan darah termasuk dengan peningkatan
aktivitas sistem saraf salah satunya adalah kualitas tidur yang buruk (Knutson, 2010
dalam McGrath, 2014).

2.5 Perawat Kesehatan Kerja

2.5.1 Definisi perawat kesehatan kerja


Occupational Health Nursing (OHN) merupakan penyedia praktik khusus untuk
memberikan layanan kesehatan dan keselamatan kerja kepada individu ataupun
sekelompok pekerja. Perawat kesehatan kerja berfokus pada promosi dan pemulihan
kesehatan, pencegahan penyakit dan cedera, serta perlindungan dari pekerjaan dan bahaya
lingkungan (Sines, Saunders, & Burford, 2009). Menurut Allender, Rector, dan Wanner
(2014) perawat kesehatan kerja akan berkolaborasi dengan tim kesehatan dan
keselamatan lain untuk memantau kesehatan dan melindungi pekerja dari lingkungan
kerja.

2.5.2 Klasifikasi dan domain perawat kesehatan pekerja


Menurut The American Association of Occupational Health Nurses (AAOHN) dalam
Guzik (2013) mengatakan bahwa seseorang yang akan menjadi perawat kesehatan kerja
harus lulus dari program keperawatan professional yang terakreditasi, memiliki lisensi
dan terdaftar sebagai perawat professional, memiliki pengalaman minimal 2 tahun di
tempat perawatan primer, dan memiliki gelar sarjana. Selain itu, perawat kesehatan kerja

Universitas Indonesia
26

juga memiliki beberapa domain dalam praktiknya (Sines, Saunders, & Burford, 2009),
yaitu:

a. Domain professional
Domain ini lebih menekankan pada profesionalitas para pekerja. Contohnya, di
salah satu perusahaan yang mengharuskan para pekerjanya memiliki tinggi badan
minimal 160 cm serta tidak memiliki gangguan pada matanya.
b. Domain manajerial
Domain penggabungan praktik perawat dan kebijakan yang berfokus pada sumber
daya manusia termasuk kebijakan dan strategi manajemen kehadiran pekerja.
Dalam hal ini, perawat kesehatan kerja akan merancang program pemulihan yang
menfasilitasi keberhasilan dan produktivitas pekerja. Misalnya, jika ada pekerja
yang sakit jangka Panjang maka perawat pekerja harus memberikan pendapat
mengenai jam kerjanya.
c. Domain lingkungan
Domain yang berfokus pada pengkajian risiko dan kesehatan yang berkaitan
dengan lingkungan kerja seperti paparan agen pernapasan, vetilasi pembuangan
bahan kimia, kebisingan, paparan suhu panas, dan lain-lain. Penanganan yang
diberikan diperuntukan bagi adaptasi pekerja yang bekerja pada lingkungan yang
berisiko.
d. Domain pendidikan
Domain ini berfokus pada edukasi dan promosi kesehatan kepada manajer dan
pekerja yang berkaitan dengan beberapa isu kesehatan di tempa kerja.

2.5.3 Peran perawat kesehatan kerja


Menurut Guzik (2013) peran perawat kesehatan kerja yaitu:

a. Sebagai pengkaji kesehatan.


b. Sebagai pengelola kasus yang berada di lingkungan kerja.
c. Mempromosikan dan melakukan Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
risiko kerja dan kesehatan pekerja.
d. Konsultan konseling dari krisis.
e. Pengawasan hazard dan kesehatan.
f. Pencegahan cedera.

Universitas Indonesia
27

g. Manajemen cedera dan penyakit yang berhubungan dengan cedera.

Peran perawat kesehatan kerja menurut Stanhope dan Lancaster (2014) terdiri dari tiga
tingkatan. Pertama yaitu pencegahan primer dengan promosi kesehatan. Kedua
pencegahan sekunder dengan pelayanan langsung saat awal penemuan penyakit, dan
identifikasi risiko masalah kesehatan pekerja. Ketiga pencegahan tersier yang berupaya
dalam rehabilitasi status kesehatan pekerja dengan tujuan dapat mengembalikan
produktifitas dan kualitas hidup pekerja bersama keluarga. Dalam hal ini peran perawat
pekerja pada perusahaan transportasi seperti PT. KCI yang menggunakan sistem kerja
shift memiliki peranan yang sangat penting. Perawat pekerja memiliki tugas untuk
mengkaji kesehatan para pekerja yang bisa ditimbulkan oleh lingkungan ataupun sistem
kerjanya, mengontrol status kesehatan para pekerjanya, dan mengelola kasus yang dapat
menimbulkan penyakit atau kecelakaan pada para pekerja yang dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi perusahaan dan penentuan kebijakan.

Universitas Indonesia
28

2.6 Kerangka Teori

Pekerja sebagai Agregat Berisiko Tidur

• Host Determinan Tidur:


• Lingkungan • Fungsi Tidur
• Tingkat
• Health Hazards: Fisik, • Kebutuhan
Kenyamanan
Kimia, Biologi, Ergonomi, Tidur
• Stres
Psikososial • Tahapan Tidur
• Lingkungan
• Kerja Shift • Kualitas Tidur
• Gaya Hidup
• Nutrisi
• Obat dan bahan lain
• Penyakit
• Norma dan Budaya
• Pengukuran
Determinan Tekanan Darah:
Tekanan
• Jenis Kelamin Darah
• Ras dan Etnik • Klasifikasi
• Faktor stres Tekanan
• Aktivitas Fisik Darah
• Obat-obatan
Tekanan Darah
• Obesitas
• Suhu
Peran Perawat Kesehatan Kerja

Modifikasi dari: Allender & Spradley


(2005); Allender, Rector, & Wanner
(2014); Anderson & McFarlane, 2011);
Klasifikasi dan DomainPerawat
Berman, Synder, Kozier, & Erb, 2008); Kesehatan Kerja
Berman, Snyder, & Frandsen (2016);
DeLaune & Ladner (2016); Guzik (2013);
Hidayat, (2006); Kozier, Snyder, Berman,
& Glenora, (2010); Maurits & Widodo Perawat Kesehatan Kerja
(2008); Oakley, (2008); Potter & Perry
(2009); Sines, Saunders, & Burford,
(2009); Smeltzer & Bare, (2010); Skema 2.1 Kerangka Teori
Stanhope & Lancaster (2014).

Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan sebagian dari kerangka teori yang dibuat menjadi bentuk
diagram untuk menginterpretasi hubungan variabel yang akan diteliti dan variabel lain
yang berkaitan (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Variabel ini terdiri dari variabel
independen (bebas) yaitu kualitas tidur dan variabel dependen (terikat) yaitu tekanan
darah. Adapun variabel lainnya yang menjadi faktor perancu dalam penelitian ini yaitu
usia, indeks masa tubuh, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan keturunan hipertensi
(Skema 3.1).

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Tidur Tekanan Darah

Variabel Perancu:
1. Usia
2. Kebiasaan Merokok
3. Riwayat Keluarga dengan
hipertensi
4. Konsumsi Alkohol
5. Masa kerja

Keterangan:
= hubungan yang diteliti
= hubungan yang tidak diteliti

Skema 3.1 Kerangka Konsep

29
Universitas Indonesia
30

3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sementara peneliti dari pertanyaan penelitian mengenai
hubungan yang diharapkan dari variabel yang akan diteliti sehingga perlu diuji
kebenarannya (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Berdasarkan hasil tinjauan pustaka, kajian
teori, kajian berpikir, dan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian,
yaitu adanya hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada masinis PT KCI
rute Jakarta Kota-Bogor.

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
Ukur
Variabel Independen
Kualitas Tidur Kepuasaan yang Kuesioner Pengisian Kusioner 1. Buruk: skor Ordinal
dirasakan selama tidur, Pittsburgh yang terdiri dari 7 total >5
perasaan segar dan Sleep Quality komponen (durasi 2. Baik: skor total
tidak mengantuk setelah Index (PSQI) tidur, lamanya ≤5
bangun. Pernyataan waktu yang
subjektif tentang dibutuhkan untuk
kepuasaan tidur ini tertidur, efisiensi
akan dinilai menurut tidur, gangguan
kualitas tidur selama tidur di malam hari,
satu bulan terakhir. kebiasaan
penggunaan obat
untuk membantu
tidur, gangguan
tidur di siang hari,
dan kualitas tidur
secara subjektif).
Jumlah skor total
PSQI adalah 0 s.d
21
Variabel Dependen

Tekanan Darah Tekanan yang Sphymomanome Subjek penelitian Hasil ukur Ordinal
ditumbulkan oleh ter (tensi meter) dilakukan dikelompokan menjadi
dorongan pada digital yang pemeriksaan 1. Hipertensi: Jika
pembuluh darah yang sudah tekanan darah
tekanan darah saat
ditimbulkan saat dikalibrasi sistolik ≥ 130
jantung memompa sebelum bekerja mmHg dan
darah ke seluruh tubuh. tekanan
Tekanan darah terdiri diastolik ≥ 90
dari tekanan sitolik dan mmHg
diastolik 2. Hipotensi: Jika
tekanan darah
sistolik < 100
dan tekanan

Universitas Indonesia
31

Skala
Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
Ukur
diastolik < 60
mmHg
3. Normal: jika
tekanan darah
sistolik 100-129
dan tekanan
diastolik 60-80
mmHg

Variabel Perancu
Usia Perhitungan tahun Kuesioner Data Subjek mengisi Dinyatakan Numerik
kehidupan subjek demografi kuesioner data dalam tahun
terhitung sejak lahir demografi yang
hingga hari pengisian diberikan
kuisioner

Kebiasaan Merokok Kebiasaan perilaku Terdapat Subjek akan 1. Perokok Ordinal


merokok yang pertanyaan mengisi 2. Bukan perokok
dilakukan pekerja 1 kuesioner pertanyaan
tahun terakhir kuesioner

Riwayat keluarga Ada tidaknya anggota Terdapat Subjek akan 1. Ada Ordinal
dari keluarga yang pertanyaan mengisi 2. Tidak ada
dengan hipertensi
menderita hipertensi kuesioner pertanyaan
kuesioner

Konsumsi Alkohol Konsumsi minuman Terdapat item Subjek akan 1. Ya Ordinal


beralkohol selama 1 pertanyaan mengisi 2. Tidak
bulan terakhir pertanyaan
kuesioner
Masa Kerja Lamanya responden Terdapat item Subjek akan 1. ≥ 5 tahun Ordinal
bekerja pada pertanyaan mengisi 2. < 5 tahun
perusahaan, terhitung pertanyaan
sejak awal masuk kerja kuesioner

Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi deskriptif-korelatif
yang menggambarkan informasi terkait populasi dan mengetahui hubungan antara
masing-masing variabel. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross-sectional
karena sesuai untuk mengukur variabel dependen dan independen dalam satu waktu.
Desain penelitian ini hanya dilakukan sekali dengan tanpa tindak lanjut (Notoatmodjo,
2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah pada masinis PT KCI rute Jakarta Kota-Bogor. Dalam penelitian ini,
variabel kualitas tidur ditetapkan sebagai variabel independent (bebas) dan hasil
pemeriksaan tekanan darah yang akan diklasifikasikan sesuai dengan rujukan American
Heart Association (AHA) sebagai variabel dependen (terikat). Penelitian ini akan
dilakukan dengan membagikan kuesioner dan memeriksa tekanan darah kepada
responden.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian


4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian merupakan keseluruhan subjek yang ingin diteliti (Notoatmodjo,


2010). Populasi juga didefinisikan sebagai seluruh agregat yang memiliki kriteria spesifik
yang sesuai kasus atau fenomena penelitian yang diangkat (Loiselle, McGrath-Profetto,
Polit, & Beck, 2010). Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh masinis PT KCI rute
Jakarta Kota-Bogor sebanyak kurang lebih 300 pekerja. Alasan peneliti memilih rute
Jakarta Kota-Bogor adalah karena rute tersebut menjadi rute teramai yaitu memiliki
kontribusi penumpang sebesar 68,01% dibanding dengan rute lain.

4.2.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian merupakan sebagian subjek dari populasi yang akan diteliti dan
digunakan untuk menduga karakteristik populasi (Sabri & Hastono, 2014). Sampel dalam
penelitian ini yaitu pekerja shift yang merupakan masinis PT KCI rute Jakarta Kota-Bogor
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu masinis atau asisten
masinis PT KCI rute Jakarta Kota-Bogor, pekerja shift, baru akan memulai kerja atau
dinas pada hari pengambilan data, serta bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria

32
Universitas Indonesia
33

eksklusinya yaitu sudah memulai atau selesai dinas pada hari pengambilan data dan data
tidak lengkap.

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel


Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara Insidental sampling
yaitu teknik pemilihan sampel dengan cara kebetulan, siapa saja (subjek) yang kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel dengan tetap
mempertimbangkan orang yang ditemui tersebut memenuhi syarat inklusi penelitian
(Sugiyono, 2010). Teknik ini dipilih karena yang paling cocok dengan sifat pekerja yang
sangat dinamis dan sulit ditemui. Peneliti menetapkan sampel yang memenuhi parameter
penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun waktu yang ditentukan sehingga
jumlah sampel dapat terpenuhi (Dahlan, 2018). Teknik ini termasuk dalam kategori non
probability sampling. Insidental sampling atau Consecutive sampling merupakan teknik
pemilihan sampel acak yang paling representative terhadap populasi. Langkah pertama
pada teknik sampling ini adalah menentukan besar sampel. Kemudian peneliti akan
datang setiap hari ke lokasi penelitian yaitu setiap dipo PT Kereta Commuter Indonesia
Jakarta Kota-Bogor yang merupakan tempat para responden berada yaitu Manggarai,
Depok, dan Bogor. Pengambilan data akan dilakukan sebelum responden memulai dinas
dan saat responden melakukan cek kesehatan rutin harian. Proses pengambilan data akan
berlangsung sekitar 4 minggu. Prosedur dilanjutkan sampai jumlah sampel terpenuhi.

4.2.4 Besar Sampel


Perhitungan besar sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Yamane
dan Slovin dalam Susila dan Suyanto (2014), yaitu:
𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1
300
𝑛=
300.0,1.0,1 + 1
𝑛 = 75
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah Populasi (300)
d = Derajat penyimpangan yang ditolerir (10% atau 0,1)

Universitas Indonesia
34

Jumlah sampel yang telah didapatkan dari perhitungan di atas perlu ditambahkan agar
dapat mengatasi kekurangan sampel jika terdapat data responden yang tidak lengkap atau
responden yang mengundurkan diri. Penambahan koreksi responden tersebut dihitung
dengan rumus dari Sastroasmoro dan Ismael (2014), yaitu:
𝑛
𝑛′ =
1−𝑓
75
𝑛′ = = 83,333 = 83
1 − 0,1
Keterangan :
n’ = Jumlah subjek yang digunakan
n = Besar sampel yang dihitung
f = Mengundurkan diri (drop out) (10% atau 0,1)

Jumlah sampel yang didapatkan yaitu 75 responden lalu setelah melakukan perhitungan
drop out didapatkan jumlah akhir sampel yang akan dibutuhkan yaitu sebanyak 83
responden.

4.2.5 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di setiap dipo PT KCI rute Jakarta Kota-Bogor yaitu berada
pada Stasiun Manggarai, Depok, dan Bogor. Pemilihan Rute Jakarta Kota-Bogor menjadi
tempat penelitian didasari oleh jumlah penumpang yang menjadi penyumbang terbesar
dengan komposisi mencapai 68,01% penumpang pada tahun 2016. Hasil observasi
peneliti menyatakan bahwa rute Jakarta Kota-Bogor merupakan rute yang paling ramai
oleh penumpang setiap harinya dan paling sering mengalami gangguan. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut. Penelitian khusunya waktu
pengambilan data akan dilansanakan pada bulan April 2019.

4.3 Etika Penelitian


4.3.1 Bagi Peneliti
Peneliti akan menggunakan surat pernyataan lulus uji etik sebagai syarat penelitian yang
ditanda tangani oleh pembimbing dan disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Pengajuan surat pernyataan tersebut juga dengan
melampirkan proposal penelitian yang sudah disetujui oleh pembimbing. Peneliti
kemudian mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian kepada prodi

Universitas Indonesia
35

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) sebagai salah satu
persyaratan dalam melakukan penelitian dan pengambilan data kepada pihak PT KCI.

4.3.2 Bagi Responden


Responden merupakan manusia sebagai subjek penelitian yang membutuhkan etika
penelitian sebagai antisipasi perlindungan dalam penelitian. Menurut Notoatmodjo
(2010) terdapat empat prinsip etik dalam melaksanakan penelitian yaitu menghormati
harkat dan martabat responden, keadilan dan keterbukaan, menghargai kebebasan dan
kerahasiaan responden, serta mempertimbangkan manfaat dan dampak yang mungkin
terjadi.

4.3.2.1 Menghormati harkat dan martabat manusia


Peneliti menghormati hak responden untuk mengetahui tujuan dan manfaat penelitian
dengan memberikan penjelasan sebelum pengambilan data. Peneliti juga melampirkan
lembar persetujuan atau informed consent sebagai bentuk permintaan kesediaan
responden sebagai subjek dalam penelitian ini. Pemaksaan tidak akan dilakukan pada
subjek penelitian dan tetap menghormati apa yang menjadi keputusan responden.
Responden yang bersedia menjadi responden harus menandatangani lembar tersebut.

4.3.2.2 Menghormati kebebasan (privasi) dan kerahasiaan subjek penelitian


Demi menjaga privasi dan kerahasian subjek penelitian, peneliti akan menjaga informasi
yang diberikan dan tidak menyebarluaskannya kepada pihak lain. Instrumen juga dibuat
dengan penggunaan inisial nama sebagai bentuk kerahasiaan responden.

4.3.2.3 Keadilan dan keterbukaan


Peneliti akan melakukan prinsip keadilan dan keterbukaan pada responden. Hal ini
dilakukan dengan cara tidak membeda-bedakan responden berdasarkan identitas atau
status responden. Selain itu, peneliti juga memberikan kesempatan untuk bertanya pada
seluruh responden jika ada hal yang kurang jelas dan akan menjelaskannya secara rata.
Hal yang sama juga dilakukan dalam pemberian souvenir untuk responden dalam bentuk
dan jumlah yang sama.

Universitas Indonesia
36

4.3.2.4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian penelitian


Penelitian ini bermanfaat untuk pihak perusahaan dan pekerja dengan mengetahui
hubungan kualitas tidur dan tekanan darah yang dapat digunakan sebagai gambaran status
kesehatan dan bahan evaluasi. Selain itu, manfaatnya sebagai bahan masukan bagi
perusahaan atau pihak terkait lainnya dalam mengaplikasikan upaya promosi kesehatan
dan perlindungan penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan kualitas tidur dan
tekanan darah.

4.4 Alat Pengumpul Data


Penelitian ini akan menggunakan kuesioner dan sphygmomanometer sebagai alat
pengumpul data. Kuesioner terdiri dari tiga bagian, yaitu persetujuan responden,
demografi atau karakteristik responden, dan pengukuran kualitas tidur.

4.4.1 Pengukuran Data Demografi dan Karakteristik Pekerja


Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan yang menjelaskan data demografi dan karakteristik
pekerja. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini diantaranya yaitu inisial nama, usia,
riwayat penyakit keluarga, konsumsi alkohol, perilaku merokok, dan masa kerja.
Pertanyaan mengenai inisial nama dan usia diisi dengan cara menuliskannya secara
langsung pada kuesioner. Pertanyaan mengenai riwayat penyakit terkait dengan tekanan
darah, konsumsi alkohol, dan perilaku merokok dibuat dengan pilihan yang dapat dipilih
responden sesuai dengan kondisi saat ini.

4.4.2 Pengukuran Variabel Kualitas Tidur


Peneliti melakukan pengukuran variabel kualitas tidur menggunakan kuesioner PSQI
yang berada pada bagian akhir kuesioner. Pada bagian ini terdiri dari 18 item pertanyaan
sebagai penilai kualitas tidur pekerja 1 bulan terakhir. Terdapat 7 komponen yang
diwakili oleh 18 item pertanyaan tersebut yaitu durasi tidur, efisiensi tidur, waktu yang
dibutuhkan untuk memulai tertidur, gangguan tidur di malam hari, penggunaan obat tidur,
gangguan di siang hari akibat masalah tidur, dan kualitas tidur subjektif. Kualitas tidur
responden secara keseluruhan akan didapat dengan cara penjumlahan seluruh total skor
per dimensi. Penjumlahan skor dimensi akan menghasilkan skor global PSQI sebesar 0-
21. Hasil skor ini mengkategorikan kualitas tidur menjadi 2 kategori yatu kualitas tidur
baik dan kualitas tidur buruk. Semakin tingi perolehan skor yang didapat maka kualitas
tidur pekerja mengalami kualitas buruk begitupun sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari

Universitas Indonesia
37

skor PSQI global yaitu skor ≥ 5 diartikan kualitas tidur buruk dan skor ≤ 5 diartikan
kualitas tidur baik. Penjelasan mengenai dimensi PSQI ini dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Dimensi Pertanyaan Kualitas Tidur PSQI

Dimensi Nomor Pertanyaan Penilaian

Durasi tidur 4 ≥ 7 jam= 0


< 7 sampai ≥ 6 jam = 1
< 6 sampai ≥ 5 jam = 2
< 5 jam = 3
Efisiensi tidur 1, 3, 4 Didapatkan dari perhitungan durasi tidur
responden yang dibagi dengan selisih jam
tidur responden dengan jam bagun
tidurnya dan dikalikan 100% yang
kemudian di skor seperti sebagai berikut:
> 85% = 0
75-84% = 1
65-74% = 2
< 65% = 3
Waktu memulai untuk tidur 2, 5a Penjumlahan dari skor pertanyaan 2 dan 5a
Skor pertanyaan nomor 2:
0-15 menit= 0
16-30 menit= 1
31-60 menit= 2
> 60 menit = 3
Skor pertanyaan 5a:
tidak pernah= 0
jarang (<1x/minggu)= 1
kadang-kadang (1-2x/ minggu)= 2
sering (>3x/minggu)= 3
Skor akhir (skor 2+skor5a):
0= 0
1-2= 1
3-4= 2
5-6= 3
Gangguan tidur di malam 5b-5j Didapat dari pejumlahan skor pertanyaan
hari 5b sampai 5j. skor peritem:
tidak pernah= 0
jarang (< 1x/minggu)= 1
kadang-kadang (1-2x/minggau= 2
sering (>3x/minggu)= 3
Skor akhir:
5b+5c+5d+5e+5f+5g+5h+5i+5j=
0= 0
1-9= 1
10-18= 2
>18= 3
Penggunaan obat tidur 6 0= tidak pernah
1= jarang (<1x/minggu)
2= kadang-kadang (1-2x/minggu)
3= sering (>3x/minggu)
Gangguan tidur di siang hari 7, 8 Didapatkan dari penjumlahan skor
pertanyaan 7 dan 8

Universitas Indonesia
38

Skor nomor 7:
0= tidak pernah
1= jarang (<1x/minggu)
2= kadang-kadang (1-2x/minggu)
3= sering (>3x/minggu)
Skor nomor 8:
0= tidak ada masalah
1= sedikit bermasalah
2= luamayan/ agak bermasalah
3= sangat bermasalah
Skor akhir= skor 7+ skor8
0=0
1-2= 1
3-4= 2
5-6= 3
Kualitas tidur subjektif 9 Sangat baik= 0
Baik= 1
Buruk= 2
Sangat buruk= 3
Total Skor (PSQI Global) Diperoleh dari penjumlahan seluruh total skor per dimensi dengan
rentang skor 0-21

4.4.2.1 Alat Pengukuran Variabel Tekanan Darah


Alat pengukuran tekana darah yang akan digunakan adalah sphygmomanometer digital.
Tekanan darah responden diukur sebanyak satu kali pengukuran saat pengambilan data
yaitu sebelum pekerja memulai kerja.

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas


Uji validitas adalah persyaratan yang digunakan oleh peneliti sebelum melakukan suatu
penelitian. Tujuan dari uji validitas yaitu untuk melihat keabsahan pada setiap butir
petanyaan kuesioner The Pithsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Alat ukur ini
merupakan kuesioner untuk mengukur kualitas tidur yang telah dibakukan dan telah
dipakai secara global serta sudah diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa. PSQI telah
diuji reliabilitas dan validitasnya pada berbagai kelompok berbeda yaitu pada 52 subjek
sehat, 62 responden yang memiliki gangguan tidur, dan 34 pasien depresi dengan
gangguan tidur. Hasil uji validitas diperoleh Cronbach alpha sebesar 0,83 untuk global
skor. Sedangkan rentang skor antara uji validitas per item adalah paling rendah sebesar
0,35 untuk gangguan tidur di malam hari dan paling tinggi adalah 0,76 untuk item kualitas
tidur subjektif serta efisiensi tidur (Daniel et all 1998). Penelitian lain yang menggunakan
PSQI juga telah melakukan uji validitas dengan hasil rentang r yaitu 0,365-0,733
(Ratnasari, 2016). Pengujian validitas lain juga telah dilakukan oleh Fatmawati (2013)

Universitas Indonesia
39

yang mendapatkan hasil yaitu tingkat korelasi r hitung 0,487-0,778 (nilai r table > 0,444)
mempunyai makna memenuhi taraf signifikansi.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menghilangkan pertanyaan dalam kuesioner yang tidak
valid setelah dilakukan uji valid (Notoadmojo, 2012). Uji reliabilitas bertujuan untuk
melihat konsistensi terhadap instrument yang diukur. Reliabilitas dihitung dengan
menggunakan cronbach alpha. Instrument yang dinyatakan reliable jika perhitungan r
lebih besar dari koefisien alpha (0,65) (Susila & Suyanto, 2014). Peneliti tidak melakukan
uji reliabilitas karena alat ukur yang digunakan adalah PSQI yang telah teruji
reabilitasnya oleh university of pittsburh pada tahun 1998 dengan nilai Alpha Cronbach
sebesar 0,83. Ratnasari (2016) juga telah melakukan uji reliabilitas pada penelitiannya
yang menunjukan hasil seluruh pertanyaan reliabel dengan nilai Alpha Cronbach sebesar
0,74 yang merupakan nilai reliabel tinggi.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data terdiri atas tiga proses yaitu prosedur administrasi, penetapan
responden dan pelaksanaan penelitian dijelaskan sebagai berikut.

4.6.1 Persiapan
4.6.1.1 Prosedur Administrasi
Prosedur awal administrasi adalah mengajukan proposal penelitian kepada pembimbing
skripsi. Setelah mendapatkan persetujuan penelitian yang telah disahkan oleh
pembimbing selanjutnya peneliti melakukan pengajuan surat mengenai izin penelitian
dan pengumpulan data pada bidang akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Peneliti kemudian memberikan surat izin yang telah disetujui oleh pihak
fakultas kepada PT Kereta komuter Indonesia melalui bagian Human Resource
Development.

4.6.1.2 Rekrutmen Responden


Responden ditetapkan berdasarkan besar sampel dan kriteria inklusi. Peneliti melakukan
pengambilan sampel dengan teknik incidental sampling yang pada akhirnya didapatkan
responden penelitian. Penelitian akan dilakukan setelah mendapatkan arahan dari pihak
PT KCI.

Universitas Indonesia
40

4.6.2 Pelaksanaan Penelitian


Peneliti akan berada di klinik setiap dipo yang ada di rute Jakarta Kota-Bogor yaitu Dipo
Manggarai, Depok, dan Bogor. Pengambilan data dilakukan pada setiap dipo dan
menggunakan setiap shift tanpa pengecualian shift tertentu. Peneliti tidak menggunakan
enumerator pada data tekanan darah. Peneliti akan melakukan pemeriksaan sendiri atau
mengambil data yang telah dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan perusahaan
secara konsisten. Peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian kepeda pekerja yaitu masinis yang akan melakukan pemeriksaan rutin harian
sebelum melakukan dinas kerja. Peneliti juga menjelaskan tentang kerahasiaan dalam
mengisi kuesioner dan setiap kuesioner diisi dengan sejujur-jujurnya. Responden yang
bersedia wajib untuk menandatangani informed consent. Peneliti kemudian membagikan
kuesioner dan menjelaskan bagian yang ada di kuesioner. Peneliti memberikan responden
kesempatan bertanya jika mengalami kesulitan. Peneliti kemudian mengumpulkan
kuesioner yang telah diisi responden dan memeriksa kelengkapannya. Setelah itu,
dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya diisi pada bagian kuesioner. Setelah pengisian
sudah lengkap peneliti memberikan souvenir kepada responden. Kuesioner yang telah
diisi oleh responden kemudian dibawa untuk diolah dan dianalisis.

4.7 Rencana Pengolahan dan Analisis Data


4.7.1 Pengolahan Data
Peneliti kemudian melakukan pengolahan terhadap data yang telah terkumpul.
Pengolahan data terdiri dari empat tahap yaitu editing, coding, entry, dan cleaning.

4.7.1.1 Editing
Proses awal pengolahan data yaitu editing yang dilakukan untuk memeriksa dan
memperbaiki kelengkapan data sesuai dengan yang diharapkan (Notoatmodjo, 2010).
Peneliti memeriksa kelengkapan setiap bagian kuesioner. Peneliti juga memeriksa lembar
informed consent dan setiap lembar kuesioner yang telah terkumpul dari responden.
Peneliti langsung mengembalikan kuesioner kepada responden jika belum mengisi
kuesioner dengan lengkap untuk diisi atau menghubungi melalui kontak personal yang
diisi oleh responden.

Universitas Indonesia
41

4.7.1.2 Coding
Coding merupakan pengubahan data yang berbentuk huruf atau kalimat menjadi angka
atau bilangan (numerik) sebagai kodenya (Notoatmodjo, 2010). Bentuk pengodean
contohnya yaitu pada karakteristik pekerja dengan variabel ada riwayat keluarga
hipertensi diberikan kode 1 untuk “ya” dan kode 0 untuk “tidak”. Setiap data akan
dilakukan pengkodean untuk mempermudah peneliti dalam proses pengolahan data
selanjutnya.

4.7.1.3 Entry
Entry merupakan tahap memasukkan data yang telah berbentuk kode ke dalam program
aplikasi komputer (Notoatmodjo, 2010). Peneliti memasukkan data sesuai dengan
ketentuan pada baris sebagai responden, kolom sebagai variabel penelitian, dan pada sel
sebagai data. Data dimasukkan dengan menggunakan program computer yaitu aplikasi
SPSS.

4.7.1.4 Cleaning
Data yang sudah dimasukkan dalam program komputer, dilakukan cleaning atau
pembersihan data. Cleaning dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan
pada data seperti kehilangan data atau tidak lengkap, atau adanya kode yang salah
(Notoatmodjo, 2010). Proses ini penting karena berguna untuk meminimalisasi bentuk
kesalahan pada data penelitian.

4.8 Rencana Analisis Data

4.8.1 Analisis Univariat


Analisis univariat merupakan cara menunjukkan frekuensi dan presentase pada setiap
variabel. Data kategorik dan numerik merupakan jenis data yang digunakan dalam
analisis univariat. Analisis univariat data numerik (menggunakan tendensi sentral)
dilakukan pada variabel karakteristik pekerja masinis yaitu usia. Analisis univariat untuk
data kategorik (menggunakan frekuensi dan persentase) adalah variabel karakteristik
pekerja masinis (konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan riwayat keluarga dengan
hipertensi), variabel independen yaitu kualitas tidur, dan variabel dependen yaitu tekanan
darah. Berikut merupakan penjelasan mengenai analisi univariat pada penelitian ini.

Universitas Indonesia
42

Tabel 4.2 Variabel dalam Analisis Univariat

No Variabel Jenis Data Uji Statistik


Karakteristik Responden
1 Usia Numerik Mean, Median, SD, Min-max, 95% CI

2 Kebiasaan merokok Kategorik Frekuensi dan Persentase

3 Konsumsi alkohol Kategorik Frekuensi dan Persentase


Riwayat keluarga
4 Kategorik Frekuensi dan Persentase
dengan hipertensi
5 Masa Kerja Kategorik Frekuensi dan Presentase
Variabel Independen

5 Kualitas Tidur Kategorik Frekuensi dan Persentase

Variabel Dependen
6 Tekanan Darah Kategorik Frekuensi dan Persentase

4.8.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat merupakan cara yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Analisis bivariat
pada penelitian ini untuk melihat hubungan variabel independen yaitu kualitas tidur
dengan variabel dependen yaitu tekanan darah pada pekerja masinis. Analisis bivariat
untuk variabel dependen dan independen menggunakan uji korelasi gamma (ordinal-
ordinal).

Tabel 4.3 Variabel dalam Analisis Bivariat

Variabel Independen Variabel Dependen Jenis Data Uji Statistik

Kualitas Tidur Tekanan Darah Ordinal-Ordinal Uji Chi-Square

Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Analisis Univariat


Hasil analisis univariat menggambarkan tentang karakteristik responden yang berupa data
demografi yaitu usia, gambaran kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, riwayat keluarga
dengan hipertensi, masa kerja, dan gambaran kualitas tidur responden serta gambaran
tekanan darah responden.

5.1.1 Usia

Tabel 5.1 Distribusi Responden Masinis Berdasarkan Usia Rute Jakarta Kota-
Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Variabel Mean Median Min-Maks 95% CI


Usia 25,89 25 20-38 25,16-26,63

Pada tabel di atas terlihat bahwa rata-rata responden masinis berusia 25 tahun dengan
variasi usia 3,21 tahun. Usia responden terbanyak adalah 27 tahun dengan masinis usia
termuda adalah 20 tahun dan usia tertua 38 tahun.

5.1.2 Kebiasaan Merokok

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Pada Responden Masinis Rute
Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Kebiasaan Merokok Frekuensi (n) Persentase (%)


Merokok 39 52
Tidak Merokok 36 48
Total 75 100

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden masinis memiliki kebiasaan merokok.

43
Universitas Indonesia
44

5.1.3 Konsumsi Alkohol

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Alkohol Pada Responden Masinis Rute
Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Konsumsi Alkohol Frekuensi (n) Persentase (%)


Tidak 75 100

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.3 terlihat bahwa seluruh responden masinis tidak
memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol.

5.1.4 Riwayat Keluarga dengan Hipertensi

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga dengan Hipertensi Pada


Responden Masinis Rute Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Riwayat Keluarga dengan Hipertensi Frekuensi (n) Persentase (%)


Ada 9 12
Tidak ada 66 88
Total 75 100

Berdasarkan hasil analisis tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
masinis pada penelitian ini tidak memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi.

5.1.5 Masa Kerja

Tabel 5.5 Distribusi Responden Masinis Berdasarkan Masa Kerja Rute Jakarta
Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Variabel Mean Median Min-Maks 95% CI


Masa Kerja (tahun) 4,1 3 1-19 3,32-4,82

Pada tabel di atas terlihat bahwa rata-rata responden masinis memiliki masa kerja
terhitung sejak awal masuk kerja adalah selama 4,1 tahun dengan variasi masa kerja 10,8
tahun. Masa kerja responden terbanyak adalah 2 tahun diikuti oleh masinis dengan masa

Universitas Indonesia
45

kerja 1 tahun dan masinis dengan masa kerja 4 tahun. Masinis dengan masa kerja terendah
adalah 1 tahun dan masa kerja tertinggi adalah 19 tahun.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Responden Masinis Rute Jakarta
Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Masa Kerja Frekuensi (n) Persentase (%)


≥ 5 tahun 25 33,3
< 5 tahun 50 66,7
Total 75 100

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden masinis memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun.

5.1.6 Gambaran Kualitas Tidur

Tabel 5.7 Distribusi Skor Kualitas Tidur Responden Masinis Rute Jakarta Kota-
Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Variabel Mean Median Min-Maks 95% CI


Rata-Rata Skor Kualitas Tidur
7,08 7 2-17 6,44-7,72
(PSQI)

Pada tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata responden masinis memiliki skor kualitas
tidur (PSQI) adalah sebesar 7,08 yang berarti memiliki kualitas tidur yang buruk. Skor
kualitas tidur responden terbanyak adalah 12 diikuti oleh responden dengan skor kualitas
tidur sebesar 8 dan 6 yang masing-masing memiliki proporsi yang sama sebesar.
Responden masinis dengan skor kualitas tidur terendah adalah 2 dan skor tertinggi yaitu
17. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengkategorikan kualitas tidur responden
berdasarkan Kualitas tidur (PSQI). Berikut hasil analisis kategori kualitas tidur
responden.

Universitas Indonesia
46

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden Masinis Rute Jakarta
Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Kualitas Tidur Frekuensi (n) Persentase (%)

Buruk 53 70,7
Baik 22 29,3
Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki kualitas
tidur yang buruk.

5.1.7 Gambaran Tekanan Darah

Tabel 5.9 Distribusi Sistolik & Diastolik Tekanan Darah Responden Masinis Rute
Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Tekanan Darah Mean Standar Deviasi (SD) 95% CI


Sitolik 117,56 8,873 115,52-119,6
Diastolik 76.37 6,972 74,77-77,98
*Data berdistribusi normal

Berdasarkan analisis pada tabel 5.8 rata-rata tekanan darah sistolik responden adalah
117,56 mmHg yaitu normal dengan standar deviasi sebesar 8,873 mmHg, sedangkan rata-
rata tekanan darah diastolik responden adalah 76,37 mmHg yaitu tekanan darah normal
dengan standar deviasi sebesar 6,972 mmHg.

Tabel 5.10 Distribusi Tekanan Darah Responden Masinis Rute Jakarta Kota-
Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Tekanan Darah Frekuensi (n) Persentase (%)

Hipertensi 13 17,3
Normal 62 82,7
Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki tekanan darah
normal yaitu sebesar 82,7% dari total 75 responden.

Universitas Indonesia
47

5.2 Hasil Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Responden Masinis
Rute Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019
Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
kualitas tidur dengan tekanan darah adalah chi-square karena kedua variabel berjenis data
kategorik dan menggunakan fisher’s exact test karena terdapat kolom yang tidak
memenuhi syarat. Peneliti juga menggunakan odd ratio (OR) yang berguna sebagai
mengetahui kekuatan hubungan atau peluang antara kualitas tidur dengan tekanan darah.
Hasil analisis uji chi-square antara kualitas tidur dengan tekanan darah diuraikan dalam
Tabel 5.10.

Tabel 5.11 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Responden
Masinis Rute Jakarta Kota-Bogor Bulan Juni Tahun 2019 (n=75)

Tekanan Darah
Kualitas p value OR 95% CI
Hipertensi Normal
Tidur
n % N %

Buruk 12 22,6 41 77,4 0,092 0,163 0,02-1,338

Baik 1 4,5 21 95,5

Tabel 5.10 di atas menunjukan hasil analisis hubungan antara kualitas tidur dengan
tekanan darah pada masinis diperoleh bahwa sebanyak 12 (22,6%) masinis dengan
kualitas tidur yang buruk mengalami hipertensi. Namun berdasarkan hasil uji statistik chi-
square dengan nilai p=0,092 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada masinis rute Jakarta Kota-
Bogor.

Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden


Karakteristik responden dalam penelitian ini berupa data demografi yaitu usia, kebiasaan
merokok, kebiasaan mongkonsumsi alkohol, riwayat keluarga dengan hipertensi, dan
masa kerja responden. Seluruh responden pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada beberapa masinis dan juga
penyelia dinasan pada setiap UPT atau Dipo Depok, Manggarai, dan Bogor mengatakan
bahwa tidak ada masinis yang berjenis kelamin perempuan pada PT KCI. Salah satu
narasumber mengatakan sebelumnya sudah pernah diadakan perekrutan masinis
perempuan namun terhenti hanya sampai pada pendidikan dan belum resmi menjadi
masinis. Oleh karena itu, responden yang peneliti ambil hanya berjenis laki-laki dan
sesuai dengan kriteria responden yang telah ditentukan sebelumnya.

6.1.1 Usia
Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan dalam bab 5, responden penelitian ini
merupakan pekerja shift yaitu masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor yang memiliki
rata-rata usia sebesar 25 tahun dengan variasi usia 3,21 tahun. Masinis dengan usia
termuda adalah 20 tahun dan usia tertua 38 tahun. Hal ini menunjukan bahwa usia masinis
tergolong dalam rentang usia dewasa yaitu dewasa muda (18-40 tahun). Hal ini juga
sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai faktor pekerjaan yang dapat
meningkatkan tekanan darah pada pekerja malam di Pontianak dengan seluruh responden
usia dewasa muda (Deischa, 2016). Penelitian lain mengenai kualitas tidur dan
produktivitas kerja pada pekerja shift yang dilakukan di PT. MWT Cikarang juga
memiliki karakteristik usia yang sama yaitu 75 dari 114 responden (65,8%) termasuk
dalam usia dewasa muda (Purwanti, 2013). Penelitian ini juga sesuai dengan survei data
Badan Pusat Stastistik (2019) bahwa jumlah angkatan kerja yang bekerja paling banyak
terdapat dalam rentang umur 20-39 tahun.

Berdasarkan teori psikososial Erik Erikson, tugas perkembangan yang dimiliki oleh usia
dewasa muda adalah memilih suatu pekerjaan, melaksanakan perencanaan hidup, dan
memiliki pasangan (Agus, 2003). Hal ini menunjukan bahwa usia dewasa muda
merupakan usia produktif yang memiliki banyak aktivitas. Beberapa teori juga
menjelaskan bahwa usia dapat mempengaruhi kualitas tidur dan juga tekanan darah sesuai

48
Universitas Indonesia
49

dengan penambahan usia. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini hanya
mengelompokan usia dalam kelompok dewasa muda untuk mengurangi faktor perancu
kualitas tidur dan tekanan darah.

6.1.2 Kebiasaan Merokok


Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa prevalensi masinis dengan kebiasaan
merokok pada Rute Jakarta Kota-Bogor lebih banyak 52% dengan jumlah 39 dari 75
responden dibandingkan dengan masinis yang tidak merokok. Berdasarkan hasil analisis
lebih lanjut didapatkan bahwa proporsi masinis yang merokok 74,4% memiliki kualitas
tidur buruk, dan begitu pun dengan proporsi masinis yang tidak merokok 66,7% memiliki
kualitas tidur yang buruk. Hal ini menunjukan bahwa merokok bukan menjadi faktor
utama dari kualitas tidur pada masinis. Sedangkan prevalensi masinis yang merokok lebih
besar 25,6% mempunyai hipertensi daripada masinis yang tidak merokok yaitu 8,3%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya pada pekerja malam di
Pontianak pada tahun 2016 bahwa proporsi responden yang merokok cenderung memiliki
tekanan darah yang tidak normal sebesar 68,8% lebih besar daripada pekerja yang tidak
berisiko sebesar 31,2%. Hal ini sesuai dengan dugaan peneliti mengenai kebiasaan
merokok terhadap tekanan darah pada masinis. Namun, hal ini berlawanan dengan
penelitian sebelumnya tentang hubungan kerja shift dengan tekanan darah pada petugas
kesehatan yang memiliki karakteristik kebiasaan merokok (Werdani, 2015).

Kandungan nikotin dalam rokok merupakan salah satu penyebab tekanan darah dapat
berubah menjadi lebih tinggi. Seperti bahan kimia lainnya, nikotin masuk melalui asap
yang kemudian dihirup dan masuk kedalam paru-paru dan menyebar dalam aliran
pembuluh darah. Nikotin yang sudah masuk dalam peredaran darah akan direspon oleh
otak, otak akan bereaksi dan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk
merlepaskan epinephrine (adrenalin). Hormon ini akan membuat penyempitan pembuluh
darah, sehingga membuat kerja jantung untuk memompa darah lebih kuat dan keras yang
membuat tekanan lebih tinggi dalam aliran darah.

Dalam peneletitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Werdani pada tahun 2015. Hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan yang menjadi
keterbatasan. Seperti perbedaan karakteristik yang akan mempengaruhi hasil penelitian.
Salah satunya adalah belum diketahui perbedaan karakteristik antar penelitian, seperti

Universitas Indonesia
50

durasi merokok perhari responden, banyaknya rokok yang dihabiskan dalam satuan
batang ataupun bungkus, frekuensi perhari merokok responden, dan sudah berapa lama
setiap responden memiliki kebiasaan merokok. Dalam wawancara pada beberapa masinis
yang memiliki kebiasaan merokok, salah satu alasan mereka merokok adalah karena saat
melakukan dinas dalam kereta para masinis merasa bosan dan tidak bisa merokok,
sehingga para masinis yang memiliki kebiasaan merokok biasanya akan merokok
sebelum dimulainya dinas dan setelah selesai melakukan dinas.

6.1.3 Konsumsi Alkohol


Berdasarkan hasil analisis penelitian pada masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor
terlihat bahwa seluruh responden pada penelitian ini tidak memiliki kebisaan
mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap salah satu
petugas kesehatan pada PT KCI, hal ini terjadi karena setiap masinis selalu melakukan
cek kesehatan rutin harian sebelum dilakukan dinas di pos kesehatan termasuk dengan
pengecekan kadar alkohol melalui alat khusus yang tersedia. Jika ternyata masinis
memiliki kadar alkohol setelah dilakukan pengecekan, maka petugas kesehatan akan
memastikan kembali kepada masinis dengan bertanya apakah sempat mengkonsumsi
alkohol. Setelah dilakukan validasi dengan bertanya secara langsung, petugas akan
melakukan pengecekan ulang. Jika hasilnya masih sama maka masinis tidak layak untuk
melakukan dinas dan akan digantikan. Namun, kejadian ini sangat jarang terjadi. Hal ini
membuktikan bahwa responden tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol.

6.1.4 Riwayat Keluarga dengan Hipertensi


Berdasarkan hasil analisis penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar responden pada
penelitian ini tidak memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi yaitu sebanyak 66
responden (88%) dari total 75 responden. Berdasarkan analisis lebih lanjut menunjukan
bahwa proporsi masinis yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi 22,2%
mempunyai hipertensi dibandingkan yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan
hipertensi yaitu 16,7%. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
pada pekerja malam di Pontianak pada tahun 2016 yang dilakukan oleh Deischa, Ismael,
dan Rochmawati. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa prevalensi responden yang
memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi memiliki tekanan darah tidak normal
sebesar 54,7% lebih besar daripada responden yang tidak memiliki riwayat keluarga
dengan hipertensi sebesar 17,2%.

Universitas Indonesia
51

Hal ini menjadi faktor perancu terhadap hasil pada analisis penelitian baik dalam
penelitian sebelumnya dan juga pada penelitian ini. Jika seorang responden memiliki
riwayat keluarga dengan hipertensi, maka kencenderungan untuk mengalami hipertensi
juga lebih besar daripada responden yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan
hipertensi. Hal ini terjadi karena faktor genetik merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi keadaan seorang responden memiliki atau tidaknya tekanan darah tinggi.

6.1.5 Masa Kerja


Berdasarkan hasil analisis penelitian didapatkan bahwa sebagian besar masinis PT KCI
Rute Jakarta Kota-Bogor yaittu 66,7% atau 50 dari 75 responden memiliki masa kerja
dibawah 5 tahun. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar masinis pada PT KCI Rute
Jakarta Kota-Bogor merupakan pekerja baru. Menurut wawancara dengan penyelia
dinasan pada setiap dipo yaitu Depok, Manggarai, dan Bogor, setiap tahunnya memang
selalu dibuka kesempatan untuk menempuh pendidikan masinis yang diinisasi oleh PT
Kereta Api Indonesia (KAI) yang nantinya akan disalurkan pada PT Kereta Commuter
Indonesia sebagai anak dari Perusahaan PT KAI.

Hasil analisis lebih lanjut diperoleh bahwa 72% masinis yang memiliki masa kerja lebih
dari 5 tahun memiliki kualitas tidur yang buruk begitupun dengan 70% masinis yang
memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun. Hal ini menunjukan meskipun masa kerja
masinis terbilang baru tetapi sudah memiliki kualitas tidur yang buruk. Sedangkan
proporsi masinis yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun yaitu 28% memiliki
hipertensi dibandingkan masinis yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun yaitu
12%. Penelitian lain dari Huazhong University of Science and Technology (2013) yang
mengkaji mengenai efek dari masa kerja pekerja shift terhadap kualitas tidur dan
hipertensi menyimpulkan bahwa kerja shift menjadi faktor risiko independen yang dapat
meningkatkan tekanan darah dan merubah kualitas tidur. Penelitian tersebut menjelaskan
bahwa masa kerja < 10 tahun sudah dapat mengganggu kualitas tidur pekerja. Hal ini
disebabkan karena sistem shifting mempengaruhi pola tidur yang akan berlanjut menjadi
gangguan tidur. Menurut Epstain dan Mardon (2010), menyebutkan bahwa 60% sampai
70% pekerja shift mengalami gangguan tidur dimana masalah ini tidak hanya dialami oleh
pekerja shift malam hari saja, melainkan seluruh pekerja yang menjalani sistem shifting.

Universitas Indonesia
52

Hasil analisis penelitian ini menunjukan kemungkinan bahwa masa kerja masinis menjadi
salah satu faktor terhadap kualitas tidur dan tekanan darah. Penelitian Kawachi et al
(2014) mengungkapkan bahwa pekerja shift yang memiliki masa kerja lebih dari 6 tahun
memiliki risiko lebih besar 1,5 kali mengalami hipertensi. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat perbedaan dalam hasil penelitian dimana penelitian sebelumnya menggambarkan
bahwa terdapat hubungan antara masa kerja pekerja shift dengan tekanan darah
dibandingkan dengan penelitian ini. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satu
faktor yang menjadi penyebab adalah perbedaaan karakteristik responden.

6.2 Kualitas Tidur


Berdasarkan hasil penelitian pada masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor didapatkan
rata-rata responden masinis memiliki skor kualitas tidur (PSQI) adalah sebesar 7,08
dengan variasi 7,77. Skor kualitas tidur (PSQI) responden terbanyak adalah 12 yaitu 16%
diikuti oleh responden dengan skor kualitas tidur sebesar 8 dan 6 yang masing-masing
memiliki proporsi yang sama sebesar 14,7%. Responden masinis dengan skor kualitas
tidur (PSQI) terendah adalah 2 sebanyak 2,7% dan skor kualitas tidur (PSQI) tertinggi
yaitu 17 sebanyak 1,3%. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengkategorikan kualitas
tidur responden berdasarkan Kualitas tidur (PSQI). Prevalensi masinis yang mengalami
kualitas tidur buruk lebih besar yaitu 50 dari 75 responden (70,7%) dibandingkan dengan
prevalensi masinis yang memiliki kualitas tidur baik (29,3%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2012) terhadap pekerja
shift PT Krakatau Steel Indonesia di Cilegon yang menunjukan bahwa sebagian besar
kualitas tidur pada responden adalah buruk. Persamaan penelitian ini salah satunya adalah
sistem kerja shift yang digunakan oleh perusahaan. Namun, hal ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2013) terhadap pekerja shift PT MWT di
Cikarang yang mendapatkan data bahwa 52,6% pekerja memiliki kualitas tidur yang baik.
Menurut DeLaune dan Ladner (2016) terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas tidur antara lain tingkat kegelisahan dan kenyamanan, lingkungan kerja, gaya
hidup, diet, obat dan medikasi lain, budaya, serta norma yang digunakan dalam
perusahaan.

Peneliti menyimpulkan bahwa ada persamaan terhadap kualitas tidur pekerja dari
penelitian yang dilakukan oleh Agustin pada tahun 2012. Hasil analisis dari penelitian

Universitas Indonesia
53

tersebut menemukan bahwa adanya hubungan antara penyakit fisik dengan kualitas tidur
pekerja. Hal tersebut tidak ditemukan dalam penelitian ini. Namun, hal yang menjadi
faktor yang mempengaruhi lebih pada jam kerja para pekerja shift yang selalu berubah-
ubah setiap bulan dan tidak memiliki jam tidur yang jelas. Hal ini jelas berkaitan dengan
teori yang menjelaskan tentang pola tidur dan irama sirkardian yang bisa berubah serta
mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Dalam data PSQI yang telah dianalisis oleh
peneliti, durasi tidur menjadi faktor tertinggi yang menyebabkan kualitas tidur buruk
dalam responden pekerja shift yaitu masinis. Disusul dengan latensi tidur yaitu masa atau
waktu yang dibutuhkan responden sebelum benar-benar tertidur.

Temuan ini dapat berbeda dengan temuan yang dilakukan oleh Purwati (2013) di PT.
MWT Cikarang karena memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda. Dalam hasil
temuan Purwati (2013) lingkungan kerja PT. MWT Cikarang lebih terlihat nyaman, sejuk,
dan tidak dekat dengan jalan raya sehingga dapat meminimalisir stress psikologis dalam
melakukan pekerjaan yang dapat terpangaruh oleh suhu yang panas serta kebisingan.
Tentu hal ini sangat berbeda dengan lingkungan responden peneliti yaitu masinis PT KCI
yang memiliki lingkungan kerja yang ramai, suhu terbilang cukup panas saat siang hari,
dan memiliki kebisingan yang cukup tinggi dengan durasi yang cukup lama serta terpapar
secara terus menerus. Tentunya hal ini dapat mempengaruhi kualitas tidur responden.

6.3 Tekanan Darah


Berdasarkan hasil analisis tabel 5.9 rata-rata tekanan darah sistolik responden adalah
117,56 mmHg dengan standar deviasi sebesar 8,873 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan
darah diastolik responden adalah 76,37 mmHg dengan standar deviasi sebesar 6,972
mmHg. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan pada confident interval (CI 95%)
diyakini bahwa rata-rata tekanan darah pekerja masinis Rute Jakarta Kota-Bogor berkisar
antara sistolik (115,52-119,6 mmHg) dan diastolik (74,77-77,98 mmHg). Analisis lebih
lanjut dilakukan peneliti berdasarkan pengklasifikasian tekanan darah menurut Joint
National Committee on prevention, detection, evaluation, and tritment of high blood
pressure (JNC) sehingga dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki tekanan
darah normal yaitu sebesar 82,7% dari total 75 responden dan 17,3% memiliki tekanan
darah tinggi.

Universitas Indonesia
54

Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Deischa
(2016) pada pekerja malam yang menunjukan bahwa prevalensi responden yang memiliki
tekanan darah tidak normal sebesar 71,9% lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi
responden yang memiliki tekanan darah normal yaitu 28,1%. Meskipun karakteristik usia
tergolong sama yaitu pada rentang usia dewasa muda, namun tekanan darah memiliki
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Seperti jenis kelamin, ras dan etnik,
stress, aktivitas fisik, obesitas, obat-obatan yang dikonsumsi, suhu, dan juga kualitas tidur
(Kozier, Snyder, Berman, & Glenora, 2010).

Tekanan darah adalah salah satu tanda vital yang menjadi acuan penting untuk menilai
sistem sirkulasi. Tekanan darah merupakan tekanan yang ada pada pembuluh darah saat
darah akan dipompa dan dialirkan ke seluruh tubuh. Jika jantung bekerja lebih keras dan
lebih kuat untuk memompakan darah karena terjadinya penyempitan pembuluh darah,
maka hal tersebut bisa menyebabkan kondisi tekanan darah tinggi. Para pekerja malam
hari cenderung berisiko memiliki tekanan darah tinggi karena pada shift malam
mengalami peningkatan hormone stres. Kondisi ini bisa terjadi karena tubuh dipaksa
untuk tetap terjaga. Hormone stres seperti kortisol yang menyebabkan tekanan darah
cenderung meningkat. Hal tersebut menjelaskan temuan yang dilakukan oleh Deischa
(2016) pada pekerja malam yang mayoritasnya memiliki tekanan darah lebih tinggi.

Kondisi ini berbeda dengan temuan pada penelitian peneliti. Karakteristik jam kerja shift
masinis PT KCI memiliki perbedaan dengan jam kerja shift pada pekerja shift lain.
Masinis tidak melakukan jam kerja malam hingga total 24 jam dalam 1 hari melainkan
hanya pada batas maksimal sesuai dengan jam kereta beroperasi. Selain itu, kesehatan
para masinis terbilang sangat terjaga, hal ini dibuktikan dengan fasilitas dan program
yang diberikan oleh PT KCI yang sudah menjadi standar bagi perusahaan. Seperti adanya
pemeriksaan kesehatan rutin harian yang dilakukan di pos kesehatan yang terdiri dari
pemeriksaan tanda-tanda vital dan alkohol. Hasil observasi peneliti juga terdapat sarana
dan prasarana gym atau tempat olahraga pada kantor UPT Depok yang dapat digunakan
oleh para masinis untuk menjaga kesehatannya. Selain itu, PT KCI juga melakukan
pemeriksaan Medical Check Up (MCU) tahunan pada setiap pekerjanya. Jika memang
ditemukan suatu kondisi terntentu pada saat MCU maka hal tersebut dapat dicegah dan
ditangani lebih cepat.

Universitas Indonesia
55

6.4 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah


Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
kualitas tidur dengan tekanan darah adalah chi-square, peneliti juga menggunakan odd
ratio (OR) yang berguna sebagai mengetahui kekuatan hubungan atau peluang antara
kualitas tidur dengan tekanan darah. Hasil analisis uji chi-square antara kualitas tidur
dengan tekanan darah pada pekerja masinis Rute Jakarta Kota-Bogor diperoleh bahwa
sebanyak 12 (22,6%) masinis dengan kualitas tidur yang buruk mengalami hipertensi.
Namun berdasarkan hasil uji statistik chi-square yaitu fisher’s exact test dengan nilai
p=0,092 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada masinis rute Jakarta Kota-Bogor.

Temuan ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan pada pekerja di PT. Ina
Karya Jaya pada tahun 2015 oleh Erwin yang menunjukan bahwa tidak ada korelasi yang
bermakna secara statistik antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pekerja pabrik
dengan sistem rotasi shift. Beberapa kemungkinan yang membuat kualitas tidur dengan
tekanan darah tidak memilik hubungan yang signifikan diungkapkan oleh Erwin bahwa
pekerja shift malam dapat tidur lebih lama dibandingkan dengan shift pagi atau siang hari.
Durasi tidur dapat lebih dari 8 jam ketika pekerja memulai tidur pada pagi hari setelah
selesai shift malam hari. Durasi tidur ini lebih lama dibandingkan dengan pekerja yang
tidur setelah melakukan shift pagi dan siang yang memiliki waktu tidur berkisar 5-7 jam
saja. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Sfreddo (2010) yang juga mendapatkan
temuan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah tinggi
pada pekerja shift. Sfredo (2010) pada penelitiannya juga mengatakan bahwa pekerja shift
malam akan memiliki jumlah waktu tidur yang cenderung lebih lama dibandingkan
dengan shift lain. Hal ini akan membuat fase tidur REM para pekerja lebih panjang
daripada siklus tidur normal.

Masinis yang memiliki jadwal dinas pada sistem shift yang berotasi dan tidak menetap
pada waktu pagi, siang, dan malam dapat menjadi salah satu penyebab tidak adanya
hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah. Berdasarakan hasil wawancara
peneliti dengan responden dan penyelia dinasan PT KCI mengenai sistem shift yang
diguanakan didapatkan bahwa sistem dinasan selalu berubah-ubah setiap bulannya.
Narasumber mengatakan bahwa sistem dinasan PT KCI berbeda dengan sistem shift pada
pekerja lainnya yang cenderung tidak dapat ditebak dan cenderung tidak teratur. Hal

Universitas Indonesia
56

tersebut karena sistem dinasan PT KCI menggunakan sistem dinasan orderan atau
dinasan permintaan dari jadwal yang telah ditentukan sebelumnya oleh pusat yang
kemudian disesuakan dengan jumlah masinis di setiap UPT. Sistem dinasan yang tidak
teratur dan berotasi ini memungkinkan pekerjanya untuk tetap mempertahankan irama
sirkadian yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya mengenai sistem
kerja shift tidak memiliki hubungan dengan penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi
dengan p>0,05. Responden penelitian tersebut menggunakan pekerja shift yang berotasi
dan tidak menetap pada shift tertentu saja. Karakteristik responden penelitian tersebut
sama dengan penelitian ini.

Penelitian lain yang memiliki hasil hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah
pada pekerja adalah penelitian yang menggunakan metode kohort. Tidak sama dengan
metode penelitian peneliti yang menggunakan metode potong lintang (cross sectional).
Penelitian yang dilakukan oleh Suwazono et all (2011) yang telah dilakukan selama 14
tahun pada pekerja pabrik baja di Jepang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara sistem kerja shift dengan meningkatnya tekanan darah. Menurut
penelitian tersebut, pekerja shift malam cenderung memiliki kualitas tidur yang buruk
yang disebabkan oleh perubahan dan gangguan irama sirkadian. Efek perubahan tersebut
dapat ditambah dengan stress yang meningkat pada pekerja shift malam yang
menyebabkan risiko peningkatan tekanan darah, akan tetapi mekanisme ini menggunakan
penelitian dengan jangka waktu yang lama sehingga terlihat perubahan kesehatan pada
pekerja. Berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti yang hanya mengambil data hanya
pada satu waktu saja.

6.5 Keterbatasan Penelitian


Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Keterbatasan
penelitian ini terutama berada pada sampel dan instrumen penelitian yang digunakan.
Jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti relatif sedikit yaitu hanya berjumlah 75
sampel dibandingkan dengan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian sebelumnya.
Ditambah dengan mayoritas masinis senior yang memiliki usia lebih tua menolak untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini dan mendelegasikannya pada masinis yang terbilang
lebih muda. Jumlah dan karakteristik sampel yang digunakan memungkinkan menjadi
faktor penyebab hasil penelitian yang kurang signifikan secara statistik. Peneliti
menggunakan rumus sampel Slovin dengan derajat penyimpangan sebesar 10% bukan

Universitas Indonesia
57

5%. Hal tersebut membuat minimal sampel yang diambil peneliti lebih sedikit. Hal ini
karena peneliti tidak memiliki jumlah waktu yang cukup dengan responden yang sulit
ditemui dan memiliki mobilitas yang tinggi.

Peneliti menggunakan kuesioner PSQI yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur
masinis. Keusioner PSQI sudah banyak dipakai dalam mengukur kualitas tidur dalam
penelitian-penelitian sebelumnya dan sudah menjadi kuesioner baku sehingga peneliti
tidak melakukan uji validitas secara langsung. Peneliti hanya menggunakan hasil uji
validitas kuesioner PSQI dari peneliti sebelumnya yang memiliki karakteristik yang
cukup sama. Namun, ternyata ada pertanyaan kesioner mengenai jam tidur responden
yang tidak sesuai karena sistem kerja shift masinis yang tidak teratur dan berbeda-beda.
Hal ini membuat objektifitas penilaian dalam dimensi durasi tidur dalam kuesioner PSQI
menjadi menurun. Selain itu, dengan pertimbangan ketebatasan waktu yang dimiliki oleh
peneliti, dimensi durasi tidur menjadi satu kesatuan dalam kesioner PSQI sehingga
pertanyaan tidak bisa dibuang atau dikurangi. Semua dimensi dalam kuesioner PSQI
untuk mengukur kualitas tidur tetap digunakan dengan sedikit perbaikan redaksi agar
lebih mudah dipahami oleh responden.

Selain itu, selama proses pengambilan data responden, metode yang digunakan dan telah
direncanakan oleh peneliti tidak berjalan lancar. Rencana pengambilan data dimana
peneliti akan berdiam diri di pos kesehatan untuk membagikan kuesioner PSQI dan
mendapatkan data tekanan darah responden saat pemeriksaan kesehatan sebelum berdinas
tidak berjalan sesuai rencana. Pada pos kesehatan UPT Depok peneliti tidak bisa
menggunakan teknik pengambilan data tersebut karena pos kesehatan terbilang kecil
sehingga peneliti tidak mendapatkan izin untuk mengambil data dalam pos kesehatan.
Namun, peneliti masih bisa mendapatkan data tekanan darah pada responden dari laporan
hasil pemeriksaan harian pada hari yang sama. Hanya saja peneliti membagikan kuesioner
PSQI pada responden yang sudah selesai berdinas.

6.6 Implikasi Keperawatan

6.6.1 Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan


a). Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian asuhan
keperawatan komunitas khususnya dalam kesehatan kerja, terkait dengan temuan peneliti
mengenai perilaku merokok yang dimiliki oleh sebagian besar masinis. Para masinis yang

Universitas Indonesia
58

memiliki kebiasaan merokok mengatakan bahwa kebiasaan ini baru muncul setelah
bekerja sebagai masinis. Hal ini terbukti bahwa masinis telah lulus dari screening
kesehatan yang telah dilakukan sebelum menjadi masinis. Beberapa responden
mengatakan bahwa mereka bosan saat berada di dalam kereta dengan hanya melihat rel
secara terus-menerus dengan waktu yang lama dan bosan ketika menunggu jadwal dinas
selanjutnya. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk koping yang dimiliki oleh sebagian
masinis. Sebagai perawat pekerja, perlu melakukan pengkajian mengenai faktor apa yang
membuat kebiasaan tersebut muncul sebagai upaya preventif bahaya merokok. Selain itu,
perawat kesehatan kerja bisa membuat promosi kesehetan terkait dengan kebiasaan buruk
merokok dan membuat program untuk mengisi waktu luang yang dimiliki oleh masinis
agar tidak merasa bosan.
b). Hasil penelitian ini menemukan kebiasaan positif yaitu tidak ada masinis yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Hal ini didukung oleh petugas kesehatan
yang memiliki program pemeriksaan alkohol rutin harian sebagai salah satu persyaratan
masinis untuk memulai dinas. Hasil penelitian ini dapat dimasukan dalam program
promosi dan juga preventif mengenai bahaya mengkonsumsi alkohol terhadap kesehatan
dan juga terhadap tuntutan pekerjaan yang memiliki tanggung jawab terhadap
keselamatan penumpang. Perawat kesehatan kerja tetap perlu melakukan pengawasan
terhadap pekerjanya mengenai temuan ini. Selain itu, perawat juga bisa mengkaji lebih
lanjut mengenai nutrisi yang dimiliki oleh masinis.
c). Berdasarkan hasil penelitian ini prevalensi masinis yang memiliki kualitas tidur buruk
sebesar 70,7%. Kualitas tidur yang buruk dapat memberikan efek negatif terhadap
produktivitas kerja dan kesehatan pekerja. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
bagi petugas kesehatan terutama perawat kesehatan kerja. Ketika berinteraksi dengan
pekerja, perawat harus fokus kepada kebutuhan kesehatan dan keselamatan kerja. Perawat
kesehatan kerja perlu menyadari adanya pekerja yang tidak mampu melakukan sistem
kerja shift yang menjadi gangguan untuk irama sirkadian normal. Petugas kesehatan perlu
membantu menemukan alternatif dalam pengaturan jam kerja yang tidak teratur dan
melebihi batas jam kerja. Perawat kesehatan kerja bisa berperan sebagai advokat yaitu
bekerja sama dengan pihak perusahaan yaitu para penentu kebijakan mengenai jam kerja
yang lebih baik dan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi para
pekerjanya.

Universitas Indonesia
59

6.6.2 Pendidikan Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan menenai kualitas tidur dan tekanan
darah pada pekerja formal yang memiliki sistem kerja shift. Penelitian ini dapat
digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dalam mengembangkan intervensi
maupun strategi yang aplikatif terkait kualitas tidur dan perubahan tekanan darah
khususnya pada kesehatan kerja seperti pengembangan edukasi mengenai pemenuhan
kebutuhan tidur pada pekerja.

6.6.3 Penelitian Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru mengenai hubungan kualitas tidur
dengan tekanan darah. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan rujukan
penelitian selanjutnya yang membahas lebih lanjut terkait faktor yag mempengaruhi
kualitas tidur dan tekanan darah pada pekerja shift. Hasil penelitian ini juga diharapkan
mampu menjadi data pendukung yang memperkuat latar bekang penelitian selanjutnya.
Selain itu, temuan dalam penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya
mengenai dampak kualitas tidur yang buruk terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

Universitas Indonesia
BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah pada pekerja masinis PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Rute Jakarta
Kota-Bogor, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Rata-rata masinis berusia 25 tahun yaitu usia dewasa muda.


b. Prevalensi Masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor sebagian besar memiliki
kebiasaan merokok.
c. Seluruh Masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi alkohol.
d. Masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor sebagian besar tidak memiliki riwayat
keluarga dengan hipertensi.
e. Masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor sebagian besar memiliki masa kerja
kurang dari 5 tahun.
f. Prevalensi Masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor mayoritas memiliki kualitas
tidur buruk.
g. Tekanan darah pada masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor mayoritas memiliki
tekanan darah normal.
h. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan
darah pada pekerja shift yaitu masinis di PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor. Hal
ini menunjukan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
tekanan darah masinis sebagai pekerja.

7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan mengenai hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah pada pekerja masinis, peneliti mencoba untuk memberikan beberapa saran
yang dapat dijadikan pertimbangan dan perkembangan penelitian selanjutnya diantaranya
adalah:

60
Universitas Indonesia
61

7.2.1 Untuk Perusahaan


PT KCI dapat menjadikan hasil penelitian sebagai acuan untuk membuat suatu kebijakan
dalam upaya preventif dan promotif dalam permasalahan kualitas tidur dan tekanan darah.
PT KCI dapat membuat penjadwalan olahraga rutin pada masinis demi menjaga tekanan
darah tetap stabil. Perusahaan bisa menyediakan alat fitness atau fasilitas olahraga lain
pada seluruh dipo atau UPT yang dapat digunakan oleh pekerja. Perusahaan perlu
membuat sosialisasi untuk mengenali pentingnya istirahat demi menjaga kualitas tidur
yang baik dan mengatasi kelelahan. Perusahaan perlu membuat sosialisasi terkait bahaya
merokok dan bagaimana cara mengatasi kebiasaan buruk tersebut. Perusahan perlu
memberi lingkungan yang aman dan nyaman seperti membuat sarana rekreasi atau tempat
beristirahat yang bisa meminimalisir stress kerja.

7.2.2 Untuk Pekerja atau Masyarakat


Saran bagi masinis antara lain, kurangi asupan minuman yang mengandung kafein seperti
kopi atau teh yang dapat mengganggu tidur, kurangi kebiasaan merokok dengan batasan
tertentu secara bertahap hingga kebiasaan tersebut bisa hilang, melakukan olahraga rutin
2 kali seminggu, memastikan istirahat yang cukup setelah berdinas, dan memastikan
kondisi tubuh sehat serta fit sebelum memulai dinas.

7.2.3 Untuk Perawat Komunitas


Perawat kesehatan kerja dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam
memberi asuhan keperawatan terkait dengan kualitas tidur dan tekanan darah pada
masinis sebagai pekerja shift. Perawat bisa memberikan asuhan keperawatan terkait
dengan kualitas tidur yang buruk yang disebabkan karena gangguan tidur, kurangnya
waktu tidur, ataupun gaya hidup yang buruk. Intervensi yang bisa dilakukan seperti
menyarankan pekerja menggunakan instrumen musik relaksasi untuk mengatasi
gangguan tidur. Untuk mendukung asuhan keperawatan tersebut, perawat perlu
melakukan pengkajian mengenai gaya hidup pekerjanya baik dari asupan nutrisi yang
dapat mempengaruhi kualitas tidur dan tekanan darah. Peningkatan kemampuan dalam
ranah kesehatan kerja juga harus ditingkatkan seperti mengikuti seminar dan workshop
serta melakukan penelitian-penelitian terkait dengan kualitas tidur dan tekanan darah.

7.2.4 Untuk Pendidikan Keperawatan


Pendidikan keperawatan perlu menambahkan kurikulum terkait kesehatan kerja yang
tergabung dalam keperawatan komunitas. Pendidikan keperawatan belum banyak

Universitas Indonesia
62

membahas keperawatan kesehatan kerja secara luas baik formal atau non-formal sehingga
nantinya mahasiswa keperawatan yang bekerja dalam pelayanan kesehatan di tempat
kerja diharapkan sudah memiliki kemampuan yang memadai.

7.2.5 Untuk Penelitian Selanjutnya


Peneliti selanjutnya bisa menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasil
dapat mencerminkan hasil penelitian yang lebih akurat. Diharapkan peneliti selanjutnya
dapat mengembangkan topik penelitian terkait, seperti fakor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur pada masinis dan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
darah pada masinis. Peneliti juga bisa menambahkan variabel frekuensi shift masinis
dalam sehari untuk memperkaya faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur dan
tekanan darah. Peneliti juga bisa mengembangkan penelitian menggunakan desain
penelitian kualitatif untuk mengetahui kualitas tidur dan tekanan darah.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D. (2012). Factor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift
di PT. Krakatau Tirta Industri Cilegon. Depok: FIK UI.
Agus, Dharmady. (2003). Siklus kehidupan dan perkembangan individu. Jakarta:
Universitas Katolk Indonesia Atma Jaya.

Allender, J. & Spradley, B. (2005). Community health nursing. Philadelphia: Lippincott


Williams & Wilkins.
Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2014). Community & public health nursing:
promoting the public’s health (8th ed.). China: Lippincott Williams & Wilkins.
American Heart Association. (2012). What is high blood pressure?. 5 Maret 2019. From:
https://www.heart.org/idc/groups/heart-
public/@wcm/@hcm/documents/downloadable/ucm_300310.pdf
Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2011). Community as partner: theory and practice in
nursing (6th ed.). China: Lippincott Williams & Wilkins.
Badan Penelitian dan Pengambangan Perhubungan. (2019). Kolaborasi, langkah litbang
perhubungan menghadapi revolusi industri 4.0. Retrieved March 3, 2019, from
http://balitbanghub.dephub.go.id/index.php/2019/02/20/kolaborasi-langkah-
litbang-perhubungan-menghadapi-revolusi-industri-4-0/
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik angkatan kerja. Diakses pada tanggal 28 Juni
2019. Dari: https://www.bps.go.id/statictable/2016/04/04/1904/penduduk-
berumur-15-tahun-ke-atas-menurut-golongan-umur-dan-jenis-kegiatan-selama-
seminggu-yang-lalu-2008---2018.html
Badan Pusat Statistik. (2016). Statistik transportasi darat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Berman, Snyder, Kozier, Erb, (2008). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Edisi
5. Jakarta: EGC.
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice (tenth edit). New Jersey: Pearson Education
Inc.
Buysse D.J., Reynolds C.F., Monk T.H., Berman S.R., dan Kupfer D.J. 1988. The
Pittsburgh Sleep Quality Index: a new instrument for psychiatric practice and
research. Psychiatri Research, 28, 193-213 [serialonline] diakses pada
tanggal 4 Maret 2019. Dari:
http://www.sleep.pitt.edu/research/ewExternalFiles/PSQI%20Article.pdf
Dahlan Sopiyudin, M. (2018). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

63
Universitas Indonesia
64

DeLaune, Sue C. dan Patricia K. Ladner. (2016). fundamentals of nursing


standards & practice 4th. United State Kingdom:Delmar Cengage
Learning.
Deischa, NJP., Ismael, & Rochmawati. (2016). Hubungan kualitas tidur dengan tekanan
darah pada pekerja malam usia dewasa muda (studi pada pedagang warung
tenda). Pontianak.

Christian R & Thomas E. (2012). Narcolepsy: neural mechanisms of sleepiness and


cataplexy. The Journal of Neuroscience, September 5, 2012.32(36):12305–
12311.
Nishino S, Okuro M, Kotorii N, et al. (2010). Hypocretin/orexin and narcolepsy
narcolepsy new basic and clinical insight. Acta Physiol (Oxf) 2010; 198(3): 209.
Epstain, L.J. & Mardon, S. (2010). The Harvard medical school guide a good night’s
sleep. New York: Harvard Medical School.
Guzik, A. (2013). Essentials for occupational health nursing. Ames, Iowa: Wiley-
Blackwell, a John Wiley & Sons, Inc., Publication.
Handayani, P. (2008). Hubungan antara penerapan shift kerja dengan pola tidur pekerja
di bagian produksi PT. Enka Parahyangan . Jakarta:FKIK UIN Syarif
Hidayatullah.
Hermida, R.C., Ayala, D. E., Mojon, A., & Fernandez, J., R. (2012). Sleep-time blood
pressure and the prognostic value of isolated-office and masked hypertension.
America Journal of hypertension. 25(3), 297-305.doi:10.1038/ajh.2011.208
Hidayat, A.A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Husni, Lalu. (2003). Hukum ketenagakerjaan indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ilham, F.A. (2013). Hubungan antara kualitas tidur dan lama kerja dengan kejadian
hipertensi pada usia dewasa muda di desa pondok kecamatan nguter kabupaten
sukoharjo. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
International Labour Organization. (2016). Workplace Stress: Collective Challenge.
World Day for Safety and Health at Work. Geneva: ILO
Irmawan, Erwin. Widyatmoko, Sigit., dan Safari Wahyu. (2015). Hubungan antara
kualitas tidur dengan tekanan darah pada pekerja pabrik dengan sistem rotasi
shift. Universitas Muhammadiyah surakatta.

Kawachi I, Colditz GA, Stampfer MJ, et al. (2014). Prospective study of shift work and
risk of coronary heart disease in women. Circulation 1995;92:3178-3182.

Universitas Indonesia
65

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Infodatin: Pusat data dan informasi kementerian
kesehatan RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Infodatin: Pusat data dan informasi kementerian
kesehatan mengenai kesehatan kerja. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kereta Comuter Jabodetabek. (2015). Annual Report: best choice for urban transport.
Kereta Commuter Jabodetabek. (2016). Annual Report: towards excellent public service
and beyond.
Kereta Commuter Indonesia. (2017). Annual report: A transformation for greater service.
Kodrat, K.F. (2011). Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan pekerja pabrik kelapa sawit
PT X Labuhan Batu . Jurnal Teknik Industri.
Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan : Konsep,
Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7. EGC : Jakarta.
Lestari, P.L., & Allenidekania. (2009). Perbedaan kualitas tidur pekerja shift saat
menjalani shift pagi dengan saat menjalani shift malam pada PT. Kobame
Propertindo. Laporan penelitian tidak di publikasikan, Universitas Indonesia.
Loiselle, CG., JP McGrath, DF Polit, & CT Beck. (2010). Canadian Essentials of Nursing
Research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Manalu, A.R. Bebasi, E., Butar-Butar, W.R. (2012). Hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas Riau.
Pekanbaru: FK Univesitas Riau.
Maurtis, L.S., & Widodo, I.D. (2008). Faktor dan pernjadwalan shift kerja, vol 13, no.
2. Journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-teknom/artikel/view/792/710.
McGrath., et al, (2012). Sleep to Lower Elevated Blood Pressure: Study Protocol for a
Randomized Controlled Trial. Trials Journal. 15: 393
Narkiewicz K. (2006). Obesity and Hypertension—The Issue is more Complex than We
Thought; 21 (2). http://ndt.oxfordjournals.org/content/21/2/264.full. Diakses
pada tanggal 4 Maret 2019.
Nashori, F.H. (2004). Hubungan antara kuaitas tidur dengan kendali diri mahasiswa.
Jurnal fenomena vol:2, No:2 Universitas islam Indonesia:
http://journal.uii.ac.id/index.php/fenomena/article/view/1147
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Oakley, Katie. (2008). Occupational health nursing. (3rd Ed). West Sussex: JohnWiley &
Sons Inc.
Occupational Health Clinics For Ontario Workers Inc. (2005). Shift Work: Health Effects

Universitas Indonesia
66

And Solution. 5 Maret 2019. www.ochow.on.ac./ resouroos/ handbooks/ shift


work/ shiftwork.pdf
Potter, P.A, & Perry, A.G. (2009). Fundamental keperawatan: Konsep, proses dan
praktis. (Renata Komalasari, et al, Penerjemah). Ed ke-4. Jakarta: EGC.
Pramasari, adindha lili, Widjasena, B., Kurniawan, B., & Suroto. (2017). analisis tingkat
risiko kelelahan pada masinis commuter line rute bogor-jakarta kota, 5(36), 93–
99.
Purwanti. (2013). Hubungan antara kualitas tidur dengan produktivitas kerja pada
pekerja shift di PT MWT Cikarang. Depok: Universitas Indonesia.
Hastono S & Sabri L. (2014). Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Ratnasari, C. D. (2016). Gambaran kualitas tidur pada komunitas game online mahasiswa
teknik elektro universita dipenogoro. Semarang: Departemen Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro.
Sastroasmoro, S dan Ismael Sofyan. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta. CV Sagung Seto.
Sfreddo C., Fuchs S.C., Merlo I.R., Danni F., (2010). Shift Work Is Not Associated with High
Blood Pressure or Prevalence of Hypertension. J.P.One. 7(12): 171-78

Sines, David, Saunders, Mary, Forbes-Burford, Janice. (2009). Community health care
nursing. Britain.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk),
EGC, Jakarta.
Smeltzer, S, & Bare. (2010). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing.
Philadelpia : Lippin cott
Stanhope, M., and Lancaster, J. (2014). Community & public health nursing, 6th.Ed,
St.Louis: Mosby an Affiliated of Elsevier.
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: PT Alfabe.
Siswanto, Susila, Suyanto. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.
Bursa Ilmu. Yogyakarta.
Suwazono Y., Dochi M., Sakata K., Okubo Y., Oishi M., Tanaka K., Kobayashi E., and
Nogawa K. (2011). Shift Work Is a Risk Factor for Increased Blood Pressure in
Japanese Men: A 14-Year Historical Cohort Study. Hyperten.J.Am.Heart.Assoc.
(52):581-86
Syam, R.J. (2007). Analisis Pengaturan Shift Kerja yang Tepat untuk Menjaga Kestabilan
Performansi Kerja Karyawan dengan Menggunakan PsychoPhysiology Method.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Universitas Indonesia
67

Transportasi Komite Nasional Keselamatan. (2016). Data Investigasi Kecelakaan


Perkeretaapian Tahun 2010 – 2016. Database KNKT.
Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. from:
URL: http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf
University of Pittsburgh. (2011). Pittsburgh sleep quality index (PSQI):
http://www.sleep.pitt.edu/content.asp?id=1484&subid=2316
Wahyuni, Maurits, L.S., & Supraniati, E. (2003). Penurunan kewaspadaan perawat
dengan kerja bergilir pada rumah sakit “X” di Jakarta dan factor-faktor yang
berhubungan.
www.diglib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/digitalfiles.jsp?id=74092&lokasi=lokal
Werdani K.E, Rahmaningsih D.P, dan Tarwaka,. (2015). Perbedaan Tekanan Darah
Antara Shift Pagi, Sore, Malam Pada Perawat Rawat Inap Di Rumah Sakit
Umum Daerah Banyudono. Artikel Penelitian. Kesehatan Masyarakat FIK
UMS.
World Health Organization,. (2013). Occupational health: a manual for primary health
care workers (pp. 42-69). n.d: World Health Organization.
Yajun, Guo. Yuewei, Liu, Xiji Huang., Et all. (2013). The effects of shift work on sleeping
quality, hypertension and diabetes in retired workers. Huazhong University of
Science and Technology: Department of Occupational and Environmental
Health.

Universitas Indonesia
Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN

Judul : Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pekerja Masinis
PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor
Peneliti : Muhammad Ade Putra
NPM : 1506737893

Peneliti adalah mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas


Indonesia. Anda diminta kesediaannya untuk berpartisipasi pada penelitian ini. Anda
berhak untuk memutuskan ikut atau menolak berpartisipasi pada penelitian ini kapan pun
Anda inginkan, karena partisipasi anda bersifat sukarela. Sebelum mengambil keputusan,
saya akan menjelaskan beberapa hal tentang penelitian ini, sebagai bahan pertimbangan
untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini:
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai pencegahan faktor
risiko yang dapat memengaruhi tekanan darah pada pekerja.

2. Peneliti memberikan kebebasan bagi Anda memilih untuk berpartisipasi dalam


penelitian atau tidak. Peneliti tidak memaksa jika Anda tidak ingin berpartisipasi
dalam penelitian dan akan menghormati keputusan Anda tanpa dikenakan sanksi. Jika
Anda menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti akan
memberikan kuesioner pada waktu dan tempat yang telah disepakati.

3. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas dan data Anda. Peneliti menggunakan


informasi yang diberikan oleh Anda hanya untuk kebutuhan penelitian, tidak untuk
disebarluaskan.

4. Penelitian ini akan dilakukan dengan terlebih dahulu Anda menandatangani lembar
kesediaan menjadi responden dan selanjutnya mengisi kuesioner secara lengkap pada
dua bagian, yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kualitas tidur.

xvii
Universitas Indonesia
5. Kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian akan dilakukan pengecekan oleh
peneliti. Peneliti akan mengembalikan kuesioner kepada responden, jika terdapat poin
pertanyaan yang belum dijawab secara lengkap.

6. Jika selama pengisian kuesioner Anda merasa kurang nyaman, Anda berhak
mengundurkan diri dari penelitian tanpa sanksi apapun.

7. Penelitian ini hanya dilakukan dengan pengisian kuesioner saja tanpa intervensi
apapun sehingga tidak akan menimbulkan risiko buruk ataupun kerugian bagi Anda.

8. Peneliti menjamin tidak adanya eksploitasi terhadap responden. Penelitian ini murni
terkait kualitas tidur dan tekanan darah pada pekerja dan responden hanya diminta
untuk mengisi kuesioner yang disediakan.

9. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian, melainkan memberikan manfaat


bagi responden maupun perusahaan berupa pelaporan hasil penelitian kepada
perusahaan sebagai data perusahaan serta pemberian souvenir yang berguna bagi
responden.

10. Peneliti tidak akan membeda-bedakan perlakuan berdasarkan status responden. Setiap
responden berhak untuk bertanya terkait penelitian dan peneliti akan memberikan
informasi dan penjelasan penelitian dengan substansi yang sama. Demikian juga
dalam pemberian souvenir bagi responden.

11. Responden akan mengisi kuesioner di klinik atau di Dipo tempat dinas responden dan
mengerjakan secara sendiri-sendiri. Sebelumnya, terlebih dahulu peneliti
memberikan penjelasan dan pengarahan dalam pengisian kuesioner pada responden.

12. Peneliti akan menjamin kenyamanan selama penelitian dengan menciptakan


lingkungan yang kondusif.

13. Jika Anda telah memahami tujuan penelitian dan memutuskan untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian, Anda diminta untuk menandatangani persetujuan
terlampir.

xviii
Jika Anda mempunyai pertanyaan, masalah, komentar terkait keikutsertaan dalam
penelitian ini, Anda bisa menghubungi saya di nomor +6281293809551 atau melalui
email

xix
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama :
No.Hp/Wa :
Menyatakan telah mendapatkan penjelasan dari penelitian yang dilakukan oleh saudara
Muhammad Ade Putra, mahasiswa S1 Reguler dari Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Adapun judul penelitian yang dilakukan ialah “Hubungan Kualitas
Tidur dengan Tekanan Darah pada Pekerja Masinis PT KCI Rute Jakarta Kota-Bogor”.

Saya telah memahami tujuan dari penelitian ini dan percaya bahwa peneliti akan menjaga
kerahasiaan identitas saya. Saya memutuskan bersedia untuk menjadi responden dalam
penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun. Kesediaan saya menjadi
responden membuat saya bersedia untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan jujur.

, April 2019
Responden

(…………………)

xx
Lampiran 3

KUESIONER A
DATA DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian :
Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti!
Isilah jawaban sesuai dengan keadaan anda yang sesungguhnya!
Pada pertanyaan pilihan, beri tanda checklist (√) pada pilihan jawaban anda!

1. Inisial nama :
2. Usia :…….tahun
3. Kebiasaan merokok :
o Perokok
o Bukan Perokok

4. Konsumsi Alkohol :
o Ya
o Tidak
5. Riwayat keluarga dengan hipertensi :

o Ada
o Tidak ada

6. Masa Kerja : ………. tahun …….bulan


7. Tekanan Darah* : ………. mmHg

Keterangan:
Tanda *: diisi oleh peneliti

xxi
Lampiran 4

KUESIONER B

KUALITAS TIDUR (PSQI)


Petunjuk:

Pertanyaan berikut ini berhubungan dengan kebiasaan tidur anda hanya selama 1 bulan
terakhir. Jawaban anda harus menunjukkan kebiasaan yang paling sering dialami pada
siang dan malam hari pada sebulan terakhir ini. Pertanyaan nomor 1-4 dengan angka
sedangkan pertanyaan nomor 5-9 cukup dengan memberi tanda checklist (√).
Jawablah semua pertanyaan.

1. Pada pukul berapakah biasanya Anda tidur di malam hari?


Waktu tidur:__________

2. Berapa menit Anda menghabiskan waktu di tempat tidur sebelum akhirnya


tertidur di malam hari?
Jumlah menit yang dibutuhkan: __________

3. Pada pukul berapakah biasanya Anda terbangun di pagi hari?


Waktu bangun tidur: __________

4. Berapa jam Anda tidur nyenyak di malam hari?


Jam Tidur per malam: __________

xxii
Untuk masing-masing pertanyaan di bawah ini, pilihlah salah satu jawaban. Beri tanda checklist
(√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. Jawablah semua pertanyaan.

5. Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering anda Tidak Kurang 1 atau 2x 3x atau
mengalami gangguan tidur yang disebabkan karena: Pernah dari 1x seminggu lebih
seminggu seminggu

a. Tidak dapat tidur dalam waktu 30 menit

b. Terbangun di tengah malam atau dini hari

c. Terbangn karena harus ke kamar mandi

d. Sulit bernapas selama tidur

e. Batuk atau mendengkur keras

f. Merasa kedinginan

g. Merasa kepanasan

h. Mengalami mimpi buruk

i. Merasa nyeri atau pegal-pegal

Alasan lain:………………………………
j. …………………………………………...
(checklist tidak pernah jika tidak ada gangguan lain)

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering anda


6. menggunakan obat-obatan untuk membantu anda agar
tertidur?

Selama 1 bulan terakhir, apakah anda merasa


7. mengantuk ketika mengendarai kendaraan, makan,
atau melakukan aktivitas lainnya?

Tidak Hanya
Masalah Masalah
ada masalah
sedang Besar
masalah kecil

Selama 1 bulan terakhir, berapa besar masalah yang


8. Anda hadapi untuk tetap semangat dalam melakukan
aktivitas?

Sangat Sangat
Cukup baik Buruk
baik buruk

Bagaimana kualitas tidur anda secara keseluruhan


9.
selama satu bulan terakhir?

xxiii
Lampiran 5

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

xxiv
Lampiran 6

SURAT IZIN PENELITIAN

xxv
Lampiran 7

SURAT PENGANTAR

xxvi
Lampiran 8

SURAT KETERANGAN LOLOS UJI ETIK

xxvii
Lampiran 9

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN


No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni

Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal

2 Seminar Proposal

3 Revisi Proposal Penelitian

4 Persiapan uji etik dan izin penelitian

5 Pengambilan data penelitian

6 Analisis data penelitian

7 Penyusunan hasil dan pembahasan penelitian

8 Seminar hasil

9 Revisi hasil dan pembahasan penelitian

xxviii
BIODATA PENELITI

1. Nama Mahasiswa : Muhammad Ade Putra


2. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang/ 27 Juni 1997
3. NPM : 1506737893
4. Alamat : Jl. Lurah RT 003/ RW 02 No. 25, Kelurahan
Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, 15416
5. Alamat Email : [email protected]
6. Riwayat Pendidikan :
a. SDN Pondok Benda I (2003-2009)
b. MTsN Pamulang (2009-2012)
c. SMK Kesehatan Riksa Indrya (2012-2015)
d. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2015-2019)

xxix

Anda mungkin juga menyukai