Spmi HJ Neww
Spmi HJ Neww
Spmi HJ Neww
MATAKULIAH:
DI SUSUN OLEH :
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kegiatan PKL Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi (SPMI) Panti Sosial
Tresna Werdha Sinta Rangkang Palangka Raya, telah disetujui oleh Kepala Panti Sosial, Lahan
pada Praktik Kerja Lapangan Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi di Panti Sosial Tresna
Werdha Sinta Rangkang Palangka Raya.
…… Munifa, SKM,MPH
NIP. NIP. 19780306 200604 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Oleh karena itu,
penyelenggaraan makanan merupakan suatu keharusan, baik di lingkungan keluarga
maupun di luar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan makanan di luar lingkungan
keluarga diperlukan oleh sekelompok konsumen karena berbagai hal tidak dapat makan
bersama dengan keluarganya di rumah. Penyelenggaraan makanan bagi sekelompok
konsumen yang bukan merupakan satu keluarga, tetapi merupakan satu kesatuan yang
biasanya dikenal dengan penyelenggaraan makanan kelompok (Sjahmien Moehyi, 1992).
b) Tujuan Khusus
Setelah pelaksanaan penelitian ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami gambaran umum institusi penyelenggaraan makan di Panti
Sosial Tresna Sinta Rangkang Palangka Raya.
b. Menilai struktur organisasi, ketenagaan, fungsi dan tugas masing-masing.
c. Memahami uraian kegiatan di masing-masing unit mulai dari pengadaan
sampai dengan distribusi makanan termasuk pengawasan dan
pengendaliannya.
d. Menilai lay out dapur institusi (desain & lay out, dinding, lantai, ventilasi,
dan program pembersihan) dan peralatan (jumlah dan cara
pembersihannya).
e. Melaksanakan penelitian sistem penyelenggaraan makanan institusi
(masalah yang dihadapi dan alternative pemecahannya).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan berasal dari kata dasar “selengara” yang artinya “
menyelenggarakan, mengurus, dan mengusahakan sesuatu, seperti: memelihara, merawat
”(Ali, 1990:403).
Jika dikaitkan dengan makanan, maka penyelenggaraan makanan pada hakikatnya
merupakan kegiatan mengurus dan mengusahakan masalah makanan, atau proses
pengolahan makanan pada satu jenis kegiatan tertentu.
Menurut Moehyi (1992), penyelenggaraan makanan adalah suatu proses
menyediakan makanan dalam jumlah besar dengan alasan tertentu. Sedangkan Depkes
(2003) menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam
rangka pencapaiana status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan
termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status
kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011).
Sebelum makanan dikonsumsi melalui berbagai tahapan, mulai dari perencanaan
menu atau bahan yang akan dibeli sesuai kebutuhan, pengadaan bahan makanan melalui
pembelian atau menanam sendiri, pengolahan sesuai kebutuhan ataupun selera. Dengan
demikian, agar makanan yang dikonsumsi dapat berkualitas baik dari segi proses maupun
hasil pengolahannya maka perlu diselenggarakan secara baik.
Dengan penyelenggaraan makanan yang baik diharapkan akan menghasilkan
makanan yang baik kualitasnya, enak rasanya, penghidangan yang produksi yang murah.
Hal ini berarti bahwa dalam penyenggaraan makanan, selain memperhatikan aspek
kualitas makanan juga diperhatikan aspek biaya operasionalnya. Menurut Djuarni
(1998:273) yang dikuti oleh Deden (2010) mengemukakan bahwa penyelenggaraan
makanan sebagai proses pengolahan makanan, mulai dari perencanaan menu, pengadaan
bahan makanan dan perawatannya, persiapan dan pengolahan serta pelayanan.
2.2 Sarana Fisik Penyelenggaraan Makanan
a) Ruang / Tempat
Dalam penyelenggaraan makanan diperlukan ruangan atau tempat untuk
melaksanakan penyelenggaraan makanan tersebut, mulai dari ruangan penerimaan bahan
makanan sampai kepada tempat pembuangan akhir sisa bahan makanan. Adapun ruangan
tersebut adalah:
1. Tempat/ruang penerimaan bahan makanan.
3) Standar bumbu.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) dalam perencanaan menu
menyebutkan bahwa :
1) Perencanaan suatu menu makanan hendaknya menggunakan bahan
makanan yang mengandung gizi secara lengkap. Penganekaragaman selain
meningkatkan mutu gizi hidangan juga mempermudah perencanaan menu
makanan.
5. Tersedianya dana.
Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri Ragunan Jakarta bahwa
dalam pemesanan bahan makanan seperti buah-buahan dan sayuran dipesan untuk
kebutuhan seminggu dan daging-dagingan dipesan untuk kebutuhan sebulan. Hal
ini disebabkan buah-buahan dan sayuran termasuk kelompok pangan yang mudah
rusak, sedangkan daging-dagingan memiliki keawetan yang lebih tinggi
dibanding dua kelompok pangan tersebut. Pencatatan pemesanan disesuaikan
dengan kebutuhan dan jadwal kedatangan bahan-bahan makanan
tersebut(Febrianty, 2009)
Pengadaan bahan makanan dapat ditempuh dengan berbagai cara, seperti :
membeli di pasar atau pusat perbelanjaan, mengambil sendiri di kebun/sawah.
Dalam pengadaan bahan makanan sangat diperlukan kualitas bahan makanan dan
harga makanan terlebih lagi jika bahan makanan tersebut akan di sajikan di
perusahaan (Deden, 2010) .
Petugas yang ditugaskan untuk pengadaan bahan makanan di perusahaan
hendaknya bersikap jujur dan membeli bahan makanan sesusai dengan kebutuhan
menu yang telah direncanakan, sehingga anggaran yang diperuntukkan dalam
pengadaan bahan makanan betul-betul terpenuhi.
e) Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi
pemeriksaan, pencatatan dan pelapporan tentang macam, kualitas dan kuantitas
bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan yang telah
ditetapkan.Institusi membuat daftar pesanan bahan makanan sesuai dengan menu
yang akan disajikan (Moehyi, 1992).
Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses penyediaan makanan
dalam sistem penyelenggaraan makanan institusi(Depkes RI, 2003), prasyarat
penerimaan bahan makanan adalah:
1. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan
jumlah bahan makanan yang akan diterima.
3. Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan makanan.
Ada 4 prinsip penyimpanan bahan makanan yang sesuai dengan suhunya
(Depkes RI, 200):
4. Penyimpanan beku (frozen) pada suhu <0ºC seperti bahan protein yang
mudah rusak untuk jangka waktu <24 jam.
Tujuan
1. Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan
2. Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan makanan.
2) Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dengan cara mencatat atau menyalin data
c) Dana Operasional
Dana operasional termasuk didalamnya biaya makan, kegiatan, dan biaya
pemeliharaan seperti listrik lain didapatkan dari pemerintah dan donatur.
d) Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makan di Panti Jompo Tresna Werdha Sinta Rangkang
Palangkaraya memiliki siklus menu sebanyak 20×/bulan, orang – orang jompo di
panti makan sehari 3 kali yaitu pada waktu pagi, siang, dan sore atau malam.
Dalam pembagian makanan orang – orang jompo didistibusikan secara
perkelompok dengan mengirimkan 1 perwakilan untuk mengambil rantang
makanan setiap individu didalam perkelompok rumah wisma. Pada penelitian ini
makanan yang diberikan kepada orang – orang di panti jompo saat makan
pagi dan siang sudah baik yaitu meliputi karbohidrat, protein hewani, protein
nabati, buah dan sayur.
Waktu Kegiatan
05.00 – 07.00 Minum Teh dan Makan Pagi
12.00 – 13.00 Makan Siang
16.00 – 17.00 Makan Sore (Malam)
2) Karakteristik Sampel
a) Umur Sampel
Usia termuda adalah 55 tahun dan tertua 102 tahun. Makin bertambah usia
seseorang maka semakin bertambah pula kebutuhan gizinya tetapi perlu diperhatikan
bentuk makanan yang akan diberikan karena kondisi fisik lansia yang sudah mulai
berkurang fungsinya.
Alur kerja penyimpanan bahan makanan basah dipanti ini seperti daging,
ayam, ikan, sayuran, buah-buahan, bumbu-bumbu basah yang telah dibungkus,
mulai dari pemesanan, penerimaan, pemeriksaan spesifikasi bahan makanan, lalu
dimasukkan ke dalam lemari pendingin / penyimpanan. Bahan makanan yang
disimpan di dalam lemari es terlihat bebas dari kotoran serangga dan debu,
Pada Panti Tresna Werdha Sinta Rangkang Palangka Raya, bahan makanan basah akan
diserahkan ke bagian persiapan selanjutnya bagian persiapan akan membersihkan bahan
makanan seperti ikan, ayam, daging, sayur dan buah. Setelah dibersihkan bahan makanan
basah akan disimpan di dalam lemari pendingin. Untuk bahan makanan basah meliputi
daging, ikan, ayam, sayur, buah, bumbu dikeluarkan 2 hari sekali sesuai dengan bon
permintaan bahan makanan basah. Penyaluran bahan makanan basah ke tempat pengolahan
dilakukan setelah bahan makanan basah disiapkan (dicuci, dipotong, diiris dan lain-lain) oleh
bagian persiapan, jadi tenaga pengolahan makanan siap untuk mengolah bahan makanan
tersebut. Untuk penyaluran bahan makanan kering akan langsung disimpan di gudang
penyimpanan bahan makanan kering. Petugas akan menyediakan bahan makanan kering
sesuai dengan permintaan kemudian akan disalurkan pada bagian pengolahan di unit
produksi. Dalam penyaluran bahan makanan Tresna Untuk bahan makanan segar, bahan
makanan ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu persiapan lauk hewani, persiapan sayur dan buah-
buahan, serta persiapan bumbu-bumbu.
Petugas yang menangani persiapan lauk hewani berjumlah 1 orang, sementara untuk
tenaga persiapan sayur dan buah ditangani oleh 2 orang, dan untuk persiapan bumbu-bumbu
ditangani oleh 1 orang. Setelah proses persiapan selesai, selanjutnya bahan makanan yang
sudah siap diolah akan diserahkan kepada petugas pemasak pada hari itu 3 orang yang akan
mengolah bahan makanan tersebut menjadi makanan yang sesuai dengan menu yang berlaku
pada hari itu. Untuk bahan makanan kering, petugas gudang akan menyediakan bahan
makanan yang diperlukan pada hari itu dengan berpedoman pada menu yang akan dimasak.
Bahan makanan kering ini nantinya akan diberikan kepada petugas bagian persiapan untuk
diolah pada tahap berikutnya.
4.9 Tata Letak (lay out) Pada Area Pemasakan (cooking area)
Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam mendesain dapur adalah
menentukan perletakan tempat memasak, tempat mencuci dan tempat menyimpan, yang
lebih dikenal dengan ”prinsip segitiga”. Prinsip ini menekankan agar antara ketiga fungsi
(memasak – mencuci – menyimpan) tidak saling menghalangi namun jaraknya tidak
terlalu jauh.
Tata letak (lay out) pada area pemasakan/cooking areaadalah tipe L (L Shape)
Model ini bisa diterapkan pada ruang yang terbatas. Jalur sirkulasi pada dapur L
relatiflebih nyaman. Bentuknya yang siku memungkinkan pengelompokan antara dapur
bersih dan kotor ditempatkan pada 2 dinding yang berpotongan (di sudut). Keuntungan
dari tipe dapur ini memuat tempat dan peralatan yang lebih banyak, cocok untuk ruangan
dapur yang mempunyai panjang ruangan terbatas, cocok untuk memisahkan dua
kelompok peralatan dan pembagian kerja dapat lebih merata. Seperti tempat pencucian
dan pemasakannya diruang terpisah, dan kerugiannya memerlukan waktu dan energi
yang lebih banyak.
Untuk panti sosial yang melayani sekitar 1350 oranguntuk 3x makan per hari
dengan menu di tetapkan (fixed menu) dandengan sistem pelayanan cafetaria dan tenaga
yang di butuhkansebagai berikut :
a. D3 Gizi : -
b. Pemasak : 1 orang
c. Pembantu pemasak : 2 orang
d. Tenaga kebersihan : 3 orang
e. Pelayan : 3 orang
Apabila menu yang di sediakan adalah menu pilihan, maka tenaga kerja yang di
butuhkan menjadi lebih banyak.
Jumlah tenaga pengelola penyelenggaraan makanan di Panti Sosial Tresna
Werdha Sinta Rangkang di Palangkaraya terdiri dari 3 orang dengan 3 orang ini temasuk
dalam pengolahan makanan. Pengelompokkan ketenagaan dalam PMI dipanti social ini
yaitu ada 3 orang tenaga pengolahan makanan yaitu ketiganya masuk dalam bagian
ketenagaan dalam PMI, seharusnya dalam ketenagaan PMI dipanti ini memiliki petugas
dapur lebih dari 3 orang dengan bagiannya masing – masing baik bagian pemasak,
pembantu pemasak ada 1 orang dimana ia merupan orang yang tinggal dipanti itu juga,
tenaga kebersihan dan pelayan. Sedangkan dipanti ini untuk 3 orang bekerja dalam semua
bagian yaitu selain bagian tenaga pemasak, kebersihan dan pelayan sehingga
kemungkinan dapat menimbulkan kelelahan bagi tenaga pekerjanya dan juga tidak ada
pergantian jadwal tenaga pemasaknya.
1. Apakah peralatan tersebut akan digunakan untuk jangka waktu yang lama.
2. Apakah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan masa depan dari penyelenggaraan
makanan, apakah peralatan tersebut memerlukan pemeliharaan.
3. Apakah ada alternatif, versi lebih murah dari peralatan serupa yang memadai yang dapat
memenuhi permintaan penyelenggaraan makanan.
Gambar di bawah ini menunjukkan diagram alir pemilihan peralatan
Mulai
Studi
Kasus
Analisa
Perencanaan
Faktor
Keamanan
Perencanaan
Evaluasi
perencanaan
Pembelian
Lanjutkan
Pengujian atau
percobaan alat
Ya Tidak
Dalam pemilihan peralatan, banyak faktor yang harus diperhatikan, dari mulai
perencanaan sampai dengan pembelian peralatan seperti yang dilihat pada diagram alir
diatas.
1. Studi Kasus : sebelum kita membeli peralatan yang digunakan alangkah lebih
baiknya kita mengadakan studi kasus terlebih dahulu tentang peralatan yang akan
digunakan misalnya bagaimana kegunaan alat, bagaimana keamanan dari peralatan
yang akan digunakan dan lain sebagainya.
2. Analisa perencanaan : lakukan analisa perencanaan dari peralatan yang akan
digunakan tersebut misalnya dari segi biaya, kualitas, dan kuantitas bahan.
3. Perencanaan : setalah dilakukan analisa perencanaan maka lakukanlah perencanaan
dari hasil analisis tersebut misalnya berapa banyak peralatan yang akan dibeli.
4. Evaluasi perencanaan : sebelum pembelian, lakukanlah evaluasi dari perencanaan
tersebut agar lebih matang perencanaan tersebut.
5. Pembelian : setelah semua telah dikaji maka tiba pada proses pembelian sesuai
dengan yang direncanakan dan sesuai budget atau biaya yang dimiliki. Ada beberapa
biaya yang dikeluarkan dalam pembelian dan pemeliharaan peralatan apapun dalam
setiap jenis jasa penyelenggaraan makanan. Biaya utama yang dikeluarkan dalam
pembelian peralatan adalah:
a) pembelian atau biaya awal
b) biaya pemasangan
c) biaya asuransi
d) biaya pemeliharaan
e) biaya penyusutan
f) biaya operasional
g) biaya manfaat dan kerugian yang diperoleh dengan penambahan peralatan.
Untuk perencanaan dan pemilihan alat bahan makanan dalam panti Tresna
Werdha Sinta Rangkang juga sudah cukup baik dan jenis peralatan yang dipilih
tergantung pada tempat dimana barang tersebut akan digunakan, jadi peralatan yang
digunakan sudah sesuai standard. Untuk jenis peralatan bahan makanan yang digunakan
terdiri dari bahan logam, besi cor, baja, stainless steel, plastic, kayu dan lainnya.
Layout Dapur
1
Pintu Pintu
masuk belakakng
7
6
2
3
4 5
Denah gambaran layout dapur
Keterangan gambar:
1. Gudang penyimpanan bahan kering
2. Meja penyajian
3. Lemari es khusus penyimpanan daging
4. Lemari es khusus penyimpanan bahan basah
5. Meja masak
6. Tempat penyimpanan barang/alat
7. Tempat pencucian bahan dan alat
Penilaian SPMI
1. Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan, adalah suatu kegiatan yang meliputi
pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas
bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan
(Aritonang, 2014). Penerimaan bahan makanan di Dapur Panti Sosial Tresna Sinta
Rangkang terbagi menjadi dua yaitu penerimaan bahan makanan segar dan kering. Tujuan
penerimaan bahan makanan ialah agar tersedia bahan makanan yang siap untuk diolah:
(1) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah
bahan makanan yang akan diterima; dan
(2) tersediannya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan. Penerimaan
bahan makanan di Dapur Panti Sosial Tresna Sinta Rangkang terbagi menjadi dua
yaitu penerimaan bahan makanan segar dan kering. Dalam penerimaan bahan
makanan segar yang dilakukan setiap 2 hari sekali di pagi hari petugas
penerimaan bahan makanan segar membawa rincian pemesanan bahan makanan
berupa macam dan jumlah. Masalah yang mungkin terjadi adalah ketelitian
tentang menganalisa spesifikasi bahan makanan terkadang bahan makanan yang
diterima tidak sesuai dengan spesifikasi makanan sehingga pemecahan masalah
adalah saat penerimaan bahan makanan menggunakan list yang berisikan
spesifikasi bahan makanan sehingga meminimalisir kejadian bahan makanan yang
tidak sesuai dengan spesifikasi.
3. Persiapan
Persiapan bahan makanan, adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan
makanan, yaitu meliputi : membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam dan
sebagainya. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa tenaga
persiapan tidak menggunakan APD (alat pelindung diri) dengan lengkap padahal bagian
persiapan juga dapat berkontribusi dalam menimbulkan bahaya pada makanan. Bahaya yaitu
bahaya fisik berupa rambut dan air ludah sehingga perlu dilakukan pengarahan mengenai
APD (alat pelindung diri). Penggunaan APD adalah salah satu prinsip hygiene dan sanitasi
penyelenggaraan makanan (Aritonang, 2014).
5.2 Saran
a) Untuk ketenagaan dalam pengelola atau PMI sebaiknya bisa lebih dari 3 orang
dengan masing – masing petugas memiliki fungsinya seperti ada yang di bagian
tenaga pemasak saja, tenaga pendistribusian makanan, tenaga persiapan
makanan dikarenakan untuk mencegah tenaga pengolah makanan mengalami
kelelahan.
b) Sebaiknya tempat penyimpanan bahan makanan yaitu seperti penyimpanan
bahan makanan basah dibersihkan kurang lebih 1 minggu sekali atau secara
berkala
c) Sebaiknya saat pengolahan makanan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
seperti masker, penutup kepala, sarung tangan, dan celemek.
Daftar Pustaka
Mukrie, Nursiah. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta :Proyek
pengembangan pendidikan tenaga gizi pusat
Bakri, Bachyar dkk. Buku Ajar Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi. 2018
LAMPIRAN KEGIATAN
fhoto bersama dengan ibu pengolah dan fhoto bersama dengan ibu pengolah dan
penyaji makanan penyaji makanan
fhoto saat pencucian bahan makanan dan alat fhoto saat pengolahan bahan makanan
sebelum di gunakan dan di olah
fhoto saat pengolahan bahan makanan fhoto saat pemaskan bahan makanan
A. Tujuan :
- Adanya penyediaan makanan untuk orangtua (lansia) di Panti SOsial Tresna Werdha
Sinta Rangkang .
- Untuk perbaikan status gizi orangtua (lansia) Panti Sosial
- Untuk meningkatkan promosi kesehatan
- Adanya penyediaan makanan yang seimbang dan bervariasi
B. Pengumpulan data
Jenis kelamin Jumlah
Perempuan 35
Laki - laki 43
Total 78
o Golongan umur :
Jenis Gol. umur Jml Kecukupan Jml Energi Kecukupan Jml Protein
Kelamin Konsumen Energi Protein (AKG)
(AKG)
D. Kecukupan rata - rata energy dan zat gizi lain per hari
138950 𝑘𝑘𝑎𝑙
Energi/hari = = 1781,41 kkal
78
4639 𝑔𝑟
Protein/hari = = 59,47 gr
78