Kel 4 Formula Ubi Ungu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENGEMBANGAN FORMULA MAKANAN

Dosen Pembimbing :

Zulfiana Dewi,SKM,.M.P

Oleh :

Akhmad Durrun Nafis P07131216091

Amaruli P07131216093

Auliya Muflihati P07131216096

Sandra Septian Eka C P07131216130

Siti Rahmah P07131216132

POLITEKNIK KESEHATAN KEMETRIAN KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN GIZI

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan. Nutrisi merupakan kebutuhan utama pasien kritis
dan nutrisi enteral lebih baik dari parenteral karena lebih mudah, murah,
aman, fisiologis dan penggunaan nutrien oleh tubuh lebih efisien.
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan
melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau
jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin. Menurut
Wiryana (2007). Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral
akan menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang
diberikan secara dini akan membantu memelihara epitel pencernaan,
mencegah translokasi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster,
kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat
mengurangi resiko regurgitasi aspirasi.
Apabila usus berfungsi baik, gunakanlah untuk nutrisi enteral dengan
memakai konsep nutrisi enteral dini. Pada keadaan dimana usus tidak
berfungsi, segera diberikan nutrisi parenteral atau nutrisi enteral dan parenteral
bersama-sama sehingga kebutuhan akan kalori, cairan, mineral, trase elemen
dapat dipenuhi (Setiati, 2000).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nutrisi Enteral
Formula enteral/makanan enteral adalah makanan dalam bentuk cair yang
dapat diberikan secara oral maupun melalui pipa selama saluran pencernaan masih
berfungsi dengan baik (Sobariah, 2005 dalam Khasanah, 2009). Formula enteral
diberikan pada pasien yang tidak bisa makan melalui oral seperti dalam kondisi
penurunan kesadaran, gangguan menelan (disfagia), dan kondisi klinis lainnya
atau pada pasien dengan asupan makan via oral tidak adekuat. Pemberian nutrisi
enteral pada pasien dapat meningkatkan berat badan, menstabilkan fungsi
hati/liver, mengurangi kejadian komplikasi infeksi, jumlah/frekuensi masuk
rumah sakit dan lama hari rawat di rumah sakit (Klek et al, 2014).
Pemilihan formula enteral ditentukan berdasarkan kemampuan formula
dalam mencukupi kebutuhan gizi, yang dipengaruhi oleh factor – faktor sebagai
berikut yaitu kandungan/densitas energi dan protein dalam formula (dinyatakan
dalam kkal/ml, g/ml, atau ml Fluid/L), fungsi saluran cerna, kandungan mineral
seperti Natrium, Kalium, Magnesium, dan Posfor dalam formula terutama bagi
pasien dengan gangguan jantung, gangguan ginjal, dan gangguan liver. Bentuk
dan jumlah protein, lemak, karbohidrat, dan serat dalam formula, efektivitas
biaya, cost to benefit ratio(Mahan & Raymond, 2017).

2.2 Kebutuhan Metabolik


2.2.1 Kilo Kalori
Kebutuhan energi dari kebanyakan pasien rawat inap dapat dipenuhi
dengan memberikan kebutuhan 25-35 kcal/ kg/hr. Pengaturan eukalorik atau
bahkan sedikit hipokalorik, menjadi tujuan terapeutik pada pasien kritis akan
mencegah timbulnya stress metabolik yang terkait suplai gizi yang berlebihan.
Kelebihan pemberian makanan berhubungan dengan berbagai komplikasi
metabolik antara lain; retensi CO2, ventilasi meningkat, intoleransi glukosa,
infiltrasi lemak hati, ketidakseimbangan elektrolit; kelebihan cairan, dan
intoleransi gastrointestinal. Jauh lebih mudah memulai pemberian makanan pada
tingkat kalori konservatif dan meningkatkan sesuai toleransi ketimbang
memperbaiki gangguan metabolik yang diakibatkan oleh pemberian makanan
secara berlebihan..
Pemeriksaan secara hati-hati terhadap status hidrasi pasien dapat
membantu dokter menghindari kelebihan atau kekurangan dosis kalori (dan
protein) yang terkait dengan timbulnya edema atau dehidrasi. Parameter klinik
dan laboratorium membantu dalam penilaian status hidrasi, termasuk diantaranya
sodium serum, rasio urea nitrogen terhadap kreatinin darah, berat badan, berat
jenis urin, dan turgor kulit. Untuk menghindari kelebihan makanan, dimana pasien
yang berada dibawah berat badan ideal, kebutuhan energi dan protein dasarnya
harus melihat berat badan pasien sebelumnya. Untuk menghindari kelebihan
makanan pada pasien gemuk, ahli gizi harus menghitung kebutuhan energi dan
protein berdasarkan acuan atau berat badan untuk tinggi badan yang ideal.

2.2.3 Volume Cairan dan Densitas Kalori


Keseimbangan cairan didefinisikan sebagai volume asupan air dan
dibandingkan dengan volume output cairan. Keseimbangan cairan tiap individu
tergantung pada variabel-variabel seperti umur, ukuran tubuh, intake cairan,
komposisi diet, kandungan ekskresi ginjal, fungsi ginjal, kecepatan metabolik dan
respiratorik, dan suhu badan. Keseimbangan cairan juga dipengaruhi oleh ada dan
luasnya kehilangan cairan yang abnormal, seperti pada diare, drainase luka atau
demam.
Sumber-sumber intake termasuk diantaranya air yang dikonsumsi dalam
minuman dan makanan, serta air yang diproduksi dalam metabolisme oksidatif
dalam tubuh. Bentuk utama output air adalah urine, keringat, ekskresi
gastrointestinal dan kelembaban udara ekspirasi. Pasien yang menerima makanan
melalui tube/ selang umumnya membutuhkan air sebagai tambahan dari yang
tersedia dalam formula.
Perkiraan kebutuhan cairan berdasarkan pada beberapa faktor antara lain
intake kalori, luas permukaan tubuh, berat badan, dan kondisi kesehatan. Bila
intake kalori rendah, atau saat kehilangan cairan meningkat (seperti keringat
berlebih, poliuri, diare, atau penggunaan diuretik yang berlebihan), pasien dapat
memerlukan cairan ekstra. Oleh karena kebutuhan cairan bervariasi antar individu,
dan bervariasi dalam satu individu dalam waktu yang berbeda, maka setiap pasien
perlu diawasi secara berkala, dan intake cairan perlu diatur seperlunya. Salah satu
cara termudah untuk mengukur ketidakcukupan cairan adalah dengan mengukur
berat badan harian. Perubahan cepat yang memburuk dari satu hari ke hari lainnya
kemungkinan oleh karena kekurangan atau kelebihan air.
Kandungan air dari formula enteral bergantung pada densitas kalorinya. Formula
yang memiliki densitas kalori terbesar dapat memberikan jumlah air yang paling
sedikit. Bila pasien memiliki cairan intake total yang harus dikontrol, dokter
sering memilih formula dengan densitas kalori yang lebih tinggi (1,5-2,0 kcal/ml),
yang dapat memberi energi terbanyak dalam volume yang kecil bagi pasien.

2.2.4 Protein
Pasien dengan luka terbuka, seperti pada ulkus , dan pasien hipermetabolik
seperti sepsis, terbakar atau udem traumatik biasanya mendapat keuntungan dari
intake protein yang tinggi. Formula enteral yang di buat dengan jumlah protein
yang lebih besar, dirancang khusus penggunaannya dalam situasi klinis ini.
Bentuk protein yang digunakan ( intake atau dihidrolisis parsial ) akan bergantung
pada fungsi gastrointestinal dan apakah pasien tampak sakit berat atau tidak.
Pasien-pasien dengan penyakit gastrointestinal atau malabsopsi dapat diuntungkan
dari sistem protein ganda ( seperti formula yang menyediakan baik peptida dan
asam amino ).

2.2.5 Vitamin dan Trace Elment


Terdapat tingginya insidensi difisiensi vitamin dan mineral diantara
pasien-pasien malnutrisi. Sebagai tambahan, difesiensi klinis telah
didokumentasikan pada pasien yang menerima formula enteral yang mengalami
defisiensi trace mineral seperti selenium, chromium, dan molybdenum. Mineral-
mineral ini, sebagaimana halnya mangan terdapat dalam berbagai formula enteral.
Meskipun demikian, beberapa pasien gizi buruk dengan defisiensi sejumlah
vitamin dan mineral gejala-gejala klinis dapat timbul ketika diberikan formula
enteral. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kebutuhan zat-zat gizi ini untuk
sintesis protein.
Jumlah zat gizi mikro yang disediakan dari pemberian makanan enteral
bergantung pada volume total makanan yang tersedia. Meskipun pasien menerima
kalori dan protein dalam formula yang diberikan, pasien kemungkinan tidak
menerima 100% dari rekomendasi intake harian ( RDI ) dari vitamin dan mineral
maka formula harus diatur hingga sesuai.Dokter perlu menentukan apakah
kandungan vitamin dan mineral dalam formula yang diberikan sudah cukup untuk
menutupi RDI pasien dan bila tidak harus menyesuaikan formula bagi pasien.
Formula enteral yang memberikan 100% RDI dalam volume yang relatif
kecil terutama berguna bagi pasien dengan penyakit kritis, pasien-pasien dengan
pembatasan cairan dan pasien usia lanjut atau pasien immobile yang umumnya
memiliki kebutuhan kalori yang lebih rendah. Kebutuhan diet trace element
sangat kecil ( < 5 minggu 1 hari ). Namun, oleh karena banyak penyakit
berhubungan dengan kebutuhan gizi mikro lebih besar dari RDI, formula enteral
khusus disusun bersama dan diperkuat dengan vitamin dan mineral tertentu.
Formula khusus ini dapat membantu pasien yang memiliki status gizi dibawah
optimal sebelum onset penyakit.

2.2.6 Zat Gizi Esensial Khusus


Glutamine, arginine, taurin dan carnitine dipandang sebagai zat gizi
esensial khusus. Dalam diet normal, zat-zat gizi ini terdapat dalam kadar rendah
namun adekuat. Pada penyakit berat atau penyakit kronis, perubahan jalur
metabolik dapat membatasi zat-zat gizi ini. Dalam kasus ini, pemberian formula
enteral suplemen dengan zat gizi esensial khusus dapat menguntungkan pasien.
2.3 Formula Enteral Standar
Formula enteral standar biasanya digunakan pada pasien dengan fungsi
gastrointestinal yang normal. Formula ini menyediakan nutrisi lengkap dan
seimbang, dan diformulasikan sebagai sumber makanan tunggal untuk jangka
lama. Formula enteral standar memiliki keseimbangan antara protein, karbohidrat
( 50 % dari kalori total ) dan lemak ( 30 % dari kalori total ), dan kemungkinan
dapat di fortifikasi serat maupun tidak. Komponen protein biasanya merupakan
protein intak ( utuh ), seperti kasein atau isolat protein soy. Keuntungan lainnya
dari formula enteral standar antara lain :

1. Profil zat gizi konsentrat yang sesuai bagi pasien yang memiliki kapasitas
intake dan kebutuhan kalori yang menurun seiring penyakit kronis atau
penuaan.
2. Sedikitnya 100 % RDI untuk Vitamin dan mineral dalam 1200 – 1500 ml
volume total.
3. Rasio kalori nitrogen 135 : 1 digunakan untuk meningkatkan
keseimbangan nitrogen positif untuk pasien yang menerima pemberian
makanan dengan tube jangka panjang.
4. Campuran asam lemak yang sesuai rekomendasi terbaru < 10 % dari kalori
total dari lemak tersaturasi dan 10 % dari kalori total dari lemak
polyunsaturated, dan sisanya dari lemak monounsaturated.
5. Campuran serat terlarut dan tidak larut yang sesuai dengan rekomendasi
terbaru dari 10 – 13 gr/ 1000 kcal dan membantu mempertahankan
keseimbangan mikroorganisme usus besar.
6. Fortifikasi dengan zat-zat gizi (β-carotene, carnitine, “ultra trace mineral”)
dilaporkan mengalami penurunan jumlah pasien dengan pemberian
makanan feeding tube jangka panjang.

Beberapa pasien dapat diuntungkan dari formula enteral standar dengan


konsentrasi protein yang lebih tinggi ( 25 % dari kalori ) relatif terhadap kalori
total ( seperti, rasio keseluruhan non protein terhadap kalori yang lebih rendah).
Pasien-pasien ini sering mengalami luka seperti ulkus tekanan atau peningkatan
kebutuhan protein terkait dengan penuaan. Meskipun kebutuhan kalori total
pasien-pasien ini kemungkinan tidak meningkat, kadar protein yang lebih tinggi
perlu diberikan bersama dengan mineral ultratrace, zat gizi esensial khusus, dan
rasio potassium terhadap nitrogen yang sesuai dapat membantu penyembuhan
luka.

2.4 Kanker Rongga Mulut


Squamous cell carcinoma (SCC) atau kanker mulut adalah tumor ganas
yang berasal dari sel epitel squamosa. Neoplasma ganas disebut kanker dan istilah
kanker digunakan untuk menyebut neoplasma ganas khususnya jenis epitelial
yaitu karsinoma. Squamous cell carcinoma umumnya ditemukan di kulit,
terutama daerah yang terekspose dan juga dapat terjadi pada daerah epitelium /
epitel di dalam rongga mulut. Berdasarkan sumber terbaru kanker ini
dikategorikan kanker mulut atau oral cancer. kanker ini menyerang bagian rongga
mulut dan orofaring termasuk lidah. kanker ini lebih berisok pada perokok,
peminum alkohol, dan riwayat kanker dari garis keturunannya.
Penyebab squamous cell carcinoma belum diketahui secara pasti, faktor
resikonya disebabkan bahan karsinogen dan faktor predisposisi. Penyebab SCC
yang lain adalah Syphillis, EBV, herpes simplex virus (HSV), human papiloma
virus (HPV). Virus yang ikut bertanggung jawab terhadap karsinogenesis pada
manusia termasuk virus Epstein Barr. Infeksi Epstein Barr Virus (EBV) memiliki
potensi karsinogenik yaitu mampu mengubah gen suppresor (p53) dan berikatan
dengan sel epitel sehingga terjadi transport virus DNA ke sel epitel.
Gambaran klinik karsinoma sel skuamosa pada stadium awal sering tidak
menunjukkan gambaran yang jelas, tidak ada keluhan, dan tidak ada rasa sakit.
Dapat diawali dengan adanya leukoplakia, eritroplakia maupun erosi dan pada
stadium lanjut dapat berupa dungkul yang eksofitik ataupun noduler meninggi dan
dapat berupa ulser yang indurasi yang dapat sembuh.
Tempat – Tempat Terjadinya Kanker Pada Mulut Sebagai Berikut :
a. Kanker pada lidah
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 lidah anterior lidah
(umunya pada tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada
posteror lidah (daftar 1992 Tambunan 1993 Pinborg 1986) gejala pada
penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut bila terletak pada bagian
2/3 anterior lidah biasanya timbul suatu massa yang sering kali terasa
tidak sakit bila timbul pada seprtiga posterior kanker tersebut selalu tidak
di ketahui oleh penderita dan rasa sakit yang di alami yang biasanya di
hubungkan dengan rasa sakit tenggorokan. Kanker yang terletak 2/3
anterior lidah lebih dapat di deteksi dini dari pada yang terletak pada 1/3
posterior
b. Kanker pada bibir
Kanker bibir selalu di hubungkan dengan orang – orang yang memilki
aktifitas di luar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin
terlibat dalam faktor terjadinya kanker bibir. Umumnya lebih banyak
terjadi pada bibir bawah dari pada bibir atas (daftar 1992 Pinborg 1986
smith 1989). pada awal pertumbuhan lesi dapat berupa modul kecil atau
ulkus yang tidak sembuh sembuh deteksi tumor pada keadaa ini
memberikan kesempatan untuk menemukan karsinoma dini.
c. Kanker gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien mengisap
pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada gusi
bawah/mandibular dari pada gusi atas/maksila. Pada pemeriksaan fisik,
lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma yang kecil atau sebagai nodul.
Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis
atau hyperplasia inlamatori. Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan
infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik terlihat seperti bunga
kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative biasanya tumbuh
invasive pada tulang mandibular dan menimbulkan destruktif. (Arif
Muttaqin, 2011)
d. Kanker pada mukosa pipi
Di negara yang sedang berkambang kanker pada mukosa pipi di
hubungkan dengan kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih,
kapur dan tembakau. Hal tersebut berkontak dengan mukosa pipi kiri dan
kanan selama beberapa jam.
e. Kanker pada palatum
Pada daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan menghisap rokok
secara terbali kanker pada palatum merupakan kanker rongga mulut yang
umum terjadi dari semua kanker rongga mulut. Perubahan yang terjadi
pada mukosa mulut yang di hubungkan dengan menghisap rokok secara
terbalik adalah adanya ulser, erosi,daerah modul dan bercak.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Pengembangan resep dilakukan pada hari Senin tanggal 25 Maret
2019 di Laboratorium Kuliner/IGDK Politeknik Kesehatan Banjarmasin
Jurusan Gizi. Pengembangan resep ini dimulai dari persiapan bahan
makanaan, pengolahan bahan makanan hingga penyajian makanan dan
penilaian subjektif panelis terhadap makanan.

3.2 Kasus
a. Data umum pasien
Nama : Tn. N
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Diagnose Medis : kanker rongga mulut
Tanggal Masuk RS : Tukang Bangunan
Jam : 10.15 WITA
Tanggal Pengkajian : 12/03/2017
Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri karena
munculnya plak putih disekitar
rongga mulut (leukoplaking).
Pasien juga mengeluh nafsu
makannya menurun karena
mulutnya perih, terasa kering dan
kesulitan menelan.
Resume : Pasien masuk RS 11 Maret 2017
pada pukul 10.15 WITA dengan
nyeri karena munculnya plak putih
disekitar rongga mulut
(leukoplaking). Pasien juga
mengeluh nafsu makannya
menurun karena mulutnya perih,
terasa kering dan kesulitan
menelan.TD: 110/60 mmHg, RR:
24x/i, Pols: 112x/i, T: 37oC.

b. Data riwayat pasien


Factor Pencetus : munculnya plak putih disekitar
rongga mulut (leukoplakia)
disertai lesi ulserasi yang
mengeras pada rongga
mulutnya.
Lamanya keluhan : ± 1 bulan
Timbulnya Keluhan : Bertahap
Bagaimana dirasakan : Pasien merasakan nyeri pada
bagian mulut
Bagaimana dilihat : Pasien tampak gemetar,
ketakutan, gelisah, dan
meringis kesakitan.
Factor yang memperberat : plak putih disekitar rongga
mulut (leukoplakia) disertai
lesi ulserasi yang mengeras
pada rongga mulutnya.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : Istirahat.
Upaya yang dilakukan oleh orang lain : Membawa ke Rumah Sakit.
c. Antropometri
Berat Badan : 45 Kg
Tinggi Badan : 160 cm

d. Kebutuhan zat gizi


BBI = (TB – 100) x 10%
= (160- 100) x 10%
= 60 – 6
= 54 kg
IMT = (BB/(TB)2)
= (45/(1,6)2)
= 17,6 (kurus)
AMB = 36 kkal x BBI
= 36 kkal x 54 kg
= 1944 kkal
Protein = 1,2 gr/Kg BBI
= 1,2 gr x 54 kg
= 64,8 gram (15%)
Lemak = 20% x total kebutuhan kalori
= 20% x 1944 kkal
= 388,8 kkal/9
= 43,2 gram
Karbohidrat = 65% x total kebutuhan kalori
= 65% x 1944 kkal
= 1263,6 kkal/4
= 315 gram

Energi yang didapat 1944 kkal atau 2000 kkal.


Diberikan formula enteral 2000 cc setiap kali makan
1 kal = 1 cc
2000 kkal = 2000 cc
Pemberian formula enteral = 2000 kkal : 200cc
= 10 gelas
Jadi, formula enteral diberikan 10 gelas/hari dengan takaran 1
gelas = 200 cc setiap kali pemberian 8x selama 24 jam

3.3 Identifikasi formula

3.3.1 Bahan formula RS dengan susu 2000 kkal

Bahan-bahan :
- Maizena 20 gram
- Telur ayam 150 gram
- Sari Jeruk 100 ml
- Margarne 20 gram
- Susu skim bubuk 100 gram
- Susu penuh bubuk 160 gram
- Gula pasir 150 gram
- Cairan 2000 ml

Cara Membuat :
Campur seluruh bahan di atas kemudian aduk hingga semua bahan larut
merata.
3.3.2 Bahan Formula Ubi ungu
Bahan-bahan :
- Ubi ungu 80 gram
- Telur ayam 100 gram
- Sari Jeruk 100 ml
- Margarine 20 gram
- Susu skim bubuk 300 gram
- Gula pasir 150 gram
- Cairan 2000 ml

Cara membuat :
1. Kukus ubi ungu sampai lunak
2. Campur semua bahan, kemudian blender hingga lunak

3.4 Analisis Nilai Gizi


Tabel 3.1. Analisis Nilai Gizi Resep Lama
Bahan Makanan Berat Energi Protein Lemak HA
Hewani Nabati
Maizena/pati jagung 20 68.6 0 0.06 0 17
Telur ayam 150 243 19.2 0 17.25 1.05
Jeruk manis/sari jeruk 100 44 0 0.8 0.2 11
Margarine 20 144 0.12 0 16.2 0.08
Tepung susu 100 509 24.6 0 30 36.2
Tepung susu skim 160 579.2 56.96 0 1.6 83.2
Gula pasir 150 546 0 0 0 141
Total 2133.8 101.74 65.25 289.53
Tabel 3.2. Analisis Nilai Gizi Resep Baru
Bahan Makanan Berat Energi Protein LEMAK HA
Hewani Nabati
Ubi jalar ungu 80 98.4 0 1.44 0.56 22.32
Telur ayam 100 162 12.8 0 11.5 0.7
Jeruk manis/sari jeruk 100 44 0 0.8 0.2 11
Margarine 20 144 0.12 0 16.2 0.08
Tepung susu skim 300 1086 106.8 0 3 156
Gula pasir 150 546 0 0 0 141
Jumlah 5 porsi 2080 121.96 31.46 331

3.5 Analisis Biaya


Tabel 3.3. Analisis Biaya Resep Lama
Resep Lama
Nama Bahan Berat (g) Harga/satuan Harga total

Maizena 20 Rp. 16.000/kg Rp. 320

Telur ayam Rp. 23.000/kg Rp. 3.450


150

Sari Jeruk manis Rp. 6.000/250 ml Rp. 2.400


100

Margarine Rp. 7.000/200 g Rp. 700


20

Tepung susu Rp. 28.000/250 g Rp. 11.200


100

Tepung susu skim Rp. 8.000/125 g Rp. 1.024


160

Gula pasir Rp. 12.000/kg Rp. 1.800


150
Total Harga Rp. 20.894
Tabel 3.4. Analisis Biaya Resep Baru

Resep Lama
Nama Bahan Berat (g) Harga/satuan Harga total
Ubi jalar ungu 80 Rp. 12.000/kg Rp. 960

Telur ayam 100 Rp. 23.000/kg Rp. 2.300

Jeruk manis/sari jeruk 100 Rp. 6.000/250 ml Rp. 2.400

Margarine 20 Rp. 7.000/200 g Rp. 700

Tepung susu skim 300 Rp. 8.000/125 g Rp. 1.920

Gula pasir 150 Rp. 12.000/kg Rp. 1.800

Total Harga Rp. 10.080


Lampiran 1

Kuesioner Uji Daya Terima

Nama :

Produk : kue talm ubi jalar ungu

Tanggal :

Instruksi : Nyatakan penilaian anda dan berilah tanda (√ ) pada


kolom di bawah ini sesuai dengan pilihan anda.

Tingkat Kesukaan Warna Aroma Tekstur Rasa


Sangat suka
Suka
Agak Suka
Agak Tidak Suka
Tidak Suka

Komentar :

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..............

...................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai