Kelompok 10

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

PENGKAJIAN BIO, PSIKO, SOSIO, SPIRITUAL, DAN

KULTURAL SESUAI PROSEDUR DAN STANDAR ASUHAN


KEPERAWATAN PALIATIF

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 10 B:

1. Desi Pratiwi Samosir (032017066)


2. Dewi Fortuna N (032017071)
3. Fenny Anglina Purba (032017073)
4. Gunawan Pelan P Manalu (032017088)

Dosen Pembimbing :

Friska Sri Handayani Ginting S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
TA.2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pengkajian Bio, Psiko, Sosio, Spiritual, Dan Kultural Sesuai Prosedur Dan Standar
Asuhan Keperawatan Paliatif “.

Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih
baik lagi.

Medan, 21 Agustus 2019

Kelompok 10 B

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 3
2.1 Definisi Perawatan Paliatif ............................................................................. 3
2.2 Defenisi Bio, Psiko, Sosio, Spiritual Dan Kultural ........................................ 3
2.3 Pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual, kultural sesuai prosedur dan standar asuhan
keperawatan paliatif ....................................................................................... 7
2.3.1 Aspek Bio .............................................................................................. 7
2.3.2 Aspek Psiko .......................................................................................... 9
2.3.3 Aspek Sosio........................................................................................... 10
2.3.4 Aspek Spiritual ..................................................................................... 12
2.3.5 Aspek Kultural ..................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit
melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health
Organization (WHO), 2016).
Perawatan paliatif ini ditujukan untuk orang yang menghadapi penyakit yang
belum dapat disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit
paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung/heart failure,
penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS.
Pelayanan perawatan paliatif yang diberikan memiliki beberapa aspek yaitu
fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Aspek fisik dalam perawatan meliputi
pemberian asuhan terhadap reaksi patofisiologis seperti nyeri, gejala lain dan efek
samping yang dialami pasien. Aspek sosial dalam perawatan yaitu memberikan
pemahaman kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan komplikasinya, gejala,
efek samping dari pengobatan seperti kecacatan yang berpengaruh terhadap
hubungan interpersonal, kapasitas pasien untuk menerima dan kapasitas keluarga
untuk menyediakan kebutuhan perawatan. Aspek psikologis yaitu memberikan
asuhan terhadap reaksi seperti depresi, stress, kecemasan, serta pelayanan terhadap
proses berduka dan kehilangan. Aspek spiritual dalam perawatan meliputi pemberian
asuhan terhadap masalah keagamaan seperti harapan dan ketakutan, makna, tujuan,
kepercayaan tentang kehidupan setelah kematian, rasa bersalah, pengampunan dan
kehadiran rohaniawan sesuai keinginan pasien dan keluarga.
Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan
psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan
perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan
pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan
dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer Society, 2016).

1
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan definisi dari perawatan paliatif
2. Mahasiswa/I mampu menjelaskan definisi dari bio, psiko, sosio, spiritual,
dan kultural
3. Mahasiswa/I mampu mengetahui pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual, dan
kultural sesuai prosedur dan standar asuhan keperawatan paliatif

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif merupakan pelayanan kesehatan berkelanjutan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, mengurangi keluhan pasien,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial yang diberikan mulai
ditegakkannya diagnosa hingga akhir hayat. Perawatan paliatif yang diberikan sejak
dini dapat mengurangi penggunaan layanan kesehatan atau perawatan rumah sakit
yang tidak diperlukan (WHO, 2017). Namun perawatan paliatif masih jarang
ditemukan di rumah sakit karena lebih berfokus dengan tindakan kuratif pada
pasien kanker. Selain itu perawatan paliatif juga masih jarang ditemukan di
Indonesia, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan kesadaran perawat
mengenai pentingnya perawatan paliatif pada pasien kanker (Irawan, 2013).
Perawatan paliatif bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga
yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam
jiwa. Menurut WHO, perawatan paliatif dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah terkait dengan penyakit yang
mengancam nyawa, melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan cara
identifikasi dini, pemeriksaan yang baik, terapi rasa sakit dan masalah lainnya yaitu
masalah fisik, psikososial, dan spritual (Rasjidi, 2010).

2.2. Defenisi Bio, Psiko, Sosio, Spiritual Dan Kultural


Pemberian perawatan paliatif sangat dianjurkan untuk pasien dan keluarga
pasien dengan penyakit terminal salah satunya adalah kanker. Perawatan ini
memungkinkan tidak hanya mendapatkan perawatan secara aspek fisik saja namun
juga perawatan secara psikologis dan sosial dalam menghadapi penyakit fisik yang
berpengaruh terhadap masalah pikologis dan sosial yang dihadapi pasien dan
keluarga pasien.
Hal ini sesuai definisi perawatan paliatif menurut WHO yaitu perawatan yang
aktif dan menyeluruh terhadap pasien yang penyakitnya tidak lagi memberikan
tanggapan kepada pengobatan yang menyembuhkan. Kontrol dari rasa sakit,
gejala-gejala lain, masalah psikologis, sosial, dan spiritual merupakan hal yang

3
terpenting. Sehingga aspek perawatan paliatif berupa aspek psikologis, sosial, dan
spiritual menjadi fokus dalam rangkaian pengobatan kanker.
1. Aspek Bio
Aspek biologi berkaitan dengan aspek fisik yaitu rasa nyerinya
sangat hebat sehingga penderita terkadang tidak kuat dan tidak tahan
menghadapi rasa nyeri ini. Beberapa aspek nyeri yang sering terjadi
(Megawe: 1998) adalah:
a. Nyeri somatik, nyeri somatic ini terjadi di sekitar otot-otot
abdomen, jaringan ikat, tulang pinggul dan seputar daerah
ovarium.
b. Nyeri viseral, nyeri hebat terjadi pada organ-organ viseral di
daerah penyebaran kanker. Rasa nyeri ini membuat penderita
mengalami nyeri hebat sampai-sampai penderita tidak mampu
lagi membuat peta sensorik secara rinci dan cermat di dalam
korteks otak. Dengan demikian, penderita mengalami rasa nyeri
yang hebat tetapi tidak mampu mengatakan dengan tepat baik
sifat nyeri nya, kualitas nyeri nya maupun kuantitas nyeri nya.
Penderita hanya mampu merasakan rasa nyeri yang sangat
dalam dan luas di seluruh anggota tubuh nya terutama daerah
penyebaran kanker dengan disertai rasa tidak nyaman.
c. Nyeri neuropatik, penderita kanker yang mengalamai nyeri
neuropatik ini dikuatirkan pada jalur-jalur nyeri di dalam daerah
tubuhnya mengalami hambatan sehingga penderita tidak dapat
menerima obat-obat penurun ataupun penghilang rasa nyeri,
bahkan sejenis morphin tidak akan dapat digunakan lagi untuk
mengurangi rasa nyeri yang diderita.
d. Nyeri pleksopati, penderita mengalami nyeri yang hebat pada
daerah sumsum tulang belakang.
e. Nyeri pinggang/tulang belakang, penderita yang mengalami
nyeri hebat pada daerah ini biasanya menunjukkan prognosis
yang jelek karena sakit pada daerah ini mengindikasikan adanya
proses penyebaran keseluruh bagian dan jaringan tubuh yang
lain.

4
Gejala Sakit Fisik Yang lain:
a. Mual, Muntah, dan Anoreksia. Keluhan-keluhan pada pasien
dengan keluhan mual, muntah dan anoreksia biasanya
bersumber pada keluhan-keluhan subjektif. Sekalipun keluhan
ini sifatnya subjektif namun memberikan dampak negative pada
penurunan gejala fisik yang lain seperti: keringat berlebihan,
kepucatan, salivasi, dan lain-lain.
b. Obstruksi Usus. Pasien biasanya menjadi tidak mau makan dan
minum karena lambungnya mengalami sakit yang sangat hebat.

2. Aspek Psikologis
Pasien dengan pernyakit terminal biasanya semakin tidak bisa
menunjukkan dirinya secara ekspresif. Pasien menjadi sulit untuk
mempertahankan kontrol biologis dan fungsi sosialnya, seperti menjadi
sering mengeluarkan air liur, perubahan ekspresi bentuk muka,
gemetaran dan lain sebagainya. Pasien juga sering mengalami
kesakitan, muntahmuntah, keterkejutan karena perubahan penampilan
yang drastus disebabkan kerontokan rambut atau penurunan berat
badan, dan stres karena pengobatan sehingga pasien mengalami
ketidak mampuan untuk berkonsentrasi.
Masalah psikologis tersebut disebabkan oleh
perubahanperubahan dalam konsep diri pasien. Sebagai pemberi
perawatan paliatif harus bisa melakukan tugas dengan menyesuaikan
terhadap masalah pasien.
Tugas yang berkaitan dengan fungsi psikologis meliputi upaya
untuk :
a. Mengendalikan perasaan negatif dan memelihara pandangan
positif mengenai diri sendiri dan masa depan
b. Mengidentiikasi dan mempertahankan kepuasan akan diri
sendiri dan kemampuan diri
c. Mendorong keluarga untuk memelihara pandangan positif
kepada pasien.

5
3. Aspek Sosial
Kesempatan untuk berhubungan sosial menjadi terbatas saat
keinginan untuk bersama semakin kuat. Dengan demikian ini bukan
saatnya untuk membatasi kunjungan.
Konsekuensi mengenai interaksi sosial yang tidak menyenangkan
ini dapat membuat pasien mulai menarik diri dari kehidupan sosialnya
dengan cara membatasi orang-orang yang mengunjunginya hanya
kepada beberapa orang anggota keluarga saja. Pemberian perawatan
paliatif harus dapat memberikan perawatan sesuai dengan masalah
yang ada pada pasien. Tugas yang berkaitan dengan aspek sosial
meliputi :
a. memelihara hubungan baik dengan keluarga dan teman-teman
b. membantu pasien mempersiapkan diri bagi masa depan yang
tidak tentu.

4. Aspek spiritual
Spiritualitas penting dalam meningkatkan kesehatan dan
kualitas hidup seseorang. Spiritualitas juga penting dikembangkan
untuk dijadikan dasar tindakan dalam pelayanan kesehatan. Aspek ini
dinyatakan juga dalam pengertian kesehatan seutuhnya oleh WHO
pada tahun 1984, yang oleh American Psychiatric Assosiation (APA)
dikenal dengan dengan rumusan “bio-psiko-sosio-spiritual”.
Kekosongan spiritual, kerohanian, dan rasa keagamaan dapat
menimbulkan permasalahan psiko-sosial begitu juga sebaliknya.
(Bussing et al) dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa
pasien kanker yang memiliki sandaran sumber religius yang kuat akan
mengantarkan pasien tersebut pada prognosis yang lebih baik dari yang
diperkirakan.
Perawatan paliatif dapat menyentuh aspek spiritual dengan cara
membantu pasien untuk mengidentifikasi kepercayaan spiritualitas
positif yang dimilikinya, sehingga pasein dapat menggunakan
kepercayaan tersebut untuk menghadapi situasi kesehatannya.
Pemahaman akan kebutuhan spiritualitas akan mempengaruhi
kualitas hidup individu secara psikologis, dengan kata lain spiritualitas

6
adalah sesuatu yang menghidupkan semangat bagi penderita kanker
serviks untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Pemahaman yang
baik juga akan membantu pasien dalam menerima kondisi yang terjadi
pada dirinya.

5. Aspek Kultural
Bila penderita kanker mengalami rasa nyeri yang sudah tidak
dapat lagi diatasi dengan pendekatan farmakologi, maka aspek sosial,
kultural dan spirituallah yang diharapkan masih mampu meringankan
rasa nyeri.
Oleh karena itu, seorang pasien paliatif yang sudah pada
stadium lanjut harus mendapatkan perawatan supportif agar gejala-
gejala penderitaan fisik yang timbul dapat diturunkan. Penderita
merasa tidak ditinggalkan sendiri dalam menghadapi rasa sakitnya dan
inilah dukungan utama yang mampu meringankan penderitaan pasien
paliatif

2.3. Pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual, kultural sesuai prosedur dan standar
asuhan keperawatan paliatif
2.3.1. Aspek Bio
Pedoman : Nyeri, gejala lainnya dan efek samping ditangani
berdasarkan bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan
sistematis.
Kriteria :
1. Tim interdisiplin mencakup kemampuan level spesialis yang
professional dalam mengatasi gejala.
2. Pengkajian nyeri secara teratur, gejala bukan nyeri(termasuk
tapi tidak terbatas pada kesulitan bernafas, mual, lelah, lemah,
anoreksia, insomnia, kecemasan, depresi, kebingungan serta
konstipasi), obati efek samping, dan kapasitan fungsional
didokumentasikan. Instrumen validasi, jika tersedia digunakan.
Pengkajian gejala pada pasien dan kerusakan kognitif
seharusnya dilakukan dengan alat yang sesuai.

7
3. Hasil dari manajemen nyeri dan penatalaksanaan gejala nyeri
adalah keamanan serta berkurangnya level nyeri dan gejala,
sepanjang berlangsungnya gejala, sampai ke level yang dapat
diterima oleh pasien.
4. Respon terhadap penyulit gejala dengan cepat dan sesuai,
melalui dokumen di rekam medis.
5. Batasan terhadap manajemen gejala yang efektif harus diketahui
dan dirujukkan, termasuk ketakutan yang tidak sesuai dati risiko
dan efek samping, kecanduan, depresi napas., kematian yang
cepat akibat analgesic opioid.
6. Sebuah rencana manajemen resiko harus diterapkan ketika obat
pengontrol gejala diresepkan sebagai penatalaksanaan jangka
panjang
7. Dilakukan pengkajian terhadap pemahaman pasien mengenai
penyakit dan konsekuensi nya , gejala, efek samping dari
pengobatan , kerusakan fungsi dan pengobatan yang berguna.
8. Dilakukan pengkajian terhadap pemahaman keluarga
menngenai penyakit dan konsekuensinya, gejala, efek samping,
kerusakan fungsi dan pengobatan.
9. Tindakan terhadap gejala penyakit, efek samping farmakologi,
nonfarmakologi , serta terapi tambahan atau supportif
10. Merujuk ke pelayanan kesehatan yang professional dengan
kemampuan spesial dalam mengatasi gejala tersedia jika
memungkinkan (seperti terapi radiasi, spesialis manajemen
nyeri, anestesi, ortopedi , terapi okupasi dan fisik, dan spesialis
anak)
11. Keluarga diedukasi dan dibantu untuk mengambil tindakan
sesuai yang aman dan nyaman.
12. Sebuah proses untuk meningkatkan kualitas, penilaian kembali
fisik dan pengkajian fungsional, serta tingkat efektivitas
pengobatan didokumentasikan dan diarahkan sebagai dasar
perubahan dalam praktik klinis.

8
2.3.2. Aspek Psiko
Pedoman : Masalah psikologi dan psikiatri dikaji dan ditangani
berdasarkan bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan
sistematis
Kriteria :
1. Tim interdisiplin mencakup professional dengan kemampuan
spesifik serta pelatihan psikologis dan psikiatri yang
merupakan kelainan akibat penyakit serius bagi pasien dan
keluarga termasuk depresi, kecemasan, dan kerusakan kognitif
2. Pengkajian yang teratur terhadap reaksi fisiologis(termasuk tapi
tidak terbatas oleh stress, ucapan berduka dan strategi
pertahanan). Kapan pun memungkinkan, sebuah alat
pemeriksaan yang valid dan spesifik harus digunakan.
3. Pengkajian psikologis termasuk pasien mengerti penyakit,
gejala, efek samping dan pengobatan, sebagaimana
pemeriksaan dari kebutuhan perawatan, kapasitas dan strategi
pertahanan
4. Pengkajian psikologis termasuk keluarga mengerti akan
kesakitan dan konsekuensi bagi pasien dan keluarga, dan
pemeriksaan kapasitas rawat keluarga, kebutuhan dan strategi
pertahanan.
5. Keluarga diedukasi dan didukung untuk memberikan bantuan
psikologis yang sesuai ke pasien.
6. Farmakologi, nonfarmakologi, dan terapi tambahan diberikan
untuk mengobati penyulit psikologis atau sindrom psikiatri,
yang sesuai. Alternatif pengobatan secara jelas
didokumentasikan dan dikomunikasikan, juga mengizinkan
pasien serta keluarga untuk membuat pilihan informasi.
7. Merespons gejala penyakit dengan cepat dan sesuai dengan apa
yang tertera dalam rekam medis. Evaluasi efektivitas
pengobatan secara teratur dan pilihan keluarga pasien yang
telah didokumentasikan.
8. Merujuk ke tenaga kesehatan professional dengan kemampuan
level spesialis dalam pentalaksanaan psikiatri dan psikologis

9
yang sesuai dengan usia(seperti: psikiatri, psikologis serta
pekerja social).
9. Pengkajian yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
bantuan disediakan untuk pasien pediatrik, saudara mereka,
maupun anak atau cucu pada pasien dewasa.
10. Komunikasi dengan anak dan individu yang memiliki
gangguan kognitif menggunakan verbal, nonverbal , dan atau
arti simbolik sesuai dengan stadium perkembangan dan
kapasitas kognitif.
11. Pemilihan pengobatan berdasarkan tujuan perawatan,
pengkajian keuntungan dan kerugian, bukti terbaik, dan pilihan
pasien atau keluarga. Tujuannya yaitu untuk mengetahui
kebutuhan psikologis, mengobati masalah psikiatri,
meingkatkan penyesuaian diri, dan mendukung perkembangan
emosional , penyembuhan, penyusunan dan melengkapi usaha
yang belum selesai, dan bantuan melalui periode kehilangan.
12. Sebuah proses untuk meningkatkan kualitas dan pengulangan
kembali pemeriksaan fisiologi dan psikiatri serta keefektifan
pengobatan didokumentasikan dan berperan penting dalam
perubahan praktis klinis.

2.3.3. Aspek Sosio


Pedoman : Pengkajian interdisiplin yang komprehensif untuk
mengindentifikasi kebutuhan sosial pasien dan keluarganya, secara rencana
dikembangkan untuk menanggapi kebutuhan tersebut seefektif mungkin.
Kriteria :
1. Tim interdisiplin termasuk professional dengan kemampuan
spesifik pasien-populasi dalam mengkaji dan mengurus
kebutuhan sosial dan praktis selama terjadi penyakit yang
mengancam nyawa atau kronis progresif
2. Praktisi yang memiliki kemampuan dalam mengkaji dan
mengurus kebutuhan perkembangan anakharus tersedia untuk
pasien anak dan anak dari pasien dewasa sesuai.

10
3. Pengkajian sosial interdisiplin yang komprehensif tercapai dan
didokumentasikan meliputi:
a. Struktur keluarga dan lokasi geografis
b. Hubungan
c. Jalur komunikasi
d. Hubungan sosial dan budaya yang ada
e. Tunjangan sosial
f. Keputusan medis
g. Letak tempat kerja dan sekolah
h. Keuangan
i. Seksualitas
j. Keintiman
k. Pengaturan kehidupan
l. Ketersediaan penjaga
m. Akses transportasi
n. Akses obat resep dan bebas
o. Produk nutrisional
p. Askes ke peralatan yang dibutuhkan
q. Sumber komunitas termasuk sekolah dan tempat kerja
r. Masalah hukum.
Pertemuan rutin pasien dan keluarga dilakukan dengan anggota tim
multidisiplin untuk mengkaji pengertian dan menjawab pertanyaan :
a. Mendiskusikan tujuan pengobatan dan rencana
pengobatan ke depan
b. Menentukan harapan
c. Kemauan dan ketakutan
d. Menyediakan tunjangan emosi dan sosial dan
meningkatkan komunikasi
4. Rencana perawatan sosial diformulasikan dari pengkajian
berulang komprehensif sosial dan budaya, dan merefleksikan
serta mendokumentasikan nilai, tujuan, dan keinginan seperti
dibentuk pasien dan keluarga. Intervensi direncanakan untuk
meminimalisasi dampak lain dari penatalaksanaan di keluarga

11
dan mempromosikan pelayan kesehatan dan tujuan serta
keberadaan keluarga.
5. Rujukan ke pelayanan yang sesuai dibuat untuk memenuhi
kebutuhan sosial dan mempromosikan akses pelayanan,
pertolongan di rumah, sekolah atau tempat kerja, transportasi,
rehabilitasi, medis, konseling, sumber komunitas dan
perlengkapan.

2.3.4. Aspek Spiritual


Pedoman: Dimensi spiritual dan keberadaan dikaji dan direspons
berdasarkan bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan
sistematis.
Kriteria:
1. Tim interdisiplin termasuk prifesional dengan kemampuan
dalam mengkaji dan merespons masalah keagamaan dan
ekstensial yang mungkin bertentangan pada pasien pediatric
dan dewasa dengan penyakit yang mengancam nyawa serta
keluarganya.
2. Secara rutin, eksplojrasi perhatian pasien terkait spiritual dan
ekssistensial yang terjadi dan didokumentasikan (termasuk
tidak terbatas pada tinjauan kehidupan,pengkajian harapan dan
ketakutan,makna,tujuan,kepercayaan tentang kehidupan setelah
kematian,rasa bersa;ah,pengampunan dan penyelesaian tugas
kehidupan). Kapan pun memungkinkan, instrument
terstandarisasi harus digunakan.
3. Pengkajian spiritualitas digunakan untuk mengidentifikasi latar
belakang agama atau spiritual/keberadaan, keinginan maupun
kepercayaan terkait ritual dan praktik pasien serta keluarga.
4. Reevaluasi periodic terhadap dampak intervensi
keagamaan/keberadaan dan keinginan pasien keluarga
didokumentasikan.
5. Kebutuhan,tujuan, dan perhatian pelayanan
keagamaan/keberadaan dilaksanakan dan didokumentasikan,
dan tunjangan ditawarkan untuk masalah penyelesaian

12
kehidupan dalam tingkah yang konsistetn dengan nilai budaya
dan keagamaan individu dan keluarga.
6. Pelayanan pastoral dan kontak fasilitas perawatan paliatif
professional dengan komunitas,grup, atau individu
spiritual/keagamaan, seperti yang diinginkan pasien atau
keluarga, dan pasien memiliki akses terhadap pemimpin agama
dalam tradisi keagamaan masing-masing.
7. Penggunaan symbol agama secara professional dan
institusional adalah sensitif terhadap keberagaman agama dan
budaya.
8. Pasien dan keluarga dimotivasi untuk menunjukkan symbol
kerohanian/keagamaan mereka.
9. Pelayanan fasilitas paliatif memfasilitasi ritual agama atau
keagamaan seperti yang diinginkan pasien dan keluarga
terutama saat kematian.
10. Rujukan ke professional dengan pengetahuan atau kemampuan
khusus dalam masalah keagamaan dan keberadaan dibuat pada
saat yang tepat (misal pemimpin agama terbiasa dengan atau
dari tradisi keagamaan pasien sendiri)
11. Proses untuk peningkatan kualitas didokumentasikan dan
merujuk pada perubahan pada praktik klinis

2.3.5. Aspek Kultural


Pedoman: Program perawatan paliatif mengkaji dan mencoba untuk
memenuhi kebutuhan budaya yang spesifik terhadap pasien dan keluarga
Kriteria:
1. Latar belakang budaya, perhatian, kebutuhan pasien, dan
keluarganya diperoleh serta didokumentasikan
2. Kebutuhan budaya diidentifikasi oleh tim dan keluarga,
dimasukkan dalam rencana perawatan tim interdisiplin
3. Komunikasi dengan pasien dan keluarga dihormati, begitu huga
dengan pilihan budaya mengenai penyingkapan, berkata jujur,
dan membuat keputusan

13
4. Program bertujuan menghormati dan mengakomodasi rentang
bahasa, makanan, dan praktik kegiatan keagamaan pasien
sertakeluarganya
5. Kapanpun memungkinkan, tim memiliki akses dan
menggunakan pelayanan penerjemah yang tepat
6. Pengerahan dan praktik yang dibayar berjuang untuk
merefleksikan keberagaman budaya dari komunitas.

14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tujuan utama perawatan paliatif adalah membantu semua pasien di segala usia
dengan penyakit yang mengancam nyawa beserta keluarga mereka, selama terjadinya
seluruh fase penyakit, tidak bergantung durasi, hingga kesembuhan atau kematian,
dan periode kehilangan. Perawatan paliatif dilakukan dengan perhatian interdisiplin
terlatih terhadap nyeri dan gejala mengganggu lainnya; emosional,spiritual, dan
bantuan praktikal; sistensi dalam pengambilan keputusan kompleks, dan moordinasi
dengan kesinambungan pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk membantu
pasien dan keluarga mencapai kualitas hidup terbaik sejalan dengan nilai,kebutuhan,
dan keinginan mereka. Standar operasional untuk perawatan paliatif mewakili
pendapat konsesus dari organisasi mayor perawatan paliatif dan pemimpimnya di
AS, dan berdasarkan bukti ilmiah atau opini professional yang ada.
Standar operasional praktik klinis seperti ini telah menjadi alat yang diterima
yang mengandung konsistensi, komprehensif, dan kualitas meliputi banyak bagian
dari pelayanan kesehatan. Penyebarluasan srandar operasional di AS akan membantu
terwujudnya perawatan paliatif sebagai komponen yang menyatu dengan pelayanan
kesehatan pada pasien yang terbaring dengan penyakit yang mengancam nyawa dan
penyakit kronis progresif. Diharapkan Clinical Practice Guidelines for Quality
Palliative Care dapat membantu pencapaian kualitas tinggi pada pelayanan kesehatan
bagi pasien dan keluarga untuk bergantung dan berharap.

3.2. Saran
Diharapkan melalui makalah ini pembaca mampu memahami pengkajian bio-
psiko-sosial,spiritual dan cultural sesuai prosedur dan standar asuhan keperawatan.
Sesuai dengan materi yang ada pada makalah ini pembaca juga diharapkan untuk
dapat mengaplikasikannya ke dalam keseharian,sehingga pasien mendapatkan asuhan
keperawatan yang lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Colleges of Nursing.2002.”Peaceful Death: Reccomended


Competencies and Curricular Guidelines For 172 Nurse to Nurse : Palliative Care End-Of-
Life-Nursing Care”.Washington,DC:American Association of Colleges of Nursing.

American Academy of Pediatrics,Committee on Bioethics and Committee on Hospital


Care.2000. “Palliative Care For Children”.Pediatrics.106:351-357.

16

Anda mungkin juga menyukai