Idologi Liberalisme

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap bangsa di dunia ini selalu memiliki pijakan untuk berdiri. Pijakan
tersebut diibaratkan seperti pondasi pada sebuah bangunan. Jika suatu
bangunan memiliki pondasi yang tidak kuat, maka tidak menutup
kemungkinan bangunan itu akan mudah runtuh atau rusak saat sedikit saja
terkena gangguan. maka pondasi itu haruslah kuat dan kokoh. Demikianlah
pijakan itu yang kita kenal dengan sebutan ‘ideologi’. Idelogilah yang
dijadikan dasar atas berdirinya suatu negara, karena jika suatu bangsa/negara
tidak memiliki alasan dan tujuan mengapa negara itu dapat terbentuk, maka
negara tersebut akan mudah untuk dikolonialisme oleh bangsa lain dan akan
mudah goyah terombang-ambing bahkan bisa saja menjadi runtuh. Begitu
pentingnyalah suatu ideologi bagi suatu bangsa.
Berhubungan dengan ideologi, terdapat banyak sekali ideologi bangsa di
dunia ini, seperti contohnya Indonesia dengan ideologi Pancasilanya, negara-
negara yang menganut komunisme, sosialisme, dan ada pula liberalisme yang
mengedepankan hak asasi individunya. Liberalisme bisa dianggap salah satu
ideologi besar di dunia. Pengaruhnya pun terasa dalam perkembangan
berbagai paham utamanya pada masa-masa globalisasi seperti saat ini yang
mungkin tidak disadari secara langsung. Liberalisme yang terbentuk atas dasar
rasionalitas yang diciptakan para golongan intelektual ini kian memasuki
paham-paham yang ada melalui berbagai bidang bukan hanya ekonomi,
namun semakin merajalela pada berbagai dimensi kehidupan. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa setiap negara memiliki haknya masing-masing untuk
memilih paham yang mereka anut. Maka dari itu penulis menyusun makalah
ini yang berjudul “Ideologi Liberalisme” untuk mengetahui bagaimana
terbentuknya ideologi liberal ini dan apa yang menjadi kelebihan juga
kekurangan dari ideologi ini, perkembangannya, serta bagaimana ideologi ini
dapat memengaruhi negara-negara lain sampai pada dewasa ini.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Ideologi Liberalisme?
2. Bagaimana sejarah Ideologi Liberalisme?
3. Bagaimana perbandingan antara Ideologi liberalosme klasik dengan
neoliberalisme?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui konsep dasar dari Ideologi Liberalisme
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Ideologi Liberalisme
3. Untuk mengetahui perbandingan antara Ideologi Liberalisme klasik
dengan Neoliberalisme

2
BAB II

ISI

2.1. Konsep Dasar Ideologi Liberalisme


2.1.1. Pengertian Liberalisme
Liberalisme adalah ideologi, pandangan filsafat dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama. Istilah ‘liberalisme’ diambil dari bahasa Latin yaitu liber, yang
mempunyai arti bebas atau merdeka. Secara umum, liberalisme mencita-
citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi
para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari
pemerintah dan agama. Liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya
dari pemerintah dan agama. Dalam masyarakat modern, liberalisme akan
dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-
sama mendasarkan kebebasan mayoritas (Sukarna, 1981).
Dalam hal ini dikatakan bahwa liberalisme adalah paham yang
memperbolehkan kebebasan dalam segala bidang bermasyarakat, seperti
bidang ekonomi, agama atau politik. Pada dasarnya liberalisme itu ingin
mencita-citakan pada masyarakatnya untuk mendapat kebebasan dalam
berpendapat atau tidak adanya pembatasan untuk pemerintah dan agama.
Secara tidak langsung paham ini mengemukakan bahwa dalam hidup ini ialah
tentang individu, karena setiap individu mempunyai kebebasan dalam bidang
ekonomi, agama dan politik (Sukarna, 1981).
2.1.2. Tokoh-Tokoh Liberalisme
1. Rene Descartes
Menurutnya untuk memperoleh pengetahuan yang terang dan jelas maka
terlebih dahulu kita harus meragukan segala sesuatu .
2. Benedictus de Spinoza
Spinoza telah membuktikan bahwa Tuhan, substansi dan penyebab dalam
dirinya, ketiga-tiganya ini identik.
3. John Locke

3
Pemikiran Locke didasarkan pada premis semua pengetahuan datang dari
pengalaman. Ia berkata, “Pengetahuan kita itu kita peroleh lewat intuisi.
Eksistensi Tuhan, akallah yang memberitahukannya kepada kita”.
4. David Hume
Hume menyatakan, sebagaimana Locke, bahwa semua pengetahuan
dimulai dari pengalaman indera sebagai dasar, kesan adalah basis
pengetahuan.
5. Herbert Spencer
Menurut Spencer, kita hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau
gejala-gejala. Memang benar di belakang gejala-gejala itu ada suatu dasar
absolute, tapi yang absolute itu tidak dapat kita kenal.
6. Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam ‘’State of Nature’’,
individu itu pada dasarnya jelek (egois), sesuai dengan fitrahnya. Namun,
manusia ingin hidup damai. Oleh karena itu mereka membentuk suatu
masyarakat baru, suatu masyarakat politik yang terkumpul untuk membuat
perjanjian demi melindungi hak-haknya dari individu lain di mana
perjanjian ini memerlukan pihak ketiga (penguasa) (Deliar, 1998).

2.1.3. Negara-negara yang Menganut Ideologi Liberal


Liberalisme dianut oleh negara-negara di berbagai benua, seperti di
Benua Amerika diantaranya dianut oleh Amerika Serikat, Argentina, Bolivia,
Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko,
Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela Aruba, Bahamas,
Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika dan Puerto Rico
Suriname. Liberlisme juga dianut oleh beberapa negara di benua Eropa yaitu
Albania, Armenia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Cyprus, Republik
Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani,
Hungaria, Islandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Macedonia,
Moldova, Netherlands, Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Rusia,
Serbia Montenegro, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Switzerland,
Ukraina dan United Kingdom Belarusia, Bosnia-Herzegovina, Kepulauan
Faroe, Georgia, Irlandia dan San Marino. Sedangkan di benua Asia, negara
yang menganut ideologi liberal yaitu India, Iran, Israel, Jepang, Korea

4
Selatan, Filipina, Taiwan, Thailand, Turki Myanmar, Kamboja, Hong Kong,
Malaysia dan Singapura (Humaira, 2014).
2.1.4. Liberalisme dalam berbagai Bidang
Kedahsyatan pengaruh paham Liberalisme menyebar hampir ke
seluruh global dan tentunya juga memberikan pengaruh pada berbagai aspek
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Wujud dari pengaruh paham
Liberalisme tersebut, antara lain sebagai berikut (Syifa, 2017):
a. Bidang Politik
Pengaruh paham Liberalisme dalam bidang politik ditandai dengan
munculnya paham demokrasi dan nasionalisme nan menyebar di berbagai
negara. Akibat dari kemunculan demokrasi dan nasionalisme ini, antara lain
memberikan suntikan semangat buat meraih kemerdekaan bagi bangsa nan
masih terjajah, mulai diberlakukan PEMILU (Pemilihan Umum) buat
memilih anggota parlemen dimana pemilihnya ialah dari seluruh anggota
masyarakat.
b. Bidang Ekonomi
Pengaruh paham Liberalisme dalam bidang ekonomi ditandai dengan
munculnya sistem perekonomian liberal nan menghendaki perdagangan
bebas serta menolak campur tangan pemerintah.
c. Bidang Agama
Pengaruh paham Liberalisme dalam bidang agama ditandai dengan
adanya kebebasan beragama bagi tiap individu tanpa ada paksaan atau
tekanan dari pihak manapun buat memeluk suatu agama tertentu.
d. Bidang Pers
Pengaruh paham Liberalisme dalam bidang pers ditandai dengan adanya
kebebasan berekspresi dan berkarya bagi artis serta kebebasan bagi wartawan
buat menulis dan memuat warta apapun nan benar-benar diketahuinya.
e. Bidang Sosial
Pengaruh paham Liberalisme dalam bidang sosial ditandai dengan adanya
emansipasi wanita serta penyetaraan gender nan menempatkan wanita sejajar
dengan pria serta mendapatkan kesempatan nan sama dalam berbagai hal,
seperti pendidikan dan karir.

5
2.1.5. Ciri Ciri Ideologi Liberalisme
Ciri-ciri Ideologi Liberal
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
2. Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh.
3. Kebebasan berbicara,dan kebebasan pers.
4. Kekuasaan terhadap kekuasaan yang lain merupakan hal yang buruk.
(Ramlan Subakti, 1992 hlm .43).
Dari ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa ideologi liberal benar-benar
menagnut kebebasan akan hak-hak individu, dimana hak-hak tersebut
meliputi hak politk,ekonomi,sosial. Masyarakat yang mennganut ideologi
liberal dapat mensuarakan poendapatnya dengan bebas. Demokrasi
merupakan sesuatu yang amat penting di dalam negara yang menganut
ideologi liberal seperti Amerika walaupun Indonesia yang bukan negara
liberal juga menganut paham demokrasi. Ideologi Liberal terkadang juga
memiliki dampak yang buruk dimana kebebasan yang terlalu berlebihan bagi
masyarakat. Liberalisme tidak dicpitakan dari orang-orang biasa namun lahir
dari golongan ilmiah yang ingin menambah pengetahuan pada masa abad
pertengahan.
2.1.6. Kelebihan dan Kekurangan Ideologi Liberalisme
Keunggulan Ideologi Liberal
1. Menumbuhkan kreatifitas masyarakat.
2. Individu bebas mengolah sumber daya yang dimiliki, sehingga dapat
mengembangkan diri.
3. Timbul Persaingan untuk maju sehingga menumbuhkan ekonomi.
4. Kontrol sosial dalam pers sehingga pemerintah dapat terkontrol segala
kegiatanya.
5. Kebebasan politik di dalam masyarakat sehingga terjadi persamaan
golongan. (Ramlan, 1992, hlm.46)
Kekurangan demokrasi liberal
1. Timbul persaingan yang tidak sehat karena kebebasan karena
persaingan.
2. Kebeasan Pers yang berlebihan menimbulkan gejolak dalam masyarakat

6
3. Eksploitasi manusia, karena di sini berasas kebeasan maka masyarakat
menganggap ekploitasi manusia merupakan hak kebebasan mereka
4. Politik yang tidak sehat, terkadang politik dalam demokrasi liberal
menghalalkan segala cara karena paham kebebasan
5. Monopoli terhadap laum miskin. (Ramlan, 1992, hlm.47)
Ideologi liberal memiliki kelebihan dan kekuranaga. Salah satu kelebihan
dari demokrasi liberal adalah kebebasan pers dan politik yang luar biasa,
sehingga masyarakat dapat bebas menentukan hak dan pilihanya, selain itu
masyarakat dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dirinya sehingga
timbul persaingan untuk memnajukan negara. rata-rata negara yang
menganutn ideologi liberal memiliki tingkat kemajuan yang sangat tinggi
seperti Amerika Serilat , dan negara-negara di Eropa Barat. Salah satu bukti
kebebasan politik.
Namun negara dengan demokrasi liberal juga memiliki kekurangan
seperti kebebasa pers yang terlalu berlebihan sehingga banyak berita-berita
yang dibuat oleh media yang menimbulkan konflik dalam masyarakat, selain
itu dunia politik di negara yang menagnut paham ideologi liberal memiliki
kegiatan politik yang tidak sehat karena kebebasan tersebut membuat para
aktor politik bebas melakukan apapun yang diiinginkanya untuk mencapai
tujuan. Dalam ideologi liberal juga membuat persaingan yang tidak sehat
karena dalam ideologi liberal masyarakat bebas dalam pengembangan
ekonomi maka orang-orang dengan dana modal yang tinggi dapat menguasai
orang-orang biasa.
2.2. Sejarah Ideologi Liberalisme
Sejarah liberalisme dimulai dari zaman Renaissance, sebagai reaksi
terhadap ortodoksi religius. Saat itu kekuasaan gereja mendominasi seluruh
aspek kehidupan manusia. Semua aturan kehidupan ditentukan dan berada
dibawah otonomi gereja. Hasilnya, manusia tidak memiliki kebebasan dalam
bertindak, otonomi individu dibatasi dan bahkan ditiadakan. Kondisi ini
memicu kritik dari berbagai kalangan, yang menginginkan otonomi individu
dalam setiap tindakan dan pilihan hidup. Otonomi individu dipahami sebagai
keterbebasan dari determinasi dan intervensi eksternal, berupa pembatasan,

7
pemaksaan atau berbagai bentuk ancaman dan manipulasi, dalam melakukan
tindakan. Menurut liberalisme, individu adalah pencipta dan penentu
tindakannya. Dengan konsep seperti ini, maka kesuksesan dan kegagalan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh tindakan-tindakannya dan
pilihan-pilihan terhadap tindakan tersebut. Intinya, manusia memiliki
kebebasan dalam hidupnya, manusia adalah pribadi yang otonom (Ahida,
2005).
Dalam perkembangannya, ada dua corak liberalisme, liberalisme yang
dipelopori oleh John Locke dan liberalisme yang dipelopori oleh Jean
Jacques Rousseau. John Locke berpendapat bahwa kebebasan yang menjadi
nilai dasar liberalisme dipahami sebagai ketidakhadiran intervensi eksternal
dalam aktivitas-aktivitas individu. Kebebasan adalah hak properti privat.
Karenanya, pemerintah bersifat terbatas (minimal) terhadap kehidupan
warganya. Untuk itu harus ada aturan hukum yang jelas dan lengkap dalam
menjamin kebebasan sebagai hak properti privat ini. Corak liberalisme ini
kemudian mendasari dan menginspirasi munculnya libertarianisme yang
dipelopori oleh Alexis de Tocqueville, Friedrich von Hayek dan Robert
Nozick (Ahida, 2005).
Di sisi lain Rousseau berpendapat bahwa pemerintah harus tetap
berfungsi menjamin terlaksananya kebebasan individu dalam masyarakat.
Corak liberalisme ini selanjutnya mendasari dan menginspirasi munculnya
liberalisme egalitarian, dengan tokohnya antara lain John Rawls dan Ronald
Dworkin. Liberalisme ini berusaha menyatukan ide kebebasan dan kesamaan
individu dalam masyarakat. Pemerintah dibutuhkan untuk meredistribusikan
nilai-nilai sosial dalam melaksanakan dan mencapai kebebasan dan kesamaan
individu-individu dalam masyarakat (Ahida, 2005).
Perbedaan terpenting antara liberalisme dan libertarianisme adalah
pandangan tentang kebebasan individu. Menurut libertarianisme, kebebasan
yang menjadi hak individu merupakan satu bentuk properti privat, tidak
seorang pun atau apa pun yang dapat merampas dan mencabutnya dari
seseorang tanpa dianggap telah melanggar hak orang tersebut. Seperti
libertarianisme, liberalisme juga mengutamakan kebebasan. Kebebasan

8
menurut liberalisme tidak dapat dikorbankan untuk nilai yang lain, untuk
nilai ekonomi, sosial dan politik. Kebebasan hanya dapat dibatasi dan
dikompromikan ketika ia konflik dengan kebebasan dasar yang lain yang
lebih luas. Karenanya, kebebasan menurut liberalisme bukan sesuatu yang
absolut, kebebasan hanya dapat dibatasi demi kebebasan itu sendiri (Ahida,
2005).
Konsep otonomi individu dalam pandangan liberalisme tidak hanya
berupa kebebasan individu dalam bertindak dan memilih cara hidup yang
baik. Namun, juga untuk mengkritisi, merevisi dan bahkan meninggalkan
nilai dan cara hidup yang telah dipilihnya. Karena menurut liberalisme, siapa
pun dapat keliru dalam pilihan hidupnya. Tindakan seperti ini bebas
dilakukan oleh siapa pun jika nilai dan pilihan hidupnya semula tidak lagi
tampak berharga untuk dikejar dan tidak lagi sesuai dengan nilai yang mereka
yakini saat ini. Dengan demikian, otonomi individu tidak harus ditundukkan
oleh keanggotaannya pada suatu kelompok, seperti kelompok agama, etnis
dan sebagainya. Mereka bebas untuk tetap berada atau menarik diri dari
kelompoknya (Ahida, 2005).
Setiap orang bebas memilih konsep tentang hidup yang baik, meskipun
sangat berbeda dengan nilai dan pilihan hidup anggota komunitas yang lain.
Namun, konsep tersebut tidak boleh melanggar prinsip keadilan. Orang-orang
dengan konsep hidup yang berbeda-beda akan saling menghormati, bukan
karena hal ini mempromosikan satu cara hidup bersama. Namun, karena
mereka mengakui bahwa tiap-tiap orang memiliki klaim pertimbangan
yang sama. Tidak ada tugas khusus yang ditetapkan komunitas terhadap
individu. Tidak ada kelompok atau praktek sosial tertentu yang memiliki
kewenangan di luar penilaian dan kemungkinan penolakan individu. Tidak
ada yang “ditetapkan untuk seseorang” atau tidak ada yang berwewenang
memberikan penilaian terhadap seseorang selain nilai yang ditetapkan oleh
orang tersebut (Ahida, 2005).
Pengakuan terhadap otonomi atau kebebasan individu dalam bertindak
mengindikasikan adanya pengakuan terhadap pluralitas dalam masyarakat.
Kebebasan dan kesamaan perlakuan terhadap individu dalam bertindak dan

9
memilih cara hidup akan menghasilkan pluralitas nilai dan pilihan hidup.
Setiap orang bebas untuk bertindak dan memilih cara hidup yang baik
menurutnya. Pengakuan terhadap pluralitas tindakan dan pilihan hidup
mendapat perlakuan yang sama. Untuk menjamin tercapainya kesamaan
perlakuan tersebut, maka liberalisme mengemukakan ide netralitas negara
(Ahida, 2005).
Pemerintah menurut liberalisme harus bersikap netral terhadap konsep
apa pun tentang hidup yang baik, yang dianut dan dipilih oleh warganya.
Pemerintah tidak boleh memberikan prioritas pada satu nilai di atas nilai yang
lain, atau tidak menyokong dan mengabaikan salah satu nilai yang ada.
Liberalisme menganggap bahwa intervensi pemerintah untuk menyokong
salah satu nilai atau pilihan hidup dan mengabaikan nilai atau pilihan hidup
yang lain, melanggar dan membatasi otonomi individu, yang menjadi nilai
liberalisme (Ahida, 2005).
Ide netralitas negara tidak membenarkan adanya tindakan atas dasar
superioritas atau inferioritas intrinsik dari berbagai konsep tentang kehidupan
yang baik. Tidak boleh ada tindakan yang secara sengaja atau tidak sengaja
berusaha mempengaruhi penilaian-penilaian orang tentang nilai dari berbagai
konsep yang berbeda ini. Kebebasan sebagai nilai yang esensial dalam
kehidupan manusia akan terancam dengan adanya pemaksaan suatu
pandangan khusus tentang kehidupan yang baik pada setiap orang (Ahida,
2005).
Netralitas negara yang bertujuan untuk menjamin kebebasan dan
kesamaan individu dalam masyarakat, dengan sendirinya mendorong
berkembangnya cara hidup yang bernilai dan mendorong tersingkirnya cara-
cara hidup yang tidak bernilai. Netralitas negara terhadap pluralitasnilai
tersebut dengan sendirinya menyeleksi nilai-nilai yang ada, mana yang tetap
bertahan dan diminati banyak orang atau tersingkir karena tidak menarik
minat orang (Ahida, 2005).
Kegagalan sosialisme dan marxisme dalam mengatasi konflik pada
masyarakat seperti terlihat di Uni Soviet dan negara-negara lain di dunia
menjadikan liberalisme sebagai konsep yang dominan saat ini. Namun, ini

10
tidak berarti liberalisme menjadi satu ideologi yang tanpa cacat. Cacat inilah
yang dilihat oleh komunitarianisme dan memunculkannya dalam bentuk
kritik terhadap liberalisme. Komunitarianisme mengkritik nilai-nilai
liberalisme yang dianggap tidak sensitif terhadap keanggotaan pada satu
kelompok, terutama kelompok kultural, yang menjadi perdebatan sengit
dalam filsafat politik saat ini (Ahida, 2005).

11
BAB III

PENUTUP

1.1. Simpulan
Liberalisme adalah paham yang memperbolehkan kebebasan dalam
segala bidang bermasyarakat, seperti bidang ekonomi, agama atau politik.
Pada dasarnya liberalisme itu ingin mencita-citakan pada masyarakatnya
untuk mendapat kebebasan dalam berpendapat atau tidak adanya pembatasan
untuk pemerintah dan agama. Dari ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa
ideologi liberal benar-benar menagnut kebebasan akan hak-hak individu,
dimana hak-hak tersebut meliputi hak politk,ekonomi,sosial. Masyarakat yang
mennganut ideologi liberal dapat mensuarakan poendapatnya dengan bebas.
Ideologi liberal memiliki kelebihan dan kekuranagan.
Salah satu kelebihan dari demokrasi liberal adalah kebebasan pers dan
politik yang luar biasa, sehingga masyarakat dapat bebas menentukan hak dan
pilihanya. Namun negara dengan demokrasi liberal juga memiliki kekurangan
seperti kebebasa pers yang terlalu berlebihan sehingga banyak berita-berita
yang dibuat oleh media yang menimbulkan konflik dalam masyarakat.
Liberalisme yang merupakan antitesis dari realisme berangkat dari
asumsi dasar tentang pandangan positif tentang manusia. Ide dan asumsi dasar
liberalisme adalah keyakinan terhadap kemajuan yang dibawa oleh
modernitas. Sedangkan perspektif neoliberalisme tidak terlalu
mempermasalahkan human nature tapi lebih melihat manusia dari hasil
perbuatannya

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahida, R. (2005). Liberalisme dan Komunitarianisme. [online]. diakses dari


download.portalgaruda.org.article. (22 November 2017).
Aida, Ridha (2005). Liberalisme Dan Komunitarianisme: Konsep Tentang
Individu Dan Komunitas. DEMOKRASI Vol. IV No. 2, hlm. 95-105
Al Muchtar. (2016). Ideologi pancasila. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Humaira. (2014). Macam-macam ideologi beserta negara penganutnya. [online].


Diakses dari: https://yunialhumaira.wordpress.com/2014/06/03/macam-
macam-ideologi-beserta-negara-penganutnya-semester-1/. (2 November
2017)
Noer, Deliar. 1998. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta: Penerbit Mizan.
Perwira, P. (2012). Teori Hubungan Internasional Liberalisme dengan Neo
Liberalisme. [Online]. Tersedia: http://putrinyaperwira-
fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-64021-
Teori%20Hubungan%20Internasional-
Liberalisme%20dan%20Neoliberalisme.html. [4 November 2017]
Ramlan, S.(1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Pt Grasindo.
Syifa. (2017). Pengaruh paham liberalisme dalam berbagai bidang. [online].
Diakses dari: https://www.binasyifa.com/869/06/27/pengaruh-paham-
liberalisme-dalam-berbagai-bidang.htm. (2 November 2017)
Sukarna. 1981. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. Bandung: Penerbit Alumni.

13

Anda mungkin juga menyukai