Tugas Kelompok 10 Makalah Juvenile - Diabetes
Tugas Kelompok 10 Makalah Juvenile - Diabetes
Tugas Kelompok 10 Makalah Juvenile - Diabetes
Oleh :
AIRMADIDI
2024
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah terkait Juvenile Diabetes pada anak walaupun
masih banyak kekurangan didalam makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.
Kami berharap adanya kritik, saran yang membangun untuk pembuatan makalah
karena menyadari adanya kekurangan dalam makalah yang kami buat. Sebelumnya kami
mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam kata-kata.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
D. PENGERTIAN................................................................................................................3
E. ETIOLOGI......................................................................................................................3
F. MANIFESTASI KLINIS................................................................................................5
G. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................6
H. PENATALAKSANAAN................................................................................................6
I. CARA PENCEGAHAN..................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................20
J. NCP...............................................................................................................................20
BAB IV
K. KESIMPULAN
L. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang paling sering terjadi
secara global. Penyakit ini menempati urutan keempat penyebab kematian di sebagian
besar negara berkembang. Diabetes Melitus dikenal sebagai penyakit yang heterogen
yang biasanya ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dan toleransi glukosa
terganggu, serta kekurangan insulin, kelemahan keekfetifan peran insulin, ataupun karena
kedua alasan tersebut. Berdasarkan etiologi dasar dan gejala klinis yang dialami, Diabetes
Melitus dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes
gestasional, dan tipe spesifik (American Diabetes Association, 2015). Diabetes Melitus
tipe 1 merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh kerusakan sel B pankreas
baik oleh proses autoimun, maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan
terhenti. Definisi insulin absolut biasanya didapatkan pada pasien Diabetes Mellitus tipe
1.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a) Tujuan umum
Memberikan wawasan yang dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes melitus.
b) Tujuan khusus
1
2. Mengetahui etiologi juvenile diabetes.
7. Mengetahui, serta dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan juvenile
diabetes.
BAB II
PEMBAHASAN
D. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif (WHO, 2017). Secara umum, terdapat dua kategori utama DM, yaitu DM
tipe I dan tipe 2. DM tipe I ditandai dengan kurangnya produksi insulin sedangkan DM
tipe 2 disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh (Pusdatin
Kemenkes RI, 2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015
terdapat 415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksikan angka tersebut
akan terus bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM tahun 2040. Sedangkan
jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta yang
menempatkan Indonesia dalam urutan ke- 7 tertinggi di dunia bersama China, India,
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko (IDF, 2015).
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018, tercatat
1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada anak dan remaja
meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta penduduk pada
2
tahun 2000 dan 2010.2-4 Data tahun 2003-2009 menunjukkan pada kelompok usia 10-14
tahun, proporsi perempuan dengan DM tipe 1 (60%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki
(28,6%).4 Pada tahun 2017, 71% anak dengan DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis
dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD), meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu
63%.2 Diduga masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis saat pertama kali berobat ke rumah sakit.
E. ETIOLOGI
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia sebelum 15 tahun.
Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes (DM Tipe I), gangguan ini ditandai dengan adanya
hiperglikemia (meningkatnya kadar glukosa darah plasma >200mg/dl). Etiologi DM tipe I
adalah sebagai berikut:
Factor genetik juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart,
2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe I meningkat 3 hingga 5
kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang diturunkan secara
resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki
dan 90% untuk wanita.
-Faktor Lingkungan
Factor lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi
atau adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan
human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Virus atau
3
mikroorganisme akan menyerang pulau-pulau langerhans pankreas, yang membuat
kehilangan produksi insulin.
-Faktor imunologi
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas.
4
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada diabetes melitus tipe 1 yang kebanyakan diderita oleh anak-anak diabetes
melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin
dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan
ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas penyandang DM tipe 1
menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
b. Polifagi
c. Poliuria
d. Polidipsi
h. Ketonemia dan ketonuria, yaitu penumpukan asam lemak keton dalam darah
dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energi.
Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
G. PATOFISIOLOGI
Pada periode ini gejala gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses destruksi sel
pankreas. Predisposisi genetik tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi
insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel B-pankreas yang
berfungsi.Kadar C peptide mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi mulai ditemukan
apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.
6
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai munculPada periode ini sudah terjadi sekitar 90%
kerusakan sel B- pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan
tinggi / meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis
osmotik.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria,
dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di (uptakekedalam sel, penderita akan
merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita
memerlukan insulin dari luar agar gula darah di uptakekedalam sel.
- Periode honeymoon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-sisa sel ß
pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada
saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat
badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun
bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang
menetap
Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini merupakan periode terakhir dari
penderita DM. Pada periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh
seumur hidupnya.
H. PENATALAKSANAAN
Manajemen pasien dengan diabetes melitus tipe 1 tidak terbatas pada terapi insulin saja. Untuk
mencapai kualitas hidup yang lebih baik baik dalam periode waktu pendek maupun panjang,
perlu adanya perhatian terhadap beberapa aspek lain (Rustama DS, et al. 2010; ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines. 2009). Lima fondasi utama dalam pengelolaan diabetes melitus
tipe 1 mencakup:
a. Insulin
Terdapat berbagai jenis insulin, termasuk insulin beraksi cepat, beraksi singkat,
beraksi menengah, beraksi lama, dan insulin premixed (kombinasi insulin beraksi
7
cepat/singkat dan beraksi menengah). Jenis insulin yang dipilih bergantung pada
skema pengobatan yang diikuti.
Dosis insulin: Jumlah total insulin yang diberikan setiap hari kepada anak berkisar
antara 0,5 hingga 1 unit per kilogram berat badan pada saat diagnosis pertama. Dosis
ini kemudian akan disesuaikan dengan berbagai faktor, termasuk kondisi penyakit dan
karakteristik individu yang bersangkutan.
b. Diet
Upaya pengoptimalan pertumbuhan memerlukan pemberian diet yang
seimbang, yang terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein, dan 30%
lemak. Bagi anak dengan diabetes melitus tipe 1, pemantauan ketat asupan
kalori harian adalah esensial, mengingat hal ini berkaitan erat dengan dosis
insulin yang diperlukan serta pemantauan pertumbuhan anak. Asupan kalori
harian seharusnya mirip dengan kebutuhan anak yang sehat/normal.
Dianjurkan pembagian persentase asupan makanan sebagai berikut: 20%
untuk sarapan, 25% untuk makan siang, dan 25% untuk makan malam,
ditambah dengan tiga kali snack yang masing-masing menyumbang 10% dari
total kebutuhan kalori harian. Penyesuaian diet ini juga harus memperhatikan
skema pengobatan yang diikuti. Dalam skema basal-bolus, misalnya, pasien
perlu memahami rasio insulin-terhadap-karbohidrat untuk menentukan dosis
insulin yang tepat.
c. Aktifitas fisik/exercise
Anak dengan diabetes melitus tidak dilarang untuk berolahraga; sebaliknya,
aktivitas fisik justru dianjurkan karena dapat membantu mereka
mempertahankan berat badan yang ideal, mengurangi berat badan jika
mengalami obesitas, serta meningkatkan kepercayaan diri. Berolahraga
berkontribusi pada penurunan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas
tubuh terhadap insulin. Namun, penting juga untuk menyadari bahwa aktivitas
8
fisik dapat meningkatkan risiko hipoglikemia atau hiperglikemia (dan dalam
kasus yang ekstrem, ketoasidosis). Oleh karena itu, ada beberapa prasyarat
yang harus dipenuhi oleh anak dengan diabetes yang ingin berolahraga,
termasuk menentukan target gula darah yang aman untuk berolahraga,
menyesuaikan diet dan dosis insulin, serta memonitor kadar gula darah secara
cermat. Jika kadar gula darah sebelum berolahraga lebih dari 250 mg/dl dan
terdapat keton dalam darah, maka olahraga harus dihindari. Sementara itu, jika
kadar gula darah di bawah 90 mg/dl, dianjurkan untuk menambahkan
karbohidrat dalam diet sebelum berolahraga guna mencegah hipoglikemia.
d. Edukasi
Sebuah langkah yang sama pentingnya adalah pendidikan baik bagi pasien
maupun orang tua mereka. Keluarga harus diberikan informasi tentang
penyakit diabetes, mekanisme penyakitnya, apa saja yang diperbolehkan dan
yang harus dihindari oleh penderita diabetes, detail tentang insulin (termasuk
skema pengobatan, dosis, teknik injeksi, lokasi penyuntikan, dan efek samping
yang mungkin terjadi), cara memantau kadar gula darah, serta penjelasan
tentang target kadar gula darah atau HbA1c yang harus dicapai.
I. CARA PENCEGAHAN
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dengan kelainan sistem endokrin seperti diabetes mellitus dimulai
dengan penggalian informasi yang mencakup: data pribadi, kondisi umum pasien, vital sign,
histori kesehatan, keluhan primer, karakteristik keluhan, catatan kesehatan sebelumnya,
evaluasi fisik, serta rutinitas aktivitas harian.
a. Identitas
Identitas pasien mencakup detail seperti nama, usia, jenis kelamin, agama, etnis, alamat,
tanggal penerimaan di rumah sakit, nomor registrasi, tanggal penilaian, dan diagnosis
medis. Informasi ini penting untuk memastikan setiap pasien dapat dibedakan satu sama
lain. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, alamat, dan kondisi lingkungan yang tidak
bersih dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat keparahan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih.
Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku.
10
Diabetes tipe 1 diduga dipicu oleh faktor lingkungan seperti infeksi virus penyakit
gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, paparan bahan kimia beracun, atau oleh
sitotoksin yang merusak serta antibodi.
Usia
Tingkat perkembangan
Toleransi/ kemampuan memahami tindakan
Koping
Pengalaman berpisah dari keluarga/ orang tua
Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
g. Pemeriksaan fisika.
Aktivitas/ istrahat
Lemah, letih, susah, bergerak/susah berjalan., kram otot, tonus otot menurun. Tachicardi,
tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas. Letargi/ disorientasi, koma.
Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas dan
tachicardia. Perubahan tekanan darah postural: hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada.
11
Disritmia, krekel DV Julkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi perubahan
tekanan darah.
Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /tidak).
Neurosensori
Pusing pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport/ koma
(tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu): kacau mental, refleks tendo dalam
(RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan palpitasi:
tampak sangat berhati-hati
Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare Urine encer, pucat, kuning,
poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia berat).
Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun: hiperaktif (diare).
.Integritas Ego
Stress, ansietas
Makanan/Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet ,penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
h. Psikososial
i. Pemeriksaan Diagnostik
● Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat. Osmolalitas serum meningkat
● Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir selama hidup SDM) dan
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat terus DKA
yang berhubungan dengan insiden (mis, ISK baru)
● Gas Darah Arteri biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HC03 (asidosis
● Insulin darah : mungkin menurun atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibodi (auto antibodi)
● Urine : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
● Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
13
b) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat,
hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.
14
2. NCP (NURSING CARE PLANS)
Form NCP (Nursing Care Plans)
Pt. Name: An. M Age: 8 Room/Bed: Edelweiss/2 Medical Diagnosis: Juvenile Diabetes Physician’s Name: dr. Angela
14
Atau semua kriteria hasil.
0-1 = Sangat Bahagia
karena tidak merasa nyeri P : Hentikan Intervensi______Ns.
sama sekali Avril
2-3 = Sedikit nyeri
4-5 = Cukup nyeri
6-7 = Lumayan nyeri
8-9 = Sangat nyeri
10 = Amat sangat nyeri
(tak tertahankan).
Hasil-nya : Saat perawat
mengidentifikasi skala
nyeri dengan menunjukan
keenam gambar ini,
pasien menunjuk gambar
ke 4, yang berarti skala
nyeri yang dirasakan
pasien adalah 6-7
(lumayan nyeri).
- At. 10.00
Hasil-nya :
Saat dikaji kembali
pasien menunjuk gambar
ke 3 yang berarti skala
nyeri yang dirasakan
pasien adalah 4-5 (Cukup
Nyeri)
2. At. 7.40-7.55
Memberikan teknik non-
farmakologis (kompres
15
hangat-dingin, dan terapi
bermain).
- Pertama dilakukan
kompres dingin, perawat
meletakkan kompres
hangat secara langsung
disekitar area nyeri yang
dirasakan selama 10
menit.
- Kedua dilakukan terapi
bermain. Permainan
pertama yang digunakan
adalah puzzle hewan
(anjing), karena menurut
informasi yang
didapatkan dari orang tua
bahwa anak mereka
menyukai anjing dan
kebetulan mereka juga
memang memelihara
anjing. Dan Permainan
kedua yang digunakan
ialah bermain di gadget
Pet Run (puppy dog
game), dan The dog’s
collector.
Sangking seriusnya anak
ini bermain, nyeri yang ia
rasakan seketika kayak
terabaikan.
3. At. 7.55-8.00
16
Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan,
kebisingan)
Perawat mengatur temp
dari air conditioner
menjadi 23°C (tidak
terlalu dingin tidak terlalu
panas) dalam arti adem.
Perawat memberitahukan
kepada perawat yang ada
di nursing station untuk
mengumumkan di
speaker, untuk
meningatkan ketenangan
sepanjang ruang
perawatan agar pasien-
pasien dapat beristirahat
dengan baik, tidak ada
distraksi.
4. At. 8.00-10.00
Memfasilitasi isitirahat
dan tidur
Kebetula karena sangking
terlalu puas bermain,
sampai pasien pun
mengantuk dan tertidur
pulas. Perawat membantu
ibu pasien untuk
mengatur tempat tidur
anak agar anak merasa
17
lebih nyaman untuk tidur.
18
3. INTERVENSI
a) Diagnosa II
Resiko Kerusakan integritas kult berhubungan dengan adanya luka (trauma )
Tujuan : Gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitalisası, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti
balut.
Rasional : memantau adanya tanda-tanda infeksi
Kaji tanda vital
Rasional : untuk mengetahui ke adaan umum pasien
Lakukan perawatan luka
Rasional : membersihkan dan mempercepat peroses penyembuhan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Rasional : mempercepat peroses penyembuhan
b) Diagnosa III
Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis meningkat,hiperglikemia,
diare, muntah, poliuria, evaporasi
Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin
tepat secara individu dan kadar elektrolit dalambatas normal.
Intervensi :
18
Pantau masukan dan pengeluaran
Rasional : untuk mengetahui haluan cairan
Kolaborasi pemberian cairan
Rasional : untuk menentukan cairan yang akan di berikan ke pasien
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kami menyadari, dari makalah ini yang dibuat masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu saran dari kami untuk lebih banyak membaca dan mencari berbagai buku ataupun
sumber lain, dan tidak hanya berasal dari satu sumber saja, supaya bisa dibuat comparison
dari berbagai sumber yang didapati terkait dengan penyakit Juvenile Diebetes. Karena itu
juga dapat memberikan manfaat bagi diri kita sendiri, dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita sebagai mahasiswa/i keperawatan, dan menjadi pegangan bagi kita sampai kita
terjun di dunia pekerjaan nanti. Sekian, terima kasih. Kiranya Tuhan Memberkati kita semua.
20
DAFTAR PUSTAKA
21