Tugas Kelompok 10 Makalah Juvenile - Diabetes

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT

JUVENILE DIABETES PADA ANAK-ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

Oleh :

Ramba, Michelle Virginia Gabriella

Sahensolar, Angela Berliana

Paoki, Fequeen Yesah Indah

FAKULTAS KEPERAWATAN – UNIVERSITAS KLABAT

AIRMADIDI

2024
ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah terkait Juvenile Diabetes pada anak walaupun
masih banyak kekurangan didalam makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.

Kami berharap adanya kritik, saran yang membangun untuk pembuatan makalah
karena menyadari adanya kekurangan dalam makalah yang kami buat. Sebelumnya kami
mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam kata-kata.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
D. PENGERTIAN................................................................................................................3
E. ETIOLOGI......................................................................................................................3
F. MANIFESTASI KLINIS................................................................................................5
G. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................6
H. PENATALAKSANAAN................................................................................................6
I. CARA PENCEGAHAN..................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................20
J. NCP...............................................................................................................................20
BAB IV
K. KESIMPULAN
L. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang paling sering terjadi
secara global. Penyakit ini menempati urutan keempat penyebab kematian di sebagian
besar negara berkembang. Diabetes Melitus dikenal sebagai penyakit yang heterogen
yang biasanya ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dan toleransi glukosa
terganggu, serta kekurangan insulin, kelemahan keekfetifan peran insulin, ataupun karena
kedua alasan tersebut. Berdasarkan etiologi dasar dan gejala klinis yang dialami, Diabetes
Melitus dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes
gestasional, dan tipe spesifik (American Diabetes Association, 2015). Diabetes Melitus
tipe 1 merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh kerusakan sel B pankreas
baik oleh proses autoimun, maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan
terhenti. Definisi insulin absolut biasanya didapatkan pada pasien Diabetes Mellitus tipe
1.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu juvenile diabetes?


2. Apa etiologi dari juvenile diabetes?
3. Apa saja yang menjadi manifestasi klinis dari juvenile diabetes?
4. Bagaimana patofisiologi dari juvenile diabetes ?
5. Apa saja penatalaksanaan juvenile diabetes?
6. Bagaimana cara pencegahan juvenile diabetes?

C. Tujuan

a) Tujuan umum
Memberikan wawasan yang dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes melitus.

b) Tujuan khusus

1. Mengetahui definisi juvenile diabetes.

1
2. Mengetahui etiologi juvenile diabetes.

3. Mengetalhui manifestasi klinis juvenile diabetes.

4. Mengetahui patofisiologi pada anak dengan juvenile diabetes.

5. Mengetahui penatalaksanaan medis juvenile diabetes.

6. Mengetahui cara pencegahan diabetes mellitus.

7. Mengetahui, serta dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan juvenile
diabetes.

BAB II

PEMBAHASAN

D. PENGERTIAN

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif (WHO, 2017). Secara umum, terdapat dua kategori utama DM, yaitu DM
tipe I dan tipe 2. DM tipe I ditandai dengan kurangnya produksi insulin sedangkan DM
tipe 2 disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh (Pusdatin
Kemenkes RI, 2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015
terdapat 415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksikan angka tersebut
akan terus bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM tahun 2040. Sedangkan
jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta yang
menempatkan Indonesia dalam urutan ke- 7 tertinggi di dunia bersama China, India,
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko (IDF, 2015).

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018, tercatat
1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada anak dan remaja
meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta penduduk pada

2
tahun 2000 dan 2010.2-4 Data tahun 2003-2009 menunjukkan pada kelompok usia 10-14
tahun, proporsi perempuan dengan DM tipe 1 (60%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki
(28,6%).4 Pada tahun 2017, 71% anak dengan DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis
dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD), meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu
63%.2 Diduga masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis saat pertama kali berobat ke rumah sakit.

E. ETIOLOGI

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia sebelum 15 tahun.
Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes (DM Tipe I), gangguan ini ditandai dengan adanya
hiperglikemia (meningkatnya kadar glukosa darah plasma >200mg/dl). Etiologi DM tipe I
adalah sebagai berikut:

-Faktor genetic Faktor herediter

Factor genetik juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart,
2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe I meningkat 3 hingga 5
kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang diturunkan secara
resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki
dan 90% untuk wanita.

-Faktor Lingkungan

Factor lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi
atau adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan
human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Virus atau

3
mikroorganisme akan menyerang pulau-pulau langerhans pankreas, yang membuat
kehilangan produksi insulin.

-Faktor imunologi

Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas.

4
F. MANIFESTASI KLINIS

Pada diabetes melitus tipe 1 yang kebanyakan diderita oleh anak-anak diabetes
melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin
dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan
ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas penyandang DM tipe 1
menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:

a. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl )

b. Polifagi

c. Poliuria

d. Polidipsi

e. Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe I


pada anak.

f. Penurunan berat badan, malaise atau kelemahan

g. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)

h. Ketonemia dan ketonuria, yaitu penumpukan asam lemak keton dalam darah
dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energi.
Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.

G. PATOFISIOLOGI

Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical

Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:

- Periode pra diabetes

Pada periode ini gejala gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses destruksi sel
pankreas. Predisposisi genetik tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi
insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel B-pankreas yang
berfungsi.Kadar C peptide mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi mulai ditemukan
apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.

- Periode manifestasi klinis diabetes

6
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai munculPada periode ini sudah terjadi sekitar 90%
kerusakan sel B- pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan
tinggi / meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis
osmotik.

Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria,
dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di (uptakekedalam sel, penderita akan
merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita
memerlukan insulin dari luar agar gula darah di uptakekedalam sel.

- Periode honeymoon

Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-sisa sel ß
pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada
saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat
badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun
bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang
menetap

- Periode ketergantungan insulin yang menetap

Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini merupakan periode terakhir dari
penderita DM. Pada periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh
seumur hidupnya.

H. PENATALAKSANAAN

Manajemen pasien dengan diabetes melitus tipe 1 tidak terbatas pada terapi insulin saja. Untuk
mencapai kualitas hidup yang lebih baik baik dalam periode waktu pendek maupun panjang,
perlu adanya perhatian terhadap beberapa aspek lain (Rustama DS, et al. 2010; ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines. 2009). Lima fondasi utama dalam pengelolaan diabetes melitus
tipe 1 mencakup:

a. Insulin

 Pemberian insulin adalah komponen esensial dalam perawatan individu dengan


diabetes melitus tipe 1. Penting untuk mempertimbangkan jenis insulin, dosis yang
tepat, skema pengobatan, teknik injeksi, serta penyesuaian dosis yang mungkin
diperlukan.

 Terdapat berbagai jenis insulin, termasuk insulin beraksi cepat, beraksi singkat,
beraksi menengah, beraksi lama, dan insulin premixed (kombinasi insulin beraksi

7
cepat/singkat dan beraksi menengah). Jenis insulin yang dipilih bergantung pada
skema pengobatan yang diikuti.

 Dosis insulin: Jumlah total insulin yang diberikan setiap hari kepada anak berkisar
antara 0,5 hingga 1 unit per kilogram berat badan pada saat diagnosis pertama. Dosis
ini kemudian akan disesuaikan dengan berbagai faktor, termasuk kondisi penyakit dan
karakteristik individu yang bersangkutan.

 Teknik Injeksi: Terdapat beberapa lokasi injeksi yang direkomendasikan karena


memiliki tingkat penyerapan yang baik, termasuk area perut (yang memiliki
penyerapan terbaik), lengan atas, dan sisi luar paha. Area bokong kurang disarankan
karena memiliki penyerapan yang paling rendah.

b. Diet
Upaya pengoptimalan pertumbuhan memerlukan pemberian diet yang
seimbang, yang terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein, dan 30%
lemak. Bagi anak dengan diabetes melitus tipe 1, pemantauan ketat asupan
kalori harian adalah esensial, mengingat hal ini berkaitan erat dengan dosis
insulin yang diperlukan serta pemantauan pertumbuhan anak. Asupan kalori
harian seharusnya mirip dengan kebutuhan anak yang sehat/normal.
Dianjurkan pembagian persentase asupan makanan sebagai berikut: 20%
untuk sarapan, 25% untuk makan siang, dan 25% untuk makan malam,
ditambah dengan tiga kali snack yang masing-masing menyumbang 10% dari
total kebutuhan kalori harian. Penyesuaian diet ini juga harus memperhatikan
skema pengobatan yang diikuti. Dalam skema basal-bolus, misalnya, pasien
perlu memahami rasio insulin-terhadap-karbohidrat untuk menentukan dosis
insulin yang tepat.

c. Aktifitas fisik/exercise
Anak dengan diabetes melitus tidak dilarang untuk berolahraga; sebaliknya,
aktivitas fisik justru dianjurkan karena dapat membantu mereka
mempertahankan berat badan yang ideal, mengurangi berat badan jika
mengalami obesitas, serta meningkatkan kepercayaan diri. Berolahraga
berkontribusi pada penurunan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas
tubuh terhadap insulin. Namun, penting juga untuk menyadari bahwa aktivitas

8
fisik dapat meningkatkan risiko hipoglikemia atau hiperglikemia (dan dalam
kasus yang ekstrem, ketoasidosis). Oleh karena itu, ada beberapa prasyarat
yang harus dipenuhi oleh anak dengan diabetes yang ingin berolahraga,
termasuk menentukan target gula darah yang aman untuk berolahraga,
menyesuaikan diet dan dosis insulin, serta memonitor kadar gula darah secara
cermat. Jika kadar gula darah sebelum berolahraga lebih dari 250 mg/dl dan
terdapat keton dalam darah, maka olahraga harus dihindari. Sementara itu, jika
kadar gula darah di bawah 90 mg/dl, dianjurkan untuk menambahkan
karbohidrat dalam diet sebelum berolahraga guna mencegah hipoglikemia.

d. Edukasi
Sebuah langkah yang sama pentingnya adalah pendidikan baik bagi pasien
maupun orang tua mereka. Keluarga harus diberikan informasi tentang
penyakit diabetes, mekanisme penyakitnya, apa saja yang diperbolehkan dan
yang harus dihindari oleh penderita diabetes, detail tentang insulin (termasuk
skema pengobatan, dosis, teknik injeksi, lokasi penyuntikan, dan efek samping
yang mungkin terjadi), cara memantau kadar gula darah, serta penjelasan
tentang target kadar gula darah atau HbA1c yang harus dicapai.

e. Monitoring Kontrol Glikemik


Monitoring ini berfungsi sebagai penilaian terhadap efektivitas pengelolaan
yang telah diterapkan. Pengendalian gula darah yang optimal dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien, termasuk dalam mencegah komplikasi
baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Pasien diharuskan untuk
melakukan pemeriksaan kadar gula darahnya secara rutin setiap hari. Selain
itu, pemeriksaan HbA1c dilakukan setiap tiga bulan. Pengawasan juga harus
mencakup efek samping dari penggunaan insulin, kemungkinan komplikasi
yang muncul, serta monitoring terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pasien.

I. CARA PENCEGAHAN

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian pada pasien dengan kelainan sistem endokrin seperti diabetes mellitus dimulai
dengan penggalian informasi yang mencakup: data pribadi, kondisi umum pasien, vital sign,
histori kesehatan, keluhan primer, karakteristik keluhan, catatan kesehatan sebelumnya,
evaluasi fisik, serta rutinitas aktivitas harian.

a. Identitas
Identitas pasien mencakup detail seperti nama, usia, jenis kelamin, agama, etnis, alamat,
tanggal penerimaan di rumah sakit, nomor registrasi, tanggal penilaian, dan diagnosis
medis. Informasi ini penting untuk memastikan setiap pasien dapat dibedakan satu sama
lain. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, alamat, dan kondisi lingkungan yang tidak
bersih dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat keparahan penyakit infeksi.

b. Keluhan utama

Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih.
Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku.

c. Riwayat penyakit sekarang


Informasi tentang durasi klien mengidap diabetes mellitus, pendekatan penanganan yang
diambil, jenis terapi insulin yang digunakan, kepatuhan dalam mengonsumsi obat, serta
langkah-langkah yang telah dilakukan oleh klien untuk mengatasi penyakitnya perlu
dikumpulkan.

d. Riwayat penyakit dahulu.

10
Diabetes tipe 1 diduga dipicu oleh faktor lingkungan seperti infeksi virus penyakit
gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, paparan bahan kimia beracun, atau oleh
sitotoksin yang merusak serta antibodi.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Khususnya menyangkut adanya anggota keluarga lain yang juga mengidap diabetes
melitus. Sejarah kehamilan juga penting karena stres selama masa kehamilan dapat
memicu munculnya diabetes melitus.

 Tingkat pengetahuan atau wawasan keluarga tentang penyakit diabetes melitus


 Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit diabetes melitus .
 Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
 Koping keluarga dan tingkat kecemasan.

f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

 Usia
 Tingkat perkembangan
 Toleransi/ kemampuan memahami tindakan
 Koping
 Pengalaman berpisah dari keluarga/ orang tua
 Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

g. Pemeriksaan fisika.

 Aktivitas/ istrahat
Lemah, letih, susah, bergerak/susah berjalan., kram otot, tonus otot menurun. Tachicardi,
tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas. Letargi/ disorientasi, koma.
 Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas dan
tachicardia. Perubahan tekanan darah postural: hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada.

11
Disritmia, krekel DV Julkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi perubahan
tekanan darah.
 Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /tidak).
 Neurosensori
Pusing pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport/ koma
(tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu): kacau mental, refleks tendo dalam
(RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
 Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan palpitasi:
tampak sangat berhati-hati
 Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
 Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare Urine encer, pucat, kuning,
poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia berat).
Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun: hiperaktif (diare).
 .Integritas Ego
Stress, ansietas
 Makanan/Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet ,penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
h. Psikososial

Dapat menyelesaikan tugas tugasnya sampai menghasilkan sesuatu dengan belajar


bersaing dan koperatif dengan orang lain.

i. Pemeriksaan Diagnostik

● Glukosa darah: meningkat 200-100mg/dL

● Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

● Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat. Osmolalitas serum meningkat

tetapi biasanya kurang dari 330mOsm/1


12
● Elektrolit-Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun

Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan


menurun; Fosfor: lebih sering menurun

● Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang

mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir selama hidup SDM) dan
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat terus DKA
yang berhubungan dengan insiden (mis, ISK baru)

● Gas Darah Arteri biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HC03 (asidosis

metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

● Trombosit darah: Ht mungkin meningkat ( dehidrasi); Leukositosis: hemokonsentrasi

merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

● Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)

● Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreasitis akut

sebagai penyebab dari DKA.

● Insulin darah : mungkin menurun atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau normal

sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibodi (auto antibodi)

● Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan

glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

● Urine : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

● Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi

pernafasan dan infeksi pada luka.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infeksi, gangguan penyembuhan


luka.

13
b) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat,
hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.

14
2. NCP (NURSING CARE PLANS)
Form NCP (Nursing Care Plans)

Pt. Name: An. M Age: 8 Room/Bed: Edelweiss/2 Medical Diagnosis: Juvenile Diabetes Physician’s Name: dr. Angela

No Date Nursing Planning


. / Diagnosis Implementation Evaluation
Time Goal Intervention Rationale
1. 21-9- D. 0077 L. 08066 1. 08238 1. Untuk mengetahui 1. At. 7.30-7.40 dan At. 15.00
2022 7.00-7.30 tingkat nyeri yang At 10.00-10.15
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi dirasakan pasien. S : “ Pasien mengeluh nyeri
agen pencedera intervensi selama skala nyeri - At 7.30 masih cukup terasa”
fisik (amputasi) jam maka tingkat 2. Untuk mengurangi Mengidentifikasi skala
d.d nyeri menurun, 2. Berikan Teknik rasa nyeri yang nyeri dengan O : Didapati skala nyeri sebelum
dengan kriteria non-farmakologis dirasakan pasien. menggunakan wong diberikan intervensi yaitu skala 6-
DS : “Pasien hasil : (kompres dingin, baker faces paint scale. 7 yang berarti lumayan nyeri,
mengeluh nyeri” dan terapi 3. Untuk mengurangi Dimana terdapat 6 setelah diberikan intervensi skala
1. Keluhan nyeri bermain) risiko faktor yang gambar / wajah. nyeri-nya 4-5 yang berarti cukup
DO : menurun dapat memperberat - Gambar I : Skala 0 no nyeri. Bisa disimpulkan tingkat
-Pasien tampak 2. Meringis 3. Kontrol nyeri. hurt nyeri pasien mengalami
meringis menurun lingkungan yang - Gambar II : Skala 2 penurunan walau tidak terlalu
-Sulit untuk 3. Kesulitan tidur memperberat rasa 4.Untuk mengurangi hurts little bit besar. Pasien juga sempat tidur
tidur menurun nyeri (suhu rasa nyeri yang - Gambar III : Skala 4 setelah diberikan managemen
ruangan, dirasakan pasien. hurts little more nyeri. Maka :
kebisingan) - Gambar IV : Skala 6 1. Keluhan nyeri menurun
hurts even more 2. Meringis menurun
4. Fasilitasi - Gambar V : Skala 8 3. Kesulitan tidur menurun
isitirahat dan tidur hurts whole lot
- Gambar VI : Skala 10
hurts worst A : Tujuan tercapai dengan

14
Atau semua kriteria hasil.
0-1 = Sangat Bahagia
karena tidak merasa nyeri P : Hentikan Intervensi______Ns.
sama sekali Avril
2-3 = Sedikit nyeri
4-5 = Cukup nyeri
6-7 = Lumayan nyeri
8-9 = Sangat nyeri
10 = Amat sangat nyeri
(tak tertahankan).
Hasil-nya : Saat perawat
mengidentifikasi skala
nyeri dengan menunjukan
keenam gambar ini,
pasien menunjuk gambar
ke 4, yang berarti skala
nyeri yang dirasakan
pasien adalah 6-7
(lumayan nyeri).

- At. 10.00
Hasil-nya :
Saat dikaji kembali
pasien menunjuk gambar
ke 3 yang berarti skala
nyeri yang dirasakan
pasien adalah 4-5 (Cukup
Nyeri)

2. At. 7.40-7.55
Memberikan teknik non-
farmakologis (kompres

15
hangat-dingin, dan terapi
bermain).
- Pertama dilakukan
kompres dingin, perawat
meletakkan kompres
hangat secara langsung
disekitar area nyeri yang
dirasakan selama 10
menit.
- Kedua dilakukan terapi
bermain. Permainan
pertama yang digunakan
adalah puzzle hewan
(anjing), karena menurut
informasi yang
didapatkan dari orang tua
bahwa anak mereka
menyukai anjing dan
kebetulan mereka juga
memang memelihara
anjing. Dan Permainan
kedua yang digunakan
ialah bermain di gadget
Pet Run (puppy dog
game), dan The dog’s
collector.
Sangking seriusnya anak
ini bermain, nyeri yang ia
rasakan seketika kayak
terabaikan.

3. At. 7.55-8.00

16
Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan,
kebisingan)
Perawat mengatur temp
dari air conditioner
menjadi 23°C (tidak
terlalu dingin tidak terlalu
panas) dalam arti adem.
Perawat memberitahukan
kepada perawat yang ada
di nursing station untuk
mengumumkan di
speaker, untuk
meningatkan ketenangan
sepanjang ruang
perawatan agar pasien-
pasien dapat beristirahat
dengan baik, tidak ada
distraksi.

4. At. 8.00-10.00
Memfasilitasi isitirahat
dan tidur
Kebetula karena sangking
terlalu puas bermain,
sampai pasien pun
mengantuk dan tertidur
pulas. Perawat membantu
ibu pasien untuk
mengatur tempat tidur
anak agar anak merasa

17
lebih nyaman untuk tidur.

18
3. INTERVENSI
a) Diagnosa II
Resiko Kerusakan integritas kult berhubungan dengan adanya luka (trauma )
Tujuan : Gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.

Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringandan tidak


terinfeksi.

Intervensi :

 Kaji luka, adanya epitalisası, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti
balut.
Rasional : memantau adanya tanda-tanda infeksi
 Kaji tanda vital
Rasional : untuk mengetahui ke adaan umum pasien
 Lakukan perawatan luka
Rasional : membersihkan dan mempercepat peroses penyembuhan luka
 Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Rasional : mempercepat peroses penyembuhan

b) Diagnosa III
Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis meningkat,hiperglikemia,
diare, muntah, poliuria, evaporasi

Tujuan : Kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin
tepat secara individu dan kadar elektrolit dalambatas normal.

Intervensi :

 Pantau tanda-tanda vital


Rasional : untuk mengetahui keadaan umu pasien
 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membranmukosa
Rasional : untuk mengetahui tanda tanda dehidrasi

18
 Pantau masukan dan pengeluaran
Rasional : untuk mengetahui haluan cairan
 Kolaborasi pemberian cairan
Rasional : untuk menentukan cairan yang akan di berikan ke pasien

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes Mellitus merupakan penyakit terkait dengan sistem endokrinologi dan


pankreas sebagai penghasil insulin yang menjadi pusat kajian serta studi penyakit ini. Insulin
memegang peranan pokok dalam metabolisme glukosa serta alur energi tubuh manusia.
Diabetes Mellitus adalah penyakit dengan banyak gejala yang menyertai dan memiliki factor
dalam dan faktor luar sebagai pencetusnya. Ada 2 etiologi utama dari diabetes mellitus yang
menjadi dasar klasifikasi penyakitnya. Diabetes mellitus tipe 1 yang dicetuskan oleh tidak
cukupnya jumlah insulin sampai tidak terbentuknya insulin oleh pankreas (Sel Beta Pulau
Langerhans) discbabkan olch proses autoimunitas yang menghancurkan sel beta pulau
Langerhans pankreas. Diabetes tipe I menyerang anak dengan umur < 18 tahun dengan rataan
umur penderita 4 - 10 tahun. TIDM menyebabkan ketergantungan abosolut insulin cksogenik
untuk mengatur kadar gula darah, dan menjaga status diabetes tidak berkembang menjadi
penyakit dengan banyak komplikasi. Penatalaksanaan dengan insulin bertujuan untuk
menghentikan proses pembentukan gula hati dan menghentikan ketogenesis.

B. SARAN

Kami menyadari, dari makalah ini yang dibuat masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu saran dari kami untuk lebih banyak membaca dan mencari berbagai buku ataupun
sumber lain, dan tidak hanya berasal dari satu sumber saja, supaya bisa dibuat comparison
dari berbagai sumber yang didapati terkait dengan penyakit Juvenile Diebetes. Karena itu
juga dapat memberikan manfaat bagi diri kita sendiri, dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita sebagai mahasiswa/i keperawatan, dan menjadi pegangan bagi kita sampai kita
terjun di dunia pekerjaan nanti. Sekian, terima kasih. Kiranya Tuhan Memberkati kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2009, Rencana Asuhan Keperawatan,


(Edisi III), EGC, Jakarta.

There are no sources in the current document.

Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2010. Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010).Diabetes in children and


adolescents, basic training manual for healthcare professionals in developing countries,
1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.

Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:


Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.

Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N


(2010).Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B.
Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto 2010, h 124-161.

ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009:10.


http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_chapter1.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai