Rancang Bangun Obat
Rancang Bangun Obat
Rancang Bangun Obat
OLEH :
NIM : 70100116045
Kelas : FARMASI A
JURUSAN FARMASI
ROMANGPOLONG-GOWA
2019
FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS OBAT
Obat dalam
Pelepasan dengan Partikel Obat dalam Obat dalam
produk obat Penghancuran obat padat larutan tubuh
Disintegrasi
Proses Disintergrasi : keadaan dimana berbagai residu tablet, kecuali fragmen- fragmen
penyalut yang tidak larut, tinggal dalam saringan alatpenguji sebgaai massaa yang lunak dan
jelas tidak memiliki inti yang teraba
Pelarutan dan Kelarutan
Kelarutan bersifat statik sedangkan pelarutan bersifat dinamik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelarutan suatu obat:
- Sifat fisika dan kimia bahan obat aktif
- Sifat bahan tambahan
- Metode fibrikasi
Sifat Fisikokimia Obat
Sifat fisikokimia obat merupakan tahap pertama preformulasi untuk mengetahui
sediaan yang nantinya dibuat. Karena sifat fisikokimia obat merupakan dasar tentang obat
yang diantaranya yaitu pKa, dan profil pH, ukuran partikel, polimorfisa, higroskopisitas,
koefisien partisi, interaksi bahan pengisi dan profil stabilitas pH.
Kelarutan, pH dan Absorpsi Obat
Dalam memformulasi harus diketahui dahulu pH dari zat aktif yang akan dibuat sediaan
farmasi, karena pH di saluran cerna bersifat basa dan pH lambung bersifat asam. Obat yang
bersifat basa akan larut dalam usus dengan membentuk garam yang larut, begitupun
sebaliknya. Profil pH-Kelarutan memberi suatu perkiraan kasar dari kesempurnaan pelarutan
suatu dosis obat dalam lambung atau dalam usus halus.
Stabilitas, pH dan absorpsi Obat
Jika peruraian suatu obat melalui katalis asam basa maka dapat dibuat beberapa
perkiraan kerusakan obat dalam saluran cerna. Misalnya eritromisin yang tabilitas bergantung
pada pH, ketika melewati media asam maka eritromisin akan cepat terurai namun jika dalam
media netral atau basa sediaan menjadi stabil, maka solusi yang diberikan yaitu sediaan
disalut enterik untuk menjaga kerusakan di media asam.
Ukuran Partikel dan Absorpsi Obat
Ukuran partikel zat aktif berpengaruh terhadap absorbsi obat. Semakin kecil ukuran
partikel obat maka semakin luas permukaan obat dan semakin cepat juga kelarutan obat.
Faktor Formulasi yang Mempengaruhi Pelarutan Obat
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pelarutan obat yaitu dengan adanya bahan
tambahan yang dapat membantu menjaga stabilitas hingga meningkatkan kelarutan,
menunda atau memperlambat laju absorbsi obat. Misal dalam membuat emulsi diperlukan
surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan pelarutan obat.
Pelarutan dan Uji Pelepasan Obat
Uji pelarutan dan pelepasan dapat dilakukan dengan cara uji in vitro mengukur laju dan
jumlah pelarutan atau pelepasan bahan obat dari suatu produk obat, biasanya dalam media
aqueous dibawah kondisi tertentu dan uji in vivo biasa berkaitan dengan bioavailibilitas dan
tampilan produk. Pengujian pelarutan dan pelepasan obat dapat digunakan untuk ;
- Keseragaman pelepasan obat dari batch ke batch
- Stabilitas
- Scale up
- Prediksi tampilan in vivo
Kondisi Pelarutan
Pengamatan visual dari perilaku pelarutan dan disintegrasi produk obat adalah penting
dan hendaknya tercatat. Pola pelarutan dan disintegrasi menunjukkan perubahan fabrikasi.
Pengamatan ini bermanfaat selama pengembangan metode dan optimasi formula.
Metode pelarutan Kompentidal
Pemilihan metode tertentu untuk suatu obat biasanya dinyatakan dalam monografi
produk obat tersebut ;
1. Metode “Rotating Basket” (Alat 1), metode ini terdiri atas keranjang silindris yang
ditahan oleh tangkai motor. Pada umumnya alat ini akan dipilih untuk kapsul dan sediaan
yang cenderung mengapung atau terdisintegrasi secara lambat.
2. Metode “Paddle” (Alat 2), terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus yang berfungsi
memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan.
3. Metode „Reciprocating Cyllinder” (Alat 3), terdiri atas serangkaian wadah gela sillindris.
4. Metode “Flow Throught-Cell” (Alat 4), terdiri dari suatu reservoir untuk media pelarutan
dan suatu pompa yang mendorong media pelarutan melewati sel yang menahan cuplikan
uji.
5. Metode “Paddle Over disk” (Alat 5), alat ini terdiri atas suatu penahan cuplikan atau
rakitan priringan yang menahan prduk
6. Metode silinder (Alat 6), merupakan modifikasi dari alat 1 untuk pengujian transdermal.
7. Metode “Reciprocoating Disk” (Alat 7), untuk pengujian produk transdermal digunakan
untuk rakitan motor penggerak.
Korelasi Pelarutan In vitro- In Vivo
Korelasi in vitro- in vivo menetapkan suatu hubungan antara suatu sifat biologis obat
seperti efek farmakodinamik atau konsentrasi obat dalam plasma dan suatu sifat fisikokimia
produk obat yang mengandung bahan obat seperti laju pelarutan.
1. Sistem klasifikasi obat biofarmasetika (Biopharmaceutic drug Classification-BCS), yang
merupakan suatu pendekatan prediktif untuk mengkaitkan karakteristik fisikokimia
tertentu dari suatu bahan obat dan produk obat terhadap bioavailabilitas in vivo.
2. Laju pelarutan versus laju absorbsi; laju pelarutan yang lebiih cepat akan mengakibatkan
laju keberadaan obat dalam plasma yang lebih cepat.
3. Persen obat terlarut versus persen obat terabsorbsi; Jika suatu obat diabsorbsi secara
sempurna setelah pelarutan, maka dengan membandingkan persen obat terabsorbsi
terhadap persen obat terlarut dapat diperoleh suatu korelasi linier
4. Kosentrasi plasma maksimum versus persen obat terlarut in vitro; jika formulasi obat
yang berbeda diuji untuk pelarutan, suatu obat yang diformulasikan secara tidak baik
tidak akan teralrut dan dilepas secara sempurna, sehingga menghasilkan kosentrasi obat
dalam plasma yang lebih rendah. Persen obat yang dilepas pada berbagai jarak waktu
akan lebih besar untuk produk obat yang lebih bioavalabel.
5. Kosentrasi obat dalam serum versus persen obat terlarut
6. Kegagalan korelasi pelarutan In vitro ke absorbsi In Vivo
Pertimbangan biofarmasetika
Bentuk sediaan akhir hendaknya memenuhi tujuan terapeutik dengan menghantar obat
aktif secara aktif pada laju dan jumlah yang tepat ke site reseptor target sehingga efek
terapeutik tercapat dan biovailabilitas maksimum dan efek samping minimum.
Pertimbangan farmakodinamika
Pertimbangan terapeutik atau efek yang ditimbulkan berhubungan dengan
pertimbangan sifat farmakodinamika dan farmakologi obat, meliputi respons terapeutik yang
diinginkan dan juga tipe frekuensi reaksi toksik dan reaksi yang merugikan dari obat.
Pertimbagan Produk Obat
1. Farmakokinetika obat yaitu dengan pengetahuan profil obat mengenai farmakokinetika
dari suatu bahan obat akan mempengaruhi dalam proses penetapan dosis yang sesuai dan
laju pelepasan yang akan mempertahankan kadar obat dalam tubuh yang diinginkan.
2. Bioavailibilitas obat merupakan hal yang harus diperhatikan yaitu stabilitas obat dalam
system pencernaan yaitu di lambung dan diusus
3. Pertimbangan dosis; besaran dosis dalam produk obat didasarkan pada ptoensi obat dan
volume distribusi yang menentukan konsentrasi obat plasma target yang diperlukan
untuk efek terapeutik yang diinginkan.
4. Frekuensi Pendosisan atau aFrekuensi pendosisan suatu obat dikaitkan dengan klirens
obat dan konsentrasi obat plasma target. Jika memiliki waktu paruh dan klirens rendah
maka oabt harus lebih sering diberikan.
Pertimbangan Pasien
Produk obat harus bias diterima oleh pasien. Kepatuhan pasien yang redah mungkin
karena prduk yang tidak baik seperti kesulitan menelan, bau yang tidak menyenangkan, rasa
obat pahit dann sebagainya.
Rute pemaikaian Obat
Rute pemakaian obat mempengaruhi bioavailibitas obat, oleh karena itu mempengaruhi
mula kerja dan lama efek farmakologi. Dalam merancang suatu sediaan obat, pabrik farmasi
harus mempertimbangkan; 1)Rute pemakaian yang dituju, 2)Besaran dosis, 3)Karakteristik
anatomis dan fisiologi site pemakaian, 4)Sifat fisikokimia, 5)dan interaksi obat dan bentuk
sediaan. Contoh rute pemberian atau pemakaian obat yaitu :
1. Produk obat oral
2. Absorbsi obat larut lipid
3. Efek samping pada saluran cerna
4. Tablet bukal dan sublingual
5. Produk obat nasal
6. Produk parenteral
7. Produk inhalasi
8. Produk transdermal
PERTANYAAN
1. bagaimana menangani masalah kendalai variabel dalam uji pelarutan?
2. pH dpat mempengaruhi stabilitas zat aktif, apakah jika sediaan dalam bentuk injeksi
harus mempertahankan pH zat aktif dengan menggunakan buffer atau boleh dengan
adjust pH? Kemudian jika bisa hanya dengan adjust pH apakah volume yang akan
dibuat tidak akan berlebih? Atau ada cara penanganan lain?
3. maksud dari polimorf dan dalam suspensi?
4. jika obat mempunyai kelarutan aqueous yang rendah dan di inginkan injeksi IV maka
dapat disiapkan dalam bentuk garam. Bagaimana jika tidak ada dalam bentuk
garamnya? bagaimana kelarutan obat yang tidak boleh dijadikan sediaan injeksi?
5. Bagiamana cara menentukan pertimbangan dosis pada obat kemoterapi yang hanya
biasanya digunakan sekali seminggu?