Power of Issue

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEHUMASAN

“THE POWER OF ISSUE”

Dosen pembimbing : Suci maisyarah nasution s,st mkm

Disusun oleh :

Monica chentya dewi (1811212004)

Puthi kunanthy (1611215002)

Al habib rahmanda novta (1811211023)

Hadisty aisyah putri (1811212045)

Tulus julfi (1511211030)

JURUSAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan lagi Maha penyayang, kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah laporan pengantar
teknologi informasi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari berbagai pihak sehinga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini.untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oelh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang laporan pengantar teknologi informasi ini
dapat memberi manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1. Latar belakang ............................................................................................................................... 1
2. Rumusan masalah.......................................................................................................................... 2
3. Tujuan ............................................................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 3
1. The Power of issue ........................................................................................................................ 3
2. Pengertian Isu, Gosip Rumor ......................................................................................................... 3
3. Manajemen Isu .............................................................................................................................. 4
4. Pendekatan Manajemen Isu .......................................................................................................... 5
5. Proses Manajemen Isu .................................................................................................................. 8
6. Tahapan Isu Dan Hubungan Dengan Krisis .................................................................................. 10
7. Manajemen Isu Merupakan Keahlian PR .................................................................................... 13
8. Studi Kasus Kehumasan di Bidang Kesehatan ............................................................................. 14
BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................................................... 17
KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 17
DAFTAR ISI................................................................................................................................................... 18

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Pendidikan merupakan salah satu usaha manusia dalam menumbuhkan dan mengembangkan
potensi diri baik secara jasmani maupun rohani yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
masyarakat dan budaya. Kemajuan suatu bangsa atau negara juga tidak lepas dari pendidikannya
karena pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan SDM atau sumber daya
manusia.

Pendidikan juga memiliki peran yang penting dalam menjamin perkembangan dan
kelangsungan hidup suatu bangsa karena pendidikan dapat membentuk manusia yang cerdas,
pintar dan terampil. Pendidikan juga mampu mewujudkan SDM atau sumber daya manusia yang
berkualitas dan kreatif serta mampu bersaing dalam setiap tantangan kemajuan teknologi yang
terus berkembang.

Tujuan pendidikan yaitu membuat setiap manusia menuju perubahan tingkah laku yang lebih
baik dan lebih intelektual sehingga manusia dapat menjadi sosok individu yang mandiri
sekaligus sebagai makhluk sosial yang menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Namun, penyelenggaraan pendidikan ini juga harus disesuaikan dengan perkembangan dan
perubahan masyarakat.

Sekolah menjadi salah satu lembaga pendidikan yang formal diselenggarakan oleh pemerintah
untuk mewujudkan pendidikan nasional. Cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan melalui
interaksi di dalam proses belajar di sekolah, sistematik dan juga terarah menuju ke arah
perubahan tingkah laku setiap anak didik yang sesuai dengan yang diharapkan.

Pelaksanaan pendidikan nasional tersebut harus menjamin peningkatan mutu pendidikan


ditengah pengaruh global agar setiap warga Indonesia menjadi makhluk yang patuh terhadap
Tuhan YME, memiliki akhlak yang mulia, cerdas, proaktif dan berdaya saing tinggi baik di
pergaulan nasional maupun di dalam pergaulan internasional.

1
2. Rumusan masalah

1. Apa pengertian isu, gosip rumor?


2. Apa itu manajemen isu?
3. Bagaimana pendekatan manajemen isu?
4. Bagaimana proses manajemen isu?
5. Tahapan isu dan hubungannya dengan krisis?
6. Mengapa manajemen isu meruapkan keahlihan PR/kehumasan?
7. Apa contoh studi kasus kehumasan di bidang kesehatan?

3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian isu, gosip rumor.


2. mengetahui manajemen isu.
3. Mengetahui cara pendekatan manajemen isu.
4. Mengetahui proses manajemen isu.
5. Mengetahui tahapan isu dan hubungannya dengan krisis.
6. Mengetahui manajemen isu merupakan keahlian PR/kehumasan.
7. Mengetahui contoh kasus studi kehumasan di bidang kesehatan.

2
BAB 2 PEMBAHASAN

1. The Power of issue


Persoalan Kekuatan khusus dari Kebijakan Luar Negeri ini sampai pada titik: Siapa
yang memilikinya dan apa yang mereka lakukan dengannya? Laporan kami mencakup
kekuatan dalam berbagai bentuk, dengan pelaporan asli, wawancara eksklusif, dan lebih
dari beberapa karakter menarik dari Cina ke Rusia, India hingga Timur Tengah - plus
Peta Daya eksklusif dari 500 orang paling kuat di planet ini, dari miliarder ke bad kawan,
CEO sampai bankir sentral. Kami menyebutnya "0,000007 Persen."

Kelima profil kami dalam kekuasaan menjalankan keseluruhan dari seorang chief
executive yang memegang merek hingga pemimpin partai yang menggunakan pesawat.
Dari Beijing, John Garnaut pergi di belakang layar aksesi Xi Jinping dan menunjukkan
bagaimana presiden baru China memainkan permainan berbahaya menggunakan militer
sebagai senjata politik rahasianya. Mark Perry, sementara itu, mengungkap kisah layak
Hollywood tentang kehidupan bayang-bayang dan kematian misterius Imad Mughniyeh,
teroris paling terkenal di dunia yang tidak bernama Osama bin Laden hingga
pembunuhannya beberapa tahun lalu. Ian Bremmer mewawancarai CEO Coca-Cola
Muhtar Kent untuk pandangan yang sama sekali berbeda tentang kekuatan soft drink, dan
James Traub kembali ke India untuk mengambil potret Rahul Gandhi yang berkesan,
pewaris ambivalen yang kelihatannya memiliki demokrasi terbesar di dunia. Pemimpin
Redaksi FP, Susan Glasser pergi ke Moskow untuk melaporkan Sergei Lavrov yang tak
kenal belas kasihan dan logika tumpul kekuatan Rusia. Masalah ini menandai edisi ke-
200 Kebijakan Luar Negeri, dan kami tidak bisa memikirkan subjek yang lebih pas untuk
menandai kesempatan tersebut.

2. Pengertian Isu, Gosip Rumor


 Rumor = gunjingan. Gunjing = umpat; fitnah;
 Gosip = obrolan tentang orang-orang lain; cerita negatif tentang seseorang;
pergunjingan.
 Isu = masalah yang dikedepankan; kabar yang tidak jelas asal-usulnya dan tidak
terjamin kebenarannya; kabar angin; desas-desus;

3
3. Manajemen Isu
Manajemen isu adalah proses manajemen yang bertujuan membantu melindungi
pasar, mengurangi resiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta mengelola image,
sebagai sebuah aset organisasi, baik untuk kepentingan organisasi itu sendiri maupun
kepentingan stakeholders. Manajemen isu meliputi serangkaian aktivitas yang
berkesinambungan.
Pada tahap awal, sebuah issue muncul kepermukaan ketika sebuah organisasi atau
kelompok merasa berkepentingan terhadap suatu masalah (atau kesempatan). contoh:
terjadi perkembangan tren politik, perubahan undang-undang, ekonomi dan sosial,
perubahan teknologi, dan sebagainya. Dari sudut pandang manajemen, tren harus
diidentifikasi sebagai asal kemunculan isu.
Kedua, menganalisis isu. Yang perlu dicermati, sumber isu bisa dari seorang
individu, bisa pula dari organisasi. Kegiatan pada tahap ini bertujuan, menentukan asal
isu tersebut yang seringkali sulit karena biasanya isu tidak muncul hanya dari satu
sumber saja. Disini, kemampuan riset, kualitatif maupun kuantitatif menjadi sangat
penting. Tahap riset dan analisa awal ini akan membantu mengidentifikasi apa yang
dikatakan oleh individu dan kelompok berpengaruh tentang isu-isu dan memberikan ide
yang jelas pada manajemen.
Ketiga, pilihan strategi perubahan isu (Issue Change Strategy Options)meliputi tiga
cara. Pertama, organisasi tetap berfokus pada sikap lama dan tidak ingin melakukan
perubahan (strategi perubahan reaktif) atau organisasi melakukan strategi perubahan
adaptif, yang berlandaskan pada perencanaan untuk mengantisipasi perubahan serta
menawarkan dialog konstruktif untuk menemukan sebuah bentuk kompromi atau
akomodasi. Terakhir berkaitan dengan pilihan-pilihan strategi adalah menjadikan
organisasi sebagai pelopor pendukung perubahan. Ini yang disebut dengan strategi
dinamis.
Keempat, pemrograman tindakan terhadap isu setelah memilih salah satu dari ketiga
pendekatan di atas sebagai respon terhadap setiap isu, organisasi harus memutuskan
kebijakan yang mendukung perubahan yang diinginkan. Kelima, yang tidak kalah penting
adalah evaluasi. Dibutuhkan riset untuk mengevaluasi hasil program yang didapat
(actual) dibandingkan dengan hasil program yang diinginkan.
Humas dapat memberikan Kontribusi terutama dalam memantau opini publik yang
berkembang, sehingga bisa menjadi referensi bagi manajemen untuk melakukan kegiatan
tahap pertama, mengidentifikasi isu. Selain itu, Humas pun dapat memperkirakan, apa
reaksi publik atas keputusan manajemen terkait dengan tindakan/langkah-langkah yang
akan diambil. Hal lain, Humas pun bisa memberikan kontribusi untuk menyampaikan

4
informasi kepada manajemen berdasarkan masukan dari berbagai stakeholders untuk
nantinya menjadi data penting manajemen. Terakhir yang tidakkah penting dalam kaitan
dengan manajemen issue, Humas mengkomunikasikan keputusan manajemen kepada
stakeholder terkait penanganan isu tersebut.

4. Pendekatan Manajemen Isu

Ada beberapa pendekatan dominan yang biasa digunakan untuk menganalisa model-
model proses manajemen sebagaimana ditulis Prayudi (2007). Tiga (3) pendekatan utama
yang biasa digunakan dalam menganalisa manajemen isu, diantaranya adalah pendekatan
sistem (system approach), pendekatan stratejik reduksi ketidakpastian (strategic reduction
of uncertainty approach) dan pendekatan retoris (rethorical approach). Selanjutnya
Taylor, Vasquez dan Doorley menambahkan pendekatan terbaru yang merupakan
pendekatan terintegrasi (engagement approach) yang mengatasi isolasi, mendorong
komunikasi dan menstimulasi reformasi
1. Pendekatan Sistem (System approach)

Pendekatan sistem didasarkan pada teori sistem dan prinsip manajemen bisnis.
Sebagaimana dikatakan oleh William G. Scott (1961) bahwa “cara yang paling bermakna
mempelajari organisasi…adalah sebagai sebuah sistem”. Semua bagian saling
berhubungan dan berinteraksi satu sama lain. Walaupun ada teori lain yang menjelaskan
bagaimana bagian-bagian ini saling berhubungan, proses hubungan yang utama adalah
komunikasi (dalam Pace dan Faules, 1994).

Terdapat dua tujuan manajemen berdasarkan pendekatan ini. Pertama, manajemen


isu berupaya meminimalisir “kejutan” dari lingkungan dengan bertindak sebagai
sistem eringatan dini bagi ancaman potensial dan peluang. Kedua, pendekatan ini
mempromosikan respon yang lebih sistematis dan efektif dengan bertindak sebagai
kekuatan koordinasi dan integrasi di dalam organisasi. Di sini manajemen isu bertindak
sebagai pemberi nasehat, pendidikan, informasi, penyelesaian masalah dan respon
terhadap media.
2. Pendekatan Stratejik (Strategic reduction of uncertainty approach)

Pendekatan ini berasal dari kajian pembuatan keputusan stratejik, proses organisasi,
perilaku manajemen dan prilaku sosio-politik untuk mengembangkan pemahaman

5
peristiwa lingkungan dan aksi organisasi.Secara implisit pendekatan stratejik
menekankan pada orientasi kognitif aksi organisasi dan perilaku keputusan individu.
Perhatian utama adalah bagaimana interpretasi individu dan kelompok terhadap sebuah
isu berhubungan dengan aksi di tingkat organisasi. Penelitian Dutton menekankan
seperangkat konsep yang memberikan cara bagaimana isu diidentifikasi, dieksplorasi dan
akhirnya mengarah pada pembuatan keputusan organisasi. Inti dari konsep ini adalah
diagnosis isu stratejik (strategic issues diagnosis – SID) (Journal of Management Studies,
1993:339).
3. Pendekatan retoris (Rethorical approach)

Pendekatan ini muncul sebagai respon terhadap model manajemen isu Chase, Jones
dan Crane dan dikembangkan oleh ilmuwan retoris yang tertarik pada wacana korporat
dan public relations. Crable dan Vibbert (1986) mengidentifikasi tiga masalah dalam
pendekatan Chase, Jones dan Crane. Pertama, pendekatan model proses manajemen isu
beranggapan organisasi memiliki wewenang yang sama dengan pemerintah ketika
berhubungan dengan penciptaan kebijakan publik. Menurut Crable dan Vibert organisasi
tidak memiliki wewenang dalam kebijakan publik, namun bisa mempengaruhi kebijakan
publik. Kedua, Chase, Jones dan Crane memandang isu sebagai sebuah masalah yang
belum terselesaikan dan siap untuk sebuah keputusan. Crable dan Vibert (1986)
mendefinisikan isu sebagai sebuah pertanyaan dan menyatakan bahwa isu “diciptakan
jika satu atau lebih manusia berhubungan secara signifikan dengan situasi atau masalah.”
Ketiga, Chase dan Jones merekomendasikan tiga strategi respon terhadap isu, yakni :
 reaktif : menentang perubahan dan bereaksi terhadap inisiatif kelompok
kepentingan demikian pula dengan pejabat yang dipilih dan diangkat
 adaptif : untuk mengantisipasi perubahan dan menawarkan akomodasi sebelum
perubahan perubahan yang tidak dapat diterima disahkan
 dinamis : untuk mengantisipasi dan berusaha membentuk arah perubahan
dengan mengembangkan solusi nyata untuk masalah yang sesungguhnya dengan hasil
yang sesungguhnya

Ketiga kategori tanggapan ini menciptakan spektrum yang luas dari strategi
potensial. Model ini – berbarengan dengan model selanjutnya – sangat direkomendasikan
dalam mengelola isu. Namun kemudian , Crable dan Vibbert (1985 ) berpendapat bahwa
pendekatan dinamis bersifat defensif yang selanjutnya mendukung pada Kategori
keempat : katalitik dimana organisasi berupaya “membawa isu melalui siklusnya
sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan tujuan organisasi.” Dengan demikian,

6
manajemen isu bisa menjadi aktivitas organisasi proaktif untuk mempengaruhi dan
memformulasi kebijakan publik.

Berikut adalah tahapan dalam strategi”Catalytic”:


 Penilaian situasi(situation assessment).

Tim manajemen isu mencermati lingkungan internal (organizational assessment) dan


eksternal (environmental assessment) untuk mengetahui apa yang diharapkan organisasi
dan bukan sebaliknya. Penilaian organisasi meliputi motif profit/keberlanjutan,
tujuan/keinginan, sumber daya, input. Sedangkan penilaian lingkungan meliputi kondisi,
berbagai kemungkinan, dan hambatan
 Penentuan tujuan (goal establishment)
Pada tahap ini, organisasi perlu mendefinisikan sifat perubahan yang diinginka.
Kemudian tim manajemen isu perlu mempertimbangkan konsekuensi perubahan pada
organisasi. Jika organisasi berhasil melakukan perubahan sesuai dengan yang diharapkan
dan tujuan yang ditetapkan, isu menjadi bagian dari agenda public, yang berarti isu akan
menjadi persoalan jawaban alternatif dari pertanyaan familiar.Pada tahapan inilah Crable
dan Vibert berbicara mengenai manajemen kebijakan dan bukanya
manajemen isu.Isu,yang dimunculkan oleh organisasi, menjadi subyek diskusi bagi
semua yang bisa mempengaruhi kebijakan public. Ini yang disebut Crable dan Vibert
dengan pendekatan ”saringan” terhadap manajemen isu dan pengaruh kebujakan
(Monstad,2003:35)
4. Pendekatan terintegrasi (Engagement approach)

Pendekatan terintegrasi diperkenalkan oleh Taylor, Vasquez dan Doorley pada


September 2003. Pendekatan terintegrasi terhadap manajemen isu menjelaskan bahwa
dialog aktif atau keterlibatan antara organisasi dan publiknya merupakan cara yang paling
efektif dalam mengelola isu. Teringerasi (engagement) berarti bahwa stakeholder relevan
dipertimbangkan, dan dilibatkan dalam keputusankeputusan organisasi. Menurut Taylor,
Vasquez dan Doorley, konsep terintegrasi secara implisit banyak berasal dari kajian
public relations. Terintegrasi (engagement) merupakan sebuah istilah menyeluruh bagi
manajemen isu masa depan karena pendekatan ini menyatukan dan memperluas
pendekatan sistem, stratejik dan retoris. Lebih lanjut, pendekatan ini merupakan sebuah
metafora bagi teoritis dan praktisi seiring dengan mereka menjelaskan hubungan-
hubungan dalam manajemen isu.

7
Ada tiga asumsi penting yang berkaitan dengan pendekatan terintegrasi. Pertama,
semua organisasi berusaha memaksimalkan hasil atau outcome mereka. Manajemen isu
membantu organisasi tumbuh dan bertahan hidup karena memberikan organisasi alat
untuk memaksimalkan peluang. Bagaimana pun kepentingan organisasi tidak bisa
dipisahkan dari lingkungannya. Oleh karena itu, pendekatan integrasi mengedepankan
pemahaman, bahwa kepentingan organisasi dikontekstualisasikan oleh hubungan dengan
beragam publiknya. Kedua, pendekatan integrasi yang menjelaskan kepentingan publik
merupakan konsekuensi yang muncul dikarenakan asumsi pertama. Dalam pendekatan
ini, publik dilihat sebagai sumber daya dengan mana organisasi bergantung. Terakhir
fokus pada konvergensi antar kepentingan-kepentingan ini.

5. Proses Manajemen Isu

Sebagaimana dibahas diatas, bahwa model proses manajemen isu sendiri sangat
bervariasi. Satu diantaranya adalah model yang dikemukakan Chase & Jones

(dalam Regester & Larkin, 2003:59-60; Chase, 1984:38-68; Harrison, 2001). Model
ini terdiri dari lima tahap, diantaranya adalah :
1. Identifikasi Issue:

Tujuan utama identifikasi issue adalah untuk menempatkan prioritas awal atas
berbagai issue yang mulai muncul. Issue-issue tersebut dapat diklasifikasikan
berdasarkan:

-Jenis: sosial, ekonomis, politis, teknologis

-Sumber Respon: sistem bisnis, industri, perusahaan, anak perusahaan, departemen

-Geografi: internasional, nasional, regional, daerah, lokal

-Jarak terhadap kontrol: tak terkontrol, agak terkontrol, terkontrol

-Kepentingan: segera, penting

-Faktor seperti tingkat dampak serta kemungkinan bahwa issue akan berkembang
dalam periode waktu yang dapat diprediksi juga harus dipertimbangkan.

Identifikasi isu terdiri dari tiga langkah utama:

8
 Pertimbangan tren di bidang sosial, politik, dan ekonom serta teknologi
 Perbandingan tren tersebut dengan tujuan dasar organisasi atau rencana bisnis
organisasi
 Identifikasi isu utama
2. Analisis Issue:
Fokus utama dalam tahap ini adalah untuk memanfaatkan pengalaman masa lalu
dengan isu saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan pengamatan/penelitian kuantitatif dan
kualitatif mengenai bagaimana yang orang rasakan berkaitan dengan isu tersebut,
tindakan apa yang telah diambil, bagaimana perusahaan melakukan sesuatu dengan hal
tersebut. Secara umum, harus dilihat bagaimana dampak isu tersebut terhadap organisasi
dengan melihat posisi perusahaan pada saat ini serta kekuatan dan kelemahannya dalam
memposisikan diri untuk berperan dalam pembentukan issue akan membantu untuk
memberikan fokus yang jelas bagi tahap perencanaan tindakan.Riset aplikasi tentang
hubungan issue terhadap perusahaan harus ditargetkan pada para pembentuk opini dan
penanggungjawab media. Tahap riset dan analisa awal ini akan membantu
mengidentifikasi apa yang dikatakan oleh para individu dan kelompok berpengaruh
tentang issue-issue dan memberikan ide yang jelas pada manajemen tentang asal serta
perkembangan issue-issuetersebut.

3. Pilihan Strategi Perubahan Issue :

Tahap ini melibatkan pembuatan keputusan-keputusan dasar tentang respon


organisasi. Pada dasarnya, setiap isu memerlukan “posisi/sikap.” Ada beberapa alternatif
sikap yang bisa diambil oleh organisasi, yang dapat bersifat reaktif, adaptif atau dinamis :

1) Strategi Perubahan Reaktif:

Mengacu pada keengganan suatu organisasi untuk berubah dengan penekanan pada
melanjutkan sikap lama, contohnya dengan berusaha untuk menunda keputusan kebijakan
publik yang tidak bisa dihindari. Keengganan untuk berubah ini jarang menyisakan ruang
bagi kompromi terhadap masalah legislatif.

2) Strategi Perubahan Adaptif:

Menyarankan pada keterbukaan terhadap perubahan serta kesadaran bahwa hal ini
tidak bisa dihindari. Pendekatan ini berlandaskan pada perencanaan untuk mengantisipasi

9
perubahan serta menawarkan dialog konstruktif untuk menemukan sebuah bentuk
kompromi atau akomodasi.

3) Strategi Respon Dinamis:

Mengantisipasi dan mengusahakan untuk membentuk arah keputusan kebijakan


publik dengan menentukan bagaimana berkampanye melawan issue akan dilakukan.
Pendekatan ini menjadikan organisasi sebagai pelopor pendukung perubahan.
4. Pemrograman Tindakan terhadapIssue:

Dalam tahap ini Organisasi harus memutuskan kebijakan yang mendukung


perubahan yang diinginkan untuk masuk ke tahap keempat. Oleh karena itu semua bagian
organisasi harus dimanfaatkan dan disinkronisasikan satu sama lain. dengan kata lain
tahap ini membutuhkan koordinasi sumber-sumber untuk menyediakan dukungan
maksimal agar tujuan dan target dapat tercapai.
5. Evaluasi Hasil:

Tanap akhir adalah mengevaluasi hasil program yang didapat (actual) dibandingkan
dengan hasil program yang diinginkan.

6. Tahapan Isu Dan Hubungan Dengan Krisis

Sesungguhnya manajemen isu dan manajemen krisis adalah dua hal berbeda namun
saling berkaitan satu sama lain. jika melihat dari siklus atau tahapan isu dapat dikataan
jika manajemen isu dilakukan sebagai antisipasi sebelum terjadinya krisis dan tetap harus
dilakukan ketika krisis sedang berlangsung. Selain itu penting juga untuk dicatat bahwa
isu adalah sesuatu yang tidak pernah mati, namun hanya menjadi tenang. Sedangkan
krisis sendiri muncul pada tahap lanjut dari sebuah isu yang tidak dikelola dengan baik.
Karena itu seringkali perbedaan antara isu dan krisis menjadi tipis dan samar samar.
Karena itu sangatlah penting bagi public Relations untuk memahami tahap
perkembangan isu.

Perkembangan dan tahapan isu sendiri menurut Hainsworth (Regester & Larkin,
2003:47), dapat diobservasi dalam cara yang dapat diprediksi, bersumber dari tren atau
peristiwa yang berkembang melalui suatu rangkaian tingkatan yang dapat diidentifikasi

10
serta tidak berbeda dari siklus perkembangan sebuah produk. Trend (tren) sendiri
menurut Howard Chase adalah perubahan yang terdeteksi yang mendahului issue.

Selain itu siklus atau tahapan isu sangat penting dipahami karena umumnya semakin
dini suatu issue yang relevan diidentifikasi dan dikelola dengan baik melalui respon
organisasional yang sistematis, semakin mungkin organisasi tersebut dapat mengatasi
konflik serta meminimalisir implikasi biaya demi keuntungannya.

Karena itu dengan memahami siklus dan tahapan isu diharapkan public relations
dapat melakukan prediksi sebagaimana dikatakan Crable dan Vibbert (1985) yang
mengkategorikan siklus isu dalam tahapan tahapan yang dapat diprediksi.

Crable & Vibbert (Smudde, 2001), dan Gaunt & Ollenburger (1995) mengatakan
bahwa isu sering berubah menjadi krisis melalui beberapa tahap, yaitu potential,
imminent, cuttent, critical, dan dormant. Selanjutnya Hainsworth (1990, dan Meng, 1992,
dikutip di Regester & Larkin, 2008), mengkombinasikan dan mengembangkan model
tersebut untuk menggambarkan siklus isu.

Menurut Hainsworth, sebuah issue diciptakan sebagai sebuah ide yang memiliki
dampak potensial pada beberapa organisasi atau publik yang mengakibatkan tindakan
yang menyebabkan peningkatan kesadaran dan/atau reaksi pada bagian dari organisasi
atau publik lainnya. Dalam sebuah model yang dikembangkan oleh Hainsworth &
Meng (Regester & Larkin, 2003: 48), proses ini dapat digambarkan sebagai siklus yang
terdiri dari empat tahap berikut: sumber/origin, mediasi dan aplifikasi, organisasi dan
resolusi.
1. Tahap Origin (Potential stage)

Pada tahap ini, tidak ada isu yang jelas dan tampak, namun kondisi muncul tampak
jelas. Dalam tahap ini, ada liputan media yang signifikan, namun masyarakat,
stakeholders, regulator atau organisasi/perusahaan yang sedang mengalami hal ini tidak
mendefinisikan masalah.

Pada tahap ini juga biasanya seseorang atau kelompok mengekspresikan


perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Mereka juga melakukan tindakan tindakan
tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap penting. Ini adalah tahap penting yang

11
menentukan apakah isu dapat kelola dengan baik atau tidak. Public Relations mesti
proaktif untuk memonitor (scanning) lingkungannya.
2. Tahap Mediation dan Amplification (imminient stage/emerging)

Pada tahap ini media, masyarakat, stakeholder atau industri dan regulator dapat
dengan jelas mendefinisikan isu. Selain itu, pada tahap ini isu sudah mulai memberi
tekanan kepada organisasi. Isu berkembang karena isu-isu tersebut telah mempunyai
dukungan publik, yaitu ada kelompok-kelompok yang lain saling mendukung dan
memberikan perhatian pada isu-isu tersebut. Menurut Regester & Larkin (2008), pada
tahap ini sebenarnya oranisasi masih dapat menjaga agar isu tidak membesar. Tetapi,
seringkali terjadi organisasi kesulitan karena saat mereka memperhatikan satu isu yang
dianggap penting ternyata muncul isu susulan. Dalam hal ini, organisasi sebaiknya tidak
terfokus pada satu isu tetapi juga memperhatikan isu-isu lainnya. Jika manajemen tidak
mau isu berkembang semakin liat maka mereka harus mulai berupaya mengelola arus
informasi dengan menyediakan informasi yang aktual, benar, berbasis data dan membuka
saluran komunikasi dua arah. Tujuannya adalah agar isu tidak membesar melalui
pemberitaan media, mumpung pada tahap ini pemberitaan media masih
bersifat sporadic dan hanya dilakukan beberapa media saja.
3. Tahap Organization (Current stage dan critical stage)

Ini merupakan tahap akut, dimana krisis sudah menyerang, dan organisasi tidak
punya pilihan lain kecuali melakukan tindakan. Saat ini organisasi tidak bisa diam lagi.
Pada tahap ini sudah mulai adanya kemarahan publik yang menuntut perubahan,
pengawasan media dan keterlibatan regulasi. Stakeholder sangat menyadari perubahan,
dan organisasi atau industri dalam krisis mengalami penurunan ekuitas merek serta
keuntungan yang signifikan. Meskipun ada banyak definisi mengenai krisis, namun
secara garis besar dapat dikatakan bahwa Krisis adalah suatu peristiwa yang merupakan
tak terduga, ancaman utama yang dapat memiliki efek negatif pada organisasi, industri
atau stakeholder jika tidak ditangani dengan tepat. Karena itu dapat dikatakan tahapan ini
juga merupakan tahap organisasi, karena pada tahap ini publik sudah mulai
mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan. Isu berkembang menjadi lebih
popular karena media massa memberitakannya berulang kali dengan eskalasi yang tinggi
dan ditambah interaksi di media sosial dan jaringan. Akibatnya, isu menjadi diskusi

12
publik dan bermunculan beberapa pemimpin opini publik. Mereka biasanya memberikan
komentar-komentar yang mempengaruhi publik melalui media massa.

Sementara itu, critical stage terjadi bila publik mulai terbagi dalam dua kelompok,
setuju dan menentang. Menurut Hainsworth, tahap ini dapat disebut tahap krisis. Masing-
masing pihak berupaya mempengaruhi pengambil kebijakan untuk semakin terlibat,
sebagai penengah/pemecah masalah yang lebih memihak pada kelompok tertentu. Dalam
situasi ini, media massa memegang peran penting karena kemampuannya dalam
diseminasi pesan dan pembentuk opini. Karena itu Public Relations diharapkan
memberikan informasi yang jelas, terbuka, dan jujur kepada media massa dan diharapkan
membangun relasi yang baik dengan media untuk memperoleh publisitas positif.
4. Tahap Resolution (dormant stage)

Pada tahap ini, organisasi sudah mulai dapat mengatasi isu dengan baik, sehingga isu
diasumsikan telah berakhir sampai seseorang memunculkan kembali dengan pemikiran
dan persoalan baru atau muncul isu baru yang ternyata mempunyai keterkaitan dengan isu
sebelumnya atau pada waktu peringatan saat isu mulai muncul pertama kali. Pada titik ini
konflik yang muncul dari krisis akan berhenti di media dan regulator. Umumnya pada
kondisi ini organisasi telah melakukan perubahan perubahan. Dengan kata lain Setelah
krisis mereda, krisis akan bergerak ke tahap tidur (mati suri), yang merupakan akhir dari
siklus dari sebuah isu. Namun kondisi-kondisi diatas dapat memunculkan isu yang sama
kembali jika masih terdapat ketidakpuasan pada publik.

7. Manajemen Isu Merupakan Keahlian PR


Penjelasan manajemen isu dalam tulisan ini menunjukkan bagaimana peran public
relations cukup dominan dalam mengelola isu. Meskipun demikian, harus diingat bahwa
manajemen isu tidak semata pekerjaan public relations. Sebagaimana dikatakan oleh
Issue Management Council, ”Manajemen isu meliputi, tapi tidak hanya terfokus pada
salah satu disiplin berikut: public relations, lobbying atau government relations; futurism,
trend tracking atau media monitoring; perencanaan stratejik atau finansial; dan hukum”

Keterlibatan public relations dalam manajemen isu memungkinkan implementasi


model komunikasi dua arah, baik asimetris maupun simetris dan mengurangi penggunaan
model komunikasi satu arah, keagenan pers dan informasi publik. Pada beberapa
organisasi, keterlibatan public relations dalam merencanakan upaya organisasi terlibat
dalam proses kebijakan publik dikenal dengan istilah “public affairs”.

13
Menurut Grunig dan Hunt (1984:285), jika public relations didefinisikan sebagai
manajemen komunikasi antara organisasi dengan publiknya, maka public relations
memenuhi fungsi yang lebih luas sebagaimana diinginkan oleh manajemen puncak.
Istilah “public affairs”, oleh karenanya, dipilih sebagai program khusus public policy dan
government relations yang dikelola oleh subsistem public relations.

Ada beberapa tujuan dalam manajemen isu yang berhubungan erat dengan
praktek public relations sebagai berikut:

 Untuk memahami isu, motif publik yang memunculkan isu dan hubungannya
yang mempengaruhi bagaimana isu akan diputuskan.
 Untuk memonitor situasi – mendengarkan kritik dan lainnya yang menentukan
posisi isu untuk memahami apa yang mereka katakan dan motif dan kepentingan mereka.
 Untuk menginformasikan, meyakinkan bahwa fakta utama yang relevan dengan
isu tersedia bagi publik seiring dengan mereka memikirkan isu.
 Untuk membujuk (meyakinkan) publik mengenai beberapa posisi dan untuk
dibujuk sebagai konsekuensinya, sehingga penyelesaian terbaik dapat diambil; untuk
memotivasi publik agar isu diselesaikan; dan Prayudi, Manajemen Isu dan Tantangan ... ,
25-39 37 untuk memotivasi pubik mengurangi protes begitu isu diselesaikan.
 Untuk terlibat dalam pembuatan keputusan dan negosiasi untuk menyatukan
kepentingan, mengurangi konflik, dan menyelesaikan masalah.
 Untuk menciptakan kembali makna yang menyatukan kepentingan, mereduksi
konflik dan menyelesaikan masalah isu

Berdasarkan pengertian di atas, public relations perlu mendalami manajemen isu


sebagai keahlian tambahan praktisi public relations dan menjadikannya sebagai nilai
tambah profesionalisme public relations di masa depan. Manajemen isu merupakan media
profesional public relations untuk berpartisipasi penuh dalam pembuatan keputusan
manajemen. Profesional public relations memiliki peranan penting dalam mengefektifkan
manajemen isu, terutama dalam fungsi perencanaan strategi maupun hubungannya
dengan lingkungan sekitar organisasi. Jika ini dilakukan, profesional public relations
akan memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap koalisi dominan organisasi baik dalam
hal posisi dan wewenang dalam organisasi.

8. Studi Kasus Kehumasan di Bidang Kesehatan


Isu Pelayanan Rumah Sakit dan Peranan PR

Sejauh ini layanan dokter dan rumah sakit termasuk salah satu bentuk jasa yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, mengingat pentingnya arti kesehatan dan banyaknya
orang yang menderita sakit. Ini dapat kita lihat di rumah sakit-rumah sakit, terutama
rumah sakit milik pemerintah, di mana antrean pasien yang berobat selalu mengular tiap

14
hari. Begitu pula pasien yang dirawat hampirselalu memenuhi ruang rawat inap yang
tersedia.

Keadaan ini di satu sisi memperlihatkan tingginya kebutuhan masyarakat akan


layanan kesehatan namun di sisi lain menunjukkan kurangnya sarana, prasarana dan
sumberdaya manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sarana dan prasarana di sini
meliputi rumah sakit berikut ruang perawatan beserta peralatan kesehatannya, sedangkan
sumber daya manusia terdiri dari dokter, perawat, pegawai, dan manajemen rumah sakit.

Ketidakseimbangan antara ketersediaan barang/jasa dibandingkan permintaan di


bidang medis ini telah berakibat pada rendahnya kualitas layanan kesehatan yang
diberikan oleh dokter dan rumah sakit terhadap pasien. Selain pemandangan berupa
antrean panjang di rumah sakit, seringkali juga kita baca atau denga isu – isu di media
massa mengenai buruknya penanganan dan perawatan pasien di rumah sakit. Dalam hal
ini, pihak yang paling sering disalahkan adalah dokter, dan manajemen rumah sakit.

Isu yang paling sering dikeluhkan pasien mengenai pelayanan dokter adalah
ketidakmampuan dokter dalam mendiagnosa jenis penyakit secara tepat. Sudah jamak
terjadi seorang pasien harus memeriksakan diri ke lebih dari satu orang dokter hanya
untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Banyak kasus terjadi di mana, pada gejala
penyakit yang sama dokter memberikan hasil diagnosa yang berbeda-beda. Lebih fatal
lagi, kadangkala dokter sudah terlanjur mengambil tindakan medisberdasarkan diagnosa
yang salah tersebut, misalnya dengan tindakan operasi yang sebenarnya tidak perlu.
Akibatnya, pasien bukannya sembuh tetapi malah menjadi korban malapraktik
dokter.Kesalahan diagnosa semacam ini bisa disebabkan ketidakcakapan dokter atau
minimnya peralatan periksa.

Peran PR:

Untuk itu dalam menangani perbaikan danmeningkatkan $itra rumah sakit lebih
bagus lagi, peran humas disarankan melakukanfungsi strategi yang lebih mengedepankan
pelayanan dari fungsi rumah sakit yangsebenarnya, yaitu menilai sikap dan persepsi dari
setiap kelompok masyarakat terhadaprumah sakit untuk memahami aspirasi dan harapan
mereka selama mendapatkan pelayanan. Selanjutnya humas merencanakan dan
melaksanakan suatu program dan komunikasikan kepada masyarakat untuk mendapatkan
pengertian, penerimaan, minat dan dukungan dari seluruh kelompok masyarakat

Humas rumah sakit harus mampu membuat hubungan harmonis antara rumah
sakit dengan pasien serta mencegah timbulnya rintangan psikologis yang mungkin terjadi
diantara keduanya, Petugas humas harus mampu mengubah hal-hal yang berpotensi
menjadi rintangan psikologis menjadi pengetahuan dan pengertian, penerimaan dan
ketertarikan. Ia juga harus mampu menjalin komunikasi kepada semua pegawai di

15
instansinya agar tercapai iklim organisasi yang mendukung peningkatan kompetensi
organisasi.

Langkah – langkah yang dapat dilakukan pihak PR :

 Untuk menginformasikan dan meyakinkan publik bahwa perusahaan memiliki


berbagai data dan fakta tentang isu yang berkembang.
 Melakukan persuasi kepada publik, sehingga penyelesaian terbaik dapat tercapai.
 Memotivasi publik untuk membantu penanganan isu dan meminta publik
mengurangi reaksi negative atas isu yang berkembang.
 Terlibat dalam pembuatan keputusan dan negosiasi untuk menyatukan berbagai
kepentingan, mengurangi konflik, dan menyelesaikan masalah.

Tugas pokok dari humas sendiri antara lain melakukan komunikasi internal
dengan dokter:dokter gigi serta staf rumah sakit. Juga melakukan komunikasi eksternal
dengan pasien:keluarga pasien, penjamin biaya, serta media massa. Dalam situasi normal,
humas bertugas menga&al opini publik mengenai jati diri dan citra rumah sakit agar
bersifat positif, dalam situasi krisis, humas bertugas menghadapi, mengatasi,
membendung,memulihkan, dan mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada rumah
sakitterkait. Adapun di situasi luar biasa, humas harus mampu menghadapi tekanan para
pen$ari berita, dan menjaga agar citra rumah sakit tetap baik.

16
BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN
 Rumor = gunjingan. Gunjing = umpat; fitnah;
 Gosip = obrolan tentang orang-orang lain; cerita negatif tentang seseorang;
pergunjingan.
 Isu = masalah yang dikedepankan; kabar yang tidak jelas asal-usulnya dan tidak
terjamin kebenarannya; kabar angin; desas-desus;
 Manajemen isu adalah proses manajemen yang bertujuan membantu melindungi pasar,
mengurangi resiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta mengelola image,
sebagai sebuah aset organisasi, baik untuk kepentingan organisasi itu sendiri maupun
kepentingan stakeholders. Manajemen isu meliputi serangkaian aktivitas yang
berkesinambungan.
 Ada beberapa pendekatan dominan yang biasa digunakan untuk menganalisa model-
model proses manajemen sebagaimana ditulis Prayudi (2007). Tiga (3) pendekatan
utama yang biasa digunakan dalam menganalisa manajemen isu, diantaranya adalah
pendekatan sistem (system approach), pendekatan stratejik reduksi ketidakpastian
(strategic reduction of uncertainty approach) dan pendekatan retoris (rethorical
approach). Selanjutnya Taylor, Vasquez dan Doorley menambahkan pendekatan terbaru
yang merupakan pendekatan terintegrasi (engagement approach) yang mengatasi isolasi,
mendorong komunikasi dan menstimulasi reformasi
 Penjelasan manajemen isu dalam tulisan ini menunjukkan bagaimana peran public
relations cukup dominan dalam mengelola isu. Meskipun demikian, harus diingat bahwa
manajemen isu tidak semata pekerjaan public relations. Sebagaimana dikatakan oleh
Issue Management Council, ”Manajemen isu meliputi, tapi tidak hanya terfokus pada
salah satu disiplin berikut: public relations, lobbying atau government relations;
futurism, trend tracking atau media monitoring; perencanaan stratejik atau finansial; dan
hukum”

17
DAFTAR ISI
https://foreignpolicy.com/2013/04/29/the-power-issue/

https://www.romelteamedia.com/2015/11/pengertian-rumor-gosip-isu-berita-informasi.html?m=0

http://www.lspr.edu/pritakemalgani/mengelola-isu/

https://nensisilvia.wordpress.com/2015/07/08/tahapan-isu-dan-langkah-langkah-manajemen-isu/

https://id.scribd.com/document/371200650/Manajemen-Isu-Merupakan-Keahlian-PR

18

Anda mungkin juga menyukai