Makalah Anatomi Dan Fisiologi Manusia (Kel-6)
Makalah Anatomi Dan Fisiologi Manusia (Kel-6)
Makalah Anatomi Dan Fisiologi Manusia (Kel-6)
“Jaringan dan Sistem Penyusun Otot Serta Mekanisme Kerja Otot Pada Manusia”
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Nama Anggota :
JAKARTA
2019
1
Kata Pengantar
Puji syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah Sistem Penyusun Jaringan Otot ini dapat
di selesaikan tepat waktu. Penulis menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan bermanfaat
dalam pembuatan makalah kedepannya.
Penulis sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna
bagi penulis pribadi dan kepada pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan
organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk
bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu
berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari
seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil tersusun
dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin (Awik, 2004).
Pada saat otot berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang
mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibril. Oleh karena itu, banyak jenis otot
yang saling berhubungan walaupun jenis otot terdiri dari otot lurik, otot jantung, dan otot
rangka. Ketiganya mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda pula.
Otot merupakan suatu organ yang sangat penting bagi tubuh kita, karena dengan otot
tubuh kita dapat berdiri tegap. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan
tubuh kita agar dapat bergerak. Otot merupakan alat gerak aktif, ini adalah suatu sifat yang
penting bagi organisme. Sebagaian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka yang
menyebabkan dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian
kerangka dalam suatu letak yang tertentu.
Otot merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh.
Dalam tubuh kita terdiri dari bermacam-macam jenis otot serta mempunyai sifat dan cara
kerja sendiri-sendiri, untuk saling menujang agar kita dapat bergerak.
Daging merupakan bahan pangan yang dihasilkan dari perubahan post mortem
(pascamerta) dari otot strip, otot yang membalut tulang rangka tubuh (skeletal), dikenal
sebagai jaringan muskuler. Jaringan muskuler merupakan jaringan yang sangat berkembang
dan sangat spesifik, dimana berlangsung perubahan energi kimia menjadi energi mekanik
yang menjamin penanganan dan pergerakan. Sistem ini yang menjamin metabolisme
energetik jaringan muskuler dan peranannya sangat besar terhadap warna, tekstur dan
kompoisisi otot.
Sistem ini yang mempengaruhi secara langsung sedikit atau banyaknya terhadap
karakteristik organoleptik (sensorik) daging dan merupakan penanggung jawab yang besar
pada heterogenitas yang teramati pada tingkat sifat-sifat daging. Dengan demikian
pengetahuan tentang karakteristik otot melalui struktur dan sifat-sifat jaringan muskuler
diperlukan dalam pemilihan otot dan perlakuan optimal yang diterapkan pada otot.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jaringan/sistem otot ?
2. Bagaimana anatomi pada otot skelet (sususnan jaringan penghubung, pembuluh darah
dan saraf, dan mikro anatomi jaringan otot skelet) ?
3. Bagaiamana mekanismekontraksi pada otot skelet (Teori Fillament Sliding, Kontrol
aktivitas otot skelet, dan Relaksasi)?
4. Bagaimana mekanika otot (energi untuk aktivitas otot, dan performans otot)?
5. Bagaimana proses penuaan otot dan bagaimanakah sistemnya ?
6. Bagaimana integrasi sistem otot dengan sistem yang lainnya di dalam tubuh?
7. Bagaimana struktur jaringan otot jantung dan struktur jaringan pada otot polos?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Anatomi Pada Otot Skelet (Sususnan Jaringan Penghubung, Pembuluh Darah dan
Saraf, dan Mikro Anatomi Jaringan Otot Skelet)
Otot rangka manusia terbentuk dari kumpulan sel-sel otot dengan rata-rata panjang 10
cm dan berdiameter 10-100 µm yang berasal secara embrional dari ratusan sel-sel
mesodermal yang melakukan fusi sehingga sebuah sel otot memiliki banyak inti. Secara
mikroskopis sel otot dilapisi oleh struktur membran plasma (sarcolemma) dan dari
5
sarcolemma ini akan terbentuk lipatan kedalam yang disebut sebagai tubulus T. Pada bagian
dalam sel otot terdapat cairan intraseluler (sarcoplasma) yang berisi molekul-molekul
glikogen, protein myoglobin dan mitokondria yang banyak. Di dalam sarcoplasma juga
terdapat myofibril yang merupakan elemen kontraktil dari serabut otot. Myofibril tampak
seperti diselubungi oleh struktur seperti jaring yang disebut Sarcoplasmic reticulum yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan ion kalsium yang diperlukan untuk proses kontraksi.
Dua buah ujung sarcoplasmic reticulum yang melebar (terminal cisternae) membelakangi
sebuah tubulus T membentuk struktur yang berperan dalam inisiasi proses kontraksi otot.
Serabut-serabut otot ini akan bergabung dalam suatu kelompok yang lebih besar yang disebut
fasikulus otot. Beberapa jenis konfigurasi fasikulus otot ini antara lain:
1) Paralel, fasikulus sejajar dengan aksis memanjang dari otot.
2) Fusiform, fasikulus sejajar dengan aksis memanjang dari otot dan diameter akan berkurang
jika semakin mendekati tendon.
3) Sirkuler, fasikulus tersusun melingkar membentuk struktur sphincter untuk menutupi suatu
lubang.
4) Triangular, fasikulus yang tersebar pada daerah yang luas berkumpul pada sebuah tendon
yang tebal.
5) Pennate, ukuran fasikulus lebih pendek daripada tendon sehingga tampak relatif pendek
bila dibandingkan dengan panjang keseluruhan otot.
a. Unipennate, fasikulus tersusun hanya pada 1 sisi dari tendon
b. Bipennate, fasikulus tersusun pada kedua sisi tendon yang berada di tengah
c. Multipennate, fasikulus terhubung secara menyilang dari segala arah ke beberapa
tendon
Otot dilindungi oleh jaringan subkutis pada bagian luar dan fascia pada bagian dalam
yang secara umum langsung membungkus otot. Jaringan subkutis yang terdiri atas sel-sel
adiposit berfungi sebagai penghambat panas dan pelindung otot dari trauma fisik. Fascia
adalah jaringan ikat padat ireguler yang melapisi dan juga mengelompokkan otot-otot dengan
fungsi yang sama. Fascia juga dilewati oleh serabut saraf, pembuluh darah dan limfe. Ujung-
ujung dari fascia ini akan memanjang membentuk tendon yang berfungsi untuk melekatkan
otot ke tulang dan apabila ujung tersebut membentuk lapisan yang lebar dan mendatar disebut
sebagai aponeurosis. Ada kalanya suatu tendon diselubungi oleh jaringan ikat fibrosa yang
disebut selubung tendon yang berisis cairan synovial untuk mengurangi gesekan antara 2
lapis selubung tersebut. (Tortora, 2009)
6
Setiap orang memiliki lebih dari enam ratus otot, yang dilayani oleh saraf yang
menghubungkan setiap otot dengan otak dan tulang belakang. Tubuh kita menuntut agar otot-
otot itu menjalankan tugas-tugas yang berbeda, sehingga kita dilengkapi dengan tiga jenis
otot, juga ligamen dan tendon.
Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat fibrosa yang sedikit lentuk, yang mengikat satu tulang
dengan tulang lainnya dan membentuk sendi. Ligamen mengendalikan jangkauan gerak
sendi, mencegah dan menstabilkan sendi sehingga tulang bergerak dalam keselarasan. Karena
memiliki kemampuan peregangan terbatas, ligamen membatasi panjang gerak sendi untuk
melindunginya dari cedera.
Tendon
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa yang menghubungkan otot dengan tulang. Setiap
otot punya tendon di ujung-ujungnya. Tendon memiliki kemampuan meregang yang sangat
kecil. Tugas tendon adalah untuk mengirimkan daya di antara tulang dan otot. Pada dasarnya
tendonlah yang memungkinkan kita bergerak karena tendon adalah perantara ketika otot
menggerakkan tulang.
Karena harus menahan banyak tekanan pada kegiatan sehari-hari dan dengan suplai
darah yang relatif rendah, penyembuhan cedera pada jaringan ikat seperti ligamen dan tendon
akan memakan waktu yang sangat lama, bahkan kadang-kadang memerlukan operasi. Walau
dengan operasi dan terapi fisik, ligamen yang pernah cedera cenderung menjadi kurang
fleksibel, dan lebih rentan untuk cedera lagi. Maka, berhati-hatilah ketika terlibat dalam
aktivitas berat yang beresiko memberi tekanan berlebih pada ligamen.
Otot, tendon dan ligamen bisa cedera sebagai akibat dari tekanan langsung, kerja
berlebihan, ataupun teregang terlalu jauh. Cedera bisa berupa sobekan parsial ataupun penuh.
7
Cedera seperti ini umum terjadi pada aktivitas olahraga intensitas tinggi dan memerlukan
perawatan untuk menghindari masalah kronis. Tendon, ligamen dan otot dapat diregangkan
dan diperkuat untuk menghindari cedera.
Otot dapat berkontraksi setelah mendapat rangsangan dari sistem saraf. Tempat –
tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan dengan neuron lain atau dengan organ–
organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu–satunya tempat dimana suatu impuls
dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan
neuron berikutnya ( atau organ efektor ) dikenal dengan nama celah sinaptik (synaptic cleft).
Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju ke sinaps disebut neuron prasinaptik.
Neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron postsinaptik.
Secara skematis perjalanan impuls saraf dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Keadaan listrik pada membran istirahat (polarized). Extrasel lebih banyak ionnatrium,
sebaliknya intrasel lebih banyak ion kalium. Membran dalam keadaanrelatif impermeable
terhadap kedua ion.
Depolarisasi
Potensial membran istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion Natrium masukke
intrasel secara cepat. Pembentukan potensial aksi pada tempat perangsangan. Jika stimulus
cukup kuat, potensial aksi akan dialirkan secara cepat ke sepanjangmembran sel.
Repolarisasi
Potensial istirahat kembali terjadi. Ion kalium keluar dari dalam sel danpermeabilitas
membran berubah kembali. Terjadi pemulihan keadaan negatif didalam sel dan positif diluar
sel. Potensial aksi yang terjadi atau impuls pada saat terjadi depolarisasidialirkan ke ujung
saraf dan mencapai ujung akson ( akson terminal ). Saatpotensial aksi mencapai akson
terminal akan dikeluarkanlah neurotransmitter, yangmelintasi synaps dan dapat saja
merangsang saraf berikutnya.
8
2.3 Mekanisme Kontraksi Pada Otot Skelet (Teori Fillament Sliding, Kontrol Aktivitas
Otot Skelet, dan Relaksasi)
Kontraksi otot melibatkan dua proses pada serabut otot yang terdiri atas:
1) Depolarisasi sarcoplasma karena adanya interaksi asetilkolin dengan reseptornya
2) Adanya power stroke dari protein kontraktil otot
Untuk memahami mekanisme kontraksi otot, mari kita perhatikan bagian sarkomer berikut.
Garis horizontal tebal adalah filamen tebal dan garis tipis merupakan filamen tipis.
Setiap sarkomer akan dibatasi oleh dua buah garis Z, pada tengah-tengah sarkomer terdapat
bagian saling tumpang tindih yang disebut pita A. Tepat di tengah-tengah pita A terdapat
bagian yang hanya terdapat filamen tebal saja yang disebut zona H, dan di tengah-tengah
zona H terdapat garis M (tidak ada pada gambar di atas). Pada bagian ujung sarkomer
terdapat bagian yang hanya terdiri dari filamen tipis dan garis Z, bagian ini disebut pita I.
Mekanisme kontraksi otot disebut dengan sliding filament model, karena berkaitan
dengan gerakan meluncur dari filamen tebal dan tipis. Sebelum sampai pada penjelasan
sliding filament model, perhatikanlah bagian sarkomer di bawah ini. Filamen tebal
digambarkan dengan garis tebal biru, sedangkan filament tipis digambarkan dengan garis
kuning.
9
Pada filamen tebal (miosin) terdapat bagian mirip kepala yang berfungsi mengait
filament tipis (aktin). Kaitan dari kepala miosin inilah yang menyebabkan terjadinya gerakan
meluncur (sliding) yang menimbulkan otot berkontraksi.
Pertama, kepala miosin akan mengikat ATP sebagai sumber energi untuk terjadinya kontraksi
Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik dan
menggunakan energi yang timbul dari pemecahan ATP tersebut.
Setelah mendapat energi dari ATP, kepala miosin akan mengait (berikatan dengan) aktin.
10
Terjadi pelepasan ADP dan fosfat anorganik yang menyebabkan kepala miosin bergerak
sehingga menggerakkan aktin.
Kepala miosin yang menangkap ATP baru akan menyebabkan kepala miosin melapaskan diri
dari aktin dan siklus akan berulang kembali.
Gambar paling atas adalah sarkomer ketika dalam keadaan relaksasi, sarkomer lebih panjang
dan zona H nampak cukup lebar. Gambar di bawahnya adalah sarkomer dalam keadaan
berkontraksi, terlihat bahwa sarkomer tersebut memendek dan zona H mulai menyempit.
Gambar paling bawah adalah sarkomer dalam keadaan kontraksi penuh, zona H hilang sama
sekali karena aktin saling tumpuk-menumpuk.
11
Mekanisme sliding filament model secara keseluruhan dapat diperhatikan pada gambar
berikut ini.
2.4 Mekanika Otot (Energi Untuk Aktivitas Otot, dan Performans Otot)
Setelah struktur otot dan komponen-komponen penyusunnya ditinjau, mekanisme
atau interaksi antar komponenkomponen itu akan dapat menjelaskan proses kontraksi otot.
1. Filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi
Menurut fakta, kita telah mengetahui bahwa panjang otot yang terkontraksi akan lebih
pendek daripada panjang awalnya saat otot sedang rileks. Pemendekan ini rata-rata sekitar
sepertiga panjang awal. Melalui mikrograf elektron, pemendekan ini dapat dilihat sebagai
konsekuensi dari pemendekan sarkomer. Sebenarnya, pada saat pemendekan berlangsung,
panjang filamen tebal dan tipis tetap dan tak berubah (dengan melihat tetapnya lebar lurik
12
A dan jarak disk Z sampai ujung daerah H tetangga) namun lurik I dan daerah H
mengalami reduksi yang sama besarnya. Berdasar pengamatan ini, Hugh Huxley, Jean
Hanson, Andrew Huxley dan R.Niedergerke pada tahun 1954 menyarankan model
pergeseran filamen (=filament-sliding). Model ini mengatakan bahwa gaya kontraksi otot
itu dihasilkan oleh suatu proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat
bergeser antar sesamanya. Fenomena ini terlihat pada gambar 7.
13
Pada tahap pertama, ATP terikat pada bagian myosin dari aktomiosin dan
menghasilkan disosiasi aktin dan miosin. Miosin yang merupakan produk proses ini
memiliki ikatan dengan ATP. Selanjutnya, pada tahap kedua, ATP yang terikat dengan
myosin tadi terhidrolisis dengan cepat membentuk kompleks miosin-ADP-Pi. Kompleks
tersebut yang kemudian berikatan dengan Aktin pada tahap ketiga. Pada tahap keempat
yang merupakan tahap untuk relaksasi konformasional, kompleks aktin-miosin-ADP-Pi
tadi secara tahap demi tahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP sehingga kompleks
yang tersisa hanyalah kompleks Aktin-Miosin yang siap untuk siklus hidrolisis ATP
selanjutnya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa proses terkait dan terlepasnya aktin yang
diatur oleh ATP tersebut menghasilkan gaya vektorial untuk kontraksi otot
14
dan Milligan mengeluarkan postulat bahwa tertutupnya celah aktin akibat rangsangan
(berupa ejeksi ADP) itu berperan besar untuk sebuah perubahan konformasional (yang
menghasilkan hentakan daya miosin) dalam siklus kontraksi otot. Postulat ini selanjutnya
mengarah pada model “perahu dayung” untuk siklus kontraktil yang telah banyak
diterima berbagai pihak.
Gambar tersebut menjelaskan tentang tahaptahap siklus tersebut. Pada mulanya, ATP
muncul dan mengikatkan diri pada kepala miosin S1 sehingga celah aktin terbuka.
Sebagai akibatnya, kepala S1 melepaskan ikatannya pada aktin. Pada tahap kedua, celah
aktin akan menutup kembali bersamaan dengan proses hidrolisis ATP yang menyebabkan
tegaknya posisi kepala S1. Posisi tegak itu merupakan keadaan molekul dengan energi
tinggi (jelas-jelas memerlukan energi). Pada tahap ketiga, kepala S1 mengikatkan diri
dengan lemah pada suatu monomer aktin yang posisinya lebih dekat dengan disk Z
dibandingkan dengan monomer aktin sebelumnya. Pada tahap keempat, Kepala S1
melepaskan Pi yang mengakibatkan tertutupnya celah aktin sehingga afinitas kepala S1
terhadap aktin membesar. Keadaan itu disebut keadaan transien. Selanjutnya, pada tahap
kelima, hentakan-daya terjadi dan suatu geseran konformasional yang turut menarik ekor
kepala S1 tadi terjadi sepanjang 60 Angstrom menuju disk Z. Lalu, pada tahap akhir,
ADP dilepaskan oleh kepala S1 dan siklus berlangsung lengkap.
15
Pengaturan untuk Kontraksi Otot
Gerakan otot lurik tentu dibawah komando atau suatu kontrol yang disebut impuls saraf
motor.
1. Ca2+ mengatur Kontraksi Otot dengan proses yang ditengahi oleh Troponin dan
Tropomiosin
Sejak tahun 1940, ion Kalsium diyakini turut berperan serta dalam pengaturan
kontraksi otot. Kemudian, sebelum 1960, Setsuro Ebashi menunjukkan bahwa pengaruh
Ca2+ ditengahi oleh Troponin dan Tropomiosin. Ia menunjukkan aktomiosin yang
diekstrak langsung dari otot (sehingga mengandung ikatan dengan troponin dan
tropomiosin) berkontraksi karena ATP hanya jika Ca2+ ada pula. Kehadiran troponin dan
tropomiosin pada sistem aktomiosin tersebut meningkatkan sensitivitas sistem terhadap
Ca2+. Di samping itu, subunit dari troponin, TnC, merupakan satu-satunya komponen
pengikat Ca2+. Secara molekuler, proses kontraksi ini dapat dilihat pada gambar 10.
16
itu dihantar (dengan proses yang belum begitu dimengerti) menuju retikulum
sarkoplasmik (SR). SR merupakan suatu sistem dari vesicles (saluran yang mengandung
air di dalamnya) yang pipih, bersifat membran, dan berasaldari reticulum endoplasma.
Sistem tersebut membungkus tiap-tiap miofibril hamper seperti rajutan kain. Membran
SR yang secara normal non-permeabel terhadap Ca2+ itu mengandung sebuah
transmembran Ca2+-ATPase yang memompa Ca2+ kedalam SR untuk mempertahankan
konsentrasi [Ca2+] bagi otot rileks. Kemampuan SR untuk dapat menyimpan Ca2+
ditingkatkan lagi oleh adanya protein yang bersifat amat asam yaitu kalsequestrin
(memiliki situs lebih dari 40 untuk berikatan dengan Ca2+). Kedatangan impuls saraf
membuat SR menjadi permeable terhadap Ca2+.Akibatnya, Ca2+ berdifusi melalui
saluran-saluran Ca2+ khusus menuju interior miofibril, dan konsentrasi internal [Ca2+]
akan bertambah. Peningkatan konsentrasi Ca2+ ini cukup untuk memicu perubahan
konformasional dalam troponin dan tropomiosin. Akhirnya, kontraksi otot terjadi dengan
mekanisme “perahu dayung” tadi. Saat rangsangan saraf berakhir, membran SR kembali
menjadi impermeabel terhadap Ca2+ sehingga Ca2+ dalam myofibril akan terpompa
keluar menuju SR. Kemudian otot menjadi rileks seperti sediakala.
Massa tulang kontinu sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu akan
menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas
tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan melalui 2 proses
yaitu; modeling dan remodeling, pada keadaan normal jumlah tulang yang dibentuk
remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa
17
tulang yang hilang nol. Bila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang
ini disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut.
Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang
disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih pourus. Pengurangan ini
lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat
tulang pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 80 tahun, pengurangan tulang lebih
mengenai bagian trabekula dibanding dengan kortek. Pada pemeriksaan histologi wanita
pasca menopouse dengan osteoporosis spinal hanya mempunyai trabekula kurang dari 14%.
Selama kehidupan laki-laki kehilangan 20-30% dan wanita 30-40% dari puncak massa
tulang. Pada sinofial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi terjadi
celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan
pembentukan kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler mengalami
degenerasi Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi, elastisitas dan mobilitas
hilang sehingga sendi kaku, kesulitan dalam gerak yang rumit
Perubahan yang jelas pada sistem otot adalah berkurangnya masa otot terutama
mengenai serabut otot tipe II. Penurunan ini disebabkan karena otropi dan kehilangan serabut
otot. Perubahan ini menyebabkan laju metabolik basal dan laju komsumsi oksigen maksimal
berkurang. Otot menjadi mudah lelah dan kecepatan laju kontraksi melambat. Selain
penurunan masa otot juga dijumpai berkurangnya rasio otot dan jaringan lemak.
2.6 Integrasi Sistem Otot dengan Sistem Yang Lainnya di Dalam Tubuh
Sistem organ merupakan bentuk kerjasama antar organ untuk melakukan
fungsi-fungsi yang lebih kompleks. Sistem organ juga disebut kumpulan beberapa organ
yang melakukan fungsi tertentu. Dalam melaksanakan kerjasama ini, setiap organ tidak
berkerja sendiri-sendiri melainkan organ-organ saling bergantung dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Contoh sistem organ pada hewan dan pada manusia
antara lain sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem gerak, sistem reproduksi, sistem
peredaran darah, sistem saraf dan sistem eksresi.
Sistem otot adalah sistem organ pada manusia dan pada hewan yang
mengizinkan makhluk tersebut untuk bergerak. Sistem otot pada vertebrata dikontrol oleh
sistem saraf, walaupun beberapa otot (seperti otot jantung) dapat bergerak secara otonom.
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjad secara tiba-tiba diluar
kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan
18
yang berbahaya merupakan reaksi suatu perlindungan. Gerak refleks merupakan bagian
dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar.
Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf neuron membawa sinyal
sensorik ke sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar. Kelenjar sinyal tersebut seringkali
disebut impuls saraf atau potensial akson. Ada lima jenis sensory receptor utama yaitu
mechanoreceptors yang berfungsi untuk mendeteksi tekanan mekanik atau peregangan
reseptor atau jaringan yang berdekatan dengan reseptor.
Thermoreceptors berfungsi untuk mendeteksi perubahan temperatur/suhu,
beberapa reseptor mendeteksi dingin, ada pula yang mendeteksi hangat. Nocireceptors
(reseptor luka) berfungsi untuk mendeteksi kerusakan yang timbul pada jaringan, dari
kerusakan karena terkena bahan kimia. Electromagnetic receptors berfungsi untuk
mendeteksi cahaya pada retina mata. Chemoreceptors berfungsi untuk mendeteksi rasa
dimulut, bau dihidung, kadar oksigen dalam darah arteri, osmolalitas cairan tubuh,
konsentrasi karbondioksida, dan mungkin faktor lain yang mempengaruhi kimia di dalam
tubuh.
Pada saat mengangkat beban dengan tangan lebih cepat kelelahan daripada
kaki, dikarenakan kaki yang memiliki tulang lebih kokoh dan tulang pada kaki lebih kuat
menahan berat seperti berat pada tubuh kita, sehingga kaki lebih kuat menahan beban yang
diberikan. Mekanismenya adalah akan terjadi implus eferen dari stretch reseptor ke
medula spinalis. Impuls ini kemudian akan diteruskan menjadi implus eferen ke motor
neuron yang menyebabkan kontraksi dari otot yang pengalami peregangan. Dan adanya
organ tendon golgi, tendon golgi adalah reseptor sensorik propioseptif yang terletak pada
serabut otot dari otot skelet bertemu dengan tendon. Terdiri dari untaian kolagen, organ
tendon golgi juga mengandung sistem saraf. Fungsinya untuk merasakan ketegangan otot
ketika berkontraksi, mengirim sinyal ke otak mengenai seberapa besar kekuatan yang
dikeluarkan.
Saraf merupakan sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon
rangsangan dari otak. Sistem saraf mengatur aktivitas tubuh yang berlangsung relatif
cepat. Seperti kontraksi otot dan sistem sekresi kelenjar. Gerak refleks merupakan gerak
yang berjalan secara cepat dan tanggapan yang terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Mekanisme gerak refleks, yaitu implus
melalui jalan pendek atau jalan pintas yang dimulai dari reseptor penerima rangsangan
kemudian dibentuk oleh saraf sensorik ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung
19
tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motorik untuk
disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar.
2.7 Struktur Jaringan Otot Jantung dan Struktur Jaringan Pada Otot Polos
Otot dalam tubuh terhimpun dalam sutau sistem: Sistem Pergerakan. Otot sebagian
terbesar menyelaputi rangka dan tersusun teratur di bawah kulit. Jika diamati otot pangkal
lengan atas orang, tampaklah bahwa otot itu tersusun atas beberapa gumpalan. Gumpalan
itu bekerja antagonis (timbal-balik): jika satu gumpalan mengerut, gumpalan lain
mengendur. Gumpalan terdiri dari beberapa berkas otot, yang disebut fasciculus. Tiap
berkas dibina atas banyak serat otot. Satu serat otot adalah 1 sel otot, yang bentuknya kecil
panjang seperti serat tumbuhan (Yatim, 1990)
Setiap jaringan otot disarafi oleh beberapa saraf motor. Setiap serabut saraf motor
tunggal akan bercabang-cabang menjadi kurang lebih 100 cabang kecil-kecil. Masing-
masing cabang kecil ini akan berakhir pada satu sel otot. Ujung saraf yang melekat pada
sel otot ini. Ujung saraf yang melekat pada sel otot ini dikenal dengan nama motor end
plate atau myoneural junction. Jadi satu serabut saraf motor akan mensarafi kurang lebih
100 sel otot. Satu serabut saraf motor tunggal, bersama-sama dengan sel-sel otot yang
disarafi disebut unit motor (Soewolo, 2003).
20
Gambar 1: Bagian-bagian otot (otot pada rangka) (Yatim, 1990).
Serat otot memiliki komponen seperti sel pada umumnya: plasmalemma, inti,
sitoplasma, dan organel. Plasmalemma disebut sarkolemma, sitoplasma disebut sarkoplasma.
Organelnya yang penting ialah retikulum endoplasma, mitokondria, dan serabut intraseluler.
Retikulum endoplasma disebut retikulum sarkoplasma. Retikulum sarkoplasma bercabang
halus dan bersusun membentuk jalinan yang teratur sekeliling serabut intraseluler.
Mitokondria, sesuai dengan fungsinya sebagai pembangkit energi, banyak sekali terkandung
dalam serat otot. Serabut intraseluler otot disebut miofibril. Miofibril puluhan hingga ratusan
banyaknya dalam 1 serat otot. Setiap miofibril dibina atas puluhan mikrofilamen.
Mikrofilamen otot ialah aktin dan miosin, yang bersusun berjejer dan berdempet (Yatim,
1990).
Otot Polos
Sel otot polos bila dilihat di bawah mikroskop cahaya tidak menunjukkan adanya garis-
garis melintang. Otot polos pada Vertebrata termasuk manusia dapat dijumpai pada dinding
dan organ-organ dalam dan pembuluh darah: saluran pencernaan makanan, uterus, kandung
kencing, ureter, arteri, arteriol, dan sebagainya. Di samping itu otot polos dapat dijumpai
pada iris mata dan otot penggerak rambut (Soewolo, 2003).
21
berfungsi sebagai pemacu yang dapat membuat kerja organ-organ tubuh menjadi cepat
(Ambardini, 2012).
Adapun saraf parasimpatetik merupakan saraf yang berujung I pangkal sumsum
lanjutan (medulla oblongata). Saraf ini berfungsi untuk membuat kerja organ-organ tubuh
menjadi lambat (Ambardini, 2012).
Pada bagian permukaan otot polos memiliki serabut-serabut (fibril) yang bersifat sama
sehingga apabila kita amati melalui mikroskop bentuknya akan terlihat polos dan tidak
memiliki garis seperti otot lain apabila otot polos terkena rangsangan reaksinya akan menjadi
lambat. Ada pun ciri-ciri otot polos adalah (Ambardini, 2012):
a. Bentuk bergelendong dengan kedua ujungnya meruncing.
b. Mempunyai satu inti sel di tengahnya.
c. Bekerja di luar kesadaran, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Otot polos memiliki bagian-bagian sebagai berikut (Genneser, 1994):
1. Membran Plasma
Membran plasma pada otot sering disebut sarkolemma (sarcolemma). Dengan
mikroskop cahaya kurang jelas, tetapi dengan mikroskop elektron tampak sebagai
selaput ganda (double membrane), masing-masing:
a. Selaput luar, tebalnya berkisar antara 25-30 Angstrom. Ruang intermedier, kira-
kira 25 Angstrom
b. Selaput dalam, tebalnya 25-30 Angstrom.
Pada daerah hubungan posisi antara otot polos, selaput luar tampak menyatu.
Hubungan ini dianggap lebih serasi dari pada hubungan antar sel dengan desmosoma.
Hubungan ini berperanan memperlancar transmisi impuls untuk kontraksi dari satu otot
ke otot yang lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa tenaga yang terjadi pada waktu
kontaksi dapat dipindahkan ke lain alat tubuh melalui serabut kolagen atau elastis.
2. Sitoplasma
Sering disebut sarkoplasma (sarcoplasma). Sarkoplasma bersifat eosinofilik,
mengandung :
a. Organoid, antara lain: mitokondria yang mengitari inti, endoplasma retikulum,
apparatus golgi, miofibril, sentriol.
b. Paraplasma, seperti glikogen, lipofusin.
Yang menarik perhatian adalah myofibril karena peranannya dalam kontraksi.
Miofibril pada otot polos sangat halus, dengan pewarnaan H.E. sulit dilihat. Dengan
mikroskop elektron tampak miofilamen miosin berdiameter 5 mµ, dan aktin 3 mµ.
22
Sarkoplasma di dekat inti bebas dari filament. Filamen tersebut berakhir di daerah pekat
sarkolemma. Filamen aktin dan miosin juga terdapat pada pada otot polos, berkontraksi
dengan adanya adenosine trifosfat. Susunan filament aktin dan miosin pada otot polos
belum jelas, berbeda dengan otot skelet.
3. Inti
Berbentuk lonjong memanjang dengan ujung tumpul, bergelombang pada saat
terjadi kontraksi.
Otot Jantung
Dibina atas serat otot, lurik, bercabang-cabang dan bertemu dengan serat tetangga,
sehingga secara keseluruhan terbentuk jalinan serat otot. Terdapat pada jantung. Persarafan
autonom, tak di bawah kesadaran atau kemauan (involunter) (Yatim, 1990).
Miokardium (myocardium) jantung vertebrata tingkat tinggi terdiri dari serabut otot
jantung yang berhubungan satu dengan yang lain membentuk jalinan. Semula otot jantung
dianggap sebagai peralihan antara otot polos dan otot kerangka. Yang jelas bahwa otot
jantung tergolong otot bergaris melintang yang satuannya disebut “serabut”. Bangun otot
jantung dan otot kerangka tidak sama dalam beberapa aspek. Hubungan otot jantung melalui
diskus interkalatus cukup kuat sehingga sulit dilakukan tepsing untuk memperoleh satu
serabut secara terpisah. Pada otot kerangka maupun otot polos hal ini masih mungkin
dilakukan (Genneser, 1994).
Seratnya rata-rata lebih kecil daripada serat otot lurik. Setiap serat otot jantung
memiliki tonjolan-tonjolan dan kesamping membentuk percabangan, bertemu dengan
percabangan sel otot tetangga. Tonjolan-tonjolan antara sel bertetangga setangkup rapat. Inti
berada di tengah sel. Satu serat hanya memiliki 1-2 inti. Inti lebih tumpul ujungnya daripada
inti serat otot lurik (Yatim, 1990).
Penelitian dengan mikroskup cahaya menunjukkan bahwa otot jantung memiliki
serabut yang bercabang, yang berhubungan satu dengan yang lain melalui ujungnya
(Genneser, 1994).
Seperti halnya dengan otot polos dan kerangka, otot jantung memiliki bagian-bagian
sebagai berikut (Genneser, 1994):
1. Sarkolemma
Keadaannya hampir mirip dengan sarkolemma otot kerangka, dinding luarnya
mirip membran basal dengan fibril retikuler yang dapat terus berhubungan dengan
tendon atau katup jantung. Di bagian lain berhubungan langsung dengan endomisium.
23
Sel-sel yang dijumpai pada otot jantung: serabut otot (miosit), sel endotel, perisit, dan
fibroblast.
2. Sarkoplasma
Pada garis besar hampir mirip dengan otot kerangka, hanya saja otot jantung relatif
memiliki sarkoplasma lebih banyak, terutama di sekitar inti yang terletak di tengah.
Mitokondria, lipid, lipofuksin dan glikogen banyak terdapat pada sarkoplasma di
sekitar inti. Garis-garis melintang hampir mirip dengan otot kerangka, meskipun
susunan miofilamen tersusun secara acak. Sistem T cukup jelas pada otot jantung
berbentuk invaginasi tubuler dari plasmalema dan lamina basalis di daerah cakram Z.
Sistem T berperan dalam pertukaran metabolik dan transmisi impuls. Sarkoplasmik
retikulum tidak sesubur pada otot kerangka, beberapa diantaranya berhubungan dengan
sistem T.
3. Inti
Berbeda dengan otot kerangka, pada otot jantung inti terdapat di tengah.
Diskus interkalatus berupa penebalan di daerah cakram Z, yang sebenarnya adalah
daerah hubungan antara serabut otot jantung. Tebalnya dapat mencapai 0,5µ berbentuk
tangga (Genneser, 1994).
Pada jantung selain terdapat otot untuk kontraksi terdapat pula bentuk modifikasi yang
berfungsi sebagai pengatur rangsangan (stimulus) ke seluruh penjuru jantung, yang dikenal
sebagai “serabut purkinje”. Secara histologi dapat dibedakan dengan otot jantung biasa
sebagai berikut (Genneser, 1994):
a. Diameter serabut purkinje lebih besar dari otot jantung.
b. Miofibril jauh lebih sedikit dan tersusun di bagian tepi sejajar dan agak mengulir.
Pada batas serabut tampak lebih jelas. Bentuk garis melintang tidak jelas pada
serabut purkinje.
c. Inti lebih besar dan pucat. Dalam satu serabut sering terdapat 2 inti berdampingan.
24
Serabut purkinje menyusun diri dalam berkas, dengan ruang Ebert-Bellajev dibagian
tepi serabut. Secara elektron mikroskopis struktur discus interkalatus tidak jelas pada otot
jantung biasa, sebab ujungnya berhubungan dengan otot jantung biasa. Di daerah ini
perubahan bentuk berlangsung secara bertahap.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan
jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi
untuk bergerak aktif. Otot tersusun atas beberapa gumpalan, gumpalan terdiri dari beberapa
berkas otot, yang disebut fasciculus. Tiap berkas dibina atas banyak serat otot. Satu serat otot
adalah 1 sel otot. Serat otot memiliki terdiri dari komponen seperti sarkolemma, sarkoplasma,
inti, dan Organelnya yang penting yaitu retikulum sarkoplasma, mitokondria, dan miofibril.
Setiap miofibril dibina atas puluhan mikrofilamen. Mikrofilamen otot ialah aktin dan miosin,
yang bersusun berjejer dan berdempet.
Struktutr otot terdiri atas berkas-berkas serabut otot, berkas serabut otot ini terdiri atas
sel-sel otot. Di dalam setiap sel otot terdiri atas sarkolemna, sarkoplasma, dan miofibril.
Miofibril memliliki struktur gelap dan strukur terang. Dalam pola gelap dan terang tersebut
terdapat miofilamen yang terdiri atas filamen tipis dan filamen tebal. Filamen tipis
merupakan aktin sedangkan filamen tebal merupakan mioisin. Aktin dan miosin merupakan
protein sel otot yang bertanggung jawab atas kontraksi otot, selain aktin dan miosin, terdapat
pula beberapa protein otot yang mempunyai peran penting dalam kontraksi otot, yaitu titin,
tropomiosin, dan troponin.
Jaringan otot dibedakan menjadi 3 jenis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
Otot polos terletak pada saluran alat-alat di dalam tubuh manusia seperti manusia seperti
yang terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dinding pembuluh darah,
dinding rahim, saluran pernapasan, dan saluran kelamin. Otot lurik melekat pada rangka, dan
otot jantung hanya terdapat pada dinding jantung.
26
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem). Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
27