All Diktat
All Diktat
All Diktat
Oleh:
Ir. Hj. Suarni S. Abuzar, MS.
Alhamdulillah akhirnya diktat ini bisa selesai. Dengan maksud untuk membantu
mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan yang mengambil mata kuliah TLI - 421
(Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum) pada semester 7 kurikulum 2003
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas.
Diktat ini disusun untuk 24 kali pertemuan. Pada bagian-bagian tertentu dalam
diktat ini tidak dibahas lebih detail karena diharapkan dibahas lebih rinci pada
mata kuliah lanjutan sebagaimana diatas pada semester sesudahnya.
Walaupun tujuan diktat ini membantu mahasiswa yang mengambil mata kuliah
ini, namun penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam diktat ini. Oleh
karena itu penulis mengaharapkan pada mahasiswa untuk tidak hanya
mengandalkan materi yang ada dalam diktat ini, tapi juga membaca literatur-
literatur yang disarankan.
Akhir kata, penulis mengharapkan masukan berupa saran, ide dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan tulisan ini dan semoga diktat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v
DAFTAR TABEL.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Saringan Pasir Lambat................................................... II-4
Gambar 2.2 : Bagan Pengolahan Air Minum...................................... II-5
Gambar 4.1 : Denah Flokulator Aliran Horizontal.............................. IV-5
Gambar 4.2 : Potongan Melintang Flokulator Baffle Aliran Partikel. IV-5
Gambar 6.1 : Illustrasi 3 (Tiga) Macam Keadaan Patikel di Dalam
Air.................................................................................. VI-1
Gambar 6.2 : Illustrasi Partikel Diskrit................................................ VI-2
Gambar 6.3 : Illustrasi Partikel Flokulen............................................. VI-2
Gambar 6.4 : Tangki Pengendap aliran Horizontal Berbentuk
Persegi Panjang.............................................................. VI-4
Gambar 6.5 : Lintasan Partikel Diskrit di Dalam Tangki Pengendap
Aliran Horizontal Berbentuk Persegi Panjang............... VI-5
Gambar 7.1 : Saringan Pasir Lambat................................................... VII-6
Gambar 7.2 : Saringan Pasir Cepat...................................................... VII-8
Gambar 7.3 : Underdrain..................................................................... VII-10
Gambar 7.4 : Pipa Lateral Pada Underdrain....................................... VII-10
Gambar 7.5 : Backwashing.................................................................. VII-11
Gambar 7.6 : Beberapa jenis Pulsator Clarifier................................... VII-12
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Nilai Gradien Kecepatan dan Gtd Pada Penghilangan
Kekeruhan/ Warna (dengan atau Resirkulasi Lumpur)....... IV-5
Tabel 7.1 : Kota Yang Tidak dan Yang Memakai Saringan Pasir
Lambat.................................................................................. VII-3
BAB I
PRELIMINARY ENGINEERING STUDY
( STUDI TEKNIK PENDAHULUAN )
8. Pertimbangan Geoteknik;
Pertimbangan keadaan tanah pada lokasi instalasi yang dianjurkan besar
pengaruhnya terhadap biaya konstruksi, lama/durasi konstruksi dan
pemeliharaan instalasi.
Hal-hal yang dapat diperoleh dari hasil sebuah penelitian geoteknik adalah :
1. Tekanan tanah;
2. Data gali-timbun tanah;
3. Level air tanah, tinggi level air dan fluktuasi musiman;
4. Daerah gempa, gaya akselerasi tanah dan catatan gempa tambahan yang
dapat merusak bagian bangunan yang tertanam dalam tanah.
9. Kreteria dan Kondisi Disain Struktur;
Studi teknik pendahuluan mempertimbangkan pula masalah struktur desain dan
kriteria rencana lokasi bangunan. Secara umum, kondisi semua struktur
bangunan harus baik seperti kemampuan menahan bobot mati, tekanan air,
tekanan tanah, kekuatan menahan gempa, getaran dari peralatan mekanik yang
sedang berjalan, tekanan angin dan antisipasi beban pengaruh selama
pembangunan. Karena mayoritas dari struktur adalah penampungan air, jadi
harus tahan bocor. Juga struktur yang menampung air yang telah diproses tidak
boleh terpolusi oleh air yang belum terolah. selain itu, struktur yang terletak di
daerah dengan level air tanah yang tinggi harus didesain untuk menahan gaya
tekanan keatas, terutama pada kondisi kosong.
2. Air Tanah
Teknik pengolahan yang digunakn biasanya dengan cara aerasi yang
kemudian disaring lewat sistem filtrasi pasir aktif atau sistem lainnya yang
sejenis karena biasanya ianr tanah mengandung Fe dan Mn yang besar.
3. Air Permukaan
a. Teknik pengolahan untuk air permukaan dengan kekeruhan biasanya
dengan menambahkan zat kimia seperti garam bervalensi tiga, kapur, dan
lain-lain kemudian diendapkan dan disaring serta dilakukan desinveksi
sebelum didistribusikan;
b. Untuk air buangan yang berwarna, teknik pengolahan jauh lebih spesipik
dan mahal, tergantung dari daerah asal air baku tersebut;
c. Untuk air pewrmukaan yang berasa (asin, misalnya: Teknik
pengolahannya dengan cara desalinasi).
Hal yang sangat di perhatikan pada pemilihan alternatif unit pengolahan air
minum adalah:
Kualitas air baku yang tersedia;
Kualitas air olahan yang diharapkan;
Teknologi dan alternatif serta tenaga operator yang tersedia;
Tingkat ekonomi dan sosial masyarakat, dll.
3. Pra pengolahan (fisik dan kimiawi) yang dilanjutkan dengan pengolahan atau
pembubuhan chlor;
Misalnya: tandon air. Air yang keruh dibiarkan mengendap pada tandon air
(danau, waduk, empang/balong) kemudian ditambahkan chlor.
Di dalam air baku yang mengandung lumpur dan protein diendapkan atau
dibiarkan mengendap. Jadi air tersebut digenangkan dengan waktu yang lama
misalnya antara 1-3 minggu.
Sinar matahari
Zat organik + protein + lumpur Algae
Nutrien
Algae dibunuh dengan penambahan chlor, CuSO4, microstainer
Intake &
Screening
Prasedimentasi
Flokulasi
Tangki Pembubuh Kaporit
Sedimentasi
Filtrasi
Chlorinasi
Gas Chlorin Desinfeksi
Gas Chlorin
Pengaturan PH
Reservoir Distribusi
Konsumen
c. Jenis intake :
Shore intake, submerged intake, tower intake, suspended intake, siphone
intake, floating intake, movable intake.
Gallery
Sitem ini punya gallery yang diisi dengan kerikil yang mempunyai banyak
bukaan (pipa yang berlubang). Gallery ini dapat dibangun dibawah permukaan
sungai, paralel dengan dasar sungai atau disebuah sumur yang dipenuhi
dengan kerikil didasar sungai.
Keuntungan:
Masalah masalah yang berhubungan dengan pembekuan air dapat dihindari
dan air minum yang didapatkan punya kualitas yang baik.
Kerugian:
Adanya kemungkinan terjadinya reduksi air aibat penyumbatan oleh pasir dan
lap. Kerikil serta kapasitasnya yang terbatas.
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.1. Variasi Tipe Struktur Intake: (a). Tower Intake
(b). Shore Intake (c). Siphon Well Intake
(a)
(c)
Gambar 3.2. Jenis Tipe Intake: (a). Suspended Intake (b). Floating Intake
(c). Crib Intake
3.2.2. Intake Pada Danau dan Reservoar
Kriteria desain :
- Jumlah tangki : 2 tangki, 1tangki dengan saluran bypass dapat dijadikan
alternatif.
- Kedalaman air : 10-13ft (3-4m) dengan pengangkat grit.
11.5-16ft (3.5-5m) tanpa pengangkat grit.
- Perbandingan panjang dan lebar, minimum 4 : 1;
- Pebandingan panjang dan kedalaman air, minimum 6 : 1;
- Kecepatan aliran rata rata : 10-15 fpm (3-5m/min);
- Waktu detensi : 6-15 min;
- Surface loading : 4-10gpm/ft2 (10-25m/h);
- Note: Jika pengaliran sistem grafvitasi direncanakan, muka air tertinggi
pada bak harus lebih rendah dari muka air terendah pada intake;
Perawatan dan pengoperasian
- Perawatan peralatan;
- Permbersih endapan;
- Pemeriksaan kondisi bangunan;
- Pemeriksaan kualitas air;
3.5. Ukuran Partikel Yang Terdapat di Dalam Air
Virus :10-7 – 10-9 mm
Koloid :10-5 – 10-9 mm
Bakteri :10-5 – 10-6 mm
Algae :10-4 – 10-6 mm
Suspended Solid :10-2 - 10-6 mm
3.5.1. Koloid
Koloid adalah partikel-partikel yang berukuran relatif kecil, terdispersi di suatu
media homogen (media pendispersi). Koloid ini mempunyai
muatan listrik pada permukaannya.
Sifat hidrasi koloid adalah sifat koloid yang punya afinitas yang besar terhadap
media air. Koloid hidrofil merupakan yang suka air dan koloid hidrofob
merupakan yang tidak suka air.
4.1. Umum
Penambahan koagulan ke dalam air baku yang akan diolah ditujukan untuk
memperoleh terbentuknya flok sebagai akibat gabungan dari koloid koloid yang
ada didalam air baku tersebut dengan koagulan.
Pembentukan flok ini akan berlangsung dengan baik andaikata saat penambahan
bahan koagulan ke dalam air yang dilanjutkan dengan pengadukan lambat (slow
mixing).
Dari ketiga pengaduk ini yang sekarang sering digunakan adalah pengaduk
mekanik. Menurut T.R Camp (1955) dan dengan penelitian yang dilakukannya
agar terbentuk flok dengan baik maka diperlukan suatu kriteria perencanaan yang
tepat. Kriteria perencanaan ini sangat tergantung dari tingkat pengadukan yang
diberikan, dan sangat erat hubungannya dengan tenaga pengadukan yang
diberikan yang diukur dengan istilah gradien kecepatan (velocity gradien).
Kecepatan flokulasi atau variasi jumlah partikel dalam suatu periode waktu
diberikan dalam persamaan sbb :
dn = 4kT n2.............................................................................................. (4.1)
dt 3μ
CdAv 3
G= ………………………………………………………………..(4.5)
2vV
P =1/2 Cd Aρv3…………………………………………………………….(4.6)
Dimana:
G = Gradien kecepatan (1/dt) P = Daya, Q = ρ g h (watt, m3/dt2)
ρ = Kerapatan air (kg/m3) V = Volume (m3)
h = Kehilangan tekanan g = Konstanta gravitasi (9,81 m/dt2)
μ = Viskositas dinamik (kg/m) Cd = Koefisien drag paddle ( 1,8)
n = Jumlah saluran A = Luas paddle (m2)
Q = Flow (m3/dt2) v = Kecepatan relatif paddle terhadap air
(m/dt) = 1 rpm
Rekomendasi G dan Gtd untuk flokulator mekanis menurut Schulz C.R dan Okun
D.A .
Tabel 4.1. Nilai Gradien Kecepatan dan Gtd Pada Penghilangan Kekeruhan/
Warna (Dengan atau Tanpa Resirkulasi Lumpur)
Type Grad. Kec. (G/dt) Gtd
Penghilangan kekeruhan /warna
20 -100 20000-150000
(tanpa resirkulasi lumpur)
Penghilangan kekeruhan/ warna
75 -175 125000-200000
(dengan resirkulasi lumpur)
Tangki flokulator dirangcang untuk menghasilkan tumbukan antar partikel.
Kontak ini terjadi sebagi akibat gerakan fluida. Perbedaan kecepatan terjadi dari
titik ke titik diseluruh air yang mengalir. Karena perbedaan G ini, maka partikel
dalam air juga mempunyai kecepatan yang berbeda beda dan akibatnya terjadi
kontak. Ukuran dan bentuk bak flokulasi ditetapkan berdasarkan tipe flokulator
terpilih dan tipe sedimentasi yang mengikutinya.
V1
v2
Flokulator baffle ini dibatasi untuk instalasi pengolahan yang kapasitasnya relatif
besar (10.000 m3 /hari) dimana kecepatan aliran (untuk pengadukan lambat)
dapat menciptakan head loss yang cukup tanpa memerlukan penempatan baffle
yang telalu dekat satu sama lain (untuk mencegah kesulitan didalam
pembersihan).
5.1. Umum
Koagulan yang paling banyak digunakan pada pengolah air adalah garam-garam
aluminium sulfat dan garam-garam besi. Aluminium sulfat lebih sering digunakan
daripada garam-garam besi karena harganya lebih murah. Garam besi efektif
digunakan oleh karana punya jangkauan pH yang lebih besar. Didalam proses
pelunakan air digunakan proses kapur, soda dan kapur berfungsi sebagai koagulan
karena akan menghasilkan endapan kalsium karbonat dan magnesium hidroksida
dan endapan ini merupakan heavy flok.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian koagulan:
- Hirbiditas (kekeruhan);
- Zat padat yang tersuspensi;
- Temperatur;
- pH;
- Komposisi dan konsentrasi kation dan anion;
- Lamanya pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi;
- Dosis dan sifat dasar koagulan;
- Apakah pada proses tersebut dilakukan penambahan koagulan pembantu.
Reaksi tersebut daat berlangsung dengan baik apabila pH air dinaikkan sampai
dengan 8.5 dan kadangkala diperlukan stabilisasi untuk menetralisir kelebihan
kapur. Endapan yang terbentuk berupa hidroksida besi yang sifatnya padat dan
cepat mengendap. Sulfat besi ini umumnya diperdagangkan berbentuk kering
atau cair dan umumnya berbentuk kering.
Reaksi ini akan menghasilkan floc padat dan cepat mengendap. Jika
alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi tersebut, maka endapan kapur akan
bisa digunakan sebagai pengganti alkalinitas alami tersebut. Jangkauan pH
untuk penggunaan ferric sulfat ini adalah antara 4-12.
Pada pH ini ferric hidroksid relatif tidak dapat larut. Ferric sulfate ini biasanya
didalam perdagangan berbetuk kering sebagai butiran atau sebagai bubuk.
Butiran ini mengandung 90 s/d 94 % Fe2(SO4)3.\
5.2.4. Ferric Chlorida
Reaksi yang terjadi:
Jika alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi tersebut, maka endapan kapur
akan dapat digunakan sehingga reaksunya sbb:
5.2.5. Kapur
Kapur umumnya digunakan untuk mengolah air limbah biasanya berbentuk
kapur mati atau kapur tehidrasi.
6.1. Pengertian
Ada 3 macam keadaan partikel didalam air:
1. Mengendap;
2. Melayang;
3. Mengapung.
3
1
Gambar 6.1. Illustrasi 3 (Tiga) Macam Keadaan Partikel di Dalam Air
Kecepatan mengendap partikel tersespensi akan makin besar sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mengendap semakin kecil jika :
- Ukuran pertikel makin besar atau;
- Perbandingan kerapatan massa partikel dengan kerapatan massa zat cair
makin besar.
Sedangkan pada flotasi dilakukan dengan penambahan gelembung udara atau gas
chlor pada dasar tangki. Penambahan gas chlor ini terbukti sangat mudah efektif,
sehingga sering digunakan untuk memisahkan partikel tersuspensi didalam air
dimana parikel tersuspensi ini sedikit lebih berat daripada zat cair disekitarnya
(misalnya Algae). Zat –zat terlarut juga dapat dipisahkan melelui sedimentasi
yaitu dengan penambahan bahan kimia (presipitasi kimia) telebih dahulu. Plain
sedimentation (pra sedimentasi) berfungsi untuk mengendapkan partikel didalam
air secara alami tanpa pembubuhan bahan kimia.
Partikel Diskrit: Partikel yang dapat mengendap secara alami tanpa merubah
ciri/sifatnya dan tanpa mengalami perubahan ukurannya.
Bak yang berbentuk persegi dan bulat masih dapat digunakan karena:
- Pemakaian tanah akan lebih efisien;
- Penghematan bahan bangunan;
- Dapat menggunakan beton pracetak penggamti beton bertulang.
Pada volume dan kapasitas yang sama efisiensi bak dapat ditingkatkan yaitu
dengan memperbesar luas daerah tempat akumulasi endapan (zone pengendapan)
yaitu membuat sekat dengan plate settler.
Pada bak yang berbentuk kerucut dan dalam kecepatan aliran masuk dan keluar
yang semerata mungkin. Pada bak yang berbentuk kerucut dan dalam kecepatan
aliran keatas akan menurun secara gradual mendekati bagian atas kecepatan flok
untuk mengendap adalah sama dengan kecepatan diplacement, sehingga
terbentuk selimut lumpur (sludge blanket) yang bersifat stationer. Pada selimut
lumpur ini konsentrasi flok sangat tinggi, segingga terjadi penggabungan flok
sehingga suspended matter akan tersaring. Kerugian bak ini adalah memerlukan
biaya yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang bak pengendap:
- Zone inlet harus dibuat untuk bisa membagi aliran secara merata keseluruh
bagian bak pengendap;
- Zone pengendapan, pada zona ini pertikel tersuspensi dapat bergerak turun
dengan bebas dan baik;
- Zone outlet, guna mengumpulkan air yang bebas flok dari seluruh bagian
bak;
- Zone lumpur, tempat akumulasi zat padat/ kotoran hasil pengendapan dan
endapan harus dapat dibuang dengan baik pada periode tertentu agar tidak
terjadi pembusukan atau pemadatan lumpur.
Q
Vo B
Q
H
.........................................................
Gambar 6.4. Tangki Pengendap Aliran Horizontal Berbentuk Persegi
Panjang
Vo S > So
Vo S=So
Vo S<So
Untuk air yang punya kolois yang tinggi perlu dilakukan penambahan bahan
kimia (koagulan) karena akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Pada musim
kemarau kuanitas dan kualitas air sangat rendah sehingga diperlukan reservoir
yang besar dan karena terlalu lama air disimpan pada reservoir tersebut maka akan
tumbuh algae yang punya kerapatan massa sedikit lebih tinggi dari kerapatan
massa air disekelilingnya sehingga algae tidak dapat dipisahkan melalui
sedimentasi saja.
Didalam fluida tenang partikel akan bergerak kebawah jika kerapatn massanya >
kerapatan massa zat cair disekitarnya. Partikel tersebut akan terus punya
percepatan sampai gaya friksi fluidanya sebanding dengan daya dorong.
Besarnya gaya dorong
Fi = (ρs-ρw) g.V.....................................................................................(6.1)
Dimana: Fi : gaya dorong
ρs : kecepatan massa partikel
w : kerapatan massa zat cair
g : konstanta gravitasi
V : vol . partikel = /6 d3(untuk partikel sferik)
2 s w gV
S= ……………..(6.3)
Cd w A
Nilai ν sangat tergantung pada temperatur air, untuk air murni nilai ν adalah
sebagai berikut:
toC 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Ν (10-6 m/dt) 1,79 1,52 1,31 1,15 1,01 0,9 0,8 0,79 0,66
Re< 1: 1 g s w 2 ................................................................................(6.10)
d
18 w
0 ,8
1 < Re < 50 : S= 1 g0,6 s w d 1, 4 ......................................................(6.11)
0 ,8
10 w
0, 6
50 < Re < 1600: S= 1 g 0, 2 s w d o,8 ...............................................(6.12)
0, 6
2,13 w
0,5
Re > 1600: S= 1,83g 0,5 s w d 0,5 .........................................................(6.13)
w
Pada umumnya filtrasi ini digunakan setelah air mengalami proses sedimentasi
sehingga semua butir atau partikel partikel yang dikandung air tidak akan
mengendap diatas permukaan pasir. Filtrasi ini dapt dibagi atas:
- Saringan pasir cepat 5-10m/jam – 0.15-0.3cm/dt;
- Saringan pasir intermediet 1-2 m/jam;
- Saringan pasir lambat 0.1-0.4m/jam;
- Saringan pasir bertekanan;
Saringan pasir lambat ini untuk negara yang mempunyai 4 musim diberi atap agar
tidak terjadi pembekuan pada lapisan permukaan air. Sedangkan untuk negara
tropik penggunaan atap untuk menghindarkan terbentuknya mikroalgae. Dibagian
bawah pasir dibuat sistem underdrain (drainage) untuk dapat mengatur kecepatan
penyaringan serta tidak terbawahnya pasir selama proses penyaringan
berlangsung. Pembersihan saringan pasir lambat dapat dilakukan dengan mengikis
1-5 cm lap. permukaan saringan.
Tabel 7.1. Perbandingan Kota Yang Tidak dan Yang Memakai Saringan
Pasir Lambat
3. SPL perlu tenaga tidak telatih untuk mencuci filter yang banyak sedangkan
untuk SPC diperlukan tenaga terampil untuk menjalankan/menggunakan
peralatan otomatis.
Dalam operasinya SPL tidak begitu sulit. Kebutuhan tenaga ahli untuk operasi dan
pemeliharaan tidak begitu penting. Di negara berkembang dapat digunakan materi
lokal tidak diperlukan perlatan mekanis yang didatangkan dari negara maju. SPL
tidak hanya efisien dalam menurunkan bakteri dan zat tersuspensi saja tapi dapat
mengubah zat organik yaitu dengan cara oksidasi dimana zat arang akan berubah
menjadi air , CO2, nitra, posfat dll.
SPL dapat mengubah:
- Sisa kotoran;
- Mengurangi warna, rasa, bau.
Untuk daerah yang padat populasinya sepeti daerah industri, polusi air permukaan
makin hari makin bertambah terutama terdapatnya zat organik yang selalu
bertambah dan dengan menggantikan SPL ini maka zat organik tadi akan dapat
diubah.
Pada umumnya SPL menggunakan pasir dengan ukuran 0.15 mm. celah antar
pasir berukuran 20μ sehingga praktis tidak dapat menahan zat koloidal dengan
ukuran 0.001μ-1μ dan tidak bisa menagan bakteri yang mempunyai ukuran
panjang 15μ.
Filter lambat ini tidak dapat langsung digunakan tapi air diatas permukaan filter
ini harus dibiarkan/didiamkan beberapa hari sehingga akan terbentuk flok yang
kemudian akan berubah menjadi bentuk padatan yang terdapat lapisan permukaan
pasir yang dinamakan filterskin yang akan dapat menurunkan kekeruhan air.
Pasir dengan ukuran diameter 0.25 mm akan mempunyai porositas sebesar 38%
pada SPL aliran air adalah bersifat laminer dan disini berlaku hukum Stoke, yaitu:
Partikel tersuspensi dari zat org mempunyai mass density yang kecil dan
kebanyakan Δρ / ρ < 0,01
Berarti kecepatan pengendapan lebih besar dari kecepatan aliran dan penyisihan
lengkap diharapkan terjadi jika :
1.5 (10-3) 0.01 d2 > 2 10-4
d > 4μ
Bakteri yang terdapat didalam air baku akan diabsorpsi decara selektif oleh
butiran filter dan sebagian makannya adalah bakteri-bakteri yang terdapat pada
termpat tersebut.
A Air H
: : : : : : : : : :
: : :
Pasir: : :
G
: : : : : : :
:: : : : : : :
B F
C
D
Bakteri yang terdapat didalam air baku, akan diabsorbsi secara selektif oleh
butiran-butiran filter dan sebagai makanannya adalah bakteri-bakteri yang
terdapat pada tempat tersebut. Makan itu sebagian dioksidasi bakteri untuk
memperoleh energi yang diperlukan maka bakteri akan melakukan proses
metabolisme, dan sebagian lagi diubah menjadi sel-sel yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Terjadi pengubahan zat zat organik yang mati menjadi zat zat
organik yang hidup.
Dengan cara ini zat zat organik yang terdapt didalam air baku dapat dihancurkan
secara berangsur-angsur dan akhirnya akan berubah menjadi garam-garam
inorganik yang teidak berbahaya didalam air seperti CO2, nitrat, pospat. Sebagian
besar kegiatan bakteri tersebut terjadi pada bagian atas filter. Jika kecepatan
filtrasi 0.2 m/jam lapisan pasir setebal 1m dengan ruang pori 40% maka waktu
yang diperlukan air melalui ruangan pasir 2jam.
Hal ini dimaksud agar tidak terjadi kondisi anaerobik. Apabila O2 terlarut didalam
air olahan < 4mg/l maka perlu dilakukan pekerjaan pra pengolahan. Efisiensi
sangat dipengaruhi oleh termperatur, karena termperatur sangat berpengaruh pada:
- Kecepatan reaksi kimia;
- Metabolisme bakteri dan mikroorganisme lainnya;
Vanser Vloed melaporkan bahwa hitungan keb. Permanganat dan temperatur
adalah sbb:
t 11
...............................................................................................(7.3)
g
Peranan Alga:
Pada umumnya Algae ditemui pada SPL yang konstruksinya terbuka oleh karena
Algae adalah organisme Autotropic yang memerlukan cahaya.
Media Pasir
Outlet
Gambar 7.2. Saringan Pasir Cepat
Keterangan:
Hf= Head loss F = Porositas
L = Tebal media O = Faktor bulat
G = Percepatan gravitasi d = Diameter yang geometri
K = Konstanta v = Viskositas
V = Kecepatan filtrasi P = Fraksi
Ada terdapat 2 tipe filter:
1. Kecepatannya konstan, H air yang berubah-ubah;
2. Kecepatannya berubah-ubah, H air yang konstan;
Bisa juga
Lateral
Lubang-lubang
orifice
……….
Manifold
Orifice Lateral
Gambar 7.4. Pipa Lateral Pada Underdrain
Misalnya headloss di lateral dihitung memakai rumus Darcy Weisbach:
Hfo = f . L/D . V2/2g.........................................................(7.6)
Satuannya Hfo ini; Hf = 1/3 Hfo, karena yang terjadi itu 1/3 dari Hf yang
dihitung. Untuk media penyangga dan underdrain Hf nya tetap.
Backwashing
backwash
8.1 Umum
Ada beberapa paket sistem pengolahan air minum yang ada di Indonesia
dintaranya adalah:
Aliran ini berherak dari bawah keatas (upflow) melalui lapisan sludge blanket
yang terbentuk. Gerak aliran disebabkan oleh gaya hentakan (pulsaring) yang
menyebabkan permukaan air naik turun serta mendorong terbentuknya flok flok.
Pulsator dengan lamellar (tube atau plate) clarifier (tanpa solid kontak) :
- unit pulsator lebih dapat bertoleransi atas flukuaisi air baku & bahan kimia
- efektif dalam menghilangkan algae dan kekeruhan.
Pulsator
Pulsatube Superpulsator
Ultrapulsator
Pipa merupakan unit bangunan pengolahan air yang didesign dalam suatu paket.
Pipa harus mendapat lisensi dari pemerintah dan dapat lisensi. Adapun unit-unit
pipa Sutiman:
1 unit klearator;
1 set saringan pasir (6 buah);
1 lot perpipaan;
1 lot bahan kimia untuk keperluan test run.
Yang termasuk didalam paket:
Koagulasi;
Flokulasi;
Klarifikasi;
Filtrasi.
Keunggulan:
Ekonomis: bahannya fiber glass;
Kompak: penggunaan bahannya kecil;
Teknologi flokulator diffuser, fleksibel terhadap kekeruhan air;
Sistem knock down, mudah dalam pengangkutan dan perakitan;
Mutual self backwashing tanpa pompa dan mudah pengoperasiannya.
8.4.1. Koagulasi
Proses pembentukan flok-flok halus oleh partikel-partikel penyebab kekeruhan
dengan penambahan zat koagulan disertai pengadukan cepat.
8.4.3. Flokulasi
Proses penggabungan flok-flok halus hasil koagulasi dengan pengadukan
lambat untuk menghasilkan flok-flok besar sehingga mudah diendapkan;
Terjadi dalam inner tube ( 3 kompartemen);
Efek pengadukan dihasikan oleh lubang-lubang diffuser;
Terdiri dari 3 kompartemen:
Kompartemen I;
- G1 = 90 l/dt
- Jumlah diffuser = 12
Kompartemen II;
- G2 = 60 l/dt
- Jumlah diffuser = 15
Kompartemen III;
- G3 = 30 l/dt
- Jumlah diffuser = 21
- td = 20 menit
8.4.4. Klarifikasi
Defenisi: proses pemisahan flok-flok hasil proses flokulasi secara
gravitasi;
Menggunakan tube settler;
Aliran up flow;
Lumpur terakumulasi pada single hopper;
Efluent: 3 NTU.
John Willey & Sons, Water Treatment Handbook, Fifth Editon, John Wiley &
Sons, Paris, 1979
McGhee, Terence J, Water Supply And Sewerage, McGraw Hill. Inc, Singapore,
1991
Rich, Linvil. G, Unit Operation of Sanitary Engineering, John Wiley & Sons,
Clemson, South Carolina, 1961