Deteksi Kelainan BBL

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI

BARU LAHIR PATOLOGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir Patologi dengan dosen pengampu

Rini Susanti, S.SiT., M.Kes

Oleh Kelomok 2 :
1. Dionisia Mayola (152191231)
2. Dwi Trisnawati (152191223)
3. Kurnia Dwi Pratiwi (152191207)
4. Reni (152191212)
5. Vivi Tomiatun (152191209)
6. Zulfa Aulia Rahma (152191208)

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah kami dapat
mengerjakan tugas makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi
Baru lahir Patologi.

Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah kami. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ungaran, 17 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

KATA PENGANTAR …………………………………..............................................ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………......1

B. TUJUAN………………………………………………………........................1

C. MANFAAT… ………………………………………………………...............1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. PENGETIAN DETEKSI KELAINAN BAYI BARU LAHIR……………….3

B. CIRI-CIRI BAYI BARU LAHIR NORMAL ………………………………...3

C. MACAM-MACAM KELAINAN BAYI BARU LAHIR…………………….4

D. PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR…………………….16

E. PEMERIKSAAN TAHAP AWAL………………………………………….16

F. PEMERIKSAAN FISIK SECARA LENGKAP…………………………….20

G. PEMERIKSAAN TAHAP AKHIR………..……………………………….23

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………...........31

B. SARAN………………………………………………………........................31

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..............32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data dari WHO November 2013, jumlah kelahiran bayi hidup
dibIndonesia pada tahun 2010 adalah 4.371.800, dengan kelahiran prematur sebanyak
675.700 (15,5 per 100 kelahiran hidup) dan angka kematian sebesar 32.400 (nomor 8
penyebab kematian di Indonesia). Dalam 10 tahun terakhir, Angka Kematian
Neonatal di Indonesia cenderung stagnan yaitu 20/1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-
2003) menjadi 19/1000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Selain itu proporsi kematian
neonatal terhadap kematian anak balita cenderung meningkat dari 43% (SDKI 2002-
2003) menjadi 48% (SDKI 2012). Penyebab utama kematian neonatal pada minggu
pertama (0-6 hari) adalah asfiksia (36 %), BBLR/ Prematuritas (32%) serta sepsis
(12%) sedangkan bayi usia 7-28 hari adalah sepsis (22%), kelainan kongenital (19%)
dan pneumonia (17%). Upaya menurunkan angka kematian bayi adalah perawatan
antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar yang harus disertai dengan
perawatan neonatal yang adekuat dan upaya untuk menurunkan kematian bayi akibat
bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis),
hipotermia dan asfiksia.

A. Tujuan
Mampu memahami secara menyeluruh tentang deteksi kelainan bayi baru
lahir dan cara penanganannya.

B. Manfaat
Adapun manfaat penulisan
1. Bagi pelayanan kesehatan
Memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan terutama kebidanan
serta mencegah dan menangani kelainan pada bayi baru lahir.
2. Bagi instansi pendidikan.

1
Untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas pengetahuan para mahasiswa
tentang deteksi kelainan bayi baru lahir sehingga lebih terampil.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGETIAN DETEKSI KELAINAN BAYI BARU LAHIR


Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru
lahir dengan umur kehamilan minggu,lahir melalui jalan lahir dengan
presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara
spontan dan teratur,berat badan antara gram.Deteksi dini merupakan upaya
awal untuk mengenali atau menandai suatu gejala atau ciri-ciri yang ada pada
anak dalam tahapan perkembangannya terkait adanya resiko.
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dan kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
antara 2500-4000 gram pada usia kehamilan 37-42 minggu (Karyuni, 2009).
Kelainan bawaan atau kelainan kongenital adalah kondisi tidak
normal yang terjadi pada masa perkembangan janin. Kelainan ini
dapat memengaruhi fisik atau fungsi anggota tubuh anak sehingga menimbulkan
cacat lahir.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir harus dilakukan di hari
pertama usai dilahirkan. Adapun pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan tanda
vital termasuk suhu tubuh, detak jantung, dan pernapasan bayi, panjang dan
berat badan, serta pemeriksaan spesifik organ vital tubuh.Pemeriksaan fisik
bayi baru lahir adalah prosedur medis rutin yang penting dilakukan oleh
dokter untuk memastikan bayi yang baru lahir dalam keadaan sehat.
B. CIRI-CIRI BAYI BARU LAHIR NORMAL
a) Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm .
e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit,
kemudian menurun sampai 120-140×/menit.
f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40×menit.
g. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa,Kuku panjang .

3
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), Testis sudah turun (pada laki-laki).
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Refleksmoro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
l. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
m. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada
pipi dan daerah mulut Sudah terbentuk dengan baik.
n. Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Saleha, 2012)

C. MACAM-MACAM KELAINAN BAYI BARU LAHIR

1. Bayi baru lahir rendah


a. pengertian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
saat lahir kurang dari 2500 gram. Istilah BBLR sama dengan prematuritas.
Namun, BBLR tidak hanya terjadi pada bayi prematur, juga bayi yang cukup
bulan dengan BB < 2.500 gram (Profil Kesehatan Indonesia, 2014;
Manuaba, 2010).

b. Klasifikasi BBLR

a) BBLR : Berat Badan Bayi Rendah (<2500 gr)


b) BBLSR : Berat Badan Bayi Sangat Rendah (<1500 gr)
c) BBLER : Berat Badan Bayi Ekstrem Rendah (< 1000 gr)

c. Etiologi BBLR

1) Faktor ibu
a) < Gizi saat hamil
b) Usia < 20 th/> 35 th
c) Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah)
2) Faktor Kehamilan
a) Hamil dengan hidramnion

4
b) Hamil ganda
c) Perdarahan antepartum
d) Komplikasi hamil: PE/E, KPD
3) Faktor Janin
a) Cacat bawaan
b) Infeksi dalam rahim
2. Hipotermi
a. Pengertian
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal
adalah 36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya
karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang
akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (DepKes
RI, 2007).

b. Klasifikasi
a) Stres dingin suhu antara 35,5-36,4°CàBila tubuh teraba hangat tapi
ekstremitas teraba dingin maka berarti bayi mengalami
b) Hipotermia sedang suhu antara 32-35,4°CàSedangkan bila tubuh dan
ekstremitas teraba dingin berarti bayi mengalami
c) Hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32°C
c. Etiologi
Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, mekanisme kehilangan panas pada
bayi baru lahir dapat melalui 4 cara, yaitu:
a) Radiasi yaitu dari bayi ke lingkungan dingin terdekat.
b) Konduksi yaitu langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dengan bayi.
c) Konveksi yaitu kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar.
d) Evaporasi yaitu penguapan air dari kulit bayi.
3. Hiperbilrubinemia
a. pengertian

Hiperbilirubinemia adalah ikterus dg konsentrasi bilirubin serum yg


menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar
bilirubin tidak dapat dikendalikan. Ikterus adalah perubahan warna kulit dan
sklera menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah
(hiperbilirubinema). Pada bayi aterm ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin
serum mencapai 85-120 μmol/L (myles,2009).

5
b. Etiologi

Ikterus fisiologis: Ikterus fisiologis adalah akibat kesenjangan antara


pemecahan sel darah merah dan kemampuan bayi untuk mentranspor,
mengonjugasi, dan mengeksresi bilirubin tak terkonjugasi.

Ikterus patologis: Etiologi ikterus patologis adalah beberapa gangguan


pada produksi, transpor, konjugasi, atau ekskresi bilirubin.
c. Patofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.


Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan
bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh.
Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi
hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus
yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada
derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin
melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi terdapat
keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.

d. Tanda gelaja

Hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:

6
 Gejala akut: gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
 Gejala kronik: tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi
hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala
sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran,
paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis.

4. Hipiglikemia
a. pengertian
Kadar glukosa serum < 45mg% (<2,6 mmol/L) selama beberapa hari
pertama kehidupan.

Etiologi Hipoglikemia

Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi
glukosa kurang.
a) Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan
b) Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
 Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi,
hipoglikemia ketotik).
 Kelainan pada produksi glukosa hepar
 Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.
b. Patofisiologi Hipoglikemia

Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena


cadangan glukosa rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer
glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respons insulin juga meningkat
pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.

c. Tanda dan Gejala Hipoglikemia

7
Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi
harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus
dengan faktor risiko:
(Tremor, Sianosis, Apatis, Kejang, Apnea intermitten, Tangisan
lemah/melengking, Letargi, Kesulitan minum, Gerakan mata
berputar/nistagmus, Keringat dingin, Pucat, Hipotermi, Refleks hisap kurang,
Muntah)
5. Kejang
a. pengertian
Kejang merupakan gerakan involunter klonik atau tonik pada satu atau
lebih anggota gerak. Biasanya sulit di kenali dan terjadi pada usia 6 bulan – 6
tahun.
b. Epidemiologi

Prevalensi 1 diantara 20 anak


c. Penyebab kejang:

a) Serebral hipoksia, trauma lahir, malformasi kongenital;


b) Metabolik;
c) Sepsis;
d) Obat-obatan(Lissauer dan Fanaroff, 2009);
e) Perubahan suhu yg cepat dantiba-tibademam (Victoria Goverment
Melbourne, 2010);

d. Faktor penyebab kejang

Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran


a) Ibu tidak imunisasi TT
b) Perdarahan saat usia kehamilan 28 tahun, menyebabkan hiposia janin
c) Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan yg mengharuskan
induksi persalinan
d) Alat yang digunakan tidak steril
e) Persalinan dengan tindakan dapat menyebabkan trauma susunan saraf
pusat
f) Perdarahan intrakranial
g) Ibu hamil dengan DM

8
h) Kelainan metabolism seperti hipoglikemia, hipokalasemia,
hipomagnesemia, dll

e. Manifestasi Klinis

a) Apneu
b) Gerakan mengecap bibir
c) Perputaran bola mata (Lissauer dan Fanaroff, 2009).

6. Gangguan Nafas

a. pengertian

Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang disebabkan


defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi
kurang.
b. Etiologi

a) Obstruksi jalan napas. Misalnya: trakemolasia


b) Penyakit parenkim paru. Misalnya: penyakit membran hialin
c) Penyakit jaringan organ. Misalnya: hernia diafragmatika
d) Diluar paru paru, payah jantung dll.

c. Tanda gelaja

Klasifikasi:
a) Ringan: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tanda tarikan dinding tanpa
merintih saat ekspirasi/sianosis sentral
b) Sedang: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tarikan dinding dada/merintih
saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral
c) Berat: frek.nafas 60-90x/menit. Dgn sianosis sentral dan tarikan dinding
dada/ merintih saat ekspirasi
d. Patofisiologi

Disebabkan karena alveoli masikh kecil sehingga sulit berkembang,


pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih leemah,

9
produksi surfaktan berkurang. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps
pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal ini menyebabkan
perubahan fisiologis pada paru.

e. Komplikasi

a) Ruptur alveoli: bila dicurigai terjadi kebocoran udara


b) Infeksi
c) Perdarahan intracranial
d) Kurangnya oksigen ke otak
e) Bronchopulmonary Dysplasia
f) Retinopathy premature

7. Kelainan Kongenital

1. Atresia Esofagus

a. Pengertian Atresia Esofagus


Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan
esofagus untuk mengadakan pasase yang kontinu: esophagus mungkin
saja atau mungkin juga tidak membentuk sambungan dengan trakea
(fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan
esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung
selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitubila sebua
segmen esoofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhannya
(congenital) dan tetap sebaga bagian tipis tanpa lubang saluran.
b. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa
menyebabkan terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan
angka rekuren sekitar 2 % jika salah satu dari saudara kandung yang
terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi
21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori

10
tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak
lagi berhubungan dengan kelainan genetic.

c. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala kelainan ini bervariasi tergantung dari tipe
kelainan trakeoesofagus yang ada. Biasanya disertai hidramnion (60%)
dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir
prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa
kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi
esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia
esofagus.
Bila pada bayi baru lahir timbul sesak yang disertai dengan air liur
yang meleleh keluar, di curigai terdapat atresia esofagus. Segera setelah
di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi
cairan kedalam jalan nafas. Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung
juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.

2. Labioskizis dan Labiopalatoskizis

a. Pengertian
1) Labio/Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya
kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005: 167)
2) Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya
propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama
perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)
3) Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi
karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan
embriotik (Wong, Donna L. 2003)

b. Beberapa jenis bibir sumbing:


1) Unilateral Incomplete. Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu
sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.

11
2) Unilateral complete. Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3) Bilateral complete Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
4) Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing
tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz,
2005:21)

c. Etiologi
 Faktor herediter
 Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui
 Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu
 Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
(agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
 Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
 Mutasi genetic atau teratogen.

3. Atresia Ani

a. Pengertian

Atresia Ani merupakan salah satu kelainan bawaan, dimana anus


tampak normal, tetapi pada pemeriksaan colok dubur jari tidak dapat
masuk lebih dari 1-2 cm. Insidens: 1: 3.000-5.000 kelahiran hidup.
Sinonim Atresiaa Ani = Imperforated Anal = Malformasi Anorektal =
Anorektal Anomali. Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan ambriogenik.
Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter,
dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter
intern mungkin tidak memadai.

b. Etiologi

12
Tidak jelas (idiopatik).
Oleh karena gangguan pertumbuhan, penggabungan/fusi daripada “hind
gut”, dan pembentukan dari anus, oleh sebab genetik, kurang gizi dan
karena adanya gangguan kromosom.

c. Patofisiologi
Terjadinya Atresia Ani, karena terganggunya “embrio-genesis” dari hind
gut yang menyebabkan terjadi gangguan pemisahan uregenital dengan
anorektum.
Kelainan ini terjadi oleh karena adanya gangguan perkembangan
pertumbuhan dari:
 Septum rectal.
 Struktur Mesoderm Lateral.
 Struktur Eksoderm.

4. Gastroschisis
Gastroschisis adalah penonjolan dari isi abdomen biasanya
melibatkan usus dan lambung melalui lubang atau defek pada dinding
abdomen disebelah kanan tali pusar. Omphalocele defek pada dinding
abdomen terletak ditengah, isi abdomen yang keluar ditutupi oleh lapisan.
Omphalocele biasanya berhubungan dengan kelainan kromosom atau
kelainan jantung sedangkan bayi dengan gastroschisis jarang ditemukan
dengan kelainan tersebut kecuali adanya atresia usus. Nama lain:
Paraomphalocele, Laparoschisis, abdominoschisis

5. Hernia Diafragmatika

a. Pengertian
Termasuk kelainan bawaan yang terjadi karena tidak terbentuknya
sebagian diafragma, sehingga ada bagian isi perut masuk ke dalam rongga
torak.

b. Gambaran Klinis

13
Adanya penutupan yang tidak sempurna pada sinus pleuroperitonel
yang terletak pada bagian postero-lateral diafragma.
c. Tanda Gejala
Adapun tanda gejala dari hernia diafragmatika adalah:
 Kulit berwarna pucat bahkan biru
 Sesak nafas
 Retraksi sela iga dan substernal
 Perut kecil dan cekung
 Suara napas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
 Bunyi jantung terdengar pada paru karena terdesak isi perut
 Terdengar bising usus didaerah dada
 Muntah

6. Meningokel dan Ensefalokel

a. Pengertian
a) Meningokel
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan
spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui
vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan
dibawah kulit. Kelainan bawaan isi kepala keluar melalui lubang pada
tengkorak atau tulang belakang.

b) Ensefalokel
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai
dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang
berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak.
Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama
perkembangan janin.
b. Epidemiologi
Angka kejadian 3/1000 kelahiran

14
c. Etiologi
Infeksi, faktor usia ibu yang terlalu muda atau tua ketika hamil,
mutasi genetik, serta pola makan yang tidak tepat sehingga
mengakibatkan kekurangan asam folat kegagalan penutupan tabung
saraf selama perkembangan janin. Kegagalan penutupan tabung saraf ini
disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang cranium saat dalam
uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama kehamilan.

d. Gambaran Klinis
Meningokel
 Terjadi didaerah servikal/torakal sebelah atas
 Kantong hanya berisi selaput otak, korda tetap pada korda spinalis
(dalam durameter tidak terdapat saraf)
Ensefalokel
 Terjadi pada bagian oksipital
 Terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak.
 Berkaitan dengan kelainan mental yang berat
e. Pencegahan
Risiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi
asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi
sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.
Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari.

7. Kelainan jantung bawaan


Kelainan jantung bawaan adalah pembentukan jantung atau
pembuluh darah besar yang tidak normal. Ada beberapa jenis kelainan
jantung bawaan, yaitu:
 Kebocoran katup jantung
 Penyempitan katup jantung

15
 Patent ductus arteriosis

 Tetralogy of Fallot

8. Kelainan bentuk tangan atau kaki

Kelainan bawaan pada bentuk tangan atau kaki dapat berupa:


 Satu tangan atau kaki lebih besar atau lebih kecil.
 Jumlah jari tangan atau jari kaki lebih banyak dari normal (polidaktili).

 Satu atau lebih jari tangan atau jari kaki menempel satu sama lain.

 Terlahir tanpa tangan atau kaki.

D. PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

A. Pemeriksaan Tahap Awal


Pemeriksaan tahap awal dilakukan segera setelah bayi dilahirkan.
Umumnya saat bayi berada di ruang bersalin. Pemeriksaan ini meliputi:

1. Pemeriksaan Score APGAR


Pemeriksaan score APGAR adalah metode akurat untuk
menentukan kondisi bayi baru lahir secara cepat. Pemeriksaan ini meliputi
warna kulit, denyut jantung, kepekaan reflek bayi, tonus otot dan sistem
pernafasannya. Dengan dilakukannya penentuan nilai APGAR, nantinya
dokter bisa memutuskan untuk melakukan tindakan darurat pada bayi atau
tidak.Penilaian APGAR ini dilakukan secara berulang-ulang, pada 5 menit
pertama bayi dilahirkan, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 24 menit.
Apabila bayi memperoleh total keseluruhan nilai APGAR 10, maka bayi
dinyatakan sehat. Sebaliknya jika nilai APGAR dibawah 5 berarti bayi.

16
TANDA 0 1 2
Appearance Blue Body pink, limbs All pink (seluru tubuh
(warna kulit) (seluruh tubuh blue(tubuh kemerahan)
biru atau pucat) kemerahan,ekstremitas
biru)
Pulse(denyut Absent (tidak ada) <100 >100
jantung)
Grimace None (tidak Grimace (sedikit Cry (reaksi
(refleks) bereaksi) gerakan) melawan,menangis)
Grimace Limp (tidak Some fleksion of Active movement,
( tonus otot) bereaksi) limbs( ekstremitas limbs well flexed
sedikit fleksi) (gerakan aktif,
ekstremitas fleksi
dengan baik)
Respiratory None Slow, irregular Good, strong cry
(tonus otot) (tidak ada) (lambat,tidak teratur) (menangis kuat)
perawatan intensif.

Cara menentukan nilai APGAR

a) Warna Kulit (Appearance)


Nilai APGAR 0 : kulit bayi berwarna biru pucat (sianosis)
Nilai APGAR 1 : kulit bayi kemerahan dengan tangan dan kaki
berwarna biru
Nilai APGAR 2: kulit bayi berwarna kemerahan atau merah muda

b) Denyut Jantung (Pulse)


Nilai APGAR 0 : tidak ada denyut jantung
Nilai APGAR 1 : denyut jantung kurang dari 100 per menit
Nilai APGAR 2: denyut jantung lebih dari 100 per menit

c) Kepekaan Reflek (Gremace)


Nilai APGAR 0 : tidak ada respon

17
Nilai APGAR 1 : meringis atau menangis lemah
Nilai APGAR 2: respon kuat

d) Tonus Otot (Pulse)


Nilai APGAR 0 : tidak ada gerakan
Nilai APGAR 1 : gerakan lemah pada tangan dan kaki
Nilai APGAR 2: gerakan akti

e) Pernafasan (Respiration)
Nilai APGAR 0 : tidak ada nafas
Nilai APGAR 1 : nafas tidak teratur
Nilai APGAR 2: nafas normal dna teratur

2. Pemeriksaan Anamnesa
Pemeriksaan ini meliputi pengumpulan data-data yang berkaitan
dengan kondisi bayi. Nantinya data tersebut dijadihan bahan dasar untuk
penentuanya adanya kelainan kongenital atau tidak. Ibu akan ditanya
beberapa hal meliputih riwayat kehamilan dan keluarga. Serta bagaimana
pola hidup selama mengandung.

Beberapa hal yang menjadi poin penting di pemeriksaan ini, yakni:

a. Riwayat kehamilan : apakah ada penyakit yang diidap, bagaimana


kondisi psikis dan fisik ibu, obat-obatan yang pernah dikonsumsi, dan
sebagainya
b. Riwayat persalinan : bagaimana proses persalinan, adakah trauma dan
gangguan selama persalinan, tanggal lahir dan jam persalinan, dsb.
c. Faktor genetik : meliputi riwayat penyakit pada keluarga

3. Pemeriksaan Tali Pusat


Pemeriksaan tali pusat dilakukan untuk mendukung data amnanesis.
Dengan melihat kondisi tali pusat (mulai dari teksturnya, kesegarannya,
jumlah pembuluh darah arteri dan vena, serta ada tidaknya tali simpul)
dokter dapat mendiagnosis gangguan pada sistem kardiovaskular bayi.

18
Serta pada sistem pernafasan, urogenital (organ reproduksi dan sistem
kemih) dan pencernaan. (baca: janin terlilit tali pusat)
4. Pemeriksan Cairan Ketuban (Amniom)
Selain dilakukan pada saat kehamilan, pemeriksaan cairan ketuban
juga masuk prosedur pemeriksaan setelah melahirkan. Pemeriksaan ini
meliputi vomule dan warna ketuban. Tujuannya untuk mengetahui adanya
kelainan kromosom atau ganggulan lain pada si bayi, misalnya gangguan
ginjal, paru-paru dan sendi.

5. Pemeriksaan Plasenta
Pemeriksaan plasenta juga dilakukan untuk memastikan kondisi bayi
baru lahir. Apakah benar-benar sehat ataukah ada gangguan kesehatan.
Cara pemeriksaan plasenta ini meliputi beberap hal, yakni:

a. Pengukuran berat plasenta


b. Pengurkuran ketebalan plasenta
c. Mengukur diameter dan melihat ukuran plasenta
d. Menghitung jumlah kotiledon
e. Pemeriksaan bagian martenal, fetal, selaput untuk memastikan
keutuhannya ataukah ada yang robek
f. Pemeriksaan jumlah korion untuk bayi kembar
g. Pemeriksaan trauma, kerusakan sel, perkapuran dan sebagainya pada
plasenta
h. Melakukan rangsangan taktil untuk memantau kontraksi.

B. Pemeriksaan Fisik Secara Lengkap


Pemeriksaan fisik secara lengkap dilakukan saat kondisi bayi sudah
stabil dan berada di ruang perawatan yang terang, hangat dan bersih.
Pemeriksaan fisik ini meliputi

1. Pemeriksaan Komponen Pertumbuhan (atropometrik)

19
Pertama dilakukan pemeriksaan paling ringan, yaitu komponen-
komponen pertumbuhan pada bayi yang terdiri dari berat badan, tinggi,
lingkar dada dan lingkar kepala.

a) Berat badan normal: 2,5 – 4 kg


b) Tinggi badan normal: 48- 52 cm
c) Lingkar dada normal: 32 – 35 cm
d) Lingkar kepala normal: 32 – 37 cm

2. Pemeriksaan Bagian Kepala


Saat dilahirkan, terkadang bayi mengalami cedera ringan di bagian
kepalanya akibat tekanan-tekanan tertentu. Misalnya kondisi wajah yang
sedikit tidak rata (asimetris), caput suksedangeum (pembengkakan pada
kulit kepala yang berisi getah bening) atau cephal hematoma (pendarahan
dari lapisan subperiosteum).
3. Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan mulut juga dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan
kongenital pada bayi, seperti hipersaliva (produksi air liur yang
berlebihan), labiopalatoskisis (kelainan pada daerah mulut, misalnya bibir
sumbing) dan sebagainya.
4. Pemeriksaan Sistem Indera
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya gangguan sistem
sensorik pada bayi, serta diagnosis cacat fisik. Pemeriksaan ini meliputi:

a) Indera pengelihatan (mata) – visual


b) Indera pengecap (lidah) – gustatory
c) Indera pendengaran (telinga) -auditori
d) Indera penciuman (hidung) – okfaktori
e) Indera peraba (kulit) – taktil

5. Pemeriksaan Organ Pada Bagian Dada

20
Kondisi organ bagian dalam tubuh juga penting untuk diperiksa guna
memastikan tidak ada kelainan. Umumnya pemeriksaan pada bagian dada
dilakukan melalui pengukuran denyut jantung, pernafasan, dan payudara.

a) Pernafasan bayi baru lahir, sekitar 60-40 kali per menit


b) Denyut jantung bayi baru lahir, sekitar 120-160 kali per menit
c) Payudara, normalnya payudara berada pada posisi sejajar satu dengan
yang lain, ukurannya cenderung sama dan puting pada tiap payudara
hanya berjumlah satu

6. Pemeriksaan Organ Pada Bagian Perut (Abdomen)


Organ di bagian perut juga memerlukan pemeriksaan untuk
memastikan fungsi kerjanya normal dan tidak ada kelainan. Organ-organ
tersebut meliputi ginjal, hati, limpa, lambung, dan usus. Salah satu cara
untuk memastikan kondisi organ pencernaan bayi sehat, yakni bayi
mengeluarkan air kencing dan mekonium (feses yang bewarna hijau
kehitaman) dalam 24 jam pertama setelah dilahirkan.
7. Pemeriksaan Leher
Struktur dan bentuk leher juga perlu diperiksa untuk mendeteksi ada
tidaknya kelainan kongetinal. Bagaimana refleks leher, apakah ada
pembengkakan kelenjar getah bening atau kelenjar tiroid, semuanya akan
diperiksa secara mendetail.

8. Pemeriksaan Tulang Belakang


Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat apakah ada gangguan
tulang, seperti skoliosis, kifosis dan lordosis. Selain itu, dokter juga
memperhatikan adanya pembangkakan, kemerahan atau keabnormalan
lain.
9. Pemeriksaan Panggul, Paha dan Betis
Selain tulang belakang, bagian tubuh lain seperti panggul, paha dan
betis juga dilakukan pemeriksaan. Dokter akan melakukan gerakan-

21
gerakan tertentu pada bayi untuk menguji fungsi kerja bagian-bagian
tubuh tersebut.

10. Pemeriksaan Genetelia (Alat Kelamin)


Pemeriksaan genetelia dilakukan dengan cara melihat kelengkapan dan
struktur kelamin bayi. Apabila dia berkelamin laki-laki, maka normalnya
memliki dua skrotum (pembungkus testis atau buah zakar) diantara anus
dan penis. Sedangkan perempuan terdapat labia minora (di bagian dalam)
dan labia mayora (di bagian luar).
11. Pemeriksaan Anus
Pada bayi normal, posisi anus berada di belakang kemaluan. Dokter
juga perlu mematiskan apakah ada masalah anus buntu atau tidak. Seorang
bayi yang mengalami gangguan anus buntu biasanya tidak bisa
mengeluarkan mekonium.

12. Pemeriksaan Suhu Tubuh


Untuk mendeteksi adanya gangguan hipotermia, hipertermia,
dehidrasi, infeksi atau gangguan lain, perlu dilakukan pemeriksaan suhu
tubuh bayi. Umumnya seorang bayi normal memiliki suhu sekitar
36,5 0C– 37 0C.
13. Pemeriksaan Syaraf
Untuk memeriksa fungsi kerja syaraf bayi biasanya dokter melakukan
pengujian gerak refleks, yang meliputi:

a) Refleks menghisap: meletakkan benda di dekat mulut bayi, dan


seharusnya bayi menghisapnya
b) Refleks moro : bayi dikejutkan, maka seharusnya posisi kaki dan
tangan telentang, kepala mendongak ke belakang dan jari-jari
menggengam
c) Refleks Mencucur: menyentuh salah satu sisi mulut bayi, maka
seharusnya kepala bayi menoleh ke arah tersebut

14. Pemeriksaan Tekanan Darah

22
Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan tensimeter atau
sfignomanometer ai raksa. Alat ini dipasang pada lengan atas bayi secara
perlahan saat bayi telentang. Normalnya bayi baru lahir memiliki tekanan
darah 60-80/40-50 mmHg.

15. Pemeriksaan Denyut Nadi


Pemeriksaan denyut nadi umumnya dilakukan saat bayi dalam kondisi
tidur. Dokter melakukan pengukuran dengan meraba pembuluh darah
arteri yang terletak pada tangan kanan bayi. Normalnya denyut nadi bayi
baru lahir berkisar 140 kali per menit.

16. Pemeriksaan Ekstremitas


Pemeriksaan ini meliputi tulang gerak bagian atas (ekstremitas atas-
lengan tangan) dan bagian bawah (ekstremitas bawah – kaki).

a) Ekstremitas atas: pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh, mulai


dari sendi bahu, siku, tangan, dan jari. Dokter juga melihat
strukturnya, bagaimana reflek genggam tangan, jumlah jari, panjang
kuku dan sebagainya.
b) Ekstremitas bawah: pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh mulai
dari paha, lutut, tungkai, pergelangan kaki, tumit hingga jari-jari kaki.
Dokter akan melihat kelengkapan jari, menguji reflek, dan adakah
kelainan bentuk pada tulang atau sendi.
C. Pemeriksaan Tahap Akhir
Pemeriksaan tahap akhir dilakukan beberapa jam sebelum bayi pulang.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada perubahan dari hasil
pemeriksaan sebelumnya. Sehingga nantinya dokter bisa memutuskan ada
tidaknya kelainan pada bayi. Pemeriksaa ini meliputi:

a. Pemeriksaan tali pusat


b. Pemeriksaan denyut jantung
c. Pemeriksaan sistem pernafasan
d. Pemeriksaan abdomen
e. Pemeriksaan kulit

23
f. Pemeriksaan syaraf pusat

Apabila tidak ditemukan adanya kelaianan maka bayi akan segera


diperbolehkan pulang, kira-kira hanya sekitar 1-2 hari. Sedangkan jika
bayi didiagnosis mengidap kelainan tertentu, biasanya dokter akan
melakukan pemeriksaan khusus.

4. PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR

a. Pemeriksaan Fisik pada Neonatus


1) Pemeriksaan bayi baru lahir disesuaikan dengan keadaan bayi
2) Pemeriksaan awal dilakukan sesegera mungkin
3) Pemeriksaan secara lengkap dilakukan bl keadaan bayi sudah
stabil (6-24 jam)
4) Tujuan pemeriksaan adl utk menemukan kelainan dan menentukan
tindakan lebih lanjut
5) Pemeriksaan dilakukan dihadapan orang tua/keluarga

b. Prinsip yang Harus Diperhatikan


1) Ruangan hangat,terang,dan bersih
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
3) Gunakan APD: celemek &sarung tanagan
4) Yakinkan alat pemeriksaan bersih
5) Lakukan pemeriksaan secara sistimatis head to toe
:inspeksi,palpasi,perkusi auskultasi
6) Jika ada kelainan lakukan tindakan,kolaborasi atau rujuk.
7) Lakukan pendokumentasian

c. Persiapan Alat
1) Timbangan
2) Metlin
3) Stetoskop bayi
4) Termometer
5) Jam
6) Tongspatel
7) Sarung tangan
8) Tissue
9) Bengkok

24
10) Cairanklorin 0.5%
11) Umbilical cold

I.Anamnesa
a. Faktor genetik (riwayat penyakit keturunan,kelainan bawaan)
b. Riwayat kehamilan : paritas,kelainan ,obat-obatan, psikologis
c. Riwayat persalinan: tanggal lahir,proses persalinan,trauma,
keadaan umum, obat-obatan

II. Pemeriksaan Fisik


Penilaian mencakup :tanda vital,pengukuran pertumbuhan,penilaian
sistem, penilaian umur kehamilan
a.Keadaan umum
1) Nilai bayi secara keseluruhan:besar/kecil
2) Ukuran tubuh proporsional/tidak
3) Kondisi bayi aktif/lemah
4) Tangisan lemah, keras, melengking
5) Kesadaran ,Letargis, waspada atau sedasi
6) Pucat/kuning /merah muda

b. Tanda-tanda vital
1) Pernafasan
a) Hitung dengan melihat gerakan abdomen/menit
b) Hitung selama satu menit penuh
c) Untuk BBl stabil, diukur setiap 3-4 jam
d) Untuk BBl tdk stabil hitung setiap jam
e) Frekuensi normal : 40 – 60 kali/menit
f) Perhatikan apakah ada tarikan dinding dada, gerakan
cuping hidung, kedalaman nafas, bunyi

Penilaian awal pernafasan saat lahir menjadi evaluasi


keberhasilan transisi bayi:
1.Pernafasannya nyaman
2.Tak ada tachypnea
3.Tak ngorok
4.Tak ada lekukan dada
5.Tak ada cyanosis/pucat

25
Penilaian pernafasan termasuk parameter berikut :
a) Warna kulit : merah muda, kebiruan, pucat,
gelap,berbintik,kuning
b) Pernafasan : ringan,ngorok,cuping hidung
kembang kempis, retraksi
c) Suara nafas :
jauh,dangkal,stridor,wheezing,melemah, seimbang/
tidak seimbang
d) Dinding dada : gerakannya simetrik atau tidak
e) Apnea/bradycardi: hitungan nafas terendah yg bisa
diamati, warna,diukur dengan oximeter dan lama
episode
f) Sekresi : jumlah (sedikit,sedang, banyak)
warna(putih,kuning,bening,hijau,berdarah)Konsiste
nsi : encer, kental atau mukoid
2. Denyut jantung
a) Diukur dengan cara auskultasi / 2 jari di atas jantung
bayi selama satu menit penuh
b) Pada BBL stabil dihitung setiap 3-4 jam
c) Pada BBL tak stabil dihitung setiap jam
d) Denyut jantung normal: 120-160/menit
e) Bl > 160 (takikardia): tanda infeksi, hypovolemia,
hyperetermia, anemia, konsumsi obat ibu
f) Bl <100 (Bradikardi): BBL cukup bulan sedang tidur,
kekurangan O2
Penialian kardiovaskuler termasuk parameter berikut :
1) Prekordium : tenang atau aktif
2) Bunyi jantung: jelas, dg splitting dari S2
3) Ritme : Normal atau arrhytmia
4) Murmur : jelaskan jika ada
5) Pengisian kembali kapiler : Beberapa detik
6) Denyut perifer : normal, lemah atau tidak
3. Suhu tubuh
a) Diukur melalui aksila, tahan 5 menit
b) Normal : 36,5 - 37C
c) BBL dalam incubator diukur setiap jam

26
d) Hipotermia :bbl sakit atau BBLR, jika berlanjut
pertimbangkan sepsis (tanda vital tak stabil, perubahan
glukosa dlm darah),dehidrasi, bacteremia, epidural ibu
e) Huipertermia: demam, infeksi, kurang minum
4. Tekanan darah
a) Diukur pd tangan kaki sesuai kondisi bayi
b) Menggunakan mesin dinamap jk ada
c) Normal 60-89/40-50
d) Bisa meningkat saat menangis
e) Akan turun saat tidur
5. Pengukuran 3 komponen pertumbuhan
a). Berat badan: ditimbang setiap hari
1) BB < 2500 gr : prematur atau SGA
2) BB > 3800 gr : LGA
3) Perlu mengetahui usia kehamilan secara akurat
4) Perhatikan glikemia pd BB < / >
5) BBL akan kehilangan 10% pd mg pertama
6) BBL kehilangan berlebihan : kurang ASI,dehidrasi
7) Jika BB sangat berbeda dengan kemarin : timbang 2 X
8) BB akan kembali pd usia 2 minggu
9) Kenaikan BB diharapkan adl 30 gr/hari
b). Panjang badan
1) Diukur dari ubun2 s/d tumit, posisi telentang, sendi
lutut dan panggul harus ekstensi penuh
2) Normal : 45 – 53 cm
3) Diukur saat masuk dan setiap minggu dan
dibandingkan dengan berat badan
c). Lingkar kepala
1) Diukur saat masuk dan setiap minggu
2) Diukur: menghubungkan 4 titik : 2 frontal bosses dan 2
occipital protuberances
3) Normal 33 – 38 cm
4) Letakan pita ukur pd bagian paling menonjol di tulang
oksiput dan dahi
5) Pengukuran sedikitnya sekali sehari jika BBL gangguan
neurologis (perdarahan
intraventricular,hydrocephalus,asfiksia)

27
c. PemerikaanFisik
1. Kepala
a) Apakah ada benjolan, caput, haetaom
b) Fontanel; cekung, menonjol, datar
c) Sutura : molase Derajat berapa
d) Pertumbuhan rambut
2. Mata
1) Simetris/tidak, gerakan bersamaan / tidak
2) Adanya darah pd permukaan mata (normal) kecuali pada
pupil/iris
3) Tanda ikterus, infeksi,
4) Pupil simetris, reaksi (lambat,cepat, tidak ada
5) Terbuka/ menutup
3. Telinga
1) Sejajar dengan ujung mata
2) Bentuk simetris/tidak,normal/tidak
3) Apakah ada pengeluaran
4. Hidung dan mulut
a) Apakah bernafas spontan/cuping hidung
b) Tanda kebiruan /cyanosis
c) Tanda labio-palatoskizis
d) Refleks rooting dan sucking
5. Leher
a) Pembesaran kelenjar tiroid, getah bening
b) Tonick neck refleks ?
6. Dada
a) Simetris/ tidak, gerakan nafas ? Kesulitan?
b) Dengarkan suara nafas,kiri &kanan sama?
c) Pembesaran kelenjar mammae
d) Dengarkan denyut jantung dg fetoskop
7. Abdomen
a) Terlihat normal, tali pusat
b) Apakah ada hernia umbilicalis saat bayi nangis
c) Suara perut: ada/tidak,hiperaktif, hipoaktif
d) Dinding perut: merah,meregang,ada batas perut membuncit
e) Palpasi: lembek, nyeri atau meregang

28
8. Bahu, lengan dan jari
a) Simetris/tidak, jari lengkap/tidak
b) Apakah tangan dapat digerakan secara normal,patah tulang
c) Refleks graps, refleks moro (hilang 4 bl)
d) Reflek moro menetap > 4 bl :kerusakan otak
e) Respon yg tdk simetris: fraktur calivula, cedera fleksus
brakhialis
9. Genetalia
a) Laki-laki
1) Scrotum tdd 2 kantung berisi testis
2) Lubang penis tepat di tengah atau tidak, Panjang < 2,5
cm , miksi
b) Perempuan
1) Labia mayora & minora ada
2) Keluarnya cairan : putih,krem,pseudomenorh,
akan hilang dalam 10 hari
3) Miksi sdh/belum dalam 24 jam
10. Panggul
a) Pegang paha dan betis bayi , gerakan lurus ke arah samping
luar, dengarkan & rasakan bunyi “klik”à kolaborasi
b) Gerakan paha ke atas dan kebawah, dengarkan bunyi klik
11. Punggung dan anus
a) Adakah benjolan/masa
b) Ada/tdk lubang anus, mekoneum
12. Ektremitas bawah
a) Simetris/tidak
b) Jari lengkap/tidak
c) Refleks babinski
d) Gerakan aktif/lemah, simetris/tidak
e) Kelainan bentuk
III. Diagnosa
1. Pola nafas tdk efektif berhubungan dg Obstruksi jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhub dg hipotermi (cold stress)
3. Resiko tinggi termoregulasi tdk efektif berhubungan
denganKehilangan panas ke lingkungan
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan faktor lingkungan
5. Hasil akhir yg diharapkan Untuk bayi

29
a. transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
b. Mempertahankan pola nafas efektif
c. Mempertahankan termoregulasi efektif
d. Tetap bebas dari infeksi
6. Untukorang tua
a. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan keyakinan tentang
aktivitas perawatan bayi
b. Memahami karakteristik perilaku dan biologis BBL
c. Mendemostrasikan interaksi/perilaku yg meningkatkan fungsi
keluarga sehat
d. Memiliki kesempatan utk meningkatkan hubungan dengan
bayi
e. Mulai mengintegrasikan bayi ke dalam keluarga

30
1
BAB III
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY A UMUR 2 DENGAN HIPERBILIRUBIN
DI BPM HARAPAN BUNDA
Kasus : seorang ibu bernama Ny A umur 23 tahun P1A0 barusaja melahirkan bayi pertamanya 2 jam yang lalu, setelah
dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi didapatkan hasil sebagai berikut :
Table 3.2 perkembangan 1
Hari Data subjektif Data obyektif Assessment Planning
tanggal
Minggu, Data subyektif : Data objektif: Dx kebidanan 1. Beritahu ibu hasil
17 1. Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan umum By. Ny.A Umur 2 jam pemeriksaan
November bernama ny. A umur a. Ku: sedang dengan hiperbilirubin Memberitahu ibu hasil
2019 23 tahun b. Kesadaran : menangis ikterik kremer 1 pemeriksaan
2. Ibu mengatakan c. TTV : Hasil : KU : sedang
barusaja melahirkan N : 158 x/i Masalah kesadaran menangis,
bayi pertamanya 2 R : 52x/i Tidak ada bayi mengalami ikterus
jam yang lalu S : 37oC kremer 1
3. Ibu mengatakan d. BB : 3400 gr
bahagia dengan PB : 50 cm dx potensial 2. Beritahu ibu bahwa
kelahiran bayinya LD : 32 cm Ikterik kramer 2 bayinya tidak
LK : 33 cm memerlukan
2. Pmeriksaan Fisik penanganan khusus
a. Kepala : Bentuk identifikasi
mesochepal, rambut tipis, penanganan segera 3. Anjurkan ibu untuk
terdapat caput sucedeneum, meletakkan bayinya di
tidak ada cepal hematoma tempat yang cukup

1
b. Muka :Simetris, ikterik sinar matahari
pada bagian wajah, tidak kuranglebih selama 30
ada tanda down sindrom. menitselama 3- 4 hari
c. Mata : Simetris kanan dan menjaga bayi agar
dan kiri, sklera kuning, tetap hangat
pupil normal membesar
dan mengecil. 4. Anjurkan ibu untuk
d. Hidung : Bersih, tidak tetap memberikan asi
ada polip, tidak ada secret secara eksklusif kepada
e. Telinga : Simetris kanan bayinya minimal setiap
dan kiri, bersih, tidak ada 2 jam, apabila bayi
kelainan atau kulit enggan menyusu asi
tambahan. dapat diberikan
f. Mulut : Mukosa menggunakan sedotan
lembab, bibir kemerahan, atau sendok
tidak stomatitis, tidak
sumbing
g. Leher : Ikterik, tidak 5. Anjurkan kepada ibu
ada pembesaran kelenjar untuk melakukan
tyroid atau limfe kunjungan ulang
h. Dada : simetris, tidak apabila selama 2
ada retraksi dinding dada minggu ikterus tidak
i. Abdomen : bentuk membaik
cembung, tidak ada
perdarahan tali pusat, tidak
ada tanda-tanda infeksi,
terpasang infus pada
umbilical.
j. Genetalia :Vagina

2
berlubang, uretra berada
ditengah, labia mayora
menutupi labia minora
k. Ekstremitas atas dan bawah
:, simetris, tidak ada
kelainan, tidak oedem
l. Punggung : tidak ada
kelainan spina bifida atau
fraktur
m. Kulit : Warna
kekuninganpada daerah
wajah hingga leher
Anus : Berlubang

Pemeriksaan penunjang
Belum dilakukan

3
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru
lahir dengan umur kehamilan minggu,lahir melalui jalan lahir dengan
presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara
spontan dan teratur,berat badan antara gram.Deteksi dini merupakan upaya
awal untuk mengenali atau menandai suatu gejala atau ciri-ciri yang ada pada
anak dalam tahapan perkembangannya terkait adanya resiko.
Kelainan bawaan atau kelainan kongenital adalah kondisi tidak
normal yang terjadi pada masa perkembangan janin. Kelainan ini
dapat memengaruhi fisik atau fungsi anggota tubuh anak sehingga menimbulkan
cacat lahir.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir harus dilakukan di hari
pertama usai dilahirkan. Adapun pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan tanda vital
termasuk suhu tubuh, detak jantung, dan pernapasan bayi, panjang dan berat badan, serta
pemeriksaan spesifik organ vital tubuh.Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah prosedur
medis rutin yang penting dilakukan oleh dokter untuk memastikan bayi yang baru lahir
dalam keadaan sehat

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai hal-
hal yang patologi dalam persalinan.
2. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan program
kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi dini terhadap
masalah pada persalinan dan neonatus
3. Kepada masyarakat luas dapat membantu dan mematuhi program kesehatan
yang telah dicanangkan pemerintah maupun instansi kesehatan sehingga mau
bekerjasama dalam upaya peningkatan tingakat kesehatan masyarakat,
terutama menyangkut kehamilan, persalinan dan neonatus yang beresiko ini.

1
DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR, 2012, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, JHPIEGO
Kerja Sama Save The Children Federation Inc-US, Modul. Jakarta.
Maryanti, Dwi., Sujianti., Tri, B. 2011. Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: TIM
Muslihatun, W.N., 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitra Maya
Pediatri, S. 2000. Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI, 2
Prawirohardjo, S. 2013. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Setiyani, A, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta: Kemenkes RI
Stright, B. R. 2005. Panduan belajar:keperawatan ibu-bayi baru lahir (3thed).
(Maria A. & Wijayarni, Trans). Jakarta: EGC

2
1

Anda mungkin juga menyukai