SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
BANDUNG
JANUARI 2018
SKRIPSI
BANDUNG
JANUARI 2018
STUDI ANALITIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR
PADA TANAH PASIR TERSEMENTASI STUDI KASUS :
PONDOK INDAH MALL 3 & OFFICE TOWER, JAKARTA
SELATAN
George Joshua Widjaja
2013410096
ABSTRAK
Bangunan sipil yang berdiri megah di seluruh dunia memiliki elemen penting yaitu pondasi.
Dalam penelitian ini digunakan jenis pondasi tiang bor yang sudah dikonstruksikan dan memiliki
hasil loading test yang terletak pada proyek pembangunan pondok indah mall 3 & office tower,
Jakarta selatan. Tanah yang berada disekitar proyek terdiri dari tanah pasir tersementasi yaitu tanah
yang sangat kuat dan dapat menopang beban yang sangat tinggi. Hasil interpretasi loading test
dengan metode chin didapatkan daya dukung ultimit 2564.1 ton dengan penurunan 24.20 mm. Dari
hasil ini akan dicari selisih dari perhitungan metode konvensional (Reese &Wright) dan dimodelkan
pada program PLAXIS 2D. Hasil selisih daya dukung antara metode konvensional reese & wright
interpretasi metode chin sebesar 1141.1 ton. Selisih yang sangat besar ini terjadi karena efek dari
tanah pasir tersementasi itu sendiri dan pada pemodelan program PLAXIS 2D beban ultimit yang
dapat dipikul tiang adalah sebesar 2266.3 ton. Tanah pada lokasi proyek sangatlah bagus dan kuat
namun jika daya dukung ultimit dilewati maka tanah akan slip/lolos maka dari itu penentuan FK
pada tanah pasir tersementasi tidak boleh kecil.
Kata Kunci : Pondasi Tiang Bor, Loading Test, Tanah Pasir Tersementasi, PLAXIS 2D
i
ANALYTICAL STUDY OF BEARING CAPACITY OF BORED
PILE UNDER CEMENTED SOIL CASE STUDY : PONDOK
INDAH MALL 3 & OFFICE TOWER, SOUTH OF JAKARTA
BUILDING PROJECT
George Joshua Widjaja
2013410096
ABSTRACT
Civil buildings that stand majestically around the world have a crucial element that is the
foundation. In this research used type of foundation of bored pile which have been constructed and
have result of loading test which loaded at project of Pondok Indah Mall 3 & Office Tower, South
of Jakarta. The land surrounding the project consists of a saturated sand soil that is very strong soil
and can support very high loads. The results of loading test interpretation with chin method obtained
ultimate support capacity of 2564.1 tons with a settlement of 24.20mm. From this result will be
searched the difference from the calculation of conventional methods (Reese & Wright) and modeled
on PLAXIS 2D program. The result of the difference in carrying capacity between the conventional
method of Reese & Wright and the interpretation of chin method by 1141.1 tons. This enormous
difference occurs because of the saturated sand soil itself and on the modelling of the PLAXIS 2D
program the ultimate load of bored pile is 2266.3 tons. Land on the project is very good and strong
but if the carrying capacity of ultimate is passed then the ground will slip/escape then the
determination of safety factor on the sand of saturated land should not be small.
Keywords : Bored Pile, Loading Test, Saturated Sand Soil, PLAXIS 2D Progra
ii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas cinta dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang STUDI
ANALITIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR PADA TANAH
TERSEMENTASI STUDI KASUS : PONDOK INDAH MALL 3 & OFFICE
TOWER, JAKARTA SELATAN
akademik dalam menyelesaikan studi tingkat S-1 (sarjana) di Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan.
Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini telah terkendala banyak
masalah. Namun berkat kritik, saran dan dorongan semangat dari berbagai pihak
maka akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan YME yang telah memberikan hikmah kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Siska Rustiani Irawan, Ir., MT., dan Bapak Soeryadedi Sastraatmadja,
Ir selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan perhatian, waktu,
tenaga dan membagikan ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini tanpa lelah dan tidak patah semangat
dalam membimbing penulis;
3. Bapak Prof Paulus Pramono Rahardjo, Ir., MSCE., Ph.D., Bapak
Budijanto Widjaja, Ph.D., Ibu Anastasia Sri Lestari, Ir., MT., dan Ibu Dr.
Rinda Karlinasari, Ir., MT., selaku dosen yang memberikan saran dan
kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lebih
baik;
4. Papih, Mamih, Garry, dan Gerald yang selalu memberikan dukungan dan
semangat terutama doa tiada henti sehingga penulis tetap semangat dalam
pengerjaan skripsi ini;
5. Devina Natalia Nugraha, S.E. yang telah menyemangati dan memarahi
penulis agar selalu menyicil skripsi ini.
6. Ryan Alexander Lyman, Felix Fernando Sukardi, Jericko Prakoso, Cavin,
Maria Yasinta, Mitzi Raneysa, Novaldi Purba, Yudha Astara, Tulus
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
v
2.5 Daya Dukung Pondasi Tiang Bor ........................................................ 2-11
2.6.3 Penentuan Nilai Berat Isi Tanah ( ) dan Nilai Berat Isi Tanah
Basah ( .............................................................................................. 2-19
vi
3.3 Pemodelan Material pada Program PLAXIS 2D ................................ 3-10
4.2.1 Korelasi Berat Isi Tanah Basah ( sat) dan Berat Isi Tanah ( unsat)
dengan Jenis Tanah ...................................................................................... 4-3
4.2.2 Penentuan Relatif Density Pada Tanah Pasir Tersementasi (Dr) ... 4-4
4.2.4 Korelasi Sudut Geser Dalam ( ) dengan Jenis Tanah ................... 4-7
vii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4. 7 Kurva Beban Penurunan Tiang Uji TP 1 .................................... 4-21
Gambar 4. 8 Hasil Interpretasi Loading Test Metode Mazurkiwiecz ................. 4-22
Gambar 4. 9 Grafis s/Q vs s ................................................................................ 4-23
Gambar 4. 10 Hasil Interpretasi Metode Chin .................................................... 4-24
x
DAFTAR TABEL
xi
Tabel 4. 8 Hasil korelasi Jenis Tanah dengan Angka ( dan
Efektif ( ............................................................................................................ 4-8
Tabel 4. 9 Tahanan Ujung (fs) Berdasarkan Nilai Su ........................................ 4-11
Tabel 4. 10 Tahanan Ujung (fs), Panjang Tiang (L), Keliling Tiang (p), Daya
Dukung Selimut (Qs) Metode Reese & Wright (1977) ...................................... 4-12
Tabel 4. 11 Hasil perhitungan nilai tahanan selimut pada tanah kohesif ........... 4-14
Tabel 4. 12 Hasil Perhitungan Nilai Tahanan Selimut Pada Tanah Non-Kohesif ....
............................................................................................................................ 4-15
Tabel 4. 13 Hasil Perhitungan Daya Dukung Selimut Dengan Metode
Reese (1999) ....................................................................................................... 4-15
Tabel 4. 14 Parameter Tanah dalam PLAXIS 2D .............................................. 4-18
Tabel 4. 15 Parameter Tiang Uji TP 1 ................................................................ 4-19
Tabel 4. 16 Hasil Loading Test 5 Siklik ............................................................. 4-21
Tabel 4. 17 Hasil Penurunan Dibagi Beban ....................................................... 4-22
Tabel 4. 18 Perbandingan Hasil Metode Mazurkiwiecz dan Metode Chin ........ 4-23
Tabel 4. 19 Perbandingan Daya Dukung Ultimit ............................................... 4-24
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bangunan sipil yang berdiri di seluruh dunia pasti mempunyai sebuah pondasi.
Pondasi merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan infrastruktur.
Tanpa adanya pondasi kegiatan pembangunan diatas tanah tidak mungkin berjalan
dengan baik karena tahap pembuatan pondasi dibutuhkan agar infrastruktur diatas
pondasi dapat berdiri kokoh menahan beban yang terjadi. Dalam perancangan
pondasi, data tanah sangat diperlukan untuk menentukan jenis pondasi apa yang
akan digunakan. Jenis pondasi terdiri dari pondasi dalam dan pondasi dangkal.
1-1
1-2
Pondasi tiang bor sudah menjadi hal umum saat kita membangun bangunan sipil.
Kondisi tanah pada setiap daerah mempengaruhi desain pondasi tiang bor pada
setiap bangunan maka dari itu perlu dilakukan analisis terhadap daya dukung dan
penurunan pada tiang bor dalam memikul beban struktur yang terjadi diatas
pondasi.
1. Meninjau daya dukung dan penurunan pondasi tiang bor pada proyek
Pondok Indah Mall 3 & Office Tower.
1. Studi Pustaka
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data berupa data uji lapangan loading test, data tanah
diperoleh dari pihak PT. Bauer Pratama Indonesia untuk memenuhi
persyaratan pemodelan pada program komputer PLAXIS 2D.
BAB 1: PENDAHULUAN
Bab 2 berisi tentang teori dan konsep yang digunakan untuk memperoleh jawaban
secara teoritis atas rumusan masalah.
Bab 4 berisi pengolahan data dan analisis data yang diperoleh dengan pemodelan
menggunakan metode konvensional dan pemodelan PLAXIS 2D.
Bab 5 berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan serta
saran dan ide dalam proses penyelesaian penelitan ini.
Studi dimulai dengan pengumpulan data sekunder didapat dari lembaga atau
institusi bersangkutan lalu melakukan studi pustaka mengeai teori-teori metode dan
manual program PLAXIS 2D. Berdasarkan data yang ada ditentukan lingkup
pembahasan dengan memodelkan tanah dengan program PLAXIS 2D. Analisis
1-5
dengan metode konvensional dilakukan untuk mencari daya dukung. Hasil uji yang
didapat dibandingkan dengan hasil uji lapangan berupa loading test. Kemudian
dilanjutkan dengan tahap terakhir yaitu melihat efek daya dukung dari tanah
tersementasi lalu menarik kesimpulan dan selesai.
1-6
Pada tahap perancangan suatu pondasi, salah satu aspek yang harus
dipertimbangkan adalah penggunaan jenis pondasi yang sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan tersebut berdasarkan kriteria dan metode sehingga diperoleh hasil dan
pilihan yang terbaik. Selain itu, pemilihan tersebut tidak terlepas dari evaluasi
kelayakan teknis dan perbandingan biaya untuk alternatif yang potensial. Berikut
ini merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam evaluasi dan
perbandingan biaya: keamanan (safety factor), kehandalan (realibility), kemudahan
konstruksi (constructability), dan ketahanannya di dalam tanah. Jenis pondasi
diklasifikan menjadi 2, yaitu:
1.
2. Pondasi dalam merupakan pondasi yang meneruskan beban bangunan ke
tanah keras/batu yang relatif jauh dari permukaan tanah. Contoh dari
pondasi dalam adalah pondasi sumuran dan pondasi tiang. Persyaratan dari
pondasi dalam adalah: 4.
1. Tanah pada bagian atas terlalu lemah dan atau beban struktur terlalu tinggi
sehingga memungkinkan pondasi dangkal (spread footing) terlalu besar.
Pondasi dangkal (spread footing) dikatakan tidak lagi ekonomis apabila
2-1
2-2
total luas area pada pondasi dangkal (spread footing) melampaui kurang
lebih sepertiga dari area kaki bangunan.
2. Tanah pada bagian atas menjadi sebuah subjek dalam penggalian.
3. Pondasi harus melewati penetrasi menuju air.
4. Diperlukan uplift capacity yang besar.
5. Diperlukan lateral load yang besar.
6. Apabila pada masa yang akan datang, terdapat penggalian yang berdekatan
dengan pondasi, sehingga akan merusak pondasi dangkal (shallow
foundation).
Berdasarkan kasus-kasus diatas, pondasi rakit (mat foundation) mungkin dapat
digunakan. Namun alternatif yang paling sering digunakan dalam menghadapi
kasus-kasus tersebut adalah pondasi tiang (deep foundation), (Coduto, 2011).
Pondasi tiang umumnya berfungsi sebagai elemen yang meneruskan beban kepada
tanah, baik beban dalam arah vertikal maupun horizontal. Namun tidak sebatas itu
saja, dalam penerapannya fungsi pondasi sangat banyak untuk memecahkan
masalah - masalah lain diantaranya:
1. Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah pondasi tiang yang dibuat dengan cara dicetak
terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tanah hingga mencapai
kedalaman tertentu. Metode memasukkan pondasi tiang ke dalam tanah,
pada umumnya dengan cara memukul kepala tiang berulang-kali dengan
palu khusus. Proses pemukulan berulang kali ini disebut pemancangan
tiang. Proses penanaman tiang pancang tidak terpaku dengan cara dipukul
berulang kali, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan proses
penggetaran tiang dan penekanan secara hidrolik. Pondasi tiang yang
dipancang umumnya mengalami desakan pada tanah, sehingga tegangan
kontak antara tanah dengan selimut pondasi tiang relatif lebih besar
dibandingkan dengan pondasi tiang bor.
2-4
2. Tiang Bor
Pondasi tiang bor adalah pondasi yang dikonstruksikan dengan cara
membuat lubang terlebih dahulu pada tanah dengan diameter tertentu
berdasarkan kedalaman yang diinginkan. Pada umumnya, tulangan yang
telah dirangkai dimasukkan dalam lubang tersebut, dan diikuti dengan
pengisian material beton (pengecoran) ke dalam lubang yang telah dibuat.
Perbedaan pada kedua tiang ini disebabkan oleh mekanisme pemikulan beban yang
relatif berbeda, sehingga secara empirik menghasilkan daya dukung yang relatif
berbeda, pengedalian mutu yang berbeda, dan cara evaluasi yang berbeda pula
untuk kedua jenis pondasi tiang tersebut. (GEC, 2013)
Berikut ini beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh suatu pondasi
tiang:
Pondasi tiang bor (bored pile) merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam.
Pondasi tiang bor adalah pondasi yang pada awal pemasangannya dilakukan dengan
cara mengebor tanah terlebih dahulu. Pondasi tiang bor dipasang ke dalam tanah
dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, kemudian diisi tulangan dan dicor
beton. Tiang ini umumnya digunakan pada tanah yang stabil dengan menggunakan
alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding
lubang. Pipa tersebut kemudian ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada
tanah yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk
menambahkan tahanan dukung ujung tiang.
1. Besarnya reduksi kuat geser tanah akibat cara pemboran yang berbeda.
2-6
10. Ukuran diameter pada pondasi tiang bor sudah dapat dibuat dengan
diameter 0,5 m hingga 6 m.
11. Tidak ada resiko penyembulan (heaving). (Coduto, 2011), (GEC, 2013)
5. Pengecoran beton bukan pada kondisi ideal, dimana kondisi tersebut tidak
dapat segera diperiksa.
6. Berbahaya apabila terjadi tekanan artesis, karena tekanan ini dapat
menerobos ke atas.
Jenis tanah pada lapangan sangat bervariasi, ada yang bercampur dengan zat lain
tergantung dengan keadaan lapangan sebelumnya. Salah satu jenis tanah di
lapangan yang sering terjadi adalah bercampurnya partikel zat kimia, tanah ini
disebut sebagai tanah tersementasi. Tanah tersementasi memiliki karakteristik yang
sangat keras dan sangat kuat, seperti contoh tanah tersementasi seukuran tangan
tidak dapat ditumbuk menjadi bubuk atau partikel tanah tersendiri hanya dengan
tekanan jari, berbeda dengan karakteristik tanah biasanya.
Pasir tersementasi banyak ditemukan di seluruh wilayah dunia dan salah satu
ciri khasnya adalah kemampuan mereka berdiri di lereng alami yang curam.
Sementasi di pasir terjadi karena bercampurnya sejumlah kecil zat seperti silika,
silika hidrat, oksida besi hidrokarbon dan karbonat yang diendapkan. Pasir
tersementasi juga dapat terbentuk dari campuran tanah pasir dan tanah lempung.
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Cough et al. akan dipakai sebagai
korelasi parameter tanah pada penelitian ini, berikut grain size yang dipakai sebagai
sampel oleh Cough et al.
2-9
Maka hasil dari pengujian Cough et al grafik mendapatkan sudut geser tanah
dan kuat geser tanah dapat ditarik melalui korelasi nilai relative density.
2-10
Gambar 2. 2 Korelasi Kuat Geser Tanah dengan Relative Density untuk Pasir Tersementasi
(Sumber : Cough et al. 1981)
Gambar 2. 3 Korelasi Sudut Geser Tanah dengan Relative Density untuk Pasir Tersementasi
(Sumber : Cough et al. 1981)
2-11
Salah satu faktor penting dalam merencanakan pondasi adalah daya dukung. Daya
dukung pondasi menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat
pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang
bidang gesernya. Ada beberapa metode dalam perhitungan daya dukung pondasi
tiang bor. Daya dukung pondasi tiang bor mengikuti rumus umum yaitu:
(2.1)
dimana:
Qu = daya dukung ultimit tiang (ton)
Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (ton)
Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton)
W = berat pondasi tiang (ton)
Dalam perhitungan daya dukung ultimit tiang bor diperlukan nilai daya
dukung ujung tiang (Qp) dan daya dukung selimut tiang (Qs). Nilai tersebut dapat
diperoleh dengan beberapa metode. Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini
difokuskan kepada dua metode yaitu Metode Reese & Wright (1977) dan Metode
(1999).
Daya dukung ujung pondasi tiang bor dinyatakan dalam rumus yaitu:
(2.2)
dimana:
Qp = Daya dukung ultimit tiang (ton)
qp = Tahanan ujung per satuan luas (ton/m2)
A = Luas penampang tiang bor (m 2)
Untuk nilai dari daya dukung ujung tiang diperoleh dari dua metode berikut:
2. Metode (1999)
Pada metode ini perhitungan daya dukung ujung disebut sebagai metode
FHWA. Metode ini membagi material menjadi 4 bagian yaitu tanah kohesif,
tanah non-kohesif, material kohesif intermediate geomaterials (IGM), dan
material non-kohesif intermediate geomaterials (IGM). Dalam penelitian
kali ini digunakan 2 kategori yaitu tanah kohesif dan tanah non-kohesif.
Berikut perhitungan berdasarkan kategori tersebut:
1. Tanah Kohesif
Pada tanah kohesif, tahanan ujung menggunakan persamaan:
(2.3)
dimana:
(2.4)
(2.5)
dimana:
Ir = Rigidity index tanah
Es = Modulus young tanah
Su = Kuat geser tanah tak teralir
2-13
Tabel 2. 2 Nilai Es/Su pada tanah kohesif dari uji Triaxial UU dan nilai
(Sumber : , 1999)
2. Tanah Non-Kohesif
Untuk kategori ini, jika penurunan <5% dari diameter dasar tiang
maka ada rekomendasi nilai tahanan ujung seperti Tabel 2.2 berikut:
(Sumber : , 1999)
(2.7)
Jika L < 10 m
2-14
(2.8)
Dalam perhitungan daya dukung selimut tiang pada tanah homogen dapat dituliskan
dalam bentuk rumus:
(2.9)
dimana:
Qs = Daya dukung selimut tiang (ton)
fs = Gesekan selimut tiang (ton/m2)
L = Panjang tiang (m)
p = Keliling penampang tiang (m)
Berikut penentuan nilai berdasarkan kedua metode yang dipakai:
2. Metode (1999)
1. Tanah Kohesif
Pada jenis tanah kohesif, penentuan nilai daya dukung selimut tiang
bergantung pada variasi nilai kuat geser tanah. Berdasarkan
penelitian dari hasil pengujian tiang bor yang terinstrumentasi,
ditemukan bahwa nilai factor adhesi, tidak konstan seperti yang
disarankan oleh Reese & Wright (1977), sehingga
menyarankan nilai adhesi dengan persamaan sebagai berikut:
untuk (2.11)
dimana:
= Kuat Geser tanah
= Tekanan Atmosfer
2-16
2. Tanah Non-Kohesif
Untuk unit tahanan selimut pondasi tiang bor pada tanah non-kohesif
/ pasir sama dengan pondasi tiang pancang metode Beta , yang
juga diadopsi AASHTO (2007) dan FHWA (1999), yaitu:
(2.13)
Dengan nilai sesuai ketentuan sebagai berikut:
(2.14)
(2.15)
(2.19)
(2.20)
dimana:
(2.21)
(2.23)
Material tanah merupakan salah satu objek yang terpenting untuk mendesain dan
menganalisa dalam ilmu Geoteknik. Jenis dan parameter tanah bisa didapatkan
dengan kombinasi uji lapangan dan uji laboratorium pada daerah yang dilakukan
uji.
Dikarenakan tanah merupakan material berpartikel, hal ini alami untuk
mengetahui ukuran partikel dan efek dari sifat tanah tersebut. ASTM (American
Society for Testing and Materials) mempublikasikan klasifikasi tanah berdasarkan
ukuran yang dapat dilihat dalam Tabel 2.3. Klasifikasi tanah dari ASTM ini sering
secara umum dipakai oleh geoteknikal engineer.
2-18
Menurut Tabel 2.3, terdapat 2 pembagian jenis tanah yaitu tanah berbutir
kasar (kerikil dan pasir) dan tanah berbutir halus (lanau dan lempung). Tanah
digolongkan dalam butiran kasar jika lebih dari 50% tertahan di atas saringan no.
200. Sementara itu tanah digolongkan berbutir halus jika lebih dari 50% lolos dari
saringan no. 200. Selanjutnya klasifikasi yang lebih detail lagi dapat menggunakan
tabel USCS.
Parameter tanah kuat geser tak teralir (Cu/Su) untuk tanah berbutir halus dapat
ditentukan dengan korelasi nilai N-SPT. Korelasi tersebut didapatkan dari grafik
berikut:
Parameter sudut geser dalam pada tanah didapat dari hasil korelasi nilai N-SPT.
Kelas ( )(º)
Tipe Deskripsi Tanah
(USCS)
2.6.3 Penentuan Nilai Berat Isi Tanah ( ) dan Nilai Berat Isi Tanah
Basah (
Perbandingan antara berat massa tanah dengan volume isi tanah adalah berat isi
tanah ( ), sedangkan perbandingan antara berat tanah jenuh air dengan isi
tanah seluruhnya yaitu berat isi tanah jenuh air ( ).
(2.24)
(2.25)
(2.26)
2-20
dimana:
= Berat isi tanah (kN/m3)
W = Berat tanah (kN)
V = Volume tanah (m3)
Rumus diatas dapat dipergunakan jika data didapat dari uji laboratorium,
Stroud (1977) telah mengembangkan korelasi antara nilai N-SPT dengan modulus
terkekang dari pengujian konsolidasi dalam bentuk persamaan:
(2.27)
Untuk tanah pasir, Kulhawy & Mayne (1990) memiliki parameter modulus
Young sebagai berikut:
Pasir bercampur butir halus
(2.28)
Pasir bersih NC
(2.29)
Pasir bersih OC
(2.30)
(2.34)
dimana:
Eu = Modulus tanah undrained (kg/cm2)
= Modulus tanah aksen (kg/cm 2)
Tabel 2.6 berikut menunjukan nilai koefisien permeabilitas per satuan waktu, nilai
koefisien ini didapatkan dengan korelasi dengan jenis tanah.
Tabel 2. 8 ( (
Tabel 2. 9 Hubungan antara Kepadatan, Relative Density, Nilai N-SPT, qc dan Pada Tanah
Pasir
3.
ditentukan.
4. Beban ultimate 2.9.
5. Setelah didapatkan nilai beban ultimit, maka dilakukan reduksi dengan cara
membagi nilai beban ultimit dengan kisaran nilai 1.2 hingga 1.4.
Dalam pemodelan di bidang geoteknik, ada beberapa macam program yang dapat
digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis dan mendesain. Salah satunya
program komputer plaxis yang berbasis pada metode elemen hingga. Program ini
menerapkan metode antarmuka grafis yang baik dan mudah digunakan sehingga
dapat dipelajari secara cepat tanpa ada pelatihan khusus. Kondisi lapangan yang
didapat dan dimasukkan kedalam program PLAXIS 2D diharapkan dapat diolah
dan mengeluarkan output yang mendekati untuk digunakan pada kondisi lapangan
tersebut.
Pemodelan elemen hingga dalam program ini dibagi menjadi 2 jenis elemen,
yaitu elemen segitiga 6 nodal dan 15 nodal. Elemen segitiga 6 nodal dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah geotek yag lebih sederhana seperti
kestabilan dan deformasi. Sedangkan elemen segitiga 15 nodal dapat memberikan
distribusi tegangan dan regangan yang merata pada elemen tersebut, hal ini sangat
berguna dalam menyelesaikan permasalahan geotek yang lebih kompleks.
Program komputer PLAXIS 2D ini terdiri dari empat buah sub-program yaitu
masukan, perhitungan, keluaran, dan kurva. Output yang dikeluarkan dari program
PLAXIS 2D ini menyajikan tabel dan grafik dari potongan melintang dari hasil
analisis input. Dengan begitu respon yang dihasilkan dari program dapat
diasumsikan sebagai cerminan dari kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.
3-1
3-2
Pada gambar 3.1 diperlihatkan dalam mengisi nama file, memilih model
permasalahan dan memilih jumlah nodal dalam satu elemen. Pemodelan dari
masalah yang dihadapi untuk dua dimensi dapat dimodelkan sebagai plane strain
dan axisymmetry. Plane strain merupakan pemodelan mengenai regangan pada
salah satu arah. Sedangkan axisymmetry merupakan pemodelan masalah yang dapat
dinyatakan dalam suatu bidang yang mewakili situasi kenyataan. Pemilihan jumlah
node dipakai 15 node agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
2. Plates Properties
Data yang dimasukan adalah Material Set (Nama Jenis Plate, Tipe
Material): Properties (Kekakuan Aksial, Kekakuan Lentur, Diameter,
Berat, dan Poisson Ratio)
3. Anchor Properties
Input yang dilakukan adalah memilih tipe material dari jangkar, kekakuan
aksial dari jangkar tersebut, dan jarak antar jangkar.
4. Mesh Generation
Mesh Generation merupakan menu untuk membagi geometri menjadi
beberapa elemen. Ada 3 macam komponen dalam mesh elemen hingga,
yaitu:
a. Elements
Saat mesh generation, clusters dibagi-bagi menjadi elemen-elemen
segitiga. Elemen segitiga yang langsung digunakan adalah elemen 6
nodal. Pilihan lainnya adalah elemen 15 nodal yang digunakan untuk
menghasilkan perhitungan lebih akurat daripada elemen 6 nodal,
tetapi waktu yang dibutuhkan lebih lama.
b. Nodes
Elemen segitiga 15 nodal terdiri atas 15 nodal dan elemen segitiga 6
nodal terdiri dari 6 nodal. Saat perhitungan elemen hingga, peralihan
dihitung pada titik-titik tersebut. Titik tersebut dipergunakan untuk
menghitung besarnya pergeseran tanah baik horizontal maupun
vertikal pada tanah.
c. Stress Ratio
Berbeda dengan perhitungan peralihan, perhitungan tegangan
dilakukan pada stress points bukan pada nodal. Sebuah elemen 15
nodal terdiri atas 12 stress points dan sebuah elemen nodal terdiri
atas 3 stress points. Stress points dapat digunakan untuk
menggambar kurva tegangan-regangan.
Pada Gambar 3.6 ditampilkan parameter input. Langkah yang dilakukan adalah:
1. Stiffnes yaitu nilai dari suatu Modulus Young (E) dan nilai dari Poisson ratio
2. Strength yaitu nilai kohesi (c) dan nilai sudut geser dalam ( )
Berikut ini adalah rumus dari parameter-parameter yang akan diinput:
a. Modulus Young (E) adalah modulus yang menunjukkan adanya hubungan
antara tegangan dan regangan.
(3.1)
dimana:
3-8
b. Poisson R 1 dan
c. Kohesi (c)
Kohesi adalah suatu parameter dari kekuatan tanah. Untuk kekuatan
tanah pasiran kohesi bernilai 0.
d. Eoed
Merupakan kekakuan berdasarkan Modulus Young dan Hukum Hooke
yang dalam penggunaannya melibatkan elastisitas isotropic dan Poisson
Ratio.
(3.3)
Setelah melewati proses material set, langkah selanjutnya adalah melakukan drag
material tersebut kedalam gambar.
Setelah seluruh lapisan dalam pemodelan telah diberi parameter tanah, langkah
selanjutnya adalah melakukan Generate Mesh. Generate Mesh berguna untuk
mengaplikasikan metode elemen hingga. Untuk mengatur besar kecilnya mesh
dapat dilakukan dengan mengakses menu Mesh-Global coarseness kemudian
pilihlah Fine dan ulangi mengklik toolbar Generate Mesh lalu klik Update.
3-9
Initial Condition adalah kondisi awal yang harus ditentukan yang terdiri dari dua
keadaan yaitu keadaan tekanan air awal (initial water pressure) dan tekanan tanah
awal (initial effective stress field).
Langkah berikutnya adalah memilih pilihan menu generate water pressure yang
dapat diklik di ikon seperti gambar diatas dan pilih phreatic level, kemudian oke.
Untuk memproses analisis klik calculate.
yaitu short term (jangka pendek) dan long term (jangka panjang). Keadaan short
term merupakan keadaan dimana pemodelan yang dilakukan ingin melihat hasil
dari pemodelan dalam jangka waktu yang segera (kurang dari 1 tahun) . Sedangkan
keadaan long term pemodelan yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama (lebih
dari 1 tahun).
Pemodelan pada masing masing jangka waktu ini, analisa yang digunakan
dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Undrained type C, Undrained type B, Undrained
type A, dan Drained. Berikut penjelasan masing- masing tipe pemodelan:
1. Undrained type C
Pada tipe analisa ini, biasa disebut dengan Total Stress Undrained Analysis
(TSUA). Tipe analisis ini mengasumsikan air dan tanah dianggap satu material,
dimana keadaan ini dianggap pada keadaan lapangan tidak terganggu
(undisturbed) oleh aktivitas manusia atau alami. Tipe analisis ini hanya berlaku
pada tanah lempung dan lanau. Dalam melakukan input pada program PLAXIS
2D, muka air tanah tidak dimasukan dengan begitu tidak ada tekanan air pori.
Penggunaan tipe analisa digunakan dengan keadaan short term. Parameter tanah
yang digunakan pada tipe ini terdapat pada tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Parameter yang digunakan pada Undrained tipe C (Material Model Plaxis 2017)
2. Undrained type B
Pada tipe analisa ini, biasa disebut dengan Effective Stress Undrained Analysis
type B (ESUA type B). Tipe analisis ini mengasumsikan air dan tanah
3-12
merupakan beda material. Tipe analisis ini hanya berlaku pada tanah lempung
dan lanau. Dalam melakukan input pada program PLAXIS 2D, muka air tanah
dimasukan. Penggunaan tipe analisa digunakan dengan keadaan short term.
Parameter tanah yang digunakan pada tipe ini terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Parameter yang digunakan pada Undrained tipe B (Material Model Plaxis 2017)
3. Undrained type A
Tipe analisa ini, biasa disebut dengan Effective Stress Undrained Analysis type
A (ESUA type A). Analisis ini mengasumsikan air dan tanah merupakan beda
material. Tipe analisis ini hanya berlaku pada tanah lempung dan lanau. Dalam
melakukan input pada program PLAXIS 2D, muka air tanah dimasukan.
Penggunaan tipe analisa digunakan dengan keadaan short term. Perbedaan
dengan Undrained type B ada pada parameter tanah yang terdapat pada tabel
3.10.
3-13
Tabel 3. 3 Parameter yang digunakan pada Undrained tipe A (Material Model Plaxis 2017)
4. Drained
Tipe analisa ini, biasa disebut dengan Effective Stress Drained Analysis
(ESDA). Analisis ini mengasumsikan air dan tanah merupakan beda material.
Tipe analisis ini hanya berlaku pada tanah lempung, lanau, dan pasir. Dalam
melakukan input pada program PLAXIS 2D, muka air tanah dimasukan.
Penggunaan tipe analisa digunakan dengan keadaan long term. Parameter tanah
yang digunakan pada tipe ini terdapat pada tabel 3.4.
Tabel 3. 4 Parameter yang digunakan pada Drained (Material Model Plaxis 2017)
BAB 4
DATA DAN ANALISIS
Penelitian ini menggunakan data dari proyek Pembangunan Pondok Indah Mall 3
& Office Tower. Proyek ini terletak di Jakarta Selatan. Analisis tiang TP 1 yang
ditinjau memiliki kedalaman 31.05 m dan diameter 1.2 m.
Data tanah yang digunakan untuk pengujian tiang bor memakai data tanah
DB 1 yang mewakili karakteristik tanah disekitar tiang uji. Berikut denah proyek.
Gambar 4. 2 Denah Titik Pemboran Pondok Indah Mall 3 & Office Tower, Jakarta Selatan
4-1
4-2
4.2.1 Korelasi Berat Isi Tanah Basah ( sat) dan Berat Isi Tanah ( unsat)
dengan Jenis Tanah
Penentuan parameter berat isi tanah basah ( sat) dan berat isi tanah ( unsat) yang
sebelumnya telah dibahas pada subbab 2.6.3 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
4-4
Tabel 4. 2 Korelasi Berat Isi Tanah ( unsat) dan Berat Isi Tanah Basah ( usat) pada Jenis Tanah
sat unsat
Kedalaman Tanah (m) Jenis Tanah
(kN/m3) (kN/m3)
0.00 2.00 MH (CLAYEY SILT) 17 16
2.00 - 12.50
CH (CLAY) 16 15
(mat 7.5)
12.50 - 15.50 ML (SILTY CLAY) 17.5 16.5
Untuk tanah pasir tersementasi di kedalaman 21.5 meter sampai 23 meter, 24.5
meter sampai 27.5 meter, 30.5 meter sampai 33.5 meter dan 42.5 sampai 45.5
disajikan dalam Tabel 4.3 berikut:
4-5
Tabel 4. 3 Korelasi Relative Density (Dr) Dengan N-SPT Pada Tanah Pasir
N-SPT wśśśśśśś
Kedalaman Tanah (m) Jenis Tanah
ś śśśśśś (%)
21.50 23.00 ML (CEMENTED SILT) 58 92.8
Penentuan kuat geser tak teralir pada subbab ini dilakukan dengan pendekatan teori
Kulhawy & Mayne (1990) yaitu 6 x N-SPT pada tanah kohesif. Hasil dapat dilihat
pada Tabel 4.3 dibawah ini.
2.00 - 12.50 9
CH (CLAY) 54
(mat 7.5)
12.50 - 15.50 ML (CLAYEY SILT) 23 138
Tabel 4.4 Korelasi N-SPT dengan Kuat Geser Tanah (Su) (Lanjutan)
Su
Kedalaman Tanah (m) Jenis Tanah N-SPT
(kN/m2)
Hasil korelasi Sudut Geser Dalam hanya terjadi pada pasir yaitu sebesar 38 o untuk
digunakan dalam pemodelan PLAXIS 2D sebagai kebutuhan parameter. Sedangkan
sudut geser tanah pasir tersementasi dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 4. 7
E
Kedalaman Tanah N-SPT
Jenis Tanah
(m) (kN/m2) (kN/m2)
E
Kedalaman Tanah N-SPT
Jenis Tanah
(m) (kN/m2) (kN/m2)
4.2.6
Tabel 4. 8 (
Tabel 4.8 (
(Lanjutan)
Nilai kx dan ky didapat dari hasil korelasi dengan jenis tanah. Dalam penelitian kali
ini digunakan keadaan jangka pendek (short term) sehingga nilai dari kx dan ky
adalah 0.
4-10
Dalam menentukan daya dukung sebuah tiang bor banyak cara yang dapat dipakai.
Ada beberapa metode yang membahas pondasi tiang bor seperti yang dipakai dalam
penelitian ini yaitu metode Reese & Wright (1977) dan metode
(1999) yang dikategorikan kedalam metode konvensional atau metode yang sering
dipakai.
Dalam menentukan daya dukung ultimit (Qu) dari sebuah tiang bor perlu dicari
daya dukung ujung (Qp) dan daya dukung selimut (Qs) dari tiang tersebut
berdasarkan jenis tanah yang digunakan. Reese & Wright dalam penelitiannya
menentukan beberapa syarat agar daya dukung ultimit tiang bor dapat dicari dengan
berbagai kondisi tanah. Rumus umum yang digunakan dalam mencari daya
duukung ultimit tiang bor adalah sebagai berikut:
(4.1)
\ Dalam mencari Qp, nilai tahanan ujung (qp) perlu ditentukan agar daya
dukung ujung dapat dicari. Penentuan nilai tahanan ujung ditentukan berdasarkan
jenis tanah yang dipakai tiang bor. Dalam penelitian ini tiang bor yang tertanam
sedalam 31.05 meter dan berdasarkan Tabel 4.1 jenis tanah yang dipakai adalah
tanah non-kohesif. Nilai tahanan ujung (qp) untuk tanah non-kohesif didapat dari
hasil korelasi yang dijelaskan pada bab 2. Dari hasil korelasi N-SPT didapat nilai
tahanan ujung (qp) sebesar 32 tsf atau 34.4448 kg/cm2 setelah dikonversi.
Selanjutnya mencari nilai Qp dengan menentukan besarnya luas penampang
(A) dari tiang bor yang dipakai. Diameter dari tiang bor yang dipakai dalam proyek
ini sebesar 1.2 meter. Berikut adalah perhitungan dari luas penampang (A) tiang
bor dan dilanjutkan perhitungan daya dukung ujung (Qp) tiang bor.
4-11
Setelah didapat daya dukung ujung (Qp) maka dilanjutkan dengan mencari
daya dukung selimut (Qs). Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari
tahanan selimut (fs) tiap lapisan pondasi berdasarkan jenis tanah yaitu 0.55 x Su
untuk tanah kohesif dan untuk tanah kohesif memakai korelasi grafik pada subbab
2.3.1, lalu parameter panjang lapisan (L) dan keliling penampang (p) yaitu
dicari untuk dimasukkan kedalam formula mencari daya dukung selimut (Qs).
Berikut Tabel 4.6 menyajikan hasil korelasi terhadap tahanan selimut dan hasil
perhitungan daya dukung selimut tiang bor.
0.00 2.00 11 66 37
2.00 - 12.50 9 30
54
(mat 7.5)
Dapat diketahui daya dukung selimut (Qs) untuk tiap lapisan tanah.
Tabel 4. 10 Tahanan Ujung (fs), Panjang Tiang (L), Keliling Tiang (p), Daya Dukung Selimut
(Qs) Metode Reese & Wright (1977)
fs L P Qs
Kedalaman Tanah (m)
(kN/m2) (m) (m) (ton)
37 2 3.77 29
0.00 2.00
2.00 - 12.50 30 11.5 3.77 133
(mat 7.5)
76 3 3.77 88
12.50 - 15.50
63 1.5 3.77 37
15.50 - 17.00
80 3 3.77 93
17.00 - 20.00
94 1.5 3.77 55
20.00 - 21.50
Total dari penjumlahan daya dukung selimut (Qs) untuk tiang bor ini sebesar
1033 ton. Hasil daya dukung ujung yang telah didapat pada perhitungan
sebelumnya sebesar 389.56 ton.
Daya dukung ultimit (Qu) dapat dihitung setelah daya dukung ujung (Qp)
dan daya dukung selimut (Qs) didapat, maka hasil daya dukung ultimit (Qu)
diperoleh dengan formula berikut:
Daya dukung ultimit untuk tiang bor yang didapat dengan perhitungan
metode Reese & Wright adalah sebesar 1423 ton.
Dalam metode ini perhitungan daya dukung ultimit (Qu) sama seperti metode
sebelumnya namun parameter dan formula untuk daya dukung ujung (Qp) dan daya
dukung selimut (Qs) berbeda.
Pada Tabel 4.1 jenis tanah pada lapisan bawah adalah tanah non-kohesif,
maka penentuan nilai unit tahanan ujung didapat dari hasil korelasi pada Tabel 2.2
dengan rekomendasi penurunan sebesar < 5%. Pada Tabel 2.2 dijelaskan bahwa,
jika nilai N60, yaitu nilai koreksi N-SPT bernilai 0 50, maka nilai tahanan ujung
pondasi (qp) bernilai 57.5xN60 dan nilai tahanan ujung pondasi jika nilai N60 adalah
batas atas, maka nilai tahanan ujung pondasi (q p) adalah 2.9 MPa.
Dalam koreksi N-SPT diatas didapat N60 sebesar 35 yaitu terletak diantara
angka 0 50, sehingga sesuai Tabel 2.2 nilai tahanan ujung (qp) adalah sebesar 57.5
x N-SPT.
4-14
0.00 2.00 11 66 37
2.00 - 12.50 9 30
54
(mat 7.5)
12.50 - 15.50 23 138 76
Sedangkan untuk tanah non-kohesif, nilai tahanan selimut didapat dari perhitungan
memakai metode beta ( ) dimana formula yang dipakai adalah
4-15
Penentuan nilai dengan tinggi tiap lapisan dan beta seperti penjelasan
pada subbab 2.3.2.
Setelah didapat nilai tahanan selimut (fs) tiap lapisan maka dilanjutkan
dengan perhitungan daya dukung selimut (Qs) tiap lapisan. Berikut Tabel 4.8
sebagai hasil perhitungan daya dukung selimut (Qs) untuk metode
(1999).
Tabel 4. 13 Hasil Perhitungan Daya Dukung Selimut Dengan Metode & Reese (1999)
fs L P Qs
Kedalaman Tanah (m)
(kN/m2) (m) (m) (ton)
37 2 3.77 28
0.00 2.00
2.00 - 12.50 30 11.5 3.77 130
(mat 7.5)
76 3 3.77 86
12.50 - 15.50
63 1.5 3.77 36
15.50 - 17.00
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Daya Dukung Selimut Dengan Metode & Reese
(1999) (Lanjutan)
fs L P Qs
Kedalaman Tanah (m)
(kN/m2) (m) (m) (ton)
Dari Tabel 4.8 diatas didapat daya dukung selimut (Qs) tiap lapisan, total
dari daya dukung selimut ini sebesar 1176 ton. Sebelumnya daya dukung ujung
(Qp) telah didapat sebesar 273.7 ton. Daya dukung ultimit (Qu) dapat dihitung
setelah nilai daya dukung ujung (Qp) dan daya dukung selimut (Qs) dicari, berikut
nilai daya dukung ultimit (Qu):
Pemodelan pada program ini dilakukan terlebih dahulu sesuai dengan kondisi
lapangan proyek dengan memasukkan parameter-parameter yang diperlukan.
Analisa pada program ini menggunakan pemodelan secara Effective Stress
Undrained Analysis type B (ESUA type B) untuk tanah lempung dan lanau,
sedangkan pemodelan secara Effective Stress Drained Analysis (ESDA) untuk
4-17
tanah pasir. Material model dalam pemodelan menggunakan Mohr Couloumb serta
Rinter sebesar 0.75. Model analisis ini menggunakan axisymmetry.
Pemodelan geometri yang dilakukan dengan kedalaman tanah yang
diketahui sedalam 50 meter dengan lebar tanah diambil 20 x diameter pondasi tiang.
Parameter
beton 24 kN/m3
Modulus Young 29725410 kN/m2
0.15
Rinter 1
Analisa pada pemodelan dilakukan dengan dua fase. Fase pertama dengan
tanpa beban dan penurunan tanpa beban (reset displacement to zero). Kemudian
fase kedua dengan mengaktifkan beban dan interface. Beban yang diberikan kepada
pemodelan pondasi adalah sebesar 250% BK (Beban Kerja) yaitu sebesar 1912.5
ton. Penurunan yang terjadi adalah sebesar 23.62 mm. Berikut Gambar 4.4 sebagai
hasil langkah fase yang dilakukan.
Beban yang sama diberikan sebesar 1912.5 ton pada metode Chin dan
penurunan yang terjadi sebesar 22.36 mm. Berikut Gambar 4.5 menunjukkan
penurunan memakai metode Chin dengan beban 250% BK.
Hasil yang didapat dari fase multiplier ini didapat penurunan sebesar 34.69 mm.
Hasil penurunan ini dimasukkan kepada formula y = 0.0003x + 0.0049 dimana y
adalah penurunan dan x adalah penurunan/beban. Didapatkan beban ultimit yang
dapat dipikul tiang uji TP 1 sebesar 2266.3 ton. Hasil dapat dilihat pada Lampiran
4.
Pembebanan pada proyek ini dilakukan sebanyak 5 siklik dengan beban setiap
siklik yaitu 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5 kali dari beban kerja sebesar 765 ton. Kurva beban
penurunan tiang uji TP 1 dapat dilihat pada tabel 4.11 dan gambar 4.6. Gambar
lengkap dapat dilihat pada lampiran.
10
15
20
25
Nilai C1 dan C2 didapat dari persamaan yang dikeluarkan grafis diatas yaitu
C1 = 0.0003 dan C2 = 0.0049. Daya dukung ultimit (Qu) dengan metode Chin
memakai formula 1/C1 sehingga didapatkan daya dukung ultimit (Qu) sebesar
3333.3 ton. Nilai daya dukung ultimit (Qu) yang didapat direduksi sebesar 1.3,
maka nilai daya dukung ultimit reduksi (Qf) adalah 2564.1 ton. Berikut Tabel 4.7
sebagai perbandingan hasil kedua metode interpretasi.
Didapatkan selisih daya dukung dengan dua metode konvensional dan dua
interpretasi loading test yang cukup besar. Hal ini terjadi karena efek dari tanah
pasir tersementasi yaitu pada penelitian ini adalah sebesar 708 ton didapat dari
selisih metode Reese &Wright dengan interpretasi hasil uji loading test
Mazurkiwiecz.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Analisa yang dilakukan pada bab 4 mengeluarkan hasil daya dukung ultimit yang
dihitung dengan berbagai metode. Metode Reese & Wright menghasilkan daya
dukung terkecil di penelitian ini yaitu sebesar 1423 ton dan hasil perhitungan
keadaan lapangan adalah interpretasi metode Mazurkiwiecz sebesar 2131 ton.
Lapisan -20.00 hingga -34.00 pada data borlog DB 1 menunjukan bahwa jenis
tanah berupa lanau kepasiran dan lanau tersementasi dengan konsistensi keras
sekali. Lapisan tanah tersementasi memiliki karakteristik yang sangat keras dan
sangat kuat. Tanah ini merupakan campuran tanah pasir dengan zat kimiawi
ataupun campuran tanah pasir dengan tanah lempung (Cough et al. 1981).
Hasil yang berbeda sangat besar diakibatkan oleh pengaruh tanah pasir
tersementasi pada lokasi proyek. Tanah pasir tersementasi adalah campuran tanah
pasir dengan berbagai zat kimia dilapangan, biasanya zat-zat yang terkandung
dalam tanah pasir tersementasi adalah zat silika, silika hidrat, oksida besi
hidrokarbon dan karbonat yang diendapkan, juga dapat terbentuk dari campuran
tanah pasir dan tanah lempung.
Tanah tersementasi memiliki karakteristik yang sangat keras dan sangat kuat,
seperti contoh tanah tersementasi seukuran tangan tidak dapat ditumbuk menjadi
bubuk atau partikel tanah tersendiri hanya dengan tekanan jari, berbeda dengan
karakteristik tanah biasanya.
Pada tanah tersementasi daya dukung yang didapat akan sangat besar dan
bagus namun jika daya dukung ultimit itu dilewati pondasi tiang akan slip atau
lolos. Efek dari tanah tersementasi di Proyek Pembangunan Pondok Indah Mall 3
& Office Tower adalah sebesar 708 ton. Hal ini membuktikan bahwa pada keadaan
lapangan daya dukung tanah tersementasi sangatlah besar dan bagus.
5-1
5-2
5.2 Saran
xiv
LAMPIRAN 1
DENAH PROYEK
L1-1
Lampiran 1. 2 Letak DB 1
L1-3