Makalah Anfar Rhodamin B Pada Lipstik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Makalah

ANALISIS FARMASI 1
“ANALISIS KADAR RHODAMIN-B PADA LIPSTIK”

OLEH

Nama : Yuningsih M. Ismail


Nim : 821416046
Kelas : B-S1 Farmasi 2016
Dosen : Mohamad Adam Mustapa S.Si.,M.Sc

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur hanya milik Allah SWT. Atas izin dan kuasa-Nya lah saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga shalawat serta salam kepada
Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Analisis Farmasi 1. Dalam penyelesaian makalah ini saya mendapatkan bantuan
serta bimbingan dari beberapa pihak. Terutama untuk dosen pembimbing mata
kuliah analisis farmasi 1 yaitu bapak Mohamad Adam Mustapa S.Si.,M.Sc dan
sumber-sumber literatur dan jurnal yang saya gunakan dalam makalah ini.
Saya cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah mendatang. Harapan saya semoga laporan ini dapat
bermanfaat.
Wasalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Februari 2018

Yuningsih M. Ismail
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
I.2.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1 Metode Penelitian
II.1 Instrumen yang dipakai
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan ilmu atau bidang yang berhubungan dengan seni
dan ilmu dalam penyediaan (pengolahan) bahan alam dan bahan sintetis
yang cocok dan dapat digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu
penyakit. Berbicara mengenai farmasi tentu sangat erat kaitannya dengan
ilmu-ilmu kimia karena dalam membahas farmasi dibutuhkan ilmu kimia
sebagai referensi penunjang dalam teori maupun praktek, terkhusus
pembahasan yang berhubungan dengan analisis.
Analisis Farmasi merupakan cabang ilmu yang berfokus pada analisis
cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi
kimiawi dari obat, obat tradisional, makanan, minuman dan kosmetik.
Dewasa ini, masyarakat terutama wanita dituntut untuk lebih menarik
dan sehat terutama dari segi penampilan. Bahkan, tidak sedikit dana yang
dialokasikan untuk pembelian produk kosmetik, salah satunya adalah
lipstik. Kini dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah
ditemukan zat warna sintetik, sehingga produsen kosmetik lebih memilih
zat warna sintetik.
Oleh karena itu pada makalah ini direview jurnal nasional dan
internasional yang membahas materi tentang adanya pewarna sintetik yang
terdapat dalam lipstik, bahasan khususnya adalah untuk mentukan adanya
kadar zat warna sintetik yaitu Rhodamin B yang terdapat dalam lipstik.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis kadar pewarna
sintetik yang terdapat dalam lipstik.
1.2.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis kadar pewarna
sintetik yaitu Rhodamin B yang terdapat dalam lipstik.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Rhodamin B
Rhodamin B merupakan salah satu zat warna yang biasa dipergunakan
dalam bidang industri kertas dan tekstil. Zat tersebut dapat menyebabkan
iritasi pada kulit dan saluran pernafasan serta merupakan zat yang bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan dalam konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan kerusakan hati.
Di Indonesia, peraturan mengenai pelarangan dan pembatasan zat
warna yang digunakan dalam kosmetika diatur melalui rupakan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 239/Men.Kes/Per/V/1985
mengenai Bahan Kosmetika dan Zat Warna Kosmetika, yang meliputi zat
warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.
Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Pengawasa Obat dan
Makanan No. 33086/C/SK/II/90 tentang zat warna tertentu yang
dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan kosmetika
terdapat beberapa zat warna yang dilarang penggunaannya, merupakan
pewarna untuk tekstil, dalam sediaan kosmetika karena berpengaruh buruk
untuk kesehatan. Zat warna tersebut salah satunya adalah Merah K10
(Rhodamin B, C.I.Food Red 15, D&C Red No.19)
II.2 Metode Penelitian
II.2.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Dalam 2 jurnal penelitian yang dilakukan perbandingan, yg diambil
hanya salah satu metode deskriptif dan analisa dilakukan dengan
menggunakan eksperimen laboratorium, dengan Kromatografi Lapis Tipis.
 Sampel
Ada 6 sampel lipstik yang digunakan dalam penelitian ini.
 Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan Uji
Sejumlah lebih kurang 500 mg cuplikan ditambah 4 tetes asam
klorida 4 M, ditambah 5 ml methanol, dilelehkan pada tangas air,
ditambah methanol sampai 10 ml dan disaring dengan kertas saring
berisi natrium sulfat anhidrat (A).
b. Pembuatan Larutan Baku
Sejumlah lebih kurang 5 mg pewarna Rhodamin B BP,
dilarutkan dalam 10 ml methanol (B). Sejumlah volume yang sama
larutan A dan B dicampur (C).
c. Cara Identifikasi
Larutan A,B dan C masing-masing ditotolkan secara terpisah dan
dilakukan Kromatografi Lapis Tipis sebagai berikut :
Fase diam : Silika Gel
Fase gerak :
1. Etil asetat-n-butanol- amonia (20:55:25)
2. Etil asetat-metanol-amonia ( 15:63) atau
(75:30:15)
3. n-propanol-amonia (90:10)
Penjenuhan : Dengan kertas saring
Vol.penotolan : A,B,C masing-masing 10ml
Jarak rambat : 15 cm
Penampak bercak :
1. Tanpa penampak bercak, Bercak berwarna merah
2. Dengan UV 254 : Bercak berfluoresensi kuning
II.2.2 Hasil yang diperoleh

Gambar 1. Kromatogram menggunakan eluen etil asetat + methanol + ammonia


Setelah dilakukan penelitian terhadap 6 sampel lipstik diperoleh 1
sampel lipstik yang mengandung Rhodamin B. Suatu senyawa yang
mengandung Rhodamin B akan mudah diamati. Secara visual akan
memberikan warna merar muda, dan jika dilihat dibawah sinar UV akan
berfluoresen berwarna merah orange.

Tabel 1. Harga RF beberapa Sampel Lipstik dengan Kromatografi


Lapis Tipis
Selain itu, untuk mengidentifikasi suatu senyawa dapat kita lakukan
dengan melihat harga Rf-nya. Identifikasi sahih dilakukan jika senyawa
yang dianalisis dibandingkan dengan senyawa pembanding dan dengan
campuran yang terdiri atas senyawa yang dianalisis dan senyawa
pembanding (cara spiking) pada lapisan yang sama.
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 6 sampel yang diperiksa 1 sampel
yang memberikan harga Rf-nya yang berdekatan dengan pembandingnya.
Sampel nomor harga Rf dari campuran sampel dan pembanding adalah 0,
dan harga Rf dari sampel sendiri adalah 0, . Jadi dapat disimpulkan bahwa
sampel no positif mengandung Rhodamin B. Rhodamin B adalah salah
satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunakan dalam kosmetika.
Apabila dipergunakan sebagai pewarna kosmetika dapat menimbulkan
iritasi pada kulit, serta menyebabkan kerusakan hati jika terpapar dengan
konsentrasi yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 6 (enam) sampel
lipstik, terdapat 1 (satu) sampel lipstick yang mengandung Rhodamin
B, karena dari 1 (satu) sampel tersebut memberikan harga Rf-nya yang
berdekatan dengan pembandingnya. Sampel nomor harga Rf dari
campuran sampel dan pembanding adalah 0, dan harga Rf dari sampel
sendiri adalah 0, . Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel no positif
mengandung Rhodamin B. Sedangkan jika dilihat secara visual akan
memberikan warna merah muda, dan jika dilihat dibawah sinar UV
akan berfluoresen berwarna merah orange.
2. Metode-metode yang dapat digunakan untuk menganalisa kandungan
pewarna sintetik Rhodamin B yaitu dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Kurniasih D, Apriady R. A, Rahmat H, Roto A. V dan Bolling B.
W. 2012. Polyphenols, Carotenoids, and Ascorbic Acid in Underutilized
Medicinal Vegetables. Journal of Functional Foods (4): 339-347.

Chebrolu K.K, Jayaprakasha G.K, Yoo K.S, Jifon J.L dan Patil B.S. 2012. An
Improved Sample Preparation Method for Quantification of Ascorbic Acid
and Dehydroascorbic Acid by HPLC. LWT-Food Science and Technology
(47): 443-449.

Cocetta G, Karppinen K, Suokas M, Hohtola A, Haggman H, Spinardi A, Mignani


I dan Jaakola L. 2012. Ascorbic Acid Metabolism during Bilberry
(Vaccinium Myrtillus L.) Fruit Development. Journal of Plant Physiology
(169): 1059-1065.

Dahlan M.S. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS Seri 1 Edisi 6.
Jakarta : Epidemiologi Indonesia.

Febrianti N, Yunianto I dan Dhaniaputri R. 2016. Kandungan Antioksidan Asam


Askorbat pada Buah-buahan Tropis. BioWallacea Jurnal Ilmiah Biologi
Vol. 2 (1): 1-5.

Herbig A.L dan Renard C.M.G.C. 2017. Factors that Impact The Stability of
Vitamin C at Intermediate Temperatures in a Food Matrix. Food
Chemistry (220): 444-451.

Louarme L dan Billaud C. 2012. Evaluation of Ascorbic Acid and Sugar


Degradation Products during Fruit Dessert Processing Under
Conventional or Ohmic Heating Treatment. LWT- Food Science and
Technology (49): 184-187.

Rojas A.M dan Gerschenson L.N. 2001. Ascorbic Acid Destruction in Aqueous
Model Systems: An Additional Discussion. Journal of The Science of Food
and Agriculture (81): 1433-1439.

Ruiz B.G, Roux S, Courtois F dan Bonazzi C. 2016. Spectrophotometric Method


for Fast Quantification of Ascorbic Acid and Dehydroascorbic Acid in
Simple Matrix for Kinetics Measurements. Food Chemistry (211) : 583-
589.

Anda mungkin juga menyukai