Jurnal 4 Anfar

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Analisis Rhodamin B Pada Lipstik Yang

Beredar Di Pasar Kota Manado


Kelompok 1
Aisyah Rosmaulaya
Amelia Sefianawati
Boki Septiyani M
Fathial Hasni R. N
Riska Febriani
Vania Febri A
Pendahuluan

Di zaman modern ini penggunaan kosmetik untuk


menanmbah estetik semakin meningkat. Salah satu
produk kosmetika yang sering digunakan
khususnya bagi para wanita yaitu lipstik.
lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik
sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata
rias wajah, etapi tidak boleh menyebabkan iritasi
pada bibir. (Mukaromah, 2008).
Bahan-Bahan Utama Dalam Lipstik
 Lilin
 Minyak
 Lemak
 Acetoglycerides
Pewarna Pada Lipstik Berdasarkan Sumbernya
 Zat-zat pewarna Ada 2 yaitu,
 Surfaktan 1. Pewarna Alami
 Antioksidan Merupakan zat warna yang diperoleh dari akar, bunga dan
 Bahan pengawet buah. Seperti zat warna hijau dari daun suji dan zat warna orange
 Bahan pewangi dari wortel.

2. Pewarna Sintetis
Sedangkan pewarna sintetis berasal dari reaksi antara dua atau
lebih senyawa kimia contohnya seperti rhodamin B.
Rhodamin B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan
berbahaya serta dilarang untuk digunakan sebagai zat pewarna makanan
dalam atau kosmetik Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
239/MenKes/Per/V/Tahun 1985 tentang Zat Warna Tertentu yang
Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya.

Rhodamin B
Rhodamin B
Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil dan kertas. Rodamin B
merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam
bentuk larutan berwarna merah terang berpendar (berfluoresensi). Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi
pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin
dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
Penggunaan rhodamin B tentunya berbahaya bagi kesehatan. Penumpukkan rhodamin B dilemak
dalam jangka waktu yang lama jumlahnya terus menerus bertambah di dalam tubuh dan dapat
menimbulkan kerusakan pada organ tubuh sampai mengakibatkan kematian (Agus et al., 2007)
Metodologi Penelitian
PRINSIP KERJA
Menggunakan identifikasi secara kromatografi lapis tipis (KLT) dan spektrofotometri UV-Vis.

ALAT BAHAN
• Erlenmeyer • Aquades
• Tabung reaksi • larutan HCl (Merck)
• Timbangan analitik • Larutan amonia (Merck)
• Corong • n-butanol (Merck)
• Labu takar • etil asetat (Merck)
• Gelas kimia, Gelas ukur • asam asetat (Teknis)
• Pipet tetes, Pipet kapiler • etanol 70%.
• Sendok tanduk, Batang pengaduk
• Kertas saring
• Lempeng kromatografi lapis tipis
• Benang wol
• Hot plate, Oven
• Chamber dan spektrofotometer UV-Vis
TAHAPAN LANGKAH KERJA
● TAHAP PERTAMA
Tahap pengambilan dan penyiapan sampel.
● TAHAP KEDUA
Tahap ekstraksi dan pemurnian yang dilakukan
dengan menggunakan prosedur berdasarkan
penelitian dari Utami dan Suhendi tahun 2009
yang mengambil acuan dari Djalil dkk tahun
2005.
● TAHAP KETIGA
Tahap pembuatan larutan baku untuk
pembuatan linieritas kurva kalibrasi.
● TAHAP KEEMPAT
Tahap identifikasi sampel.
● TAHAP KELIMA
Penetapan Kadar Zat Warna Rhodamin B.
PEMERIKSAAN KUALITATIF RHODAMIN B PADA SAMPEL
• Hasil pemeriksaan kualitatif rhodamin B pada sampel
HASIL IDENTIFIKASI PEWARNA RHODAMIN B PADA LIPSTIK
DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
PENETAPAN KADAR
Panjang Gelombang Maksimum Kurva Kalibrasi Larutan
Larutan Rhodamin B Rhodamin B

• Penentuan panjang gelombang


maksimum larutan baku rhodamin
B dengan konsentrasi 3 ppm
diperoleh panjang gelombang 558
nm.
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat


disimpulkan bahwa pada 9 sampel lipstik
yang beredar di pasar Kota Manado tidak
teridentifikasi adanya zat warna Rhodamin
B yang diidentifikasi dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri UV-
Vis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke-3. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim. 1985. Permenkes RI No. 239/Menkes/Per/1985 tentang Zat Warna Tertentu
yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya. Departemen Kesehatan, Jakarta.
Anonim. 1990. Permenkes RI No. 376/Menkes/Per/1990 tentang Bahan, Zat Warna,
Pengawet dan tabir Surya pada Kosmetika. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Anonim. 1990. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.
00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No.
239/Menkes/Per/V/85 tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan
Berbahaya. Departemen Kesehatan, Jakarta.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai