Identifikasi Pewarna Merah K10 (Rhodamin B, Ci 45170) Dalam Perona Pipi
Identifikasi Pewarna Merah K10 (Rhodamin B, Ci 45170) Dalam Perona Pipi
Identifikasi Pewarna Merah K10 (Rhodamin B, Ci 45170) Dalam Perona Pipi
LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk memenuhi tugas matakuliah Analisis Sediaan Kosmetik
Yang dibina oleh Bapak Lukky Jayadi, S.Farm., M.Farm., Apt
Februari 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Kosmetik merupakan semua benda yang dioleskan atau digosokkan pada tubuh
manusia yang berfungsi untuk membersihkan, melindungi, menambah daya tarik dan
mengubah penampilan. Perona pipi adalah salah satu produk untuk menata rambut yang
belakangan ini ramai digunakan dikalangan wanita.
Perona tidak terlepas dari campuran bahan bahan kimia, mulai dari bahan dasar
hingga pengemasnya. Banyak produsen nakal yang sering menambahkan bahan kimia
berbahaya yang seharusnya tidak ditambahkan dalam perona pipi, salah satunya pewarna
yang telah di larang yaitu Rhodamin B.
B Tujuan
Untuk mengetahui adanya zat warna K10 (Rhodamin B,Cl 45170) pada sediaan perona
pipi secara kromatografi dengan mencari eluen yang paling efektif dalam mengelusi
Rhodamin B.
BAB II
DASAR TEORI
Kosmetik pada umumnya merupakan kosmetik rias dan pemeliharaan. Kosmetika rias
semata-mata hanya melekat pada bagian tubuh yang dirias dan dimaksudkan agar terlihat
menarik serta dapat menutupi kekurangan yang ada. Kosmetik ini hanya terdiri dari zat
pewarna dan pembawa saja (Wasitaadmaja,1997: 27).
Salah satu jenis kosmetik rias adalah perona pipi, produk ini bertujuan memerahkan
pipi, sehingga penggunanya tampak lebih cantik dan segar (Tranggono, 2007: 12).Penggunaan
zat pewarna seringkali disalahgunakan dengan penggunaan pewarna yang tidak semestinya,
akibatnya menimbulkan kerugian bagi konsumen. Dari hasil pengawasan produk kosmetik
bulan Januari sampai dengan bulan Oktober tahun 2011, masih ditemukan produk kosmetika
yang mengandung bahan berbahaya atau yang dilarang, salah satunya merupakan pewarna
merah K 10 (Rhodamin B) (BPOM, 2011: 1).
Rhodamin B adalah zat warna sintetis yang biasa digunakan untuk pewarna kertas,
tekstil atau tinta. Zat tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernafasan serta
merupakan zat yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin B dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Nurheti, 2008: 46).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a alat
Erlenmeyer
Batang pengaduk
Kertas saring
Plat KLT
b Bahan
Pewarna merah (Rhodamin B) Amoniak
Metanol N-butanol
Etil asetat N – propanol
B. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan larutan uji (A)
B. Pembuatan larutan baku (B)
A. DATA PENGAMATAN
B. PERHITUNGAN
a. Fasa gerak etil-asetat:metanol:amonia (15:6:5)
C. PEMBAHASAN
Dalam praktikum identifikasi pewarna merah K10 (Rhodamin B, Cl45170)
dalam perona pipi, dilakukan analisis secara kualitatif menggunakan Kromatografi lapis
tipis dengan fasa diam (silika gel) dan fasa gerak (menggunakan 3 larutan eluen). Analisis
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen dalam sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran diantara fasa diam fasa gerak. Silika gel yang
digunakan untuk fasa diam diovenkan terlebih dahulu sebelum digunakan selama 30
menit dengan suhu 105°C, bertujuan untuk menghilangkan kadar air didalam silila gel
tersebut. Sedangkan menggunakan 3 macam larutan eluen sebagai fasa gerak, bertujuan
untuk membandingkan dan mengetahui eluen yang efektif mengelusi rhodamin B dalam
sampel. Pada praktikum ini, langkah pertama yang dilakukan adalah preparasi sampel
dengan melarutkan 100 mg dalam methanol 10 ml, sehingga menjadi larutan uji (A).
Dalam hal ini, methanol perfunsi sebagai pelarut sampel berisis Rhodamin B
dikarenankan Rhodamin B bersifat polar yang akan mudah larut dalam pelarut polar juga,
yakni methanol. Kemudian membuat larutan baku dengan melarutkan 5 mg rhodamin B
baku pembanding dalam 10 ml methanol, sehingga menjadi larutan baku (B). Setelah itu
membuat larutan C (uji+baku) dengan mencampurkan larutan uji (A) dengan larutan baku
(B) dengan volume yang sama. Selanjutnya masing-masing larutan (A, B, dan C)
ditotolkan pada silika gel, penotolan diusahakan diatas batas larutan eluen (tidak
tercelup), dan totolan dilakukan dengan pipa kapiler sebanyak 10 mikroliter dengan hati-
hati dan serapi mungkin. Selanjutnya 3 silika gel dimasukkan kedalam 3 chamber yang
sudah berisi larutan eluen yang berbeda. Chamber pertama berisi eluen etil asetat :
metanol : amonia (15:6:5), chamber kedua berisi eluen etil asetat : n-butanol : amonia
(22:55:25), dan chamber ketiga berisi eluen N-propanol : amonia (90:10). Pada proses
elusi chamber 1 relatif cukup cepat dengan hasil nilai Rf larutan A adalah o, 429; Rf
larutan B adalah 0,786; dan Rf larutan C adalah o,8. Kemudian chamber 2 memerlukan
waktu sedikit lama dengan hasil nilai Rf larutan A adalah 0,102; Rf larutan B adalah
0,816; Rf larutan C adalah 0,776. Dan pada chamber 3 memerlukan waktu cukup lama,
dengan hasil nilai Rf larutan A adalah 0,12; Rf larutan B adalah 0,72; Rf larutan C adalah
0,68. Berdasarkan hasil tersebut, eluen pada chamber 1 paling efektif karena memerlukan
waktu analisis yang cepat dan mampu mengelusi larutan A (sampel berisi rhodamin B)
paling jauh yakni 3 cm karena sifat kepolaran rhodamin B yang larut oleh eluen bersifat
polar pula, yakni etil-asetat. Selain iti, dari nilai Rf larutan A ketika silika gel dapat
diketahui bahwa sampel tidak mengandung Rhodamin B. Karena perbedaan nilai Rf yang
signifikan dibandingkan Rf larutan baku. Menurut teori, larutan Rhodamin B dapat dilihat
secara visual dengan warna merah muda. Namun pada larutan A, noda yang terbentuk
berwarna orange. Jadi, sampel perona pipi aman digunakan, dikarenakan tidak
mengandung pewarna merah K10 (Rhodamin B, Cl45170).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bedasarkan praktikum identifikasi zat warna K10 (Rhodamin B, Cl 45170) yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa sampel perona pipi tidak mengandung Rhodamin B
dikarenan nilai Rf yang sangat jauh dengan nilai Rf Rhodamin B baku dan eluen yang paling
efektif adalah etil asetat : metanol : amonia (15:6:5) untuk mengelusi Rhodamin B
menggunakan metode Kromatografi lapos tipis dikarenakan waktu elusi yang cepat dan dapat
mengelusi Rhodamin B paling jaun disebabkan sifat kepolaran Rhodamin B yang sama
dengan Metanol sebagai eluen.
B. SARAN
Sebaiknya pada praktikum digunkan APD lengkap dan melakukan praktikum dengan
hati-hati dikarenakan bahan yang digunkan bersifat toksik dan volatil sehingga mudah
terhirup yang pada efek jangka panjangnya dapat membahayakan kesehatan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Yulianti, Nurheti 2007. Awas bahaya dibalik Lezatnya Makanan. Edisi Pertama.
Yogyakarta: CV. ANDY Offset.
Yulianti, Nurheti 2008. Racun di Sekitar Kita. Edisi Pertama. Yogyakarta : CV. ANDY
Offset.
LAMPIRAN