Taksonomi Evaluasi Pembelajaran
Taksonomi Evaluasi Pembelajaran
Taksonomi Evaluasi Pembelajaran
2. Taksonomi Bloom
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang
melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah,
yaitu:
a. Prinsip metodologis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksikan kepada cara-cara guru dalam
mengajar.
b. Prinsip psikologis
Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
c. Prinsip logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d. Prinsip tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-
tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral.
Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang
menunjukkan tingkatan kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah daripada
memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada kesulitan dalam
proses belajar dan mengajar.
Sudah banyak diketahui bahwa mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari dua bagian yaitu
kognitif domain dan afektif domain (cognitive domain and affective domain). Pencipta dari
kedua taksonomi ini merasa tidak tertarik pada psikomotor domain karena mereka melihat
hanya ada sedikit kegunaanya di Sekolah Menengah atau Universitas (Bloom, 1956).
Akhirnya Simpson melengkapi dua domain yang ada dengan psikomotor domain (1966).
Namun sebenarnya pemisahan antara ketiga domain ini merupakan suatu kebulatan yang
tidak dapat dipecah-pecah sehingga segala tindakannya juga merupakan suatu kebulatan.
Saat ini sudah banyak diketahui oleh umum bahwa apa yang dikenal sebagai taksonomi
Bloom (1956) sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari
B.S. Bloom Editor M.D. Engelhart, E. Furst, W.H. Hill, dan D.R. Krathwohl, yang kemudian
didukung pada oleh Ralp W. Tyler.
Secara garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan
pada 3 (tiga) tingkatan:
a. Kategori tingkah laku yang masih verbal.
b. Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan.
c. Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas (taks) dalam pertanyaan-
pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.
Ada 3 (tiga) ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya
disebut taksonomi yaitu:
a. Ranah kognitif (cognitive domain).
b. Ranah afektif (affective domain).
c. Ranah psikomotor (psychomotor domain).
Keterangan lebih lanjut aladal sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
1). Mengenal (recognition)
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih Satu dari dua atau lebih jawaban.
Contoh:
Hasil bumi yang terkenal dari daerah Temanggung adalah:
a). padi
b). tebu
c). tembakau
Mengungkap/mengingat kembali (recall)
Berbeda dengan mengenal maka dalam mengingat kembali ini siswa diminta untuk
mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.
Contoh:
Contoh:
Di antara gambar-gambar di bawah ini yang dapat disebut sebagai segitiga siku-siku adalah:
Untuk dapat menentukan gambar yang mana yang dapat dinamakan segitiga siku-siku maka
ia harus menghubungkan konsep segitiga dan konsep siku-siku.
Contoh:
Contoh:
Siswa disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendukung dan ada angin kencang tidak
segera turun hujan.
5). Sintesis (synthesis)
Apabila penyusun soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka pertanyaan-
pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau
menyusun kembali (reorganize) hal-hal yang spesifikasi agar dapat mengembangkan suatu
struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta
untuk melakukan generalisasi.
Contoh:
“Dengan mengetahui situasi daerah milik dalam hal kekayaan bahan mentah serta semangat
penduduk di suatu daerah yang kini dapat berkembang pesat menjadi kota pelabuhan yang
besar maka kota-kota kecil di tepi pantai mana yang mempunyai potensi untuk menjadi
sebuah kota pelabuhan yag besar?”
Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak sama dengan mengevaluasi
dalam pengukuran aspek afektif. Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah
“benar/salah” yang didasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan, sedangkan
mengevaluasi dalam aspek afektif menyangkut masalah “benar/salah” berdasarkan nilai atau
norma yang diakui oleh subjek yang bersangkutan.
Sejak tahun 1983 istilah “aspek” inilebih populer dengan istilah yakni “ranah”. Untuk ranah
kognitif. Bloom menemukan adanya tingkatan-tingkatan ranah, tersusun dalam urutan
meningkat (hierarki) yang bersifat linear. Namun dan beberapa studi lanjutan yang dilakukan
oleh ahli-ahli lain antara lain Madaus dikemukakan bahwa ranah-ranah tersebut tidak
seharusnya dalam urutan linear.
Untuk ranah yang lebih tinggi, yakni analisis, dan evaluasi terletak pada satu garis horizontal
dan terlihat sebagai cabang.
Apabila dibandingkan akan tergambar sebagai berikut ini:
Beberapa aspek kejiwaan yang telah disebutkan, sebagaian hanya cocok diterapkan di
Sekolah Dasar (Ingatan, Pemahaman, dan Aplikasi), sedangkan analisis dan sintesis baru
dapat dilatihkan di SLTP, SMU, dan Perguruan Tinggi secara bertahap. Dengan urutan yang
ada, memang menunjukkan usaha yang makin ke bawah makin berat. Sebagai contoh, untuk
melakukan pemahaman, siswa harus terlebih dahulu dapat mengingat atau mengenal kembali.
Dan untuk pemahaman, memang dibutuhkan unsure mengenal atau mengingat kembali.
b. Ranah Afektif
Contoh:
“Bagaimana pendapat Anda tentang keputusan yang diambil oleh Bapak Lurah dalam situasi
di atas? Bagaimana tindakan Anda jika seandainya yang menjadi lurah itu Anda?
Dalam penilaian afektif tentang sikap ini, siswa ditanya mengenai respon yang melibatkan
sikap atau nilai telah mendalam di sanubarinya, dan guru meminta dia untuk
mempertahankan pendapatnya.
Contoh:
“Bagaimana pendapat Anda seandainya semua penjahat yang merugikan masyarakat dan
negara, baik yang proletar maupun yang elite diberi hukuman mati saja? Mengapa pendapat
Anda demikian?”
c. Ranah Psikomotor
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata “motor, sensory-motor atau perceptual-
motor”. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan erat kerja otot sehingga
menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang termasuk ke dalam klasifikasikan
gerak di sini mulai dari gerak yang paling sederhana, yaitu melipat kertas sampai dengan
merakit suku cabang televisi serta computer. Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal,
yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities).
Contoh:
“Seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat-alat.” “Seberapa terampil para siswa
menggunakn alat-alat.”
Taksonomi untuk ranah psikomotorik antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow
(1972). Menurut Harrow kebanyakan para guru tidak dapat menuntut pencapaian 100 dari
tujuan yang dikemukakan kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dapat dicapai
oleh siswa-siswanya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau
gerakan-gerakan yang lebih kompleks sifatnya. Selain yang telah dikemukakan tersebut,
Harrow juga memberikan saran mengenai bagaimana melakukan pengukuran terhadap ranah
psikomotor ini. Menurutnya, penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa harus
dilakukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kurang dari waktu tersebut
diperkirakan para penilai belum dapat menangkap gambaran tentang pola keterampilan yang
mencerminkan kemampuan siswa.
Garis besar taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah sebagai berikut:
3.1a. Body awareness Menyadari gerakan pada dua sisi tubuhnya, pada satu
sisi, keberat-sebelahan, dan keseimbang.
3.1c. Body relationship to Konsep tentang arah adanya kesadaran badan dalam
surrounding objects in space hubungan dengan lingkungan ruang sekitar.
3.5. Coordinated activities Koordinasi antara mata dengan tangan dan sentuhan.
4. Physical abilities Kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan
gerakan-gerakan keterampilan tingkat tinggi.
5.1. Simple adaptive skills Setiap adaptasi yang berhubungan dengan dasar
gerakan dasar nomor 2.2.
5.3. Complex adaptive skills Menguasai mekanisme seluruh tubuh seperti dalam
senam (gymnastic).
6. Nondiscoursive Kemampuan untuk berkomunikasi dengan
communication menggunakan gerakan misalnya ekspresi wajah
(mimik), postur, dan sebagainya.
6.2. Interpretive movements Gerakan sebagai bagian dari bentuk seni termasuk
gerakan estesis, gerakan-gerakan kreatif (improvisasi)
dan sebagainya.
3. Lain-lain Taksonomi
Banyak kritik telah dilemparkan kepada Bloom cs, tentang pembagian taksonomi ini,
sehingga timbul teori-teori sebagai adaptasi, modifikasi atau kategori baru.
a). McGuire (1963), Klickman (1963) telah menyusun taksonomi untuk bidang Biologi,
Wood (1968) untuk matematika, Leuis (1965) untuk ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai
contoh, dihasilkan oleh The National Longitudinal Study of Mathematical Abilities
(NLSMA).
1). knowledge of facts,
2).computation,
3).comprehension,
4).application,
5).analysis.
Alasannya adalah:
1). Computation (komputasi, perhitungan) merupakan satu keterampilan khusus yang tidak
mempunyai tempat dalam taksonomi Bloom. Padahal aspek ini perlu dinilai pula.
2). Synthesis and evaluation (sintesis dan evaluasi) hanya sedikit mempunyai peranan di
dalam kurikulum matematika.
b). Guilford telah menciptakan pola yang menggambarkan struktur intelek dalam bentuk
kubus.
Selanjutnya Guilford juga telah berbicara lebih luas tentang implikasi model ini bidang
pendidikan. Dikatakannya bahwa untuk melatih kemampuan intelektual tertentu dibutuhkan
latihan tertentu pula.
c). Gagne dan Merrill juga mengemukakan taksonomi lain. Di dalam bukunya The
Conditions of Learning (1965), Gagne menyebutkan adanya 8 buah kategori, yang oleh
Merrill (1971) ditambah 2 (dua) kategori lagi.
d). Garlach dan Sullivan beranggapan bahwa taksonomi Bloom mempunyai kegunaan tang
terbatas sebagai alat untuk perencanaan dan pengembagan kurikulum. Mereka mencoba
mengganti gambaran tentang proses dalam rumusan yang umum menjadi tingkah laku siswa
yang dapat diamati.
e). De Block mengatakan bahwa taksonomi Bloom diilhami oleh masalah evaluasi. Jika
Gagne dan Merrill bertitik tolak pada kondisi belajar maka De Block (1972) mengemukakan
model yang didasarkan pada tujuan-tujuan mengajar.
Taksonomi Bloom ranah kognitif berturut-turut dari yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks diilustrasikan seperti pada Gambar 1.
HAL : 127-140