Proposal Ronde Keperawatan Cendana

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN …..


DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANG CENDANA
RSUD SIMO BOYOLALI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan


Program Pendidikan Profesi Ners

Disusun oleh :

1. Alfiana Sutriana Seso (SN182005)


2. Anik Puji Lestari (SN182011)
3. Anniza Rahma Dwi Yanti (SN182012)
4. Aris Munjayin (SN182015)
5. Didik Budi Restiawan (SN182026)
6. Nur Azizah (SN182068)
7. Sri Lestari Handayani (SN182080)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018/2019
PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN …
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANG CENDANA
RSUD SIMO BOYOLALI

Topik : Asuhan Keperawatan dengan masalah keperawatan pada …..


Sasaran : Pasien dan Keluarga .....
Waktu : 30 menit
Hari/ tanggal : ………….

1. Tujuan
A. Tujuan umum :
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi
B. Tujuan khusus:
1) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien
2) Meningkatkan pola pikir sistematis
3) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan ketua tim dan keluarga
klien
4) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan

2. Materi :
A. Konsep dasar penyakit Anemia
1) DEFINISI
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 2011).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2012).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per
100 ml darah (Price, 2011).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan
melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.
2) ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam
folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan
5. Persalinan
6. Pecah pembuluh darah
7. Penyakit Kronik (menahun)
8. Perdarahan hidung
9. Wasir (hemoroid)
10. Ulkus peptikum
11. Kanker atau polip di saluran pencernaan
12. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
13. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
14. Kekurangan zat besi
3). MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif
yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan,
gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.
Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia.
Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 2012).

4). KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

5). PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika
suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau
sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

PATHWAY

Agen neoplastik, radiasi,


obat-obatan, infeksi,
bahan kimia.
Ggn. hemapoetik

Ekimosis,
epistaksis,
leukopenia eritropetik trombositopenia perdarahan,
saluran
cerna,
Depresi system imun anemia Hb turun perdarahan
sal.kemih,
perdarahan
Pertahanan Aliran darah Oksihemoglobin turun
cerebral
skunder terganggu perifer menurun

Perfusi jar.tdk efektif


Penurunan transport
Resiko infeksi Ggn.per
o2 ke jaringan an gas
Kompensasi jantung
Metabolism aerob
Hipoksia, pucat
turun, anaerob naik Pola n
Respirasi meningkat, nadi tdk efe
meninggkat
Intoleransi aktivitas
Kelemahan/keletihan
cardiomegali
Resiko jatuh/resiko
cedera Deficit perawatan Gagal jantun
diri

6). PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
2. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
3. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
4. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
5. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah
trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
6. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.
7. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
8. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 2012).
7). PENATALAKSANA MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi. Mengatur makanan yang mengandung zat besi,
usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe, Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis
makan, Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.

8). ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 2011).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 2011) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
1) Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat
lebih banyak.
2) Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik
pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan
keletihan.
b. Sirkulasi
1) Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan
GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja
jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
2) Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia :
abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik
(DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering,
mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
1) Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
2) Tanda : depresi.
d. Eleminasi
1) Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar,
melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
2) Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
1) Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung
jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
2) Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam
folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor
kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
1) Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan
penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
2) Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia,
penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
1) Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
2) Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan
1) Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,.
Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau
kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
2) Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j. Seksualitas
1) Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
2) Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnose keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin
(Hb)
b. Intoleransi aktifitas berhububgan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
c. Resiko infeksi b/d pertahanan sekunder/system imun terganggu
d. Pola nafas tidak efektif b/d respirasi dan nadi meninggkat
e. Devisit perawatan diri b/ d kelemahan atau keletihan.
3. Intervensi keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan dapat teratasi
dgn KH:
1) Pusing berkurang
2) Pucat berkurang
3) HB normal
4) Konjungtiva tdk pucat
Intervensi :
1) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
3) Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan
bunyi adventisius.
4) Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
5) Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur
suhu air mandi dengan thermometer.
6) Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium
7) Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai
indikasi.
b. Intoleransi aktifitas berhububgan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan pasien dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas dengan KH :
1) melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari).
2) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya
nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan ADL pasien.
2) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan
kelemahan otot.
3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
4) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara
bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
5) Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila
terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan
aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
c. Resiko infeksi b/d pertahanan sekunder/system imun terganggu
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi dengan KH :
1) mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi.
2) meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema, dan demam.
Intervensi :
1) Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan
dan pasien
2) Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan
luka.
3) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
4) Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan
batuk dan napas dalam.
5) Tingkatkan masukkan cairan adekuatPantau/batasi
pengunjung.

6) Berikan isolasi bila memungkinkan.


7) Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia
dengan atau tanpa demam.
8) Amati eritema/cairan luka.
9) Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi
(kolaborasi)
10. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi)
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 2012)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
a. Infeksi tidak terjadi.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
d. Peningkatan perfusi jaringan.
e. Dapat mempertahankan integritas kulit
f. Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
g. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana pengobatan.
3. Metode :
A. Diskusi
4. Media :
A. Makalah
5. Kegiatan ronde keperawatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
pasien
1 hari Pra Pra Ronde: Kepala Ruang
sebelum ronde 1. Menentukan kasus & topik Ruangan : Kepala
ronde 2. Menentukan Tim ronde Adi Sution
3. Informed Consent
4. Membuat Pra planning
5. Diskusi
6. Mencari Sumber Literatur
5 menit Ronde Pembukaan: Perawat - Nurse
1. Salam pembuka Primer Station
2. Memperkenalkan tim ronde (PP) :
3. Menyampaikan identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
10 Menit 1. Penyajian masalah PP Nurse
2. Memberi salam dan Station
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde
3. Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan klien
4. Menjelaskan masalah klien dan
rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan menetapkan
prioritas yg perlu didiskusikan
1. Validasi data Tim Mendengarkan Kamar
15 Menit 2. Mencocokkan dan menjelaskan Ronde Pasien
kembali data yg telah
disampaikan
3. Diskusi antar anggota tim
(Karu, PP, DPJP, Ahli Gizi dan
Perawat Asosiate) tentang
masalah keperawatan
5 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, Nurse
ronde intervensi keperawatan supervisor Station
2. Penutup , Tim
Ronde

6. Pengorganisasian :
a. Supervisor :
b. Kepala ruang :
c. Perawat Primer :
d. DPJP :
e. Ahli Gizi :
f. PA :
1)
2)
3)
4)

Anda mungkin juga menyukai