Skenario 3
Skenario 3
Skenario 3
KATA KUNCI
1. Adomen kuadran kanan atas
2. Nyeri pada epigastrium
3. Ikterik
4. Peningkatan bilirubin
5. Hepatomegali
6. Urin berwarna gelap dan feses memucat
7. Usg dan HbsAg
8.
STEP 2 MEMBUAT PERTANYAAN
1. Pengertian dan penyebab malaise
2. Pengertian dan penyebab hepatomegali
3. Bagaiman cara mengetahui seseorang mengalami hepatomegali ?
4. Berapa nilai normal bilirubin dan hbsag ?
5. Apa yang terjadi jika bilirubin meningkat atau menurun ?
6. Apa yang menyyebabkan urin berwana gelap dan feses memucat ?
7. Apa hal yang didapat pada pemeriksaan fisik abdomen kuadran
kanan atas ?
8. Apa yang menyebabakan nyeri hebat padda epigastrium ?
pola makan
hepatomegali
B. Etiologi
Penyebab hepatitis menurut wening sari (2008) meliputi:
1. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis
toksik
Dan hepatitis akut.
2. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3. Virus hepatitis
a. Hepatitis a
Virus hepatitis a adalah suatu penyakit dengan distribusi
global. Prevalensi infeksi yang ditandai dengan tingkatan
antibody anti- av telah diketahui secara universal dan erat
hubungannya dengan standar sanitasi/kesehatan daerah
yang bersangkutan. Meskipun virus hepatitis a ditularkan
melalui air dan makanan yang tercemar, namun hampir
sebagian besar infeksi hav dapat melalui transmisi endemic
atau sporadic yang sifatnya tidak begitu dramatis
b. Hepatitis b
Hepatitis b biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui
darah
(penerima produk darah, pasien hemodialisa, pekerja
kesehatan atau terpapar darah). Virus hepatiitis b
ditemukan di cairan tubuh yang memiliki konsentrasi virus
hepatitis b yang tinggi seperti semen, sekret servikovaginal,
saliva, dan cairan tubuh lainnya sehingga cara transmisi
hepatitis b yaitu transmisi seksual. Cara transmisi lainnya
melalui penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa yaitu
alat-alat yang tercemar virus hepatitis b seperti sisir, pisau
cukur, alat makan, sikat gigi, tato, akupuntur, tindik, alat
kedokteran, dan lain-lain. Cara transmisi lainnya yaitu
transmisi maternal-neonatal, maternal-infant, akan tetapi
tidak ada
Bukti penyebaran fekal-oral
c. Hepatitis c
Faktor-faktor yang terkait erat dengan terjadinya infeksi hcv
adalah penggunaan narkoba suntik (injection drug user,
idu) dan menerima tranfusi darah sebelum tahun 1990.
Tingkat ekonomi yang rendah, perilaku seksual resiko
tinggi, tingkat edukasi yang rendah (kurang dari 12 tahun),
bercerai atau hidup terpisah dengan pasangan resmi.
Transmisi dari ibu ke anak bisa saja terjadi tatapi
Lebih sering terkait dengan adanya ko-infeksi bersama hiv-
1 yang alasannya belum jelas. Transmisi nosokomial
berupa penularan dari pasien ke pasientelah dilaporkan
terjadi pada pasien yang mejalan kolonoskopi, hemodialisa
dan selama pembedahan.
d. Hepatitis d
Infeksi hdv hanya terjadi pada individu dengan resiko
infeksi hbv (koinfeksi atau superinfeksi). Tranmisi virus ini
mirip dengan hbv yaitu melalui darah, permukosal, perkutan
parenteral, seksual dan perinatal walaupun jarang. Pada
saat terjadi superinfeksi, titer vhd serum akan mencapai
puncak, sekitar 2-5 minggu setelah inokulasi, dan akan
menurun setelah 1-2 minggu kemudian.
e. Hepatitis e
Hev rna terdapat dalam serum dan tinja selama fase akut.
Hepatitis sporadik sering terjadi pada anak dan dewasa
muda di negara sedang berkembang. Penyakit ini epidemi
dengan sumber penularan melalui air. Pernah dilaporkan
adanya tranmisi maternal-neonatal dan di negara maju
sering berasal dari orang yang kembali pulang setelah
melakukan perjalanan, atau imigran baru dari daerah
Endemik. Viremia yang memanjang atau pengeluaran di
tinja merupakan kondisi yang tidak sering dijumpai.
Penyebaran virus ini diduga disebarkan juga oleh unggas,
babi, binatang buas dan binatang peliharaan yang
mengidap virus ini. Kekebalan sepanjang hidup terjadi
setelah fase pemulihan.
C. Faktor risiko
Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih
mudah terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri.
Hepatitis yang dapat menular lewat makanan atau minuman seperti
hepatitis a dan hepatitis e, lebih berisiko pada pekerja pengolahan air
atau pengolahan limbah. Sementara hepatitis non infeksi, lebih
berisiko pada seseorang yangkecanduan alkohol. Untuk hepatitis
yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis b,c, dan d
lebih berisiko pada:
1. Petugas medis.
2. Pengguna napza dengan jarum suntik.
3. Berganti-ganti pasangan seksual.
4. Orang yang sering menerima transfusi darah.
D. Anatomi fisiologi
1. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam
pengaturan fungsihati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar
dalam tubuh, yangterletak dibagian teratas dalam rongga abdomen
disebelah kanan dibawah diafragma dan hati secara luas dilindungi
oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gr 2,5% dari berat
tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi menjadi 4 lobus, yaitu
lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10
ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati
terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang
kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit
yang kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobulus (pearce, 2006).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri
hepatica dan vena porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan
memberi 1/5 darahpada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95–
100% masuk ke hati akanakhirnya keluar sebagai vena hepatica.
Sedangkan vena porta terbentukdari lienalis dan vena mensentrika
superior menghantarkan 4/5 darahnyake hati darah ini mempunyai
kejenuhan 70% darah ini membawa zatmakanan kehati yang telah
diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus.cabang vena porta arteri
hepatica dan saluran membentuk saluran porta (syaifuddin, 2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut
kolagen dan jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini
akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah
getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons
yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-
lempengan atau plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem
pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap
tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang
mengandung cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus
biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan
mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar
dari saluran empedu menuju kandung empedu (fkui, 2006).
2. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi
vena porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang
perananpenting dalam fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya
akan nutrisidari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah
tersebut masukdalam hati lewat arteri hepatika dan banyak
mengandung oksigen. Venaporta yang terbentuk dari vena linealis
dan vena mesenterika superior, mengantarkan 4/5 darahnya kehati
darah ini mempunyai kejenuhanoksigen hanya 70% sebab
beberapa oksigen telah diambil oleh limpa danusus. Darah ini
membawa kepada hati zat makanan yang telah di absorbsioleh
mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati
kevena kava inferior. Terdapat empat pembuluh darah utama
yangmenjelajahi keseluruh hati, dua yang masuk yaitu arteri
hepatika dan venaporta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika
dan saluran empedu.sinusoia mengosongkan isinya kedalam
venulel yang berada pada bagiantengah masing-masing lobulus
hepatik dan dinamakan vena sentralis,vena sentralis bersatu
membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari hati
dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava inferior didekat
diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk
kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (fkui, 2006).
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar,
hati juga sangat penting untuk mempertahankan hidup dan
berperan pada setiap metabolik tubuh. Adapun fungsi hati menurut
(pearce, 2006) sebagai berikut:
a. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.
Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari
vena porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar
350 ml lagi mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan
total rata-rata 1450 ml/menit
b. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian
besar sistem metabolisme tubuh
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme
karbohidat, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi
glukosa, gluconeogenesis membentuk banyak senyawa kimia
penting dan hasil perantara metabolisme karbohidrat serta
menyimpan glikogen.
c. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk
empedu yang mengalir melalui saluran empedu ke saluran
pencernaan.
d. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
e. Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah.
f. Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin a, d, e, k),
mineral (termasuk zat besi).
g. Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
h. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna
makanan dan menyerap zat gizi penting.
i. Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun
(detoksikasi) serta memetabolisme alkohol.
E. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar, dapat disebabkan oleh
virus, obat-obatan dan bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobus dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Seiring dengan perkembangannya, inflamasi pada hepar, pola normal
hepar akan terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada
sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang oleh
tubuh oleh respon imun dan digantikkan oleh sel-sel hepar yang baru
yang sehat (baredu, 2008)
Timbulnya icterus karena kerusakan sel parenkim hati.
Walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke
dalam hati tetpa normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan
duktuli empedu intrahepatic, maka terjadi kesukaran pengangkutan
bilirubin dalm hati, selain itu terjadi kesulitan konjugasi. Akibatnya
bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena
terjadi retensi (akibat kerusakan sel eksresi) dan regurtasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin ondirek) maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi icterus yang
timbul terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin (smeltzer dan bare, 2002).
Virus atau bakteri yang menginfeksi masuk ke tubuh manusia
melalui aliran darah dan terbawah sampai ke hati, disini agen infeksi
menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel
hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan (sgot dan sgpt), akibat
kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugas
bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik.
Peradangan ini akanmenagkibatkan peningkatan suhu tubuh sehingga
timbul gejaa tidak selera makan, anoreksia. Salah satu fungsi hati yaitu
sebagai pentralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh
mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati snediri
dnegan berkurangnnya fungsi sebagai kelernjar terbesar penetral racun
(syaifuddin, 2006).
Aktifitas yang berlebihan yang memerlukan energy secara cepat
dapat mengahsilkan h2co2 yang berdampak pada keracunan secara
lambat dan juga merupaka hepatitis non-virus. H2co2 juga dihasilkan
melalui pemasukan alcohol yang banyak dalam waktu yang relative
lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik. Peradangan yang terjadi
mengakibatkan hipermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati, dan
hal ini dapat diketahui dengan meraba atau palpasi. Nyeri tekan dapat
terjadi saat gejala ikterik mulai tampak (syaifuddin, 2006).
Inflamasi pada hepar karena infeksi virus, akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan pergangan kapsula hati yang memicu
perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya mual dan nyeri uluh hati. Pucat
(abolish). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, mka bilirubin dapat
dieksresikan kedalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin dapat terkonjugasi
dapat disertai garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbukan gatalgatal pada ikteru (smeltzer dan bare, 2002).
F. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis hepatitis menurut fkui (2006) terdiri dari 3 tahapan
meliputi:
1. Fase pre ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus erlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama
kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan
sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oc berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus b.
2. Fase ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan
sklera yang terus meningkat pada minggu i, kemudian menetap
dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai
gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai
dirasakan selama 1-2 minggu.
3. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual,
rasasakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata
14-15 harisetelah imbulnya masa ikterik. Warna urine tampak
normal, penderitamulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes fungsi hati
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien
untuk mengecek kinerja hati. Pada tes fungsi hati, kandungan
enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase
dan alanin aminotransferase (ast/sgot dan alt/sgpt), akan diukur.
Dalam kondisi normal, kedua enzim tersebut terdapat di dalam
hati. Jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua
enzim tersebut akan tersebar dalam darah sehingga naik
kadarnya. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati
tidak spesifik untuk menentukan penyebab hepatitis.
2. Tes antibodi virus hepatitis
Tes ini berfungsi untuk menentukan keberadaan antibodi yang
spesifik untuk virus hav, hbv, dan hcv. Pada saat seseorang
terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk antibodi spesifik
guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi dapat
terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi
virus hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi pada penderita
hepatitis akut, antara lain adalah:
a. Antibodi terhadap hepatitis a (anti hav).
b. Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis b (anti
hbc).
c. Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis b
(anti hbs).
d. Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis b (anti
hbe).
e. Antibodi terhadap virus hepatitis c (anti hcv).
3. Tes protein dan materi genetik virus.
Pada penderita hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh
tidak dapat memusnahkan virus sehingga virus terus berkembang
dan lepas dari sel hati ke dalam darah. Keberadaan virus dalam
darah dapat terdeteksi dengan tes antigen spesifik dan material
genetik virus, antara lain:
a. Antigen material permukaan virus hepatitis b (hbsag).
b. Antigen material genetik virus hepatitis b (hbeag).
c. Dna virus hepatitis b (hbv dna).
d. Rna virus hepatitis c (hcv rna).
4. Usg perut
Dengan bantuan gelombang suara, usg perut dapat mendeteksi
kelainan pada organ hati dan sekitarnya, seperti adanya
kerusakan hati, pembesaran hati, maupun tumor hati. Selain itu,
melalui usg perut dapat juga terdeteksi adanya cairan dalam
rongga perut serta kelainan pada kandung empedu.
5. Biopsi hati
Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk
kemudian diamati menggunakan mikroskop. Melalui biopsi hati,
dokter dapat menentukan penyebab kerusakan yang terjadi di
dalam hati.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut syaifuddin (2002) adalah:
1. Pencegahan
a. Virus hepatitis b. Penderita hepatitis sebaiknya tidak menjadi
pendonor selama 6 bulan, karena dapat menular melalui
produk darah
b. Pemberian imunoglobin dalam pencegahan hepatitis
infeksiosa memberi pengaruh baik. Diberikan dalam dosis
0.02 ml/kg bb, intramuscular.
2. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Stirahatmutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan
tetapi banyakpasien akan merasakan lebih baik dengan
pembatas aktifitas fisik, kecualidiberikan pada mereka dengan
umur orang tua dan keadaan umum yangburuk.
3. Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat
penurunanbilirubin darah. Pemberian bila untuk
menyelamatkan nyawa dimanaada eaksi imun yang
berlebihan.
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati
Contoh obat : asam glukoronat/ asam asetat,
becompion,kortikosteroid.
c. Vitamin k pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
e. Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka
penekananlebih dialirkan pada pencegahan hepatitis,
termasuk penyediaan makanandan air bersih dan aman.
Higiene umum, pembuangan kemih dan fesesdari pasien
yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum
suntikdan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber
infeksi. Semua donordarah perlu disaring terhadap hav, hbv,
dan hcv sebelum diterimamenjadi panel donor.
I. Penatalaksanaan keperawatan :
1. Tirah baring dan selanjutnya aktifitas pasien dibatasi sampai
gejala pembesaran hati dan kenaikan bilirubin kembali normal
2. Nutrisi yang aekuat
3. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasasiam dari keluarga
sehingga diperlukan perecanaan khusus untuk meminimalkan
perubahan
4. Pengendalian dan pencegahan
J. Komplikasi
Komplikasi hepatitis menurut fkui (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang
disebabkanoleh akumulasi amonia serta metabolik toksik
merupakan stadium lanjutensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan
menyebabkansirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan
sel hatiakan diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah
kerusakan,semakin beras jaringan parut yang terbentuk dan
semakin berkurangjumlah sel hati yang sehat.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan,
mencerna, mengabsorbsi makanan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interna ;
perubahan kondisi metabolic
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
menyeluruh.
C. Intervensi
2.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Energy management
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan intoleransi 1. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelemahan menyeluruh. aktivitas dapat teratasi dengan kriteria kelalahan
hasil 2. Observasi adanya pembatasan klien
1. Pasien dapat melakukan aktivitas dalam melakukan aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan 3. Monitor pasien akan adanya kelelahan
tekanan darah, nadi dan rr fisik
2. Mampu melakukan aktivitas sehari- 4. Monitor pola tidur dan lamanya
hari (adls) secara mandiri tidur/istirahat pasien
5. Dorong untuk mengngkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
Activity therapy
1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan keampuan fisik,
psikologi dan sosial
3. Bantu untuk mendapatkan alat bantu
aktivitas
4. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
5. Monitor respon fisik,emosi, sosial dan
spiritual
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition management
kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan status nutrisi 1. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake fe
tidak mampu dalam 1. Adanya penngkatan berat badan
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
memasukkan, sesuai dengan tujuan
protein dan vitamin c
2. Berat badan ideal sesuai dengan
mencerna, 4. Berikan informasi tentang kebutuhan
tinggi badan
nutrisi
mengabsorbsi makanan 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
. nutrisi
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
5. Tidak terjadi penurunan berat
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
badan yang berarti
yangdibutuhkan pasien
Nutrition monitoring
1. Monitor adanya penurunan beratbadan
2. Monitor lingkungan selama makan
3. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
4. Monitor mual dan muntah.
5. Monitor kalori dan intake nutrisi
4. Kerusakan integritas
kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure management
dengan interna ; 3x24 jam diharapkan kerusakan 1. Monitor kulit akan adanya kemerahan
perubahan kondisi integritas kulit dapat teratasi dengan 2. Monitor status nutrisi pasien
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan
metabolic. kriteria hasil
pakaian yang longgar
1. Integritas kulit yang baik bisa 4. Anjurkan pasien mandi dengan sabun dan
dipertahankan (sensasi, elastisitas, air hangat
temperature, hidrasi, pigmentsi) 5. Hindari kerutan pada tempat tidur
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 6. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
3. Perfusi jaringan baikmampu dan kering
melindungi kulit dan 7. Mobilisasi pasien (ubah poasisi pasien)
mempertahankan kelembaban kulit setiap 2 jam sekali
dan perawatan alami
Daftar pustaka
Johnson marion, dkk, 2000, nursing out come classification (noc), mosby.
Mansjoer a., dkk, 2005, kapita selekta kedokteran jilid 1, jakarta, media
aesculapius.
Ralph sheila sparh s., dkk, nursing diagnosis : definition & classification
2005-2006, nanda international.
Suddarth & brunner, 2001, buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8
volume 2, jakarta, egc.
Konsep dasar medik
A. koleliatitis
1. Definisi
Kolelitiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung empedu
atau saluran rendy, empedu (m.clevo, 2012)
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat pada kandung empedu
(wijayaningsih, 2013). Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari
kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu kandung
empedu yang tersangkut pada duktus kritik dan menyebabkan
distensi kandung empedu (m.clevo rendy margareth, 2012). Kolelitiasis
adalah 90% batu kolesterol dengan komposisi kolesterol lebih dari
50%, atau bentuk campuran 20 - 50% berunsurkan kolesterol dan
predisposisi dari batu kolesterol adalah orang dengan usia yang lebih
dari 40 tahun, wanita, obesitas, kehamilan, serta penurunan berat
badan yang terlalu cepat (cahyono, 2014). Kolelitiasis merupakan batu
saluran empedu, kebanyakan terbentuk di dalam kandung empedu itu
sendiri. Unsur pokok utamanya adalah kolesterol dan pigmen,dan
sering mengandung campuran komponen empedu.
Kesimpulan kolelitiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu dalam
saluran empedu dan kandung empedu yang dapat disebabkan oleh
endapan dari satu atau lebih komponen cairan empedu.
2. Klasifikasi
Gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu
digolongkan atas tiga tipe, yaitu:
1. Batu kolesterol
Biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau oval,
berwarna pucat dan seringkali mengandung kalsium dan pigmen.
Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu
bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada
asam - asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada
pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis
kolesterol dalam hati.
2. Batu pigmen
Batu pigmen: terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion
(bilirubinat, karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang).
Batu–batu ini cenderung berukuran kecil, multiple, dan berwarna
hitam kecoklatan. Batu pigmen berwarna coklat berkaitan dengan
hemolysis kronis. Batu berwarna coklat berkaitan dengan infeksi
empedu kronis (batu semacam ini lebih jarang dijumpai). Batu
pigmen akan terbentuk bila pigmen tak terkonjugasi dalam
empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi
batu. Risiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada
pasien sirosis, hemolisis, dan infeksi percabangan bilier (smeltzer
&bare, 2012).
Batu pigmen merupakan 10% dari total dari total jenis
baruempedu yang mengandung <20% kolesterol. Jenisnya
antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinat (pigmen coklat)
warna coklat atau coklat tua, lunak, mudah di hancurkan dan
mengandung kalsium - bilirubinat sebagai komponen utama.
Batu pigmen coklat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan
infeksi saluran empedu. Statis dapat di sebabkan oleh adanya
disfungsi sfingter oddi, striktur, operasi bilier dan infeksi
parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya e.colli.
Kadar enzim b - glukoronidase yang berasal dari bakteri akan
dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat.
Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tak
larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan adanya
hubungan erat antara infeksi bakteri dan terbentuknya batu
pigmen cokelat. Umumnya batu pigmen coklat ini terbentuk di
saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam
berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti
bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi. Batu
pigmen hitam adalah tipe batu hitam yang banyak di temukan
pada pasien dengan hemolisis hati. Batu pigmen hitam ini
terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Potogenesis
terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu hitam
terbentuk dalam kandung empedu dengan dengan empedu
yang steril (karson, 2018).
c. Batu campuran
batu ini merupakan campuran antara batu kolesterol dengan
batu pigmen atau dengan subtansi lain (kalsium
karbonat,fosfat,garam empedu, dan palminat), dan biasanya
berwarna coklat tua.
3. Batu lainnya
Batu ini adalah jenis yang paling banyak di jumpai (0,5%) dan
terdiri atas kolesterol, pigmen empedu, dan berbagai kalsium.
Klasifikasi lainnya terbagi menjadi batu kolesterol dan batu
campuran, dimana 50% kandungannya adalah kolesterol (karson,
2018).
3. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum di ketahui secara pasti, adapun
faktor predisposisi dan presipitasi terpenting, yaitu:
1. Faktor predisposisi
a) Perubahan komposisi empedu
Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor
terpenting dalam pembentukan batu empedu karena hati
penderita batu empedu kolesterol mengeksresi empedu yang
sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan
yang mengendap dalam kandung empedu dapat
mengakibatkan supersaturan progresif,perubahan komposisi
kimia,dan pengedapan unsus - unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi,dan
keduanya dapat menyebabkan statis.
b) Infeksi bakteri
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam
pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu
dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipsitasi atau pengedapan. Infeksi lebih timbul akibat dari
terbentuknya batu, dibandingkan penyebab terbentuknya batu.
c) Obesitas
Dalam ilmu medis seringkali penyakit batu empedu ini
ditemukan pada wanita yang bertumbuh gemuk demikian
biasanya garam empedu darahnya menurun, sehingga
kolesterol dalam empedunya naik. Kondisi itulah yang dianggap
menjadi biang keladi terbentuknya batu empedu pada penderita.
d) Wanita usia subur
Disamping itu penyakit empedu ini juga sering dijumpai pada
wanita hamil atau para pemakai pil kb (keluarga
berencana),yang diperkirakan akibat dari pengaruh hormon
esterogen.
Hormon estrogen ini dapat meningkatkan kolesterol empedu
pada penderita disamping mengurangi pemompaan kandung
empedu. Ia dapat pula disebabkan oleh pemakaian obat anti
kolesterol. Menggunakan obat anti kolesterol bukanya
kolesterolnya menurun drastis, tetapi malah kolesterol ini
menghindar kedalam empedu,sehingga kolesterol empedunya
semakin meningkat.
e) Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih
cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
orang usia lebih mudah. Setelah usia 40 tahun risiko terjadi batu
empedu 4 hingga 9 kali lipat. Usia tua memiliki paparan panjang
untuk banyak faktor kronis seperti hiperlipidemia, konsumsi
alkohol, dan dm. Hal ini akan menyebabkan penurunan motilitas
kandung empedu dan terbentuknya batu empedu. Jenis batu
juga akan berubah dengan bertambahnya usia. Pada awalnya
terutama jenis batu kolesterol (sekresi kolesterol meningkat dan
saturasi empedu) namun dengan bertambahnya usia cenderung
menjadi batu pigmen. Selanjutnya gejala dan komplikasi akan
meningkat dengan bertambahnya usia hal tersebut sering
dilakukan tindakan kolesistektomi.
f) Penyakit diabetes mellitus
Penyebab batu empedu ini diperkirakan penderita juga
menderita kencing manis (diabetes mellitus). Penderita kencing
manis biasanya kadar lemak darahnya tinggi, yang mungkin
saja menumpuk pada empedu sehingga turut membuat batu
empedu(wijayaningsih, 2013)
2. Faktor presipitasi:
a) Berat badan
Orang dengan body mass index (bmi) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk menjadi kolelitiasis. Ini karenakan tingginya
bmi maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi,
dan juga menggurangi garam empedu serta menggurangi
kontraksi atau pengosongan kandung kemih.
b) Makanan
Komsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak
hewani beresiko untuk menderita kolelitiasis.
c) Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya kolelitiasis. Ini di sebabkan oleh kandung
empedu lebih sedikit berkontraksi (karson, 2018)
4. Anatomi fisiologi
g) Anatomi
h) Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencerna menjadi zat - zat gizi dan
energi, menyerap zat - zat gizi kedalam aliran darah serta
membuang aliran makanan yang tidak dapat dicerna.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
esophagus,lambung, usus halus, hati, kandung empedu, pancreas,
usus besar, rectumdan anus.
a. Mulut (oris) merupakan organ yang pertama dari saluran
pencernaan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium
yaitu perbatasan antara mulutdengan faring, terdiri dari:
1) Vostibulum oris: bagian diantara bibir dan pipi luar, gusi dan gigi
bagian dalam. Bagian atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh
lipatan membran mukosa bibir, pipi dan gusi.
2) Kavitas oris propia: bagian diantara arkus alveolaris, gusi dan
gigi, memiliki atap yang dibentuk oleh palatum durum (palatum
keras) bagian depan, palatum mole (palatum lunak) bagian
belakang. Garis tengah lipatan membrane mukosa terdapat
frenulum lingua yang menghubungkan permukaan bawah lidah
dengan dasar mulut.
3) Bibir: bagian eksternal ditutupi oleh kulit dan bagian interna
dilapisi oleh jaringan epitel yang mengandung mukosa. Bagian
ini kaya pembuluh darah dan banyak terdapat ujung - ujung
saraf sensorik. Pada kavum oris terdapat dua buah palatum
(tulang langit - langit) yaitu palatum durum dan palatum mole.
4) Pipi: alat kelengkapan mulut bagian luar dilapisi oleh kulit dan
dan bagian dalam dilapisi oleh jaringan epitel, mengandung
selaput lendir (membrane mukosa). Otot pengunyah
memanjang dari maksila ke mandibula sifatnya lebih elastis
m.buksinator bentuk basis otot pipi. Setelah luar pipi terdapat
fasia bukofaringeal dengan jaringan lemak.
5) Lidah: terdapat dalam kavum oris merupakan susunan otot
serat lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah
berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut
dengan menggerakkan makanan ke segala arah.
6) Kelejar ludah (saliva) merupakan kelenjar yang menyekresi
larutan mukus ke dalam mulut membasahi dan melumas
partikel makanan sebelum ditelan, kelenjar ini mengandung dua
enzim pencernaan yaitu lipase lingua untuk mencerna lemak
dan enzim ptyalin atau amylase untuk mencerna tepung.
7) Gigi atau dentis terdiri dari:
gigi sulung (gigi susu) tumbuh sejak umur 6 - 8 bulan dan akan
lengkap 20 buah pada umur 2,5 tahun dengan rincian: 8 buah
gigi seri (dens insisivus) bentuknya seperti pahat yang berguna
untuk memotong, 4 buah gigi taring (dens kaninus) agak
panjang dan kuat gunanya untuk memotong, dan 8 buah gigi
gerahan (dens molare) untuk menggiling dan menghancurkan
makanan.
Gigi permanen (gigi tetap) tumbuh pada umur 18 tahun dan
berjumlah 32 buah. Susunannya sama dengan gigi susu
ditambah dengan geraham premolar sebanyak 12 buah,
merupakan penyempurnaan dari gigi susu.gigi dan gerahan
terletak dalam alveolus dentalis dari tulang maksila dan
mandibular.
Fungsi gigi adalah mengunyah makanan, pemecahan partikel
besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa
menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan proses mekanik
pertama yang dialami makanan pada waktu melalui saluran
pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan,
melicinkan, dan membasahi makanan yang kering dengan
saliva serta mengaduk makanan sampai rata
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan yang kerongkongan yang panjangnya kira - kira 12 cm,
tegak lurus antara basis krani setinggi vertebra servikalis iv,
kebawah setinggi tulang rawan krikoidea. Organ terpenting
didalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe banyak
mengandung limfosit. Faring terdiri atas tiga bagian yaitu:
1) Nasofaring (pars nasalis) merupakan bagian superior yang
menghubungkan hidung dengan faring.
2) Orofaring (pars oralis) merupakan bagian superior yang
menghubungkan rongga mulut dengan faring.
3) Laringo faring (pars laringis) merupakan bagian interior yang
menghubungkan laring dengan faring.
c. Esophagus
Merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi
oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan
dengan lambung. Makanan dikirim melalui kerongkongan bukan
oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan
relaksasi otot ritmit di sebut dengan peristaltis.
Esophagus bertemu dengan faring pada ruas keenam tulang
belakang. Esophagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) Serta bagian inferior (terutama terdiri bagian otot halus)
d. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan
berbentuk seperti kandung kedelai, terdiri dari tiga bagian yaitu:
kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk kedalam lambung
dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang
bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfrinter
menghalangi kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan yang berkontraksi
secara ritmit, untuk mencampur makanan dengan enzim - enzim
sel - sel yang melapisi lambung menghasilkan tiga zat penting
yaitu lendir, asam klorida dan precursor pepsi (enzim yang
memecahkan protein). Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai macam bakteri. Pelepasan dirangsang oleh:
1) Sarap yang menuju ke lambung
2) Gastrin (hormone yang di lepaskan oleh lambung
3) Histamine zat yang dilepaskan oleh lambung
j. Kandung empedu
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna
hijau kekuningan karena mengandung pigmen bilirubin,
biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan oleh hepatosit hati
pada sebagian besar vetebrata. Setiap harinya cairan empedu
sekresikan oleh hati sebanyak 500 – 1000cc dimasa
sekresinaya berjalan terus menerus, jumlah yang disekresikan
akan meningkat jika mencerna lemak. Pada beberapa spesies,
empedu disimpan didalam kandung empedu dan dilepaskan ke
usus dua belas jari untuk membantu proses pencernaan
makanan. Sebuah kantong empedu berbentuk terong dan
merupakan membrane berotot, letaknya dalam sebuah lobus
disebelah permukaan dibawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 8 - 12 cm, berkapasitas 60 ml. Lapisan empedu
(kantong) terdiri dari lapisan luar serosa atau pariental, lapisan
otot bergaris, lapisan dalam mukosa atau visceral yang disebut
juga membrane mukosa.
1) Bagian - bagian dari kantong empedu
a) Fundus vesika felea, merupakan bagian kantong
empedu yang paling akhir setelah korpus vesika felea.
b) Korpus vesika felea, bagian dari kantong empedu yang
dalamnya berisi getah empedu (cairan empedu).
c) Leher kandung kemih, merupakan leher dari kantong
empedu yaitu saluran pertama masuknya getah
empedu ke kantong empedu.
d) Duktus sistikus, panjangnya 3 cm berjalandari leher
kantung empedu dan bersambung dengan duktus
hepatikus, membentuk saluran empedu ke duodenum.
e) Kollum vesika fellea, berlanjut dari duktus sistikus,
berjalan ke omentum minus dan bersatu dengan sisi
kanan duktus hepatikus kommunis membentuk duktus
koledukus.
f) Duktus hepatikus, saluran keluar dari leher.
g) Duktus koleduktus, saluran yang membawa getah
empedu ke duodenum.
2) Sekresi empedu
Empedu yang diproduksi oleh sel - sel hati memasuki
kenalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika
komunis yang kemudian menyentuh dengan duktus sistikus
dari kandung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus
empedu komunis. Duktus empedu komunis bersama
dengan duktus pancreas bermuara diduodenum atau
dialihkan untuk penyimpanan di kandung empedu.
Fungsi kandung empedu
a) Sebagai persediaan getah empedu dan membuat
getah empedu menjadi kental.
b) Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel -
sel hati jumlah setiap hari dari setiap orang di
keluarkan 500 - 1000 ml sehari yang digunakan untuk
mencerna lemak 80% dari getah empedu pigmen
(warna) insulin dan zat lainya.
c) Kendali sekresi aliran empedu
sekresi empedu diatur oleh faktor impuls parasipatis
dan hormone sekretin dan cck. Cck dilepas untuk
mengkontraksi otot kandung empedu dan merelaksasi
sfingter oddi, cairan empedu kemudian didorong
kedalam duodenum.
3) Komposisi getah empedu
getah empedu adalah suatu cairan yang disekresi setiap
hari oleh sel hati yang dihasilkan setiap hari 5000 - 1000 cc,
sekresinya berjalan terus menerus, jumlah produksi
meningkat sewaktu mencerna lemak. Empedu berwarna
kuning kehijauhan yang terdiri dari 97% air, pigmen empedu
dan garam - garam empedu,
a) Pigmen empedu, terdiri dari biliverdin. Pigmen
merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas
dari sel darah merah yang terdisintegrasi. Pigmen
utamanya adalah bilirubin yangmemberikan warna kuning
pada urine dan feses. Warna kekuningan pada jaringan
(jaundice) merupakan akibat dari peningkatan kadar
bilirubin darah dan ini merupakan indikasi kerusakan
fungsi hati, peningkatan dekstruksi sel darah merah, atau
obstruksi duktus empedu oleh batu empedu.
b) Garam - garam empedu, yang terbentuk dari asam
empedu yang berikatan dengan kolesterol dan asam
amino. Setelah diekskresi kedalam usus garam tersebut
direabsorbsi dari ileum bagian bawah kembali kehati dan
didaur ulang kembali, peristiwa ini disebut sebagai
sirkulasi enterohepatika garam empedu.
k. Pankreas
pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta
beberapa hormon penting seperti insulin. Pancreas terletak pada
bagian posterior perit dan berhubungan erat dengan duodenum.
1) Kelenjar pankreas
suatu alat tubuh yang agak panjang terletak retioperitoneal
dalam abdomen bagian atas, didepan vertebra lumbalis i dan
ii.
2) Fungsi pankreas
a) Fungsi eksokrin (asinar), yang membentuk getah pankreas
yang berisi enzim - enzim pencernaan dan larutan berair
yang mengandung ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi
yaitu enzim tripsin dan kimotripsin dimana berfungsi
mencegah protein dan peptize menjadi fragmen yang lebih
kecil. Produk gabungan sel - sel sinar mengalir melalui
duktus pancreas, yang menyatu melalui duktus empedu
komunis dan masuk ke duodenum dititik ampula
hepatopankreas. Getah pankreas ini dikirim ke dalam
duodenum melalui duktus pankreatikus,yang bermuara
pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum.
Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika.
b) Fungsi endokrin (pulau langerhans)
sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulau - pulau
kecil atau pulau langerhans, yang bersama - sama
membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin dan
glukogen yang langsung dialirkan kedalam peredaran darah
dibawah ke jaringan tanpa melalui duktus untuk membantu
metabolisme karbohidrat.
l. Usus besar
Usus besar (intestinum mayor) merupakan saluran pencernaan
berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar dengan
pajang kira - kira 1,5 - 1,7 meter dan penampang 5 - 5 cm.
Lanjutkan usus halus yang tersusun seperti huruf u terbalik
mengelilingi usus halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai
ke anus.
1) Lapisan usus besar dari dalam keluar:
a) Lapisan selaput lendir (mukosa)
b) Lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
c) Lapisan otot memanjang (m.longitudinal)
d) Lapisan jaringan ikat (serosa)
2) Bagian dari usus besar:
a) Sektum: kantong lembar terletak pada fosa iliaka dekstra
pada bagian bawah sektum terdapat apendiks
vermiformasi. Sektum seluruhnya ditutupi oleh peritoneum,
mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium
dan dapat diraba melalui dinding abdomen.
b) Kolon asendens: memanjang dari sektum ke fosa iliaka
kanan sampai kesebelah kanan abdomen sebelah kanan
dibawah hati membelok ke kiri.
c) Kolon transversum: panjangnya kira - kira 38 cm membujur
dari kolon asendens sampai kekolon desendens. Berada
dibawah abdomen sebelah kanan tempat belokkan yang
disebut fleksura linealis.
d) Kolon desendes: panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak
dibawah abdomen bagian kiri dari atas ke bawah, dari
depan fleksura linealis sampai di depan ilium kiri
bersambung dengan sigmoid dan di belakang peritoneum
(retroperitoneal)
e) Kolon sigmoid: lanjutan dari kolon desendens panjangnya
40 cm, terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri,
berbentuk huruf s, ujung bawahnya berhubungan dengan
rektum,berakhir setinggi vertebra sakralis 2 - 4. Kolong
sigmoid ini ditunjang oleh menseterium yang disebut
mesokolon digmoideum.
3) Fungsi usus besar
a) Menyerap air dan elektrolit untuk kemudian sisa massa
membentuk massa yang lembek yang disebut feses.
b) Menyimpan bahan feses, sampai saat defekasi feses ini
terdiri dari sisa makanan, serat selulosa, sel epitel bakteri,
bahan sisa sekresi lambung, kelenjar intestine, hati,
pancreas, magnesium, fostat dan fe. Tempat tinggal
bakteri e.colli, sebagian dari kolon berhubungan dengan
fingsi pencernaan dan sebagian lagi berhubungan dengan
penyimpanan.
m. Rektum dan anus
Rektum merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus sepanjang 12
cm, dimulai dari pertengahan sacrum dan berakhir pada kanalis
anus. Rektum terletak dalam rongga pelvis, di depan os sacrum
dan os koksigis. Rektum terdiri dari dua bagian yaitu:
1) Rektum propia: bagian yang melebar disebut ampula rekti,
jika ampella rekti terisi makanan akan timbul hasrat
defekasi.
2) Pars analis rekti: sebelah bawah ditutupi oleh serat - serat
otot polos (m.sfingter ani internus) dan serabut otot lurik (m.
Sfigter ani eksternus) kedua otot ini berperan pada waktu
defekasi tunika mukosa rectum banyak mengandung
pembuluh darah. Sfingter ani yang terdiri dari:
a) Sfingter ani internus, sebelah dalam bekerja tidak
menurut kehendak
b) Sfingter levator ani bagian tengah, bekerja tidak
menurut kehendak
c) Sfingter ani eksternus,sebelah luar bekerja menurut
kehendak.
d) Defekasi adalah hasil refleks apabila bahan feses
masuk kedalam rectum.
5. Patofisiologi
tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi ada dua tipe utama batu
empedu. Batuyang terutama tersususn dari pigmen dan batu yang terutama
tersusun dari kolestetol:
1. Batu pigmen
batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion
adalah bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin)
pada kondisi normal akan terkonjugasi karena adanya enzin glokuronil
tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau
tidak adanya enzim glokuronil tranfarase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengedapan dari bilirubin tersebut. Ini
disebabkan karena bilirubin larut dalam lemak. Sehingga lama kelamaan
akan terjadi pengedapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa
menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.
2. Batu kolesterol
Batu kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan
berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak rarut
dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan
lesitin (fosfolipid). Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu
akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan penigkatan sintesis
dalam hati. Keadaan ini akan menyebabkan supersaturasi getah empedu
oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan
bentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan
predisposisi timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
jumlah wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung batu
meningkat persamaan dengan pertambahan umur peningkatan insidens ini
terjadi akibat bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan menurunnya
sintesis asam empedu. Disamping itu, risiko terbentuknya batu empedu
adalah empat kali lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya wanita
tersebut berusia lebih dari 40 tahun, multipara dan obesitas. Insiden
pembentukan empedu juga meningkat akibat malabsorpsi garam-garam
empedu pada pasien dengan penyakit gastrointestinal atau fistual t-tubi
atau pada pasien yang pernah menjalani operasi pintasan atau reseksi
ileum, insidens penyakit ini juga meningkat pada para penyandang
penyakit diabetes.
gangguan paling umum dari batu kandung empedu atau
kolelitiasis adalah penyakit nyeri abdomen paling umum. Faktor diet,
termasuk masukan lemak tinggi mempunyai hubungan dengan terjadinya
kolelitiasis.unsur pokok utamanya adalah kolesterol dan pigmen, dan
sering mengandung campuran komponen empedu. Manifestasi batu
empedu timbul bila batu bermigrasi dan menyumbat eksresi empedu.
Nyeri visceral diperkirakan oleh kontraksi bilier dan sebut kolik bilier.
Nyeri ini tidak seperti kolik, tetapi biasanya dirasakan menetap, sangat
sakit atau ada tekanan di epigastrium.
obstruksi duktus empedu diikuti oleh kolelitiasis akut yang mungkin
berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iskemia di kandung
empedu atau iritasi kimia dan organ yang disebabkan oleh pemajanan
jangka panjang terhadap konsentrat empedu. Infeksi bakteri utama dapat
menyebabkan kolesitisis,terapi sampai dengan 80% kasus, terjadi batu
obstruktif dalam saluran empedu.
karenenya dianggap bahwa kontaminasi bakteri dapat menjadi sekunder
akibat stasis atau diakibatkan oleh infeksi berat, seperti septisemia.
Refluks pankreas dapat terjadi dan menyebabkan iritasi oleh kontak
enzim pankreas dangan mukosa duktus empedu.
kolesistitis kronis biasanya dihubungkan dengan batu di dalam duktus
bilier dan dimanifestasikan oleh intoleran terhadap makanan berlemak,
mual dan muntah,dan nyeri setelah makan.
6. Manifestasi klinis
Batu empedu bisa terjadi secara tersembunyi karena tidak
menimbulkan rasa nyeri dan hanya menyebabkan segala
gastrointestinal yang ringan. Batu tersebut mungkin ditemukan secara
kebetulan pada saat dilakukan pembedahan atau evaluasi untuk
gangguan yang tidak berhubungan sama sekali.
Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat
mengalani dua jenis gejala. Gejala yang disebabkan oleh penyakit
pada kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat
obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa
bersifat akut atau kronis. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh,
distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas
abdomen, dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi setelah individu
mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng.
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu
akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen
kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan.
Rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah dan
bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan
makanan dalam porsi besar. Pasien akan membolak - balik
tubuhnya gelisah karena tidak mampu menemukan posisi yang
nyaman baginya. Pada sebagian pasien, rasa nyeri bukan bersifat
kolik melainkan persisten.
Nyeri hebat tiba - tiba dapat berlangsung selama 30 - 60 menit,
timbul larut malam atau pada ini hari dapat timbul setelah makan
makanan yang berlemak. Episode kolik biliaris dapat juga dijumpai
dengan lokasi nyeri biasanya terdapat abdomen kanan atas atau
epigastrium dan menyebar kebawah angulus scapula dexter, bahu
kanan atau ke sisi kiri. Nyeri dapat bertambah berat dengan adanya
pergerakan atau napas dalam dan dapat berlangsung dalam 12 - 18
jam. Nyeri akibat distensi kandung empedu akibat kontraksi dari
vesicabiliaris dapat timbul dengan mempalpasi abdomen atu
menguap.
Sebagian besar penderita batu empedu tidak menyebabkan
keluhan dan ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan usg.
Batu empedu asimptomatik (tidak bergejala) 1 - 4% akan
memberikan gejala dalam 1 tahun. Akan tetapi jika batu empedu
menyumbat saluran empedu sehingga aliran cairan empedu
terganggu, maka akan menimbulkan keluhan - keluhan seperti
berikut.
Nyeri berat (kolik) karena penyumbatan batu pada muara
kantung empedu. Sebanyak 56% kasus, terkadang mendadak nyeri
diperut bagian kanan atas dan dirasakan meluas atau menebus
punggung atas. Rasa nyeri hebat dan kolik bilier jika duktus sistikus
tersumbat batu, maka kandung empedu akan mengalami distensi
kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba massa pada
kuadran 1 yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke
punggung dan bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisa dan
tidak menemukan posisi yang nyaman. Nyeri akan dirasakan
persisten (hilang timbul) terutama jika habis maka makanan
berlemak yang disertai rasa mual dan ingin muntah dan pada pagi
hari karena metabolism di kandung empedu akan meningkat.
2. Defisiensi vitamin
Obstruksi aliran empedu juga menggangu absorpsi vitamin a, d, e
dan k yang larut dalam. Karena itu, pasien dapat memperlihatkan
gejala defisiensi vitamin - vitamin jika obstruksi bilier berjalan lama.
Defisiensi vitamin k dapat menggangu pembekuan darah yang
normal.
3. Batu empedu yang turun atau masuk saluran empedu (passing
stone) atau disebut juga choledocolithiasis bila batu menggangu
aliran empedu akan mengakibatkan penyakit kuning atau ikterus
(menguningnya kulit atau mata), disertai tinja berwarna
dempulatauputih atau urine berwarna gelap, cholangitis infeksi di
kandung empedu, kuman masuk kesaluran empedu. Akibat adanya
obstruksi saluran empedu menyebabkan ekskresi cairan empedu ke
duodenum (saluran cerna) menurun sehingga feses akan berwarna
pucat kelabu dan lengket seperti dempul yang disebut clay colored.
Selain mengakibatkan peningkatan alkali fospat serum, ekskresi
cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) juga mengakibatkan
peningkatan bilirubin serum yang diserap oleh darah dan masuk ke
sirkulasi sistem sehingga terjadi filtrasi oleh ginjal yang
menyebabkan bilirubin diekskresikan oleh ginjal sehingga urine
berwarna kuning bahkan kecoklatan.
4. Mual dan muntah
Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi
saluran empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu
ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan
terjadinya proses peradangan disekitar hepatobiliar yang
mengeluarkan enzim - enzim sgot dan sgpt, menyebabkan
peningkatan sgot dan sgpt yang bersifat iritatif di saluran cerna
sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan
sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik
sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan
tertahan dilambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan
pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis
ke wajah, kerongkongan serta neuron - neuron motorik spinalis ke
otot - otot abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan muntah.
Apabila saraf simpatis teraktifasi akan menyebabkan akumulasi gas
usus di sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh dengan
gas maka terjadilah kembung(karson, 2018)
5. Ikterus
Ikterus dapat dijumpai diantara penderita penyakit kandung empedu
dengan parsentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi
duktus koleduktus. Akibat obstruksi pengaliran getah empedu
kedalam duodenum maka akan menimbulkan gejala yang khas,
yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum
akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu hal ini membuat
kulit dan membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering
disertai dengan gejala gatal - gatal yang mencolok pada kulit.
6. Perubahan warna urine dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu
akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “clay -
colored.”Defisiensi vitamin. Obstruksi aliran empedu juga
menganggu obsorpsi a,d,e dan k yang larut lemak. Karena itu,
pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin - vitamin ini
jika obstruksi bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin k dapat
menganggu pembekuan darah yang normal. Bilamana batu empedu
terlepas dan tidak lagi menyumbat duktus sistikus,kandung empedu
akan mengalirkan isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda
dalam waktu yang relatif singkat. Jika batu empedu terus
menyumbat saluran tersebut, penyumbatan ini dapat menyebabkan
abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata.
7. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan sinar - x abdomen
Pemeriksaan sinar - x abdomen dapat dilakukan jika terdapat
kecurigaan akan penyakit kandung empedu dan untuk
menyingkirkan gejala yang lain. Namun demikian, hanya 15%
hingga 20% batu empedu yang mengalami cukup kalsifikasi
untuk dapat tampak melalui pemeriksaan sinar - x.
2. Ultrasonografi
Pemeriksaan usg telah menggantikan kolesistografi oral sebagai
prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan cepat serta akurat dan dapat digunakan pada
penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping itu pemeriksa usg
tidak membuat pasien terpajan dengan radiasi ionisasi. Prosedur
ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah
berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya
berada dalam keadaan distensi. Penggunaan ultrasound
berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali.
Pemeriksaan usg dapat mendeteksi kalkuli dalam empedu atau
duktus koledoktus yang mengalami dilasi.dilaporkan bahwa usg
mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
3. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi.
Dalam prosedur ini, preparat radioktif disuntikan secara
intravena. Preparat ini kemudian diambil oleh hepatosit dan
dengan cepat disekresikan kedalam sistem bilier. Selanjutnya
dilakukan pemindaian saluran empedu untuk mendapatkan
gambar kandung empedu dan percabangan bilier. Pemeriksaan
ini lebih mahal dari pada usg, memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mengerjakannya, membuat pasien terpajan sinar radiasi,
dan tidak dapat mendeteksi batu empedu. Penggunaannya
terbatas pada kasus - kasus yang dengan pemeriksaan usg,
diagnosisnya masih belum dapat disimpulkan.
4. Kolesistografi
Meskipun sudah digunakan dengan usg sebagai
pemeriksaanpilihan, kolesistografi masih digunakan jika alat usg
tidak tersedia atau bila hasil usg meragukan. Kolangiografi oral
dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji
kemampuan kandung empedu untuk melakukan
pengisian,memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan
isinya. Media kontras yang mengandung iodium yang
diekskresikan oleh hati dan dipekatkan dalam kandungan
empedu diberikan kepad pasien. Kandung empedu yang normal
akan terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batu empedu,
bayangannya akan tampak pada foto rontgen.preparat yang
diberikan sebagai bahan kontras mencakup asamiopanoat
(telepaque) iodipamide menlumine (cholografin) dan sodium
ipodate (oragrafin) .semua preparat ini diberikan dalam dosis
oral, 10 hingga 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan sinar - x.
Sesudah diberikan preparat kontraks,pasien tidak boleh
mengkonsumsi apa pun untuk mencegah kontraksi dan untuk
pengosongan kandungan empedu.
5. Pemeriksaan laboratorium:
a. Darah lengkap: leukositosis sedang (akut)
b. Bilirubin dan amilase serum: meningkat
c. Enzim hati serum: ast (sgot); alt (sgpt); ldh agak meningkat;
alkalin fostaf dan 5 - nukleotidase: ditandai peningkatan
obstruksi bilier.
d. Kadar protrombin: menurun bila obstruksi aliran empedu
dalam usus menurunkan absorpsi vitamin k
e. Kolangopankreatografi retrograd endoskopik (ercp):
memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus
koleduktus melalui duodenum.
f. Kolangiografi transhepatik perkutaeus: pembedahan
gambaran dengan fluoroskopi antar penyakit kandung
empedu dan kanker pancreas (bila ikterik ada).
g. Ctscan: dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi
duktus empedu, dan membedakan antara ikteri obstruksi
atau non obstruksi.
h. Foto abdomen (multiposis): menyatakan gambaran radiologi
(kalsifikasi) batu empedu, klasifikasi dinding atau
pembesaran kandung empedu.
i. Foto dada: menunjukkan pernapasan yang menyebabkan
penyebaran nyeri.
8. Pencegahan
untuk mencegah tidak munculnya penyakit batu empedu ini
tentu saja perlu dilakukan berbagai tindakan. Tindakan utama tentulah
hal - hal yang menyebabkan tidak munculnya penyakit itu. Bagi
mereka yang berisiko tinggi karena penyakit batu empedu diperlukan
mengkomsumsi makanan yang mengandung lemak tak jenuh dan
mengutamakan makanan yang mempunyai serat dan tidak lupa
melakukan olah raga secara teratur setiap hari.
Disarankan malah agar terhindar dari penyakit empedu ini, agar
calon penderita tidak melupakan minum kopi. Minum kopi diperkirakan
dapat menurunkan risiko kena batu empedu. Menurut penelitian
mereka yang dalam komsumsinya selalu meminum kopi, mereka akan
lebih terhindar dari penyakit batu empedu ini. Namun disarankan untuk
selalu melakukan latihan gerak fisik setiap hari. Melakukan olahraga,
karena gerakan seperti itu seringkali ampuh untuk menjauhkan
penyakit batu empedu.
9. Penanganan atau pengobatan
penatalaksanaan kolelitiasis ada 2 non bedah dan bedah:
1. Non bedah
a. Therapi konservatif
pendukung diet : cairan rendah lemak
cairan infus : menjaga kestabilan asupan cairan
analgetik:meringankan rasa nyeri yang timbul akibat gejala
penyakit antibiotik :mencegah adanya infeksi pada saluran
tunya harus istrahat.
b. farmakoterapi
pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan
untuk melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan
tersusun dari kolesterol.
zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol
pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah.
Batu - batu ini berbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol
yang dapat dilarutkan kembali oleh garam - garam empedu dan
lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia kenodeoksikolat
dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan
penghambatan sekresi kolesterol, sehingga kejenuhannya dalam
empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi, terapi perlu
dijalankan lama yaitu: 3 bulan sampai 2 tahun dan baru
dihentikan minimal 3 bulan setelah batu - batu larut. Recidif dapat
terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun, dalam hal ini
pengobatan perlu dilanjutkan.
7. Keamanan
Tanda : demam menggigil
Ikterik, dengan kulit lembab dan gatal (pruritus)
Kecenderungan pendarahan (kekurangan vitamin k)
8. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu
Adanya kehamilan atau melahirkan
Riwayar dm, penyakit inflamasi usus, diskrasias
darah(suratun dan lusianah)
b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis; obstruksi
spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringanataunekrosis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mualataumuntah, dyspepsia, nyeri dan
obstruksi aliran empedu.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui
pengisapan gaster berlebihan; muntah; distensi; dan hipermotilitas
gaster.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, prognosis, dan
pengobatan.
Daftar pustaka
A. Konsep medis
1. Definisi
Kolesistitis adalah peradangan pada kandung empedu yang
merupakan reaksi dari inflamasi akut dinding kandung empedu yang diserati
keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan terasa panas. Kolesistitis
sangat erat kaitannya dengan pembentukan batu empedu (koletiasis).
Sekitar 90% kasus kolesistitis disertai dengan batu empedu dan 10% tidak
disertai dengan batu empedu ( kumar,abbhas& aster,2013; bloom & katz,
2016)
Kolesistitis kalkulosa akut merupakan komplikasi dari koletiasis dan
indikasi dilakukannya kolesistektomi darurat, sedangkan kolesistitis
akalkulosa akut hanya ditemukan pada 5-12% kasus pada pengangkatan
kandung empedu. Sama seperti kolesistitis akut,kolesistitis kronik juga dapat
disebabkan oleh mikroorganisme. Kultur mikroorganisme e. Coli dan
enterococcus didapatkan pada sepertiga kasus (kumar,abbhas& aster,2013).
Kolesistitis dapat dipicu oleh tiga faktor yaitu inflamasi mekanik yang
disebabkan peningkatan tekanan intraluminal dan distensi yang
menyebabkan iskemik mukosa dan dinding kandung empedu, inflamasi kimia
disebabkan pengeluaran lysolecthin dan inflamasi akibat bakteri
(greenberger & gustav paumgartner, 2015)
2. Anatomi
Gambar anatomi kandung empedu.
a. Kandung empedu
Sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran
berotot .
Letaknya didalam sebuah lekukan disebelah permukaan bawah
hati sampai di pinggiran depannya.
Panjang 8-12 cm dan dapat berisi cairan kira-kira 60 cm.
Terbagi dalam fundus, badan dan leher.
Terdiri atas 3 pembungkus, yaitu dari luar ke dalam :
Pembungkus serosa peritoneal
Jaringan berotot tak bergaris
Membran mukosa yang bersambung dengan lapisan
saluran empedu.
duktus sistikus kira-kira 3,5 cm panjangnya
fungsi kandung empedu adalah sebgai tempat penyimpanan
dan pemekatan cairan empedu.
b. Cairan getah empedu
Merupakan cairan alkali yang disekresikan oleh hati.
Dapat diproduksi seseorang sebanyak 500-1000 cc
Sekresi berjalan terus menerus tetapi dipercepat sewaktu
pencernaan
80% getah empedu terdiri atas air. Garam empedu, pigmen
empedu, kolestrol musin dan zat lainnya.
Saat getah empedu berada dalam kandung empedu, empedu di
pekatkan 5-10 kali.
3. fisiologi
2. Ikterus
ikterus dapat dijumpai antara penderita penyakit kandung
empedu dengan presentase yang kecil dan biasanya terjadi pada
obstruksi duktus koledokus.obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam
duodenum akan menimbulkan gejala yangkhas yaitu ; getah empedu
yang tidak lagi di bawa ke dalam duodenum akan di serap oleh darah
dan penyerapan empu ini membuat kulit dan memban mukosa
berwarnah kuning. Kadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal
yang mencolok pada kulit.
3. Perubahan warnah urin dan fases
eksresi pigmen empedu oleh ginjal akanmembuat urin
berwarnah sangat gelap.fases yang tidak lagi di warnai oleh pigmen
empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat yang disebut clay
colored.
4. Defisiensi vitamin
obstruksi aliran empedu juga menggunakan absorbsi vitamin
a,d,e,dan k yang larut lemak. Bilamanabatu empedu terlepas dan tidak
lagi menyumbat duktussisikus, kandung empedu akan mengalirkan
isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda dalam waktu yang
relatif singkat. Jika batu empedu terus menyumbat, saluran tersebut,
penyumbatan ini akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi di
sertai peritonitis generalisata. ( keperawatan medikal bedah vol.2
edisi.8).
7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaanlaboratorium
2. Pemeriksaan radiologi
Foto polosabdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran
yang khas karena hanyasekitar 10-15% batu kandung empedu
yang bersifat radiopak. Kadang-kadang empedu yang mengandung
cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto
polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang
membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massajaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan
gambaran udara dalam usus besar,di fleksura hepatica.
Ultrasonografi(usg)
ultrasonografi mempunyai kadar spesifisitas dan
sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan
pelebaran saluran empedu intra-hepatik. Dengan usg juga dapat
dilihat dinding kandung empedu yang menebalkarena fibrosis atau
udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain.batu
yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit dideteksi
karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan usg punktum
maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren
lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.kolesistografi
8. Penatalaksanaan
1. Penanganan bedah
a) Kolisistektomiterbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan
pasien dengan kolelitiasis simptomatik. Komplikasi yang paling
bermakna yang terjadi adalah cedera dekubitus biliaris yang terjadi
pada 0,2% pasien. Indikasi yang paling umum untukkolisistektomi
adala h kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
b) Kolisistektomi laparoskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simptomatik
tanpa adanya kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya
pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini
padapasien dengan
A. Diet
b. Farmakoterapi
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian (11 pola gordon )
a. Pola presepesi dan pemeliharaan kesehatan
b. Keluhan utama :
Klien dengan kolesistitis merasakan nyeri pada kuadrat perut kanan
atas )
c. Riwayat kesehatan
- Kesehatan masa lalu : anamnese pada pengkajian apakah pasien
pernah dirawat di rs atau riwayat penyakit yang pernah diderita pada
masa lalu pernah mengalami kolesistitis sebelumnya )
- Kesehatan sekarang : pasien merasa nyeri pada abdomen kuadrat
kanan atas, mual dan muntah, terjadi icterus, regusiasi gas, sendawa
dan flatur )
- Kesehatan keluarga : orang dengan riwayat keluarga kolesistitis
mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat
keluarga
d. Pola nutrisi dan metabolik
Penurunan berat badan, anoreksia, intoleransi lemak, mual dan muntah,
dyspepsia, mengigil, terabanya kandung empedu.
e. Pola eliminasi
Perubahan pada warna urin dan feses akibat sekresi pigmen empedu
oleh ginjal akan membuat urin berwarna gelap dan feses yang tidak
diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat
yang disebut “clay-colored”
f. Pola aktivitas dan latihan :
Adanya kelemahan karena nyeri abdomen terasa berat dan dapat
menyebar ke punggung atau bahu kanan.
g. Pola istirahat dan tidur
h. Kecemasan/ ansietas sehingga klien sering merasa terganggu saat
istirahat
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ketidakseimbangan nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiki infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh menurun
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan dan
keterbatasan kongnitif keluarga
No Diagnosa Noc Nic
1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
cedera biologis selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat - Kaji tingkat nyeri secara komprenhensif
terkontrol dengan kriteria hasil : tingkat (pqrst)
kenyamanan klien meningkat dengan kriteria - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
hasil untuk mengetahui pengalaman nyeri
- Klien melaporkan nyeri berkurang klien sebelumnya
- Ekspresi wajah klien tenang - Control faktor lingkungan yang
- Klien dapat beristirahat dan tiidur mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Ajarkan teknik nin farmakologi seperti
teknik relaksasi dan distrasi untuk
mengatasi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi
nurtisi kurang dari selama 3x24 jam diharapkan klien dapat - Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh menunjukan status nutrisi yang adekuat - Anjurkan klien untuk meningkatkan
dengan kriteria hasil asupan nutrisinya
- Bb stabil - Anjurkan diet yang dikomsumsi
- Tingkat energy adekuat mengandung cukup serat
- Masukan nutrisi adekuat - Monitor jumlah nutrisi
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan jadwal makan
klien
- Kolaborasi dengan team gizi untuk
penyediaan nutrisi terpilih sesuai
dengan kebutuhan klien
3. Resiki infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Control infeksi
imunitas tubuh selama 3x24 jam tidak terdapat faktor resiko - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
menurun infeksi dengan kriteria hasil : pasien lain
- Tidak ada tanda-tanda infeksi - Lakukan tindakan sebelum dan sesudah
tindankan
- Batasi pengunjung bila perlu ajarkan
mencuci tangan saat berkunjung
- Kolaborasi pemberian antibiotic
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Bantu klien jika belum mampu secara
diri b/d kelemahan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan mandiri dan libatkan keluarga
klien dapat terpenuh secara mandiri dengan - Pahami bahsa-bahasa atau
kriteria hasil : pengungkapan non verbal klien akan
- Klien bersih dan tidak bau kebutuhan klien dan libatkan keluarga
- Kebutuhan sehari-hari terpenuhi - Ajarkan klien untuk melakukan self care
secara mandiri (makan, minum) secara bertahap
- Anjurkan klien mengunakan modalitas
terapi dan bantuan mibisasi secara aman
- Lakukan supervise agar kemampuanya
terjadimin
5 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mengajarkan proses penyakit
b/d kurang paparan dan selama 3x24 jam diharapkan - Mengkaji pengetahuan keluarga tentang
keterbatasan kongnitif pengetahuan klien dan keluarga proses penyakit
keluarga meningkat dengan kriteria hasil - Jelaskan patofisiologi penyakit dan tanda
- Keluarga mampu menjelaskan gejala
kembali pengertian, tanda dan - Beri gambaran tentang tanda dan gejala
gejala kolesititis penyakit klien
- Keluarga komperatif dan mau - Beri informasi kepada keuarga tentang
kerja sama saat dilakukan penyakit klien/ konsidi klien
tindakan - Jelaskan kepada keluarga tentang
tujuandan persiapan tindakan yang akan
dilakukan.