BASEMENT
BASEMENT
BASEMENT
DIAPHRAGM WALL
Untuk memenuhi tugas praktek mata kuliah kontruksi bangunan sipil
yang dibina oleh:
NIK : (2011.36.074)
Oleh :
APRIL 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan ulasan
“Basement, tie beam, sloof, dan difragma wall” yang merupakan salah satu tugas
dari kontruksi bangunan sipil.
Dalam ulasan ini saya membahas mengenai pengertian beserta metode
pelaksanaan basement, tie beam, sloof, dan diafragma wall. Saya menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini tidak sedikit masalah yang dihadapi, namun berkat
kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak, semua masalah tadi bisa teratasi
dengan baik. Oleh karena itu saya banyak mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan ulasan ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah cakrawala pemikiran bagi
para pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 BASEMENT
Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang
keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Basement adalah ruang bawah
tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Basement biasanya di
peruntukkan untuk tempat parker, tempat persembunyian badai tornado dan lain
lain.
Metode membangun ruang bawah tanah biasa
Salah satu metode yang paling efektif untuk membangun ruang bawah tanah biasa
adalah dengan menggunakan dinding diafragma atau dinding tumpukan lembaran
(cut-off) yang berfungsi sebagai struktur penahan selama penggalian dan sebagai
sisi dinding ruang bawah tanah. Ketika tanah pusat dipindahkan selama penggalian,
dinding pemutusan harus didukung dengan benar untuk pekerjaan. Berikut ini
beberapa metode yang disarankan.
Pembangunan ruang bawah tanah 4-tingkat di dalam lubang bawah tanah yang
padat yang penuh dengan pekerjaan pendukung sementara lainnya
Konstruksi ruang bawah tanah menggunakan pengaturan top-down, yaitu lantai
dasar lantai bawah tanah akan dibangun terlebih dahulu. Setelah itu, ruang bawah
tanah di bawah lantai tanah akan digali dan dibangun dari atas ke bawah
menggunakan pelat lantai bawah tanah yang telah selesai sebagai pendukung ke
samping.
1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera
didalam gambar rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150
mm
2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk
mempermudah pekerjaan.
3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan.
.
4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar
jaraknya tidak berubah.
5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus
dilakukan selang-seling dan penempatan sambungan di tempat-tempat
dengan tegangan maksimum sedapat mungkin dihindari.
6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan
atas dengan tulangan bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof
tersebut yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton sehingga tidak
ada tulangan yang tampak karena menyebabkan tulangan berkarat.
2.4 SLOOF
Sloof merupakan elemen struktur yang terbuat dari beton bertulang seperti
balok yang berada diatas pondasi batu kali. Sloof ini tidak menumpu pada tanah
langsung. Jika anda sering melihat pembangunan rumah tinggal yang menggunakan
pondasi batu kali, pasti ada balok memanjang berukuran 15x20 cm di atas pondasi
tersebut. Pembesian sloof hanya standar biasanya menggunakan tulangan P12
berjumlah 4 tulangan utama dan menggunakan P6-200 untuk begelnya.
Fungsi dari sloof:
1. sloof berfungsi sebagai “penerima beban” di atasnya, dan menyalurkan ke
ujung-ujungnya.
2. pada sistem “suspended slab” atau slab yang dicor menyatu dengan sloof,
maka sloof berfungsi menyalurkan beban dari pelat (slab) ke ujung-ujung
sloof, baik itu ke sloof lain, atau langsung ke pondasi.
3. Untuk sistem “slab on ground” atau “slab on grade” atau slab yang langsung
bertumpu di atas tanah, biasanya sloof hanya memikul beban-beban tertentu
saja, yang paling sering adalah dinding bata atau partisi berat lainnya.
4. sloof yang menghubungkan antar pondasi, berfungsi sebagai pengikat (ties)
antara satu pondasi dengan pondasi yang lain.
5. untuk mengurangi ukuran pondasi, khusunya untuk pondasi yang didesain
memikul beban momen yang cukup besar.
Pekerjaan Sloof
a. Lingkup Pekerjaan
Melakukan Perakitan besi, Pengurukan Pasir, Pembuatan Lantai Kerja (LC),
Pemasangan Bekisting dan Pengecoran Beton.
b. Persiapan Pekerjaan
1. Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule,
perlatan, personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk
memperoleh persetujuan dari Konsultan sebelum pekerjaan
2. Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum
tanggal dilakukannya pelaksanaan pekerjaan
3. Ruang Lingkup Pekerjaan adalah :
4. Pekerjaan pabrikasi Besi
5. Pekerjaan Urug Pasir
6. Pekerjaan Hamparan Lantai Kerja
7. Pekerjaan bekesting
8. Pekerjaan Instalasi besi Tulangan
9. Cor Beton K-XXX
c. Metode Pelaksanaan
Berikut langkah-langkah dalam pekerjaan sloof beton.
1. Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix
Formula untuk pekerjaan sloof beton.
2. Menyiapkan sepatu kolom. Fungsinya agar bekisting tepat berada pada titik
koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan. Sepatu kolom biasanya
menggunakan besi stek yang dibor pada lantai.
3. Melakukan perakitan besi sesuai dengan soft drawing.
4. Memasang bekisting sloof seperti pada gambar di samping. Jangan lupa
beton decking atau tahu beton penyangga besi tulangan. Tujuan beton
decking ini untuk menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama
proses pengecoran.
5. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran
sloof yang digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci
sloof tersebut harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat sendiri atau
membeli jadi. Jika ingin membuat sendiri menggunakan as drat ukuran 10
mm, besi ulir 10 mm dan plat besi tebal 3-5 mm. Jarak sloof sangat
tergantung dari jarak pasangan kolom. Apabila jarak kolom sekitar 3-4 m
maka jumlah sabuk sloof 2 dengan jarak dibagi rata. Namun jika jarak
kolom lebih dari 4 m maka menyesuaikan dengan prinsip semakin ke bawah
jarak sabuk semakin pendek karena bebannya lebih besar di bawah.
6. Memasang pipa support Untuk menjaga horizontal dari sloof terhadap
kolom.Untuk mendapatkan sloof struktur yang sempurna, bekisting tidak
boleh miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan
pipa support dinilai sangat penting.
7. Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton
sesuai dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata
harus dibantu dengan menggunakan alat concreate vibrator.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan kontruksi
bangunan seperti diafragma wall, basement, sloof, dan tie beam harus kita pelajari
karena ini adalah dasar pemulaan konstruksi bangunan yang merupakan elemen
penting dalam sebuah bangungan bertingkat baik tingkat rendah sampai tingkat
tinggi.
3.2 Saran
Makalah ini saya sedikit informasikan tentang bagian bagian dari konsbang
seperti diafragma wall, basement, sloof, dan tie beam. Dan dalam makalah tersebut
masih banyak kekurangan dan hal yang perlu diperbaiki, untuk itu kritik dan saran
sangat saya perlukan untuk itu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.
DAFTAR ISI
BAB 1.Pendahuluan
1.1. latar belakang
1.2. tujuan dan manfaat
BAB 2. Pembahasan.
2.1 Basement
2.2 Difragma wall
2.3 Tie beam
2.4 Sloof
BAB 3. Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar pustaka
DAFTAR PUSTAKA