LAMPU

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

FISIKA BANGUNAN

KARAKTERISTIK LAMPU

OLEH:

ISTIQOMAH JUDDAH
D051171014

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2019
KARAKTERISTIK LAMPU
A. Syarat Lampu

Beberapa syarat harus dipenuhi agar lampu memenuhi syarat dipasarkan


ke konsumen. Beberapa hal pokok yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Intensitas cahaya
Arus cahaya yang dipancarkan oleh lampu menghasilkan intensitas
cahaya yang cukup agar kuat penerangan yang diperoleh sesuai dengan
aktivitas visual dan mendukung kenyamanan visual pengguna.
2. Kualitas warna
Kualitas warna (colour temperature dan colour rendering) lampu sesuai
dengan efek cahaya dan suasana ruang yang diperlukan serta mendukung
kenyamanan visual.
3. Usia pakai
Lampu dan luminer memiliki keterbatasan usia pakai. Intensitas cahaya
yang dipancarkan lampu makin lama makin berkurang, hal ini karena lampu
mengalami depresiasi. Fluktuasi tegangan listrik dapat memperpendek usia
lampu.
4. Biaya pengadaan, operasional dan maintenance
Biaya pengadaan, operasional dan maintenance harus terjangkau
pengguna, dan besarnya bersifat relatif.
5. Materialnya tidak berbahaya
Lampu tidak boleh mengandung timbal dan bahan radio aktif atau
bahan berbahaya. Jika terdapat bahan berbahaya seperti merkuri, jumlahnya
sesedikit mungkin.

B. Kualitas Warna
Kualitas warna terkait kenyamanan visual, meliputi colour temperature
dan colour rendering.
1. Colour temperature

Colour temperature cahaya lampu putih diukur dalam satuan Kelvin.


Secara garis besar, colour temperature dikelompokkan menjadi warm white,
cool white dan cool daylight. Semakin kekuningan atau kemerahan
warnanya maka semakin rendah colour temperaturenya. Sebaliknya, makin
kebiruan maka colour temperature semakin tinggi.

Tabel 1. Colour Temperature Berbagai Sumber Cahaya

Gambar 1. Spektrum warna cahaya putih berdasarkan colour temperature


Sumber:lightbulbu.blogspot.com
Gambar 2. Colour temperature warm white, cool white, dan cool daylight
Sumber: www.frostelectric.com

Tabel 2.Colour temperature beberapa jenis lampu


2. Colour rendering

Sumber cahaya terbagi menjadi beberapa macam, dari cahaya


matahari sampai cahaya buatan manusia. Untuk dapat menilai atau
membandingkan warna dari suatu benda, maka dapat dilakukan dengan
membandingkan warna tersebut menggunakan cahaya natural (matahari)
atau lampu neon yang memiliki spectrum yang sama dengan matahari.
Dengan berkembangnya LED, perlu dipastikan bahwa pencahayaan LED
dapat menampilkan benda seperti pencahayaan natural.
Pencahayaan yang menampilkan warna sesuai dengan yang
ditampilkan cahaya natural dapat dikatakan memiliki kemampuan sesuaian
warna yang baik.
Pencahayaan yang terdapat di pasaran, sebagai contoh lampu pijar,
neon dan LED, memiliki deskripsi masing-masing seperti “white”, “warm
white” atau “cool white” yang menampilkan warna yang berbeda dari suatu
benda. Gambar di bawah menunjukkan benda yang di terangi oleh tiga
pencahayaan berbeda.

Gambar 3.Contoh Colour rendering pada makanan


Sumber: analisawarna.com

Warna yang ditampilkan berbeda dan ini dikarenakan oleh sifat


sesuaian warna dari lampu tersebut. Kemampuan ini disebut Indeks
Sesuaian Warna atau lebih dikenal dengan Color Rendering Index (CRI).
Colour rendering cahaya yang dipancarkan lampu memiliki indeks
tertentu berdasarkan kemampuan renderasi warna pada objek yang dikenai
cahaya olehnya. Makin lengkap spectrum cahaya lampu, makin tinggi Ra.,
warna objek juga mendekati aslinya seperti saat terkena sinar matahari.
Warna objek tergantung spectrum cahaya yang dipantulkan objek
tersebut ke mata. Spektrum cahaya lampu tidak 100% seperti cahaya dari
matahari. Walau CRI lampu tersebut dinilai 1 (Ra. = 85-100%), warna objek
sebenarnya tidak dapat mencapai100% sesuai aslinya.

Gambar 4.Colour rendering beberapa jenis lampu


Sumber:tesengineering.com

Tabel 3. Colour rendering beberapa jenis lampu


Tabel 4.Colour Rendering beberapa jenis lampu

Gambar 5.Contoh colour rendering pada pakaian


Sumber: www.standarpro.com

Gambar di atas menunjukkan perbedaan kemampuan colour rendering


atau renderasi warna pada obyek oleh tiga jenis lampu yang memiliki
perbedaan Colour Temperature (CT). Kiri menggunakan CT Cool Daylight,
tengah CT Cool White dan kanan CT Warm White.

C. Power Input, Luminous Flux dan Efikasi

Daya (power input) adalah besar konsumsi energi listrik yang dibutuhkan
untuk menghasilkan arus cahaya dengan besaran tertentu sesuai spesifikasi
lampu. Satuan daya listrik adalah Watt (W).
Arus cahaya adalah jumlah cahaya yang dipancarkan lampu per satuan
waktu berdasarkan besar daya yang diterima. Satuan arus cahaya adalah lumen.
Besar daya dan arus cahaya suatu lampu tercantum pada label kemasan.

Secara teoritis, makin besar daya listrik yang diterima (hingga batasan
tertentu) lampu maka makin besar arus cahaya yang dihasilkan. Artinya,
intensitas cahaya lampu tersebut semakin besar dan lampu terlihat semakin
terang. Jika daya listrik melebihi kapasitas lampu (saat terjadi kenaikan
tegangan listrik di luar batas atau di atas voltage range) maka lampu tersebut
mengalami kerusakan.

Efikasi adalah efisiensi lampu, yaitu perbandingan antara besar arus


cahaya yang dipancarkan lampu per daya yang dibutuhkan lampu. Satuan
efikasi adalah lumen/Watt. Makin tinggi efikasi lampu dengan besar daya
listrik yang sama, maka makin tinggi arus cahaya dan intensitas cahayanya.
Artinya, lampu tersebut makin hemat energi.

Dengan didukung teknologi, efikasi lampu menjadi makin tinggi. Berikut


gambaran pencapaian efikasi lampu sejak sekitar tahun 1940 hingga sekitar
tahun 2000.

Tabel 5. Perbandingan efikasi beberapa sumber cahaya/lampu


Tabel 6. Efikasi beberapa jenis lampu

Lampu HID lebih efisien digunakan sebagai lampu outdoor. Di antara


lampu indoor selain lampu LED, lampu fluorescent memiliki efikasi paling
tinggi, sehingga digunakan sebagai sumber cahaya buatan pada bangunan
umum yang luas dan tidak sangat membutuhkan efek cahaya seperti fasilitas
pendidikan dan perkantoran.

Gambar 6. Lampu HID


Sumber: gridoto.com

Efikasi lampu incandescent sangat rendah, hanya 5-27 lm/Watt saja,


karena sebagian besar daya listrik yang diterima berubah menjadi energi panas.
Efikasi lampu low pressure sodium atau HID SOX sangat tinggi dapat
mencapai 100-203 lm/Watt, tetapi colour temperaturenya sangat rendah 1.700
K dengan cahaya oranye, sehingga terbatas penggunaannya.
Gambar 7.Lampu incasdencent
Sumber: elektro-edukasi.blogspot.com

Lampu high pressure sodium atau HID SON dan HID Metal Halide
menghasilkan arus cahaya dan efikasi yang tinggi, sehingga efisien digunakan
sebagai lampu outdoor di area fasilitas umum, seperti lapangan dan jalan.

Gambar 8. Lampu high pressure sodium


Sumber: nformazone.com

D. Kuat Penerangan

Kuat penerangan pada pencahayaan buatan adalah arus cahaya dari lampu
yang diterima oleh suatu bidang, per satuan luas bidang tersebut. Sebagai
bidang adalah luas ruang (untuk lampu general lighting) atau luas area tertentu
(untuk lampu localized lighting).
Kuat penerangan ruangan dikategorikan menjadi 6 yaitu:

1. Penerangan Ekstra Rendah, dibawah 50lx.


2. Penerangan Rendah, dibawah 150lx.
3. Penerangan Sedang, 150 hingga 175lx.
4. Penerangan Tinggi
5. Penerangan Tinggi I, 200lx,.
6. Penerangan Tinggi II, 300lx
7. Penerangan Tinggi III, 450lx.
8. Penerangan Sangat Tinggi, 700lx.
9. Penerangan Ekstra Tinggi diatas 700 lx.

Semakin besar arus cahaya yang diterima bidang, maka kuat penerangan
(E) semakin tinggi. Artinya, ruang atau area yang terkena cahaya makin terang.
Untuk mencapai kenyamanan visual, maka besar kuat penerangan mimimal
(Emin) telah ditentukan oleh standar, dan sistem pencahayaan buatan harus
menghasilkan kuat penerangan yang tidak kurang dari standar tersebut.
Berdasarkan kebutuhan minimal kuat penerangan sesuai standar, dapat
dihitung berapa banyak jumlah lampu dan luminer yang dibutuhkan sesuai luas
ruang atau luas area yang akan terkena cahaya.

E. Usia Pakai

Usia pakai lampu adalah jangka waktu kemampuan lampu untuk menyala
sejak awal pemakaian hingga lampu tersebut tidak dapat digunakan lagi,
dengan asumsi durasi penyalaan per hari selama sekian jam tertentu per hari.
Satuan usia pakai lampu adalah jam atau tahun.
Gambar 9. Lampu compact fluorescent
Sumber: traderscity.com

Dengan asumsi penyalaan setiap hari selama 5,5 jam per hari, lampu
compact fluorescent integrated –essential- tornado 24 Watt ini memiliki usia
pakai selama 8.000 jam atau empat tahun.

Usia pakai lampu terkait erat dengan biaya pengadaan dan biaya
pemeliharaan. Makin pendek usia lampu, maka makin sering lampu tersebut
harus diganti. Lampu incandescent classictone standard memiliki usia pakai
lampu terpendek di antara jenis lampu lainnya, yakni sekitar 1.000 jam dan saat
ini tergantikan oleh lampu incandescent jenis lainnya atau lampu halogen.
lampu sebelah kiri dapat menggantikan 15 lampu incandescent yang usia
pakainya 15 kali lebih rendah. Artinya, usia pakai lampu gambar kiri dapat
diganti setelah 15 ribu jam pemakaian.

Gambar 10.Perbandingan usia lampu compact fluorescent


Sumber:moonlightdesign
Dibandingkan lampu indoor jenis lainnya, lampu fluorescent TL-D super
80 memiliki usia pakai cukup panjang hingga 17.000 jam, sehingga digunakan
untuk sumber cahaya buatan pada fasilitas pendidikan dan perkantoran. Lampu
HID SON memiliki usia pakai cukup panjang sampai 28.000 jam denan
intesitas cahaya tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai lampu outdoor.
Sedangkan, lampu LED memiliki umur yang bisa mencapai 15 tahun. dengan
penggunaan harian selama 2,7 jam/hari. Misalnya saja kita asumsikan
penggunaan per hari adalah 8 jam, maka umur lampu LED menjadi =
(2,7/8)*15 = 5,06 tahun. Usia yang cukup lama juga dan mungkin kita akan
lupa kapan terakhir kali kita membeli lampu tersebut. Dengan usia lampu 5
tahun saja, maka bisa dikatakan daya tahan lampu LED mencapai hampir 2x
lipat dibandingkan dengan lampu neon. Lampu LED memiliki usia pakai
tinggi, yaitu 50.000-100.000 jam.

Gambar 11.Jenis lampu dan kuat penerangan


Sumber: visicomled.com
DAFTAR PUSTAKA

Almegkm.2019.Analisa Warna (Online). http://analisawarna.com/2015/09/07/


color-rendering-index-illuminance-meter-cl-70f/ diakses pada 18 Maret
2019

Latifah, Nur Laela.2015.Fisika Bangunan 2.Jakarta Timur:Griya Kreasi.

Anda mungkin juga menyukai