LP Post Partum Preeklamsi Eko
LP Post Partum Preeklamsi Eko
LP Post Partum Preeklamsi Eko
RUANG FLAMBOYAN
Disusun oleh :
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN PRE-EKLAMPSIA
A. POST PARTUM
1. Pengertian
“Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu.” (Mochtar, 1998)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu.
B. PRE EKLAMSIA
1. DEFINISI
Pre eklamsia adalah suatu kelainan kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hypertensi, proteinuria, dan oedem pada seorang gravida yang terjadi
normal.
2. ETIOLOGI
Sebab pre eklamasi belum diketahui, tapi pada penderita yang meninggal
karena eklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat. Tapi kelainan yang
menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklamsi.
Vasospasmus menyebabkan :
1. Hypertensi
2. Pada otak : sakit kepala
Kejang
3. Pada placenta : solution placentae
Kematian janin
4. Pada ginjal : oliguri
Insuffisiensi
5. Pada hati : icterus
6. Pada retina : amourose
4. PROGNOSA
Prognosa tergantung pada terjadinya eklampsi. Di negara-negara yang sudah
maju kemaatian karena preeklampsi kurang lebih 0.5%. tetapi jika eklampsi terjadi
maka prognosa menjadi kurang baik kematian pada eklampsi adalah 5%. Prognosa
untuk anak juga berkurang tetapi juga bergantung pada saatnya preeklampsi
menjelma dan pada beratnya preeklampsi. Kematian perinatal kurang lebih 20%.
Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh prematuritas.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan hypertensi
yang tetap terutama kalau preeklampsi berlangsung lama atau denga perkataan lain
kalau gejala preeklampsi timbul dini.
5. DASAR PENGOBATAN
a. Istirahat
b. Diit
c. Obat-obat antihypertensip
d. Sedatip
e. Induksi persalinan.
Pengobatan jalan hanya mempunyai tempat kalau preeklaampsi ringan sekali
misalnya kalau tensi kurang dari 140/90 dan oedema dan proteinuria tidak ada atau
ringan sekali.
Anjuran diberikan pada pasien semacam ini ialah :
a. Istirahat sebanyak mungkin di rumah
b. Penggunaan garam dikurangi
c. Pemeriksaan kehamilan harus 2 kali seminggu
d. Dapat pula diberikan sedativa dan obat-obatan antihypertensi.
FOKUS PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer
atau statis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus)
b. Integritas Ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor-faktor stress multiple
seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat
beristirahat, peningkatan ketegangan, dan stimulasi simpatis.
c. Makanan/cairan
Kaji kondisi malnutrisi, membrane mukosa yang kering. Lakukan pembatasan pra
operasi insuisiensi pancreas atau DM karena merupakan predisposisi untuk terjadi
hipoglikemia/ketoasidosis.
d. Pernafasan
Kaji adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e. Keamanan
Kaji adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan,
defisiensi imun, munculnya kanker atau adanya terapi kanker, riwayat keluarga
tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi, riwayat penyakit hepatic, riwayat
transfusi darah, dan tanda munculnya proses infeksi.
PRIORITAS KEPERAWATAN
Prioritas asuhan keperawatan ditujukan untuk: mengurangi ansietas dan
trauma emosional, menyediakan keamanan fisik, mencegah komplikasi, meredakan
rasa sakit, memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan menyediakan informasi
mengenai proses penyakit
PATHWAYS post partum Letting go phase
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder
terhadap atonia uteri. (Doengoes, 2001)
Tujuan :
Syok hipovolemi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole 80-85 mmHg.
Nadi 60-80 kali permenit.
Akral hangat, tidak keluar keringat dingin
Perdarahan post partum kurang dari 100 cc
Intervensi :
Monitor vital sign
Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik
Monitor pengeluaran pervagina.
Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri.
Susukan bayi sesegera mungkin.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
perineum dan kontraksi uterus berlebih. (Doegoes, 2001: 417)
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Ekspresi wajah klien tenang.
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
Skala nyeri kurang dari 4.
Nadi antara 60-80 kali permenit.
Intervensi :
Kaji sebab-sebab nyeri pada klien.
Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan relaksasi.
Anjurkan pada klien untuk melakukan kompres dingin
pada daerah perineum.
Kolaborasi pemberian analgesic sesuai advis dokter.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka
episiotomi. (Doegoes, 2001: 427)
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka episiotomi.
Tanda-tanda vital normal.
Jumlah sel darah putih normal.
Intervensi :
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Monitor tanda-tanda vital.
Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka episiotomi.
Beri perawatan pada luka episiotomi dengan
menggunakan teknik septic dan antiseptic.
Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan perineum.
4. Gangguan eliminasi urin: inkonensia berhubungan dengan obstruksi uretra
sekunder terhadap oedema uretra. (Doegoes, 2001: 434)
Tujuan :
Kebutuhan eliminasi urin dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengosongkan kandung kemih 4-8 jam setelah melahirkan.
Klien tidak merasakan ketegangan pada kandung kemih.
Intervensi :
Kaji intake cairan klien mulai terakhir saat pengosongan
kandung kemih.
Anjurkan klien untuk merangsang BAK dengan
menggunakan air hangat.
Kaji jumlah urin yang dikeluarkan.
Jika klien tidak bisa mengeluarkan sendiri secara spontan,
kolaborasi untuk pemasangan kateter.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan.
(Doegoes, 2001: 436)
Tujuan :
Kebersihan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.
Intervensi :
Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.
Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan optimal.
Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang
perawatan diri.
6. Perubahan pola peran berhubungan dengan penambahan anggota baru.
(Carpenito, 2000: 513)
Tujuan :
Orang tua dapat menerima peran baru dalam keluarganya.
Kriteria hasil :
Orang tua dapat menerima keberadaan bayinya.
Orang tua dapat mendemonstrasikan perilaku peran barunya.
Orang tua mulai mengungkapkan perasaan positif mengenai bayinya.
Intervensi :
Beri kesempatan untuk membina proses ikatan dengan
bayinya.
Anjurkan ayah atau ibu untuk menggendong bayinya.
Dengarkan cerita tentang pengalamannya selama hamil
hingga melahirkan.
Berikan dukungan social yang diperlukan ibu.
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan sensitivitas colon. (Doegoes,
2001: 430)
Tujuan :
Pasien dapat defekasi dengan lancar.
Intervensi :
Kaji pola defekasi klien.
Auskultasi bising usus.
Ajarkan pentingnya diit seimbang.
Dorong masukan harian sedikitnya 2 liter cairan.8 sampai
10 gelas kecuali dikontraindikasikan.
Anjurkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.
Anjurkan makan makanan tinggi serat.
Berikan laksatif jika diperlukan.
8. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan cemas, gelisah, faktor
eksternal perubahan lingkungan.
Tujuan :
Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur.
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang faktor gangguan tidur.
Meningkatkan peningkatan kemampuan untuk tidur.
Wajah klien rileks.
Intervensi :
Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan istirahat pasien.
Kaji factor-faktor penyebab gangguan pola tidur.
Berikan lingkungan yang nyaman.
Beri kesempatan ibu mengungkapkan perasaannya, batasi
kunjungan selama periode istirahat.
9. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya managemen
laktasi sekunder terhadap pembengkakan payudara. (Carpenito, 2001: 513)
Tujuan :
Ibu dapt menyusui bayinya secara efektif.
Kriteria hasil :
Ibu membuat keputusan menyusui bayinya.
Ibu mengidentifikasi aktivitas yang menghalangi untuk menyusui.
Intervensi :
Kaji factor-faktor penyebab ketidakefektifan menyusui.
Dorong ibu untuk mengungkapkan masalah secara
terbuka.
Kaji keadaan ibu dan bayi.
Ajarkan penatalaksaan perawatan payudara yang baik.
Ajarkan cara menyusui yang baik, bila ada gejal mastitis
atau abses payudara (ditandai bengkak dan nyeri). Anjurkan untuk menghubungi
perawat dan dokter.
DAFTAR PUSTAKA