Revisi KPD
Revisi KPD
Revisi KPD
B. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum :Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum :Minggu pertama post partum.
3. Late post partum :Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
2) Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 –
14 pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea rubra
berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea Purulenta jika
terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak
lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240 – 270 ml. (Mochtar, 2008).
2. Perubahan Psikologis
1. Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa ini ibu cenderung pasif, ibu
cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak
nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.
2. Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah suka
membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya
pada hari 4 – 7 hari post partum.
3. Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu
menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.
A. DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion sebelum
dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia
kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi (Mitayani, 2011).
B. ETIOLOGI
1. Ketuban yang abnormal
2. Infeksi vagina / serviks
3. Kehamilan ganda
4. Polihidramnion
5. Trauma
6. Distensi urine
7. Serviks yang pendek
8. Prosedur medis
(Fadlun,dkk.2011.Asuhan Kebidanan Patologis)
D. PENATALAKSANAAN
Konservatif
Rawat di rumah sakit.
Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan
ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan
paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.9
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri
jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.9
PATHWAYS
Post Partum
Perub. Fisiologis Perub. Psikologis
Involusi uterus
episiotomi Kurang Proses
pengetahuan dalam Parenting
Kontraksi Kontraksi uterus Laserasi jalan menyusui
uterus lambat lahir (perineum, Terputusnya
Mekanisme Tak
Atonia uteri Pelepasan jaringan vagina) kontinuitas
Menyusui tidak Terpenuhi
endometrium jaringan
perdarahan efektif
Kelemahan Fisik
Lokhea keluar
Vol. Cairan turun Nyeri Akut
Kurang Port of the Defisit perawatan
Perub. Perfusi perawatan entri diri
jaringan
Invasi bakteri
Resiko
Resiko syok
infeksi
hipovolemik
Perubahan. Psikologis
Kondisi ibu lemah Belajar tentang hal baru mampu menyesuaikan diri dengan keluarga
b. Perubahan Psikologis
1) Peran Ibu meliputi:Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor
keluarga, usia ibu, konflik peran.
2) Baby Blues:Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan
psikosis.
3) Perubahan Psikologis
- Perubahan peran, sebagai orang tua.
- Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
- Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada
hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran
yang mempengaruhi emosi ibu.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap
atonia uteri.
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan perineum dan
kontraksi uterus berlebih.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka episiotomi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan.
e. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan transisi
pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran.
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko syok hipovolemik b.d. perdarahan sekunder terhadapatonia uteri.
Tujuan : Syok hipovolemi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
- Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole 80-85 mmHg.
- Nadi 60-80 kali permenit.
- Akral hangat, tidak keluar keringat dingin
- Perdarahan post partum kurang dari 100 cc
Intervensi :
- Monitor vital sign
- Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik
- Monitor pengeluaran pervagina.
- Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri.
- Susukan bayi sesegera mungkin.
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d trauma jaringan perineum, kontraksi uterus
berlebih.
Tujuan :Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Ekspresi wajah klien tenang.
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
- Skala nyeri kurang dari 4.
- Nadi antara 60-80 kali permenit.
Intervensi :
- Kaji sebab-sebab nyeri pada klien.
- Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan relaksasi.
- Anjurkan pada klien untuk melakukan kompres dingin pada daerah perineum.
- Kolaborasi pemberian analgesic sesuai advis dokter.
f. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang b.d. transisi pada masa menjadi
orang tua dan perubahan peran.
Tujuan : Keluarga dapat memahami adanya perubahan proses dalam keluarga.
Kriteria hasil :
- Orang tua menunjukkan tingkah laku kasih saying terhadap bayinya
Intervensi :
- Observasi interaksi antara keluarga dengan bayinya.
- Anjukan ibu untuk menyentuh, merawat dan segera memberikan ASI.
- Berikan penjelasan semua tentang kebutuhan informasi yang diperlukan
pasien tentang kondisinya dan perawatan bayi.
- Fasilitasi keluarga dan sibling untuk menjenguk / menyentuh bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
Hacker, Moore (2009), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Mochtar, Rostam. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 2005, EGC, Jakarta.
Iscemi K.2013. Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta : Salemba Medika
Fadlun,dkk.2011. Asuhan Kebidanan Patologis . Jakarta: Salemba Medika