(Psikologi Industri) (Kel.4) - 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

PSIKOLOGI INDUSTRI

“ COMMUNICATION AND GROUP PROCESS”

DOSEN : MUCHTI YUDHA PRATAMA S.Psi, M.Kes.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4


1. RIVAI DISKI PURBA (0801162017)
2. SINGKI NADIA SINAGA (0801162020)
3. SAVIRA SALSABILA (0801163077)
4. DINA ULFA L TOBING (0801163117)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulisan makalah ini
yang berjudul “Communication and Group Process” disusun untuk melengkapi
bahan pembelajaran dikelas serta untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi
Industri” yang diberikan oleh Bapak Muchti Yudha Pratama, S.Psi, M.Kes.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan semaksimal mungkin, namun
sebagai manusia biasa penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
makalah ini mungkin masih memiliki kekurangan dalam penulisan nya. Oleh
karena itu, dengan sepenuh hati penulis sangat mengharapkan dan menerima
kritikan dan saran yang membangun kepada kami untuk perubahan kedepannya
agar lebih baik dalam menyusun suatu makalah.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca, sehingga dapat menambah serta membuka wawasan dan
pengetahuan kita. Sekian yang dapat kami sampaikan, terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb

Medan, Maret 2019


Penulis

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1 Definisi Komunikasi ...................................................................................3
2.2 Tujuan Komunikasi .....................................................................................3
2.3 Jenis Komunikasi .........................................................................................4
2.4 Proses Komunikasi ......................................................................................6
2.5 Hambatan Komunikasi ................................................................................7
2.6 Konsep Dasar Kelompok Kerja ..................................................................8
2.7 Karakteristik Kelompok Kerja ....................................................................8
2.8 Proses Pembentukan Kelompok Kerja ........................................................9
2.9 Kelompok Kerja Yang Efektif ...................................................................10
2.10 Konflik Dalam Kelompok Kerja ..............................................................11
2.11 Penyebab Konflik ......................................................................................12
2.12 Penyelesaian Konflik ...............................................................................12
2.13 Proses Kerja .............................................................................................14
BAB III. PENUTUP ................................................................................................17

3.1 Kesimpulan .................................................................................................17

3.2 Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa
lainnya. Sementara itu, karakteristik individu akan dibawa memasuki suatu
lingkungan baru, yaitu organisasi atau lainnya. Organisasi yang akan mewujudkan
perilaku individu dalam organisasi.
Organisasi yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas
diharapkan mempunyai daya saing tinggi dan juga mempunyai keunggulan
kompetitif. Untuk dapat merealisasikan harapan tersebut, diperlukan daya
penggerak dari para pemimpin agar dapat memotivasi para karyawannya dalam
mencapai prestasi kerja.
Proses berkomunikasi di dalam suatu perusahaan sangat penting untuk
menjalankan kegiatan dalam di perusahaan tersebut. Manusia adalah makhluk
sosial yang mengatur dan mengorganisasikan kegiatan atau aktivitas di
perusahaan untuk kelancaran perusahaan tersebut. Manusia merupakan elemen
terpenting dari sebuah perusahaan.Tiap-tiap manusia atau individu berbeda
karakter dan memiliki berbagai macam perbedaan kepribadian, hal ini dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mampu memajukan suatu perusahaan yang
lebih baik.
Dengan berkomunikasi, kegiatan di suatu perusahaan tidak akan terhambat,
karena manusia akan saling berhubungan satu dengan yang lain untuk suatu
tujuan yang sama baik antara atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan,
maupun bawahan dengan bawahan.
Dalam hal komunikasi yang terjadi antar karyawan, kompetensi komunikasi
yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang
diembannya, sehingga tingkat kinerja suatuperusahaan menjadi semakin baik. Dan
sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya
hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau

1
konflik yang berkepanjangan, dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak
maksimal.
Kelompok kerja dan komunikasi sebagai salah satu kunci agar fungsi
implementasi dan pengarahan dapat berjalan secara efektif. Perlu disadari bahwa
organisasi adalah kumpulan orang-orang atau kumpulan individu dengan berbagai
karakteristik motif dan potensi. Ketik tujuan hendak dicapai, maka setiap individu
perlu menyadari bahwa selain dirinya merupakan individu yang memiliki motif,
namun juga merupakan bagian dari sebuah kelompok atau kumpulan, yaitu
organisasi.
Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan
makalah terkait proses komunikasi yang baik di tempat kerja dan proses
pembentukan kelompok kerja yang efisien di tempat kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan
penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :
a. Bagaimana proses komunikasi yang efektif di tempat kerja ?
b. Bagaimana proses kerja yang efektif di tempat kerja ?

1.3 Tujuan
Rumusan masalah diatas bergua untuk mempermudah dalam melaksanakan
penelitian. Berdasarkan latar rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diketahui beberapa tujuan antara lain:
a. Mengetahui proses komunikasi yang efektif di tempat kerja
b. Mengetahui proses kerja yang efektif di tempat kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris mengandung makna bersama-sama
(common, commoness), berasal dari bahasa latin, (communicatio) yang berarti
pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana si
pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Kata
sifatnya adalah communis, yang artinya bersifat umum atau bersama-sama. Kata
kerjanya adalah communicare, artinya berdialog, berunding atau bermusyarawah.1

Zelko and Dance said that organizational communication is an


interdependent system that includes internal and external communication. Internal
communication is communication within the organization it self, such as
communication from subordinates to superiors, communication from superiors to
subordinates, and communication of the same-level fellow employes. While
external communication is communication that the organization conducts to the
outside environment, such as communication in product sales, advertising, and
relationships with the general public.2

Komunikasi organisasi juga sebagai proses untuk menciptakan dan saling


menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama
lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.3

2.2 Tujuan Komunikasi


Tujuan komunikasi adalah untuk memudahkan, melaksanakan dan
melancarkan jalannya organisasi. Dalam arti yang lebih luas, tujuan komunikasi
organisasi adalah untuk mengadakan perubahan dan untuk mempengaruhi

1
Chairul Furqon, Hakikat Komunikasi Organisasi, Bandung : 2010, hal.1
2
Ani Yuningsih dan Dadan Mulyana, Communication Pattern and Skill of Leaders in Private
University Management, Mimbar, Vol 33 No.1, Bandung 2017, hal.167.
3
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta 2001, hal.67.

3
tindakan kearah kesejahteraan perusahaan. Sementara itum terdapat empat
pernyataan bahwa tujuan komunikasi organisasi, yaitu;4
a. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat. Memberik peluang bagi
para pemimpin organisasi dan anggotanya untuk menyatakan pikiran,
pandangan, dan pendapat sehubungan dengan tugas dan fungsi yang
mereka lakukan.
b. Membagi informasi (Information Sharing). Memberi peluang kepada
seluruh aparatur organisasi untuk membagi informasi dan memberi
makna yang sama atas visi, misi, tugas pokok, fungsi organisasi, sub
organisasi, individu, maupun kelompok kerja dalam organisasi.
c. Menyatakan perasaan dan emosi. Memberi peluang bagi para pemimpin
dan anggota organisasi untuk bertukar informasi yang berkaitan dengan
perasaan dan emosi.
d. Melakukan koordinasi. Bertujuan mengkoordinasi sebagai atau seluruh
tindakan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi organisasi yang telah
dibagi habis ke dalam bagian atau sub-bagian organisasi. Organisasi
tanpa koordinasi dan organisasi tanpa komunikasi sama dengan
organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan
menggambarkan aspek kerja sama.
2.3 Jenis Komunikasi
Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya
mungkin hanya di antara dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga di antara
keseluruhan orang dalam organisasi. Jaringan komunikasi terbagi menjadi dua,
yaitu;5
a. Komunikasi formal
Pesan yang mengalir melalui jalan resmi dan ditentukan oleh hierarki
resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan, maka pesan tersebut merupakan
jaringan komunikasi formal. Komunikasi dari bawahan kepada atasan,
komunikasi dari atasan kepada bawahan, dan komunikasi sesama karyawan

4
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, hal.372
5
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta:Bumi Aksara. 2000), hal.107

4
yang sama tingkatnya. Terdapat lima jenis komunikasi formal dalam
organisasi, diantaranya adalah :
1) Komunikasi Horizontal (Komunikasi lateral/menyamping)
Proses pertukaran pesan yang dilakukan oleh dua pihak yang
memiliki kedudukan yang sama. Komunikasi tersebut memiliki
beberapa tujuan, yaitu ;
a) Task coordination (koordinasi tugas)
b) Problem solving (pemecahan masalah)
c) Sharing information (berbagi informasi)
d) Conflict resolution (resolusi konflik)
e) Building rapport (membangun kebersamaan atau hubungan)
2) Komunikasi Vertikal
Komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan dalam
organisasi. Menjelaskan bahwa komunikasi vertikal adalah
komunikasi yang mengalir dari suatu tingkat dalam organisasi ke
suatu tingkat yang lebih tinggi atau tingkat yang lebih rendah secara
timbal balik.
3) Komunikasi Ke-atas (Upward Communication)
Komunikasi keatas mengacu pada pesan atau informasi yang dikirim
dari tingkat bawah ke tingkat atas dalam hirarki organisasi. Terdapat
beberapa tipe pesan yang dikirimkan, yaitu;
a) What subordinate are doing? (apa yang dilakukan oleh
karyawan).
b) Unsolved work problem, (masalah-masalah yang tidak
terselesaikan).
c) Suggestions for improvement, (harapan-harapan untuk
perbaikan).
d) How subordinates feel about each other and the job, (apa yang
karyawan rasakan tentang rekan dan pekerjaan).
4) Komunikasi Ke-bawah (Downward Communication)

5
Komunikasi kebawah dilakukan untuk menyampaikan tujuan.
Bentuk komuniasi pada umumnya berupa;
a) Job Instructions, merupakan perintah mengenai apa yang harus
dilakukan bagaimana melakukannya.
b) Job Rationate, merupakan penjelasan atau penjabaran bagaimana
satu tugas berkaitan dengan tugas lainnya.
c) Procedures and practices, merupakan sekumpulan informasi
mengenai peraturan, regulasi, kebijakan dan keuntungan.
d) Feedback, merupakan informasi mengenai seberapa efektif
kinerja seseorang
e) Indoctrination, merupakan informasi yang bertujuan untuk
memotivasi para karyawan dengan memberikann kesan tentang
misi organisasi dan secara khusus bagaimana mereka terhubung
dengan misi organisasi.
b. Komunikasi Informal
Komunikasi informal terbentuk tanpa memperhatikan struktur organisasi
atas ke bawah, bawah ke atas dan horizontal. Dengan fungsi untuk
memberikan konfirmasi atau penjelasan tambahan, memperluas pesan,
mencatat informasi, mempertentangkan informasi, membagi informasi lebih
luas dan melengkapi. Komunikasi informal dalam sebuah organisasi
memiliki beberapa fungsi, yaitu;
1) Comforming (mengkonfirmasi)
2) Expanding (mengembangkan)
3) Expediting (melancarkan)
4) Contradicting (kontradiksi)
5) Circumventing (pemangkasan)
6) Supplementing (melengkapi)
2.4 Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan
kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna

6
antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif, dijelaskan sebagai berikut:
a. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagi pengirim pesan dalam
sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan
seseorang atau sekelompok orang berinisiatif untuk menjadi sumber
dalam sebuah hubungan.
b. Pesan
Pesan adalah setiap pemberitahuan, atau komunikasi baik lisan maupun
tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. pesan menjadi
inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin pesan terbagi menjadi
dua, yakni pesan verbal maupun non-verbal.
c. Penerima
Penerima adalah pihak yang memperoleh pesan atau stimulus yang
dikirimkan oleh sumber.
d. Umpan Balik
Umpan balik adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari
penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non-verbal.6
2.5 Hambatan Komunikasi
Hambatan – hambatan komunikasi dalam organisasi dan/atau di tempat
kerja adalah pengaruh dari dalam maupun dari luar individu atau lingkunggan
yang merusak aliran atau isi pesan yang dikirimkan atau yang diterima. Hambatan
komunikasi dipaparkan sebagai berikut :
a. Hambatan fisik
Faktor fisik dari pengirim dapat menjadi hambatan dalam komunikasi.
Misalnya gangguan kesehatan (suara serak), kecepatan bicara dan
intonasi suara. Faktor fisik dari lingkungan juga dapat menjadi
hambatan dalam komunikasi.
b. Hambatan psikologis

6
Apriliana Rusti Atikasari, Proses Komunikasi, 2012.

7
Faktor psikologis yang menjadi hambatan dalam komunikasi umumnya
disebabkan oleh si pengirim. Sebelum berkomunikasi, tidak
mengkaji/melihat kondisi si penerima. Komunikasi sulit untuk berhasil
jika saat berlangsungnya komunikasi tersebut, penerima sedang sedih,
bingung, marah, kecewa, iri hati dan kondisi psikologis lainnya.
c. Hambatan dalam proses komunikasi
Hambatan dari si pengirim, misalnya pesan yang akan disampaikan
belum jelas bagi si pengirim itu sendiri. Hal ini sering dipengaruhi oleh
perasaan atau situasi emosional dari si pengirim ketika mengirimkan
pesan.
d. Hambatan semantik
Menyangkut bahasa yang dipergunakan pengirim sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada penerima. Seorang
pengirim harus benar-benar memperhatikan hambatan semantik ini,
sebab salah dalam berucap dapat menimbulkan salah pengertian yang
pada akhirnya bisa menimbulkan salah komunikasi.7
2.6 Konsep Dasar Kelompok Kerja
Team work is two or more people who interact and influence each other
toward a common purpose. (kelompok kerja adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk suatu tujuan
tertentu yang dipahami bersama.
Kelompok merupakan interaksi antara dua atau lebih individu yang saling
bergantung untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Kelompok dapat
berupa kelompok formal dan kelompok informal. Kelompok formal dibentuk oleh
organisasi atau terdapat dalam struktur organisasi untuk menyelesaikan tugas
tertentu yang diberikan. Pada kelompok formal, antar anggota kelompok tim akan
terikat untuk mengikuti tujuan organisasi. Sementara itu, kelompok informal tidak

7
Heru triyanto, Pengaruh komunikasi vertikal terhadap kinerja karyawan di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm unit 7 Jombang. Malang: UniversitasIslam Negeri Malik Ibrahim, 2014, hal.
22

8
terdapat struktur organisasi atau tidak dibentuk oleh organisasi. Kelompok ini
terjadi secara alami yang merupakan respon dari kontak sosial. 8

2.7 Karakteristik Kelompok Kerja


Kelompok kerja mempunyai ciri khas yang membentuk perilaku anggotanya
dan membantu menjelaskan serta memprediksikan perilaku individu di dalam
kelompok serta perfomansi kelompok itu sendiri. Ciri khas atau karakteristik
kelompok yang perlu dipahami diantaranya :
a. Peran setiap anggota didalam kelompok merupakan sebuah perilaku
yang diekspektasikan untuk dilakukan oleh anggota kelompok pada
posisi atau tanggung jawab tertentu.
b. Norma merupakan standar diterimanya perilaku antar anggota
kelompok yang menunjukkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan pada kondisi tertentu. Norma mencakup semua aspek
perilaku dalam kelompok, terutama ketika bekerja.
c. Status merupakan posisi atau peringkat sosial yang diberikan kepada
kelompok atau anggotanya atau dari lingkungan sosial di luar
kelompok. Status dapat dimunculkan dari tiga sumber (Berger, Fisek,
Norman, dan Zelditch, 1977) yaitu kekuatan seseorang untuk
berkontribusi terhadap cita-cita kelompok dan kepribadian individu.
d. Ukuran kelompok, kecenderungan kelompok yang lebih kecil akan
lebih cepat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
e. Kohesivitas merupakan derajat sejauh mana anggota kelompok tertarik
dengan anggota kelompok yang lain dan termotivasi untuk tetap
tinggal di dalam kelompok. Kohesivitas akan mempengaruhi
produktvitas kelompok.
f. Keberagaman adalah sejauh mana anggota kelompok memiliki
kemiripan atau perbedaan satu sama lain. 9
2.8 Proses Pembentukan Kelompok kerja

8
Dewi Hardiningtyas dan Ishardita Pambudi Tama,”Psikologi Industri:Dalam Persepektif Sistem
Industri” (Malang, UB Press, 2017), Hal. 73
9
Ibid. hal. 69-70

9
Menurut five-stage group development model, ada lima tahap pembentukan
kelompok (Maples, 1988), yaitu:
a. Forming Stage, pembentukan dimana individu-individu membentuk
diri menjadi kelompok-kelompok. Setiap anggota kelompok berusaha
mengenali kepribadian anggota yang lain, dan memilih perilaku mana
yang bisa diterima atau tidak. Pada tahap ini, anggota kelompok akan
berfikir apakah bisa menjadi bagian kelompok atau tidak.
b. Storming stage, dimana tiap anggota berdebat dan memutuskan
masalah kelompok seperti kepemimpinan, arah, metode, dan lain-lain.
Ketika tahap ini berhasil terlewati, akan diperoleh seorang pemimpin
kelompok.
c. Norming Stage, ditunjukkan dengan munculnya kedekatan interaksi
antar kelompok dan mulai muncul kohesivitas atau ikatan. Identitas
kelompok terbentuk dengan strukturnya serta lebih solid untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Perfoming stage, ditunjukkan dengan struktur dan fungsi masing-
masing anggota yang telah berjalan dengan maksimal. Setiap anggota
yang telah berjalan dengan maksimal. Setiap anggota tidak lagi
beradaptasi tapi sudah beralih untuk menjalankan tugas dan tanggung
jawab masing-masing.
e. Adjourning stage, terjadi pada kelompok yang sifat kerjanya hanya
sementara. Sehingga ketika tugas telah terselesaikan dan tujuan
tercapai, maka dilakukan pembubaran kelompok. Bagi kelompok yang
permanen, tahap terakhir adalah perfoming stage. 10

Jaringan komunikasi pada sebuah kelompok kerja terdapat tiga bentuk, yaitu
rantai (Chain), roda(wheel), dan all channel. Pada jaringan rantai, komunikasi
mengikuti alurnya sesuai dengan instruksi organisasi, umumnya alur yang dibuat
rigid (tertentu) dan tidak semua orang bisa berkomunikasi dengan bebas. Pada
jaringan roda, semua informasi akan masuk kepada satu orang yang bertindak

10
Ibid. Hal.68-69

10
sebagai pusatnya, atau biasanya adalah pemimpin kelompok. Sementara itu, pada
all channel, setiap anggota kelompok bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain di kelompok itu apapun levelnya.11

2.9 Kelompok Kerja Yang Efektif


Kelompok kerja yang efektif adalah kelompok yang mampu menjalankan tugasnya
sesuai rencana, sehingga hasil kerja yang dicapai dapat memberikan kepuasan kepada
kelompok atau pihak lain di luar kelompok. Secara umum, efektivitas suatu unit kerja
akan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
a. Manusia atau sumber daya manusia
b. Tujuan, goal, atau sasaran
c. Proses pencapaian tujuan 12
Menurut John Paul Jones, ada lima syarat yang harus dilakukan agar suatu
kelompok kerja dapat benar-benar efektif, diantaranya:
a. Adanya sikap saling percaya antaranggota
b. Adanya sikap saling mendukung
c. Adanya komunikasi yang terbuka
d. Menerima suatu konflik sebagai hal wajar
e. Saling menghormati keunikan masing-masing 13
2.10 Konflik dalam Kelompok Kerja
Konflik tidak bisa dihindari dalam organisasi. Konflik merupakan proses yang
terjadi karena adanya kepentingan salah satu pihak mempengaruhi pihak lain. Beberapa
jenis atau tingkat konflik mungkin justru bermanfaat jika digunakan sebagai alat untuk
perubahan atau inovasi. Berdasarkan hal ini, kita akan membahas mengenai konflik
fungsional dan disfungsional.
Konflik fungsional adalah konfrontasi antara kelompok yang akan meningkatkan
dan menguntungkan kinerja organisasi. Misalnya, dua departemen di sebuah kantor
pelayanan milik pemerintah mungkin berselisih atas metode apa yang paling efisien untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin. Dua departemen setuju pada tujuan
tersebut tetapi berbeda pendapat mengenai cara untuk mencapainya. Apapun hasilnya,
masyarakat miskin akan diuntungkan dengan pelayanan yang lebih baik setelah konflik

11
Ibid. Hal.67
12
Theo Riyanto dan Martinus,”Kelompok Kerja yang Efektif”(Yogyakarta, KANISIUS, 2008),
hal. 8
13
Ibid. Hal. 21-25

11
tersebut diselesaikan. Tanpa konflik tersebut di organisasi, maka sebagian besar kegiatan
mereka akan stagnan.
Konflik disfungsional adalah interaksi antar kelompok yang dapat merugikan atau
menghalangi pencapaian tujuan dari organisasi. Dalam beberapa literatur, ada tiga
kerugian tersembunyi terkait dengan resolusi atau penyelesaian konflik disfungsional di
tempat kerja:
a. Mengalihkan perhatian manajer atau pemimpin dari melakukan bisnis
utamanya. Banyak manajer menghabiskan waktu untuk menyelesaikan
konflik antara karyawan mereka, sehingga mereka tidak bekerja untuk
mengembangkan produk baru, membantu pelanggan, atau terlibat dalam
kegiatan bisnis lainnya.
b. Kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Konflik dalam organisasi adalah
penyebab stres, dan karyawan umumnya tidak kebal terhadap stress tersebut.
c. Resolusi konflik berdampak pada adanya pihak yang harus membayar.
Ketika ada dua pihak berkonflik kemudian bernegosiasi dan menghasilkan
kompromi, maka ada pihak lain yang mungkin harus membayar untuk itu.
Misalnya, jika keuntungan sebuah perusahaan sidetujui untuk dibagikan
dalam jumlah yang besar pada karyawannya, maka bisa jadi konsumen
produk dari perusahaan itu terpaksa dikenai harga jual produk yang lebih
tinggi daripada sebelumnya.
Konflik dapat memiliki sebuah efek positif atau efek negatif pada kinerja
organisasi, tergantung pada sifat dari konflik dan bagaimana konflik tersebut
dikelola.
2.11 Penyebab Konflik
Terdapat 4 faktor yang berkontribusi terhadap konflik antar kelompok, yaitu :
a. Perbedaan tujuan
b. Keterbatasan sumberdaya
Ketika sumber daya yang terbatas harus dialokasikan, ketergantungan akan
sumberdaya tersebut akan meningkat dan perbedaaan tujuan kelompok akan
menjadi jelas. Jika uang, ruang, tenaga kerja, dan bahan yang terbatas, setiap
kelompok akan mengejar tujuan masing-masing.
c. Struktur penghargaan

12
Konflik antar kelompok akan lebih mungkin terjadi ketika sistem reward
diberikan pada individu dalam kelompok dan bukan untuk kinerja organisasi
secara keseluruhan.
d. Perbedaan persepsi

2.12 Penyelesaian Konflik


Berikut ini adalah teknik untuk menyelesaikan konflik antar kelompok yang telah
mencapai tingkat disfungsional bagi organisasi.
a. Konfrontasi untuk penyelesaian masalah
Hal ini dilakukan untuk mengurangu ketegangan melalui tatap muka antar
kelompok yang saling bertentangan. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk
mengidentifikasi akar konflik dan mengatasinya. Untuk konflik akibat
kesalahpahaman atau hambatan bahasa, metode konfrontasi terbukti efektif.
Namun, untuk memecahkan masalah yang kompleks metode ini kurang
berhasil.
b. Penambahan sumberdaya
Penyebab utama banyak konflik diantara kelompok adalah sumberdaya yang
terbatas. Perluasan atau penambahan sumberdaya bisa menjadi salah satu
cara untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Menghindari konflik
d. Kompromi
Kompromi adalah metode tradisional untuk menyelesaikan konflik
antarkelompok. Dengan kompromi, tidak ada pihak yang menang atau yang
kalah, dan keputusan yang dicapai mungkin tidak ideal untuk kedua
kelompok.
e. Penggunaaan kekuasaan otoritatif
Dengan menggunakan metode ini, manajemen menyelesaikan konflik
dengan menggunakan instruksi atau perintah sesuai dengan kewenangan
mereka untuk menemukan solusi konflik. Bawahan biasanya akan terpaksa
mematuhi keputusan atasan, baik mereka setuju atau tidak dengan itu.
f. Penghalusan konflik
Teknik yang dikenal sebagai smoothing atau penghalusan menekankan
kesamaan dari kelompok yang saling bertentangan dan menghaluskan
perbedaan antara mereka.

13
g. Mengubah variabel manusia
Mengubah variabel manusia melibatkan usaha untuk mengubah perilaku
anggota kelompok yang berkonflik. Metode ini berfokus pada penyebab
konflik dan sikap orang-orang yang terlibat. Metode ini lebih sulit, namun
lebih efektif untuk jangka panjang.
h. Mengubah variabel struktural
Mengubah struktur organisasi untuk menyelesaikan konflik antar kelompok
melibatkan perubahan struktur dimana antar anggota akan melakukan
komunikasi untuk menyelesaikan konflik.
i. Mengidentifikasi musuh bersama
Kelompok yang terllibat konflik akan mengesampingkan perbedaan antara
mereka dan bersatu untuk memerangi musuh bersama.14

2.13 Proses Kerja


Kata proses kerja sendiri menurut Prof. Dr. J. S. Badudu dalam kamus
umum bahasa Indonesia di artikan : Cara kerja suatu organisasi. 15 Berikut sepuluh
tips proses kerja dalam membudayakan keselamatan kerja di tempat kerja:
a. Disain area kerja yang aman.
Di area kerja terdapat banyak peralatan. Dimulai dari peralatan yang
paling sederhana sampai pada peralatan yang canggih. Seperti: bangku,
lemari dan meja kerja; furnitur; konveyor; peralatan ringan s/d berat; dan
kendaraan. Pengaturan tata letak sangat penting untuk membantu
mencapai efisiensi dan efektifitas kerja, mencegah error, dan terakhir
menekan kejadian yang tidak diharapkan yang berakibat kecelakaan.
b. Selalu Menjaga kebersihan area kerja.
Ini adalah bagian cara kerja yang aman dan sehat, area kerja yang bersih
adalah wilayah kerja yang aman dan sehat. Banyak usaha usaha untuk

14
Dewi Hardiningtyas dan Ishardita Pambudi Tama,”Psikologi Industri:Dalam Persepektif Sistem
Industri” (Malang, UB Press, 2017), hal. 83-94
15
Lanang Febria Galing Gumilang, Proses Kerja Reporter Berita Detikhot Subkanal Music di
Detik.com Jakarta. (Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret, 2019).

14
meningkatkan kesehatan kerja yang dapat dilakukan. Pada area kerja yang
bersih bahaya tersingkirkan, disamping itu area kerja yang bersih akan
meningkatkan produktivitas yang lebih bersar dari karyawan.
c. Libatkan karyawan.
Cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak aman yaitu salah satunya
dengan cara melibatkan karyawan anda dalam proses perencanaan safety.
Karyawan adalah orang pertama yang paling memahami situasi ditempat
kerja. Mereka juga akan termotivasi dengan baik untuk safety
d. Memberikan Instruksi kerja yang jelas.
Pesan pesan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi karyawan.
Berikan instruksi kerja yang jelas. Berikan pelatihan untuk memperjelas dan
meningkatkan pemahaman. Instruksi diberikan
dalam bentuk tertulis dan pastikan mereka karyawan membaca,
mempelajari dan memahaminya. Dan yang terakhir pastikan karyawan anda
mengakui sebagai penerimaan terhadap program kerja safety anda.
e. Fokus pada hal-hal yang feasible atau masuk akal dilakukan.
Fokuskan upaya keselamatan anda pada masalah yang paling
mungkin bisa dilakukan. Memberikan fokus kepada masalah yang besar
adalah penting, namun hal tersebut termasuk yang tidak mungkin bisa
dilaksanaan oleh karyawan dan hal ini akan berkontribusi kepada terjadi
pelanggaran yang berdampak kepada cidera atau kecelakaan.
f. Membuka diri untuk menerima masukan, kritikan dari bawahan.
Ini bagian dari cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak nyaman bagi
karywan. Mendorong karyawan untuk melaporkan
kepada anda tentang kekurangan, isu-isu, wawasan dalam masalah
safety. Hal ini akan berdampak terhadap membudayakan safety di tempat
kerja. Pimpinan tempat kerja harus membuka diri untuk menerima masukan,
kritikan dari bawahan.
g. Melakukan Observasi.
Anda harus melakukan observasi dan mempelajari setiap karyawan
melakukan pekerjaan mereka. Perhatikan dan lakukan koreksi pada mereka

15
yang melakukan jalan pintas, dan memberikan pengharggan kepada mereka
yang melakukan tugas-tugas secara baik dan mereka di jadikan sebagai
teladan bagi staf yang lain.
h. Menjaga semua mesin dan peralatan dalam keadaan baik.
Adalah tanggung jawab majikan untuk memastikan bahwa semua mesin
dan peralatan kerja berada didalam kondisi yang baik. Pastikan juga
memelihara shift kerja, roster kerja dengan sebaik-baiknya.
i. Hazard, bahaya.
Hindari bahaya yang tidak perlu. Untuk hal itu lakukan pemeriksaan
rutin atau sesering mungkin tempat kerja anda. Adalah perlu
pemahaman, kemahiran untuk melakukan Identifikasi Bahaya dengan baik
dan benar.
j. Melakukan Review.
Setiap tahun, atau tiap ada perubahan di tempat kerja harus dilakukan
peninjauan kembali pedoman kerja keselamatan di tempat kerja.
Mulailah review tahunan dengan melakukan pemeriksaan tempat kerja anda,
dan penelaahan menyeluruh terhadapa Sistem, program keselamatan anda.

Demikianlah tips proses kerja cara menjaga keselamatan kerja sekaligus


Membudayakan Keselamatan di Tempat Kerja yang dapat diterapkan guna
mewujudkan keselamatan dalam bekerja sehingga terhindar dari kecelakaan
kerja.16

16
https://www.safetyshoe.com/tag/cara-kerja-yang-aman-dan-sehat/

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian kita mengetahui bahwasannya dengan adanya komunikasi
dalam sebuah organisasi dapat memudahkan, melaksanakan dan melancarkan
jalannya organisasi. Dalam arti yang lebih luas, tujuan komunikasi organisasi
adalah untuk mengadakan perubahan dan untuk mempengaruhi tindakan kearah
kesejahteraan perusahaan. Sehingga terciptalah sebuah kelompok kerja yang
efektif di tempat kerja yang mampu menjalankan tugasnya sesuai rencana, sehingga
hasil kerja yang dicapai dapat memberikan kepuasan kepada kelompok atau pihak lain di
luar kelompok.
Oleh karena itu diperlukannya jaringan komunikasi pada sebuah kelompok
kerja dengan tiga bentuk, yaitu rantai (Chain), roda(wheel), dan all channel agar
komunikasi dan kelompok proses dalam lingkungan kerja terjalin secara efektif
dan maksimal.

3.2 Saran
Untuk pembaca agar dapat lebih memahami tentang segala sesutau
mengenai proses komunikasi dan proses kelompok kerja yang efektif di
lingkungan kerja, dan menggali lebih jauh materi tersebut guna untuk
mempertajam dan mengasah kemampuan wawasan bersama dan dapat mengkritik
untuk memperbaiki kualitas makalah ini ke depannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Furqon, Chairul. 2010. Hakikat Komunikasi Organisasi. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia.

Yuningsih, Ani, dkk. 2017. Communication Pattern and Skill of Leaders in


Private University Management. Bandung : Mimbar.

Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusti, Atikasari Apriliana. 2012. Proses Komunikasi

Triyanto, Heru. 2014. Pengaruh komunikasi vertikal terhadap kinerja karyawan


di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 7 Jombang. Malang: Universitas
Islam Negeri Malik Ibrahim

Hardiningtyas, Dewi dan Ishardita Pambudi Tama. 2017. Psikologi


Industri:Dalam Persepektif Sistem Industri. Malang, UB Press.
Riyanto, Theo dan Martinus. 2008. Kelompok Kerja yang Efektif. Yogyakarta:
KANISIUS.
Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi:Dalam Suatu Bidang
Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: KENCANA.

Febria Galing Gumilang, Lanang. 2019. Proses Kerja Reporter Berita Detikhot
Subkanal Music di Detik.com Jakarta. Surakarta: Universitas Negeri
Sebelas Maret.

https://www.safetyshoe.com/tag/cara-kerja-yang-aman-dan-sehat/ (di akses pada


tanggal 25-03-2019 pukul 11:28)

18

Anda mungkin juga menyukai