Metode Isolasi
Metode Isolasi
Metode Isolasi
Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas dari salah satu dosen mata kuliah
fitokimia Tugas yang penulis susun yaitu sebuah makalah yang berjudul
“METODE ISOLASI”.
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Fitokimia STIKes Rumah Sakit Anwar Medika
Sidoarjo.
Penulis menyadari bahwa tidak mungkin tugas ini dapat selesai apabila
dilakukan tanpa bantuan, bimbingan, dorongan dan nasihat dari berbagai pihak
yang telah membatu. Karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang bersangkutan dalam pembuatan tugas ini .
Sekian yang dapat penulis sampaikan semoga tugas ini dapat bermanfaat.
‘Wasalamualaikum Wr.Wb.’
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Isolasi
2.1.1 Pengertian
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
popular. Pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja.
Gritter dkk. (1991) menyatakan bahwa kromatografi lapis tipi (KLT) pada
hakikatnya melibatkan 2 peubah yaitu sifat fasa diam atau sifat lapisan dan
sifat fasa gerak atau campuran pelarut pengembang. Fasa diam dapat berupa
serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penjerap, penyangga atau
lapisan zat cair. Pada penelitian ini digunakan fasa diam berupa silika gel
yang mampu menjerap senyawa yang akan dipisahkan. Fasa gerak dapat
berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut, sebagaimana
dalam penelitian ini digunakan campuran pelarut yang efektif untuk
memisahkan masing – masing komponen senyawanya yang memiliki tingkat
kepolaran yang berbeda.
Lapian tipis (plat silika gel F254) yang digunakan dalam penelitian ini
mengandung indikatir flourosensi yang ditambahkan untuk membantu
penampakkan bercak tak warna pada plat yang telah dikembangkan. Indikator
flourosensi adalah senyawa yang memancarkan sinar (lampu UV) jika
senyawa pada bercak yang akan ditampakkan mengandung ikatan rangkap
terkonjugasi atau cincin aromatik berbagai jenis, sinar UV akan mengkesitasi
dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi (Gritter dkk., 1991)
Harga Rf berjangka antara 0,00 -1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
desimal. Harga Rf dipengaruhi olek struktur kimia senyawa yang sedang
dipisahkan, sifat penyerap, jenis eluen dan jumlah cuplikan (Sastrohamidjojo,
1991).
2.4.1 Instrumentasi
1. Analisis Kualitatif
2.Analisis Kuantitatif
Cx = Ax / Ap x Cp Cx = konsentrasi analit
2. Kurva kalibrasi :
Fasa diam yang digunakan sebagai adsorben dalam kolom adalah silika gel
yang dimodifikasi dengan penambahan alumina (silika gel : alumina, 2:3) dan
MnO2 3%. Sebelumnya silika gel diaktivasi dengan pemanasan pada suhu 110 –
125 oC sedangkan alumina diaktivasi pada suhu 125 – 150 oC selama 24 jam.
Campuran adsorben dimasukkan kedalam kolom dalam keadaan kering, dimana
sebelumnya kolom telah diisi dengan pelarut petroleum eter hingga mencapai
setengah panjang kolom. Campuran adsorben dimasukkan ke dalam kolom tiap 3
gram untuk menghasilkan lapisan-lapisan fasa diam. Keran pada kolom dibiarkan
terbuka agar pelarut dapat keluar. Kemudian kolom dikeringkan dari pelarut
hingga mencapai 1 cm batas atas permukaan fasa diam.
Eluen yang digunakan adalah petroleum eter dan dietil eter dengan
perbandingan 7:3, 3:2, dan 1:1. Teknik elusi yang digunakan adalah teknik elusi
gradien yaitu dimulai dari perbandingan petroleum eter:dietil eter sebesar 7:3.
Kolom yang digunakan disini adalah kromatografi kolom tekan, sehingga
kecepatan alir dari eluen dapat diatur. Dalam pemisahan dengan kolom modifikasi
ini, kecepatan alir yang digunakan sekecil mungkin yang artinya bahwa elusi yang
terjadi berjalan lambat. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pemisahan dan
reaksi yang terjadi antara fasa diam kolom modifikasi dengan sampel. Ketika
menggunakan kecepatan alir yang kecil, tekanan didalam semakin besar, sehingga
pemisahan yang terjadi menjadi lebih baik
Gambar 1.2
Hasil KGC dapat dinyatakan dengan volume retensi Rv, yaitu volume gas
pembawa yang diperlukan untuk mengelusi suatu komponen dari kolom, atau
dinyatakan dengan waktu retensi Rt, yaitu wktu yang diperlukan untuk
mengelusi komponen dari kolom. Kedua parameter ini hamper selalu
dinyatakan nisbi terhadap senyawa baku (sebagai RRv atau RRt) yang dapat
di tambahkan kedalam ekstrak cuplikan atau dapat berupa pelarut yang
digunakan untuk melarutkan cuplikan. Perubahan utama dalam KGC adalah
sifat fase diam dalam kolom dan….. suhu kerja. Keduanya diubah ubah
menurut kepolaran dan keatsirian senyawa yang dipisahkan. Banyak golongan
senyawa yang dibuat tururnannya secara rutin ( terutama menjadi eter
trimetisilil) sebelum di kromatografis gas, karena dengan demikian
memungkinkan pemisahan pada suhu yang lebih rendah.
1. Tinggi = 94% luas puncak (hanya berlaku untuk luas puncak simetris)
2. Luas puncak setara dengan luas segi tiga yang terbentuk oleh kedua
garis singgung yang di tarik melalui titek infleksi. Luas puncak dapat
ditentukan secara otomatis, misalnya dengan menggunakan integrator
elektronik.
Alat KGC dapat disusun demikian rupa sehingga komponen yang dipisahkan
dapat dianalisis dengan cara spektrometri atau cara lain. Yang paling sering di
lakukan ialah menghubungkan KGC dengan sepektrometer massa (SM). Radas
gabungan KGC-SM ini telah muncul pada tahun-tahun belakangan ini sebagai
cara terpenting dari sema cara analisis fitokimia.
Walaupun banyak buku dan tujuan mengenai KGC, tetapi hanya sedikit
yang di tulis untuk pembaca fitokimiawan. Dari segi peraktek buku pengantar
yang berguna adalah buku karangan simpson (1970) Buku yang lebih khas
mengenai penggunaan KGC dalam bidang biokimia adalah karangan Burchfield
dan Storrs (1962).
Gambar 1.3
Perbedaan utama antara KCKT dan KGC ialah bahwa cara pertama biasanya
dilakukan pada suhu kamar sehingga senyawa tidak mendapat perlakuanyang
memungkinkan terjadinya tata susun ulang termal selama pemisahan. Tetapi
mungkin saja pengendalian suhu kolom KCKTmenguntungkan pada pemisahan
kritis sehingga mungkin diperlukan selubung yang dikendalikan dengan termostat.
Kolom, yang biasanya dikemas dengan partikel bulat kecil yang terbuat dari silika
yang berlapiskan atau berkaitan dengan fase diam, terutama peka terhadap
cemaran. Dengan demikian ekstrak tumbuhan perlu dimurnikan dan disaring
sebelum disuntikkan ke dalam pangkal kolom.
sebagian besar pemisahan dengan KCKT modern menggunakan kolom siap pakai,
dan berbagi jenis kolom ini disedidiakan oleh pabrik. Tetapi, kebanyakan
pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan kolom partikel silika mikropori
(untuk senyawa nonpolar) atau kolom fase balik yaitu fase ikat C18 (untuk
senyawa polar) (hamilton dan sewell, 1982). Saru hak praktis terakhir yang patut
disebutkan yaitu pelarut harus ultramurni dan harus diwagaskan sebelum dipakai.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Ibnu Ghalib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
http://distantina.staff.uns.ac.id/files/2009/10/1-pengantar-ekstraksi-cair-cair.pdf
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi
proses/ekstraksi-cair/
Coeure, Pierlas, R, Frignet, G, 1965. in ”Extraction Liquid-Liquid”, Transfers of
Materials, p.4-7.
Tamada, J. A. King, C. J. 1990. Ind. Eng. Chem. Res. 29. 1327-1333.
Kertes, A. S, King, C. J. 1986. Biotechnol. Bioeng. 28. 269-282.