Permasalahan Sosial: Beras Palsu (XII / IPS)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

PERMASALAHAN SOSIAL:

BERAS PLASTIK DAN BERAS PALSU

OLEH:
INKA YUNIAR
KELAS: XI IPS 3
NO. ABSEN: 12
NIS: 11003

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 GLAGAH
Jalan Melati No. 1 Telp/fax (0333)421357 Banyuwangi 68432
Email : [email protected] Website : www.sman1glagah.sch.id
PERMASALAHAN SOSIAL:
BERAS PLASTIK DAN BERAS PALSU

OLEH:
NAMA: INKA YUNIAR
KELAS: XI IPS 3
NO. ABSEN: 12
NIS: 11003

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 GLAGAH
Jalan Melati No. 1 Telp/fax (0333)421357 Banyuwangi 68432
Email : [email protected] Website : www.sman1glagah.sch.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah sosial yang berjudul Permasalahan Sosial: Beras
Plastik dan Beras Palsu dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Wiyono, selaku guru mata
pelajaran Sosiologi yang telah membimbing sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
berharap makalah ini dapat dipahami oleh pembaca dan dapat bermanfaat di dalam kehidupan sehari-
hari. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan pada kata-kata, dan sangat terbuka dengan kritik dan
saran agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih.

Banyuwangi, 12 April 2018

Penulis
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BERITA I :
Lily Rusna Fajriah

Selasa 26 Mei 2015 - 18:54 WIB

Hasil Lab Sucofindo dan BPOM soal Beras Plastik Beda

JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan hasi uji
laboratorium beras plastik yang ditemukan di Bekasi. Hasilnya, beras tersebut negatif
mengandung plastik. Hasil uji lab tersebut diperkuat dengan hasil uji yang dilakukan di
laboratorium forensik Polri, Kementerian Perdagangan (Kemendag), dan Kementerian
Pertanian (Kementan). Namun sebelumnya, hasil uji laboratorium yang dilakukan auditor
Sucofindo justru menunjukkan hasil berbeda dengan yang dilakukan keempat lembaga
tersebut. Dinyatakan beras yang ditemukan di Bekasi tersebut positif mengandung plastik.
Lantas mengapa hasil uji lab antara Sucofindo dan BPOM berbeda?. Kapolri Jenderal Polisi
Badrodin Haiti mengatakan, perbedaan hasil uji laboratorium dari Sucofindo dan BPOM serta
Bareskrim Polri disebabkan karena terjadinya perbedaan interpretasi hasil analisis, terutama
yang menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS).

"Di mana hasil analisis yang dikeluarkan Sucofindo adalah hasil analisis kualitatif tanpa
dilakukan konfirmasi dengan senyawa baku, dari bahan plastik yang diduga terkandung
dalam sampel yang dianalisis," ucapnya di Istana Negara, Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Selain itu, sambung Badrodin, kemungkinan lainnya karena adanya kontaminasi terhadap
peralatan analisis yang digunakan dalam sampel beras yang digunakan Sucofindo tersebut.
Sementara itu, Kepala BPOM Roy Sparingga menambahkan bahwa uji laboratorium yang
dilakukannya juga menggunakan baku banding yang juga telah divalidasi prosesnya. Selain
itu, pihaknya juga menguji kesetaraan substansi antara beras normal dengan sampel tersebut.

"Kalau mengandung bahan plastik seperti yang dilaporkan Sucofindo, kami juga menguji
logam berat. Hasil sudah jelas tidak beda nyata antara beras sampel dan beras standar. Tidak
terdeteksi di sana. Jadi, laporan kami menyatakan tidak mengandung beras plastik," pungkas
dia.

BERITA II :

Komaruddin Bagja Arjawinangun


Selasa 26 Mei 2015 - 16:27 WIB

Isu Beras Plastik, Omzet Pedagang Anjlok 20%

JAKARTA - Isu beredarnya beras plastik yang membuat geger masyarakat, berdampak pada
para pedagang beras di Jakarta Utara, yakni penurunan omzet hingga 20%. Juni, salah satu
pedagang beras di Pasar Mandiri Kelapa Gading, Jakarta Utara mengeluh sejak beredarnya
isu beras plastik, dirinya mengalami kerugian signifikan. "Sudah seminggu terakhir ini omzet
penjualan beras saya menurun hingga jutaan rupiah," ujar Juni kepada wartawan, Selasa
(26/5/2015). Sebelum ada isu beras plastik, dalam sehari ada 50 karung beras terjual.
Pembelinya, rata-rata beras restaurant dan rumah makan, namun semenjak ada isu beras
plastik paling banyak 40 karung setiap pembelian.

"Malah terkadang enggak sampai 30 karung. Itu juga karena mereka sudah taruh DP (down
payment) jauh-jauh hari. Sejak hebohnya berita soal beras plastik, kerasa banget
penurunannya," keta dia.

Senada dengan Juni, Heru yang juga pedagang beras mengaku banyak dari para
pelanggannya membatalkan pesanan berasnya. "Kami jelas rugi, padahal selama ini kita
mendatangkan stok dari Pasar Induk (Cipinang) sesuai dengan pesanan pelanggan, tapi kalau
dari pelanggan tiba-tiba cancel orderan. Ya kita rugi," tutup Heru.

BERITA III :

WARTA KOTA, BEKASI— PT Sucofindo menyimpulkan bahwa beras yang dijual oleh
toko S di Pasar Tanah Merah Mutiara Gading Timur, Mustikajaya, Kota Bekasi, mengandung
bahan plastik. Untuk membuktikannya, perusahaan yang bergerak di bidang farmasi ini
menguji sampel tersebut hingga dua tahapan.

Kepala Bagian Pengujian Laboratorium PT Sucofindo, Adisam mengatakan, pemeriksaan


yang pertama dilakukan memakai alat spektro infrared. Dari alat itu, diketahui beras yang
diuji memiliki unsur yang identik dengan senyawa polivinyl chloride. Adapun senyawa itu
biasa digunakan untuk pembuatan pipa, kabel dan lantai. Selanjutnya, kata Adisam, pihaknya
menguji lebih dalam beras tersebut dengan alat spektrometrium masa. Dalam pengujian ini,
tim ahli menemukan tiga kandungan senyawa, yaitu Benzyl Butyl Phtalate, 2-Ethylhexyl
Phtalate dan Diisononyl Phtalate. "Ketiga senyawa ini biasa digunakan sebagai pelentur pipa
dan kabel agar lentur saat dibentuk," kata Adisam di Plaza Pemkot Bekasi pada Kamis (21/5).
Selain memeriksa kandungan senyawa, kata Adisam, tim ahli juga menguji kandungan
protein pada dua sampel beras tersebut. Sampel pertama di beras milik Dewi, penjual bubur
ayam dengan protein yang cukup tinggi, yakni 7,38 persen. Sedangkan kandungan protein
dari beras toko milik S, mencapai 6,76 persen. "Kesimpulannya, beras yang diuji ini terdapat
unsur senyawa tambahan dari luar atau dicampur dengan yang asli," ujar Adisam.

Dengan demikian, kata Adisam, beras tersebut sangat berbahaya untuk dikonsumsi. Apabila
dikonsumsi secara terus menerus akan menimbulkan sakit perut dan mual. Namun untuk
jangka panjangnya, akan menimbulkan penyakit berbahaya seperti kanker. " Mengonsumsi
ini akan menyebabkan sakit perut, karena ini merupakan benda padat yang tidak bisa dicerna
dan juga mengandung bahan kimia. Pernah kami ujicobakan dengan tikus senyawa, rupanya
ada perubahan pada ogan tikus dimana kalau dicoba kepada manusia bisa menimbulkan
kanker," kata Adisam.

Menurutnya, di sejumlah negara Eropa sudah ada larangan penggunaan senyawa polivinyl
chloride. Terutama untuk mainan anak yang berbahan plastik. "Setahu saya penggunaan
bahan ini sudah dilarang sebagai bahan baku pembuatan mainan plastik. Jadi ini sangat
berbahaya bila dikonsumsi," jelas Adisam.
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kasus temuan beras palsu oplosan plastik di beberapa daerah di Indonesia cukup
meresahkan publik. Kini publik semakin khawatir apakah nasi yang dimakannya
aman atau justru membahayakan. Bahan pangan palsu semacam itu muncul karena
masyarakat tergiur harga yang lebih rendah dari produk yang dibutuhkan sehari-hari.
Kemiskinan dan daya beli masyarakat yang rendah adalah penyebab utama mengapa
masyarakat mencari produk yang lebih murah tanpa memperhatikan kualitas. Faktor
inilah yang dimanfaatkan oleh pebisnis nakal untuk menjual bahan pangan berbahaya
seperti beras oplosan. Seandainya daya beli masyarakat cukup memadai, masyarakat
tentu akan lebih selektif memilih dan tak mudah tergiur barang yang murah bahkan
akan mewaspadai bila ada barang yang dijual terlalu murah. Disamping itu, kelalaian
pemerintah dalam melakukan pengawasan pasar terutama terhadap produk-produk
pangan memberi celah beredarnya penyimpangan seperti kasus beras oplosan plastik.
Sangat disayangkan pemerintah baru melakukan uji lab setelah muncul aduan dan
temuan beras palsu. Bukan hanya pada saat ada kasus atau menjelang ramadhan dan
momen-momen yang rawan lainnya. Kendala dana untuk operasional pengawasan
tidak boleh menjadi alasan. Kasus peredaran beras palsu oplosan plastik menjadi bukti
tata niaga yang berlaku saat ini menghasilkan kerusakan. Tata niaga global yang
kapitalistik berbasis liberalisme ekonomi mendorong setiap pelaku usaha baik
individu maupun korporat, mendapatkan keuntungan tertinggi dengan cara apapun
tanpa peduli membahayakan publik. Model tata niaga seperti itu juga memberi
kebebasan produksi apa pun dan mendistribusikan kemanapun tanpa hambatan pajak
dan tarif. pemerintah diharapkan oleh publik bisa memberi perlindungan dari
berulangnya kasus serupa. Kelalaian pemerintah untuk rutin dan konsisten melakukan
pengawasan pasar, khususnya produk-produk pangan memberi celah terjadinya
penyimpangan semacam ini.

B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi beras palsu sebelum dikonsumsi?
2. Apa faktor yang melatarbelakangi munculnya beras plastik?
3. Mengapa beras plastik dapat tersebar dengan cepat dan dikonsumsi oleh
masyarakat?
4. Siapa saja yang patut bertanggungjawab atas kasus beras plastik ini?
5. Apa saja merek beras di Indonesia yang diduga positif mengandung bahan
kimia maupun beras plastik?
C. TUJUAN DAN MANFAAT LAPORAN PENELITIAN SEDERHANA
c.1 BAGI MASYARAKAT :
1. Menambah wawasan pengetahuan yang lebih luas terhadap pembaca
bahwa mengonsumsi beras plastik dapat berakibat fatal terhadap
kesehatan.
2. Mengantisipasi terjadinya kesalahan yang sama agar tidak mengonsumsi
beras palsu lagi.
3. Menyadarkan oknum nakal beras palsu maupun beras plastik untuk tidak
melakukan kecurangan tersebut karena hanya menimbulkan kerugian.
4. Menghindari perselisihan pedagang beras karena harga beras palsu
maupun beras plastik yang jauh lebih murah.
5. Membuat masyarakat agar lebih selektif dalam memilih bahan pangan dan
tidak terkecoh dengan harga yang murah.

c.2 BAGI PENELITI :

1. Membuka mata dan pikiran akan suatu masalah di masyarakat yang sangat
fatal karena perbuatan oknum nakal produsen beras palsu maupun beras
plastik.
2. Mengetahui permasalahan sosial beras palsu yang menimbulkan konflik di
tengah masyarakat.
3. Memberikan motivasi untuk memberantas pemalsuan beras yang beredar
di masyarakat.
4. Mengingat kembali faktor penyebab munculnya beras palsu di Indonesia.
5. Meningkatkan kepedulian terhadap sesama untuk bisa menegur perbuatan
yang curang seperti pemalsuan beras ini.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
a. Asal kata : bahasa Latin ‘’Oryza sativa var.glutinosa”.
b. KBBI :
 Be.ras/padi yang terkelupas kulitnya/yang menjadi nasi setelah ditanak.
 plas.tik/yang dapat diacu dalam bentuk/bahan sintetis yang memiliki
bermacam-macam warna.
 pal.su/tidak tulen/tiruan.
c. Sosiologis : proses sosial dua orang/lebih/kelompok/yang berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan/ tidak berdaya.
d. Tokoh :
 Soerjono Soekanto : proses sosialindividu/kelompok-memenuhi tujuan –
menantang – pihak lawan – ancaman – kekerasan.
 Lewis A. Coser : perjuangan – nila/tuntutan status, kekuasaan, sumber
daya – langka – untuk menetralkan, mencederai, melenyapkan.
 Gillin dan Gillin : bagian proses interaksi – saling berlawanan – ada
perbedaan fisik, emosi, perilaku, kebudayaan.
 Dohrendorf : kepentingan yang berbeda (kekuasaan dan wewenang) yang
menimbulkan asosiasi yang dikoordinasikan secara paksa- muncul
polarisasi dan konflik antar kelompok.
 De Moor : sistem sosial mengandung konflik jika para penghuninya –
dibimbing oleh tujuan/nilai – yang bertentangan dan masif.
 M Z Lawang : perjuangan untuk memperoleh hal langkah (status,power)

B. KERANGKA PEMIKIRAN
Tekstur lebih halus dan lembut karena

Beras Berbahan plastik dan apabila dimasak akan


Mengeluarkan air serta kering dan keras saat dingin.
Palsu Memicu timbulnya penyakit dalam
jangka pendek berupa muntah-muntah dan diare
Dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kanker paru-paru dan hati.
Hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap pasar dan menimbulkan menurunnya UMKM masyarakat pedagang.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN SEDERHANA
A. TEMPAT DAN WAKTU KEJADIAN
 Bekasi. Pasar Tanah Merah Mutiara Gading Timur, Mustikajaya.
 Jakarta. Pasar Mandiri Kelapa Gading tanggal 26 Mei 2015.
B. SUMBER DATA
Sumber data saya adalah beberapa kasus peredaran beras plastik yang terjadi
Indonesia yang berasal dari Internet dan berita di televisi.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang ada dalam makalah ini adalah data sekunder yang berasal dari pihak
lain dan tidak diperoleh secara langsung melainkan dari sumber Internet.
D. ANALISIS DATA
i. Teori Kerusuhan Massa / N. J Smelser terdapat 5 tahap muncul
kekerasan/kronologi :
a. Situasi Sosial
Dalam sebuah masyarakat, komunikasi memegang peran sangat penting.
Definisi komunikasi itu sendiri umumnya merujuk kepada konsep yang
sama yaitu berkenaan dengan proses penyampaian pesan dari pengirim
kepada penerima. Namun dalam kehidupan bermasyarakat biasanya
muncul beberapa situasi dimana proses komunikasi ini dapat tersumbat.
Dengan peredaran beras palsu di tengah masyarakat menyebabkan
komunikasi antar pedagang beras dengan pembelinya yang berbeda
daripada biasanya dikarenakan pembeli merasa kecewa karena tertipu
dengan beras yang dibelinya di pedagang tersebut.
b. Kemarahan/tekanan sosial
Kejengkelan adalah kondisi karena sejumlah besar anggota masyarakat
merasa bahwa banyak nilai dan norma yang sudah dilanggar. Dalam kasus
beras plastik serta beras palsu, beberapa pihak masyarakat yang terlanjur
telah mengonsumsi bahan pangan pokok ini merasakan kemarahannya
karena bahan pangan yang ia konsumsi ternyata mengandung zat kimia
yang berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian apabila
dikonsumsi secara terus menerus.
c. Prasangka kebencian meluas
Masyarakat menganggap bahwa pedagang beras palsu serta beras plastik
secara sengaja menjajakan dagangan yang merupakan bahan pokok
masyarakat Indonesia namun mengandung zat kimia berbahaya. Sehingga
masyarakat berasumsi kebenciannya mengarah kepada pemerintah
Indonesia mengapa hal yang sangat disayangkan ini dapat lolos dari
pengawasan.
d. Mobilisasi massa untuk beraksi
Tindakan nyata dari massa yang mengordinasikan diri mereka untuk
bertindak. Biasanya masyarakat yang merupakan korban dari beras palsu
maupun beras plastik memilih sasarannya kepada objek langsung misalnya
kepada pelaku pengedar beras palsu ataupun kepada polisi yang sedang
mengamankan aktivitas unjuk rasa mereka.
e. Kontrol sosial
Kemampuan aparat keamanan dan petugas untuk mengendalikan situasi
dan menghambat kerusuhan beras palsu ini. Upaya polisi dan pihak
keamanan dapat terlihat dengan jelas untuk mengatasi kemarahan massa
yang tertipu oleh pengedar beras palsu.
BAB IV. HASIL PENELITIAN SEDERHANA
A. DESKRIPSI/LOKASI PENELITIAN SEDERHANA
Temuan bukti bahwa bahan pangan pokok masyarakat Indonesia yaitu beras,
mengandung zat kimia plastik di sejumlah daerah di Indonesia contohnya di
Bekasi (Pasar Tanah Merah Mutiara Gading Timur, Mustikajaya) dan di Jakarta
(Pasar Mandiri Kelapa Gading) tanggal 26 Mei 2015.
B. DESKRIPSI PERMASALAHAN PENELITIAN
Berdasarkan data yang saya peroleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) telah mengeluarkan hasil uji laboratorium beras plastik yang ditemukan
di Bekasi. Hasilnya, beras tersebut negatif mengandung plastik. Hasil uji lab
tersebut diperkuat dengan hasil uji yang dilakukan di laboratorium forensik Polri,
Kementerian Perdagangan (Kemendag), dan Kementerian Pertanian (Kementan).
Namun sebelumnya, hasil uji laboratorium yang dilakukan auditor Sucofindo
justru menunjukkan hasil berbeda dengan yang dilakukan keempat lembaga
tersebut. Dinyatakan beras yang ditemukan di Bekasi tersebut positif mengandung
plastik. Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan, perbedaan hasil uji
laboratorium dari Sucofindo dan BPOM serta Bareskrim Polri disebabkan karena
terjadinya perbedaan interpretasi hasil analisis, terutama yang menggunakan Gas
Chromatography Mass Spectrometry (GCMS). Di mana hasil analisis yang
dikeluarkan Sucofindo adalah hasil analisis kualitatif tanpa dilakukan konfirmasi
dengan senyawa baku, dari bahan plastik yang diduga terkandung dalam sampel
yang dianalisis. Selain itu, sambung Badrodin, kemungkinan lainnya karena
adanya kontaminasi terhadap peralatan analisis yang digunakan dalam sampel
beras yang digunakan Sucofindo tersebut. Sementara itu, Kepala BPOM Roy
Sparingga menambahkan bahwa uji laboratorium yang dilakukannya juga
menggunakan baku banding yang juga telah divalidasi prosesnya. Selain itu,
pihaknya juga menguji kesetaraan substansi antara beras normal dengan sampel
tersebut.
C. TEMUAN STUDI (STUDI PUSTAKA) :
1. Bentuk-bentuk kekerasan dan alasan
a. Sudut umum
i. Kekerasan Langsung (Direct Violence)
Pihak masyarakat yang terlanjur mengonsumsi beras palsu yang
mengandung zat kimia berbahaya akan merasa kecewa dan dari
rasa kekecewaan yang sama sama dirasakan oleh seluruh korban
mengakibatkan massa berunjuk rasa yang tidak menutup
kemungkinan akan terjadi kekerasan berupa pemukulan yang
dilakukan korban beras palsu terhadap pelaku pengedar maupun
aparat yang sedang mengawasi aktivitas unjuk rasa mereka.
ii. Kekerasan Tak Langsung (Indirect Violence)
Pelaku bandar pemasok beras palsu maupun pelaku yang
menciptakan beras dari plastik secara jelas telah mengurangi Hak
Asasi Manusia di Indonesia karena perbuatan mereka yang
curang. Perbuatan ini merupakan contoh kekerasa tidak langsung
karena dilakukan dengan cara menipu masyarakat awam yaitu
beras yang dibeli seharusnya menyehatkan manusia namun malah
mengakibatkan dampak yang fatal.
b. Sudut Sifat Terbuka
i. Kekerasan Terbuka
Permasalahan beras palsu yang telah meresahkan masyarakat
menyebabkan amarah yang tak terkontrol yang menyebabkan
pihak korban beras plastik ini melukai salah seorang dengan
memukul, melempari, bahkan mencederai pelaku saat ia
berada dalam unjuk rasa.
ii. Kekerasan Tertutup
Kekerasan ini dilakukan oleh pelaku pengedar beras palsu
serta pencipta beras plastik di Indonesia karena mereka telah
mengancam keselamatan hidup masyarakat Indonesia yang
umunya mengonsumsi beras sebagai bahan pokok. Dengan
dimasukkannya kandungan plastik kedalam beras sangat
merugikan pihak korban yaitu masyarakat Indonesia itu
sendiri.
iii. Kekerasan Agresif
Pelaku pengedar beras palsu serta pencipta beras plastik ini
melakukan perbuatan curang mereka supaya mendapatkan
sesuatu yaitu keuntungan sebesar-besarnya karena beras
dengan kualitas rendah yang awalnya berwarna putih kusam
diolah menjadi beras yang putih bersih. Dengan melancarkan
aksinya untuk berbuat curang seperti ini menjadi salah satu
faktor untuk meningkatkan ekonomi si pelaku tanpa
memperdulikan kesehatan manusia yang lain.
iv. Kekerasan Defensif
Upaya penanganan untuk mencegah masuknya beras palsu di
pasar-pasar khusunya di wilayah Jabodetabek yang rawan
pengawasannya dan guna tetap mempertahankan
keseimbangan gizi dan nutrisi masyarakat di Indonesia serta
menjaga kesehatan masyarakat.
c. Galtung, ada 6 dimensi :
i. Kekerasan fisik dan psikologis
Tidak menutup kemungkinan bahwa psikologis dari pelaku
pengedar beras palsu serta pencipta beras plastik ini terdapat
keanehan. Karena psikologi manusia yang normal dan tidak
tertuntut untuk melakukan kejahatan umumnya berbeda dengan
psikologis seorang penjahat.
ii. Kekerasan positif dan negatif
Dalam kasus ini hanya terjadi kekerasan negatif karena sangat
merugikan pihak korban, yaitu masyarakat Indonesia khususnya
di wilayah Jabodetabek yang sudah teerlanjur mengonsumsi
beras plastik.
iii. Ada obyek atau tidak
Tindakan manusia yang dibatasi ruang geraknya oleh pemerintah
karena pelaku pengedar beras palsu serta pencipta beras plastik
telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka oleh aparat
kepolisian Indonesia.
iv. Ada subyek atau tidak
Pabrik yang mengolah beras mengandung plastik ini berawal dari
ketidakmampuan bersaing dengan pabrik-pabrik lain. Seharusnya
banyak faktor yang dapat mecegah kekerasan yang berkaitan
dengan Tuhan.
v. Disengaja atau tidak
Menurut penelitian yang saya dapat seluruh alasan pedagang dan
oknum nakal langsung dibawa ke kantor polisi yaitu disengaja.
vi. Kekerasan tampak dan tersembunyi.
Kekerasan yang terjadi kali ini terdapat dua duanya yaitu secara
tampak yaitu bukti bahwa pengedar beras dengan sengaja
memasok beras palsu tersebut masuk kedalam pasar yang
akhirnya dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat.

2. Teori kekerasan/konflik yang berkaitan dan alasan


i. Teori faktor individual / Mac Phail
Seorang oknum pencipta beras palsu ini mendapatkan agresivitasnya dari
dalam diri mereka sendiri dan tercipta perasaan yang spontan untuk
memalsukan bulir bulir beras. Menyebabkan seorang individu melakukan
pemalsuan beras tanpa memikirkan hak individu yang lain.
ii. Teori Faktor Kelompok / Identitas Sosial
Menurut kasus beredarnya beras palsu maupun beras plastik ini erat
kaitannya dengan komplotan oknum nakal yang secara sengaja
memalsukan beras sehingga beras itu bisa sampai di konsumsi oleh
masyarakat. Suatu kelompok masyarakat yang tergabung dalam kasus ini
merupakan dalang dari pengedar berasnya.
iii. Teori Dinamika Kelompok / Depresi Relatif
Pelaku pengedar beras palsu ini yang masih belum terungkap identitasnya
menyebabkan pergolakan sosial serta kekerasan karena pihak korban yaitu
masyarakat yang telah mengonsumsi beras plastik tersebut mendapatkan
perlakuan yang seharusnya mereka terima. Mereka juga mendapatkan
perlakuan tidak adil dari pengedar beras tersebut.
iv. Teori Frustasi
Intensi menyakiti orang lain secara tidak langsung dilakukan oleh pihak
pengedar beras palsu dengan melampiaskan kepada masyarakat umum
yang tidak mengetahui sebenarnya yang mereka konsumsi. Dan
masyarakat yang merasa dirugikan akhirnya melakukan unjuk rasa demi
menuntut keadilan mereka.
v. Teori Konflik
Kekuasaan pengedar beras palsu ini tergolong terbatas dan tingkat
ekonomi mereka lemah. Sehingga mereka membuat beras berbahan dasar
plastik yang harga jualnya mahal yang diharapkan dapat meningkatkan
segi ekonomi mereka.
vi. Teori Cultural Lag / William Ogburn
Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia dengan segala keberagamannya
menyebabkan banyaknya ide ide tiap individu pula. Sebuah beras plastik
tercipta karena ide seorang individu supaya mendapat keuntungan yang
tinggi dengan bahan baku yang berbahaya dan cenderung murah namun
dengan harga jual yang tidak kalah tinggi dengan beras pada umumnya

3. Sebab-sebab terjadi kekerasan/konflik


i. Prasangka Buruk terhadap pihak lain
Masyarakat yang telah mengonsumsi beras plastik secara tidak
sengaja telah hilang kepercayaan terhadap pasar. Pasar akan sepi
sehingga pendapatan masyarakat menurun. Masyarakat akan
merasa sangat dirugikan sehingga mulai membenci sistem
pemerintahan yang menagtur Indonesia.
ii. Lahirnya permasalahan yang memicu permusuhan
Tentunya dengan munculnya beras palsu ini akan menambah beabn
masyarakat umum karena semakin maraknya bahan bahan pokok
yang dipalsukan. Sehngga masyarakat akan dengan sangat mudah
menentang dan melawan pengedar beras palsu. Dengan sikap
masyarakat inilah akan memicu permusuhan.
iii. Kontrol sosial tidak berfungsi
Kontrol sosial yang seharusnya merupakan mekanisme untuk
mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan
masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai
berlaku. Dengan adanya kontrol sosial yang baik diharapkan
mampu meluruskan pengedar beras palsu untuk menyudahi
perbuatan curang mereka.
iv. Individu tidak mampu mengendalikan emosinya
Sangat penting untuk mengendalikan emosi agar tidak
menimbulkan dampak negatif dan bersifat merusak bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar. Apabila emosi kita tidak
terkontrol dengan baik akan menimbulkan semakin maraknya
kasus pemalsuan bahan bahan pokok di pasar Indonesia.
v. Keinginan manusia mendapat prestasi
Niat dan tekad yang bersungguh sungguh merupakan kunci untuk
mewujudkan prestasi yang lama kita nantikan. Namun pengedar
beras palsu berbeda pandangan menyebabkan timbulnya rasa
bangga dari dalam diri pengedar karena ia telah merasa mampu
mengukir prestasi yaitu menciptakan beras plastik.

4. Upaya pencegahan/preventif
i. Budaya saling toleransi akan betapa pentingnya menegakkan HAM di
Indonesia.
ii. Konsep heterogenitas dan solidaritas luas karena wilayah Indonesia
yang memilik banyak pulau dengan banyaknya populasi manusianya.
iii. Mengurangi aksi kekerasan karena sejatinya kekerasan hanya akan
menambah permasalahan baru dan tidak menyelesaikan masalah.
iv. Memperketat sistem pengawasan bahan pangan di Indonesia dengan
bekerja sama dengan Kementrian Pangan, Bulog, dan pihak aparat
keamanan.
v. Melakukan pemantauan bersama Bea Cukai sejak masuknya barang di
pelabuhan dan melaporkan hal hal yang mencurigakan kepada pihak
berwajib.
5. Upaya mengatasi konflik/represif
i. Koersi
Pengendalian paksaan psikologis diperlukan untuk menyadarkan
pengedar beras palsu atas tindakannya yang membahayakan
masyarakat di seluruh wilayah Jabodetabek yang menjadi korban
beras plastik.
ii. Arbitrasi
Menunjuk pihak ketiga untuk membantu memutuskan konflik
beras plastik yang dapat menggandeng Kementrian Perdagangan,
Menteri Dalam Negeri, ataupun Pihak Kepolisian.
iii. Konsiliasi
Penyelesaian kasus beras plastik ini dapat diselesaikan dengan
bantuan lembaga yang berkaitan dengan beras di Indonesia yaitu
BULOG setempat.
iv. Mediasi
Bantuan jasa perantara yang bersifat netral dapat didatangkan
dari phak Kepolisian yang hanya akan mengamankan tersangka
pengedar beras plastik di kawasan Jabodetabek.
6. Manajemen konflik/kekerasan/kasus
i. Konsiliasi
Memenuhi 4 hal yaitu salah satunya lembaga monopolitis adalah
pengadilan di meja hijau dengan dukungan bukti dari Kementrian
Perdagangan, Kementrian Dalam Negeri, BPOM, serta
Kepolisian.
ii. Mediasi
Bantuan jasa perantara yang bersifat netral dapat didatangkan
dari pihak Kepolisian yang hanya akan mengamankan tersangka
pengedar beras plastik di kawasan Jabodetabek dan pemasok di
dalam pasar wilayah tersebut.
iii. Kompromi
Pihak korban bisa meminimalisirkan tuntutan yang akan
diberikan kepada pelaku pengedar beras palsu. Tujuannya agar
tidak terjadi pertentangan yang berkepanjangan.
iv. Kolaborasi
Penggabungan pihak pihak yang berwenang seperti Kementrian
Perdagangan, Menteri Dalam Negeri, BULOG, dan pihak
kepolisian guna menyelesaikan kasus beras palsu yang terlanjur
menyebar di pasar wilayah Jabodetabek.
v. Tindakan menghindari
Apabila beras palsu telah memakan banyak korban maka
seharusnya menjadikan cambuk bagi masyarakat yang lain untuk
lebih selektif dan menghindari jatuhnya korban yang lain.
vi. Akomodasi
Banyaknya korban yang telah terlanjur mengonsumsi beras palsu
menyebabkan banyak perbedaan yang timbul di masyarakat. Dan
oleh karenanya dibutuhkan akomodasi untuk meredakan dan
meratakan perbedaan perbedaan yang ada di masyarakat akibat
beras palsu ini.
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
i. Masyarakat harus lebih selektif memilih dan tak mudah tergiur barang yang
murah bahkan akan mewaspadai bila ada barang yang dijual terlalu murah.
ii. Menekankan sikap peduli antar sesama agar tidak ada lagi tersebarnya
beras palsu di pasar lagi.
iii. Menyadarkan pemerintah Indonesia akan betapa pentingnya menjaga
keamanan secara ketat di bidang bahan pangan yang pokok contohnya
beras agar tidak ada lagi pemalsuan.
iv. Memperhatikan dengan lebih lanjut pengolahan dan pergantian kemasan
yang dilakukan oleh oknum nakal maupun pabrik.
v. Masyarakat yang cerdas akan dengan mudah memilah dan memilih
beras yang baik dengan harga sedikit lebih mahal dibandingkan beras
yang baik namun dengan harga yang murah.
B. IMPLIKASI/DAMPAK
a. DAMPAK POSITIF :
i. Menyadarkan pihak pemerintah Indonesia akan dampak negatif dari
permasalahan beras palsu ini yang merugikan banyak pihak.
ii. Memperkuat rasa solidaritas sesama anggota kelompok karena
mereka merasa mempunyai identitas yang sama bersatu menghadapi
kasus beras palsu ini.
iii. Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan
menciptakan norma-norma yang baru.
iv. Berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan dalam masyarakat memerangi beras palsu di
pasar.
v. Memunculkan kompromi baru apabila sesama pihak korban dalam
kekuatan yang seimbang.
b. DAMPAK NEGATIF :
i. Memicu hancurnya dan keretakan komunikasi didalam suatu
masyarakat.
ii. Menimbulkan kerugian finansial yang dirasakan pedagang di pasar
karena banyaknya protes yang diterima dari konsumen.
iii. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pasar karena
masyarakat menilai bahwa pasar sudah tidak aman lagi.
iv. Memicu penyakit yang apabila dalam jangka panjang mengonsumsi
beras plastik bersifat karsinogenik dan apabila dalam jangka pendek
menyebabkan sakit perut seperti diare dan muntah-muntah.
v. Merugikan UMKM di Indonesia khususnya di wilayah Jabodetabek.

C. SARAN
a. Menambah kepedulian pemerintah terhadap keamanan di pelabuhan saat
melakukan pemasokan beras yang akan dipasarkan.
b. Menyikapi dengan tegas pelaku pengedar beras palsu dengan hukuman
pidana agar menjadi efek jera.
c. Penipuan yang bersifat merugikan ini hendaknya tidak mematahkan
semangat pemerintah untuk melakukan sidak rutin di pasar tradisional
maupun pasar modern.
d. Menghimbau masyarakat untuk lebih selektif dalam membeli beras di pasar
dengan memperhatikan ciri-ciri beras yang aman untuk dikonsumsi
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat betapa merugikannya efek yang
ditimbulkan akibat beras palsu yang diedarkan oleh pelaku dan yang sudah
terlanjur sampai ditangan masyarakat untuk dikonsumsi
f. Mengamankan pedagang pasar yang terbukti melakukan kerja sama untuk
menutupi beras palsu yang dijual di tokonya
g. Sebaiknya orang-orang yang sudah telanjur makan beras plastik melakukan
detoksifikasi untuk mengeluarkan zat-zat berbahaya yang terkandung di
dalam plastik dengan cara memperbanyak konsumsi buah-buahan dan
sayuran.
DAFTAR PUSTAKA

https://ekbis.sindonews.com/read/1003224/34/pemerintah-diminta-tindak-tegas-pengedar-beras-
plastik-1432097738

https://m.detik.com/news/berita/2920687/wali-kota-bekasi-hasil-uji-lab-beras-di-bantargebang-
dicampur-bahan-baku-plastik

https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2015/05/24/337/1154370/jokowi-motif-
pengedar-beras-plastik-bukan-
laba#ampshare=https://news.okezone.com/read/2015/05/24/337/1154370/jokowi-motif-pengedar-
beras-plastik-bukan-laba

https://www.boombastis.com/begini-cara-membedakan-beras-asli-dan-beras-plastik/21953

https://www.google.com/amp/m.republika.co.id/amp_version/nozsye#ampshare=http://republika.co.id
/berita/ekonomi/makro/15/05/27/nozsye-ylki-ungkap-dalang-pengedar-beras-plastik

http://bangka.tribunnews.com/tag/sintetis?url=2015/05/21/mendagri-sebut-pengedar-dan-
penyelundup-beras-plastik-tindakan-makar

http://jabarekspres.com/2015/buru-pengedar-beras-plastik/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Komentar :

Perbedaan yang nampak yaitu dari bentuknya, tampilan beras asli memiliki guratan dari bekas
sekam padi, sedangkan beras plastik tidak terlihat guratan pada bulirnya dan agak lonjong.

Komentar :

Beras plastik akan menggumpal setelah menjadi nasi. Bila dipegang, terasa lembek tapi
kenyal. Setelah menjadi nasi, terlihat bentuknya berbeda, tidak seperti nasi pada umumnya
yang bulir bulir padinya masih jelas

Komentar

Anda mungkin juga menyukai